• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III GAMBARAN UMUM PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III GAMBARAN UMUM PENELITIAN"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

31 BAB III

GAMBARAN UMUM PENELITIAN

Pada bab ini akan memaparkan gambaran wilayah studi, yang mana terlebih dahulu akan dipaparkan mengenai gambaran umum Kota Bandar Lampung meliputi kondisis geografis, topografi, hidrologi, serta tutupan lahan dan ekoregion di Kota Bandar Lampung..

3.1 Kondisi Geografis Kota Bandar Lampung

Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung serta merupakan pusat kegiatan perekonomian daerah Lampung. Kota Bandar Lampung terletak di wilayah yang strategis karena merupakan daerah transit kegitaan perekonomian antara pulau Sumatera dan pulau Jawa, sehingga menguntungkan bagi pertumbuhan dan pengembangan Kota Bandar Lampung sebagai pusat perdagangan, industri dan pariwisata. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada 5º20’sampai dengan 5º30’lintang selatan dan 105º28’ sampai dengan 105º37’ bujur timur. Ibukota Provinsi Lampung ini berada Teluk Lampung yang terletak di ujung selatan Pulau Sumatera. (BPS Kota Bandar Lampung, 2018)

Kota Bandar Lampung memiliki luas wilayah 197,22 Km² yang terdiri dari 20 Kecamatan dan 126 Kelurahan. Secara administratif Kota Bandar Lampung dibatasi oleh:

1. Sebelah Utara: Berbatasan dengan Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan.

2. Sebelah Selatan: Berbatasan dengan Teluk Lampung.

3. Sebelah Barat: Berbatasan dengan Kecamatan Gedung Tataan dan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran.

4. Sebelah Timur: Berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Bintang

Kabupaten Lampung Selatan.

(2)

Sumber: Peneliti, 2020

Gambar 3. 1 Peta Administrasi Kota Bandar Lampung

(3)

3.2 Topografi Kota Bandar Lampung

Kota Bandar Lampung memiliki kondisi topografi yang cukup beragam, mulai dari dataran pantai hingga pegunungan, dengan ketinggian permukaan antara 0 sampai 500 meter di atas permukaan laut. Terdapat pegunungan yang membentang dari arah Barat ke Timur dengan puncak tertinggi pada Gunung Betung di sebelah Barat dan Gunung Dibalau serta perbukitan Batu Serampok di sebelah Timur. Wilayah pantai terdapat di sekitar Teluk Betung dan Panjang dan pulau di Bagian Selatan (Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandar Lampung, 2016).

Dengan kondisi tersebut, Kota Bandar Lampung memiliki keindahan alam pesisir pantai dan pegunungan yang berpotensi dikembangkan menjadi suatu objek wisata. Garis pantai yang cukup panjang yang terdapat di Kota Bandar Lampung bisa menjadi modal utama Kota Bandar Lampung untuk dikembangkan sebagai kota pantai (waterfront city). Dengan adanya potensi yang sangat besar tersebut maka Kota Bandar Lampung diharapkan mampu dimanfaatkan secara baik dan maksimal tentunya dengan memperhatikan keberlanjutan lingkungan di Kota Bandar Lampung.

(4)

Sumber: Peneliti, 2020

Gambar 3. 2 Peta Topografi Kota Bandar Lampung

(5)

3.3 Hidrologi Kota Bandar Lampung

Kota Bandar Lampung memiliki dua sungai besar yaitu Way Kuripan dan Way Kuala, selain itu juga terdapat 23 sungai kecil. Semua sungai tersebut merupakan DAS (Daerah Aliran Sungai) yang berada di wilayah Kota Bandar Lampung dan sebagian besar bermuara di Teluk Lampung. Berdasarkan data dari Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandar Lampung (2016), kondisi air tanah di Kota Bandar Lampung dapat dibagi dalam beberapa bagian berdasarkan porositas dan permaebilitasnya seperti berikut ini:

1. Akuifer dengan produktifitas sedang, berada di kawasan pesisir Kota Bandar Lampung, yaitu di Kecamatan Panjang, Bumi Waras, Teluk Betung Selatan, Teluk Betung Barat dan Teluk Betung Timur.

2. Air tanah dengan akuifer produktif, berada di Kecamatan Kedaton, Tanjung Senang, bagian selatan Kecamatan Kemiling, Bagian Selatan Tanjung Karang Barat, dan sebagian kecil wilayah Kecamatan Sukabumi.

3. Akuifer dengan produktifitas sedang dan penyebaran luas, berada di bagian Utara Kecamatan Kemiling, bagian utara Tanjung Karang Barat, Tanjung Karang Pusat, Telukbetung Utara, dan sebagian kecil Kecamatan Tanjung Karang Timur.

4. Akuifer dengan produktifitas tinggi dan penyebaran luas, berada di sebagian besar Kecamatan Rajabasa dan Tanjung Karang Timur.

5. Akuifer dengan produktifitas rendah, berada di bagian UtaraKecamatan Panjang, Kecamatan Tanjung Karang Timur, dan Bagian Barat Kecamatan Telukbetung Selatan.

6. Air tanah langka, berada di Kecamatan Panjang dan bermuara di Teluk

Lampung.

(6)

Sumber: Peneliti, 2020

Gambar 3. 3 Peta Aliran Sungai Kota Bandar Lampung

(7)

3.4 Kependudukan Kota Bandar Lampung

Tabel III.1 menjelaskan bahwa Kota Bandar Lampung memiliki luas wilayah 197,22 km

2

dan memiliki jumlah penduduk sebesar 997.728 jiwa pada tahun 2016 dengan kepadatan penduduk sebesar 5.059 jiwa per kilometer persegi Invalid source specified..

Tabel III. 1 Jumlah Penduduk Per-Kecamatan di Kota Bandar Lampung

Kecamatan Jumlah Penduduk

Luas Wilayah (km2)

Kepadatan Penduduk

Teluk Betung Barat 30.365 11,02 2.755

Teluk Betung Timur 42.439 14,83 2.862

Teluk Betung Selatan 40.103 3,79 10.581

Bumi Waras 57.823 3,75 15.419

Panjang 75.716 15,75 4.807

Tanjung Karang Timur 37.815 2,03 18.628

Kedamaian 53.593 8,21 6.528

Teluk Betung Utara 51.556 4,33 11.907

Tanjung Karang Pusat 52.098 4,05 12.864

Enggal 28.620 3,49 8.201

Tanjung Karang Barat 55.750 14,99 3.719

Kemiling 66.885 24,24 2.759

Langkapura 34.587 6,12 5.651

Kedaton 49.990 4,79 10.436

Rajabasa 48.941 13,53 3.617

Tanjung Senang 46.647 10,63 4.388

Labuhan Ratu 45.696 7,97 5.734

Sukarame 58.005 14,75 3.933

Sukabumi 58.436 23,6 2.476

Way Halim 62.663 5,35 11.713

Kota Bandar Lampung 997.728 197,22 5.059 Sumber: BPS Kota Bandar Lampung, 2017

Pada tabel III.1 diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk tertinggi

terdapat pada Kecamatan Panjang, dengan jumlah penduduk sebanyak 75.716

jiwa pada tahun 2016 dan luas wilayah sebesar 15,75 km

2

. Kecamatan dengan

penduduk terendah terdapat pada Kecamatan Enggal dengan jumlah penduduk

sebanyak 28.620 jiwa, dengan luas wilayah sebesar 3,49 km

2

.

(8)

Kota Bandar Lampung menggalami pertumbuhan penduduk sekitar 1,59% per tahun dan diperkirakan akan mencapai 1,3 juta jiwa pada tahun 2020 berdasarkan RTRW Kota Bandar Lampung Tahun 2014. Pertumbuhan penduduk di Kota Bandar Lampung selain dipengaruhi oleh kelahiran (fertilitas), juga dipengaruhi oleh adanya migrasi menuju Kota Bandar Lampung. Hal ini dikarenakan Kota Bandar Lampung memiliki kegiatan sosial dan perekonomian yang sangat tinggi sehingga mendorong orang dari luar Bandar Lampung untuk melanjutkan pendidikan, bekerja, atau medirikan usaha di Kota Bandar Lampung.

Salah satu contohnya adalah karena terdapat banyak perguruan tinggi maka

banyak pelajar yang berasal dari luar Kota Bandar Lampung memilih untuk

menetap sementara di Kota Bandar Lampung untuk melanjutkan studi.

(9)

Sumber: Peneliti, 2020

Gambar 3. 4 Peta Kepadatan Penduduk Kota Bandar Lampung

(10)

3.5 Tutupan Lahan Kota Bandar Lampung Tahun 2010

Tutupan Lahan di Kota Bandar Lampung pada tahun 2010 ini digunakan sebagai data awal untuk dibandingkan dengan tutupan lahan terkini dengan tujuan untuk melihat perubahan tutupan lahan yang terjadi di Kota Bandar Lampung.

Data yang digunakan dalam penelitian kali ini bersumber dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Bandar Lampung. Berdasarkan data yang didapatkan, tutupan lahan di Kota Bandar Lampung pada tahun 2010 terbagi ke dalam sembilan jenis tutupan lahan, yakni hutan primer, hutan sekunder, perkebunan, sawah, tambak, lahan terbangun, lahan terbangun non permukiman, pelabuhan, serta pertambangan.

Tabel III. 2 Tutupan Lahan Kota Bandar Lampung Tahun 2010

No. Tutupan Lahan Luas (Ha) Persentase

1 Hutan Primer 2164 12,0

2 Lahan Terbangun 7470 41,5

3 Lahan Terbangun Non Permukiman 1237 6,9

4 Hutan Sekunder 3927 21,8

5 Pelabuhan 38 0,2

6 Perkebunan 1645 9,1

7 Pertambangan 45 0,2

8 Sawah 1484 8,2

9 Tambak 10 0,1

Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandar Lampung, 2020

Sumber: Peneliti, 2020

Gambar 3. 5 Grafik Tutupan Lahan Kota Bandar Lampung Tahun 2010

12

41.5 6.9

21.8 0.2 9.1

0.2 8.2

0.1

Grafik Tutupan Lahan Kota Bandar Lampung Tahun 2010 (Persen)

Hutan Lindung Lahan Terbangun Lahan Terbangun Non Permukiman Hutan Sekunder Pelabuhan Perkebunan Pertambangan Sawah Tambak

(11)

1. Hutan Primer

Hutan primer yang ada di Kota Bandar Lampung merupakan hutan lindung (protected forest) yang telah ditetapkan oleh pemerintah atau kelompok masyarakat tertentu untuk dilindungi. Undang-Undang RI No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menyebutkan bahwa “Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah“. Pada tahun 2010, di Kota Bandar Lampung memiliki kawasan hutan primer seluas 2.164 hektar atau 12% dari luas Kota Bandar Lampung. Kawasan hutan primer berada di lima kecamatan, yaitu Kecamatan Kemiling, Tanjung Karang Barat, Teluk Betung Barat, Teluk Betung Timur dan Teluk Betung Utara, dengan wilayah yang paling luas adalah di Kecamatan Teluk Betung Barat dengan luas mencapai 1.072 hektar.

2. Lahan Terbangun

Lahan terbangun adalah suatu area atau kawasan yang digunakan sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung kehidupan manusia (SNI 7645-2010). Lahan terbangun di Kota Bandar Lampung pada tahun 2010 merupakan yang terluas di antara semua jenis tutupan lahan, yakni 7.470 hektar dengan persentase 41,5 persen dari luas Kota Bandar Lampung. Tutupan lahan ini terdapat di seluruh kecamatan di Kota Bandar Lampung, dengan yang terluas adalah di Kecamatan Kemiling yang luasnya mencapai 629 hektar.

3. Lahan Terbangun Non Permukiman

Lahan terbangun non permukiman merupakan suatu area terbangun yang di

dalamnya terdapat kegiatan yang mendukung kehidupan masyarakat, seperti

kawasan industri, kawasan pelayanan umum, kawasan pariwisata,

perdagangan & jasa, serta perkantoran & pemerintahan. Lahan terbangun non

permukiman di Kota Bandar Lampung memiliki luas total sebesar 1.237

hektar. Kawasan ini terdapat di seluruh di kecamatan di Kota Bandar

Lampung, dengan kecamatan yang memiliki luas yang paling besar adalah di

Kecamatan Panjang dengan luas 309 hektar.

(12)

4. Hutan Sekunder

Hutan sekunder adalah seluruh kenampakan hutan dataran rendah, perbukitan dan pegunungan yang telah menampakkan bekas penebangan (kenampakan alur dan bercak bekas tebang), termasuk hutan kerdil, hutan kerangas, hutan di atas batuan kapur, hutan di atas batuan ultra basa, hutan daun jarum, hutan luruh daun dan hutan lumut. Di Kota Bandar Lampung, tutupan lahan ruang hutan sekunder ini biasanya berisikan tumbuhan yang dibiarkan tumbuh secara liar dan tumbuh di permukaan yg kurang landai seperti perbukitan dan rawa-rawa. Luas hutan sekunder di Kota Bandar Lampung pada tahun 2010 adalah 3.925 hektar atau 21,8% dari luas wilayah Kota Bandar Lampung, dan kecamatan dengan luas ruang terbuka hijau yang paling besar adalah di Kecamatan Panjang, dengan luas mencapai 494 hektar.

5. Pelabuhan

Pelabuhan adalah suatu tempat yang digunakan sebagai sandaran kapal, baik untuk bongkar muat barang maupun naik turun penumpang kapal. Di Kota Bandar Lampung terdapat satu pelabuhan yang berfungsi sebagai tempat bongkar muat barang industri dari dan ke Pulau Jawa, yaitu Pelabuhan Panjang yang terdapat di Kecamatan Panjang, dan memiliki luas area sebesar 38 hektar.

6. Perkebunan

Perkebunan di Kota Bandar Lampung adalah lahan yang ditanami berbagai tanaman, seperti kopi, coklat, karet, dan serta tanaman perkebunan lainnya.

Jenis tutupan lahan ini pada tahun 2010 memiliki luas area sebesar 1.645 hektar atau 9,1% dari luas wilayah Kota Bandar Lampung. Tutupan Lahan perkebunan terdapat di seluruh wilayah Kota Bandar Lampung dengan yang terbesar adalah di Kecamatan Sukabumi dengan luas area sebesar 541 hektar.

7. Pertambangan

Tutupan lahan pertambangan merupakan area terbuka yang diakibatkan oleh

kegiatan pertambangan. Di Kota Bandar Lampung sebagian besar kegiatan

pertambangan adalah untuk menggali bebatuan yang akan digunakan untuk

material bangunan. Luas total area pertambangan di Kota Bandar Lampung

pada tahun 2010 ad alah 45 hektar, dan terdapat di lima kecamatan yaitu

(13)

Kecamatan Bumi Waras, Kedamaian, Panjang, Sukabumi dan Tanjung Karang Timur.

8. Sawah

Tutupan lahan sawah merupakan area pertanian yang memiliki pengairan dari irigasi. Lokasi sawah biasannya terdapat di area pinggir Kota Bandar Lampung seperti di KecamatanKedamaian Kemiling, Langkapura, Rajabasa, Sukabumi, Sukarame dan Tanjung Senang. Total luas sawah di Kota Bandar Lampung adalah 1.484 hektar dengan kecamatan yang meiliki luas sawah yang peling besar adalah Kecamatan Sukarame dengan luas sawah 375 hektar.

9. Tambak

Tambak merupakan area yang digunakan sebagai aktivitas perikanan atau penggaraman yang tampak dengan pola pematang di sekitar pantai (SNI 7645-2010). Di Kota Bandar Lampung pada tahun 2010 terdapat tambak yang mengembangkan budidaya udang di Kecamatan Teluk Betung Timur dengan total luas area tambak 10 hektar.

Tabel III. 3 Tutupan Lahan Kota Bandar Lampung Berdasarkan Kecamatan Tahun 2010

No. Tutupan Lahan Kecamatan Luas (Ha)

1 Hutan Primer

Kemiling 527

Tanjung Karang Barat 25 Teluk Betung Barat 1072 Teluk Betung Timur 495

2 Lahan Terbangun

Bumi Waras 229

Enggal 190

Kedamaian 466

Kedaton 304

Kemiling 629

Labuhan Ratu 490

Langkapura 395

Panjang 246

Rajabasa 543

Sukabumi 472

Sukarame 621

Tanjung Karang Barat 477 Tanjung Karang Pusat 240

(14)

No. Tutupan Lahan Kecamatan Luas (Ha) Tanjung Karang Timur 168

Tanjung Senang 487

Teluk Betung Barat 245 Teluk Betung Selatan 173 Teluk Betung Timur 222 Teluk Betung Utara 343

Way Halim 508

3 Lahan Terbangun Non Permukiman

Bumi Waras 85

Enggal 70

Kedamaian 43

Kedaton 26

Kemiling 13

Labuhan Ratu 16

Langkapura 5

Panjang 309

Rajabasa 136

Sukabumi 250

Sukarame 65

Tanjung Karang Barat 3 Tanjung Karang Pusat 35 Tanjung Karang Timur 16 Teluk Betung Barat 10 Teluk Betung Selatan 51 Teluk Betung Timur 15 Teluk Betung Utara 49

Way Halim 35

4 Hutan Sekunder

Bumi Waras 76

Enggal 2

Kedamaian 230

Kedaton 35

Kemiling 490

Labuhan Ratu 64

Langkapura 36

Panjang 494

Rajabasa 272

Sukabumi 982

Sukarame 8

Tanjung Karang Barat 231 Tanjung Karang Pusat 8 Tanjung Karang Timur 7

Tanjung Senang 68

Teluk Betung Barat 441 Teluk Betung Selatan 82

(15)

No. Tutupan Lahan Kecamatan Luas (Ha) Teluk Betung Timur 253 Teluk Betung Utara 21

Way Halim 66

5 Pelabuhan Panjang 37

6 Perkebunan

Bumi Waras 17

Enggal 1

Kedamaian 29

Kedaton 4

Kemiling 246

Labuhan Ratu 28

Langkapura 89

Panjang 153

Rajabasa 3

Sukabumi 541

Sukarame 0

Tanjung Karang Barat 402 Tanjung Karang Pusat 56 Tanjung Karang Timur 7

Tanjung Senang 11

Teluk Betung Barat 0 Teluk Betung Selatan 27 Teluk Betung Timur 4 Teluk Betung Utara 10

Way Halim 8

7 Pertambangan

Bumi Waras 7

Kedamaian 19

Panjang 4

Sukabumi 10

Tanjung Karang Timur 5

8 Sawah

Kedamaian 24

Kemiling 225

Langkapura 2

Rajabasa 312

Sukabumi 215

Sukarame 375

Tanjung Senang 325

9 Tambak Teluk Betung Timur 10

Sumber: Peneliti, 2020

(16)

Sumber: Peneliti, 2020

Gambar 3. 6 Peta Tutupan Lahan Kota Bandar Lampung Tahun 2010

(17)

3.6 Ekoregion Bentang Lahan Kota Bandar Lampung

Berdasarkan data yang diperoleh dari Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Sumatera (PPPES) tahun 2016, Kota Bandar Lampung terbagi dalam sembilan jenis ekoregion dan tergolong dalam dua jenis bentang lahan, yaitu bentuk lahan asal volkanik (V) dan struktural (S). Bentuk lahan asal proses volkanik (V), merupakan kelompok besar satuan bentuk lahan yang terjadi akibat aktivitas gunung api, sedangkan bentuk lahan asal proses struktural (S), merupakan kelompok besar satuan bentuk lahan yang terjadi akibat pengaruh kuat struktur geologis. Kemudian untuk memverifikasi kondisi ekoregion di lapangan, peneliti melakukan ground check guna melihat kondisi eksisting ekoregion di Kota Bandar Lampung. Berikut merupakan data ekoregion Kota Bandar Lampung:

Tabel III. 4 Ekoregion Kota Bandar Lampung

Sumber: Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Sumatera (PPPES), 2016

No. Ekoregion Bentuk Lahan Luas (Ha)

1 Dataran Fluvio Gununapi Volkanik (V) 3849 2 Dataran Kaki Gunungapi Volkanik (V) 2800

3 Kaki Gunungapi Volkanik (V) 1617

4 Kerucut & Lereng Gunungapi Volkanik (V) 332 5 Pegunungan Lipatan Struktural (S) 6340 6 Pegunungan Patahan Struktural (S) 2439 7 Perbukitan Lipatan Struktural (S) 931 8 Perbukitan Patahan Struktural (S) 66

(18)

Sumber: Peneliti, 2020

Gambar 3. 7 Grafik Ekoregion Kota Bandar Lampung

1. Dataran Fluvio Gunungapi

Dataran Fluvio Gunungapi adalah suatu dataran yang terbentuk akibat endapan dari materi-materi endapan piroklastik (PPPES, 2016). Dataran ini biasanya dilalui sungai-sungai yang membawa materi akibat letusan pada daerah hilir sungai. Dataran fluvio gunungapi membentang di bagian tengah Kota Bandar Lampung, yakni di Kecamatan Rajabasa, Labuhan Ratu, Kedaton, Way Halim, Enggal, Tanjung Karang Timur serta Kecamatan Kedamaian dengan cakupan wilayah seluas 3.849 hektar atau 20,9% dari luas Kota Bandar Lampung. Di Kota Bandar Lampung, jenis ekoregion fluvio gunungapi yang membentang di tengah Bandar Lampung ini didominasi dengan permukiman dan pusat-pusat kegiatan masyarakat.

Pada jaman dahulu diperkirakan masyarakat lebih memilih untuk tinggal di dataran ini karena dianggap memiliki tanah yang subur. Namun seiring berjalannya waktu, terus berkembang dan menjadi padat seperti sekarang ini.

2. Dataran Kaki Gunungapi

Dataran Kaki Gunungapi adalah sebuah bidang atau sisi yang berada dibawah kaki gunung, kondisi morfologinya cenderung datar (PPPES, 2016). Ekoregion dataran kaki gunungapi memiliki luas 2.800 hektar atau

20.9

15.2

8.8 1.8 34.5

13.3 5.1

0.4

Grafik Ekoregion Kota Bandar Lampung (Persen)

Dataran Fluvio Gununapi Dataran Kaki Gunungapi Kaki Gunungapi Kerucut & Lereng Gunungapi Pegunungan Lipatan Pegunungan Patahan Perbukitan Lipatan Perbukitan Patahan

(19)

15,2% dari total wilayah. Ekoregion ini membentang di bagian Utara Kota Bandar Lampung, yakni di Kecamatan Tanjung Senang, Way Halim dan Sukarame. Ekoregion dataran gunungapi di Kota Bandar Lampung didominasi dengan perumahan masyarakat. Selain itu, juga terdapat sawah irigasi, namun seiring berjalannya waktu jumlahnya semakin berkurang karena semakin banyaknya pembangunan dan tidak terkendali.

3. Kaki Gunungapi

Kaki Gunungapi adalah bentuklahan gunungapi yang merupakan bagian kaki dari suatu tubuh gunungapi (PPPES, 2016). Ekoregion kaki gunung api memiliki luas 1.617 hektar yang berada di Kecamatan Kemiling, Langkapura dan Rajabasa. Di Kecamatan Kemiling dan Rajabasa merupakan wilayah yang memiliki permukiman yang cukup luas.

Walaupun memiliki wilayah yang tidak landai, namun karena kebutuhan lahan yang cukup besar, jenis ekoregion ini tetap dimanfaatkan sebagai permukiman masyarakat.

4. Kerucut dan Lereng Gunungapi

Bentuk lahan ini sangat dipengaruhi langsung oleh adanya erupsi gunungapi. Karakteristik bentuk lahannya adalah lereng sangat curam, terdapat lembah-lembah dalam, material endapannya campuran dari hasil erupsi yang relatif kasar hingga amat kasar, erosi dan longsor lahan sangat dominan (PPPES, 2016). Kerucut & lereng gunungapi memiliki luas 332 hektar dengan wilayah di ujung Barat Kota Bandar Lampung yakni di Kecamatan Teluk Betung Barat dan Kemiling. Tutupan lahan yang terdapat di kerucut dan lereng gunung api ini adalah hutan dan terdapat perkebunan-perkebunan warga.

5. Pegunungan Lipatan

Pegunungan Lipatan adalah pegunungan yang terbentuk karena adanya

proses lipatan. Proses lipatan terjadi karena tenaga endogen yg mendatar

dan brsifat liat sehingga permukaan bumi mengalami pengerutan. Dan

menghasilkan antiklinal dan siklinal (PPPES, 2016). Jenis ekoregion

pegunungan lipatan merupakan jenis ekoregion yang memiliki luasan

paling besar di Kota Bandar Lampung, dengan luas 4.000 hektar dengan

(20)

persentase 34,5% yang berada di bagian Barat Kota Bandar Lampung, yakni di Kecamatan Teluk Betung Timur, Teluk Betung Barat, Tanjung Karang Barat, hingga Kemiling. Ekoregion jenis ini memiliki topografi yang cukup terjal dan tutupan lahan yang ada disana biasanya berupa hutan dan perkebunan warga. Namun, di sebagian tempat juga terdapat bangunan permukiman warga yang merupakan indikasi jika ketersediaan lahan untuk permukiman masyarakat semakon sedikit sehingga banyak masyarakat tetap memutuskan untuk membangun bangunan di daerah tersebut.

6. Pegunungan Patahan

Pegunungan patahan adalah pegunungan dengan struktur geologi patahan atau sesar akibat pergerakan mendatar kerak bumi. Pegunungan patahan yang memiliki luas 2.439 hektar dan terdapat di Kecamatan Kedamaian, Sukabumi serta membentang di sepanjang Teluk Lampung. Terdapat lokasi-lokasi industri, permukiman, perdangan, dan pelabuhan pada jenis ekoregion ini.

7. Perbukitan Lipatan

Perbukitan Lipatan adalah bentuklahan yang tersusun oleh batuan sedimen yang terlipat membentuk struktur antiklin dan sinklin (KLH, 2013).

Perbukitan lipatan memiliki luas area sebesar 931 hektar yang terdapat di Kecamatan Sukabumi dan Panjang. Pada area ini memiliki kontur yang berbukit-bukit dan sebagian besar tutupan lahannya adalah hutan, perkebunan, dan perumahan warga.

8. Perbukitan Patahan

Perbukitan patahan adalah perbukitan dengan struktur geologi patahan

atau sesar akibat pergerakan kerak bumi. Ekoregion ini memiliki luas area

yang paling kecil di Kota Bandar Lampung, dengan luas area sebesar 66

hektar dan berada di Kecamatan Sukabumi. Pada perbukitan patahan ini

ditutupi oleh tutupan lahan hutan dan semak belukar. Selain itu juga

terdapat kegiatan pertambangan untuk menambang batu-batu di lokasi

tersebut.

(21)

Sumber: Peneliti, 2020

Gambar 3. 8 Peta Ekoregion Kota Bandar Lampung

Gambar

Gambar 3. 1 Peta Administrasi Kota Bandar Lampung
Gambar 3. 2 Peta Topografi Kota Bandar Lampung
Gambar 3. 3 Peta Aliran Sungai Kota Bandar Lampung
Tabel  III.1  menjelaskan  bahwa  Kota  Bandar  Lampung  memiliki  luas  wilayah  197,22  km 2  dan  memiliki  jumlah  penduduk  sebesar  997.728  jiwa    pada  tahun 2016 dengan kepadatan penduduk sebesar 5.059 jiwa per kilometer persegi  Invalid source s
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dispesifikasikan dalam sub- genre sosial-ilmu pengetahuan karena isi film ini tidak mengupas secara dalam mengenai ilmu astronomi, namun bercerita tentang kegiatan

Dspace adalah aplikasi berbasis free open source software (FOSS) yaitu aplikasi yang dapat dimiliki dengan cara mengambil secara gratis dari internet dan..

Ada perbedaan antara praktek pencampuran golongan pestisida organofosfat, karbamat dan campuran dengan rata-rata kadar kolinesterase pada petani bawang merah di

Hasil observasi selama survei, konsumen yang memiliki selera dan pemahaman tentang batik yang baik serta budget yang tinggi, lebih banyak memilih batik tulis

Terdapat beberapa komponen pada antarmuka menu utama yaitu Grafik untuk peta lokasi, input parameter dan nama gudang, input data pasar, edit data koordinat dan bobot, tombol

Dalam kontek ini, perkawinan yang dilakukan pada usia dini ataupun diskriminasi umur di mana perempuan ditetapkan uisa minimal 16 tahun untuk melakukan perkawinan dan berbeda

dari film Animasi Dokumenter adalah Abductees (2005) karya Paul Vester, film ini menampilkan wawancara dengan beberapa orang yang mengaku pernah diculik oleh makhluk luar

produk dalam negeri, tekstur produk meliputi aroma dan warna, kualitas, efek yang dijanjikan, pengalaman penggunaan sebelumnya, kesesuaian dengan tipe kulit,