• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGRUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK OPTIK GEOMETRI KELAS X SMA St.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGRUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK OPTIK GEOMETRI KELAS X SMA St."

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENGRUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS

MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA

MATERI POKOK OPTIK GEOMETRI KELAS X SMA

St.YOSEPH MEDAN

Derlina, Melda Irmawati Sihotang

Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan,Jl.Willem Iskandar Psr.V Medan,Sumatera Utara,Indonesia

Email: derlina.nst@gmail.com Nomor HP: 081210161520

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terhadap hasil belajar siswa pada Materi Pokok Optik Geometri di SMA Swasta St.Yoseph Medan T.A 2011/2012. Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen. Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas X Semester II Swasta St.Yoseph yang terdiri dari 4 kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara cluster random sampling, pembelajaran berbasis masalah di kelas X-1 dan pembelajaran konvensional di kelas X-2 yang jumlahnya masing-masing 35 orang. Data penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan tes pilihan berganda sebanyak 20 soal yang terdiri dari 5 option yang terlebih dahulu divalidkan oleh validator. Berdasarkan analisa data diperoleh nilai rata-rata pretes untuk kelas eksperimen 29,71 dengan standar deviasi 10,49 dan rata-rata postes 71,71 dengan standar deviasi 11,87, sedangkan pada kelas kontrol diperoleh nilai rata-rata pretes sebesar 34,43 dengan standar deviasi 9,29 dan rata-rata postes 66,42 dengan standar deviasi 10,11. Hasil pengujian hipotesis menggunakan uji t, diperoleh = 2,01 dan ttabel = 1,99

sehingga thitung > ttabel (2,01 > 1,99) sehingga diperoleh kesimpulan bahwa ada pengaruh

model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Instruction) terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok Optik Geometri di SMA Swasta St.Yoseph Medan T.A 20011/2012.

PENDAHULUAN

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam termasuk fisika pada bertujuan

mengembangkan logika, kemampuan

berpikir dan analisis peserta didik, serta menunjukkan kemampuan menganalisis

dan memecahkan masalah kompleks

(Mulyasa, 2006 : 105). Mencapai tujuan yang tertera di atas tidak semudah yang dibayangkan. Banyak masalah yang menghambat tujuan tersebut baik dari factor guru maupun siswa.

Masalah yang sering dialami siswa antara lain; banyak siswa-siswi yang menganggap fisika sebagai mata pelajaran yang menakutkan. Banyak dari mereka yang tidak menyukai pelajaran fisika dan

menganggap fisika hanya sebagai pelajaran sampingan saja. Di sisi lain masalah yang sering datang dari guru menyangkut model dan metode pengajaran yang monoton yang akhirnya menjadi alasan,mengapa pelajaran

fisika menjadi pelajaran yang

membosankan. Dalam pembelajarantu guru lebih menekankan pada pemahaman soal yang menyangkut rumus matematis semata, kurang mampu menerapkan pemahaman konsep pada siswa. Sehingga pada akhirnya timbul anggapan pada diri siswa bahwa mata pelajaran fisika hanya cocok dipelajari oleh orang-orang yang ingin menjadi ilmuwan atau lebih jelasnya sebagai ahli fisika.

Masalah-masalah seperti ini juga ditemukan peneliti di sekolah SMA St.Yoseph Medan. Hasil wawancara dan

(2)

observasi peneliti dengan guru bidang studi fisika juga dengan siswa-siswi, sekitar 67% dari 80 siswa kurang berminat terhadap pelajaran fisika, para siswa cenderung menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep tesebut untuk memecahkan masalah dalam kehidupan nyata, disamping itu guru juga kurang kreatif dalam mengajar, artinya guru kurang

mampu memvariasikan model

pembelajaran yang digunakan. Salah satu dampak dari masalah-masalah ini yaitu rendahnya hasil belajar siswa. Nilai rata – rata fisika kelas X semester I adalah 61, sementara nilai ketuntasan yang ditetapkan adalah 65.

Dari beberapa masalah yang dihadapi tersebut, peneliti mencoba memberikan suatu solusi yang diawali dengan memvariasikan model pembelajaran yang digunakan di sekolah tersebut yaitu dengan

menerapkan model pembelajaran

berdasarkan masalah. Model pembelajaran berbasis masalah (PBM) berasal dari istilah Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang berlandaskan paham konstruktivistik, memberikan kesempatan bagi siswa untuk berpartisipasi

aktif dalam pemecahan masalah

pembelajaran. Dalam pembelajaran siswa membangun sendiri pengetahuan melalui interaksi siswa dengan lingkungan. Strategi

pembelajaran berbasis masalah

dikembangkan berdasarkan teori belajar

kognitif dengan prinsip belajar

konstruktivis yakni belajar sebagai proses pembentukan pengetahuan bukan proses

menerima pengetahuan dan sangat

dipengaruhi oleh proses interaksi sosial dan sifat serta karakteristik dari materi pelajaran (Barrows& Tamblyn, 1980).

Pada dasarnya model pembelajaran ini dikenal sejak zaman Jhon Dewey namun baru beberapa tahun belakangan ini dikenal di Indonesia karena terjadinya perubahan kurikulum dari kurikulum nasional menjadi kurikulum berbasis kompetensi. Menurut Jhon Dewey (2009) belajar berdasarkan

masalah sebagai kaitan antara stimulus dan respons, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberi stimulus kepada siswa seperti bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan dengan efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselididiki, dinilai, dianalisis serta dicari pemecahannya dengan tepat. Pengalaman belajar siswa

yang diperoleh dari lingkungan

memberikan bekal bagi siswa untuk mendapatkan pengalaman berharga yang dapat dijadikan siswa menjadi pedoman dan tujuan belajarnya. Implikasinya dalam pembelajaran guru harus merancang pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa untuk mengkontruksi sendiri pengetahuannya melalui pengalaman otentik dan bermakna.

Model pembelajaran berbasis masalah menggunakan masalah sebagai titik

pangkal untuk mengkontruksi

pengetahuan baru siswa. Ibrahim dkk menyatakan pembelajaran berbasis masalah

bertujuan untuk membantu siswa

mengembangkan ketrampilan berfikir dan ketrampilan pemecahan masalah. Menurut Amador (2006) prinsip pembelajaran berbasis masalah dikembangkan dalam pendidikan formal diawali dengan mengajukan pertanyaan permasalahan yang bersumber dari dunia nyata, memfasilitasi siswa berpikir kritis, menganalisis dan memecahkan masalah, menemukan dan mengevaluasi sumber belajar yang sesuai dalam kelompok serta menggunakan pengetahuan yang diperoleh untuk memecahkan permasalahan baru dalam pembelajaran.

Arends (1997) menyatakan pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pembelajaran dimana pembelajaran dimulai dari permasalahan autentik dengan tujuan

agar siswa dapat membentuk

pengetahuannnya sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat tinggi, mengembangkan sifat kemandirian

(3)

dan kepercayaan diri siswa.

Wena (2009) mengatakan pemecahan masalah dipandang sebagai suatu proses untuk menemukan kombinasi dari sejumlah aturan yang dapat diterapkan dalam upaya mengatasi suatu situasi baru. Pemecahan masalah tidak hanya merupakan bentuk kemampuan menerapkan aturan –aturan yang telah dikuasai melalui kegiatan-kegiatan belajar terlebih dahulu, tetapi juga merupakan proses untuk memperoleh seperangkat aturan yang terbukti ampuh digunakan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi, dengan demikian siswa bukan hanya dapat memecahkan suatu masalah, tetapi juga dapat menemukan sesuatu pengetahuan, keterampilan dan mungkin sikap yang baru. Sesuatu yang baru tersebut maksudnya adalah penemuan langkah-langkah atau prosedur serta strategi yang memungkinkan seseorang dapat meningkatkan kemandirian dalam berpikir dan bertindak.

Dari uraian di atas disimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pembelajaran yang dimulai dari permasalahan autentik dengan tujuan

agar siswa dapat membentuk

pengetahuannnya sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat tinggi, mengembangkan sifat kemandirian dan kepercayaan diri siswa. Strategi pembelajaran berbasis masalah dilakukan dengan langkah-langkah : 1) orientasi siswa pada masalah; 2) mengorganisasi siswa untuk belajar; 3) membimbing penyelidikan

inividual maupun kelompok; 4)

mengembangkan dan menyajikan hasil karya; 5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Berdasarkan uraian masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah hasil belajar siswa

dengan menggunakan model

Pembelajaran Berbasis Masalah.

2. Bagaimana hasil belajar siswa dengan menggunakan model Pembelajaran Konvensional.

3. Apakah ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang mengggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah dan Konvensional. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai:

1. Sebagai alternatif bagi peneliti dalam memilih model pembelajaran yang sesuai dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Sebagai bahan informasi bagi guru

fisika untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi optik geometri. 3. Sebagai bahan informasi bagi peneliti

selanjutnya dalam melakukan penelitian lebih lanjut.

4. Sumbangan pemikiran dalam dunia pendidikan guna kemajuan pembelajaran pada umumnya dan pembelajaran fisika pada khususnya

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas X semester II SMA Swasta St.Yoseph Medan Tahun Pembelajaran 2011/2012. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA yang berjumlah 170 orang. Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan teknik cluster random sampling yakni kelas X2 sebagai kelas eksperimen, kelas X1 sebagai kelas kontrol.

Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan desain penelitiannya seperti pada tabel 1 dibawah ini :

Tabel 1. Rancangan Penelitian Pretest Postes Dua Kelompok (Two Group Pretes Postes Design)

Sampel Pretes Perlakuan Postest Kelas

Eksperimen

T1 X T2

(4)

Keterangan

X :Model Pembelajaran Berbasis Masalah

T1 :Pretes

O :Model Pembelajaran Konvensional

T2 : Postes

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar siswa adalah tes hasil belajar siswa pada materi pokok Optik Geometri. Sebelum tes diujikan pada kelas sampel terlebih dahulu tes di uji coba untuk mengetahui daya beda, tingkat kesukaran, reliabilitas dan validitasnya.

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

Ho: Tidak ada perbedaan hasil belajar siswa dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah dan Model Pembelajaran Konvensional pada Materi Pokok Optik Geometri Ha: Ada perbedaan hasil belajar siswa

dengan model Pembelajaran Berbasis

Masalah dan Model Pembelajaran Konvensional pada Materi

Pokok Optik Geometri.

Pengujian hipotesis menggunakan uji t dengan rumus berikut :

thitung = 2 1 2 1 1 1 n n S    

Dengan taraf  = 0,05 kriteria pengujian hipotesis adalah: terima Ho jika thitung < t1- diperoleh dari daftar distribusi t dengan dk = (n1+n2-2) dengan peluang (1- ). Untuk harga-harga t lain, Ho ditolak.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data Penelitian

Kepada kedua kelompok sampel

sebelum diberi pengajaran, terlebih dahulu diberikan pretes untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Data pretes dari kedua kelompok dapat dilihat pada tabel 2 berikut :

Tabel 2. Data nilai pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol

No

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Nilai Pretes frekuensi Rata-rata Standar Deviasi Nilai Pretes Frekuensi Rata-rata Standar deviasi 1 10 2 29,71 10,49 15 2 34,43 9,29 2 15 3 20 4 3 20 4 30 8 4 25 5 35 4 5 30 7 40 12 6 35 5 45 3 7 40 6 50 2 8 45 1 9 50 2

(5)

Jumlah 35 Jumlah 35 Data Postes Siswa

Data postes kedua kelompok siswa dapat dilihat pada tabel 3. Perhitungan uji perbedaan nilai rata-rata postes untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh thitung = 2,01 > ttabel = 1,99. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan antara rata-rata postes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara model pembelajaran Berbasis Masalah dan model pembelajaran Konvensional terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok optik geometri di kelas X semester II SMA Swasta St.Yoseph Medan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara penggunaan model pembelajaran berbasis masalah terhadap hasil belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan perolehan nilai rata-rata pretes siswa di kelas kontrol sebesar 34,43 dan nilai rata-rata postes sebesar 66,42 sedangkan di kelas eksperimen diperoleh nilai rata-rata pretes siswa sebesar 29,71 dan nilai rata-rata postes sebesar 71,71.

Model pembelajaran berbasis masalah memberikan hasil belajar fisika yang lebih baik dari pada menerapkan model pembelajaran konvensional , karena memberikan peluang yang sama kepada semua siswa, baik siswa yang memiliki kemampuan rendah, sedang ataupun tinggi untuk berhasil. Selain itu pada model pembelajaarn berbasis masalah, siswa lebih aktif dalam belajar, karena pada model ini siswa menemukan sendiri pengetahuan-pengetahuan yang baru melalui eksperimen yang dilaksanakan, sehingga apa yang diperoleh oleh siswa bukan hasil mengingat seperangkat fakta – fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri.

Kegiatan pembelajaran berbasis masslah yang diawali dengan pemberian masalah pada siswa, selanjutnya siswa melakukan eksperimen secara kelompok agar saling bekerjasama dan berkolaborasi untuk

mendapatkan jawaban masalah yang

diajukan. Kegiatan seperti ini

menungkinkan siswa bertukar pikiran an berdiskusi dengan temannya sehingga siswa sendirilah yang menemukan jawaban masalahnya bukan karena diberi tahu oleh guru. Berbeda halnya dengan pembelajaran konvensional yang menganggap siswa sebagai botol kosong yang siap diisi oleh guru tanpa memberikan siswa kesempatan untuk berpikir, berbuat dalam menemukan suatu konsep, kondisi ini mengakibatkan siswa hanya menghafal konsep-konsep fisika itu sendiri tanpa memahami proses dan gejalanya terjadi. Sejalan dengan pendapat Setyorini, dkk (2011) bahwa Dengan demikian penerapan pembelajaran berbasis masalah juga membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa.

Namun dalam penelitian ini masih terdapat kendala-kendala yang ditemukan peneliti di lapangan. Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti sudah berusaha mengatur waktu sesuai dengan yang direncanakan dalam RPP, namun dalam pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas, peneliti masih menemukan kekurangan waktu dikarenakan di dalam pelaksaan diskusi memerlukan waktu yang lama. Maka dalam hal ini penggunaan waktu sangat penting untuk diperhatikan oleh guru di dalam pembelajaran sehingga dapat memaksimalkan pencapaian hasil belajar. Disamping itu, pada saat melakukan eksperimen, alat yang tersedia sangat terbatas sehingga tidak semua kelompok menerima alat dan terpaksa ada kelompok yang bergilir melakukan eksperimen.

Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis dapat dilihat bahwa dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada

(6)

perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran berbasis Tabel 3. Data nilai postes kelas eksperimen dan kelas kontrol

No

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Nilai Postes frekuensi Rata-rata Standar Deviasi Nilai Postes Frekuensi Rata-rata Standar deviasi 1 50 2 71,71 11,87 45 2 66,42 10,11 2 55 3 50 1 3 60 5 55 2 4 65 3 60 7 5 70 4 65 8 6 75 4 70 6 7 80 6 75 3 8 85 6 80 4 9 90 2 85 2 Jumlah 35 Jumlah 35

masalah dan model pembelajaran

konvensional terhadap materi pokok optik geometri.

KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa: Ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang diberi model pembelajaran berbasis

masalah dan model pembelajaran

konvensional pada materi pokok optik geometri dikelas X SMA St.Yoseph Medan Tahun Ajaran 2011/2012.

Bagi peneliti selanjutnya yang ingin menerapkan model pembelajaran berbasis masalah disarankan agar: memperhitungkan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk setiap langkah model pembelajaran berbasis masalah.

DAFTAR PUSTAKA

Amador, Jose. A., Libby Miles, and C. B.Peters, 2006. The Problem-Base Learning Bolton Massachusetts: Anker Publhising Company, INC.

Arends, Richardl, 1997. Classroom Instructional Management. New York: M. x.

Graw-Hill Companies Inc,1997. Barrows, H.S. & Tamblyn, R. M, 1980.

Problem-Based Learning: an Approach

to Medical Education. New York: Springer Publishing, 1980.

Dewey, Jhon. 2009. Pendidkan Berbasis Pengalaman. Jakarta: PT Indonesia Publishing.

Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Bandung: Remaja Rosda Karya

(7)

Sudjana, M. A., (2005), Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Setyorini, Sukiswo dan Subali, B.(2011).

Penerapan Model Problem Based

Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

SMP. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 7 (2011) 52-56.

Wena, Made, 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi

Gambar

Tabel 2. Data nilai pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol
Tabel 3. Data nilai postes kelas eksperimen dan  kelas kontrol

Referensi

Dokumen terkait

Dengan hak bebas royaiti non-eksklusif ini Universiias Sebelas }&#34;{aret berhak menyimpan, mengalihmediakan, mengelolanya dalam benluk pangkaian data (database),

Presentase daya tarik siswa terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia pokok bahasan membaca cermat dengan pemanfaatan sumber belajar digital juga mengalami peningkatan

“ Pengaruh Pemberian Seduhan Kayu Manis (Cinnamomum burmanii) terhadap Kadar Kolesterol LDL Darah pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Model Hiperlipidemia ”.. Skripsi ini

[r]

Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah variabel keamanan, privasi, nama merek, website dan navigasi, informasi dan kebijakan pengembalian dalam mempengaruhi

[r]

Melakukan asuhan keperawatan pada pasien post sectio caesarea dengan. komplikasi

[r]