• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH

4.2. Belanja Daerah

4.2.1. Kebijakan Perencanaan Belanja Daerah

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 mengamanatkan bahwa belanja daerah diprioritaskan untuk mendanai Urusan Pemerintahan Wajib yang terkait dengan Pelayanan Dasar yang ditetapkan dengan standar pelayanan minimal. Di sisi lain belanja daerah digunakan untuk pelaksanaan urusan pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan daerah yang terdiri atas urusan pemerintahan wajib dan urusan pemerintahan pilihan. Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar rneliputi: (a) pendidikan, (b) kesehatan, (c) pekerjaan umurn dan penataan ruang,

Kebijakan Umum APBD 2020

51 (d) perumahan rakyat dan kawasan permukiman, (e) ketentraman, ketertiban umum, dan perlindungan masyarakat, dan (f) sosial. Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar meliputi: (a) tenaga kerja, (b) pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, (c) pangan, (d) pertanahan, (e) lingkungan hidup, (f) administrasi kependudukan dan pencatatan sipil, (g) pemberdayaan masyarakat dan desa, (h) pengendalian penduduk dan keluarga berencana, (i) perhubungan, (j) komunikasi dan informatika, (k) koperasi, usaha kecil, dan menengah, (l) penanaman modal, (m) kepemudaan dan olahraga, (n) statistik, (o) persandian, (p) kebudayaan, (q) perpustakaan, dan (r) kearsipan. Urusan pemerintahan pilihan meliputi: (a) kelautan dan perikanan, (b) pariwisata, (c) pertanian, (d) kehutanan, (e) energi dan sumber daya mineral, (f) perdagangan, (g) perindustrian, dan (h) transmigrasi.

Struktur belanja daerah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah atau Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, terdiri atas:

Kebijakan Umum APBD 2020

Tabel 4.1. Struktur Pembiayaan Daerah

Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah BELANJA DAERAH

1. Belanja Operasi a. Belanja Pegawai;

b. Belanja Barang dan Jasa; c. Belanja Bunga;

d. Belanja Subsidi; e. Belanja Hibah; dan f. Belanja Bantuan Sosial. 2. Belanja Modal

a. Belanja Tanah;

b. Belanja Peralatan dan Mesin; c. Belanja Bangunan dan Gedung; d. Belanja Jalan;

e. Belanja Irigasi dan Jaringan; f. Belanja Aset Tetap lainnya. 3. Belanja Tidak Terduga 4. Belanja Transfer a. Belanja Bagi Hasil;

b. Belanja Bantuan Keuangan.

BELANJA DAERAH 1. Belanja Tidak Langsung a. Belanja Pegawai; b. Bunga Subsidi; c. Belanja Hibah; d. Bantuan Sosial; e. Belanja Bagi Hasil; f. Bantuan Keuangan; dan g. Belanja Tidak Terduga. 2. Belanja Langsung

a. Belanja Pegawai;

b. Belanja Barang dan Jasa; dan c. Belanja Modal.

Kebijakan Umum APBD 2020

53 Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, belanja daerah digunakan untuk mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan daerah dan pelaksanaan tugas organisasi yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan serta harus memiliki dasar hukum yang melandasinya.

Belanja daerah tersebut diprioritaskan untuk mendanai urusan pemerintahan wajib terkait pelayanan dasar yang ditetapkan dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM), sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal serta berpedoman pada standar teknis dan harga satuan regional sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Selanjutnya, belanja daerah untuk urusan pemerintahan wajib yang tidak terkait dengan pelayanan dasar dan urusan pemerintahan pilihan berpedoman pada analisis standar belanja dan standar harga satuan regional.

Berkaitan dengan itu, belanja daerah tersebut juga harus mendukung target capaian prioritas pembangunan nasional Tahun 2020 sesuai dengan kewenangan masing-masing tingkatan pemerintah daerah. Sehubungan dengan hal tersebut, penggunaan APBD harus lebih fokus terhadap kegiatan yang berorientasi produktif dan memiliki manfaat untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, pelayanan publik, pertumbuhan ekonomi daerah.

Kebijakan Umum APBD 2020

Pemerintah Daerah dalam pengadaan barang/jasa

mengutamakan penggunaan produksi dalam negeri guna memberikan kontribusi dalam peningkatan penggunaan produk dalam negeri sebagaimana maksud Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Pemerintah Daerah menetapkan target capaian kinerja setiap belanja, baik dalam konteks daerah, satuan kerja perangkat daerah, maupun program dan kegiatan, yang bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanaan anggaran dan memperjelas efektifitas dan efisiensi penggunaan anggaran. Program dan kegiatan harus memberikan informasi yang jelas dan terukur serta memiliki korelasi langsung dengan keluaran yang diharapkan dari program dan kegiatan dimaksud ditinjau dari aspek indikator, tolok ukur dan target kinerjanya.

4.2.2. Kebijakan Belanja Pegawai, Bunga, Subsidi, Hibah, Bantuan Sosial, Belanja Bagi Hasil, Bantuan Keuangan dan Belanja Tidak Terduga. Belanja pegawai digunakan untuk menganggarkan kompensasi yang diberikan kepada Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, pimpinan/anggota DPRD, dan Pegawai ASN yang dianggarkan pada belanja SKPD bersangkutan serta ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah menganggarkan belanja bunga digunakan untuk menganggarkan pembayaran bunga utang yang dihitung atas kewajiban pokok utang berdasarkan perjanjian pinjaman

Kebijakan Umum APBD 2020

55 sebagaimana maksud Pasal 60 Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

Pemerintah Daerah dapat menganggarkan belanja subsidi dalam APBD Tahun Anggaran 2020 kepada perusahaan/lembaga tertentu yang menyelenggarakan pelayanan publik, antara lain dalam bentuk penugasan pelaksanaan Kewajiban Pelayanan Umum (Public Service Obligation). Belanja Subsidi tersebut hanya diberikan kepada perusahaan/lembaga tertentu agar harga jual dari hasil produksinya

terjangkau oleh masyarakat yang daya belinya terbatas.

Perusahaan/lembaga tertentu yang diberi subsidi tersebut menghasilkan produk yang merupakan kebutuhan dasar dan menyangkut hajat hidup orang banyak. Dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD,

penerima subsidi menyampaikan laporan pertanggungjawaban

penggunaan dana subsidi kepada Kepala Daerah. Sebelum belanja subsidi tersebut dianggarkan dalam APBD Tahun Anggaran 2020, perusahaan/lembaga penerima subsidi harus terlebih dahulu dilakukan audit sesuai dengan ketentuan pemeriksaan pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara. Audit tersebut dilakukan oleh kantor akuntan publik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan hasil audit dimaksud merupakan bahan pertimbangan untuk memberikan subsidi sebagaimana diatur dalam Pasal 61 ayat (3) dan ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

Kebijakan Umum APBD 2020

Penganggaran belanja hibah dan bantuan sosial yang bersumber dari APBD mempedomani peraturan Kepala Daerah yang mengatur tata

cara penganggaran, pelaksanaan dan penatausahaan,

pertanggungjawaban dan pelaporan serta monitoring dan evaluasi hibah dan bantuan sosial, sebagaimana diamanatkan Pasal 42 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran dan Pendapatan Belanja Daerah, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 123 Tahun 2018 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran dan Pendapatan Belanja Daerah, serta peraturan perundang-undangan lain di bidang hibah dan bantuan sosial.

Belanja bantuan sosial digunakan untuk menganggarkan pemberian bantuan berupa uang dan/atau barang kepada individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat yang sifatnya tidak secara terus menerus dan selektif yang bertujuan untuk melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial, kecuali dalam keadaan tertentu dapat berkelanjutan, yaitu diberikan setiap tahun anggaran sampai penerima bantuan telah lepas dari resiko sosial. Belanja bantuan sosial dianggarkan dalam APBD sesuai dengan kemampuan Keuangan

Daerah setelah memprioritaskan pemenuhan belanja Urusan

Kebijakan Umum APBD 2020

57 ditentukan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perulndang-undangan.

Penganggaran belanja bagi hasil pajak daerah provinsi kepada pemerintah kabupaten/kota mempedomani Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Besaran alokasi belanja bagi hasil pajak daerah provinsi dianggarkan secara bruto, sebagaimana maksud Pasal 24 ayat (7) Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Penganggaran belanja bagi hasil pajak daerah provinsi tersebut memperhitungkan rencana pendapatan pajak daerah pada Tahun Anggaran 2020. Dalam hal terdapat pelampauan realisasi penerimaan target pajak daerah provinsi Tahun Anggaran 2019 pada akhir tahun anggaran yang belum disalurkan kepada pemerintah kabupaten/kota, dibayarkan pada tahun anggaran berikutnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan.

Belanja bantuan keuangan diberikan kepada daerah lain dalam rangka kerja sama daerah, pemerataan peningkatan kemampuan keuangan, dan/atau tujuan tertentu lainnya yaitu dalam rangka memberikan manfaat bagi pemberi dan/atau penerima bantuan keuangan. Bantuan keuangan dapat dianggarkan sesuai dengan kemampuan keuangan daerah setelah memprioritaskan pemenuhan belanja Urusan Pemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan serta alokasi belanja yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan, kecuali ditentukan lain sesuai dengan ketentuan peraturan

Kebijakan Umum APBD 2020

perundang-undangan. Pemberian bantuan keuangan dapat bersifat umum dan bersifat khusus. Bantuan keuangan yang bersifat umum digunakan untuk mengatasi kesenjangan fiskal dengan menggunakan formula antara lain variabel: pendapatan daerah, jumlah penduduk, jumlah penduduk miskin dan luas wilayah yang ditetapkan dengan peraturan Kepala Daerah. Bantuan keuangan yang bersifat khusus digunakan untuk membantu capaian kinerja program prioritas Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah penerima bantuan keuangan sesuai dengan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan penerima bantuan. Pemanfaatan bantuan keuangan yang bersifat khusus ditetapkan terlebih dahulu oleh pemberi bantuan.

Belanja tidak terduga merupakan pengeluaran anggaran atas beban APBD untuk keadaan darurat termasuk keperluan mendesak serta pengembalian atas kelebihan pembayaran atas penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya. Penganggaran belanja tidak terduga dilakukan secara rasional dengan mempertimbangkan realisasi Tahun Anggaran 2019 dan kemungkinan adanya kegiatan-kegiatan yang sifatnya tidak dapat diprediksi sebelumnya, di luar kendali dan pengaruh pemerintah daerah, serta amanat peraturan perundang-undangan.

Belanja barang dan jasa digunakan untuk menganggarkan pengadaan barang/jasa yang nilai manfaatnya kurang dari 12 (dua belas) bulan, termasuk barang/jasa yang akan diserahkan atau dijual kepada masyarakat/pihak ketiga dalam rangka melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah.

Kebijakan Umum APBD 2020

59 Belanja dalam APBD Kabupaten Banyuwangi tahun 2020 disusun dengan berpedoman pada kebijakan pengetatan belanja daerah, yang dilakukan melalui efisiensi maksimal belanja yang tidak prioritas, sebagaimana dilakukan juga oleh seluruh kementerian dan lembaga di Pemerintah Pusat. Belanja diarahkan sebagai langkah untuk tetap menjaga keberlangsungan pelayanan publik, perlindungan sosial, pemeliharaan infrastruktur, pendidikan, kesehatan, serta sektor prioritas strategis lainnya. Untuk itu beberapa rencana perlebaran jalan, peningkatan ruang terbuka hijau, dan pembangunan berbagai fasilitas publik lainnya, dengan terpaksa harus ditunda mengingat terbatasnya kapasitas fiskal.

APBD Kabupaten Banyuwangi diarahkan terutama sebagai upaya antisipatif terhadap dinamika situasi yang difokuskan antara lain untuk mempertahankan dan menguatkan ekonomi daerah, peningkatan efisiensi, dan efektivitas pelaksanaan program kegiatan prioritas pembangunan daerah di tengah keterbatasan fiskal daerah. Selanjutnya

proyeksi belanja daerah Kabupaten Banyuwangi tahun 2020

direncanakan sebesar Rp.3.375.475.921.934,00.erdiri dari:

4.2.3. Kebijakan Pembangunan Daerah, Kendala yang Dihadapi, Sasaran, Strategi dan Prioritas Pembangunan Daerah

Dalam rangka pencapaian visi misi sebagaimana tertuang dalam Perubahan RPJMD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016-2021 dan RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2020, ditentukan sepuluh sasaran pembangunan adalah sebagai berikut:

Kebijakan Umum APBD 2020

1. Meningkatnya kualitas dan akses Pendidikan; 2. Meningkatnya kualitas dan akses kesehatan;

3. Meningkatnya daya beli masyarakat terhadap komoditas pangan dan non-pangan;

4. Meningkatnya PDRB sektor unggulan yang berkelanjutan; 5. Bertambahnya nilai investasi;

6. Mengurangi kesenjangan tingkat pendapatan; 7. Menjamin perlindungan sosial;

8. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan; 9. Meningkatnya kualitas tata kelola pemerintahan daerah; 10. Terciptanya inovasi layanan publik.

Tema pembangunan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2020,

““Kemandirian Ekonomi di Seluruh Wilayah Yang Terintegrasi dan Berkelanjutan”, disusun dengan memperhatikan telaah pada Perubahan RPJMD Kabupaten Banyuwangi Periode 2016-2021, selain itu perumusan tema pembangunan pada RKPD juga harus sinkron dengan agenda pembangunan nasional dalam RKP Tahun 2020, agenda pembangunan provinsi dalam RPJMD Provinsi Jawa Timur Periode 2019-2023, serta Surat Edaran Menteri Dalam Negeri tentang arahan penyusunan RKPD Tahun 2020.

Meskipun urusan terkait pendidikan dan kesehatan tidak disebutkan secara langsung dalam bunyi tema pembangunan tahun 2020, isu pada kedua urusan tersebut tetap menjadi prioritas daerah karena sudah masuk pada prioritas yang wajib dengan sendirinya. Berikut merupakan penerjemahan dari tematik pembangunan menjadi Prioritas pembangunan untuk tahun 2020:

Kebijakan Umum APBD 2020

61 1) Manjamin sistem pasar yang berorientasi pada masyarakat kelas bawah 2) Menjamin keberlangsungan aktifitas ekonomi masyarakat

3) Meningkatkan kesempatan kerja masyarakat

4) Integrasi sektor pertanian, pariwisata dan perdagangan

Dalam rangka menanggulangi permasalahan sekaligus untuk mewujudkan Visi bupati serta merealisasikan 4 tujuan dan 10 sasaran pembangunan sebagaimana tertuang dalam Perubahan RPJMD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016-2021 ditempuh melalui sepuluh strategi pembangunan sebagai berikut:

Strategi 1: Meningkatkan kualitas pendidikan Kabupaten Banyuwangi yang berdaya saing yang tidak hanya bertumpu terhadap pendidikan formal melalui penanaman dan penguatan pendidikan karakter dan berfokus terhadap menciptakan sumber daya manusia yang kreatif.

Strategi 2: Meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Kabupaten

Banyuwangi baik dalam Prefentif, Represif, maupun Kuratif melalui Penyeidiaan Sarana, Prasarana dan Tenaga Medis Berkualitas. Strategi 3: Meningkatkan kualitas belanja masyarakat baik pada sektor pangan

dan non pangan melalui stabilisasi perekonomian Kabupaten

Banyuwangi dan penguatan sektor strategis Kabupaten

Banyuwangi.

Strategi 4: Intergrasi Pengembangan Potensi Unggulan Sebagai Daya tarik Investasi Melalui Pengambangan Sektor Pariwisata Sebagai Poros Pembangunan Kabupaten Banyuwangi yang Berkelanjutan.

Kebijakan Umum APBD 2020

Strategi 5: Efektivitas modal investasi masuk di Kabupaten Banyuwangi melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi padat karya sebagai tumpuan utama pembangunan.

Strategi 6: Mewujudkan Pemerataan Pembangunan Melalui Peningkatan Kualitas Aksessibilitas, Akses Barang-Jasa Hulu ke Hilir, Dan Stimulasi Pusat-Pusat Pertumbuhan Baru Dengan Memperhatikan Prinsip-prinsip Pembangunan Berkelanjutan.

Strategi 7: Mewujudkan Kesejahteraan Sosial dan Keadilan Sosial Dengan Menjamin Perluasan Cakupan Layanan Bagi PMKS.

Strategi 8: Optimalisasi Penguatan Modal Sosial Pengarusutamaan Gender. Strategi 9: Mengembangkan sistem pemerintahan yang integratif melalui

Institusionalisasi reformasi birokrasi dalam proses bisnis di semua level Pemerintahan.

Strategi 10: Meningkatkan akses masyarakat dalam layanan publik melalui penciptaan inovasi layanan di segala bidang

Dari 10 strategi yang diimplementasikan, terdapat 6 strategi yang memiliki perhatian lebih. Hal tersebut dikarenakan pada tahun 2020, proses implementasi 4 strategi lainnya sudah berada pada tahap akhir, jadi penekananyya hanya pada maintaining performa saja. Berikut merupakan 6 strategi yang masih menjadi perhatian utama:

Strategi 1: Meningkatkan kualitas pendidikan Kabupaten Banyuwangi yang berdaya saing yang tidak hanya bertumpu terhadap pendidikan formal melalui penanaman dan penguatan pendidikan karakter dan berfokus terhadap menciptakan sumber daya manusia yang kreatif.

Kebijakan Umum APBD 2020

63

Strategi 2: Meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Kabupaten

Banyuwangi baik dalam Prefentif, Represif, maupun Kuratif melalui Penyeidiaan Sarana, Prasarana dan Tenaga Medis Berkualitas. Strategi 4: Intergrasi Pengembangan Potensi Unggulan Sebagai Daya tarik

Investasi Melalui Pengambangan Sektor Pariwisata Sebagai Poros Pembangunan Kabupaten Banyuwangi yang Berkelanjutan.

Strategi 5: Efektivitas modal investasi masuk di Kabupaten Banyuwangi melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi padat karya sebagai tumpuan utama pembangunan.

Strategi 7: Mewujudkan Kesejahteraan Sosial dan Keadilan Sosial Dengan Menjamin Perluasan Cakupan Layanan Bagi PMKS.

Strategi 8: Optimalisasi Penguatan Modal Sosial Pengarusutamaan Gender.

4.2.4. Kebijakan Belanja Berdasarkan Prioritas Pemerintahan Daerah Kebijakan belanja daerah berdasarkan urusan pemerintah daerah sebagaimana yang diatur dalam Undang-undang Nomor 23

Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Urusan Wajib

diselenggarakan dengan memprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan anan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial.

Terdapat 26 Urusan wajib dan 8 urusan pilihan. Program dan kegiatan pembangunan di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2019 terdiri dari

Kebijakan Umum APBD 2020

program dan kegiatan pada setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah yang dikelompokkan pada masing-masing urusan, yang meliputi program dan kegiatan dalam kerangka regulasi dan kegiatan dalam rencana kerja anggaran. Adapun rencana kerja anggaran adalah kegiatan pemerintah dalam rangka penyedian barang dan jasa sesuai dengan kewajiban pemerintah yang tidak dapat dihasilkan oleh masyarakat sendiri.

Selanjutnya dirumuskan beberapa arah kebijakan belanja pembangunan Banyuwangi tahun 2020 sebagai berikut:

1) Menopang proses pembangunan daerah yang berkelanjutan

sesuai dengan visi dan misi daerah.

2) Menerapkan konsep money follows program prioritas dalam pengalokasian anggaran.

3) Tujuan utama penggunaan dana APBD adalah untuk

meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat, oleh karena itu akan terus dilakukan peningkatan program-program yang berorientasi pada masyarakat dan berupaya melaksanakan realisasi belanja daerah tepat waktu dan tepat guna.

4) Mengupayakan alokasi anggaran untuk urusan kesehatan minimal sebesar 10% sebagaimana amanat dari Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Peningkatan kualitas layanan kesehatan difokuskan pada ibu, bayi dan anak, peningkatan perilaku hidup sehat, dan pencegahan penyakit.

5) Mengalokasikan anggaran untuk pendidikan minimal sebesar 20% dari total belanja daerah dalam rangka meningkatkan kualitas dan

Kebijakan Umum APBD 2020

65 jangkauan pelayanan pendidikan. Peningkatan akses dan kualitas pendidikan difokuskan pada peningkatan tingkat pendidikan penduduk berbasis masyarakat (Kejar Paket B dan C), dan penguatan pendidikan karakter.

6) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan belanja daerah dengan berpedoman pada harga pasar dan standar harga pemerintah, serta mendorong terus peningkatan akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaannya.

7) Mengalokasikan anggaran untuk peningkatan kualitas SDM

pertanian dan pariwisata melalui peningkatan kewirausahaan, penguatan kelembagaan usaha petani, dan inovasi penerapan teknologi pangan dan pertanian;

8) Mengupayakan alokasi anggaran untuk menurunkan Tingkat

Pengangguran Terbuka melalui fasilitasi pembekalan

kewirausahaan dan pelatihan kompetensi yang dikolaborasikan dengan BUMDES untuk pemberdayaan potensi desa/kawasan; 9) Untuk mewujudkan pembangunan infrastruktur yang merata dan

berkualitas di Kabupaten Banyuwangi, maka diupayakan belanja untuk pembangunan infrastruktur minimal 25% dari Dana Transfer Umum. Pembangunan infrastruktur fisik dan virtual (teknologi informasi) diarahkan untuk mendorong pemerataan wilayah, menunjang pelayanan kesehatan, pendidikan dan ekonomi masyarakat desa/kelurahan.

Kebijakan Umum APBD 2020

10) Kebijakan Belanja Bantuan Keuangan kepada Pemerintahan Desa

khususnya ADD, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi

menganggarkan bantuan keuangan kepada pemerintah desa paling sedikit 10% dari dana perimbangan yang diterimanya, kecuali DAK.

11) Mengalokasikan anggaran untuk mendukung kesuksesan

pelaksanaan Pilkada (pemilihan bupati dan wakil bupati) tahun 2020.

12) Belanja langsung dalam setiap tahunnya diupayakan mencapai komposisi di atas 40%.

Dokumen terkait