• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Pasar modal berperan besar bagi perekonomian suatu negara karena menjalankan dua fungsi sekaligus yaitu ekonomi dan keuangan. Pasar modal dikatakan mempunyai fungsi ekonomi karena pasar menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan, yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer). Dengan adanya pasar modal, pihak yang memilki kelebihan dana dapat menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh imbalan (return), sedangkan pihak issuer (dalam hal ini perusahaan) dapat memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus tersedianya dana dari operasi perusahaaan. Pasar modal dikatakan memliki fungsi keuangan karena memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih.

Pasar modal di Indonesia merup akan pasar yang menyediakan fasilitas sistem untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek antar perusahaan atau perorangan yang disebut Bursa Efek Indonesia (BEI). Saham-saham yang ditawarkan di Bursa Efek Indonesia berguna untuk menarik perhatian para investor agar menanamkan modal pada emiten yang terdaftar sehingga perusahaan dapat meningkatkan kinerjanya. Keuntungan membeli saham di Bursa Efek Indonesia bagi para investor adalah pembagian dividen dan capital gain.

Indeks Harga Saham (IHS) adalah indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham sedangkan perkembangan perdagangan di Bursa efek Indonesia dicerminkan dalam suatu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk seluruh perusahaan terbuka dan tercatat. BEI memiliki sembilan sektor saham utama, yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan, sektor industri dasar & kimia, sektor aneka industri, sektor industri barang konsumsi, sektor

(2)

2 property & real estate, sektor infrastruktur, utilitas, transportasi, sektor keuangan, dan sektor perdagangan jasa & investasi.

Penelitian ini menggunakan industri manufaktur sebagai objek penelitian.

Industri manufaktur di Bursa Efek Indonesia meliputi sektor industri dasar &

kimia, sektor aneka industri, dan sektor barang konsumsi. Sektor industri manufaktur merupakan sektor yang cukup stabil dan bahkan menjadi salah satu sektor penopang perekonomian negara dengan ketidakpastian iklim perekonomian dunia dengan tingkat pertumbuhan dan kontribusinya terhadap GDP yang cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS), sektor industri manufaktur berada pada ranking pertama dalam kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

Tabel 1.1 Daftar 5 Sektor yang Paling Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal I/2015

Sektor Tingkat Kontribusi (%)

Manufaktur 21,14

Pertanian dan Perhutanan 13.75

Perdagangan 13,24

Konstruksi 9,98

Tambang dan Penggalian 8,83

Sumber: Data BPS, 2015

Pada tahun 2011 sektor industri manufaktur tumbuh pada angka 6,74 persen. Sedangkan pada tahun 2012 pertumbuhan sektor ini mengalami pertumbuhan diangka 6,4 persen. Pada tahun 2013 mencapai 6,10 persen.

Kecenderungan yang sama juga terjadi pada tahun 2014 dan data terbaru Kementrian Perindustrian Indonesia menunjukkan bahwa sektor industri, khususnya sektor manufaktur migas mengalami pertumbuhan yang signifikan pada kuartal 1 tahun 2015. Dengan demikian, sektor manufaktur dipilih karena pertumbuhan industri manufaktur di Indonesia cenderung terus mengalami peningkatan tiap tahunnya, bahkan pertumbuhannya melebihi tingkat pertumbuhan ekonomi.

(3)

3 1.2 Latar Belakang Penelitian

Situasi perekonomian negara yang tidak menentu dan ketatnya persaingan dunia usaha mendorong manajemen untuk bekerja lebih efektif dan efisien agar perusahaan mampu bertahan dan menjaga eksistensinya sekaligus meningkatkan kinerja manajemen untuk mendapatkan hasil yang optimal bagi perusahaan. Kinerja manajemen dapat tercermin di dalam laporan keuangan.

Laporan keuangan merupakan suatu pencerminan dari suatu kondisi perusahaan, karena di dalam laporan keuangan terdapat informasi-informasi yang dibutuhkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan seperti manajemen, stakeholders, kreditur, dan pemerintah. Sebagaimana dinyatakan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.5, dimana tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Berdasarkan pernyataan tersebut, diketahui laporan keuangan merupakan sumber informasi atas kondisi keuangan suatu perusahaan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan berbagai pihak, baik eksternal maupun internal perusahaan (Kasmir, 2011:6). Laporan keuangan memberikan informasi yang dibutuhkan pengguna laporan keuangan, yakni mengenai likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan lain-lain.

Salah satu informasi yang terdapat dalam laporan keuangan adalah informasi mengenai laba. Sebagaimana disebutkan dalam Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No.1, bahwa:

Informasi laba pada umumnya menjadi perhatian utama dalam menaksir kinerja atas pertanggungjawaban manajemen, dan informasi laba membantu pemilik atau pihak lain yang berkepentingan dalam menaksir kekuatan laba suatu perusahaan dimasa yang akan datang.

Pentingnya informasi laba ini disadari oleh manajemen sehingga manajemen cendrung melakukan dysfunctional behavior (perilaku tidak semestinya) (Budiasih, 2009).

(4)

4 Menurut Subramanyam dan Wild (2010:131) terdapat tiga jenis manajemen laba. (1) Manajer meningkatkan laba (increasing income) peroiode kini. (2) Manajer melakukan “mandi besar” (big bath) melalui pengurangan laba periode in. (3) Manajer mengurangi fluktuasi laba dengan perataan laba (income smoothing). Seringkali manajer melakukan satu atau kombinasi dari ketiga strategi ini pada waktu yang berbeda untuk mencapai tujuan manajemen laba jangka panjang.

Penelitian ini membahas bentuk manajemen laba income smoothing.

Perataan laba (income smoothing) merupakan bentuk umum manajemen laba.

Menurut Mulford dan Comiskey (2010:23), “income smoothing merupakan bentuk rekayasa pendapatan yang dirancang untuk menghilangkan gejolak (naik dan turunnya) sederetan pendapatan”. Praktik ini termasuk melakukan pengurangan dan “menyimpan” laba ditahun-tahun yang labanya besar untuk diakui ditahun yang merugi. Pada strategi ini, manajer meningkatkan atau menurunkan laba yang dilaporkan untuk mengurangi fluktuasinya. Perataan laba juga mencakup tidak melaporkan bagian laba pada periode naik dengan menciptakan cadangan atau “bank” laba dan kemudian melaporkan laba saat ini saat periode buruk. Banyak perusahaan yang menggunakan bentuk manajemen laba ini (Subramanyam dan Wild, 2010:132).

Perataan laba ini meliputi pengguanaan teknik-teknik tertentu untuk memperkecil atau memperbesar jumlah laba suatu periode sama dengan jumlah laba periode sebelumnya. Namun usaha ini bukan untuk membuat laba suatu periode sama dengan jumlah laba periode sebelumnya, karena dalam mengurangi fluktuasi laba itu juga dipertimbangkan tingkat pertumbuhan normal yang diharapkan pada periode tersebut perataan laba tidak akan terjadi apabila laba yang dihasilkan tidak sesuai dengan laba yang diharapkan.

Perusahaan yang melakukan praktik perataan laba, akan mampu mengendalikan excess return ketika perusahaan mengumumkan laba. Jika informasi laba yang diumumkan merupakan good news bagi investor, maka harga saham akan meningkat dan memberikan excess return yang besar bagi investor sehingga hal tersebut menarik perhatian investor lain untuk

(5)

5 berinvestasi di perusahaan tersebut. Jika informasi perusahaan tersebut merupakan bad news, maka harga saham akan turun dan menyebabkan investor melepas atau menarik investasinya dari perusahaan. Dengan menampilkan laba yang relatif stabil, diharapkan dapat mengingkatkan persepsi pihak eksternal mengenai kinerja manajemen perusahaan tersebut (Yulia, 2013). Namun, tindakan perataan laba tidak hanya memiliki dampak negatif saja tetapi juga memiliki dampak positif yaitu dapat mempererat hubungan antara manajemen perusahaan dengan pihak eksternal perusahaan (Ginantra dan Putra, 2015).

Fenomena perataan laba di Indonesia mungkin terjadi pada beberapa perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa efek Indonesia. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan bahwa 134 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI diperoleh hasil yaitu 16 perusahaan memiliki laba yang stabil tiap tahunnya dari tahun 2012-2014. Sehingga diduga perusahaan-perusahaan tersebut melakukan praktik perataan laba. Daftar 16 perusahaan yang mungkin melakukan praktik perataan laba adalah sebagai berikut:

Sumber: data yang telah diolah 2016

Gambar 1.1 Grafik 16 Perusahaan Manufaktur yang Memiliki Laba Relatif Stabil

0 5000000 10000000 15000000 20000000 25000000 30000000 35000000 40000000 45000000

KODE PERUSAHAAN INTP SMGR AMFG EKAD SRSN AKPI CPIN ASII AUTO PRAS ICBP INDF GGRM HMSP KAEF SQBB

NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.

2012 2013 2014

(6)

6 Subramanyam dan Wild (2010:93) mengatakan bahwa:

Banyak faktor yang mempengaruhi hubungan antara laba akuntansi dan harga saham, dan yang termasuk didalamnya adalah faktor yang berasal dari perusahaan seperti risiko, ukuran perusahaan, pengungkit (leverage), dan fluktuasi yang menurunkan pengaruh laba pada harga saham, dan faktor lain, seperti pertumbuhan laba dan presistensi yang meningkatkan dampak pengaruh laba.

Area yang memberikan kesempatan optimal untuk manajemen laba mencakup pengakuan pendapatan, penilaian persediaan, estimasi cadangan, seperti beban piutang tak tertagih dan pajak tangguhan, dan beban yang hanya terjadi satu kali seperti restrukturisasi dan penurunan nilai aset (Subramanyam dan wild, 2010:133).

Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan menurut berbagai cara, antara lain: total aset, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Penentuan ukuran perusahaan dalam penelitian ini didasarkan kepada total aset perusahaan, karena total aset dianggap lebih stabil dan lebih dapat mencerminkan ukuran perusahaan (Machfoedz, 1994; dalam Herawaty 2005). Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam kategori yaitu besar, menengah dan kecil.

Perusahaan yang ukurannya lebih besar diperkirakan memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk melakukan perataan laba (Herawaty, 2005). Berdasarkan political cost hypothesis dalam teori akuntansi positif dikemukakan bahwa perusahaan besar cenderung untuk melakukan pengelolaan atas laba di antaranya melakukan income decreasing (penurunan laba) saat memperoleh laba tinggi untuk menghindari munculnya peraturan baru dari pemerintah, contohnya menaikkan pajak penghasilan perusahaan.

Tindakan perataan laba dapat dilakukan oleh manajemen apabila utilitas manajemen dinilai oleh level dan tingkat pertumbuhan besarnya ukuran perusahaan (Belkaoui 2006 :57). Dalam hal ini kinerja manajemen dinilai berdasarkan besar kecilnya perusahaan yang dilihat berdasarkan total modal yang digunakan, total aset perusahaan atau berdasarkan total penjualan yang

(7)

7 diperoleh. Beberapa penelitian sebelumnya mendapat hasil yang berbeda- beda. Penelitain Butar dan Sudarsi (2012) menemukan hasil bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap perataan laba. Dewi dan Sujana (2014) menemukan hasil analisis bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap perataan laba. Sedangkan Giantra dan Putra (2015) menemukan hasil yang berbeda bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba.

Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan serta mengukur tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan (Kasmir, 2011:196). Menurut Harahap (2010:305) profitabilitas adalah kemampuan perusahaan menghasilkan laba dalam hubungannya dengan penjualan (gross profit margin), total aset (return on invesment/return on assets) maupun modal sendiri (return on equity). Dalam penelitian ini profitabilitas diukur dengan rasio ROA (Return On Assets) dengan cara membandingkan laba setelah pajak dengan total aset. Rasio ini merupakan suatu ukuran untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian (%) dari aset yang dimiliki (Kasmir, 2010:305). Return On Assets (ROA) menunjukkan efektivitas perusahaan dalam mengelola aset baik dari modal sendiri maupun dari modal pinjaman, investor akan melihat seberapa efektif suatu perusahaan dalam mengelola assets. Semakin tinggi tingkat Return On Assets (ROA) berarti suatu perusahaan mempunyai kinerja yang bagus dalam menghasilkan laba bersih untuk pengembalian total aktiva yang dimiliki artinya tinggi rendahnya Return On Assets (ROA) akan mempengaruhi minat investor dalam melakukan investasi sehingga akan mempengaruhi volume penjualan saham perusahaan.

Untuk menarik minat investor dalam berinvestasi, manajemen akan berusaha untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan. Profitabilitas perusahaan dapat ditingkatkan dengan meningkatkan laba pada setiap periodenya. Akan tetapi jika laba yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang diharapkan akan memicu tindakan oportunistik yang dilakukan manajemen agar laba yang dihasilakan sesuai yang diharapkan. Profitabilitas dijadikan alat

(8)

8 untuk mengevaluasi kinerja manajemen, apakah mereka telah bekerja secara efektif atau tidak. Manajemen yang tidak efektif akan menghasilkan profitabilitas yang rendah, sehingga dianggap gagal dalam mencapai tujuan perusahaan. Manajemen yang tidak ingin dianggap gagal, akan berusaha meningkatkan laba perusahaan dan stabilitas labanya (Belkaoui 2005 :57). Hal inilah yang memicu timbulnya peraatan laba, fluktuasi profitabilitas yang rendah atau menurun memiliki kecenderungan bagi perusahaan tersebut untuk melakukan tindakan perataan laba, terlebih lagi jika perusahaan menetapkan skema kompensasi bonus didasarkan pada besarnya profit yang dihasilkan.

penelitian sebelumnya menunjukkan hasil bahwa Dewi dan Sujana (2014) menemukan hasil analisis bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap perataan laba. Ramanuja dan Mertha (2015) mengemukakan bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap perataan laba. Tetapi penelitian Giantra dan Putra (2015) dan Butar dan Sudarsi (2012) mendapat hasil yang sama yaitu, profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap perataan laba.

Financial Leverage menunjukkan sejauh mana aset perusahaan telah dibiayai oleh penggunaan hutang (Kasmir, 2011: 151). Financial leverage yang diproksikan dengan Debt to Equity Ratio (DER) yang menggambarkan risiko struktur modal, dengan membandingkan dana dari kreditur dalam bentuk utang dengan investor dalam bentuk kekayaan Fraser dan Ormiston (2004:185) dalam Dewi dan Prasetiono (2012). Debt to Equity Ratio dipilih karena makin besar hutang makin besar pula resiko investor sehingga investor meminta tingkat keuntungan yang makin tinggi. Jika Debt to Equity Ratio semakin rendah maka semakin baik karena aman bagi kreditor saat dilikuidasi (Kasmir, 2011:128). Perusahaan yang mempunyai tingkat leverage yang tinggi diduga melakukan perataan laba karena perusahaan terancam default sehingga manajemen membuat kebijakan yang dapat meningkatkan pendapatan.

Tingkat Leverage yang tinggi mengidentifikasikan risiko perusahaan yang tinggi pula sehingga kreditor sering memperhatikan besarnya risiko ini.

Namun dengan tingkat laba yang tinggi (stabil) maka resiko perusahaan akan

(9)

9 kecil (Subramanyam, 2010:47), hal inilah yang memicu manajemen untuk mengurangi risiko perusahaan dengan berupaya mengstabilkan tingkat laba perusahaan dengan berbagai cara, baik itu melalui income smoothing. Dari penelitian sebelumnya mengenai praktik perataan laba, penelitian Butar dan Sudarsi (2012) dan Giantra dan Putra (2015) menunjukkan hasil yang sama, yaitu leverage tidak berpengaruh siginifikan terhadap perataan laba.

Sedangkan penelitian Ramanuja dan Mertha (2015) mendapatkan hasil sebaliknya, yaitu leverage berpengaruh signifikan terhadap perataan laba.

Laporan keuangan merupakan objek dari praktik manajemen laba khususnya perataan laba, karena laporan keuangan mencerminkan kinerja perusahaan baik jangka pendek selama satu tahun maupun jangka panjang.

Parameter selanjutnya yang lebih spesifik adalah laba dalam laporan keuangan tersebut. Tuntutan perusahaan untuk mencapai terget laba yang telah ditentukan dapat menjadi motivasi untuk melakukan perataan laba. Alasan lain untuk melakukan perataan laba adalah adanya harga saham yang dipengaruhi oleh laba, risiko dan spekulasi perusahaan. Perusahaan yang secara terus menerus memperoleh laba akan memiliki tingkat persentase kenaikan laba yang semakin kecil, sehingga harga saham bisa menjadi lebih kecil (Rafda, 2013).

Selain itu perataan laba terjadi karena adanya asimetri informasi yang tinggi antara manajer dan pihak yang tidak mempunyai sumber dana, dan akses yang memadai terhadap informasi untuk memonitor tindakan manajer.

Perusahaan terdorong untuk melakukan perataan laba karena perusahaan berusaha untuk meningkatkan penjualan saham, menurunkan tingkat pajak, mendapatkan bonus, memindahkan besarnya denda dan menghindari sanksi Bank Indonesia (Butar dan Sudarsi, 2012).

Sudah banyak penelitian yang dilakukan tentang pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas dan financial leverage dengan hasil yang beragam.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, ada yang berpengaruh positif dan signifikan maupun tidak signifikan dan negatif. Sedangkan banyak juga hasil penelitian yang menunjukkan pengaruh tidak signifikan dengan

(10)

10 hasil yang negatif. Dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang masih inkonsistensi, dan dengan berbagai macam variabel yang mempengaruhi maupun tidak berpengaruh signifikan. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang praktik perataan laba perusahaan dan variabel yang mempengaruhinya. Dan bukan tidak mungkin pula perusahaan yang high profile yang terdaftar di bursa Efek Indonesia tidak melakukan praktek perataan laba.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul : “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan Leverage Terhadap Praktik Perataan Laba (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014)”.

1.3 Perumusan Masalah

Perataan laba merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba, sehingga laba suatu periode tidak jauh berbeda dengan jumlah laba periode sebelumnya. Perataan laba dilakukan oleh manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba dengan memindahkan pendapatan dari tahun yang pendapatannya tinggi ke periode yang pendapatan rendah sampai dengan tingkat laba yang dianggap normal.

Di beberapa perusahaan banyak yang memiliki laba yang stabil tiap tahunnya, namun beberapa perusahaan tersebut belum dapat dipastikan melakukan praktik perataan laba atau tidak sehingga akan diteliti menggunakan beberapa faktor yang diduga dapat memengaruhi praktik perataan laba yang diteliti meliputi ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverage.

1.4 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah berdasarkan fenomena yang ada, maka pertanyaan penelitian penulis adalah sebagai berikut:

(11)

11 1. Bagaimana ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, dan perataan laba perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2014?

2. Bagaimana pengaruh secara simultan ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverage terhadap perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2012-2014?

3. Bagaimana pengaruh secara parsial ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverage terhadap perataan laba, yaitu:

a. Bagaimana pengaruh ukuran perusahaan terhadap perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2014?

b. Bagaimana pengaruh profitabilitas terhadap perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2014?

c. Bagaimana pengaruh leverage terhadap perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2014?

1.5 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, dan perataan laba perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2014.

2. Untuk mengetahui pengaruh secara simultan ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverage terhadap perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2012-2014.

3. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverage terhadap perataan laba, yaitu:

a. Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2014.

(12)

12 b. Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas terhadap perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2014.

c. Untuk mengetahui pengaruh leverage terhadap perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2014.

1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Aspek Teoritis

Kegunaan teoritis yang ingin dicapai dari pengembangan pengetahuan dalam penelitian ini, antara lain:

1. Bagi penulis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengentahuan dari proses pembelajaran dalam mengaplikasikan ilmu dan teori yang telah diperoleh selama perkuliahan.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi hasil literatur sebagai bukti empiris dibidang perataan laba yang dapat dijadikan referensi untuk penelitian mendatang yang masih ada kaitannya dengan penelitian ini.

1.6.2 Aspek Praktis

Kegunaan praktis yang ingin dicapai dari penerapan pengetahuan sebagai hasil penelitian ini adalah:

1. Bagi Investor

Penelitian ini diharapkan dapat membantu investor sebagai masukan dalam melakukan penilaian dan pengukuran yang lebih baik atas laporan keuangan perusahaan, yang pada akhirnya dapat memberikan sumbangan informasi bagi pihak investor untuk mengambil keputusan untuk melakukan investasi.

2. Bagi Manajemen Perusahaan

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan masukan dan pertimbangan dalam hal pengambilan keputusan pada perusahaan saat

(13)

13 perusahaan menyusun laporan keuangan karena manajemen pihak yang berhubungan langsung dalam penyusunannya.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini adalah tentang analisis mengenai seberapa besar pengaruh ukuran perusahaan, profitabillitas, dan leverage terhadap tindakan perataan laba (income smoothing) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Alasan peneliti memilih perusahaan manufaktur sebagai objek penelitian dikarenakan perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang menjual produknya yang dimulai dengan proses produksi yang tidak terputus mulai dari pembelian bahan baku, proses pengolahan bahan hingga menjadi barang jadi. Dimana hal ini dilakukan sendiri oleh perusahaan tersebut sehingga membutuhkan sumber dana yang akan digunakan pada aset tetap perusahaan. Perusahaan manufaktur lebih membutuhkan sumber dana jangka panjang untuk membiayai operasi perusahaan mereka, salah satunya dengan investasi saham oleh para investor, sehingga dapat mempengaruhi nilai perusahaan.

1.8 Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Sistematika penulisan ini berisi penjelasan tentang isi yang terkandung dari masing-masing bab secara singkat dari keseluruhan penelitian. Untuk mempermudah pemahaman penyajian hasil penelitian, maka disusun dalam sistematika sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN

Bab ini menguraikan landasan teori yang akan digunakan sebagai acuan dasar bagi penelitian khususnya mengenai pengaruh variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverage terhadap income smoothing pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012- 2014. Bab ini juga menguraikan penelitian terdahulu sebagai acuan penelitian ini, tinjauan umum mengenai variabel dalam penelitian, pengembangan kerangka pemikiran yang membahas rangkaian pola pikir untuk menggambarkan masalah penelitian, hipotesis penelitian, hipotesis penelitian

(14)

14 sebagai jawaban sementara atas masalah penelitian dan pedoman untuk pengujian data, serta ruang lingkup penelitian yang menjelaskan dengan rinci batasan dan cakupan penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang jenis penelitian, pendekatan penelitian yang digunakan, identifikasi variabel dependen dan variabel independen, definisi operasional variabel, tahapan penelitian, jenis dan sumber data (populasi dan sampel), dan teknik analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas deskripsi penelitian berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan dan pembahasan hasil dari analisis penelitian, serta pengujian dan analisis hipotetsis.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi mengenai kesimpulan dari hasil yang diperoleh setelah dilakukan penelitian. Selain itu, disajikan keterbatasan serta saran yang dapat menjadi pertimbangan bagi penelitian selanjutnya.

Gambar

Tabel 1.1 Daftar 5 Sektor yang Paling Mempengaruhi Pertumbuhan  Ekonomi RI Kuartal I/2015
Gambar 1.1 Grafik 16 Perusahaan Manufaktur yang Memiliki Laba Relatif  Stabil 050000001000000015000000200000002500000030000000350000004000000045000000

Referensi

Dokumen terkait

Nilai pH di lokasi penelitian masih memenuhi baku mutu yaitu berkisar 8,00-8,17 dengan nilai tertinggi ditemukan di stasiun 1 yaitu perairan lepas pantai dan berdekatan

makalah dalam Prosiding Kongres Internasional Bahasa-Bahasa Daerah Sulawesi Tenggara.. Routledge: London and

Berdasarkan uraian dan fenomena di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan mengambil judul “Pengaruh Profitabilitas, Leverage,

Sensor ultrasonik yang terpasang pada Rancang Bangun Sistem Pemberian Pakan dan Pembersih Kotoran Berbasis Mikrokontroler dapat digunakan untuk membaca ketinggian

Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol kulit batang tumbuhan Sala terhadap Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Klebsiella pneumoniae menunjukkan

Adapun kelompok industri makanan terdapat 1.867 unit yang terdiri dari usaha tahu-tempe sejumlah 769 unit dan terkonsentrasi di desa Adiwerna, serta usaha kerupuk

Perusahaan berupaya menghasilkan produk yang sesuai dengan harapan pelanggan dengan cara memperbaiki dan menemukan proses kerja secara berkesinambungan, dengan kata