• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING BERORIENTASI PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SDN 20 DANGIN PURI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING BERORIENTASI PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SDN 20 DANGIN PURI"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING BERORIENTASI PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SDN 20 DANGIN PURI

Ni Made Nepri Andari1, Ni Wayan Suniasih2, IB Surya Manuaba3

1,2,3Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: andarinepri@gmail.com1,

wyn_suniasih@yahoo.com2manuabasurya@yahoo.com3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA melalui penerapan model project based learning berorientasi pendidikan karakter siswa kelas IV di SD Negeri 20 Dangin Puri tahun ajaran 2015/2016. Jenis penelitian ini adalah PTK yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu tahan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 20 Dangin Puri dengan jumlah siswa 39 orang. Objek dan penelitian ini adalahh asil belajar IPA meliputi kompetensi keterampilan dalam belajar IPA. Data yang dikumpulkan adalah data hasil belajar IPA. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi untuk mengumpulkan data kompetensi sikap dan keterampilan dalam belajar IPA dan metode tes untuk mengumpulkan data kompetensi pengetahuan IPA. Data hasil belajar IPA dianalisis menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif dan analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan terjadinya peningkatan ketuntasan klasikal kompetensi pengetahuan IPA dari 56,02%

pada siklus I menjadi 89,74% pada siklus II dengan kata lain terjadi peningkatan 33,33%. Secara umum data hasil belajar kompetensi sikap dalam belajar IPA menunjukkan seluruh siswa memiliki saikap yang baik. peningkatan hasil belajar IPA terjadi dari pra siklus ke siklus I maupun dari siklus I ke siklus II. Kemudian, hasil penelitian kompetensi keterampilan menunjukkan adanya peningkatan kuantitas siswa yang memenuhi indikator kompetensi keterampilan IPA. Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan model project based learning berorientasi pendidikan karakter dapat meningkatkan hasil belajar IPAsiswakelas IV SDN 20 DanginPuri.

Kata kunci: model Project Based Learning,pendidikan karakter, hasil belajar IPA

Abstract

This study aims to improve science learning outcomes through the implementation of project-based learning model of education-oriented character of the fourth grade students at SDN 20 Dangin Puri academic year 2015/2016. This research is a PTK is conducted in two cycles. Each cycle consists of four stages: hold the planning, implementation, observation and reflection. Subjects in this study is the fourth grade students of SD Negeri 20 Dangin Puri by the number of students 39 people. The object and the research on is acyl studied natural sciences includes competency skills in study natural sciences. The data collected is data result of learning of natural sciences. Data collection method used is the observation method to collect data competence attitudes and skills in learning Science and test methods for collecting data knowledge competencies natural sciences. Data natural sciences learning outcomes were analyzed using descriptive analysis of quantitative and qualitative descriptive analysis.

The results showed an increase in knowledge of classical completeness competence of natural sciences of 56.02% in the first cycle to 89.74% in the second cycle, in other words an increase 33.33%. In general, data on learning outcomes in learning attitude

(2)

competencies natural sciences shows all the students have a good saikap.

improvement of learning outcomes natural sciences occur from pre-cycle to the first cycle and from the first cycle to the second cycle. Then, the results showed an increase in skill competencies quantity of students who meet the skills competence indicator of natural sciences. Based on the results of data analysis can be concluded that through the implementation of project-based learning model of education-oriented character can improve learning outcomes natural sciences fourth grade students of SDN 20 Dangin Puri.

Keywords : project based learning model, character education oriented, science study learning outcome

PENDAHULUAN

Sekolah dasar merupakan tempat pendidikan formal yang paling pertama.

Memasuki jenjang sekolah dasar (SD)siswa dilatih dan belajar berbagai cara untuk mengubah perilakunya dari tidak bisa menjadi bisa, ataupun dari tidak tahu menjadi mengetahui sesuatu.

Perubahan tersebut terjadi baik dari aspek sikap, pengetahuan maupun keterampilan pada diri sendiri karena telah dilakukan berbagai upaya perubahan dalam pembelajaran di Sekolah Dasar.

Pembaharuan atau inovasi dijelaskan pada pembelajaran tematik meliputi pendidikan atau model pembelajaran, media pembelajaran, dan pembinaan.

Pendidikan merupakan pondasi utama dalam mengelola, mencetak, dan meningkatkan sumber daya manusia yang handal dan berwawasan yang diharapkan mampu untuk menjawab tantangan di masa yang datang.Pentingnya fungsi pendidikan menuntut pemerintah agar masyarakat memiliki iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta demokratis, dan bertanggung jawab. Apabila telah tercipta masyarakat yang demikian diharapkan dapat membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dan cerdas. Sekolah dasar sebagai titik awal pendidikan formal di Indonesia memiliki andil besar sebagai pondasi pengetahuan untuk kelanjutan pendidikan seseorang.Jadi sudah seharusnya sekolah dasar dapat memberikan pendidikan dan pengetahuan yang bermakna sehingga mampu memberikan pondasi yang kokoh bagi siswa.

Di SD menerapkan pembelajaran tematik sesuai kurikulum 2013. Dalam proses pembelajaran dipayungi oleh sebuah tema yang mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga pemisahan antar mata pelajaran tidak terlalu jelas terlihat.

Pengembangan kurikulum 2013 adalah terciptanya kompetensi yang berimbang antara sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Pengembangan kurikulum 2013 yang berakar pada budaya lokal, sosial, pengetahuan, keterampilan, dan karakteristik bangsa. Dalam pembelajaran melibatkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan proses IPA seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Pelaksanaan proses- proses tersebut memerlukan bantuan guru untuk memfasilitasi. Tetapi bantuan guru tersebut semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya siswa atau semakin tingginya kelas siswa.

Namun kenyataannya,

berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara kepada wali kelas yang telah dilakukan peneliti di kelas IV SD Negeri 20 Dangin Puri, pelaksanaan pembelajaran ditemukan beberapa permasalahan pembelajaran yaitu: (1) kurangnya keberanian siswa untuk mengemukakan pendapat pada saat guru memberi pertanyaan; (2) kurang beraninya siswa untuk bertanya tentang apa yang belum dipahami oleh siswa; (3) masih banyak siswa yang bermain-main pada saat guru mengajak sembahyang dan kurang kusuknya siswa pada saat persembahnyangan dilaksanakan; (4) kurang ada interaksi antar siswa dalam bertanya maupun menjawab saat pembelajaran; (5) interaksi yang terjadi

(3)

antara guru dan siswa hanya terjadi komunikasi satu arah sehingga siswa menjadi pasif. Kondisi ini menggambarkan kelas yang kurang kondusif dan interaksi yang cendrung rendah. Hal ini berdampak pada tidak tercapainya kompetensi yang diharapkan secara optimal.

Salah satu model yang menunjang pembelajaran dan memperdayakan pelajaran adalah model Project Based Learning. Model Project Based Learning adalah pembelajaran yang melibatkan suatu proyek dalam proses pembelajaran.

Proyek yang dikerjakan oleh siswa dapat berupa proyek perseorangan atau kelompok dan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu secara kolaboratif, menghasilkan sebuah produk, yang hasilnya kemudian akan ditampilkan atau dipresentasikan. (Rusman,2015:195).

Lebih lanjut dijelaskan bahwa model Project Based Learning mempunyai kelebihan antara lain: (1) meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting dan mereka perlu dihargai; (2) pendekatan proyek menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan siswa secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dengan dunia nyata; (3) pembelajaran berbasis proyek melibatkan para siswa untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata; (4) pembelajaran berbasis proyek membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga siswa mampu pendidik menikmati proses pembelajaran.

Model Project Based Learning dalam kurikulum 2013 juga berbasis pada karakter. Dalam karakter siswa dapat mengetahui kebaikan, menginginkan kebaikan, dan melakukan segala sesuatu yang baik untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Dengan karakter diharapkan siswa dapat termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran, dengan adanya minat siswa untuk belajar yang kuat maka secara tidak langsung akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Langkah – langkah model project

based learningdapat di

paparkansebagaiberikut: (Rusman 2014:201)

(1) Penentuan Pertanyaan Mendasar (Stars With the Essiential Question) Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan pada siswa dalam melakukan suatu aktivitas.

(2) Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project)

Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta “memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.

(3) Menyusun Jadwal (Create a Schedule)

Pengajar dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam penyelesaian proyek. Aktivitas pada tahap ini sebagai berikut: (1) membuat timeline untuk menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline penyelesaian proyek, (3) membuat peserta didik agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek dan (5) meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara.

(4) Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the Progress of the project)

Pengajar bertanggung jawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik selama penyelesian proyek. Monitoring dilakukan dengan cara memfasilitasi peserta didik pada setiap proses.

(5) Menguji Hasil (Assess the Outcome) Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukur keterampilan standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing- masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai

(4)

peserta didik, membantu pengajar dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.

(6) Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experince)

Pada akhir pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamnnya selama penyelesaian proyek. Pengajar dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran.

Slameto (2013: 54) mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu faktor intern dan faktor ekstern.

1) Faktor Intern

Faktor intern dalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar.

Faktor intern terdiri atas faktor jasmaniah, psikologis, dan kelelahan.

Faktor jasmaniah terdiri dari faktor kesehatan dan cacat tubuh. Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya/bebas dari penyakit. Proses belajar seseorang terganggu jika kesehatannya terganggu yang akan mengakibatkan cepat lelah, pusing, kurang bersemangat, mengantuk, atau gangguan lainnya. Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar terganggu sehingga hasil belajar tidak maksimal.

Faktor psikologis merupakan faktor yang mempengaruhi hasil belajar yang berasal dari kejiwan (psikis). Faktor psikologis meliputi inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan.

Kelelahan seseorang dapat dibagi menjadi dua yaitu kelelahan jasmani dan

kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecendrungan untuk membaringkan tubuh. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kedua jenis kelelahan tersebt mempengaruhi hasil belajar.

2) Faktor Ekstern

Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap hasil belajar, dapat dikelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Faktor keluarga yang mempengaruhi hasil belajar siswa dapat dilihat dari cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga, dan keadaan ekonomi keluarga.

Faktor sekolah yang

mempengaruhi hasil belajar mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran, dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.

Faktor masyarakat yang mempengaruhi hasil belajar mencakup kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

Kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor intern yaitu faktor yang berasal dari diri siwa dan faktor ekstern yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa. Maka agar mendapatkan hasil belajar yang maksimal, guru harus memperhatikan faktor-faktor tersebut, terutama dalam mempersiapkan strategi pembelajaran yang sesuai.

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti sangat tertarik melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul Penerapan Model Project Based Learning Berorientasi Pendidikan Karakter Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN 20 Dangin Puri.

Adapun tujuan yang hendak dicapai pada penelitian ini adalah untuk mengetahui kompetensi sikap siswa setelah diterapkan model project based

(5)

learning berorientasi pendidikan karakter pada tema tempat cita-citaku, untuk mengetahui kompetensi keterampilan siswa setelah diterapkan model project based learning berorientasi pendidikan karakter pada tema cita-citaku dan untuk mengetahui peningkatan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA tema cita- citaku melalui penerapan model project based learning berorientasi pendidikan karakter siswa kelas IV SDN 20 Dangin Puri tahun ajaran 2015/2016.

Melalui pelaksanaan penelitian ini hasilnya dapat memberikan manfaat, baik secara teoretis maupun secara praktis.

hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan bidang pendidikan, menambah wawasan keilmuan, pengembangan keilmuan secara umum.Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan ilmu pendidikan, khususnya pada pengembangan Model Project Based Learning pada pembelajaran di SD

Hasil penelitian memberikan manfaat bagi siswa karena mampu memberikan peluang bagi siswa untuk mengoptimalkan hasil belajarnya serta mampu memahami dan mengaitkan materi pelajaran dengan konteks kehidupan sehari-hari.

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan yang dapat meningkatkan profesionalisme guru dalam pembelajaran sehingga dapat dipergunakan sebagai masukan serta alternatif untuk dapat dikembangkan dalam melaksanakan pembelajaran khususnya mata pelajan IPA dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa.

METODE PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas adalah “proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh pada perlakuan tersebut” (Sanjaya, 2009:26).

Oleh karena itu, rancangan dalam penelitian ini adalah dengan prosedur penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam proses berdaur/bersiklus.

Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

Pada tiap siklus proses pembelajaran dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan, yang terdiri dari 3 kali pertemuan untuk pemberian tindakan, dan 1 kali pertemuan untuk tes akhir siklus.

Penelitian dilaksanakan di SDN 20 Dangin Puri pada muatan materi IPA.

Penelitian ini dilaksanakan pada semester 2 tahun ajaran 2015/2016. Subjek penelitian terdiri dari 39 siswa kelas IV dengan siswa laki-laki berjumlah 27 siswa dan siswa perempuan berjumlah 12 siswa. Objek dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN 20 Dangin Puri tahun ajaran 2015/2016.

Pada penelitian tindakan kelas menggunakan dua metode yaitu: metode tes dan metode non tes. Dengan instrumennya metode tes yaitu butir soal pilihan ganda biasa. Metode tes digunakan untuk mengukur kompetensi pengetahuan padasiswa. Sedangkan metode non tes yaitu metode observasi yang digunakan untuk mengukur kompetensi sikap dan kompetensi keterampilan pada siswa dengan instrument berupa lembar observasi dilengkapi dengan rubric penilaian.

Prosedur penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan sampai tercapainya persentase penguasaan kompetensi pengetahuan IPAminimal 80% berada pada predikat B+(3,18).

Selanjutnya data yang telah terkumpul dianalisis dengan analisis analisis deskriptif kuantitatif, statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kualitatif. Metode analisis deskriptif kuantitatif yaitu “suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau persentase, mengenai objek yang diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan secara umum”

(Agung, 2012: 67). Statistik deskriptif berfungsi untuk membuat data bermakna, yang disajikan dengan berbagai bentuk:

(a) tabel/daftar, gambar, digram/grafik; (b) ukuran tendensi sentral (mean/rerata, median/nilai tengah, dan modus); (c) ukuran variabilitas (dispersi/penyebaran):

rentangan, simpangan baku, dan varians

(6)

Agung (2016:2). Selanjutnya metode analisis deskriptif kualitatif merupakan suatu data yang menggambarkan suatu objek / variabel dalam bentuk sifat – sifat, kategori, kriteria, klasifikasi (Agung,2016:5).Selanjutnya dikonversikan ke dalam Penialaian Acuan Patokan (PAP) sesuai dengan Permendikbud No.104.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam 2 siklus yang dilaksanakan dari tanggal 1 Maret 2016

sampai dengan 23 Maret 2016.

Setiap siklus terdiri dari 4 kali pertemuan yaitu 3 kali proses pembelajaran dan 1 kali tes akhir siklus. Tapi sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan pengumpilan data untuk identifikasi tentang situasi-situasi yang relevan di lokasi penelitian mencangkup kompetensi sikap sikap dalam belajar IPA, kompetensi pengetahuan IPA, dan kompetensi keterampilan dalam belajar IPA sebagai refleksi awal. Data tersebut mencerminkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 20 Dangin Puri sebelum dilakukan penerapan model Project Based Learning berorientasi pendidikan karakter, sehingga refleksi awal dapat dibandingkan dengan hasil penelitian pada setiap siklusnya. Berikut adalah data hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 20 Dangin Puri sebelum tindakan dilaksanakan sebagai refleksi awal.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan secara umum teramati seluruh siswa berdoa sebelum dan sesudah pelajaran, namun hanya terdapat 26 atau 66,66% siswa yang khusuk dalam berdoa.

Dalam proses pembelajaran muatan pelajaran IPA kelas IV teramati proses pembelajaran masih didominasi oleh keterampilan mangamati dan mengomunikasikan. Pembelajaran muatan pelajaran IPA yang dilaksanakan belum dapat mengoptimalkan keterampilan siswa.Kurang ada interaksi siwa dalam bertanya saat pembelajaran membuat siswa menjadi pasif. Dalam hal mengomunikasikan hasil pekerjaan teramati siswa yang sama yang mau berbicara di depan kelas. Teramati masih

banyak siswa yang tidak berani mengemukakan pendapat pada saat guru memberi pertanyaan. Selain itu baru 4 atau 10,25% siswa yang mau menanggapi pendapat temannya. Kerjasama, disiplin, dan tanggungjawab siswa dalam bekerja kelompok belum teramati pada saat itu dikarenakan pada saat proses pembelajaran tersebut belum ada pembagian tugas kelompok.

Uraian tersebut dijadikan bahan refleksi awal untuk memperbaiki proses pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas secara bersiklus yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Perbaikan pembelajaran dilaksanakan dengan penerapan model Project Based Learning berorientasi pendidikan karakter pada muatan pelajaran IPA siswa kelas IV SD Negeri 20 Dangin Puri. Penerapan model Project Based Learning berorientasi pendidikan karakter pada siswa kelas IV diharapkan dapat membentuk kompetensi sikap dan keterampilan dalam belajar IPA, serta dapat meningkatkan hasil belajar pada kompetensi pengetahuan IPA.

Hasil belajar pada kompetensi pengetahuan IPA siswa mengalami peningkatan dari pra siklus ke siklus I dan ke siklus II. Pada pra siklus ketuntasan klasikal 41,02%, dari 39 siswa hanya 16 siswa yang mencapai predikat sangat baik. Hal tersebut dikarenakan proses pembelajaran masih didominasi oleh keterampilan mengamati dan mengomunikasikan, kurang ada interaksi siwa dalam bertanya saat pembelajaran yang membuat siswa menjadi pasif. Pada siklus I diterapkan model Project Based Learning berorientasi pendidikan karakter yang memberikan suatu proyek terkandung dalam dunia nyata sebagai konteks bagi siswa belajar dan mengkonstruksi pengetahuannya dari bahan yang digunakan didunia nyata yang menuntut adanya berpikir tingkat tinggi dan menempatkan siswa sebagai pusat belajar. Setelah diterapkan model Project Based Learning berorientasi pendidikan karakter dalam pelaksanaan tindakan pada siklus I dengan tiga kali pertemuan untuk pelaksanaan tindakan dan satu kali untuk evaluasi didapatkan ketuntasan klasikal 56,41% atau 22 dari 39 siswa

(7)

mencapai predikat sangat baik. Terjadi peningkatan hasil belajar pada kompetensi pengetahuan IPA namun belum mencapai indikator kinerja yang ditetapkan dalam penelitian ini, sehingga penelitian ini dilanjutkan ke siklus II dengan perbaikan berdasarkan permasalahan yang ditemukan pada siklus I. Perbaikan pembelajaran yang dilakukan yakni Proyek yang diberikan merupakan proyek yang benar-benar berhubungan dengan dunia nyata siswa.

Bila siswa memiliki hambatan dapat ditanyakan dan dicari apa yang menyebabkan hambatan tersebut terjadi.

Setelah perbaikan-perbaikan tersebut dilaksanakan pada siklus II, didapatkan hasil belajar pada kompetensi

pengetahuan IPA siswa meningkat dari siklus I dengan indikator keberhasilan mencapai 89.74% pada predikat sangat baik. Menurut Rusman (2015:195) Model Project Based Learningadalah pembelajaran yang melibatkan suatu proyek dalam proses pembelajaran.

Melaksanakan suatu proyek yang berhubungan dengan dunia nyata siswa dalam pembelajaran, pembelajaran menjadi lebih bermakna dikarenakan siswa yang aktif untuk membangun pengetahuan sendiri dengan memprktikan langsung sehingga siswa lebih mengingat materi yang dipelajari. Tercapainya indikator kinerja dalam penelitian tindakan kelas ini maka tindakan dihentikan sampai pada siklus II.

Tabel 01. Rekapitulasi Data Penguasaan Kompetensi Pengetahuan Siswa Kelas IV SDN 20 Dangin Puri pada Siklus I dan Siklus II

No Indikator Keberhasilan Hasil Siklus I Hasil Siklus II Peningkatan

1 Ketuntasan Klasikal 56,41% 89,74% 33,33%

Berdasarkan tabel dan grafik tersebut, dapat dilihat telah terjadi peningkatan penguasaan kompetensi pengetahuan setelah diberikan tindakan.

Hasil penelitian pada siklus I menunjukan bahwa ketuntasan klasikal kompetensi pengetahuan siswa 56,41%.

Sehingga pada siklus I penguasaan kompetensi pengetahuan IPA belum mencapai indikator keberhasilan.

Kemudian penelitian dilanjutkan ke siklus II. Pada siklus II peningkatan ketuntasan klasikal sebanyak 33,33% dari 56,41%

menjadi 89,74%. Penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa pada pembelajaran siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini dihentikan pada siklus II. Sehingga pelaksanaan penelitian ini terdiri dari 2 siklus saja, yaitu siklus I dan siklus II.

Selain penguasaan kompetensi pengetahuan IPA, penerapan model project based learning berorientasi pendidikan karakter ternyata juga meningkatkan kompetensi sikap dan keterampilan siswa. Penerapan model project based learning berorientasi pendidikan karakter dapat meningkatkan

predikat sikap siswa baik sikap spiritual maupun sikap sosial siswa. Berdasarkan hasil rekapitulasi skor kompetensi sikap siklus I, diketahui bahwa modus sikap pada siklus I yaitu B (baik), diperoleh oleh sebanyak 31 siswa atau 79,49% dari 39 orang siswa, sedangkan pada siklus II diperoleh sebanyak 26 siswa atau 66,67% dari 39 orang siswa mendapat predikat B (baik). Maka terlihat adanya peningkatan sikap dari siswa kelas IV.

Sedangkan pada kompetensi keterampilan hasil rekapitulasi merupakan capaian optimum sikap dari masing masing kriteria. Berdasarkan hasil rekapitulasi kompetensi keterampilan siklus I maka diketahui bahwa sebanyak 25 atau 64,10% siswa dapat mengamati dengan cermat, 10 atau 25,64% siswa yang mau bertanya dengan santun, 15 atau 38,47% siswa yang mengumpulkan informasi dengan teliti, 11 atau 28,20%

siswa yang dapat mengasosiasi, dan 14

atau 35,90% siswa yang

mengomunikasikan hasil pekerjaannya dengan santun dan percaya diri. Pada siklus II diketahui bahwa sebanyak 32 atau 82,05% siswa mengamati gambar seorang dokter yang sedang memeriksa pasien dengan cermat, 35 atau 89,74%

(8)

siswa mengamati teman mempresentasikan hasil percobaan dengan cermat, 34 atau 87,17% siswa yang mengumpulkan informasi tentang cara pembuatan proyek stetoskop sederhana dari petunjuk yang ada di buku dengan teliti, 30 atau 76,92% siswa yang mengumpulkan informasi mengenai kesimpulan sifat bunyi melalui percobaan yang dilakukan dengan teliti, 29 atau 74,35% siswa mengasosiasi petunjuk pembuatan proyek stetoskop sederhana yang diberikan dengan percobaan yang dilakukan, 26 atau 66,67% siswa mengasosiasi hasil proye stetoskop sederhana dengan kesimpulan sifat bunyi.

PEMBAHASAN

Penelitian tindakan kelas yang menerapkan model Project Based Learning berorientasi pendidikan karakter pada muatan pelajaran IPA dilaksanakan dalam dua siklus, yang tiap siklus terdiri dari 3 kali pertemuan pelaksanaan tindakan dan 1 kali pertemuan untuk evaluasi. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model Project Based Learning berorientasi pendidikan karakter secara umum telah berlangsung sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat secara kolaboratif antara peneliti bersama dan guru kelas yang dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. Dalam proses pembelajaran guru memberikan suatu proyek yang berhubungan dengan kehidupan nyata siswa sesuai dengan materi pelajaran pada setiap pertemuan agar siswa lebih mudah memahami materi yang dipelajari. Proyek tersebut dilakukan oleh siswa secara berkelompok. Dalam penyampaian rencana proyek yang akan dilakukan, guru menayangkan media berupa gambar agar siswa lebih mudah memahami proyek yang akan dilakukan dan mengetahui cara pembuatan proyek tersebut dengan tepat. Selain itu dalam pembelajaran juga guru menumbuhkan perilaku siswa yang mencerminkan karakter-karakter pada siswa agar siswa dapat langsung mengimplementasikan karakter-karakter baik tersebut.

Dalam proses pembelajaran guru mengelompokkan siswa menjadi 6 kelompok secara heterogen, 5 kelompok

terdiri dari 5 orang dan 2 kelompok terdiri dari 7 orang siswa. Masing-masing kelompok ditugaskan untuk bekerjasama, bertanggung jawab, tekun, desiplin dan percaya diri dalam mengerjakan suatu proyek yang diberikan oleh guru.

Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang diperoleh setelah dilaksanakannya pembelajaran dengan model Project Based Learning berorientasi pendidikan karakter dalam dua siklus yakni siklus I dan siklus II secara umum dapat merubah kompetensi sikap dan keterampilan siswa dalam belajar IPA menjadi lebih baik dari sebelumnya. Hal tersebut teramati dari bertambahnya kuantitas siswa yang mencapai indikator kompetensi sikap dan keterampilan dalam belajar IPA. Selain itu penerapan model Project Based Learning berorientasi pendidikan karakter dapat meningkatkan hasil belajar pada kompetensi pengetahuan IPA, dimana 82,05% siswa telah mencapai nilai dengan predikat sangat baik. Peningkatan ini terjadi dari pra siklus ke siklus I dan ke siklus II.Pada siklus II hasil belajar kompetensi pengetahuan IPA telah mencapai indikator kinerja yang ditetapkan sehingga penelitian dihentikan pada siklus II.

Hasil belajar pada kompetensi pengetahuan IPA siswa mengalami peningkatan dari pra siklus ke siklus I dan ke siklus II. Pada pra siklus ketuntasan klasikal 43,59%, dari 39 siswa hanya 17 siswa yang mencapai predikat sangat baik. Hal tersebut dikarenakan proses pembelajaran masih didominasi oleh keterampilan mengamati dan mengomunikasikan, kurang ada interaksi siwa dalam bertanya saat pembelajaran yang membuat siswa menjadi pasif. Pada siklus I diterapkan model Project Based Learning berorientasi pendidikan karakter yang memberikan suatu proyek terkandung dalam dunia nyata sebagai konteks bagi siswa belajar dan mengkonstruksi pengetahuannya dari bahan yang digunakan didunia nyata yang menuntut adanya berpikir tingkat tinggi dan menempatkan siswa sebagai pusat belajar. Setelah diterapkan model Project Based Learning berorientasi pendidikan karakter dalam pelaksanaan tindakan pada siklus I dengan tiga kali pertemuan

(9)

untuk pelaksanaan tindakan dan satu kali untuk evaluasi didapatkan ketuntasan klasikal 56,41% atau 20 dari 39 siswa mencapai predikat sangat baik. Terjadi peningkatan hasil belajar pada kompetensi pengetahuan IPA namun belum mencapai indikator kinerja yang ditetapkan dalam penelitian ini, sehingga penelitian ini dilanjutkan ke siklus II dengan perbaikan berdasarkan permasalahan yang ditemukan pada siklus I.

Perbaikan yang dilaksanakan pada siklus II guna meningkatkan hasil belajar pada kompetensi pengetahuan IPA serta ketuntasan klasikal agar mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan.Perbaikan pembelajaran yang dilakukan yakni sebagai berikut.

a) Proyek yang diberikan merupakan proyek yang benar-benar berhubungan dengan dunia nyata siswa. Bila siswa memiliki hambatan dapat ditanyakan dan dicari apa yang menyebabkan hambatan tersebut terjadi.

b) Dalam menyampaikan suatu proyek disertai dengan media baik konkret maupun gambar yang dapat dilihat langsung oleh siswa.

c) Bila dalam mengerjakan proyek tersebut diperlukan percobaan dengan kegiatan mencoba membuat batik celuban, siswa ditunjang dengan alat- alat atau bahan dan pedoman yang disiapkan oleh guru.

d) Dalam kegiatan tugas kelompok mengerjakan proyek, guru lebih membimbing dan memperhatikan setiap kelompok agar proyeknya bisa terlaksana secara maksimal.

e) Dalam refleksi dan kegiatan menyimpulkan diberikan penegasan agar siswa memperhatikan dan mencermati kegiatan refleksi.

Setelah perbaikan-perbaikan tersebut dilaksanakan pada siklus II, didapatkan hasil belajar pada kompetensi pengetahuan IPA siswa meningkat dari siklus I dengan indikator keberhasilan mencapai 89.74% pada predikat sangat baik. Menurut Rusman (2015:195) Model Project Based Learningadalah pembelajaran yang melibatkan suatu

proyek dalam proses

pembelajaran.Melaksanakan suatu proyek yang berhubungan dengan dunia nyata siswa dalam pembelajaran, pembelajaran menjadi lebih bermakna dikarenakan siswa yang aktif untuk membangun pengetahuan sendiri dengan memprktikan langsung sehingga siswa lebih mengingat materi yang dipelajari. Tercapainya indikator kinerja dalam penelitian tindakan kelas ini maka tindakan dihentikan sampai pada siklus II.

Tabel 4.14 Tabel Rekapitulasi Indikator Pencapaian Data Hasil Belajar pada Kompetensi Pengetahuan IPA Siswa Kelas IVSD Negeri 20 Dangin Puri Sebelum Penelitian, Siklus I, dan Siklus II Data Pra

Siklus

Siklus I

Siklus II Indikator

pencapaian hasil belajar pada

kompetensi pengetahua n IPA

41,02

%

56,41

%

89,74

%

Peningkatan indikator pencapaian hasil belajar pada kompetensi pengetahuan IPA dari pra siklus hingga siklus II dapat disajikan pada gambar 4.3 berikut.

Gambar 4.3 Peningkatan Persentase Indikator Pencapaian Hasil Belajar pada Kompetensi Pengetahuan IPA pada Refleksi Awal, Siklus I dan Siklus II

Pra Siklus;

41,02

Siklus I;

56,41

Siklus II;

89,74

0 20 40 60 80 100

Pra Siklus Siklus I Siklus II Grafik Perkembangan Hasil Belajar Kompetensi Pengetahuan

IPA

(10)

Kompetensi sikap spiritual maupun sosial siswa dalam belajar IPA mengalami perubahan yang lebih baik dari pra siklus ke siklus I dan ke siklus II.Pada refleksi awal memang terlihat seluruh siswa berdoa sebelum maupun setelah kegiatan pembelajaran namun hanya beberapa siswa yang terlihat khusuk dalam berdoa.Selain itu terlihat masih banyak siswa yang memiliki sikap sosial cenderung kurang baik.Seluruh siswa terlihat berdoa sebelum kegiatan pembelajaran karena kegiatan persembahyangan dilakukan di halaman sekolah dengan diawasi guru-guru, sedangkan setelah kegiatan pembelajaran berdoa dilakukan di kelas dengan diawasi guru kelas. Pada siklus I diterapkan model Project Based Learning berorientasi pendidikan karakter dimana pada saat proses pembelajaran guru menyelipkan karakter-karakter baik yang berhubungan dengan sikap spiritual maupun sosial.

Teramati perubahan sikap spiritual yakni 25 atau 64,10% siswa yang memejamkan mata saat berdoa, 35 atau 89,74% siswa yang tidak mengganggu teman, 36 atau 92,30% siswa yang tidak menoleh kanan kiri, dan 38 atau 97,43% siswa yang posisi tubuhnya benar saat berdoa.

Untuk sikap sosial teramati 31 atau 79,49% siswa menjaga kebersihan kelasdan tidak 28 atau71,80% siswa saling membantu antar teman untuk mengerjakan proyek. Selain itu teramati 28 atau 71,80% siswa tidak memotong pembicaraan teman saat sedang berpendapat.

Pada siklus II dilakukan perbaikan dengan cara guru membimbing siswa pada saaat proses pembelajaran berlangsung dengan menyelipkan karakter-karakter yang perlu dikembangakan dan diperbaiki oleh siswa seperti kerjasama, menghargai pendapat dan disiplin. Perubahan tersebut dapat dilihat pada siklus dua yakni teramati 30 atau 76,92% siswa yang memejamkan mata saat berdoa, 37 atau 94,88% siswa yang tidak mengganggu teman, 38 atau 97,43% siswa yang tidak menoleh kanan kiri, dan 38 atau 97,43% siswa yang posisi tubuhnya benar saat berdoa. Dengan demikian terdapat satu siswa yang masih

perlu bimbingan dan pendampingan guru dalam berdoa.

Sedangkan untuk kompetensi sikap sosial siswa pada siklus dua teramati 26 atau 66,67% siswa dapat menanggapi pendapat teman, dan 16 atau 41,02% berani presentasi di depan kelas.

Selain itu teramati sudah 19 atau 48,71%

siswa yang mengerjakan tugas dengan sungguh – sungguh dan 18 atau 46,15%

siswa yang tidak menyerah jika menemukan kegagalan dalam mengerjakan proyeknya.23 atau 58,98%

siswa yang benar – benar teliti dalam mengerjakan proyek secara beruntun sesuai dengan langkah kerjanya dan 24 atau 61,53% siswa yang mengerjakan proyek dengan rapi.Dengan demikian terdapat dua siswa yang masih perlu bimbingan dan pendampingan guru untuk memperbaiki sikap sosial siswa yang masih kurang baik.

Secara umum setiap siswa memiliki perilaku yang baik (Permendikbud No. 53 Tahun 2015).Dapat dikatakan demikian karena sikap siswa sesuai dengan indikator yang telah ditentukan dan tidak ditemukan sikap siswa yang buruk dalam pembelajaran.

Kompetensi keterampilan siswa dalam belajar IPA mengalami perubahan yang lebih baik dari refleki awal ke siklus I dan ke siklus II.Pada refleksi awal terlihat kurang ada interaksi siswa dalam bertanya saat pembelajaran. Dalam hal mengomunikasikan hasil pekerjaan juga teramati siswa yang sama yang mendominasi berbicara di depan kelas.

Masih banyak siswa yang tidak berani mengemukakan pendapat pada saat guru memberi pertanyaan.

Terjadi perubahan pada siklus I yakni teramati 25 atau 64,10% siswa dapat mengamati dengan cermat, 10 atau 25,64% siswa yang mau bertanya dengan santun, 15 atau 38,47% siswa yang mengumpulkan informasi dengan teliti, 11 atau 28,20% siswa yang dapat mengasosiasi, dan 14 atau 35,90% siswa yang mengomunikasikan hasil pekerjaannya dengan santun dan percaya diri. Berdasarkan hasil pada siklus satu guru melakukan perbaikan pembelajaran dengan cara menstimulus siswa untuk bertanya dan menugaskan siswa secara

(11)

bergiliran dalam satu kelompok untuk mengomunikasikan hasil diskusi maupun hasil laporan pengamatan agar setiap siswa mendapat giliran sekaligus belajar untuk santun dan percaya diri dalam berbicara. Selain itu guru juga menstimulus siswa agar teliti dalam mengumpulkan informasi dan mengasosiasi. Dengan cara demikian terdapat perubahan pada siklus II yakni teramati 32 atau 82,05% siswa mengamati gambar seorang dokter yang sedang memeriksa pasien dengan cermat, 35 atau 89,74% siswa mengamati teman mempresentasikan hasil percobaan dengan cermat, 34 atau 87,17% siswa yang mengumpulkan informasi tentang cara pembuatan proyek stetoskop sederhana dari petunjuk yang ada di buku dengan teliti, 30 atau 76,92% siswa yang mengumpulkan informasi mengenai kesimpulan sifat bunyi melalui percobaan yang dilakukan dengan teliti, 29 atau 74,35% siswa mengasosiasi petunjuk pembuatan proyek stetoskop sederhana yang diberikan dengan percobaan yang dilakukan, 26 atau 66,67% siswa mengasosiasi hasil proye stetoskop sederhana dengan kesimpulan sifat bunyi.

Dari pra siklus ke siklus I dan siklus II terjadi perubahan kompetensi keterampilan yang lebih baik. Perubahan tersebut teramati dari perubahan kuantitas siswa dari yang sedikit menjadi lebih banyak yang memenuhi indikator kompetensi keterampilan dalam belajar IPA.

SIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil analisis dan pembahasan penelitian tersebut maka simpulan yang dapat ditarik dari penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model Problem Based Learning berorientasi pendidikan karakter untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 20 Dangin Puri adalah sebagai berikut.

Penerapan model Project Based Learning berorientasi pendidikan karakter untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN 20 Dangin Puri. Hal tersebutterlihatdaripenguasaankompetensi pengetahuan IPA pada siklus I dan siklus II telah mengalami peningkatan.

Presentase rata – rata ketuntasan klasikal

siswa pada siklus I mencapai 56,41%.

Setelah dilaksanakan tindakan siklus II presentase rata-rata ketuntasan klasikal siswa mencapai 89,74%. Dengan demikian untuk presentase rata-rata ketuntasan klasikal siswa pada siklus I kesiklus II mengalamipeningkatansebesar 33,33%.

Penerapan model Project Based Learning berorientasi pendidikan karakter dapat menumbuhkan kompetensi sikap dalam belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 20 Dangin Puri. Hal tersebut teramati dari bertambahnya kuantitas siswa dari pra siklus kesiklus I dan siklus II yang mencapai indicator kompetensi sikap yang ditetapkan dan tidakadanya sikap siswa yang buruk dalam pembelajaran, secara umum seluruh siswa memiliki sikap yang baik.

Terjadi perubahan kuantitas siswa pada kompetensi keterampilan dalam belajar IPA melalui penerapan model Project Based Learning berorientasi pendidikan karakter pada siswa kelas IVA Sekolah Dasar Negeri 20 Dangin Puri.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada setiap siklus diketahui bertambahnya kuantitas siswa dari pra siklus kesiklus I dansiklus II yang memenuhi indicator kompetensi keterampilan dalam belajar IPA. Hal ini berarti bahwa model Project Based Learning berorientasi pendidikan karakter baik diterapkan untuk membentuk kompetensi keterampilan siswa.

Berdasarkan simpulan di atas, dapat disimpulkan beberapa saran yaitu (1) bagi siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 20 Dangin puri, melalui penelitian ini diharapkan agar terdorong untuk membentuk kompetensi sikap dan keterampilan serta meningkatkan kompetensi pengetahuan IPA melalui penerapan model Problem Based Learning berorientasi pendidikan karakter.

(2) bagi guru dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran, model Project Based Learning berorientasi pendidikan karakter dapat dijadikan alternatif yang efektif sehingga terbentuk kompetensi sikap dan keterampilan siswa serta meningkatkan kompetensi pengetahuan siswa. (3) bagi kepala sekolah diharapkan hasil penelitian ini

Gambar

Gambar  4.3  Peningkatan  Persentase  Indikator  Pencapaian  Hasil  Belajar  pada  Kompetensi  Pengetahuan  IPA  pada  Refleksi Awal, Siklus I dan Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Bila diaktifkan, Anda harus geser layar, sentuh dan tahan ikon, melihat perangkat, menggambar pola, atau memasukkan PIN numerik atau katasandi untuk membuka kunci layar ponsel dan

Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengevaluasi kesesuaian tingkat kenyamanan termal, visual, dan akustik lingkungan pabrik dengan standard yang berlaku, dan

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lai dan chen (2010) yang menjelaskan bahwa pengaruh nilai yang dirasakan terhadap kepuasan

Kelompok terbesar siamang yang ditemui pada lokasi pengamatan ketiga terdiri dari, 1 individu jantan remaja, 1 individu jantan dewasa, 1 individu betina remaja dan 1 individu

Buku Pedoman ini diterbitkan setiap tahun ajaran agar dapat memberikan gambaran serta acuan tentang tata cara proses pendidikan melaui kurikulum berbasis

Responden dalam penelitian ini terdiri dari 2 kelompok, yaitu 30 wanita hamil trimester tiga dari Poli obsgin dan kelompok kontrol adalah wanita tidak hamil

Berdasarkan analisa data dari hasil in-depth interview, didapatkan petugas memahami tentang pengertian, manfaat, dan jenis alat pelindung diri yang harus digunakan selama

Mahasiswa mampu menjelaskanberbagai masalah danmacam- macam Lembaga Keuangan yang ada dalam sistem perekonomian, serta menjelaskan secara komprehensif mengenai lembaga