• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Dasar Hukum...4 BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH...

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Dasar Hukum...4 BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH..."

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1. Latar Belakang ...1

1.2. Tujuan ...3

1.3. Dasar Hukum...4

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH ...9

2.1. Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Daerah. ...9

2.2. Target Ekonomi Makro pada tahun Perencanaan ...14

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) ...23

3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBD ...23

3.2. Pertumbuhan Ekonomi ...25

3.3. Laju Inflasi ...31

3.4. Lain-lain Asumsi ...32

BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH ...35

4.1. Pendapatan Daerah ...35

4.1.1. Kebijakan Perencanaan Pendapatan Daerah ...35

4.1.2. Target Pendapatan Daerah Yang Akan Dilakukan ...44

4.1.3. Upaya-Upaya Pemerintah Dalam Mencapai Target ...47

4.2. Belanja Daerah ...50

4.2.1. Kebijakan Perencanaan Belanja Daerah ...50

4.2.2. Kebijakan Belanja Pegawai, Bunga, Subsidi, Hibah, Bantuan Sosial, Belanja Bagi Hasil, Bantuan Keuangan, dan Belanja Tidak Terduga 54 4.2.3. Kebijakan Pembangunan Daerah, Kendala yang Dihadapi, Sasaran, Strategi dan Prioritas Pembangunan ...59

4.2.4. Kebijakan Belanja Berdasarkan Prioritas Pemerintahan Daerah ...63

4.3. Pembiayaan Daerah ...66

4.3.1. Kebijakan Penerimaan Pembiayaan ...67

4.3.2. Kebijakan Pengeluaran Pembiayaan ...68

(6)
(7)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tahun 2020 adalah tahun kelima dari periode kedua Pemerintahan Bupati Abdullah Azwar Anas dan Wakil Bupati Yusuf Widyatmoko untuk mewujudkan cita-cita peningkatan kesejahteraan rakyat Banyuwangi, sebagaimana komitmen yang tertuang dalam Perubahan RPJMD Kabupaten Banyuwangi 2016-2021. Sejak tahun 2011, prioritas pembangunan daerah diarahkan dalam rangka peningkatan kesejahteraan yang difokuskan pada pembangunan pendidikan, kesehatan, pertanian, pariwisata, dan UKM, dengan dukungan infrastruktur, pengendalian lingkungan dan sosial, serta reformasi birokrasi secara berkelanjutan.

Sesuai amanat Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2019 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2020 adalah dokumen yang memuat kebijakan bidang pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta asumsi yang mendasarinya untuk periode 1 (satu) tahun. Sehubungan dengan itu, telah dilakukan evaluasi menyeluruh capaian kinerja hingga tahun 2019 dalam rangka mengetahui perkembangan hasil dan kesesuaian arah antara pencapaian visi, misi, dan sasaran prioritas pembangunan daerah yang telah dicapai, guna memproyeksi berbagai asumsi kondisi perekonomian dan pembangunan pada tahun 2020.

Meningkatnya pertumbuhan ekonomi yang diiringi penurunan angka kemiskinan, menjadi sebagian bukti bahwa kesejahteraan masyarakat Banyuwangi secara kuantitas maupun kualitas semakin meningkat. Secara umum indikator kesejahteraan mengalami perbaikan, terutama ditunjukkan oleh penurunan tingkat kemiskinan dimana pada tahun 2017 sebesar 8,64 persen dan

(8)

menjadi 7,80 persen pada tahun 2018. Indeks Pembangunan Manusia yang menunjukkan peningkatan dari 69,64 tahun 2017 menjadi 70,40 tahun 2018.

Tema pembangunan tahun 2020 sebagaimana tertuang dalam Rencana Kerja Pembangunan Daerah adalah : “Kemandirian Ekonomi di Seluruh Wilayah Yang Terintegrasi dan Berkelanjutan”. Meskipun urusan terkait Pendidikan dan kesehatan tidak disebutkan secara langsung dalam bunyi tema pembangunan tahun 2020, isu pada kedua urusan tersebut tetap menjadi prioritas daerah karena sudah masuk pada prioritas yang wajib dengan sendirinya. Terdapat empat prioritas wajib dengan sendirinya, yaitu urusan pendidikan, kesehatan, pelayanan umum, dan pemerintahan. Sementara prioritas pendukung strategi pembangunannya adalah : (1) Manjamin Sistem Pasar Yang Berorientasi Pada Masyarakat Kelas Bawah; (2) Menjamin keberlangsungan aktifitas ekonomi masyarakat; (3) Meningkatkan kesempatan kerja masyarakat; (4) Integrasi sektor pertanian, pariwisata dan perdagangan.

Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, substansi KUA mencakup hal-hal yang sifatnya kebijakan umum dan tidak menjelaskan hal-hal yang bersifat teknis. Hal-hal yang sifatnya kebijakan umum, seperti: (a) Gambaran kondisi ekonomi makro; (b) Asumsi penyusunan rancangan APBD/perubahan APBD Tahun Anggaran 2020; (c) Kebijakan pendapatan daerah; (d) Kebijakan belanja daerah; (e) Kebijakan pembiayaan; dan (f) strategi pencapaian.

Berdasarkan prioritas pembangunan daerah tersebut, Kebijakan Umum APBD Kabupaten Banyuwangi Tahun Anggaran 2020 memuat program-program yang akan dilaksanakan oleh pemerintah daerah untuk setiap urusan pemerintahan daerah yang disertai dengan proyeksi perencanaan pendapatan daerah, perencanaan alokasi belanja daerah, dan perencanaan pembiayaan daerah serta sumber dana yang digunakan dan penggunaan pembiayaan daerah beserta asumsi–asumsi yang mendasarinya guna peningkatan kesejahteraan masyarakat.

(9)

Kondisi APBD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2020 dipengaruhi setidaknya oleh 3 faktor yaitu (1) indikator-indikator ekonomi yang ditetapkan sebagai asumsi dasar ekonomi makro yaitu pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, dan tingkat pengangguran; (2) langkah-langkah kebijakan (policy measures) dan administratif (administrative measures) yang ditempuh baik dari sisi pendapatan, belanja, maupun pembiayaan anggaran daerah; (3) berbagai peraturan dan regulasi serta keputusan hukum yang berlaku dan berbagai langkah yang menjadi arahan Pemerintah maupun Pemerintah Provinsi Jawa Timur baik di bidang ekonomi maupun nonekonomi.

Kebijakan Umum APBD (KUA) dan rancangan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) yang disepakati bersama antara Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sebagai dasar dalam penyusunan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2020. KUA dan PPAS pemerintah Kabupaten Banyuwangi berpedoman pada RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2020 yang telah disinkronisasikan dengan RKP Tahun 2020 dan RKPD provinsi Jawa Timur Tahun 2020.

1.2 Tujuan

1. Penyusunan KUA Kabupaten Banyuwangi Tahun 2020 untuk memberikan arah dalam penyusunan dan pelaksaaan program kegiatan pembangunan yang merupakan penjabaran kebijakan pembangunan sebagaimana yang tertuang dalam Perubahan RPJMD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016-2021 dan RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2020, dengan sumber pendanaan dari pendapatan dan penerimaan daerah dengan asumsi-asumsi indikator ekonomi makro yang disesuaikan dengan perkembangan agar berdaya guna dan berhasil guna.

2. Sebagai dasar bagi pemerintah daerah untuk menyusun, menyampaikan dan membahas rancangan peraturan daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2020 antara pemerintah daerah dengan DPRD sampai dengan tercapainya

(10)

persetujuan bersama antara Kepala Daerah dengan DPRD terhadap rancangan peraturan daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2020.

3. Memantapkan penyusunan perencanaan anggaran yang transparan dan akuntabel.

1.3 Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

3. Undang-undang Nonom 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN);

4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah;

5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025;

6. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana; 7. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

8. Undang-undang Nomor 25 tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik; 9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Daerah;

11. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.

12. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan;

13. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah;

(11)

15. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 Tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;

16. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan;

17. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah); 18. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan

Tugas dan Wewenang Serta kedudukan Keuangan Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Di Wilayah Provinsi ;

19. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;

20. Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2017 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;

21. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2017 Tentang Inovasi Daerah;

22. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2017 Tentang Partisipasi Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;

23. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2018 Tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Pusat;

24. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019 ;

25. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang terakhir kali dirubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Permendagri Nomor 13 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 26. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2007 tentang Tata Cara

Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

(12)

27. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Tugas dan Wewenang Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi ;

28. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tata cara perencanaan, pengendalian dan evaluasi pembangunan daerah, tata cara evaluasi rancangan peraturan daerah tentang rencana pembangunan jangka panjang daerah dan Rencana pembangunan jangka menengah daerah, serta tata cara perubahan rencana pembangunan jangka panjang daerah, rencana pembangunan jangka menengah daerah, dan rencana kerja pemerintah daerah;

29. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2018 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal;

30. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;

31. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 31 Tahun 2019 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2020;

32. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2019 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2020 ;

33. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 1 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Jawa Timur Tahun 2005-2025;

34. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2031;

35. Peraturan Gubernur Nomor 32 Tahun 2019 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2020;

36. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 15 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2005-2025;

(13)

37. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 5 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Banyuwangi 2016-2021;

38. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 8 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Banyuwang.

39. Peraturan Bupati Banyuwangi Nomor 31 Tahun 2019 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Banyuwangi Tahun 2020.

(14)
(15)

BAB II

KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

2.1. Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Daerah

Dalam rangka pelaksanaan pembangunan tahun berjalan, pemerintah daerah telah menetapkan beberapa indikator ekonomi makro yang akan dijadikan tolak ukur keberhasilan pembangunan daerah. Pertumbuhan ekonomi sebagai salah satu indikator kinerja utama pada dasarnya merupakan gambaran dari aktifitas perekonomian masyarakat di daerah yang juga digunakan sebagai salah satu tolok ukur keberhasilan pelaksanaan pembangunan. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Banyuwangi selama lima tahun terakhir berfluktuasi antara 5,38% hingga 6,01%. Pada tahun 2014, pertumbuhan ekonomi Banyuwangi sebesar 5,72%, dan pada tahun 2018 menjadi sebesar 5,84%.

Pertumbuhan ekonomi secara rinci dapat dilihat pada komponen pembentuknya yaitu Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), yang dihitung berdasar Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dan Atas Dasar Harga Konstan (ADHK). PDRB (ADHB) Kabupaten Banyuwangi tahun 2018 sebesar 78,037 trilyun rupiah meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 72,234 trilyun rupiah. Pada tahun 2019 nilai PDRB (ADHB) Kabupaten Banyuwangi diprediksi mencapai Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.1 PDRB (ADHB) Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-2019* Kat. URAIAN PDRB ADHB (Rp. Milyar)

2015 2016 2017 2018 2019* A Pertanian, Kehutanan, dan

(16)

Kat. URAIAN PDRB ADHB (Rp. Milyar)

2015 2016 2017 2018 2019* B Pertambangan dan Penggalian 4.650,84 5.033,74 5.504,25 5.963,32 6.362,21 C Industri Pengolahan 6.549,45 7.264,44 7.760,90 8.494,85 9.114,37 D Pengadaan Listrik dan Gas 25,58 28,83 31,56 33,70 35,95

E

Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur Ulang

36,94 40,48 42,02 44,29 47,26 F Konstruksi 6.820,37 7.775,55 8.994,18 10.517,95 11.221,50 G

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

8.454,49 9.618,55 10.988,01 12.544,56 13.383,68

H Transportasi dan Pergudangan 1.814,18 2.064,86 2.294,32 2.501,20 2.668,50 I Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 1.392,29 1.638,07 1.915,46 2.187,88 2.334,23 J Informasi dan Komunikasi 2.413,78 2.676,78 2.955,66 3.282,75 3.502,34 K Jasa Keuangan dan Asuransi 1.055,22 1.180,43 1.278,07 1.377,53 1.469,67 L Real Estate 895,73 970,95 1.063,76 1.170,66 1.248,96 M,N Jasa Perusahaan 134,60 149,55 161,18 178,92 190,88 O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

1.340,24 1.494,43 1.637,26 1.745,03 1.861,76 P Jasa Pendidikan 1.813,16 1.978,78 2.160,70 2.382,86 2.542,25 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 189,25 217,68 247,16 278,49 297,12 R,S,T,U Jasa lainnya 649,01 739,61 863,39 982,93 1.048,68 PDRB ADHB 60.179,29 66.345,97 72.243,02 78.037,33 83.734,02 Sumber : BPS Banyuwangi

*Proyeksi Tim Bappeda Kabupaten Banyuwangi

Sementara untuk PDRB (ADHK) Kabupaten Banyuwangi tahun 2018 sebesar 52,370 trilyun rupiah meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 49,552 trilyun rupiah. Pada tahun 2019 nilai PDRB (ADHK) Kabupaten

(17)

Banyuwangi diprediksi mencapai Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.2. PDRB (ADHK) Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-2019

Kat. URAIAN PDRB ADHK (Rp. Milyar)

2015 2016 2017 2018 2019* A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 14.958,60 15.395,30 16.053,1 15.511,0 15.468,6 B Pertambangan dan Penggalian 3.689,70 3.885,60 4.029,4 4.452,0 4.722,1 C Industri Pengolahan 5.133,70 5.425,60 5.744,0 6.035,1 6.392,1 D Pengadaan Listrik dan Gas 25,1 26,1 27,6 28,2 29,2 E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 30,2 31,7 33,3 33,8 35,2 F Konstruksi 4.988,40 5.362,80 5.701,2 6.480,9 7.216,7 G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda

Motor 6.403,20 6.842,60 7.308,1 8.310,5

9.227,6 H Transportasi dan Pergudangan 1.293,90 1.393,20 1.511,4 1.560,4 1.644,3 I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1.042,90 1.142,00 1.250,0 1.403,1 1.554,5 J Informasi dan Komunikasi 2.269,40 2.426,60 2.581,9 2.867,3 3.116,9 K Jasa Keuangan dan Asuransi 793,30 839,20 899,3 947,3 1.004,7 L Real Estate 691,6 727,6 773,3 830,1 890,0 M,N Jasa Perusahaan 103,6 109,6 116,8 124,8 133,7

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib 986,80 1.041,50 1.098,8 1.133,6

1.180,9 P Jasa Pendidikan 1.432,10 1.526,20 1.624,9 1.760,7 1.884,1 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 163,7 177,8 192,5 210,1 224,9 R,S,T,U Jasa lainnya 523,7 571 605,1 681,7 746,8 PDRB ADHK 46.924,60 49.326,70 49.552,0 52.370,6 55.474,2

Sumber : BPS Banyuwangi

*Proyeksi Tim Bappeda Kabupaten Banyuwangi

Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan kedepan mengalami tantangan yang semakin berat. Hal ini nampak dari pertumbuhannya yang menurun dan berada dibawah pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banyuwangi.

(18)

Pada tahun 2018 pertumbuhan ekonomi Banyuwangi terutama ditopang dari sektor Konstruksi tumbuh sebesar 11,81 persen; Perdagangan, hotel, dan Restoran tumbuh sebesar 11,30 persen; dan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum yang tumbuh sebesar 10,78 persen. Sektor-sektor tersebut merupakan sektor yang tumbuh dari berkembangnya pariwisata sebagai salah satu prioritas pembangunan daerah di Kabupaten Banyuwangi. Pada tabel 2.3 berikut disajikan proyeksi pertumbuhan masing-masing sektor untuk tahun 2019.

Tabel 2.3. Pertumbuhan PDRB (ADHK) Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 – 2019

Kat. URAIAN PDRB ADHK (Rp. Milyar)

2015 2016 2017 2018 2019* A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4,70 2,81 1,52 (0,65) -0,41 B Pertambangan dan Penggalian 4,99 5,09 8,06 6,25 6,07 C Industri Pengolahan 6,28 6,17 3,57 6,90 6,06 D Pengadaan Listrik dan Gas 6,68 4,20 4,37 3,48 3,51 E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur

Ulang 5,34 5,05 2,09 4,18

4,23

F Konstruksi 6,20 7,51 8,08 11,81 11,35

G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor 7,03 6,86 9,12 11,30

11,04 H Transportasi dan Pergudangan 7,61 7,68 6,30 5,36 5,38

I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 11,07 9,50 10,91 10,78 10,79 J Informasi dan Komunikasi 7,94 6,92 8,65 8,75 8,70 K Jasa Keuangan dan Asuransi 7,49 5,80 6,42 6,07 6,06

L Real Estate 6,76 5,21 6,37 7,24 7,22

M,N Jasa Perusahaan 6,83 5,77 6,28 7,15 7,12 O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan

Sosial Wajib 6,56 5,54 4,45 4,20

4,17 P Jasa Pendidikan 6,59 6,57 7,39 7,43 7,01 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8,75 8,66 9,80 7,61 7,01

(19)

Kat. URAIAN PDRB ADHK (Rp. Milyar)

2015 2016 2017 2018 2019* R,S,T,U Jasa lainnya 5,61 9,02 8,68 9,86 9,55

KAB. BANYUWANGI 6,01 5,38 5,45 5,84 5,85-5,95 JAWA TIMUR 5,44 5,55 5,46 5,50 5,40-5,60 Sumber : BPS Banyuwangi

*Proyeksi Tim Bappeda Kabupaten Banyuwangi

Inflasi merupakan sebuah kondisi di mana jumlah permintaan terhadap sebuah barang konsumsi begitu besar dan tidak diimbangi dengan jumlah persediaan terhadap barang konsumsi tersebut yang tidak mampu mengimbangi jumlah permintaan, sehingga harga barang konsumsi tersebut naik. Inflasi dapat mempengaruhi kondisi perekonomian suatu daerah secara signifikan, yang pada akhirnya berdampak pada daya beli masyarakat. Secara teoritis, meningkatnya pertumbuhan ekonomi sebuah daerah pasti akan diikuti dengan kenaikan tingkat inflasi. Tingkat inflasi di Kabupaten Banyuwangi dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2019 mengalami fluktuasi, dan tingkat inflasi Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2020 diproyeksikan sebesar 3±1 persen.

Tabel 2.4 Laju Inflasi Bulanan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-2019

No Bulan 2015 2016 2017 2018 2019 1 Januari 0.08 0.67 0.66 0.70 0.39 2 Februari -1.02 0.12 0.35 0.17 0.31 3 Maret 0.09 0.03 -0.20 0.12 0.48 4 April 0.36 -0.61 0.48 0.04 0.64 5 Mei 0.55 0.12 0.33 0.13 0.46 6 Juni 0.26 0.73 0.47 0.50 0.36 7 Juli 0.62 0.43 0.15 0.03 - 8 Agustus 0.35 -0.14 -0.11 -0.05 - 9 September 0.21 0.02 -0.02 -0.49 - 10 Oktober -0.25 -0.18 0.09 0.09 - 11 November 0.08 0.25 0.33 0.26 - 12 Desember 0.8 0.47 0.60 0.55 - Tahunan 2.15 1.91 3.17 - - Sumber : BPS RI, 2019

Menjadi kewajiban pemerintah daerah dan semua stakeholder pembangunan (khususnya kelompok masyarakat menengah ke atas) untuk

(20)

memberi atensi dan keberpihakan kepada kelompok menengah kebawah. Jika tidak, mereka akan semakin tertinggal di tengah laju pertumbuhan ekonomi Banyuwangi yang semakin atraktif. Telah menjadi komitmen dan kewajiban Pemerintah Kabupaten Banyuwangi untuk mengentaskan strata mereka, dari yang sangat miskin menjadi hampir miskin, dan yang hampir miskin menjadi terentaskan.

2.2. Target Ekonomi Makro pada Tahun Perencanaan

Pelaksanaan pembangunan tahun 2019 banyak tantangan, kondisi ekonomi global tahun 2019 diprediksi masih lambat. IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi global menjadi 3,2 persen pada 2019, menurut laporan yang dirilis di santiago pada selasa 23 juli 2019. Serta memperkirakan ekspansi 3,3 persen dalam produk domestik bruto (PDB) global, tetapi pertumbuhan lambat pada paruh pertama tahun ini, perselisihan perdagangan dan teknologi, serta ketidakpastian mengenai penarikan Inggris dari Uni Eropa menyebabkan penyesuaian ke bawah. Negara-negara emerging markets dan negara-negara berkembang diperkirakan akan melihat pertumbuhan 4,1 persen pada 2019 dan 4,7 persen pada 2020, masing-masing mencatat penurunan 0,3 persen dan 0,1 persen dibandingkan dengan proyeksi april.

Bank Indonesia memproyeksikan angka pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2020 berada pada kisaran 5,1-5,5 persen. Peluang peningkatan laju ekonomi ditopang oleh permintaan domestik yang meningkat dan kinerja sektor eksternal yang mulai membaik dari sisi permintaan domestik.

Prospek ekonomi domestik yang membaik juga ditopang oleh perbaikan efisiensi dan produktivitas perekonomian yang sejalan dengan

(21)

dampak positif dari berbagai kebijakan reformasi struktural yang ditempuh pemerintah, baik di infrastruktur, perbaikan iklim investasi maupun di sektor-sektor yang lain. Neraca pembayaran Indonesia di triwulan 1 2019 mencatat surplus USD 2,4 miliar didorong oleh lebih besarnya surplus dari neraca modal dan finansial sebesar USD 10,1 miliar dibandingkan dengan defisit transaksi berjalan yang USD 7 miliar dolar atau 2,6 persen dari PDB.

Menimbang kondisi ekonomi global, ekonomi nasional, dan basis perekonomian di Kabupaten Banyuwangi maka pada tahun 2020 diperkirakan kondisi perekonomian di Kabupaten Banyuwangi akan berjalan sedikit lebih baik dari kondisi tahun 2019, terutama akan didorong oleh perekonomian nasional yang diprediksi bisa membaik, meskipun belum benar-benar pulih. Berbagai kebijakan dan stimulus ekonomi nasional yang telah dilakukan selama ini telah berhasil mengurangi kerentanan perekonomian. Kinerja perekonomian daerah diperkirakan akan berjalan lebih baik. Pertumbuhan ekonomi dalam tahun 2020 diperkirakan dapat lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2019. Selanjutnya, momentum membaiknya kinerja perekonomian ke depan akan diarahkan pada peningkatan kualitas pertumbuhan ekonomi terutama yang tercermin pada penurunan tingkat kemiskinan dan pengangguran.

Pertumbuhan Ekonomi merupakan salah satu Indikator Kinerja Utama (IKU) yang ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai peningkatan kemampuan dari suatu perekonomian dalam memproduksi barang dan jasa. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Karena pada dasarnya aktivitas perekonomian adalah suatu proses penggunaan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan output, sehingga berdasarkan definisi

(22)

tersebut Pertumbuhan Ekonomi dibentuk dan ditinjau dari perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berdasarkan pendekatan produksi dengan perhitungan rumus yang ditetapkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

Seiring dengan kondisi perekonomian nasional yang cenderung melambat dan adanya ketidakpastian dari pasar luar negeri, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Timur juga terdampak, di mana pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Timur mengalami fluktuasi penurunan dan kenaikan dalam kurun waktu tahun 2014 sampai dengan tahun 2018. Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada triwulan I 2019 mencapai 5,5% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,6% (yoy), sejalan dengan kembali normalnya pola konsumsi pasca momentum akhir tahun 2018. Dibandingkan dengan provinsi di Pulau Jawa, kinerja perekonomian Jawa Timur pada periode ini lebih tinggi dibandingkan Jawa Barat, Banten, dan Jawa Tengah. Perlambatan lebih dalam tertahan oleh peningkatan ekspor luar negeri yang disertai kontraksi impor luar negeri, sejalan dengan kinerja positif sektor perdagangan besar dan eceran serta penyediaan akomodasi dan makan minum.

Agar dapat terjadi keselarasan dengan arah pembangunan Provinsi Jawa Timur, maka arah pembangunan Kabupaten Banyuwangi harus mengacu dan tidak keluar dari kerangka kebijakan pembangunan Provinsi Jawa Timur. Berdasarkan pertimbangan keadaan ekonomi makro dunia, nasional, dan regional, kebijakan perekonomian Kabupaten Banyuwangi difokuskan pada 3 aspek, yaitu akselerasi produksi pada pertanian dan pariwisata, akselerasi pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan dan pemerataan ekonomi, dan

(23)

mendorong perbankan untuk mengoptimalkan skema-skema kredit yang kompetitif yang ditujukan untuk sektor riil.

Sektor pertanian dan pariwisata masih menjadi sektor utama yang menopang PDRB Kabupaten Banyuwangi. Sektor pertanian dan sektor pariwisata masih mempunyai potensi besar untuk dapat berkontribusi lebih terhadap penerimaan Kabupaten Banyuwangi, oleh karena itu dibutuhkan strategi akselerasi yang mampu meningkatkan output dari kedua sektor tersebut. Jika produk hasil pertanian, kehutanan dan perikanan merupakan produk mentah (belum berupa produk setengah jadi atau produk jadi) maka nilai ekonomisnya tidak besar. Untuk dapat memperbesar nilai ekonomi dari hasil produksi sektor tersebut maka harus ada pengolahan menjadi produk setengah jadi atau produk jadi yang berbasis pada masyarakat.

Hasil produk sektor pertanian dapat di transformasi menjadi produk setengah jadi seperti pembuatan pengolahan ketela pohon menjadi tepung yang nantinya dapat menjadi konsumsi industri makanan, kosmetik, dan farmasi. Pada sektor perikanan, pengolahan hasil tangkapan ikan dapat dilakukan untuk menambah nilai ekonomis. Hasil dari pengolahan tersebut dapat digunakan pada sektor perikanan dan sektor pariwisata sebagai pendukung dan penguat sektor pariwisata di Kabupaten Banyuwangi.

Hasil olahan produk pertanian, kehutanan, dan perikanan dapat menjadi salah satu komoditi unggulan untuk memperkuat sektor pariwisata. Sektor pariwisata alam masih menjadi andalan, diperlukan adanya inovasi agar sektor pariwisata mendapatkan nilai tambah sehingga sektor pariwisata tidak kehilangan daya tariknya. Selain itu proses pengolahan hasil pertanian, kehutanan, dan perikanan berpotensi menjadi salah satu obyek wisata, yaitu

(24)

wisata edukasi dan wisata kultural sehingga sektor pariwisata Kabupaten Banyuwangi mempunyai banyak alternatif tujuan wisata.

Salah satu aspek yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi adalah aspek infrastruktur. Berdasarkan capaian realisasi anggaran belanja masing-masing urusan pada LKPJ Kabupaten Banyuwangi Tahun 2018, pada urusan Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang terdapat beberapa program yang capaiannya baik. Di antaranya adalah Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan yang capaiannya mencapai 203,25%. Selain itu capaian program lainnya seperti pembangunan infrastruktur perdesaan telah melebihi target, dari targetnya 40 km telah terbangun 81,3 km. Hal tersebut menunjukkan pembangunan infrastruktur menjadi fokus dalam mempermudah akses di perdesaan.

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banyuwangi yang mengalami kecenderungan meningkat walau tidak terlalu besar, menunjukkan bahwa program pembangunan infrastruktur memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun pembangunan infrastruktur masih menjadi salah satu fokus dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Banyuwangi. Tantangan ke depan adalah upaya pemerataan pembangunan infrastruktur di Kabupaten Banyuwangi agar tercipta pemerataan pendapatan dan pemerataan perekonomian di Kabupaten Banyuwangi.

Indeks Gini Kabupaten Banyuwangi sebesar 0,34 pada tahun 2018 menunjukkan kesenjangan perekonomian di Kabupaten Banyuwangi tidak besar. Namun isu pemerataan perekonomian merupakan salah satu isu yang harus mendapatkan perhatian. Pembangunan infrastruktur antara daerah utara

(25)

dan selatan Kabupaten Banyuwangi harus seimbang, pembangunan infrastruktur tersebut tidak hanya pembangunan jalan dan jembatan saja namun juga fokus pada pembangunan infrastruktur pendukung kegiatan perekonomian. Diantaranya adalah pembangunan pasar, revitalisasi pelabuhan dan TPI, penyediaan akomodasi bagi wilayah yang mempunyai potensi wisata, pembangunan tempat promosi produk hasil pertanian, kehutanan, dan perikanan.

Sektor riil merupakan sektor di mana masyarakat melakukan aktivitas ekonomi, hal tersebut berarti segala bentuk aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat kecil merupakan bentuk dari ekonomi sektor riil. Selain dari sektor-sektor makro, pertumbuhan ekonomi ditunjang oleh sektor riil yang dilakukan oleh masyarakat. Kendala yang dihadapi oleh sektor perekonomian yang dilakukan oleh masyarakat adalah keterbatasan modal, sehingga turut berperan dalam keberlanjutannya. Oleh karena itu untuk mendorong sektor riil dapat berjalan sehingga bersama-sama sektor makro ekonomi dapat menopang perekonomian Kabupaten Banyuwangi, dilakukan kebijakan dengan mendorong sektor perbankan untuk menunjang keberadaan sektor riil melalui kucuran kredit yang kompetitif.

Tujuan dari hal tersebut agar sektor riil di berbagai sektor khususnya sektor unggulan di Kabupaten Banyuwangi agar dapat berkembang dan menjadi penggerak perekonomian Kabupaten Banyuwangi. Untuk dapat mendorong sektor perbankan agar tertarik dan terdorong untuk memberikan kredit yang kompetitif kepada masyarakat, kebijakan pendamping juga disiapkan. Agar seluruh komponen masyarakat dapat mengakses kredit yang diberikan oleh perbankan, maka Pemerintah Kabupaten Banyuwangi harus

(26)

menyusun kebijakan pendukung, seperti kemudahan memperoleh izin usaha bagi pelaku usaha kecil, menjaga iklim usaha yang kondusif di Kabupaten Banyuwangi, meningkatkan kualitas sumber daya pelaku ekonomi mikro, dan lain sebagainya.

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banyuwangi tahun 2018 sebesar 5,84 persen berada di atas rata-rata jawa timur (5,50 persen) dan nasional (5,17 persen). Kondisi perekonomian Kabupaten Banyuwangi berfluktuasi dalam waktu lima tahun terakhir yaitu Tahun 2015-2018 berturut-turut sebesar 6,01 persen; 5,38 persen; 5,45 persen; dan 5,84 persen, dengan laju inflasi pada bulan Juni Tahun 2019 pada posisi 0,36. Untuk itu komitmen Pemerintah Daerah untuk terus menopang pembangunan infrastruktur guna tetap mendorong kinerja pertumbuhan sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; Konstruksi; Perdagangan Besar dan Eceran; serta industry pengolahan.

Perkembangan perekonomian makro di Kabupaten Banyuwangi dapat dilihat melalui tabel berikut ini.

Tabel 2.5. Prediksi Indikator Ekonomi Makro Kabupaten Banyuwangi Tahun 2018 - 2020

Indikator Realisasi Proyeksi

Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020

Pertumbuhan Ekonomi (%) 5,84 5,85-5,95 5,90-6,00

PDRB ADHB (Milyar

Rupiah) 78.037,33 83.734,0 89.430,9

PDRB ADHK (Milyar

Rupiah) 52,370,57 55.474,2 58.774,8

Perekonomian di Kabupaten Banyuwangi tahun 2019 diperkirakan mengalami perbaikan dibandingkan pada tahun 2018 pada kisaran 5,85 hingga 5,95 persen. Kemudian pada tahun 2020 kondisi ekonomi Banyuwangi

(27)

diperkirakan juga tumbuh pada posisi 5.90 persen sampai dengan 6,00 persen.

(28)
(29)

BAB III

ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN

DAN BELANJA DAERAH

3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBD

Proyeksi pemerintah Kabupaten Banyuwangi terhadap asumsi makro ekonomi pada Tahun 2020 antara lain sebagai berikut :

1. Pertumbuhan ekonomi ;

Pertumbuhan ekonomi dalam APBD Tahun Anggaran 2020 diasumsikan akan mencapai kisaran 5,90 – 6,00 persen. Kondisi ini memiliki kecenderungan berada di atas prediksi pertumbuhan ekonomi nasional. Data pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banyuwangi selama tujuh tahun terakhir (2013-2018) selalu menunjukkan angka di atas pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut :

Tabel. 3.1 Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2013 – 2020* Pertumbuhan ekonomi Tahun 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019* 2020** Banyuwangi 6,71 5,91 6,01 5,38 5,45 5,84 5,85-5,95 5,90-6,00 Jatim 6,08 5,86 5,49 5,55 5,46 5,50 5,30-5,70 5,60-6,00 Nasional 5,78 5,02 4,79 5,02 5,1 5,2 5,00-5,40 5,10-5,50 Sumber : BPS dan *Proyeksi Kabupaten, Provinsi, Nasional

2. Laju Inflasi ;

Inflasi Jawa Timur pada triwulan I 2019 mencapai 2,35% (yoy) melambat dibandingkan triwulan IV 2018 (2,86%) seiring dengan kembali normalnya konsumsi pasca momentum akhir tahun dan perlambatan inflasi bahan makanan seiring panen hortikultura dan penurunan laju inflasi beras dan daging ayam ras.

(30)

Penurunan inflasi Jawa Timur terjadi pada seluruh kelompok disagregasi, antara lain penurunan harga bahan bangunan dan apresiasi Rupiah sejak awal tahun (inti), deflasi harga beras dan komoditas bumbu-bumbuan serta penurunan laju inflasi daging ayam (volatile food), dan penyesuaian kebijakan penurunan Tarif Dasar Listrik (administered prices). Sementara itu berdasarkan kelompok barang dan jasa, perlambatan tekanan inflasi disebabkan oleh kelompok bahan makanan yang didorong oleh panen komoditas hortikultura. Berdasarkan kondisi di Jawa Timur tersebut serta , selanjutnya laju inflasi di Banyuwangi diproyeksikan sebesar 3±1,0 persen. Proyeksi laju inflasi tersebut dikarenakan melemahnya kondisi perekonomian global dan nasional sehingga aktifitas perekonomian mengalami penurunan, melemahnya nilai tukar rupiah, naiknya harga BBM,

meningkatnya harga komoditas, yang secara akumulasi akan

menyebabkan kenaikan angka inflasi. Namun demikian Pemerintah akan mengendalikan inflasi dengan melakukan upaya kendali sistem logistik yang baik sehingga dapat mencegah dampak inflasi karena efek ketersediaan dan kelancaran distribusi.

3. PDRB ADHB

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kabupaten Banyuwangi mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2020 diperkirakan stabilitas ekonomi di Kabupaten Banyuwangi masih tetap terjaga. PDRB Kabupaten Banyuwangi Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2020 diproyeksikan mencapai Rp. 89,430 trilyun Rupiah. Kontribusi PDRB yang meningkat pada tahun 2020 terutama dikontribusi dari sektor Pertanian,

(31)

Kehutanan, dan Perikanan; Industri Pengolahan; Konstruksi; dan Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor. 4. PDRB ADHK

Laju pertumbuhan ekonomi daerah dapat dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Banyuwangi. Pertumbuhan PDRB yang signifikan akan meningkatkan daya tarik bagi investor untuk menanamkan modalnya di Kabupaten Banyuwangi, khususnya pada sektor Pertanian, Perdagangan, Hotel dan Restoran yang menjadi lokomotif dalam struktur ekonomi Banyuwangi. PDRB Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Banyuwangi diperkirakan meningkat pada kisaran 58,8 Trilyun Rupiah pada tahun 2020.

3.2. Pertumbuhan Ekonomi

Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyebutkan bahwa kalangan pelaku ekonomi global memproyeksikan ekonomi Indonesia tumbuh di kisaran 5,2 persen secara tahun ke tahun pada 2019 dan 2020. Kondisi itu di tengah banyak negara maju dan berkembang mengalami perlambatan pertumbuhan. Tidak berbeda dengan Bank Indonesia yang memproyeksikan angka pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2020 berada pada kisaran 5,1-5,5 persen. Peluang peningkatan laju ekonomi ditopang oleh permintaan domestik yang meningkat dan kinerja sektor eksternal yang mulai membaik dari sisi permintaan domestik.

Pertumbuhan ekonomi yang selaras dengan pemerataan kesejahteraan masyarakat ditempuh melalui berbagai kebijakan perekonomian Kabupaten Banyuwangi. Dilihat dari kontribusi PDRB, sektor paling besar yang menopang

(32)

tetap pada sektor pertanian termasuk di dalamnya pertanian tanaman pangan, perikanan dan kelautan, peternakan, dan kehutanan yang mempunyai kontribusi paling besar.

Proyeksi pertumbuhan ekonomi terutama digerakkan oleh sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum yang diproyeksikan tumbuh 10,16 persen, Kontruksi sebesar 11,26 persen, Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 11,03 persen, dan jasa lainnya sebesar 9,08 persen. Secara detail proyeksi PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2020 sebagaimana disajikan pada Tabel berikut:

Tabel 3.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Banyuwangi Tahun 2020

Kategori Uraian 2020

% A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan -0,38

B Pertambangan dan Penggalian 5,89

C Industri Pengolahan 5,82

D Pengadaan Listrik dan Gas 3,57

E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan

Daur Ulang

4,27

F Konstruksi 11,26

G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor

11,03

H Transportasi dan Pergudangan 5,37

I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 10,16

J Informasi dan Komunikasi 8,17

K Jasa Keuangan dan Asuransi 5,25

L Real Estate 7,03

M,N Jasa Perusahaan 7,14

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan

Sosial Wajib

4,02

P Jasa Pendidikan 6,44

(33)

Kategori Uraian 2020 %

R,S,T,U Jasa lainnya 9,08

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 5,90-6,00

Tabel 3.3 Proyeksi PDRB ADHB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2020

Kategori Uraian

2020 Milyar (Rp.) A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 28.207,5

B Pertambangan dan Penggalian 6.801,2

C Industri Pengolahan 9.820,2

D Pengadaan Listrik dan Gas 38,5

E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah

dan Daur Ulang

57,3

F Konstruksi 11.868,6

G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor

14.294,2

H Transportasi dan Pergudangan 2.856,0

I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 2.485,8

J Informasi dan Komunikasi 3.751,4

K Jasa Keuangan dan Asuransi 1.560,4

L Real Estate 1.303,3

M,N Jasa Perusahaan 203,3

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib

1.995,4

P Jasa Pendidikan 2.745,3

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 318,4

R,S,T,U Jasa lainnya 1.123,9

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 89.430,7

Dari tabel 3.3 nampak bahwa sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan diproyeksikan tetap mempunyai share paling tinggi yaitu sebesar 28.207,5 milyar rupiah, disusul sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi

(34)

sebesar 14.294,2 milyar rupiah, sektor Konstruksi sebesar 11.868,6 milyar rupiah, serta sektor Industri Pengolahan sebesar 9.820,2 milyar rupiah.

Tabel 3.4 PDRB ADHK Kabupaten Banyuwangi tahun 2020

Kategori Uraian 2020

Milyar (Rp.) A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 15.4098

B Pertambangan dan Penggalian 5.000,2

C Industri Pengolahan 6.764,1

D Pengadaan Listrik dan Gas 30,3

E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,

Limbah dan Daur Ulang 36,7

F Konstruksi 8.029,3

G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor 10.245,4

H Transportasi dan Pergudangan 1.732,6

I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1.712,4

J Informasi dan Komunikasi 3.371,5

K Jasa Keuangan dan Asuransi 1.057,5

L Real Estate 952,6

M,N Jasa Perusahaan 143,2

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib 1.228,4

P Jasa Pendidikan 2.005,5

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 240,7

R,S,T,U Jasa lainnya 814,6

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 58.774,8

Dari tabel diatas nampak bahwa terdapat empat sektor yang memiliki kontribusi besar terhadap tumbuhnya ekonomi Banyuwangi, yaitu Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 15.409,8 milyar rupiah, Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 10.245,4 milyar rupiah, Sektor Industri Pengolahan sebesar 6.764,1 milyar rupiah, dan Sektor Konstruksi sebesar 8.029,3milyar rupiah.

(35)

Tabel 3.5. Distribusi PDRB ADHB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2020

Kategori Uraian 2020

% A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 31,54

B Pertambangan dan Penggalian 7,60

C Industri Pengolahan 10,98

D Pengadaan Listrik dan Gas 0,04

E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah

dan Daur Ulang

0,06

F Konstruksi 13,27

G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor

15,98

H Transportasi dan Pergudangan 3,19

I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 2,78

J Informasi dan Komunikasi 4,19

K Jasa Keuangan dan Asuransi 1,74

L Real Estate 1,46

M,N Jasa Perusahaan 0,23

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib

2,23

P Jasa Pendidikan 3,07

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,36

R,S,T,U Jasa lainnya 1,26

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 100.00

Berdasarkan tabel 3.5 juga dapat dilihat bahwa sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan diproyeksikan tetap mempunyai kontribusi yang paling tinggi yaitu sebesar 31,54 persen, disusul sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 15,98 persen, sektor Konstruksi sebesar 11,96 persen, serta sektor Industri Pengolahan sebesar 11,03 persen. Mengingat besarnya kontribusi bidang pertanian pada PDRB,

(36)

maka beberapa fokus yang terus diupayakan antara lain: Peningkatan produksi dan produktifitas pertanian diarahkan pada peningkatan kualitas SDM pertanian; Peningkatan kewirausahaan petani; Peningkatan akses terhadap sumber daya produktif; Penyempurnaan kelembagaan usaha petani integrasi kebijakan hulu

on farm dan hilir; Peningkatan keterkaitan on farm dengan sektor pengolah dan

jasa; serta inovasi dan penerapan teknologi pangan dan pertanian.

Jika dilihat dari sisi pertumbuhan ekonomi, sektor-sektor yang tinggi pertumbuhannya yaitu: (1) Kontruksi, (2) Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, dan (3) Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum), sebagaimana ditunjukkan pada tabel 3.2 merupakan sektor-sektor penggerak dalam pariwisata. Pariwisata menjadi episentrum ekonomi atau

tourism centered economy dengan sasaran potensial kelompok Millenial. Untuk

itu pengembangan destinasi, atraksi dan promosi wisata merupakan prioritas untuk mendorong Peningkatan kunjungan wisatawan dan stimulan multiplier Effect ekonomi riel. Pada 30 november 2018, Banyuwangi telah ditetapkan Sebagai geopark nasional. Pada tahun 2020 diharapkan Banyuwangi dapat menjadi unesco global geopark, sebagai Branding internasional wisata banyuwangi, dengan 3 upaya, yaitu pemberdayaan, konservasi, dan edukasi. Upaya ini tetap menjadi prioritas pada APBD 2020.

Ekonomi kreatif akan menjadi pilar baru ekonomi Banyuwangi. Untuk itu harus diantisipasi dengan peningkatan kompetensi SDM kreatif, inovasi dan start

(37)

3.3. Laju Inflasi

Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidak lancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Dari pengertian dimaksud maka inflasi merupakan proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling mempengaruhi.

Peningkatan konsumsi dalam negeri oleh masyarakat dan pemerintah dan terlaksananya perdagangan lokal dalam negeri secara baik serta terjaminnya ketersediaan bahan makanan melalui keberhasilan musim panen sehingga tidak terjadi fluktuasi harga menjadikan kondisi deflasi. Kondisi deflasi adalah kebalikan dimana terjadi penurunan nilai barang dan jasa pada kurun waktu. Kondisi deflasi dalam waktu-waktu tertentu sangat diperlukan untuk mengendalikan perekonomian dan ini biasanya dilaksanakan oleh Bank Sentral. Keseimbangan inflasi dan deflasi dalam bulan ke bulan untuk jangka waktu satu tahun sangat penting (years to years). Hal ini akan menjadikan pertumbuhan ekonomi yang signifikan nampak hasilnya oleh karena tingkat inflasi yang tinggi akan menyebabkan melambatnya laju pertumbuhan ekonomi.

(38)

Selain itu, beberapa faktor yang diperkirakan memberikan tekanan terhadap laju inflasi, antara lain komponen administered price, faktor iklim, dan pengaruh musiman seperti panen, tahun ajaran baru, dan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN). Tekanan pada komponen administered price berasal dari penyesuaian terhadap pergerakan harga komoditas energi. Bank Indonesia memprediksi, inflasi masih akan tetap rendah dan terkendali di kisaran target tiga persen plus minus satu persen. Kondisi ini membaik dibanding dengan proyeksi tahun ini, yaitu di bawah titik tengah rentang 3,5+1 persen

.

Dengan dasar kondisi tersebut, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi memproyeksikan inflasi tahun 2020 dalam kisaran sebesar 3+1 persen.

3.4. Lain – Lain Asumsi

Konstelasi ekonomi regional dan nasional memberikan dampak langsung pada kondisi perekonomian di Kabupaten Banyuwangi. Oleh karena itu isu-isu nasional dan bahkan isu global yang sedang berkembang saat ini perlu mendapatkan perhatian serta menjadi pertimbangan penting dalam menetapkan target capaian ekonomi makro pada tahun mendatang.

Berdasarkan pendekatan growth diagnostic, tantangan utama dalam perekonomian di hampir seluruh wilayah Indonesia bersumber dari permasalahan infrastruktur listrik, konektivitas, dan kualitas sumber daya manusia. Belum terintegrasinya infrastruktur terkait konektivitas menjadi hambatan dalam upaya menurunkan biaya logistik pada rantai nilai domestik, memperkuat integrasi internal, dan meningkatkan daya saing produk Indonesia. Dari sisi kualitas sumber daya manusia, tingkat pendidikan tenaga kerja yang mayoritas merupakan lulusan pendidikan dasar dan menengah

(39)

belum kompatibel dengan upaya penguatan struktur ekonomi pada sektor teknologi menengah-tinggi. Di sisi iklim usaha, meski sudah jauh lebih baik daripada tahun sebelumnya, perbaikan iklim usaha perlu terus ditingkatkan antara lain melalui kemudahan terkait ijin investasi, mekanisme perpajakan, penyederhanaan birokrasi, dan perbaikan manajemen pemerintah. Di sisi iptek, belum optimalnya dukungan iptek dalam meningkatkan daya saing sektor produksi dan jasa merupakan permasalahan yang harus terus dicermati.

Prospek perekonomian daerah Kabupaten Banyuwangi tahun 2020 antara lain :

a. Banyuwangi telah ditetapkan sebagai geopark nasional pada tanggal 30 Nopember 2018 dan pada tahun 2020 diharapkan Banyuwangi dapat menjadi Unesco Global Geopark, sebagai branding internasional wisata Banyuwangi, dengan 3 upaya yaitu pemberdayaan masyarakat, konservasi, dan edukasi. Untuk itu upaya tersebut menjadi prioritas dalam APBD tahun 2020;

b. Banyuwangi terpilih sebagai tuan rumah seri ke 3 World Surf League

Championship Tour 2020 yang merupakan ajang selancar paling

bergengsi di dunia, sebanyak 54 peselancar terbaik dunia akan mengikuti WSL yang akan digelar di Pantai Plengkung (G-land) pada tanggal 4-14 Juni 2020;

c. Pengembangan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sebagai potensi yang berdaya saing. Mengingat kedua sektor tersebut sebagai sektor andalan masa depan industri yang saling beririsan satu sama lain;

d. Pembangunan Agrowisata Tamansuruh (AWT) sebagai laboratorium terapan/kebun bibit merupakan sinergi antara pertanian, edukasi, dan

(40)

pariwisata diharapkan dapat menjadi pengungkit bagi peningkatan produktivitas pertanian, kunjungan wisata, sekaligus edukasi;

e. Diadakannya Agriculture Startup Competition (ASC) yang menjadi wadah bagi generasi milenial untuk menggerakkan sektor pertanian hilir/off farm. f. Promosi produk-produk pertanian, peternakan, dan perikanan pada Cattle

Market dan Fish Market yang dikemas sebagai festival.

g. Berkembanganya sektor pariwisata di Banyuwangi akan memberikan dampak positif terhadap perkembangan UMKM (kuliner, souvenir,

homestay, transportasi, jasa, dan lain-lain). Pemerintah berperan dalam

mendorong UMKM untuk dapat bersaing ditingkat lokal maupun nasional, diantaranya adalah dengan memberikan standarisasi homestay, industri, dan pelatihan bahasa untuk para pemandu/pelaku pariwisata;

h. Adanya pemilihan kepala daerah dapat memberikan dampak terhadap kestabilan perekonomian, tingkat inflasi, kestabilan keamanan dan politik; i. Adanya kecenderungan peningkatan tingkat pengangguran terbuka walaupun pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banyuwangi cenderung meningkat.

Implementasi kebijakan dan program kegiatan di level perangkat daerah berpedoman pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 menyebutkan bahwa terdapat 6 (enam) urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar yang terdiri dari pendidikan; kesehatan; pekerjaan umum dan penataan ruang; perumahan rakyat dan kawasan permukiman; ketentraman, ketertiban umum dan perlindungan masyarakat; dan sosial serta beberapa prioritas lainnya.

(41)

Kebijakan Umum APBD 2020

35 BAB IV

KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH

Kebijakan pembangunan Kabupaten Banyuwangi tahun 2020 disusun dengan berpedoman pada 3 (tiga) kebijakan utama, yaitu:

1) Kebijakan optimalisasi pendapatan melalui perluasan basis penerimaan, peningkatan kapasitas pengelola penerimaan daerah, serta peningkatan pengawasan akan terus ditempuh untuk optimalisasi penerimaan pajak dan retribusi daerah sebagai sumber pendapatan asli daerah;

2) Kebijakan pengetatan belanja daerah, dilakukan melalui efisiensi maksimal belanja yang tidak prioritas, sebagaimana dilakukan juga oleh seluruh Kementerian dan Lembaga di Pusat. Belanja diarahkan untuk tetap menjaga keberlangsungan pelayanan publik, perlindungan sosial, pemeliharaan infrastruktur, pendidikan, kesehatan, serta sektor prioritas strategis lainnya.

3) Kebijakan keberlanjutan dan efisiensi pembiayaan, yang dilakukan melalui pengendalian defisit belanja dan penerimaan daerah.

4.1. Pendapatan Daerah

4.1.1 Kebijakan Perencanaan Pendapatan Daerah

Pemerintah Kabupaten Banyuwangi terus berupaya untuk

mengoptimalkan segenap sumberdaya yang dimiliki guna peningkatan aktivitas ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Optimalisasi pendapatan daerah terus dilakukan, dengan tetap memperhatikan efektifitas pelaksanaan serta memperhatikan kondisi perkembangan perekonomian, potensi yang belum

(42)

Kebijakan Umum APBD 2020

tergali, pelayanan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Upaya tersebut membutuhkan sumber-sumber pendapatan daerah yang mandiri dan tidak hanya tergantung pada dana transfer dari pemerintah pusat. Potensi yang ada dalam pengumpulan pendapatan daerah diyakini masih banyak yang belum tergali. Dalam rangka peningkatan kemandirian daerah dalam hal penyediaan anggaran maka penggalian potensi tersebut juga harus mendapatkan dukungan dari seluruh stakeholder terkait dan dibingkai dalam sistem dan tata kelola yang baik. Penyusunan anggaran penting untuk dilaksanakan dengan pertimbangan penerimaan pendapatan yang tepat, perkiraan terukur, rasional serta memiliki kepastian hukum. Penyediaan anggaran daerah setiap tahunnya secara mandiri diharapkan semakin meningkat sehingga tingkat ketergantungan terhadap dana perimbangan semakin tahun akan semakin berkurang.

Kebijakan program dan kegiatan pada tahun 2020 dilaksanakan dengan pendekatan tematik, holistik, integratif, dan spasial. Serta kebijakan anggaran belanja berdasarkan money follows program dengan cara memastikan hanya program yang benar-benar bermanfaat yang dialokasikan dan bukan sekedar karena tugas fungsi SKPD yang bersangkutan. Hal ini mengisyaratkan bahwa pencapaian prioritas pembangunan daerah memerlukan adanya koordinasi dari seluruh pemangku kepentingan, melalui pengintegrasian prioritas nasional, provinsi, dan kabupaten yang dilaksanakan dengan berbasis kewilayahan.

Kemampuan Keuangan Daerah meliputi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan lain-lain pendapatan yang sah, sedangkan dana transfer ke daerah

(43)

Kebijakan Umum APBD 2020

37 meliputi Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana Bagi Hasil (DBH) serta Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian. Dengan demikian dapat diketahui besaran alokasi dana yang dapat digunakan oleh pemerintah daerah untuk pembangunan dan pelayanan masyarakat. Pendapatan daerah yang dianggarkan dalam APBD Tahun Anggaran 2020 merupakan perkiraan yang terukur secara rasional dan memiliki kepastian serta dasar hukum penerimaannya.

a. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari PAD memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Penganggaran pajak daerah dan retribusi daerah:

a) Peraturan daerah tentang pajak daerah dan retribusi daerah berpedoman pada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2012 tentang Retribusi Pengendalian Lalu Lintas dan Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing.

b) Penetapan target pajak daerah dan retribusi daerah harus didasarkan pada data potensi pajak daerah dan retribusi daerah di masing-masing pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota serta memperhatikan perkiraan pertumbuhan ekonomi pada Tahun 2020 yang berpotensi terhadap target pendapatan pajak daerah dan retribusi daerah.

(44)

Kebijakan Umum APBD 2020

c) Dalam rangka mengoptimalkan pajak daerah dan retribusi daerah, Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah harus melakukan kegiatan pemungutan. Kegiatan pemungutan tersebut merupakan suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan subjek pajak atau retribusi, penentuan besarnya pajak atau retribusi yang terutang sampai kegiatan penagihan pajak atau retribusi kepada Wajib Pajak atau Wajib Retribusi serta pengawasan penyetorannya, dengan berbasis teknologi.

d) Pendapatan yang bersumber dari Pajak Kendaraan Bermotor paling sedikit 10% (sepuluh persen), termasuk yang dibagihasilkan kepada kabupaten/kota, dialokasikan untuk mendanai pembangunan dan/atau pemeliharaan jalan serta peningkatan moda dan sarana transportasi umum sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 8 ayat (5) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

e) Pendapatan yang bersumber dari Pajak Rokok, baik bagian provinsi maupun bagian kabupaten/kota, dialokasikan paling sedikit 50% (lima puluh persen) untuk mendanai pelayanan kesehatan masyarakat dan penegakan hukum oleh aparat yang berwenang sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 31 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2016 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Pemungutan Pajak Daerah.

(45)

Kebijakan Umum APBD 2020

39 Dalam rangka mendukung program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah menggunakan pendapatan yang bersumber dari pajak rokok yang merupakan bagian provinsi maupun bagian Kabupaten/kota, sebesar 75% (tujuh puluh lima persen) dari 50% (lima puluh persen) realisasi penerimaan pajak rokok bagian hak masing-masing Daerah provinsi/Kabupaten/kota untuk pendanaan program jaminan kesehatan nasional sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 40 Tahun 2016 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Pajak Rokok Untuk Pendanaan Pelayanan Kesehatan Masyarakat, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 53 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 40 Tahun 2016.

f) Pendapatan pajak daerah yang bersumber dari Pajak Penerangan Jalan sebagian dialokasikan untuk penyediaan penerangan jalan sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 56 ayat (3) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

g) Pendapatan retribusi daerah yang bersumber dari Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing dialokasikan untuk mendanai penerbitan dokumen izin, pengawasan di lapangan, penegakan hukum, penatausahaan, biaya dampak negatif dari perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing, dan

(46)

Kebijakan Umum APBD 2020

kegiatan pengembangan keahlian dan keterampilan tenaga kerja lokal dan diatur dalam peraturan daerah sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 16 Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2012 Retribusi Pengendalian Lalu Lintas dan Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing.

h) Pendapatan retribusi daerah yang bersumber dari Retribusi Pengendalian Lalu Lintas dialokasikan untuk mendanai peningkatan kinerja lalu lintas dan peningkatan pelayanan angkutan umum

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2012 Retribusi Pengendalian Lalu Lintas dan Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing. i) ,Pendapatan retribusi daerah yang bersumber dari Retribusi

Pelayanan Kesehatan yang merupakan hasil klaim kepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang diterima oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) atau Unit Kerja pada SKPD yang belum menerapkan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), dianggarkan pada akun pendapatan, kelompok pendapatan PAD, jenis pendapatan Retribusi Daerah, obyek pendapatan Retribusi Jasa Umum, rincian obyek pendapatan Retribusi Pelayanan Kesehatan.

j) Pemanfaatan dari penerimaan masing-masing jenis Retribusi diutamakan untuk mendanai kegiatan yang berkaitan langsung dengan peningkatan pelayanan sesuai dengan sumber penerimaan

(47)

Kebijakan Umum APBD 2020

41 masing-masing jenis retribusi yang bersangkutan sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 161 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

k) Larangan Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah melakukan pungutan atau dengan sebutan lain berpedoman pada Pasal 286 ayat (2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Pasal 32 huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Kepala daerah yang melakukan pungutan atau dengan sebutan lain di luar yang diatur dalam undang-undang dikenai sanksi administratif berupa tidak dibayarkan hak-hak keuangannya yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan selama 6 (enam) bulan sebagaimana maksud Pasal 287 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Pasal 33 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

l) Larangan Pemerintah Daerah melakukan pungutan yang

menyebabkan ekonomi biaya tinggi, menghambat mobilitas penduduk, lalu lintas barang dan jasa antar daerah, dan kegiatan impor/ekspor yang merupakan program strategis nasional berpedoman pada Pasal 32 huruf b Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

2) Penganggaran hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan Tahun Anggaran 2020 memperhatikan nilai kekayaan daerah yang

(48)

Kebijakan Umum APBD 2020

dipisahkan dan perolehan manfaat ekonomi, sosial dan/atau manfaat lainnya dalam jangka waktu tertentu, meliputi:

a) keuntungan sejumlah tertentu dalam jangka waktu tertentu berupa deviden, bunga dan pertumbuhan nilai Perusahaan Daerah yang mendapatkan investasi pemerintah daerah; b) peningkatan berupa jasa dan keuntungan bagi hasil investasi

sejumlah tertentu dalam jangka waktu tertentu;

c) peningkatan penerimaan daerah dalam jangka waktu tertentu sebagai akibat langsung dari investasi yang bersangkutan; d) peningkatan penyerapan tenaga kerja sejumlah tertentu dalam

jangka waktu tertentu sebagai akibat langsung dari investasi yang bersangkutan; dan/atau

e) peningkatan kesejahteraan masyarakat sebagai akibat dari investasi pemerintah daerah;

sebagaimana maksud Pasal 2 dan Pasal 3 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengelolaan Investasi Daerah.

3) Penganggaran Lain-lain PAD Yang Sah:

a. Penganggaran Lain-lain PAD Yang Sah sebagaimana diatur dalam Pasal 31 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, meliputi:

1) hasil penjualan BMD yang tidak dipisahkan; 2) hasil pemanfaatan BMD yang tidak dipisahkan; 3) hasil kerja sama daerah;

(49)

Kebijakan Umum APBD 2020

43 4) jasa giro;

5) hasil pengelolaan dana bergulir;

6) pendapatan bunga;

7) penerimaan atas tuntutan ganti kerugian Keuangan Daerah; 8) penerimaan komisi, potongan, atau bentuk lain sebagai akibat

penjualan, tukar-menukar, hibah, asuransi, dan/atau pengadaan barang dan jasa termasuk penerimaan atau penerimaan lain sebagai akibat penyimpanan uang pada bank, penerimaan dari hasil pemanfaatan barang daerah atau dari kegiatan lainnya merupakan Pendapatan Daerah;

9) penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing;

10) pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan

pekerjaan;

11) pendapatan denda pajak daerah; 12) Pendapatan denda retribusi daerah; 13) pendapatan hasil eksekusi atas jaminan; 14) pendapatan dari pengembalian;

15) pendapatan dari BLUD; dan

16) pendapatan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

b) Dalam rangka meningkatkan PAD, Pemerintah Da Pemerintah Daerah dapat mengoptimalisasikan pemanfaatan barang milik daerah dalam bentuk sewa, Bangun Guna Serah (BGS)/Bangun

(50)

Kebijakan Umum APBD 2020

Serah Guna (BSG), Kerjasama Pemanfaatan (KSP) dan kerjasama penyediaan infrastruktur (KSPI) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai barang milik daerah.

4.1.2. Target Pendapatan Daerah Yang Akan Dilakukan

Penyediaan anggaran melalui pendapatan daerah untuk dipergunakan dalam belanja daerah (belanja tidak langsung dan belanja langsung) merupakan salah satu indikator kemampuan daerah dalam mengalokasikan anggaran yang tersusun dalam program dan kegiatan. Penetapan pendapatan daerah yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah diproyeksikan dengan memperhatikan kondisi saat ini dan potensi yang dimiliki serta realisasi tahun sebelumnya. Selain itu juga harus tetap mempertimbangkan kondisi riil yang tengah dihadapi, sehingga dapat menghasilkan perencanaan yang terukur dan dapat dicapai.

Berdasarkan pertimbangan yang terukur dan rasional selanjutnya Pendapatan Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun Anggaran 2020 diproyeksikan naik menjadi Rp. 3.339.775.921.934,00. Terjadi peningkatan sebesar Rp.169.371.216.339,42 dari target pendapatan daerah Tahun 2019 yaitu sebesar Rp. 3.170.404.705.594,58. Adapun target pendapatan daerah tahun 2020 terdiri dari :

a. Pendapatan Asli Daerah diproyeksikan mengalami kenaikan sebesar Rp.

23.517.938.339,42, dimana pada tahun 2019 sebesar

Rp.571.695.601.997,58 menjadi sebesar Rp. 595.213.540.337,00 di tahun 2020, yang terdiri dari :

(51)

Kebijakan Umum APBD 2020

45

• Pajak Daerah diproyeksikan akan mencapai sebesar

Rp 223.094.087.497,81, mengalami penurunan dibandingkan dengan

target pada APBD tahun Anggaran 2019 yaitu sebesar

Rp.255.120.742.568,58.

• Retribusi Daerah diproyeksikan mengalami penurunan menjadi sebesar Rp. 72.437.709.047,03. Sementara target pada APBD tahun Anggaran 2019 adalah sebesar Rp.72.562.581.000,00.

• Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan diproyeksikan

sebesar Rp. 24.380.721.728,16 atau mengalami peningkatan

dibandingkan dengan target pada APBD tahun Anggaran 2019 yaitu sebesar Rp.15.602.369.000,00.

• Lain-lain PAD yang Sah diproyeksikan mengalami peningkatan menjadi sebesar Rp. 275.301.022.064,00 dimana target pada APBD tahun Anggaran 2019 yaitu sebesar Rp.228.409.909.429,00.

b. Dana Perimbangan, dana transfer dari pemerintah pusat yang diterima Pemerintah Kabupaten Banyuwangi pada Tahun Anggaran 2020 diproyeksikan sebesar Rp. 2.045.211.223.000,00 atau turun sebesar Rp.-47.539.537.000,00 dari semula dalam APBD Tahun Anggaran 2019 sebesar Rp.2.092.750.760.000,00. Dana perimbangan sebagaimana tersebut diatas terdiri dari :

• Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak tahun 2020 diproyeksikan sebesar Rp. 104.231.681.000,00. Nilainya mengalami penurunan sebesar (42,6) persen dari tahun 2019 yang sebesar Rp.181.451.353.000,00.

Gambar

Tabel 2.1 PDRB (ADHB) Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-2019*
Tabel 2.2. PDRB (ADHK) Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-2019
Tabel 2.3. Pertumbuhan PDRB (ADHK) Kabupaten Banyuwangi    Tahun 2015 – 2019
Tabel 2.4   Laju Inflasi Bulanan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015-2019
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari data Tabel 6 dapat dilihat persentase anak yang menderita campak dengan status gizi kurang dan ada komplikasi sebanyak 23,4% lebih banyak dibandingkan, anak yang menderita

[r]

Sapi Simmental purebred dalam penelitian ini diperoleh dari dua lokasi yaitu BIBD Tuah Sakato Sumatera Barat (9 ekor) dan BIB Lembang Jawa Barat (14 ekor)

1. Rona lingkungan hidup di wilayah studi rencana pembangunan dan pengoperasian reaktor nuklir, terutama komponen-komponen lingkungan yang berpotensi terkena dampak penting

A szociáldarwinista geopolitika elemzése során két szerzőt emel ki Szilágyi István: Friedrich Ratzelt, aki a német geopolitikai iskola atyja volt, illetve Rudolf Kjellént, aki

Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih baik dari hasil belajar kelas kontrol, Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi manajemen perusahaan untuk mengetahui bagaimana peran partisipasi penyusunan anggaran, keadilan prosedural dan goal

Saybolt viscosity secara teknis adalah waktu alir dan hal tersebut juga bukan satuan kekentalan, karena memiliki cara yang sama dalam