• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. Sejarah dan Implementasi South Asia Free Trade Area (SAFTA) Organisasi Asia Selatan South Asian Association for Regional Cooperation

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II. Sejarah dan Implementasi South Asia Free Trade Area (SAFTA) Organisasi Asia Selatan South Asian Association for Regional Cooperation"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

28

BAB II

Sejarah dan Implementasi South Asia Free Trade Area (SAFTA)

Dalam bab II menjelaskan tentang Sejarah terbentuknya program kerjasama ekonomi South Asia Free Trade Area (SAFTA) di mana SAFTA sendiri merupakan salah satu upaya Perjanjian perdagangan bebas yang di hasilkan dari kesepakatan Organisasi Asia Selatan South Asian Association for Regional Cooperation (SAARC) di salah satu dari bidang kerja sama yaitu Economic, Trade and Finance.

Adanya kerjasama perdagangan SAFTA ini terdapat suatu perjanjian yang disepakati oleh seluruh anggota SAARC untuk meningkatkan perekonomian di negara-negara yang berada di kawasan di mana Implementasi dari kesepakatan perjanjian SAFTA juga dijelaskan di bab ini untuk membantu dalam proses analisis data pada bab selanjutnya.

2.1 Sejarah South Asia Free Trade Area (SAFTA)

Kawasan Asia Selatan telah mengkonstruksikan gagasannya, melalui diskusi pembentukan kerja sama regional, sebagai posisi pemanfaatan regional di Asia Selatan. Hal tersebut dilakukan pada konferensi, Asian Relations Conference di New Delhi ditahun 1947, Baguio Conference di Filipina 1950, dan Colombo Powers Conference di Filipina tahun 1954.

1

Setelah melakukan konsultasi

1 Asian Relations Conference Diakses dari

https://www.researchgate.net/publication/322804800_Causes_behind_the_1st_Asian_Relations_C onference-1947_New_Delhi_India (16/12/2020, 15.30 WIB).

(2)

29

diplomatik antar negara Asia Selatan telah disepakati sebuah draft framework pembentukan South Asian Association for Regional Cooperation (SAARC) yang diusulkan oleh Ziaur Rahman sebagai Presiden Bangladesh, pada 2 Mei 1980.

2

Gambar 2.1 Anggota South Asian Association for Regional Cooperation (SAARC)

3

2 Zaglul Haider, “Crises of Regional Cooperation in South Asia”, . SAGE Publications, Vol. 32(4):

423–437,Desember 2001, halaman 1.

3 Anggota South Asian Association for Regional Cooperation (SAARC) dari

https://www.dreamstime.com/map-south-asian-association-regional-cooperation-saarc-map-south- asian-association-regional-cooperation-saarc-color-image108135060 (10/4/2021, 22.20 WIB)

(3)

30

Sehingga pada tanggal 8 Desember 1985 dibentuklah South Asia Association for Regional Cooperation (SAARC) yang dibentuk untuk meningkatkan kerja sama ekonomi, keamanan dan sosial antar negara-negara yang berada dikawasan Asia Selatan. Pada awal terbentuknya, SAARC ini beranggotakan 7 negara yaitu Bangladesh, Bhutan, India, Maladewa, Nepal, Pakistan dan Sri lanka.

4

Kemudian pada tanggal 13 November 2005 India meminta SAARC untuk memasukan Afghanistan menjadi anggota sehingga dua tahun setelah itu secara resmi anggota SAARC menjadi delapan negara.

5

Dalam aktivitasnya SAARC telah merealisasikan sejumlah institusi kerja sama Asia Selatan salah satunya merumuskan landasan program kerja sama serta prinsip-prinsip yang disebut SAARC Charter. Kandungan prinsip-prinsip pada SAARC Charter memiliki interpretasi yang relevan dengan setiap regionalisme yang ada terutama sesuai dengan ASEAN, salah satu prinsipnya yakni non- interference, dan kerja sama SAARC akan mengacu pada isu-isu multilateral sentris. Dengan pengaruh globalisasi untuk mencapain integrasi, SAARC mencoba memproyeksikan momentum untuk menjaga stabilitas kawasan dan meminimalisir ancaman inter dan intra-negara Asia Selatan, melalui kerja sama ekonomi.

Permulaan kerja sama melalui ekonomi merupakan kerja sama yang paling efektif dan signifikan karena diiyakini oleh setiap negara mampu meningkatkan kapasitas

4 About SAARC Diakses dari https://www.saarc-sec.org/index.php/about-saarc/about-saarc (12/3/2021, 15.32 WIB).

5 Kementrian Luar Negeri India diakses dari https://mea.gov.in/press-

releases.htm?dtl/5072/13th+SAARC+Summit+being+held+in+Dhaka+on+November+1213+2005 (10/3/2021, 22.20 WIB).

(4)

31

ekonomi dan sumber daya manusia, sehingga memperoleh profit dalam bentuk pencapaian kepentingan nasional masing masing negara.

6

Demikian usaha kerja sama regional Asia Selatan membutuhkan 10 tahun untuk bisa memulai liberalisasi ekonomi dengan melalui integrasi ekonomi di Asia Selatan. Proposal untuk membentuk Perjanjian Perdagangan Preferensial Asia Selatan (SAPTA) diterima dan mulai beroperasi secara resmi pada bulan Desember 1995. Pada tahun 1996, negara-negara anggota SAARC pada prinsipnya setuju untuk melangkah lebih jauh dan berupaya untuk memberlakukan Perjanjian Perdagangan Bebas Asia Selatan (SAFTA) pada tahun 2000 dan tidak melebihi tahun 2005.

7

Dengan kemajuan nyata dari tiga putaran negosiasi di bawah SAPTA yang diselesaikan tahun 1998, pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) SAARC ke-10 di Colombo pada tanggal 31 Juli 1998. Di mana Kepala Negara Anggota SAARC memulai diskusi mengenai peningkatan kerja sama ekonomi yang sebelumnya Preferential Trade Agreement (PTA) menjadi Free Trade Agreement (FTA) serta

memutuskan untuk membentuk Commite of Expert (COE) yang akan bertugas untuk membuat draft yang memuat berbagai aspek untuk menciptakan kawasan perdagangan bebas di antara negara-negara anggota diusulkan agar tanggal pembentukan SAFTA dimajukan menjadi tahun 2001. Tetapi Momentum kerja sama ekonomi di Asia Selatan mengalami kemunduran sejak akhir tahun 1998, dengan memburuknya hubungan bilateral antara India dan Pakistan yang

6 Perera S. The South Asian Free Trade Area: an Analysis of Policy Options for Sri Lanka, Journal of Economic Integration 24(3) , September 2009. Hal 1.

7 Shaheen Rafi dan Faisal Haq, Regional Integration, Trade and Conflict in South Asia diakses dari https://www.iisd.org/pdf/2007/tas_rta_south_asia.pdf (25/11/2019, 10.30 WIB).

(5)

32

mengakibatkan penundaan Konsekuensi KTT Kepala Negara SAARC selama tiga tahun berikutnya.

8

Dengan dimulainya kembali kontak resmi pada Januari 2002, negosiasi Kerangka Perjanjian SAFTA setelah draft perjanjian SAFTA yang dirancang oleh COE telah selesai dan disepakati pada KTT SAARC ke-12 di Islamabad pada tanggal 6 Januari 2004

9

dan SAFTA akan mulai diberlakukan pada tanggal 1 Januari 2006.

10

Usaha dari liberalisasi regional untuk meningkatkan perdagangan antar negara dalam satu kawasan biasanya dilakukan dengan dengan cara memakai instrumen-instrumen kebijakan perdagangan, seperti menurunkan tariff dan non- tarrif, mengurangi tingkat intervensi negara terhadap aktivitas ekonomi, perilaku terhadap penanam modal asing, serta mengurangi tingkat kekerasan di wilayah tersebut malalui adanya kerja sama regional. Sehingga tujuan yang adanya SAFTA ini adalah:

11

a) Menghilangkan hambatan di dalam terjadinya perdagangan dan memfasilitasi pertukaran barang antara negara yang melakukan kerjasama b) Mempromosikan kompetisi yang adil dalam pertukaran barang maupun jasa

dan untuk memastikan keuntungan yang sama antara negara yang berkerjasama

8 Sadiq Ahmed, Saman Selegama&Ejaz Gani,2010,”Promoting Economic Cooperation in South Asia: Beyond SAFTA”, New Delhi:SAGE Publication India, halaman 72.

9 Agreement on South Asian Free Trade Area (SAFTA) https://www.saarc-

sec.org/index.php/resources/summit-declarations/23-twelfth-saarc-summit-islamabad-2004/file (29/4/2021, 18.40 WIB)

10 Dilika putri, Op. Cit.,, hal 2.

11 Kurnia Haryati, Implementasi South Asia Free Trade Area (SAFTA) tahun 2006 dalam rangka meningkatkan perekonomian di Asia Selatan, Skripsi, Bandung: Jurusan Hubungan Internasional, Universitas Padjajaran, hal. 1.

(6)

33

c) Membuat suatu mekanisme yang efektif untuk mengimplementasi dari perjanjian ini untuk administrasi bersama dan resolusi dari ketidaksepahaman.

d) Memperkuat Framwork dari kerjasama regional untuk memperbesar keuntungan bersama dari perjanjian ini.

Melalui tujuan-tujuan dari adanya SAFTA maka diharapkan negara-negara anggota SAARC mampu untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan di negaranya.

SAFTA memiliki pendekatan yang jelas untuk liberalisasi ekonomi.

Dengan menentukan pengurangan tarif yang disesuaikan waktu untuk setiap negara anggota. Dibawah program pembebasan perdagangan yang dijadwalkan selesai pada 10 tahun ke depan tepatnya pada tahun 2016, bea masuk produk dari negara- negara dikawasan tersebut akan dikurangi secara bertahap. South Asia Free Trade Area (SAFTA) merupakan Perjanjian yang lebih komprehensif daripada SAPTA, yang membahas berbagai masalah yang terkait dengan perdagangan, seperti menyamakan standar dan sertifikasi, prosedur dan klasifikasi bea cukai, fasilitasi angkutan dan transportasi, aturan persaingan yang sehat dan liberalisasi pertukaran mata uang asing. Baik sehubungan dengan ketentuan perdagangan yang adil dan perluasan agenda ekonomi, SAFTA menawarkan prospek yang lebih baik daripada SAPTA untuk meningkatkan hubungan antara negara-negara anggota.

12

12 Perera, Loc. Cit., halaman 6.

(7)

34

2.2 Implementasi South Asia Free Trade Area (SAFTA)

India merupakan salah satu negara dikawasan Asia selatan yang tergabung dalam WTO selain Pakistan sehingga India adalah negara Most Favoured Nation (MFN) di dalam kesepakatan SAFTA. Prinsip dari Most Favored Nation (MFN) dan National Treatment merupakan dua prinsip yang terkandung dalam General Agreement On Tariffs And Trade (GATT) dan berlaku pada seluruh negara yang berpatisipasi dalam WTO. Selain Prinsip yang terdapat dalam GATT itu juga termasuk dalam perjanjian lain seperti General Agreement On Trade In Service (GATS), Trade Related Investment Measures (TRIMS) dan Trade Related Aspect Of Intellectual Property Right (TRIPS). Namun dalam perjanjian-perjanjian tersebut terdapat perbedaan yaitu prinsip MFN merupakan tindakan yang dilakukan di perbatasan sedangkan National Treatment berlaku di internal setelah sebuah produk masuk ke dalam pasar.

13

2.2.1 General Agreement on Tariffs and Trade (GATT)

General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) merupakan perjanjian dagangan multilateral yang bertujuan untuk menciptakan perdagangan bebas, adil dan membantu pertumbuhan ekonomi dan pembangunan untuk mewujudkan kesejahteraan manusia. Persoalan proteksi dalam perdagangan Internasional merupakan suatu masalah yang bersifat global. Oleh karena itu, rezim internasional dalam bidang ekonomi dan Perdagangan sejak akhir Perang Dunia II mengaturnya melalui GATT (General Agreement on Tariffs and Trade). Negara maju dan negara sedang

13 Marko Cahya Susanto, Loc. Cit., 301

(8)

35

berkembang memanfaatkan instrumen seperti ini sebagai suatu bagian kebijakan mereka yang dipandang rasional. Efek negatif yang telah terjadi adalah berkaitan dengan hambatan ekspor, dan yang paling parah berlangsung di negara-negara sedang berkembang, baik terhadap komoditas primer maupun sekunder ataupun komunitas manufaktur. Hal ini menyebabkan pengembangan devisa (reserve) menjadi tergantung, terutama bagi negara-negara dunia ketiga yang banyak menggantungkan diri kepada orientasi aspek-aspek ekonomis bantuan negara-negara maju.

14

Michael Todaro mengungkapkan sesuatu yang dianggap sebagai kebijakan-kebijakan perdagangan dan ekonomi negara-negara maju yang amat penting dilihat dari segi penghasilan devisa bagi negara dunia ketiga, yaitu

15

:

1. Hambatan tarif dan bukan tarif terhadap ekspor negara sedang berkembang.

2. Insentif ekspor negara-negara maju

3. Bantuan penyesuaian bagi para pekerja industri di negara maju yang tersingkir, yang disebabkan oleh ekspor barang-barang negara sedang berkembang yang murah dan padat karya.

4. Dampak umum dari kebijakan ekonomi domestik negara-negara kaya terhadap perekonomian negara-negara sedang berkembang

14 Yanuar Ikbar, 2007, “Ekonomi Politik Internasional 2 Implementasi Konsep dan Teori”, Bandung:

Refika Aditama, halaman 121.

15 Ibid., halaman 122

(9)

36

Pengelompokan dari sejumlah negara dalam kerjasama regional untuk menghapus hambatan perdagangan antara mereka juga diperbolehkan, spenjang masih bisa seusai dengan ketentuan GATT. Ketentuan GATT menyebutkan bahwa keberadaan kelompok regional diperbolehkan untuk meningkatkan perdagangan di antara negara-negara dalam kelompok dan tidak menimbulkan hambatan perdagangan bagi negara-negara di luar regional.

Perdagangan Barang (GATT) dikawasan Asia Selatan.

16

 Liberalisasi Perdagangan Negara-negara Asia Selatan di mulai sejak terbentuknya SAPTA (South Asian Preferential Trade Agreeement) yang telah beroperasi secara sah pada bulan Desember 1995.

 Menghilangkan hambatan dalam perdagangan Negara-negara Asia Selatan dan memfasilitasi arus perdagangan lintas batas antar negara pada negara-negara yang berkerja sama dalam perjanjian SAFTA

 SAFTA akan melibatkan pergerakan barang secara bebas, antara lain melalui penghapusan tarif, para-tarif dan pembatasan non- tariff pada pergerakan barang.

 Untuk memberikan akses preferensial ke Negara-negara anggota di bawah perjanjian SAFTA, barang yang akan di perdagangkan harus melalui proses manufaktur

16 Agreement on South Asia Free Trade Area (SAFTA) diakses dari https://commerce.gov.in/writereaddata/trade/safta.pdf (23/7/2020, 18.30 WIB).

(10)

37

Barang yang dihasilkan oleh sebagian besar negara di Asia Selatan merupakan barang dari sektor pertanian dan sektor manufaktur yaitu pakaian dan tekstil yang merupakan industri barang rendah teknologi.

Tetapi barang yang di hasilkan mempunyai keunggulan komparatif untuk bersaing dengan barang yang di hasilkan oleh negara lain dalam segi biaya produksi yang lebih rendah dari negara lain.

17

Barang yang di atur dalam perjanjian SAFTA sendiri antara lain adalah a) Barang mentah atau mineral yang berasal dari tanah, b) Hasil pertanian, sayur dan hutan, c) Hewan, d) Produk yang diperoleh dari hewan, e) Produk yang diperoleh dari perburuan atau penangkapan ikan, f) Hasil dari laut, g) Hasil dari Manufaktur.

18

Pakistan dan Sri Lanka merupakan Negara yang mempunyai keunggulan komparatif dalam Industri tekstil, Bangladesh berfokus kepada garmen seperti kapas, kain makanan laut yang sudah di proses serta obat- obatan, sedangkan Bhutan, Maladewa dan Nepal selain berfokus kepada tekstil mereka juga berfokus kepada Industri pariwisata yang mempunyai keunggulan daripada negara lain setelah itu Industri di India lebih mencakup ke sektor yang berteknologi tinggi seperti petrokimian, barang elektronik, alat transportasi, baja dan alumunium.

19

17 Dilika Putri, Op. Cit. hal. 5

18 Rules of Determination of Origin of Goods under Agreement of SAFTA diakses dari

https://www.cbic.gov.in/htdocs-cbec/customs/cs-act/formatted-htmls/cs-safta-rule (6/7/2021, 01.20 WIB)

19 Ibid.

(11)

38

Setelah itu dalam perjanjian SAFTA terkandung penerapan tentang perjanjian untuk mengatur penurunan tariff yang telah disepakati dimana dalam Perjanjian tentang SAFTA yang mulai berlaku sejak 1 Januari 2006 ini dibagi menjadi dua kelompok dalam satu wilayah Asia Selatan yaitu Non-Least Developed Contracting States (NLDCs) dan Least Developed Contracting States (LDCs). India, Pakistan, dan Sri Lanka dikategorikan sebagai NLDCs dan Bangladesh, Bhutan, Maladewa, dan Nepal dikategorikan sebagai LDCs. Afghanistan yang menjadi anggota SAARC kedelapan selama KTT SAARC ke-14 yang diadakan pada 3-4 April 2007 di New Delhi akan ikut serta dalam Perjanjian SAFTA sebagai anggota LDC.

20

Pasal 7 Perjanjian SAFTA menetapkan program liberalisasi tarif bertahap atau tariff liberalization program (TLP) di mana, dalam dua tahun, Non-LDCs akan menurunkan tarif hingga 20%, sementara LDCs akan menurunkannya hingga 30%. Non-LDCs kemudian akan menurunkan tarif dari 20% menjadi 0-5% dalam 5 tahun (Sri Lanka 6 tahun), sementara LDCs akan menurunkan tarif secara bertahap dalam 8 tahun. NLDC akan mengurangi tarif mereka untuk barang import LDCs menjadi 0-5% dalam 3 tahun. Tariff liberalization program ini akan mencakup semua jalur tarif kecuali yang disimpan dalam Sensitive list (daftar negatif) oleh negara- negara anggota.

21

20 Agreement on South Asia Free Trade Area (SAFTA) diakses dari https://commerce.gov.in/writereaddata/trade/safta.pdf (23/7/2020, 20.00 WIB)

21 Ibid.

(12)

39

Negara-negara anggota mempunyai berbagai kriteria untuk menyiapkan daftar sensitif mereka. Salah satu kriteria tersebut adalah untuk memberikan perlindungan kepada sektor-sektor rentan seperti industri yang baru lahir (infant industry argument), produsen skala kecil (socio-economic arguments) dan produsen pertanian (food security concerns).

22

Table 2.1 : Sensitive Lists pada negara-negara SAFTA

23

Perjanjian SAFTA memberikan ruang lingkup untuk memelihara daftar sensitif (Sensitive lists), yang tidak tunduk pada program

22 Nisha Taneja, Saon Ray, Neetika Kaushal and Devjit Roy Chowdhury, Enchancing Intra- SAARC Trade: Pruning India Sensitive List under SAFTA, ICRIER (Indian Council for Research on International Economic Relations), Working Paper no. 255, April 2011. India Habitat Centre New Delhi.

23 Selim Raihan, Rules of Origin and Sensitive List under SAFTA and Bilateral FTAs among South Asian Countries: Quantitative Assesment of potential implications for Nepal, SANEM (South Asian Network on Economic Modeling), MPRA Paper no. 37893, 7 April 2012, University of Dhaka.

Negara Jumlah Sensitive List Sensitive List (%) dari total High sensitive Lines

Non-LDCs LDCs Non-LDCs LDCs

Bangladesh 1.254 1.249 24.0 23.9

Bhutan 157 157 3.0 3.0

India 865 744 16.6 14.2

Maldives 671 671 12.8 12.8

Nepal 1.335 1299 25.6 24.9

Pakistan 1.191 1.191 22.8 22.8

Sri Lanka 1.079 1.079 20.7 20.7

(13)

40

pengurangan tarif. Kesepakatan menyatakan bahwa daftar sensitif akan berbeda untuk LDC dan non-LDC. Bangladesh, India dan Nepal yang mempertahankan daftar sensitif yang berbeda untuk LDC dan non-LDC. di samping itu, LDC memiliki daftar sensitif yang lebih banyak daripada non- LDC.

24

2.2.2 Jasa dan tenaga kerja (GATS)

Dalam perjanjian SAFTA terdapat aturan bagi negara-negara untuk memudahkan jasa dan tenaga kerja yang akan dilakukan dalam pelaksanaan SAFTA hal itu meliputi : Telecomunication services, Transportacion services dan Enviromental services.

25

Dalam Upaya meningkatkan kerja sama ekonomi melalui perjanjian perdagangan bebas di bidang jasa, negara- negara Asia Selatan menyepakati adanya SAARC Agreement on Trade in Servis (SATIS) yang di tanda tangani pada pertemuan SAARC ke enam belas. Para pemimpin dari negara-negara anggota SAARC menginginkan adanya kerja sama baru di dalam perdagangan antar anggota dan memperdalam integrasi ekonomi regional. Perjanjian liberalisai di dalam bidang jasa ini mulai di ratifikasi oleh semua negara anggota dan mulai berlaku pada 29 November 2012.

26

24 Ibid.

25 Agreement on South Asia Free Trade Area (SAFTA) diakses dari

https://commerce.gov.in/writereaddata/trade/safta.pdf (23/7/2021, 20.00 WIB)

26 South Asia Assosiation for Regional Cooperation Diakses dari http://saarc- sec.org/areas_of_cooperation/area_detail/economic-trade-and-finance/click-for-details_7

(20/7/2020, 13.30 WIB).

(14)

41

Pertemuan kesebelas kelompok ahli yang membahas tantang Perjanjian SATIS yang diadakan di Islamabad pada tanggal 5 Juli 2015 mencatat bahwa Afghanistan, Bangladesh, Bhutan, India, Nepal, Maladewa dan Sri Lanka yang siap dengan Daftar Penawaran Akhir mereka dan siap untuk mengajukan penawaranya, sedangkan Pakistan masih belum siap untuk mengajukan penawaranya.

Setelah konfirmasi draft penawaran dari semua Negara Anggota telah diterima, Daftar ini akan diteruskan ke Sekretariat SAARC dan semua Negara Anggota. Daftar Penawaran Akhir ini akan diperiksa oleh Negara- negara Anggota dan selanjutnya diajukan pada Pertemuan Keduabelas Kelompok Ahli yang diadakan di New Delhi pada tahun 2017.

2.2.3 Trade Related Invesment Measures (TRIMS)

Kerja sama investasi yang terdapat dalam kesepakatan South Asia Free Trade Area (SAFTA) yang sudah disepakati di dalam kontraknya bahwa pengaturan perdagangan preferensial di antara Negara-negara Anggota SAARC akan bertindak sebagai stimulus untuk memperkuat ketahanan ekonomi nasional negara dan organisasi SAARC. Serta pengembangan ekonomi nasional di Negara-negara Anggota dengan memperluas peluang investasi dan produksi, perdagangan, dan pendapatan valuta asing juga sebagai pengembangan kerja sama ekonomi dan teknologi.

Adanya TRIMs bertujuan untuk menghapus atau mengurangi segala

kebijakan di bidang investasi yang dapat menghambat proses

(15)

42

berlangsungnya kegiatan perdagangan antar negara. Dalam Artikel 8 dalam perjanjian SAFTA memuat point-point tentang penghapusan hambatan untuk investasi yaitu

27

:

a) Standar barang yang sama, pengakuan timbal balik atas pengujian dan akreditasi laboratorium pengujian Negara Peserta dan sertifikasi produk.

b) Penyederhanaan proses bea cukai.

c) Menselaraskan klasifikasi pabean nasional berdasarkan HS coding system.

d) Kerja sama pabean untuk menyelesaikan sengketa di titik masuk pabean.

e) Penyederhanaan dan menselaraskan prosedur perizinan dan pendaftaran impor.

f) Penyederhanaan prosedur perbankan untuk pembiayaan impor.

g) Fasilitas transit untuk perdagangan intra-SAARC yang lebih efisien.

h) Penghapusan hambatan untuk investasi intra-SAARC.

i) Konsultasi ekonomi makro.

j) Aturan untuk kompetisi yang adil bagi penyedia Ventire capital (VC) atau pemodal yang merupakan investor swasta

k) Pengembangan sistem komunikasi dan infrastruktur transportasi.

27 Agreement on South Asia Free Trade Area (SAFTA) diakses dari https://commerce.gov.in/writereaddata/trade/safta.pdf (23/7/2020, 14.30 WIB).

(16)

43

l) Membuat pengecualian terhadap pembatasan mata uang asing dari investor, terkait dengan pembayaran untuk produk-produk di bawah skema SAFTA, serta pemulangan pembayaran tersebut tanpa mengurangi hak-hak mereka berdasarkan Pasal XVIII dari Perjanjian Umum tentang Tarif dan Perdagangan (GATT) dan ketentuan yang relevan dari Artikel International Monetary Fund (IMF).

m) Penyederhanaan prosedur untuk visa bisnis.

Dengan adanya kesepakatan untuk memudahan dalam investasi di negara Asia Selatan perjanjian SAFTA berupaya untuk meningkatkan ekonomi dan kerja sama antara anggota SAARC.

2.2.4 Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPS) Lahirnya persetujuan TRIPs dalam Putaran Uruguay (GATT) pada dasarnya merupakan dampak dari kondisi perdagangan dan ekonomi internasional yang semakin meluas dan tidak lagi mengenal batas batas negara. Amerika sebagai negara pertama yang mengemukakan lahirnya TRIPs sebagai antisipasi yang menilai WIPO (Word Intellectual Property Organization) di bawah PBB, tidak bisa melindungi Hak Cipta Kekayaan Intelektual (HAKI) mereka di pasar Internasional yang berakibat neraca perdagangan menjadi negatif.

28

28 Siti Munawaroh, “Peranan Trips (Trade Related Aspects of Intelectual Property Rights) Terhadap Hak Atas Kekayaan Intelektual di Bidang Teknologi Informasi di Indonesia” Jurnal Teknologi Informasi DINAMIK Volume XI, No. 1, Januari 2006, hal. 23-29

(17)

44

TRIPs sendiri bertujuan untuk melindungi dan menegakkan hukum hak milik intelektual yang berguna untuk mendorong timbulnya inovasi, pengalihan serta penyebaran teknologi, menfaat bersama pembuat dan pemakai pengetahuan teknologi, dengan cara yang menciptakan kesejahteraan sosial dan ekonomi serta berkesinambungan antara hak dan kewajiban.

29

Tujuan dari adanya TRIPs adalah

30

a) Meningkatkan perlindungan terhadap Hak Atas Kekayaan Intelektual dari produk yang diperdagangkan

b) Adanya jaminan agar prosedur pelaksanaan Hak Atas Kekayaan Intelektual yang tidak menghambat adanya kegiatan perdagangan

c) Merumuskan aturan serta disiplin mengenai pelaksanaan perlindungan terhadap Hak Atas Kekayaan Intelektual d) Perkembangnya Prinsip, Aturan dan mekanisme kerjasama

internasional untuk mengani perdagangan barang-barang hasil pemalsuan atau pembajakan Hak atas Kekayaan Intelektual.

Oleh sebab itu diperlukan untuk mengurangi gangguan dan hambatan dalam perdagangan internasional, dengan mengingat kebutuhan untuk meningkatkan perlindungan yang efektif dan memadai terhadap hak

29 Ibid.

30 Pengesahan Agreement Estabilishing The World Trade Organization diakses dari https://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/487.pdf (5/7/2021, 14.30 WIB)

(18)

45

milik intelektual, serta menjamin tindakan dan prosedur untuk menegakkan hak milik intelektual tidak menjadi penghalang bagi perdagangan yang sah.

Dalam pertemuan kedua sub kelompok yang membahas tentang bantuan teknis yang berlangsung di kathmandu, 31 Agustus sampai 3 September 2005 menghasilkan lampiran-II perjanjian SAFTA di mana dalam point nomer 4 meningkatkan kapasitas nasional negara Asia Selatan dalam Trade Related Aspects of Intelectual Property Rights (TRIPs).

31

Pada 15 Mei 2006 Dewan Umum WTO memutuskan untuk mempublikasikan semua dokumen resmi yang dikeluarkan berdasarkan General Agreement on Tariffs and Trade (GATT). Ini juga termasuk seluruh dokumen resmi tentang TRIPs dan area lain dari negosiasi Putaran Uruguay.

32

31 Agreement on South Asia Free Trade Area (SAFTA) diakses dari https://commerce.gov.in/writereaddata/trade/safta.pdf (23/7/2020, 15.00 WIB) pada tanggal 23 July 2020.

32 World Trade Organization Diakses dari https://www.wto.org/english/tratop_e/trips_e/trips_e.htm (23/7/2020, 16.30 WIB).

Gambar

Table 2.1 : Sensitive Lists pada negara-negara SAFTA 23

Referensi

Dokumen terkait

Disinilah tonggak pengkajian filsafat mengenai manusia dan segala permasalahanya yaitu tentang sosial dan budaya yang nantinya filsafat sokrates ini dilanjutkan oleh muridnya

Senyawa metabolit sekunder pada tumbuhan memiliki beberapa fungsi antara lain sebagai atraktan (menarik serangga penyerbuk), melindungi dari stres lingkungan, perlindungan

sosial anggota dan membangun solidaritas anggota adalah dengan memperhatikan kohesi/persatuan pada kelompok, motif atau dorongan anggota untuk tetap bertahan

Pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa untuk berkarya baik secara individual maupun kelompok diantaranya adalah pembelajaran berbasis Proyek dalam standar

Presentase (%) kelayakan 88% Sangat layak Berdasarkan hasil validasi kelayakan teoritis media flash untuk melatihkan berpikir kritis materi ekosistem yang dilihat

Metode Persediaan Rata- Rata Tertimbang yang menggunakan suatu harga pokok tunggal yang akan digunakan untuk menghitung harga pokok barang yang dijual atau barang yang masih ada

Muhammadiyah dan MTA merupakan salah satu contoh organisasi sosial keagamaan yang melakukan gerakan pemurnian Islam di Surakarta.. Penelitian ini dilakukan untuk

Laporan Akhir Pusat Studi Transportasi dan logistik Yogyakarta 2001 Pembangunan infrastruktur 533 LAP 629 Kan l Studi Pola Jaringan Transportasi Jalan Yogyakarta Pusat