BAB II
TINJAUAN PUSTAKA E. Pendapatan
1.Pengertian Pendapatan
Akuntansi sebagai suatu sistem informasi harus mampu memberikan data ekonomi yang bersifat kuantitatif. Hal ini disebabkan keputusan-keputusan yang akan diambil para pembuat keputusan selalu didahului dengan perhitungan ekonomi yang cermat, sehingga hasil dari pelaksanaan keputusan-keputusan tersebut dapat diukur secara kuantitas baik efektivitas dan penyimpangannya.
Perbedaan latar belakang ide dan kepentingan menyebabkan perumusan konsep pendapatan berbeda diantara pihak-pihak yang berkepentingan terhadap konsep pendapatan. Hal ini tentu akan bermuara pada perbedaan penafsiran terhadap pengertian pendapatan tersebut.
Pendapatan (Revenue) dapat ditinjau dari beberapa sudut pandang, sehingga defenisi dari pendapatan itu berbeda tergantung dari sudut pandangnya. Dari berbagai literature, ditemukan beberapa pengertian dari pendapatan, diantaranya sebagai berikut:
Ikatan Akuntan Indonesia (2004: 23:06) menyatakan bahwa ”Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu periode bila arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi kenaikan modal”.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004: 23:1) bahwa “pendapatan merupakan akibat dari kegiatan utama yang dilakukan oleh perusahaan yang meliputi penjualan barang dagangan, pelayanan jasa, sehingga akan
meningkatkan ekuitas perusahaan dengan penegasan kenaikan ekuitas tersebut tidak berasal dari investasi oleh pemilik atau kreditur”.
Skousen (2001:286) menyatakan, “Pendapatan (Revenue) merupakan arus masuk atau peningkatan aktiva lainnya sebuah entitas atau pembentukan utangnya (sebuah kombinasi dari keduanya) dari pengantaran barang atau penghasilan barang, memberikan pelayanan atau melakukan aktivitas lain yang membentuk operasi pokok atau sentral entitas yang terus berlangsung”.
Keiso (2002:133) berpendapat bahwa “Revenues are inflows or other enhancements of assets of an entity or settlements of its liabilities during a period from delivering or producing goods, rendering service or others activities that constitute the entity’s on going major or central operations.”
Defenisi ini menjelaskan bahwa pendapatan merupakan pertambahan aktiva bagi perusahaan yang berasal dari operasi utama perusahaan.
2. Penentuan dan Pengakuan Pendapatan Usaha Konstruksi
Dalam membicarakan pendapatan dibutuhkan pengetahuan mengenai kepastian mengenai bahwa ia dapat diukur dan bukan sekedar pengetahuan bahwa nilai tambah sudah terjadi. sehubungan dengan hal-hal yang berkaitan dengan ketidakpastian maka perlu adanya penciptaan kaidah-kaidah mengenai penentuan dari pada pendapatan.
Ada dua prinsip pengakuan terhadap pendapatan, yaitu : 1. Accrual Basis
2. Critical Event Basis Ad.1. Accrual Basis
Dengan dasar ini, pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat terjadinya dan bukan pada saat realisasi kas. Pengakuan pendapatan berdasarkan metode ini antara lain : selama kegiatan produksi, dalam hal sewa, bunga dan komisi dianggap diakui sebagai pendapatan nerdasarkan perjanjian yang dibuat sebelumnya, untuk kontrak jangka panjang, pendapatan diakui berdasarkan
kemajuan pekerjaan atau persentase penyelesaian, pendapatan dari cost plus fixed fee contract, yaitu kontrak yang dibuat berdasarkan fee yang sudah tetap ditambah biaya-biaya tertentu, perubahan asset karena pertumbuhan yang mengakibatkan bertambahnya pendapatan seperti untuk peternakan, hutan tanaman industri untuk industri perkayuan dan sebagainya.
Ad.2. Critical Event Basis
Menurut dasar ini yang menjadi perhatian utama untuk menentukan saat pengakuan pendapatan adalah kejadian-kejadian penting dalam siklus operasi perusahaan.
Kejadian dapat terjadi saat penjualan pengakuan pendapatan pada saat penjualan ini bisa dilakukan pada kondisi harga pokok dapat diketahui dengan pasti, telah terjadi pertukaran barang dan barang telah dikirimkan kepada pembeli sehingga dapat diketahui biaya yang telah dikeluarkan dari realisasinya dianggap bahwa penjualan tersebut sebagai kejadian penting perusahaan.
Skousen (2001:448) Prinsip pengakuan pendapatan menetapkan bahwa pendapatan diakui pada saat:
a. Pendapatan dan laba telah direalisasi atau dapat direalisasi.
b. Pendapatan dan laba ini dihasilkan oleh aktivitas yang telah mengalami penyelesaian substansial selama proses memperoleh pendapatan.
Pendapatan direalisasi apabila barang-barang dan jasa-jasa dipertukarkan untuk kas atau klaim atas kas (piutang). Pendapatan dapat direalisasi bila aktiva yang diterima segera dapat dikonversikan pada jumlah kas atau klaim atas kas yang diketahui. Pendapatan dihasilkan bila kesatuan itu sebagian besar telah menyelesaikan apa yang seharusnya dilakukan agar berhak atas manfaat yang diberikan dari pendapatan, yakni bila proses mencari laba telah selesai atau sebenarnya telah selesai.
Dilihat dari segala kegiatan dan peristiwa yang mendukung terjadinya pendapatan, maka secara teoritis waktu penentuan dari pendapatan dapat ditinjau dari beberapa saat seperti:
a. Selama berlangsungnya produksi
Hal ini dapat dilihat pada kontrak pembangunan jangka panjang.
b. Sesudah produksi selesai.
Hal ini dapat dijumpai dalam produksi logam mulia dan komoditi-komoditi pertanian tertentu.
c. Pada saat penjualan.
Hal ini dapat dijumpai sewaktu barang dijual.
d. Pada saat diterimanya uang tunai.
Hal ini dapat terjadi pada penjualan cicilan.
Sesuai dengan judul skripsi ini maka penulis memfokuskan penentuan pendapatan pada saat berlangsungnya produksi, khususnya pendapatan pada jasa konstruksi. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia ( 2004 : 34 : 10 ) mendefinisikan kontrak konstruksi sebagai berikut: “Kontrak konstruksi adalah suatu kontrak yang dinegosiasikan secara khusus untuk konstruksi suatu asset atau suatu kombinasi asset yang berhubungan erat satu sama lain atau saling tergantung dalam hal rancangan, teknologi dan fungsi atau tujuan atau penggunaan pokok”
Pendapatan kontrak menurut Ikatan Akuntan Indonesia ( 2004 : 34 : 10) terdiri dari:
a. Nilai pendapatan semula yang disetujui dalam kontrak.
b. Penyimpangan dalam pekerjaan kontrak, klaim, dan pembayaran intensif:
-sepanjang hal ini memungkinkan untuk menghasilkan pendapatan
-dapat diukur secara andal.
Perusahaan konstruksi menyelesaikan suatu kontrak konstruksi atau proyek pada umumnya memakan waktu lebih dari satu tahun atau melebihi satu periode akuntansi, maka perusahaan yang bergerak dalam usaha jasa konstruksi ini menggunakan metode pengakuan yang tidak terdapat pada jenis usaha lainnya.
Sehubungan dengan penentuan pendapatan didasarkan pada saat produksi maka metode pengakuan pendapatan yang digunakan adalah:
a. Metode kontrak selesai
Metode kontrak selesai digunakan apabila perusahaan mengerjakan proyek- proyek yang sebahagian besar sifatnya jangka pendek, sehingga dengan demikian posisi keuangan maupaun hasil operasi tidak akan jauh berbeda dengan jika diterapkan metode persentase penyelesaian.
Pendapatan pada metode kontrak selesai diakui hanya pada saat pekerjaan atau kontrak telah selesai dilaksanakan, dimana pada saat itu seluruh biaya yang berhubungan dengan pekerjaan telah dihitung dan jumlah pendapatan yang diperoleh sudah dapat ditentukan.
Hal ini berdasarkan pada pendapatan bahwa laba atau rugi suatu perusahaan baru akan diakui apabila sudah dilakukan penjualan terhadap barang yang bersangkutan dalam bentuk finish good. Dengan kata lain, pengakuan pendapatan dan laba tidak ada selama periode terjadinya pekerjaan, pendapatan hanya akan diakui pada saat pekerjaan telah diselesaikan.
Sebagai akibat dari metode ini laporan keuangan perusahaan tidak akan mencantumkan pendapatan dari suatu pekerjaan, pendapatan hanya akan diakui pada saat pekerjaan telah diselesaikan. Meskipun sesungguhnya untuk pekerjaan itu sendiri telah dikeluarkan sejumlah sumber daya perusahaan dan dibebankan pada periode
yang bersangkutan sebagai biaya, tetapi kerugian yang terjadi selama pelaksanaan pekerjaan akan tetap diakui dan dilaporkan pada periode terjadinya kerugian tersebut.
b. Metode persentase penyelesaian.
Berdasarkan metode ini perusahaan akan mengakui pendapatan dan biaya sesuai dengan tingkat kemajuan pekerjaan yang telah dicapai pada suatu periode dan bukan menangguhkan pencatatan itu sampai kontrak tersebut selesai seluruhnya.
Tingkat kemajuan penyelesaian suatu pekerjaan ditentukan dengan membandingkan biaya-biaya yang telah terjadi dalam suatu periode akuntansi dengan taksiran biaya yang masih dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Dalam mengukur dan menentukan tingkat kemajuan penyelesain pekerjaan dalam metode persentase penyelesaian dibagi dalam dua kelompok, yaitu:
1) Ukuran Masukan (Input Measures)
Ukuran ini didasarkan pada suatu hubungan yang nyata antara unit masukan dengan produktivitasnya yang terdiri dari:
a) Metode biaya ke biaya (cost to cost method)
Dalam metode biaya ke biaya tingkat penyelesaian suatu kontrak ditentukan dengan cara membandingkan biaya-biaya yang telah dikeluarkan dengan taksiran terbaru mengenai seluruh biaya yang diharapkan untuk menyelesaikan pekerjaan.
Persentase penyelesaian = Biaya yang dikeluarkan Taksiran biaya penyelesaian
x 100%
Untuk menetapkan jumlah pendapatan atau jumlah laba kotor yang diakui sampai sekarang, persentase yang diperoleh dari perbandingan biaya-biaya yang dikeluarkan terhadap taksiran jumlah seluruh biaya yang ditetapkan pada jumlah seluruh pendapatan atau taksiran seluruh laba kotor dalam kontrak.
b) Metode usaha yang dikeluarkan ( efforts expended methods)
Metode usaha yang dikeluarkan mendasarkan penentuan persentase penyelesaian pada ukuran tertentu dari pekerjaan yang dilaksanakan. Ukuran tersebut meliputi jam kerja buruh, upah buruh, jumlah jam mesin dan lainnya.
Tingkat penyelesaian diukur dengan cara yang sama dengan yang digunakan dalam pendekatan biaya ke biaya. Tingkat penyelesaian diukur dengan cara membandingkan usaha yang telah dikeluarkan dengan taksiran biaya yang masih diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan. Sebagai contoh jika ukuran dari pekerjaan yang dilaksanakan adalah jam kerja maka tingkat penyelesaian adalah rasio dari jam kerja yang sudah dilaksanakan terhadap taksiran seluruh biaya jam kerja untuk menyelesaikan pekerjaan.
2) Ukuran hasil (Output Measures)
Ukuran keluaran yang dibuat berdasarkan pada perbandingan hasil yang telah dicapai atau diselesaikan secara fisik dengan keseluruhan pekerjaan yang dilaksanakan. Pengukuran fisik ini biasanya dilakukan dengan meminta bantuan para arsitek dan insinyur untuk mengevaluasi berbagai pekerjaan kemudian menaksir persentase pekerjaan yang telah selesai. Setelah pengukuran tingkat penyelesaian suatu kontrak selesai, selanjutnya pendapatan akan ditentukan dengan cara mengalihkan tingkat persentase penyelesaian dengan nilai keseluruhan kontrak yang bersangkutan.
Salah satu dari kedua metode ini dapat digunakan oleh setiap perusahaan yang bergerak dalam usaha kontrak konstruksi, tetapi harus didasarkan pada evaluasi yang seksama mengenai kondisi perusahaan tersebut. Sebab kedua metode ini mensyaratkan kondisi-kondisi tertentu yang harus ada dalam perusahaan jika ingin menerapkan salah satu dari metode ini diluar batas resiko usaha yang biasa maka sebaiknya digunakan metode kontrak selesai.
Kedua metode di atas baik metode kontrak selesai maupun metode persentase penyelesaian memiliki kelebihan dan kekurangan. Keuntungan dari metode persentase penyelesaian adalah adanya pengakuan akan prestasi kerja berkala perusahaan.
Sedangkan kelemahannya adalah perusahaan dituntut untuk membuat penaksiran- penaksiran yang tepat mengenai biaya-biaya dimana ini bukanlah merupakan pekerjaan mudah.
Berikut ini akan disajikan contoh yang mengilustrasikan kontrak pembangunan jangka panjang untuk menentukan laba usaha konstruksi dengan metode pencatatan dan menggunakan metode pengakuan pendapatan sbb:
• Metode kontrak selesai (completed-contract method)
• Metode persentase penyelesaian (percentage of completion method) - biaya ke biaya (cost to cost method)
- ukuran hasil (output measures)
Misalkan pada tahun 2005, suatu kontrak konstruksi mempunyai kontrak harga tetap sebesar Rp. 9.000.000.000 ,- untuk membangun tiang menara telkom. Jumlah pendapatan semula yang disetujui dalam kontrak adalah Rp. 9.000. 000.000,-. Biaya kontrak menurut estimasi kontraktor semula adalah Rp. 8.000. 000.000,-. Diperkirakan selesai pada tahun 2007. Dalam akhir tahun 2005, estimasi kontrak meningkat menjadi Rp. 8.050. 000.000,-. Dalam tahun 2006, pemberi kerja menyetujui suatu penyimpangan yang menghasilkan peningkatan dalam pendapatan kontrak sebesar Rp. 200. 000.000,- dan biaya kontrak tambahan yang diestimasi sebesar Rp. 150. 000.000,-.
Data keuangan selama periode konstruksi sebagai berikut:
Tahun Biaya yang Faktur termasuk Penerimaan Dibebankan Penahanan 15 %
2005 Rp. 2.415. 000.000 Rp. 2.700. 000.000 Rp. 2.295. 000.000 2006 Rp. 3.735. 000.000 Rp. 4.200. 000.000 Rp. 3.570. 000.000 2007 Rp. 2.050. 000.000 Rp. 2.300. 000.000 Rp. 1.955. 000.000
Rp. 1.380. 000.000 --- --- --- Rp. 8.200. 000.000 Rp. 9.200. 000.000 Rp. 9.200. 000.000
a)
Jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:
Dengan menggunakan metode kontrak selesai
Tahun 2005
Bangunan dalam pelaksanaan Rp. 2.415.000.000 Pembebanan biaya
Bahan, kas, dsb Rp. 2.415.000.000
Piutang usaha Rp. 2.700.000.000
Pencatatan piutang sehubungan dengan kemajuan kontrak
Kemajuan pengajuan faktur atas kontrak pembangunan Rp. 2.700.000.000
Kas Rp. 2.295.000.000
Penerimaan pembayaran oleh pemberi kerja
Biaya Pemeliharaan(15 %) Rp. 405.000.000
Piutang usaha Rp. 2.700.000.000
Tahun 2006
Bangunan dalam pelaksanaan Rp. 3.375.000.000 Pembebanan biaya
Bahan, kas, dsb Rp. 3.375.000.000
Piutang usaha Rp. 4.200.000.000
Pencatatan piutang sehubungan dengan kemajuan kontrak
Kemajuan pengajuan faktur atas kontrak pembangunan Rp. 4.200.000.000
Kas Rp. 3.570.000.000 Penerimaan pembayaran oleh pemberi kerja
Biaya Pemeliharaan(15 %) Rp. 630.000.000
Piutang usaha Rp. 4.200.000.000
Tahun 2007
Bangunan dalam pelaksanaan Rp. 2.050.000.000 Pembebanan biaya
Bahan, kas, dsb Rp. 2.050.000.000
Piutang usaha Rp. 2.300.000.000
Pencatatan piutang sehubungan dengan kemajuan kontrak
Kemajuan pengajuan faktur atas kontrak pembangunan Rp. 2.300.000.000
Kas Rp. 1.955.000.000
Penerimaan pembayaran oleh pemberi kerja
Biaya Pemeliharaan(15 %) Rp. 345.000.000
Piutang usaha Rp. 2.300.000.000
Kemajuan pengajuan faktur atas kontrak pembangunan Rp. 9.200.000.000 Pada saat penyelesaian kontrak
Pendapatan dari kontrak pembangunan jk. Panjang Rp. 9. 200. 000.000 Biaya kontrak jk. Panjang Rp. 8. 200. 000.000
Bangunan dalam pelaksanaan Rp. 8. 200. 000.000
Pendapatan dari kontrak pembangunan jk. Panjang Rp. 9.200.000.000 Jurnal penentuan laba
Biaya kontrak pembangunan jk. Panjang Rp. 8.200.000.000 Laba pada konstruksi Rp. 1.000.000.000
Kas Rp. 1.380.000.000
Penerimaan pelunasan piutang usaha setelah masa garansi
Biaya Pemeliharaan(15 %) Rp.1.380.000.000
b1)
Besarnya persentase penyelesaian yang dicapai setiap tahun adalah sebagai berikut:
Dengan menggunakan metode persentase penyelesaian metode biaya ke biaya ( cost to cost method)
2005 2006 2007
Jumlah semua pendapatan yang
Disetujui dalam kontrak Rp. 9.000.000.000 Rp. 9.000.000.000 Rp.9.000.000.000 Rp. 200.000.000 Rp. 200.000.000
--- --- ---
Total pendapatan kontrak Rp. 9.000.000.000 Rp. 9.200. .000.000Rp.9.200.000.000
--- --- --- Biaya kontrak yang terjadi
Sampai saat ini Rp.2.415.000.000 Rp. 6. 150.000.000 Rp.8.200.000.000 Biaya kontrak untuk penyelesaian Rp. 5.635.000.000 Rp. 2.050.000.000
--- --- ---
Total estimasi biaya kontrak Rp.8.050.000.000 Rp. 8.200.000.000 Rp8.200.000.000 --- --- ---
Persentase penyelesaian 30 % 75 % 100 % ======== ======== ======
Jumlah pendapatan, beban dan laba yang diakui dalam laporan laba rugi dalam jangka waktu tiga tahun adalah sebagai berikut:
Diakui Diakui pada tahun pada tahun
Saat ini sebelumnya sekarang Pendapatan ( Rp.9000 x 30% ) Rp. 2. 700 Rp. 2. 700 Tahun 2005
Beban ( Rp. 8. 050 x 30% ) Rp. 2. 415 Rp. 2. 415
--- --- Laba Rp. 285 Rp. 285 Pendapatan ( Rp. 9. 200 x 75% ) Rp. 6. 900 Rp. 2. 700 Rp. 4. 200
Tahun 2006
Beban ( Rp. 8. 200 x 75% ) Rp. 6. 150 Rp. 2. 415 Rp. 3.735 --- --- --- Laba Rp. 750 Rp. 285 Rp. 465
--- --- --- Pendapatan ( Rp. 9. 200 x 100% ) Rp. 9. 200 Rp. 6. 900 Rp. 2. 300 Tahun 2007
Beban ( Rp. 8. 200 x 100% ) Rp. 8. 200 Rp. 6. 150 Rp. 2. 050 --- --- --- Laba Rp. 1. 000 Rp. 750 Rp. 250
--- --- --- Jurnal yang dibuat adalah:
Tahun 2005
Bangunan dalam pelaksanaan Rp. 2. 415 Pembebanan biaya
Bahan, kas, dsb Rp. 2. 415 Pencatatan piutang sehubungan dengan kemajuan kontrak
Piutang usaha Rp. 2. 700
Kemajuan pengajuan faktur atas kontrak pembangunan Rp. 2. 700
Kas Rp. 2. 295
Penerimaan pembayaran oleh pemberi kerja
Biaya Pemeliharaan(15 %) Rp. 405
Piutang usaha Rp. 2. 700
Biaya kontrak pembangunan jk. Panjang Rp. 2. 415 Pengakuan pendapatan
Bangunan dalam pelaksanaan Rp. 285
Pendapatan dari kontrak pembangunan jk. Panjang Rp. 2. 700
Pendapatan dari kontrak pembangunan jk. Panjang Rp. 2. 700 Penentuan laba
Biaya kontrak pembangunan jk.panjang Rp. 2. 415 Laba pada konstruksi Rp. 285
Tahun 2006
Bangunan dalam pelaksanaan Rp. 3. 375 Pembebanan biaya
Bahan, kas, dsb Rp. 3. 375
Piutang usaha Rp. 4. 200
Pencatatan piutang sehubungan dengan kemajuan kontrak
Kemajuan pengajuan faktur atas kontrak pembangunan Rp. 4. 200
Kas Rp. 3. 570
Penerimaan pembayaran oleh pemberi kerja
Biaya Pemeliharaan(15 %) Rp. 630
Piutang usaha Rp. 4. 200
Biaya kontrak pembangunan jk. Panjang Rp. 3. 735 Pengakuan pendapatan
Bangunan dalam pelaksanaan Rp. 465
Pendapatan dari kontrak pembangunan jk. Panjang Rp. 4. 200
Pendapatan dari kontrak pembangunan jk. Panjang Rp. 4. 200 Penentuan laba
Biaya kontrak pembangunan jk.panjang Rp. 3. 375 Laba pada konstruksi Rp. 465 Tahun 2007
Bangunan dalam pelaksanaan Rp. 2. 050 Pembebanan biaya
Bahan, kas, dsb Rp. 2. 050
Piutang usaha Rp. 2. 300 Pencatatan piutang sehubungan dengan kemajuan kontrak
Kemajuan pengajuan faktur atas kontrak pembangunan Rp. 2. 300
Kas Rp. 1. 955
Penerimaan pembayaran oleh pemberi kerja
Biaya Pemeliharaan(15 %) Rp. 345
Piutang usaha Rp. 2. 300
Biaya kontrak pembangunan jk. Panjang Rp. 2. 050 Pengakuan pendapatan
Bangunan dalam pelaksanaan Rp. 250
Pendapatan dari kontrak pembangunan jk. Panjang Rp. 2. 300
Pendapatan dari kontrak pembangunan jk. Panjang Rp. 2. 300 Penentuan laba
Biaya kontrak pembangunan jk.panjang Rp. 2. 050 Laba pada konstruksi Rp. 250
Kemajuan pengajuan faktur atas kontrak pembangunan Rp. 9. 200 Pada saat penyelesaian kontrak
Bangunan dalam pelaksanaan Rp. 9. 200
Kas Rp. 1. 380
Penerimaan pelunasan piutang usaha setelah masa garansi
Biaya Pemeliharaan(15 %) Rp. 1. 380 b2)
Estimasi tingkat kemajuan kontrak yang dicapai adalah:
Dengan menggunakan metode persentase penyelesaian metode ukuran hasil ( output measures)
Tahun estimasi kemajuan kontrak
2005 26 %
2006 74 %
2007 100 %
Jumlah pendapatan, beban dan laba yang diakui dalam laporan laba rugi dalam jangka waktu tiga tahun adalah sebagai berikut:
Diakui Diakui pada tahun pada tahun Saat ini sebelumnya sekarang Pendapatan ( Rp. 9. 000 x 26% ) Rp. 2. 340 Rp. 2. 340 Tahun 2005
Beban Rp. 2. 415 Rp. 2. 415 --- --- Laba Rp. (75) Rp. (75) --- --- Pendapatan ( Rp. 9. 200 x 74% ) Rp. 6. 808 Rp. 2. 340 Rp. 4. 468 Tahun 2006
Beban Rp. 6. 150 Rp. 2. 415 Rp. 3. 735 --- --- --- Laba Rp. 658 Rp. (75) Rp. 733
--- --- --- Pendapatan ( Rp. 9. 200 x 100% )Rp. 9. 200 Rp. 6. 808 Rp. 2. 392
Tahun 2007
Beban Rp. 8. 200 Rp. 6. 150 Rp. 2. 050 --- --- --- Laba Rp. 1. 000 Rp. 658 Rp. 342
--- --- --- Jurnal yang dibuat adalah:
Tahun 2005
Bangunan dalam pelaksanaan Rp. 2. 415
Pembebanan biaya
Bahan, kas, dsb Rp. 2. 415
Piutang usaha Rp. 2. 340
Pencatatan piutang sehubungan dengan kemajuan kontrak
Kemajuan pengajuan faktur atas kontrak pembangunan Rp. 2. 340
Kas Rp. 1. 989
Penerimaan pembayaran oleh pemberi kerja
Biaya Pemeliharaan(15 %) Rp. 351
Piutang usaha Rp. 2. 340
Biaya kontrak pembangunan jk. Panjang Rp. 2. 415 Pengakuan pendapatan
Pendapatan dari kontrak pembangunan jk. Panjang Rp. 2. 340 Bangunan dalam pelaksanaan Rp. 75
Pendapatan dari kontrak pembangunan jk. Panjang Rp. 2. 340 Penentuan laba
Rugi pada konstruksi Rp. 75
Biaya kontrak pembangunan jk.panjang Rp. 2. 415 Tahun 2006
Bangunan dalam pelaksanaan Rp. 3. 735
Pembebanan biaya
Bahan, kas, dsb Rp. 3. 735
Piutang usaha Rp. 4. 468
Pencatatan piutang sehubungan dengan kemajuan kontrak
Kemajuan pengajuan faktur atas kontrak pembangunan Rp. 4. 468
Kas Rp. 3. 797,8
Penerimaan pembayaran oleh pemberi kerja
Biaya Pemeliharaan(15 %) Rp. 670,2
Piutang usaha Rp. 4. 468
Biaya kontrak pembangunan jk. Panjang Rp. 3. 735 Pengakuan pendapatan
Bangunan dalam pelaksanaan Rp. 733
Pendapatan dari kontrak pembangunan jk. Panjang Rp. 4. 468
Pendapatan dari kontrak pembangunan jk. Panjang Rp. 4. 468 Penentuan laba
Biaya kontrak pembangunan jk. Panjang Rp. 3. 735 Laba pada konstruksi Rp. 733 Tahun 2007
Bangunan dalam pelaksanaan Rp. 2. 050
Pembebanan biaya
Bahan, kas, dsb Rp. 2. 050
Piutang usaha Rp. 2. 392
Pencatatan piutang sehubungan dengan kemajuan kontrak
Kemajuan pengajuan faktur atas kontrak pembangunan Rp. 2.392
Kas Rp. 2. 033,2
Penerimaan pembayaran oleh pemberi kerja
Biaya Pemeliharaan(15 %) Rp. 358,8
Piutang usaha Rp. 2.392
Biaya kontrak pembangunan jk. Panjang Rp. 2. 050 Pengakuan pendapatan
Bangunan dalam pelaksanaan Rp. 342
Pendapatan dari kontrak pembangunan jk. Panjang Rp. 2. 392
Pendapatan dari kontrak pembangunan jk. Panjang Rp. 2. 392 Penentuan laba
Biaya kontrak pembangunan jk.panjang Rp. 2. 050 Laba pada konstruksi Rp. 342 Kemajuan pengajuan faktur atas kontrak pembangunan Rp. 9. 200
Pada saat penyelesaian kontrak
Bangunan dalam pelaksanaan Rp. 9. 200 Penerimaan pelunasan piutang usaha setelah masa garansi
Kas Rp. 1. 380
Biaya Pemeliharaan(15 %) Rp. 1. 380
A. Biaya
1. Pengertian Biaya
Biaya juga perlu diperhatikan karena informasi mengenai biaya yang sistematis, diperlukan oleh pihak manajemen untuk membantu dalam pengambilan keputusan-keputusan yang penting dalam rangka memperoleh laba maksimal bagi perusahaan. Biaya timbul dalam usaha menciptakan pendapatan dan mengakibatkan pengurangan aktiva neto perusahaan termasuk didalamnya pengenaan pajak tertentu oleh badan pemerintah.
Istilah biaya (cost) dan beban (expense) seringkali digunakan dalam arti yang sama. Namun sesungguhnya terdapat perbedaan. Beban adalah biaya yang secara langsung atau tidak langsung telah dimanfaatkan didalam usaha menghasilkan pendapatan dalam suatu periode atau yang sudah tidak memberikan manfaat ekonomis. Sedangkan yang dimaksud dengan biaya adalah pengorbanan ekonomis yang diperlukan untuk memperoleh barang dan jasa.
Pengertian biaya menurut Harnanto (2002 : 92) “Biaya adalah Pengorbanan yang terjadi untuk mendapatkan sumber-sumber yang diperlukan oleh perusahaan”.
Pengertian beban menurut Harnanto (2002 : 92) “Beban adalah aliran keluar atau penggunaan aktiva atau kenaikan kewajiban dalam suatu periode akuntansi yang terjadi dalam aktivitas produksi dan penjualan barang, penyerahan jasa, atau aktivitas lain yang berhubungan dengan usaha pokok perusahaan”.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa biaya merupakan pengorbanan ekonomi untuk memperoleh penghasilan. Pengorbanan ekonomis dapat dibedakan atas dua macam, yaitu:
a. Pengorbanan yang telah terjadi (expired)
b. Pengorbanan yang kemungkinan akan terjadi (Unexpired)
Beban sama artinya dengan expired cost, yaitu pengeluaran yang dilakukan untuk menghasilkan penghasilan pada periode berjalan sehingga harus dibebankan pada periode tersebut. Unexpired cost adalah bahagian biaya yang ditunda pembebanannya untuk periode berikutnya karena biaya-biaya itu berkaitan dengan pendapatan dimasa yang akan datang.
Pengertian lain dari biaya adalah suatu nilai tukar, prasyarat atau pengorbanan yang dilakukan guna memperoleh manfaat. Dalam akuntansi keuangan prasyarat atau pengorbanan tersebut pada tanggal perolehan dinyatakan dengan pengurangan kas atau aktiva lainnya pada saat ini atau pada saat mendatang atau dengan kata lain biaya adalah pengeluaran yang belum habis masa manfaatnya dan harus dibebankan pada periode berikutnya.
Beban adalah biaya yang habis terpakai (cost expiration) atau alokasi biaya yang sudah habis masa manfaatnya dan seluruhnya telah dibebankan pada periode berjalan serta merupakan pengurangan aktiva bersih perusahaan. Didalam akuntansi kita telah mengenal apa saja yang termasuk beban ini, seperti harga pokok penjualan, beban atau biaya operasi, beban diluar usaha, pos-pos luar biasa.
2. Unsur-unsur Biaya
Untuk memberikan informasi yang lebih jelas, lengkap dan terperinci mengenai biaya-biaya kepada manajemen sebagai pengambil keputusan, maka biaya- biaya perlu dianalisa dan dikelompokkan. Dalam akuntansi biaya, biaya digolongkan dengan berbagai macam cara. Umumnya penggolongan biaya digolongkan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan penggolongan tersebut. Hal ini dikenal dengan
“Different cost for different purpose”. Penggolongan biaya yang dibuat oleh William (2009 : 98) adalah dengan berdasarkan hubungan antara biaya tersebut dengan:
a. Produk
Biaya dalam hubungannya dengan produk adalah biaya pabrikasi yang terdiri dari:
- Bahan langsung (direct material) adalah semua bahan yang membentuk bagian integral dari barang jadi.
- Tenaga kerja langsung, adalah karyawan yang dipekerjakan untuk mengubah bahan langsung menjadi barang jadi.
- Overhead pabrik, yaitu biaya dari bahan tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung dan semua biaya pabrikasi lainnya yang tidak dapat dibebankan langsung pada produk tertentu.
b. Volume produksi
Biaya dalam hubungannya dengan volume produksi yang meliputi:
- Biaya tetap, adalah biaya yang tidak berubah meskipun volume kegiatan bertambah atau menurun, dalam batasan bahwa volume kegiatan tidak melebihi volume kegiatan normal.
- Biaya variable, adalah biaya yang mengalami peningkatan secara proporsional dengan jumlah produksi atau mengalami penurunan secara proporsional dengan jumlah produksi.
- Biaya semi variable yaitu biaya yang mengandung unsur dari biaya tetap dan biaya variable.
c. Departemen pabrikasi
Biaya dalam hubungannya dengan departemen pabrikasi meliputi:
- Biaya langsung departemen, adalah biaya yang berasal dari suatu departemen dan dapat didefinisikan terhadap departemen tersebut.
- Biaya tidak langsung departemen, adalah biaya yang dipikul bersama oleh beberapa departemen yang mengambil manfaat dari terjadinya biaya tersebut.
- Biaya bersama, adalah biaya yang berasal dari penggunaan fasilitas atau jasa oleh dua operasi atau lebih
- Biaya gabungan,adalah biaya yang terjadi bila proses produksi menghasilkan lebih dari satu jenis produk.
d. Periode akuntansi
Biaya dalam hubungannya dengan periode akuntansi terdiri dari:
- Pengeluaran modal (capital expenditure), adalah pengeluaran yang dimaksudkan untuk menghasilkan manfaat dalam periode-periode mendatang dan pengeluaran tersebut dicatat sebagai aktiva.
- Pengeluaran pendapatan (revenue expenditure), adalah pengeluaran yang dimaksudkan untuk memberi manfaat dalam periode berjalan dan pengeluaran tersebut dicatat sebagai biaya.
3. Penentuan dan pengakuan biaya usaha konstruksi
Untuk usaha jasa konstruksi masalah-masalah mengenai biaya biasanya berbeda dengan perusahaan yang bergerak dibidang industri atau jasa lainnya.
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2004: No.34 paragraf 19) memberikan defenisi mengenai biaya kontrak sebagai berikut: “Biaya kontrak meliputi biaya-biaya yang dapat didistribusikan kepada suatu kontrak untuk jangka waktu sejak tanggal kontrak itu diperoleh sampai dengan penyelesaian akhir kontrak tersebut”.
Dari penjelasan tersebut jelaslah bahwa untuk menghitung harga pokok proyek dalam laporan keuangan biaya-biaya yang dilaporkan hanyalah biaya-biaya yang berhubungan dengan kontrak tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung.
Untuk biaya-biaya administrasi dan umum biasanya diperlakukan sama dengan administrasi dan umum perusahaan itu.
Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2004: No.34 paragraf 15) biaya konstruksi terdiri dari berbagai jenis, yaitu:
a. Biaya yang berhubungan langsung dengan kontrak tersebut, tidak terbatas pada:
- Biaya pekerja lapangan termasuk penyelia - Biaya bahan yang digunakan dalam konstruksi
- Penyusutan sarana dan peralatan yang digunakan dalam kontrak tersebut - Biaya penyewaan sarana dan peralatan
- Biaya rancangan dan bantuan teknis yang secara langsung berhubungan dengan kontrak tersebut
- Estimasi biaya pembetulan dan biaya-biaya lain yang mungkin timbul selama masa jaminan
- Klaim dari pihak ketiga
b. Biaya yang dapat didistribusikan pada aktifitas kontrak pada umumnya dan dapat dialokasikan ke kontrak tersebut, yang meliputi:
- Asuransi
- Biaya rancangan dan bantuan teknis yang tidak secara langsung berhubungan dengan kontrak tersebut
- Biaya-biaya overhead konstuksi
c. Biaya-biaya yang secara khusus dapat ditagihkan ke pemberi kerja sesua dengan isi kontrak.
C. Laba
1. Pengertian Laba
Indikator dari prestasi suatu badan usaha adalah kemampuan menghasilkan laba (profitability). Laba yang tinggi dari suatu badan usaha akan sangat mempengaruhi keputusan-keputusan yang akan diambil oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Para akuntan dituntut untuk mengukur dan melaporkan laba atau rugi suatu perusahaan melalui laporan laba rugi. Para akuntan dituntut untuk melaporkannya dengan secermat dan setepat mungkin sehingga laba rugi dapat menggambarkan hasil usaha yang diperoleh selama periode yang bersangkutan secara layak dan wajar.
Meskipun ada berbagai cara untuk mengukur laba, semuanya itu berlandaskan pada konsep dasar umum yaitu bahwa laba adalah pengembalian (return) yang melebihi investasi. Para ekonom telah mendefinisikan konsep laba sebagai jumlah yang dapat dikembalikan oleh entitas kepada investornya sambil tetap mempertahankan tingkat kesejahteraan entitas bersangkutan. Salah satu cara popular untuk memahami “sejahtera” adalah dalam pengertian pemeliharaan modal (financial capital maintenance). Menurut konsep ini sebuah perusahaan pada akhir periode lebih besar daripada jumlah finansial aktiva bersih pada awal periode bersangkutan sesudah mengeluarkan (memperhitungkan secara tersendiri) pengaruh transaksi dengan pemilik.
Menurut Skousen (2001:206): “Laba adalah kenaikan dalam modal atau ekuitas (aktiva bersih) dari transaksi periferol atau insidental sebuah entitas dan dari semua transaksi lainnya dan peristiwa lain dan keadaan yang mempengaruhi entitas kecuali yang terjadi dari pendapatan atau investasi oleh pemilik”.
Menurut Soemarso (2005: 289) “Laba adalah Selisih lebih pendapatan atas biaya-biaya yang terjadi sehubungan dengan usaha untuk memperoleh pendapatan tersebut selama periode tertentu.
Pengertian laba dapat juga ditinjau dari sudut:
a. Pengertian laba dari sudut ilmu ekonomi
Laba merupakan suatu pendapatan yang berasal dari kegiatan ekonomi yang dapat dikonsumsi dalam suatu periode tanpa mengurangi keutuhan dari modal yang dimiliki sebelumnya.
b. Pengertian laba dari sudut ilmu akuntansi
Pengertian laba dari sudut ilmu akuntansi menitikberatkan pada segi tekniknya yaitu bagaimana menentukan dan menghitung laba dan melaporkannya kedalam perhitungan laba rugi.
Menurut Hendriksen (1999 : 150) ada dua konsep mengenai laba, yaitu:
1. All Inclusive Concept 2. Current Operating Concept
1). All Inclusive Concept
Dalam all inclusive concept laba didefenisikan sebagai total perubahan dalam kepemilikan yang diakui dengan mencatat transaksi atau revaluasi perusahaan selama periode tertentu, kecuali untuk distribusi deviden, dan transaksi modal.
Dalam konsep ini pendapatan atau biaya yang diakui bukan hanya yang berasal dari operasi normal perusahaan saja tetapi juga termasuk didalamnya yang bersifat luar biasa (extra ordinary)
2). Current Operating Concept
Dalam current operating concept laba yang disusun dalam suatu periode terutama hanya menggambarkan pendapatan dan biaya yang berhubungan langsung dengan
kegiatan perusahaan sedangkan pos-pos luar biasa dilaporkan laba ditahan dan koreksi tahun lalu.
Sarana umum dari laporan keuangan adalah informasi tentang kinerja perusahaan yang disajikan melalui pengukuran laba dan komponennya. Dalam usaha konstruksi ada perbedaan dalam hal pengakuan pendapatan, biaya dan laba dengan perusahaan industri atau jasa lainnya.
Hal ini terjadi karena didalam usaha jasa konstruksi, suatu kontrak kerja dapat menghabiskan waktu lebih dari satu periode akuntansi dalam penyelesaiannya. Sedangkan dalam perusahaan industri atau perusahaan jasa jarang sekali terjadi kontrak kerja dengan konsumen atau klien melebihi satu periode akuntansi.
2. Tujuan Penentuan Laba
Berdasarkan konsep dasar akuntansi mengenai kesatuan akuntansi maka dalam akuntansi keuangan perusahaan dianggap sebagai kesatuan ekonomi yang terpisah dari pihak-pihak yang berkepentingan dengan
perusahaan. Adanya pemisahan ini merupakan faktor utama yang dijadikan pertimbangan untuk membebankan pada kesatuan ekonomi tersebut kewajiban untuk mempertanggung jawabkan hasil usaha, posisi keuangan dan aspek-aspek lain yang berhubungan dengannya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Salah satu bentuk pertanggungjawaban perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan adalah penentuan atau pengukuran laba periodik dan
melaporkannya melalui laporan laba rugi. Terdapat banyak pihak yang berkepentingan dengan penentuan laba perusahaan, yang antara lain adalah:
• Manajemen perusahaan, berkepentingan untuk pengambilan keputusan yang menyangkut manajemen perusahaan serta mengukur dan menilai keberhasilan strategi yang diterapkan untuk pembuatan perencanaan yang baik guna dilaksanakan pada periode-periode berikutnya.
• Pemegang saham, berkepentingan untuk mengetahui besarnya dividen yang akan diterima.
• Kreditur, berkepentingan untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutangnya.
• Calon investor, penentuan laba berguna untuk pengambilan keputusan sehubungan dengan investasi yang akan mereka lakukan.
Secara singkat dapat dikatakan tujuan penentuan laba adalah untuk mempertanggung jawabkan hasil usaha perusahaan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan dan bagi pihak manajemen adalah untuk menilai keberhasilan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang diterapkan serta untuk penetapan rencana yang akan dilakukan dimasa yang akan datang.
3. Penentuan Laba
William (2009:128) berpendapat bahwa “ Penentuan laba dilakukan dengan menentukan jumlah pendapatan yang dihasilkan dan jumlah beban yang terjadi dalam periode yang bersangkutan”.
Dalam penentuan laba yang diinginkan perusahaan, maka beberapa langkah yang harus dilakukan yaitu :
1. Menekan biaya produksi maupun biaya operasi serendah mungkin dengan memepertahankan tingkat harga jual dan volume penjualan yang ada.
2. Menentukan harga jual sedemikan rupa sesuai dengan laba yang diinginkan.
3. Meningkatkan volume penjualan sebesar mungkin.
Skousen (2001:206) mengemukakan bahwa “Dalam menentukan laba dalam suatu perusahaan dengan menaksirkan biaya-biaya yang terjadi sehubungan dengan usaha”.
Perbandingan antara total pendapatan yang diperoleh dengan beban yang timbul dalam satu periode ini dikenal juga dengan istilah Matching Cost Against Revenue, dimana pendapatan dikurangi dengan biaya atau beban.
Laba bersih untuk periode berjalan terdiri atas unsur-unsur berikut, yang masing-masing harus diungkapkan dalam laporan Laba Rugi, yakni :
1. Laba atau rugi aktivitas normal; dan 2. Pos luar biasa
Ad.2. 1. Laba atau rugi dari aktivitas normal
Bila dalam laba atau rugi aktivitas normal terdapat unsur penghasilan dan beban yang terjadi dianggap relevan untuk menjelaskan kinerja suatu perusahaan selama periode tertentu, maka hakekat dan jumlah tersebut harus diungkapkan secara terpisah.
Ad.2. Pos luar biasa
Pos luar biasa adalah penghasilan atau beban yang timbul dari kejadian atau transaksi yang secara jelas berbeda dari aktivitas normal perusahaan karenanya tidak diharapkan untuk seringkali terjadi atau terjadi secara tidak teratur.