this information of financial statement may help users to take decision. Considering the number of users of financial statement, the auditor needed to give opinion on financial report. To support the opiniom, auditor should collect a good quality of audit evidence. Collection and evaluating a good quality of audit evidence are needed auditor’s skill, which is one of the factor is auditor experience.
This aimed to test the hypothesis is “Influence the auditors doesn’t have a significant impact on the quality of the evidence collected in the audit assignment” can be paccepted or refused. There are two variables in this research, namely experience of the auditor as an independent variable (X) and the quality of the evidence collected in the audit assignment as the dependent variable (Y). This research was done by conducting surveys at seven public accounting firm with a number of 35 respondents.
This research used a descriptive method with a survey approach. It is use a questionnaire to have a data and analyze the data using Simple Regretion at 0,199 significance level with SPSS Program. Based from hypothesis trial, the result is denote that Ho is accepted. This means that
there’s an influence between experience of the auditor to audit the qualityof the evidence collected material but not
significant.
usaha, karena melalui informasi laporan keuangan inilah para pemakai dapat mengambil keputusan. Menimbang banyaknya pemakai laporan keuangan, maka diperlukan jasa audit untuk memberikan opini atas laporan keuangan. Untuk mendukung opininya, auditor harus mengumpulkan bahan bukti audit yang berkualitas. Pengumpulan dan evaluasi bahan bukti audit yang berkualitas tersebut membutuhkan keahlian auditor, yang salah satu faktornya adalah pengalaman auditor.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan yaitu “Pengalaman auditor tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas bahan bukti yang dihimpun
dalam penugasan audit” dapat diterima atau ditolak. Terdapat dua variabel dalam penelitian ini, yaitu pengalaman auditor sebagai variabel independen (X) dan kualitas bahan bukti yang dihimpun dalam penugasan audit sebagai variabel dependen (Y). Penelitian ini dilakukan dengan melakukan survei pada 7 Kantor Akuntan Publik dengan jumlah 35 responden.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan survei. Data diperoleh dengan cara penyebaran kuesioner, selanjutnya data diolah dan dianalisis dengan menggunakan regresi sederhana pada tingkat signifikan 0,199 dengan bantuan program SPSS. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang diajukan menyatakan bahwa Ho diterima. Hal ini berarti terdapat pengaruh antara Pengalaman Auditor terhadap Kualitas Bahan Bukti Audit namun tidak signifikan.
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR TABEL ... xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 6
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Kegunaan Penelitian... 7
1.5 Kerangka Pemikira dan Hipotesis ... 8
1.6 Metode Penelitian... 12
1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Auditing... 13
2.1.1 Pengertian Auditing ... 13
2.1.2 Jenis-jenis Audit ... 16
2.1.3 Jenis-jenis Auditor ... 17
2.1.4 Audit Laporan Keuangan ... 18
2.1.5 Proses Audit ... 20
2.1.5.1 Tahap Perencanaan... 20
2.1.5.2 Tahap Pengujian ... 23
2.1.5.3 Tahap Penyelesaian Audit ... 25
2.2 Kantor Akuntan Publik (KAP) ... 28
2.2.1 Pengertian KAP ... 28
2.2.2 Jasa Diberikan Oleh KAP ... 29
2.2.2.1 Jasa Atestasi ... 29
2.2.2.2 Jasa Non Atestasi ... 32
2.2.3 Izin Usaha KAP... 34
2.2.4 Struktur Organisasi KAP... 36
2.2.5 Standar Profesi Akuntan Publik ... 38
2.3 Pengalaman Auditor ... 43
2.3.1 Standar Umum Pertama ... 43
2.3.2 Lamanya bekerja sebagai auditor ... 44
2.3.3 Frekuensi melakukan tugas audit ... 45
2.3.4 Pendidikan Berkelanjutan ... 46
2.3.5 Hubungan Pengalaman Auditor Dengan Kualitas Bahan Bukti Audit yang Dikumpulkan ... 47
2.4 Kualitas Bahan Bukti yang Dikumpulkan... 49
2.4.1 Pengertian Bahan Bukti Audit ... 49
2.4.2 Konsep Bahan Bukti ... 49
2.4.2.1 Bukti Persuasif ... 50
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian... 59
3.2 Metode Penelitian ... 60
3.2.1 Jenis Penelitian ... 60
3.2.2 Populasi dan Sampel ... 61
3.2.3 Teknik Pengumpulan Data ... 62
3.2.4 Operasionalisasi Variabel ... 63
3.2.5 Pengujian Data ... 66
3.2.5.1 Uji Validitas ... 66
3.2.5.2 Uji reliabilitas ... 68
3.2.6 Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 69
3.2.6.1 Teknik Analisis Data dan Tanggapan Responden ... 69
3.2.6.2 Penetapan Hipotesis ... 71
3.2.6.3 Pengujian Statistik ... 71
3.2.6.4 Penetapan Tingkat Signifikasi ... 73
3.2.6.5 Penerimaan atau Penolakan Hipotesis Null ... 73
3.2.6.6 Analisis Koefisien Determinasi ... 74
3.2.7 Penarikan Kesimpulan ... 74
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Hasil Pengolahan Data ... 75
4.1.1 Gambaran Umum Responde ... 76
4.1.2 Pengujian Data ... 76
4.1.2.1 Pengujian Validitas ... 77
4.1.2.2 Pengujian Reliabilitas... 82
4.1.3 Tanggapan Responden ... 85
4.1.3.1 Tanggapan Responden Terhadap Pengalaman Auditor... 85
4.1.3.2 Tanggapan responden Terhadap Kualitas Bahan Bukti ... 90
4.1.4 Pengujian Hipotesis ... 95
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 99
5.2 Saran ... 100
DAFTAR PUSTAKA ... 102
1.1Latar Belakang Penelitian
Dalam bidang auditing, jasa yang diberikan oleh Akuntan Publik (AP)
adalah melakukan audit terhadap laporan keuangan perusahaan dan memberikan
pendapat (opini) apakah laporan keuangan perusahaan telah disajikan secara
wajar sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang ditetapkan oleh
IAI (Ikatan Akuntan Indonesia). Laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit
oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) akan dipakai oleh berbagai pihak yang
berkepentingan (pimpinan perusahaan, pemegang saham, pemerintah, kreditur
dan karyawan) dalam pengambilan keputusan, oleh karena itu audit harus
dilakukan dengan sebaik-baiknya
Hasil akhir dari audit akuntan publik adalah pemberian opini akuntan
publik, yang dalam penulisan selanjutnya ditulis opini akuntan. Pemberian opini
akuntan yang sesuai dengan kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam Standar
Profesional
Akuntan Publik (SPAP) sangat penting agar hasil audit tidak menyesatkan
para penggunanya. Pemberian opini akuntan harus didukung oleh bukti audit
kompeten yang cukup, dimana dalam mengumpulkan bukti audit, auditor harus
pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap
bukti audit (SPAP 2001; SA, seksi 230) agar diperoleh bukti-bukti yang meyakinkan
sebagai dasar dalam pemberian opini akuntan.
Para pengguna laporan audit mengaharapkan bahwa laporan keuangan yang
telah diaudit oleh akuntan publik bebas dari salah saji material, dapat dipercaya
kebenarannya untuk dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan dan telah sesuai
dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku di Indonesia.
Oleh karena itu diperlukan suatu jasa profesional yang independen dan
obyektif (yaitu akuntan publik) untuk menilai kewajaran laporan keuangan yang
disajikan oleh manajemen.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan auditor, antara lain
pengetahuan dan pengalaman baik itu waktu lamanya auditor bekerja dan jumlah
pelayanan yang diberikan. Untuk melakukan tugas pengauditan, auditor memerlukan
pengetahuan pengauditan (umum dan khusus) dan pengetahuan mengenai bidang
auditing, akuntansi, dan industri klien.
Syarat pengauditan pada Standar Auditing, meliputi tiga hal, yaitu : (SA Seksi
150 SPAP, 2001)
1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian
dan pelatihan teknis yang cukup.
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam
sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
menggunakan kemahiran profesionalnya (kompetensinya) dengan cermat dan
seksama.
Hal-hal yang terutang dalam Standar Umum inilah yang nantinya akan
dijadikan tolak ukur atau parameter seorang auditor itu independen dan kompeten
atau tidak di dalam penelitian ini.
Dalam melaksanakan audit, auditor harus bertindak sebagai seorang ahli di
bidang akuntansi dan auditing. Pencapaian keahlian dimulai dengan pendidikan
formal, yang selanjutnya diperluas melalui pengalaman dan praktek audit (SPAP,
2001). Selain itu, auditor harus menjalani pelatihan teknis yang cukup yang
mencakup aspek teknis maupun pendidikan umum.
Pengalaman merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan, sesuai
dengan standar umum pertama dalam SA No. 150 yang menyatakan bahwa auditor
harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan
teknis cukup sebagai auditor (IAI,2001).
Pengalaman seorang auditor sangat berperan penting dalam meningkatkan
keahlian sebagai perluasan dari pendidikan formal yang telah diperoleh auditor.
Sebagaimana yang telah diatur dalam SA No. 210 tentang pelatihan dan keahlian
independen disebutkan bahwa dalam melaksanakan audit untuk sampai pada suatu
pernyatan pendapatan, auditor harus senantiasa bertindak sebagai seorang yang ahli
dalam bidang akuntan dan bidang auditing. Pencapaian keahlian tersebut dimulai
dengan pendidikan formalnya yang diperluas melalui pengalaman-pengalaman
Pengalaman audit adalah pengalaman auditor dalam melakukan audit laporan
keuangan baik dari segi lamanya waktu maupun banyaknya penugasan yang pernah
ditangani. Libby and Frederick (1990) menemukan bahwa semakin banyak
pengalaman auditor semakin dapat menghasilkan berbagai macam dugaan dalam
menjelaskan temuan audit. Dikutip oleh Knoers & Haditono (1999,62), bahwa
perkembangan adalah bertambahnya potensi untuk bertingkah laku, bahwa suatu
perkembangan dapat dilukiskan sebagai suatu proses yang membawa seseorang
kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Dalam hal pengalaman, penelitian
dibidang psikologi yang telah dikutip oleh Jeffrey (1996) memperlihatkan bahwa
seseorang yang lebih banyak pengalaman dalam suatu bidang substantif memiliki
lebih banyak hal yang tersimpan dalam ingatannya.
Sosiohumaniora, Vol. 7, No. 3, November 2005 : 186 – 202
Arens dkk (2008,37) menguraikan tingkatan staf audit beserta
tanggung jawabnya, pada tabel di bawah ini :
Tingkatan
staff
Peng
alaman
Rata-rata
Tanggung Jawab Utama
Asisten staff 0-2
tahun
Melakukan sebagian besar
pekerjaan audit yang terperinci.
Auditor
senior atau
2-5
tahun
Mengkoordinasi dan bertanggung
penanggung jawab termasuk mengawasi dan mereview
pekerjaan staff
Manajer 5-10
tahun
Membantu penanggung jawab
merencanakan dan mengelola audit,
mereview pekerjaan penanggung jawab,
serta membina hubungan dengan klien.
Seorang manajer mungkin bertanggung
jawab atas lebih dari satu penugasan pada
saat yang sama.
Partner 10
tahun ke
atas
Mereview keseluruhan pekerjaan
audit dan terlibat dalam
keputusan-keputusan audit yang signifikan. Seorang
partner adalah pemilik KAP dan
karenanya mengemban tanggung jawab
akhir dalam melaksanakan audit dan
melayani klien.
Selain faktor pengalaman yang mempunyai peran penting bagi peningkatan
keahlian auditor, pengalaman juga mempunyai arti penting dalam upaya
Berikut definisi bukti audit menurut Alvin A. Arens, Randal J. Elder,
dan Mark S. Beasley yang diterjemahkan oleh Tim Dejacarta dalam Auditing
dan Pelayanan Verifikasi :
“Bukti audit merupakan setiap informasi yang digunakan oleh
auditor untuk menentukan apakah informasi yang sedang diaudit
tersebut telah disajikan sesuai dengan kriteria yang ada.”
(2003:16)
Bukti audit adalah semua media informasi yang digunakan oleh
auditor untuk mendukung argumentasi, pendapat atau simpulan dan
rekomendasinya dalam meyakinkan tingkat kesesuaian antara kondisi dengan
kriterianya. Tidak semua informasi bermanfaat bagi audit, karena itu informasi
harus dipilih. Pedoman pemilihan informasi yang akan digunakan sebagai bukti
audit adalah bahwa informasi tersebut harus andal sehingga mampu meyakinkan
pihak lain. Sehingga dapat dibedakan antara bahan bukti audit yang berkualitas
maupun yang tidak berkualitas. Keandalan bukti audit tergantung dari
terpenuhinya syarat-syarat bukti audit.
Dasar setiap proses pemeriksaan (audit) adalah bukti – bukti audit yang
dikumpulkan dan dievaluasi oleh auditor. Auditor harus memiliki pengetahuan
dan keahlian untuk mengumpulkan bukti audit yang cukup kompeten dalam
setiap proses auditnya untuk memenuhi berbagai standar yang ditetapkan oleh
Dari penjelasan diatas, penulis menyimpulkan bahwa seorang auditor
harus mengumpulkan sejumlah informasi atau bukti yang cukup berkualitas dan
mengevaluasi apakah informasi tersebut sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan agar dapat mencapai tujuan audit.
Keputusan utama yang dihadapi auditor adalah menentukan jenis dan
jumlah bukti audit yang tepat untuk dkumpulkan agar dapat memberikan
keyakinan yang memadai bahwa berbagai komponen dalam laporan keuangan
serta dalam keseluruhan laporan lainnya telah disajikan secara wajar.
Agar bukti yang dikumpulkan berguna bagi auditor, maka bukti itu harus
memenuhi keempat karakteristik sebagai berikut:
(1) Persuasif
Suatu bukti dapat dikatakan persuasif jika mencukupi baik dari segi
kualitas maupun kuantitas untuk mendukung auditor dalam mengambil
kesimpulan. Persuasif harus memenuhi standar pengjian evaluasi oleh auditor
lainnya, yaitu auditor lainnya juga harus menyetujuai bahwa jumlah bukti
adalah meyakinkan (persuasive).
(2) Relevan
Bukti harus mendukung tujuan atas asersi yang sedang diuji. Jika bukti
tidak relevan, maka tidak ada nilainya bagi auditor. Auditor harus selalu
mengingat tujuan dari pengujian audit tertentu dan mendapatkan bukti yang
relevan untuk mencapai tujuan itu.
Auditor harus berusaha mengumpulkan bukti yang bebas dari bias,
yaitu bukti yang tidak terlalu mempengaruhi suatu alternatif terhadap lainnya.
Bias dapat berasal dari salah satu karakteristik bukti atau item yang dipilih
oleh auditor untuk diperiksa.
(4) Obyektifitas
Obyektifitas merupakan kemampuan auditor lainnya untuk
mendapatkan kesimpulan yang serupa berdasarkan pemeriksaaan bukti. Jika
evaluasi bukti bervariasi di antara auditor, maka bukti itu memiliki
obyektifitas yang lemah.
Apabila sebuah bahan bukti audit diluar karakteristik diatas atau
belum memenuhi karakteristik tersebut maka dapat dinyatakan bahan bukti
audit tersebut belum memenuhi kualitas yang ditetapkan.
Jenis-Jenis Bukti Audit
Bukti audit dapat dibedakan dalam beberapa jenis atau golongan sebagai
berikut:
1. Bukti pengujian fisik
(dalam beberapa buku disebut sebagai bukti fisik) adalah bukti
yang diperoleh melalui pengamatan langsung dengan mata kepala
auditor sendiri menyangkut harta berwujud. Pengamatan langsung
dengan sebutan opname) dan inspeksi ke lapangan (on the spot).
Pengamatan fisik dapat dilakukan untuk meyakinkan mengenai
keberadaan (kuantitatif) dan mutu (kualitatif) dari aktiva berwujud.
Namun keandalannya sangat tergantung dari kemampuan auditor
yang bersangkutan dalam memahami harta berwujud yang diaudit.
2. Bukti Dokumen
Bukti audit yang paling banyak ditemui oleh auditor adalah bukti
dokumen. Bukti dokumen pada umumnya terbuat dari kertas yang
mengandung huruf, angka dan informasi, simbol-simbol dan lain-lain.
Bukti dokumen pada umumnya berbentuk lembaran-lembaran kertas,
baik berdiri sendiri maupun yang digabungkan.
3. Bukti Analisis
Bukti analisis adalah bukti audit yang diperoleh auditor dengan
melakukan analisis atau mengolah lebih lanjut data-data auditi dan
data lain yang berkaitan dengan auditi. Dalam hal ini auditor dapat
menggunakan rumus-rumus atau yang lazim dikenal dengan nama
rasiorasio. Hasil yang diperoleh dari bukti analisis adalah indikasi atau
petunjuk. Bukti analisis tidak dapat berdiri sendiri sebagai dasar
pengambilan keputusan. Bukti analisis hanya memberikan petunjuk
mengenai kecenderungan suatu kejadian, sehingga untuk
jenis bukti yang lain. Yang termasuk bukti analisis adalah bukti
analisis dan bukti perhitungan.
4. Bukti Keterangan
Bukti keterangan adalah bukti yang diperoleh auditor dari pihak lain
(baik dari pihak auditi maupun pihak ketiga) berdasarkan pertanyaan
atau informasi tertentu yang diminta oleh auditor. Yang termasuk
bukti keterangan adalah bukti kesaksian, bukti lisan dan bukti
spesialis (ahli).
Kompetensi bukti audit juga bergantung pada beberapa faktor, yaitu (Halim,
2003: 155) :
1. Bukti yang relevan merupakan bukti yang tepat digunakan untuk suatu
maksud tertentu. Dalam hal ini, bukti harus berkaitan dengan tujuan audit
yang telah ditetapkan auditor.
2. Sumber bukti yang diperoleh langsung oleh auditor dari pihak yang
independen di luar entitas perusahaan akan memberikan keyakinan yang lebih
besar atas keandalan informasi.
3. Pengetahuan yang diperoleh secara langsung melalui pemeriksaan fisik,
pengamatan, perhitungan, dan inspeksi akan semakin menambah kompetensi
dari bukti audit.
4. Bukti yang objektif lebih dapat dipercaya (reliable) dan kompeten daripada
bukti subjektif. Dalam menelaah bukti subjektif, auditor harus
menentukan ketepatan proses pembuatan keputusan dalam membuat
pertimbangan.
Dalam hal pengembangan pengalaman yang diperoleh auditor menunjukkan
dampak yang positif bagi penambahan tingkah laku yang dapat diwujudkan melalui
keahlian yang dimiliki untuk lebih mempunyai kecakapan yang matang. Dan
pengalaman-pengalaman yang didapat auditor, memungkinkan berkembangnya
potensi yang dimiliki oleh auditor melalui proses yang dapat dipelajari.
Meixner (2000) mengatakan bahwa ada dua jenis pengalaman yaitu
situasional yang didefinisikan sebagai durasi dari total pengalaman audit, sedangkan
pengalaman organisasi didefinisikan sebagai durasi pengalaman dari tingkat bawahan
hingga atasan dan cara berinteraksi dengan staff audit atau kelompok.
Shelton (1999) mengatakan bahwa pengambilan keputusan yang
berpengalaman memiliki struktur pengetahuan yang sangat maju dan menggunakan
strategi yang diarahkan untuk fokus hanya pada informasi yang relevan.
Kinerja akuntan publik yang berkualitas merupakan hasil dari pelaksanaan
proses perencanaan dalam pengumpulan bahan bukti audit yang memadai, sehingga
bukti yang dikumpulkan oleh auditor akan kompeten, relevan, dan tepat waktu.
Bahan bukti audit yang cukup dan kompeten dijadikan sebagai dasar dalam
menyatakan opini yang berkualitas, namun demikian pertimbangan harus tetap
dilakukan oleh auditor yang berpengalaman sebelum memutuskan jenis opini audit
dan sekaligus kualitas opini yang akan diberikan oleh auditor, dan dengan asumsi
tidak ada faktor meyimpang yang menyebabkan kualitas pekerjaan auditor terganggu,
profesional dengan latar belakang pengalaman dan patuh terhadap profesi.
Terkait dengan topik penelitian ini, beberapa penelitian mengenai pengalaman
auditor telah banyak dilakukan peneliti sebelumnya. Penelitian Ashton (2005,6)
tentang hubungan pengalaman dan tingkat pengetahuan menyimpulkan bahwa
perbedaan pengalaman auditor tidak bisa menjelaskan perbedaan tingkat pengetahuan
yang dimiliki auditor. Auditor dengan tingkat pengalaman yang sama dapat saja
menunjukkan perbedaan yang besar dalam pengetahuan yang dimiliki. Hasil
penelitian Tubbs (1992,76) memberikan kesimpulan bahwa pertambahan pengalaman
dapat meningkatkan perhatian auditor terhadap pelanggaran-pelanggaran untuk tujuan
pengendalian.
Restu Agusti (2000) mengemukakan beberapa alasan mengapa pengalaman
auditor mempengaruhi kemampuan auditor untuk memperoleh bahan bukti audit
yang berkualitas. Pengalaman menumbuhkan pengalaman auditor untuk mengolah
informasi, membuat perbandingan-perbandingan mental berbagai solusi-solusi
alternatif dan menambil tindakan-tindakan yang diperlukan. Auditor yang belum
berpengalaman tidak memiliki kemampuan-kemampuan seperti ini. Dengan
pengalaman audit mereka, auditor mengembangkan struktur memori yang luas dan
kompleks yang membentuk kumpulan informasi yang dibutuhkan dalam membuat
Pengalaman seorang auditor hanya merupakan salah satu dari beberapa atribut
lainnya yang mempengaruhi kualitas bahan bukti audit. Berdasarkan beberapa
penelitian Tubbs ( Jurnal Bisnis dan Ekonomi Vol 9 2002:6) mengemukakan bahwa
hal-hal yang mempengaruhi kualitas audit adalah :
1. Tenure , yaitu lamanya waktu ( jumlah tahun) auditor tersebut
melakukan pemeriksaan suatu unit atau instansi.
2. Jumlah klien
3. Size dan kesehatan keuangan klien
4. Adanya pihak ketiga yang akan melakukan review atas laporan
audit.
5. Independen auditor yang efisien
6. Level of audit fees
7. Tingkat perencanaan kualitas audit
Dijelaskan pula oleh hasil penelitiam terdahulu oleh behn et al dalam (
Simposium Nasional Akutansi 5 2002:563) , ada 6 atribut yang berpengaruh terhadap
kualitas audit diantaranya yaitu pengalaman melakukan audit yang disertai dengann
pemahaman mengenai industri klien, resposif terhadap kebutuhan klien, taat pada
standar umum, dan diikuti juga dengan keterlibatan pimpinan KAP dan komite audit.
Jadi penilaian sangat bergantung pada pengetahuan karena informasi yang
pengetahuan seseorang. Oleh karena itu, kesesuaian antara informasi dalam ingatan
dengan kebutuhan tugas mempengaruhi hasil-hasil penilaiannya. Auditor yang
kurang berpengalaman belum memiliki struktur memori seperti ini, sehingga mereka
tidak mampu memberikan respon yang memadai, akibatnya penilaian-penilaian
mereka kalah akurat dibandingakan dengan penilaian-penilaian auditor
berpengalaman.
Dari uraian diatas tampak bahwa pengalaman auditor merupakan faktor
penting dalam usaha meningkatkan profesionalisme auditor. Pengalaman auditor akan
menentukan keterampilanya dalam melakukan tugas audit, termasuk dalam hal
mengumpulkan bahan bukti audit yang berkualitas
Keahlian yang dimaksudkan adalah keahlian dalam bidang pemeriksaan
dengan bertambahan pengalaman yang diperoleh. Sehubungan dengan hal tersebut,
penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian dalam rangka menyelesaikan tugas
akhir Universitas Kristen Maranatha Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi dengan
judul “Pengaruh Pengalaman Auditor Terhadap Tingkat Kualitas Bahan Bukti Audit
Yang Diperoleh Dalam Penugasan Audit.”
1.2Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dijelaskan, didapat
1. Apakah pengalaman auditor berperan penting dalam
mengumpulkan bahan bukti audit ?
2. Apakah kualitas audit bahan baku penting untuk
menentukan kualitas bahan bukti audit yang dikumpulkan ?
3. Seberapa besarkah pengaruh bpengalaman auditor
terhadap kualitas bahan bukti audit yang dikumpulkan ?
1.3Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mempelajari dan menganalisa
pengaruh pengalaman auditor terhadap kualitas perolehan bahan bukti audit. Dan
tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui peranan penting pengalaman kerja
auditor dalam pengumpulan bahan bukti audit.
2. Untuk mengetahui apakah kualitas audit bahan baku
penting untuk menentukan kualitas bahan bukti audit yang
dikumpulkan.
3. Untuk mengetahui seberapa besarkah pengaruh
pengalaman auditor terhadap kualitas bahan bukti audit yang
1.4Kegunaan Penelitian
Dari hasil penelitian ini penulis mengharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut :
1. Bagi penulis
Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan
dan pemahaman teori-teori yang diperoleh selama dibangku kuliah
dan membandingkanya dengan keadaan di lapangan terutama
terkait dengan judul yang dipilih.
2. Bagi KAP
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
masukan seperti diperlukannya peningkatan supervise bagi auditor,
sehingga diharapkan dapat membantu memecahkan masalah yang
dihadapi dan dapat menjadi sumbangan pemikiran yang akan
membantu KAP dalam menjalankan profesinya.
3. Bagi pihak lain
Khususnya bagi perguruan tinggi, memberi tambahan
pengetahuan untuk memperluas pandangan mengenai
profesionalisme akuntan publik dan kualitas bahan bukti audit,
serta dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk penelitian
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai
Pengaruh Pengalaman Auditor Terhadap Kualitas Bahan Bukti Audit yang
Dikumpulkan , data yang terkumpul melalui penyebaran kuesioner yang
kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan skala likert dan analisis
korelasi Product Moment dan diuji hipotesis dengan uji-t, maka penulis dalam
Bab ini menarik kesimpulan dan memberikan saran berdasarkan atas uraian yang
telah dikemukakan dalam bab sebelumnya, yaitu :
- Terdapat pengaruh antara Pengalaman Auditor (X) terhadap Kualitas
Bahan Bukti Audit (Y) namun tidak signifikan sebesar 3,98%
sedangkan sisanya sebesar 96,02% adalah pengaruh dari factor lain
yang tidak diamati oleh peneliti.
- Kualitas audit adalah probabilitas seorang auditor atau akuntan
pemeriksa menemukan penyelewengan dalam system akuntansi suatu
unit atau lembaga, kemudian melaporkannya dalam laporan audit.
Probabilitas menemukan adanya penyelewengan tergantung pada
technical skill auditor tersebut yang dapat dilihat pada pengalaman auditor , pendidikan, professionalisme dan struktur audit perusahaan.
- Sedangkan probabilitas melaporkan melaporkan bahwa
independensi auditor dalam menjaga sikap mentalnya. Berdasarkan
beberapa penelitian terdahulu, Tubbs ( Jurnal Bisnis dan Ekonomi Vol
9 2002:6) mengemukakan bahwa hal-hal yang mempengaruhi kualitas
audit adalah :
1. Tenure , yaitu lamanya waktu ( jumlah tahun) auditor tersebut
melakukan pemeriksaan suatu unit atau instansi.
2. Jumlah klien
3. Size dan kesehatan keuangan klien
4. Adanya pihak ketiga yang akan melakukan review atas laporan
audit.
5. Independen auditor yang efisien
6. Level of audit fees
7. Tingkat perencanaan kualitas audit
- Pengalaman merupakan atribut yang mempengaruhi kualitas audit,
terbukti dengan tingkat kesalahan yang dibuat oleh auditor yang tidak
berpengalaman lebih banyak daripada daripada auditor yang
berpengalaman. Tetapi hal tersebut harus diikuti dengan atribut lainnya
yaitu auditor harus mempertimbangkan hal-hal yang mempengaruhi
industri tempat operasi suatu perusahaan seperti kondisi ekonomi,
peraturan, pemerintah, serta perubaha teknologi yang berpengaruh
terhadap auditnya.
- Pengalaman seorang auditor harus disertai dengan peningkatan
education ) dengan mengikuti pendidikan formal seperti S2 dan S3 baik yang dilakukan di dalam maupun luar negri didukung dengan
peningkatan pengetahuan informal melalui penataran, seminar,
lokakarya, dan diskusi dengan asosiasi berbagai bidang usaha yang
diaudit agar dapat meningkatkan pemahaman terhadap peraturan
kebijakan pemerintah serta poduk-produk hokum, seperti UU
perburuhan, UU perpajakan, dan juga pemahaman mengenai
perkembangan teknologi pendukungnya
- Kemudian auditor dituntut untuk responsive terhadap kebutuhan klien
yang membuat klien memutuskan pilihannya terhadap suatu KAP.
Pengalaman auditor pun tidak cukup mempengaruhi kualitas bahan
bukti audit apabila tidak diimbangi dengan ketaatan pada standar
umum, dimana kredibilitas seorang auditor tergantung pada
kemungkinan auditor mendeteksi kesalahan yang material dan
kesalahan penyajian serta kemungkinan auditor akan melapokan apa
yang ditemukannya. Kedua hal tersebut mencerminkan terlaksananya
standar umum.
- Pada tahap akhir dalam pengambilan keputusan dibutuhkan
keterlibatan pimpinan KAP dan komite audit agar mampu memberikan
prespektif dan visi yang luas atas kegiatan dan pengawasan proses
audit serta memungkinakan terwujudnya kejujuran pelaporan
- Dapat dilihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan yang dilengkapi
dengan penjelasan dari penelitian yang terdahulu bahwa, terdapat
pengaruh antara pengalaman auditor terhadap kualitas bahan bukti
audit namun tidak signifikan, dikarenakan kualitas bahan bukti audit
tidak dapat dinilai hanya dengan membandingkannya dengan 1 atribut
saja yaitu pengalaman seorang auditor melakukan tugas audit
melainkan tetap harus diikuti dan diimbangi dengan atribut lainnya
yang telah dijelaskan di atas agar dapat terwujudnya bahan bukti audit
yang berkualitas.
5.2 Saran
Saran yang dapat penulis berikan untuk mengatasi kelemahan-kelamahan
tersebut di atas, adalah sebagai berikut:
1. Saran bagi KAP
Berkaitan dengan hasil penelitian, KAP diharapkan:
Dapat meningkatkan mutu dan kualitas para auditornya dengan
cara menugaskan auditornya untuk mengikuti pendidikan
profesionalnya bagi suatu tim audit, sehingga mempunyai keahlian
dan pelatihan yang memadai untuk memadai untuk melaksanakan
audit. serta tanggap terhadap informasi-informasi mengenai
perkembangan dunia akuntasi, salah satunya yang dapat dilakukan
pendidikan profesi lanjutan guna meningkatkan standar mutu yang
dimiliki auditor.
KAP juga harus menekankan pada auditornya untuk terus
meningkatkan komunikasi dan mempelajari asosiasi berbagai
bentuk perusahaan yang diaudit. Misalkan dengan asosiasi industri
garmen. Auditor harus terus mengembangkan pengtahuannya serta
meningkatkan pemahamannya terhadap peraturan dan kebijakan
pemerintah berupa produk-produk hukum seiring dengan
perubahan-perubahan di industri terkait, baik berupa teknologi
maupun kondisi industri itu sendiri melalui asosiasinya agar terus
tanggap terhadap temuan selama melakukan tugas audit.
Dalam hubungannya dengan penugasan audit selalu
mempertahankan independensi dalam sikap mental, artinya tidak
mudah dipengaruhi , karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk
kepentingan umum. Sehingga auditor tidak membenarkan dan
memihak kepada siapapun.
Dalam pelaksanaan audit dan oenyusunan laporan, auditor tersebut
menggunakan kemahiran professionalnya dengan cermat dan
seksama , maksudnya agar petugas audit mendalami standar
pekerjaan lapangan dan standar pelapran dengan semestinya.
Dalam pengambilan keputusan audit melibatkan pimpinan KAP
dan komite audit, tidak hanya menyerahkannya pada staff saja,
atas kegiatan dan pengawasan proses audit serta memungkinakan
terwujudnya kejujuran pelaporan keuangan.
2. Saran bagi peneliti selanjutnya
Untuk peneliti selanjutnya yang tertarik dalam permasalah serupa,
penulis memberikan saran:
Menggunakan dan mengumpulkan pembendaharaan buku terbaru
guna mendapatkan informasi yang sesuai dengan perkembangan
akuntansi terbaru.
Mempelajari berbagai jurnal yang dikeluarkan oleh
organisasi-organisasi profesi agar menambah luas pemahaman mengenai
objek yang diteliti.
Memperbanyak sampel penelitian, dengan demikian diharapkan
kesimpulan yang diambil lebih tepat dan terhindar dari bias akibat
tidak validnya suatu data yang tidak dapat mewakili karakteristik
populasi.
Penelitian dapat diperluas dengan membandingkan antara auditor
yang berpengalaman dan tidak berpengalaman.
Meningkatkan kerja sama dengan objek yang diteliti sehingga
Abdolmohammadi, M., and A. Wright. 1987. An Examination of The Effects of Experiences And Task Complexity on Audit Judgments. The Accounting Review .Vol. 62.
Agusti, Restu. 2000. Positif atau Negatif Informasi yang Dikejar Auditor. Media Akuntansi. Edisi 14 (Oktober).
Arens, Alvin. A., Randal J. Elder & Mark S. Beasley. 2008. Auditing and Assurance Service. 12th Edition. USA: Pearson Education. Terjemahan Oleh: Herman Wibowo. 2008. Auditng dan Jasa assurance: Pendekatan Terintegrasi. Edisi 7. Jakarta: Erlangga.
Boyton, W.C & Walter G. Kell. 2001. Modern Auditing. 7th Edition. New York: John Willey & Son Inc. Terjemahan Oleh: Gina Gania & , MBA. 2002. Modern Auditing. Edisi 7. Jakarta: Erlangga.
Brouwer. 2008. Psikologi Fenomenologis. Jakarta: PT.Gramedia.
Guy, Dan M., C. Wayne Alderman & Alan J. Winters. 1999. Auditing. 5th Edition. USA: Harcourt Inc. Terjemahan Oleh: Sugiyarto, S.E., M.Sc & Ichan Setiyo Budi, S.E.. 2002. Auditing. Edisi 5. Jakarta: Erlangga.
Hardiningsih, Pancaawati., & Sumardi. 2002. Pengaruh Pengalaman Terhadap Profesionalisme Serta Pengaruh Profesionalisme Terhadap Kinerja Dan Kepuasan Kerja: Studi Kasus Auditor BPKP. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vo.2.
Hughes, Richard L. 2009. Leadership: Enchancing The Lessons of Experience. Boston: The McGraw-Hill Companies.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. Standar Profesionalisme Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat.
Jogiyanto. 2004. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-pengalaman. Edisi 2004. Yogyakarta: BPFE.
Meixner. 2000. An Experimental Study Of The Effects Of Audit Structure Judgement Concencus And Auditor Experience. The Accounting Review Vol. 52.
Mulyadi. 2002. Auditing. Edisi Keenam. Jakarta: Salemba Empat.
Mulyadi, Kanaka Puradireja. 1998. Auditing. Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat. Syukur , Nico. 2001. Pengalaman dan Motivasi Beragama. Yogyakarta: Kanisius.
Tubbs, Richard M. 1992. The Effect of Experience on The Auditor’s Organization and Amount of Knowledge. The Accounting Review. Vol.87 No.4.
Shelton, Waller. 1998. The Effect of Experience on the Use of Irrelevant Evidence in Auditor Judgement. The Accounting Review. Vol.74 No.2.