• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Runge-Kutta dan blok rasional untuk menyelesaikan masalah nilai awal.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Metode Runge-Kutta dan blok rasional untuk menyelesaikan masalah nilai awal."

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Tugas akhir ini membahas tentang penyelesaian numeris masalah nilai awal dengan menggunakan metode Runge-Kutta dan metode blok rasional. Metode Runge-Kutta yang digunakan yaitu, Runge-Kutta tingkat satu (metode Euler) dan Runge-Kutta tingkat dua (metode Heun). Kedua metode numeris Runge-Kutta tersebut sering digunakan untuk menyelesaikan masalah nilai awal.

(2)

ABSTRACT

This final assignment discusses about numerical solutions to initial value problems using Runge-Kutta and rational block methods. The Runge-Kutta methods cosidered in this final assignment are the first order Runge-Kutta (Euler’s method) and the second order Runge-Kutta (Heun’s method). Both these Runge-Kutta numerical methods are often used to solve initial value problems.

(3)

i

METODE RUNGE-KUTTA DAN BLOK RASIONAL UNTUK

MENYELESAIKAN MASALAH NILAI AWAL

Tugas Akhir

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Program Studi Matematika

Oleh : Agung Christian NIM: 133114019

PROGRAM STUDI MATEMATIKA, JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

ii

RUNGE-KUTTA AND RATIONAL BLOCK METHODS FOR

SOLVING INITIAL VALUE PROBLEM

FINAL ASSIGNMENT

Presented as Partial Fulfillment of the

Requirements to Obtain the Degree of Sarjana Sains Mathematics Study Program

Written by: Agung Christian Student Number: 133114019

MATHEMATICS STUDY PROGRAM DEPARTMENT OF MATHEMATICS FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY

SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

v MOTTO

“Hal yang paling penting dalam hidup bukanlah kemenangan

namun perjuangan. Hal yang perlu bukanlah menaklukan, tapi

telah berjuang dengan baik”

~Eddie the eagle~

(8)

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini aku persembahkan kepada:

Tuhan Yesus Kristus yang selalu membuatku kuat dan bertahan pada pilihan yang aku buat.

(9)

vii

PERNYATAAN KEASLIAN

Saya menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tugas akhir yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain kecuali yang disebutkan dalam

daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 20 Februari 2017

(10)

viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Agung Christian

NIM : 133114019

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

METODE RUNGE-KUTTA DAN BLOK RASIONAL UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH NILAI AWAL

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan

ke dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,

mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media

lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun

memberikan royalti kepada saya selama tetap menyantumkan nama saya sebagai

penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya,

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 20 Februari 2017

Yang menyatakan

(11)

ix ABSTRAK

Tugas akhir ini membahas tentang penyelesaian numeris masalah nilai

awal dengan menggunakan metode Runge-Kutta dan metode blok rasional.

Metode Runge-Kutta yang digunakan yaitu, Runge-Kutta tingkat satu (metode

Euler) dan Runge-Kutta tingkat dua (metode Heun). Kedua metode numeris

Runge-Kutta tersebut sering digunakan untuk menyelesaikan masalah nilai awal.

Metode blok rasional diperkenalkan oleh Teh Yuan Ying dan

kawan-kawan pada tahun 2014. Metode ini merupakan metode yang tidak banyak dikenal

umum, sehingga metode ini jarang digunakan. Metode blok rasional merupakan

gabungan dari metode satu langkah dan dua langkah yang dalam penghitungannya

metode blok rasional membentuk suatu blok yang di dalamnya terdapat tiga buah

titik. Jadi metode blok rasional mampu menghitung nilai hampiran dua buah titik

secara bersamaan dalam satu iterasi. Selain itu metode blok rasional juga

mempunyai penyelesaian yang lebih akurat dibandingkan dengan metode Euler

dan metode Heun. Hal ini dapat dilihat melalui simulasi dengan komputer.

Kesalahan dari metode blok rasional relatif lebih kecil dibandingkan metode Euler

(12)

x ABSTRACT

This final assignment discusses about numerical solutions to initial value

problems using Runge-Kutta and rational block methods. The Runge-Kutta

methods cosidered in this final assignment are the first order Runge-Kutta

(Euler’s method) and the second order Runge-Kutta (Heun’s method). Both these

Runge-Kutta numerical methods are often used to solve initial value problems.

Rational block method was introduced by Teh Yuan Ying and colleagues

in 2014. This method is not widely known in general, so this method is rarely

used. Rational block method is a combination of one-step and two-step methods

where in the calculations, rational block method forms a block in which there are

three points. Therefore, rational block method is able to calculate the

approximation values of two points simultaniously in one iteration. Furthermore,

rational block method also has more accurate solution than Euler’s and Heun’s

methods. This can be seen in computer simulation. The error of rational block

(13)

xi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat

dan rahmat melimpah yang selalu diberikan kepada penulis sehingga penulis

dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat

yang harus dipenuhi oleh penulis agar penulis dapat memperoleh gelar Sarjana

Sains (S.Si.). Pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih

kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas

akhir ini.

Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Sudi Mungkasi, S.Si., M.Math.Sc., Ph.D. selaku dosen pembimbing

dan Dekan Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Hartono, S.Si., M.Sc., Ph.D. selaku Ketua Program Studi

Matematika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma.

3. Romo Prof. Dr. Frans Susilo, S.J., Ibu Any Herawati, S.Si., M.Si., Bapak

Ig. Aris Dwiatmoko, M.Sc., Bapak Dr. rer. nat. Herry P. Suryawan, M.Si.,

dan Ibu Lusia Krismiyati Budiasih, S.Si., M.Si., selaku dosen-dosen

Program Studi Matematika yang sangat membantu penulis selama proses

menimba ilmu di Program Studi Matematika, Universitas Sanata Dharma.

4. Bapak/Ibu dosen dan karyawan yang selalu membantu dan memberikan

masukan dan dukungannya kepada penulis.

5. Kedua orang tuaku yang selalu mengingatkan dan memberi semangat

(14)

xii

6. Keluarga besar F. B. Soeharto atas dukungan, semangat, dan motivasi

yang selalu diberikan kepada penulis.

7. Teman-teman seperjuangan, mahasiswa/i Program Studi Matematika

angkatan 2013 atas suka duka dan pahit manisnya pengalaman yang

pernah kita jalani bersama.

8. Kakak tingkat dan adik tingkat mahasiswa/i Program Studi Matematika

karena boleh mengenal, bercanda, berbagi suka duka bersama kalian.

9. Teman-teman OMK Gereja St. F. X. Kidul Loji Yogyakarta atas bantuan

dan dukungannya selama ini. Terima kasih karena selalu ada saat susah

maupun senang.

10.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan tugas

akhir ini. Oleh karena itu, penulis mohon kritik dan saran kepada pembaca supaya

penulis dapat menyempurnakan karya ini. Semoga tugas akhir ini dapat

bermanfaat bagi pembaca dan bagi kemajuan ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, 20 Februari 2017

Penulis

(15)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ……..……..……..……..……..……..……..…... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………. iii

HALAMAN PENGESAHAN ……….……. iv

MOTTO ……… v

HALAMAN PERSEMBAHAN ……….. vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………... vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ..… viii

ABSTRAK ……….. ix

ABSTRACT ………. x

KATA PENGANTAR ……… xi

DAFTAR ISI ……… xiii

BAB I: PENDAHULUAN ……….. 1

A. Latar Belakang ………

B. Rumusan Masalah ……….………

C. Batasan Masalah ……….……

D. Tujuan Penulisan ………

E. Manfaat Penulisan ………

F. Metode Penulisan ………

G. Sistematika Penulisan ………

1

(16)

xiv

A. Persamaan Diferensial ………

1. Definisi Persamaan Diferensial ………..………

2. Klasifikasi Persamaan Diferensial ………..…….

3. Masalah Nilai Awal ……….

4. Teorema Eksistensi dan Ketunggalan ………..

B. Metode Pendekatan atas Nilai Fungsi ………

1. Deret Taylor ………

2. Metode Euler ………..………

3. Metode Heun ………..………

C. Penyelesaian Analitis Masalah Nilai Awal ………

1. Persamaan Diferensial Biasa Tingkat Satu ……….………

2. Persamaan Diferensial Biasa Tingkat Dua ……….………

3. Penyelesaian Analitis Persamaan Diferensial Biasa ……… 7

BAB III: METODE BLOK RASIONAL ………. 30

A. Metode Blok Rasional ………..

B. Penyelesaian Numeris Masalah Nilai Awal …………..………… 30

42

BAB IV: KEKONVERGENAN METODE NUMERIS ……… 53

A. Definisi dan Teorema untuk Kekonvergenan ………

B. Kekonvergenan Metode Euler ………

C. Kekonvergenan Metode Heun ………

(17)

xv

B. Saran ………..…. 63

DAFTAR PUSTAKA ……… 64

LAMPIRAN 1……….. 66

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam dunia sains dan teknik, model matematika sangat berguna

untuk menyelesaikan berbagai macam persoalan yang ada. Ada berbagai

macam model matematika yang bisa diterapkan, salah satunya model

per-samaan matematika yang terdiri atas beberapa turunan fungsi yang tidak

diketahui. Persamaan tersebut biasa disebut persamaan diferensial.

Ber-dasarkan banyaknya variabel bebas, persamaan diferensial dibedakan

men-jadi dua jenis, yaitu persamaan diferensial biasa dan persamaan diferensial

parsial.

Pada tugas akhir ini akan dibahas mengenai penyelesaian masalah

nilai awal dari suatu persamaan diferensial biasa. Persamaan diferensial

biasa adalah persamaan yang memuat beberapa turunan dari fungsi yang

tidak diketahui dan memuat satu variabel bebas. Untuk menyelesaikan

suatu persamaan diferensial biasa diperlukan nilai awal. Persamaan

diferensial yang disajikan bersama nilai awalnya disebut masalah nilai

awal. Masalah nilai awal yang melibatkan turunan pertama dapat ditulis

dalam bentuk:

= �( , ), = �

dengan merupakan variabel bebas, merupakan titik awal, dan �

(19)

Ada dua cara yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan masalah

nilai awal, yaitu secara analitis dan numeris. Penyelesaian masalah nilai

awal secara analitis tidak selalu mudah didapatkan. Ada beberapa bentuk

persamaan diferensial yang sulit diselesaikan secara analitis. Jika masalah

nilai awal sulit diselesaikan secara analitis, maka masalah nilai awal

terse-but dapat dicoba diselesaikan secara numeris. Dalam tugas akhir ini akan

dibahas penyelesaian masalah nilai awal suatu persamaan diferensial biasa

secara numeris dengan menggunakan metode Euler, metode Heun, dan

metode blok rasional.

Metode Euler dan metode Heun merupakan metode numeris yang

sering digunakan untuk menyelesaikan masalah nilai awal, sedangkan

metode blok rasional merupakan metode yang tidak terlalu populer dan

oleh karena itu metode ini jarang digunakan. Akan tetapi, metode blok

ra-sional mempunyai penghitungan yang lebih cepat dibandingkan dengan

metode Euler dan metode Heun. Hal ini karena dalam satu iterasi, metode

blok rasional mampu menghitung nilai pendekatan dua titik secara

bersamaan. Penghitungan masalah nilai awal dengan metode blok rasional

(20)

Gambar 1. Metode blok rasional

Dalam proses penghitungannya, metode blok rasional membentuk

beberapa blok dengan setiap bloknya terdiri dari tiga titik. Untuk

menghi-tung nilai dari titik-titik yang berada di dalam blok tersebut diperlukanlah

nilai awal. Misal interval pengintegralan numerisnya adalah ∈ [ , ] ⊂

ℝ, maka = merupakan titik awalnya. Pada blok ke-k, nilai di titik

� digunakan untuk menghitung nilai �+ dan �+ . Pada blok ke-(� +

, nilai �+ yang telah diperoleh dari penghitungan sebelumnya

digunakan untuk menghitung nilai �+ dan �+ . Proses penghitungan

yang sama dilakukan pada blok-blok selanjutnya hingga mencapai titik

akhir dari interval pengintegralannya, yaitu = . Jadi metode blok

ra-sional mempunyai penghitungan numeris yang lebih cepat karena dalam

satu iterasi, metode Blok Rasional mampu menghitung nilai dari dua titik

secara bersamaan.

B. Rumusan Masalah

(21)

1. Bagaimana menyelesaikan masalah nilai awal dari suatu

persa-maan diferensial biasa dengan menggunakan metode Euler, metode

Heun, dan metode blok rasional?

2. Bagaimana kekonvergenan metode Euler, metode Heun, dan

metode blok rasional?

C. Batasan Masalah

Masalah yang dibahas dalam tugas akhir ini terbatas pada penyelesaian

masalah nilai awal dari suatu persamaan diferensial biasa tingkat satu dan

tingkat dua.

D. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan tugas akhir ini:

1. Menyelesaikan masalah nilai awal dari suatu persamaan diferensial

biasa secara numeris dengan menggunakan metode Euler, metode

Heun, dan metode blok rasional.

2. Menganalisis kekonvergenan metode Euler, metode Heun, dan

metode blok rasional dengan analisis numeris dan simulasi

komput-er.

E. Manfaat penulisan

Manfaat penulisan dari tugas akhir ini yaitu kita dapat menyelesaikan

(22)

F. Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam tugas akhir ini yaitu studi

pustaka dengan mempelajari buku-buku dan jurnal-jurnal yang berkaitan

dengan persamaan diferensial dan metode numeris serta dengan simulasi

komputer.

BAB II: PERSAMAAN DIFERENSIAL DAN METODE NUMERIS

A. Persamaan Diferensial

1. Definisi Persamaan Diferensial

2. Klasifikasi Persamaan Diferensial

3. Masalah Nilai Awal

4. Teorema Eksistensi dan Ketunggalan

(23)

1. Deret Taylor

2. Metode Euler

3. Metode Heun

C. Penyelesaian Analitis Masalah Nilai Awal

1. Persamaan Diferensial Biasa Tingkat Satu

2. Persamaan Diferensial Biasa Tingkat Dua

3. Penyelesaian Analitis Persamaan Diferensial Biasa

BAB III: METODE BLOK RASIONAL

A. Metode Blok Rasional

B. Penyelesaian Numeris Masalah Nilai Awal

BAB IV: KEKONVERGENAN METODE NUMERIS

A. Definisi dan Teorema untuk Kekonvergenan

B. Kekonvergenan Metode Euler

C. Kekonvergenan Metode Heun

D. Kekonvergenan Metode Blok Rasional

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan

(24)

7

BAB II

PERSAMAAN DIFERENSIAL DAN METODE NUMERIS

Pada bab II ini akan dipaparkan beberapa pokok bahasan penting dalam

persa-maan diferensial dan metode numeris.

A. Persamaan Diferensial

Pada bagian ini akan dibahas pengertian, klasifikasi dan contoh-contoh

persamaan diferensial.

1. Definisi 2.1. (Persamaan Diferensial)

Persamaan Diferensial adalah suatu persamaan yang terdiri dari beberapa

turunan fungsi yang tidak diketahui, yang menyatakan hubungan fungsi

ter-sebut dengan turunan-turunannya. (Boyce, W. E. and R. C. DiPrima)

2. Klasifikasi Persamaan Diferensial

Berdasarkan beberapa kriteria, persamaan diferensial

diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis.

a.Persamaan Diferensial Biasa dan Parsial.

Salah satu klasifikasi penting dalam persamaan diferensial yaitu

banyaknya variabel bebas yang terdapat dalam persamaan diferensial

tersebut. Banyaknya variabel bebas dalam suatu persamaan diferensial

akan menentukan jenis persamaan diferensial. Berdasarkan banyaknya

variabel bebas, persamaan diferensial dibedakan menjadi dua jenis,

(25)

Definisi 2.2. (Persamaan Diferensial Biasa)

Persamaan Diferensial Biasa (PDB) adalah suatu persamaan

diferensial yang hanya melibatkan turunan biasa dan mempunyai satu

variabel bebas. (Boyce, W. E. and R. C. DiPrima)

Contoh persamaan diferensial biasa:

+ = (1)

+ − = (2)

+ 55 = (3)

+ = sin (4)

dengan merupakan variabel tak bebas dan merupakan variabel

bebas. Persamaan (1) – (4) dapat ditulis dalam bentuk lain, yaitu:

′ + = (5)

′′ + ′ − = (6)

+ 5 = (7)

+ = sin (8)

(26)

Definisi 2.3. (Persamaan Diferensial Parsial)

Persamaan Diferensial parsial (PDP) adalah suatu persamaan

diferensial yang melibatkan turunan parsial dan mempunyai lebih dari

satu variabel bebas. (Boyce, W. E. and R. C. DiPrima)

Contoh persamaan diferensial parsial:

� ,

� +

� ,

� =

dengan , merupakan variabel tak bebas dan , merupakan

varia-bel bebas.

b.Tingkat Persamaan Diferensial

Tingkat (orde) dari suatu persamaan diferensial adalah tingkat

turunan tertinggi pada persamaan diferensial tersebut. Jika turunan

tertinggi suatu persamaan diferensial adalah n, maka persamaan

diferensial tersebut merupakan persamaan diferensial tingkat n. Contoh

persamaan (1) merupakan persamaan diferensial tingkat satu,

persa-maan (2) merupakan persapersa-maan diferensial tingkat dua dan persapersa-maan

(3) merupakan persamaan diferensial tingkat sepuluh. Jadi, jika turunan

tertinggi dari suatu persamaan diferensial adalah �, maka persamaan

tersebut merupakan persamaan diferensial tingkat �. Berikut merupakan

bentuk umum persamaan diferensial biasa berdasar tingkatannya.

(27)

′′ = , , ′ persamaan diferensial tingkat dua

= ( , , ′, … , ) persamaan diferensial tingkat sepuluh

= ( , ,, … , �− ) persamaan diferensial tingkat

c.Linier dan Non-Linier.

Salah satu klasifikasi penting pada persamaan diferensial adalah

ketika persamaan diferensial tersebut bersifat linier atau non-linier.

Definisi 2.4. (Persamaan Diferensial Biasa Linier)

Persamaan diferensial biasa disebut linier jika

( , , ′, ′′, … . ,) = memuat semua suku fungsi linier dari

var-iabel , ′, ′′, … . , � . (Boyce, W. E. and R. C. DiPrima)

Secara umum, persamaan diferensial biasa linier ditulis dalam bentuk:

+ �− + + = (9)

dengan , , , … , merupakan fungsi dari dan

merupakan variabel tak bebas. Contoh dari persamaan diferensial biasa

linier adalah persamaan (1) dan (2) karena kedua persamaan tersebut

(28)

Definisi 2.5. (Persamaan Diferensial Biasa Non-linier)

Persamaan diferensial biasa disebut non-linier jika persamaan

diferensial tersebut tidak memenuhi persamaan (9). (Boyce, W. E. and

R. C. DiPrima)

Contoh dari persamaan diferensial biasa non-linier adalah persamaan

(4) karena pada persamaan tersebut terdapat fungsi y dan sin y.

3. Masalah Nilai Awal

Pada bagian ini akan dijelaskan pengertian masalah nilai awal dan

contoh-contohnya.

Definisi 2.6. Masalah nilai awal

Masalah nilai awal adalah persamaan diferensial yang disajikan

bersama dengan nilai awalnya. Misalkan masalah nilai awal untuk

persamaan diferensial tingkat ke-� diberikan oleh:

( , , ′, … ,) = .

Hal ini berarti mencari penyelesaian persamaan diferensial pada interval I

yang memenuhi kondisi awal,

= ,

= ,

�− =

(29)

dengan ∈ � dan , , … , �− merupakan suatu konstanta.

Contoh masalah nilai awal, yaitu:

= − , = (10)

′′ ++ = , = . ,= − (11)

= + , = . (12)

4. Teorema Eksistensi dan Ketunggalan

Teorema eksistensi dapat membantu untuk mencari tahu apakah

penyelesaian masalah nilai awal tersebut ada atau tidak. Jika adalah

fungsi kontinu yang melewati , , maka masalah nilai awal tersebut

mempunyai penyelesaian. Selanjutnya, jika masalah nilai awal tersebut

mempunyai penyelesaian, dapat diperiksa apakah penyelesaiannya

tung-gal atau tidak. Oleh karena itu, untuk memeriksa ketungtung-galan dari

penyelesaian masalah nilai awal tersebut dapat digunakan teorema

ke-tunggalan. Jika , kontinu dan � juga kontinu, maka masalah nilai

awal tersebut mempunyai penyelesaian yang tunggal. Lebih lanjut,

diberikan teorema eksistensi dan ketunggalan sebagai berikut.

Teorema.

Diberikan masalah nilai awal:

(30)

Jika dan � adalah fungsi yang kontinu pada daerah

� = { , : < < , < < }

yang memuat , , maka masalah nilai awal mempunyai

penyelesaian tunggal pada interval − � ≤ ≤ + �, dengan

� > .

Bukti: Dapat dilihat dalam buku referensi Fundamentals of Differential

Equations and Boundary Value Problem. (6th edition). Chapter 13.

B. Metode Pendekatan atas Nilai Fungsi

Pada bagian ini akan dibahas beberapa metode pendekatan antara lain

deret Taylor, metode Euler dan metode Heun.

1. Deret Taylor

Jika − = ℎ, maka deret Taylor dapat ditulis sebagai berikut:

= + ℎ! + +ℎ�

�! � + ,

atau dapat ditulis dalam notasi sigma sebagai berikut:

= ∑ℎ�! � � ∞

�=

(31)

2. Metode Euler

Metode Euler merupakan metode numeris yang sering digunakan dalam

menyelesaikan masalah nilai awal. Metode Euler diperoleh dengan

men-guraikan suatu fungsi ke dalam deret Taylor sampai dua suku awal. Metode

ini mempunyai tingkat keakuratan satu.

Berikut ini rumusan dari metode Euler.

Diberikan masalah nilai awal:

= , , = .

Misalkan = adalah hampiran nilai di titik dengan = +

� ℎ untuk � = , , , … , . Metode Euler diturunkan dengan cara

menguraikan �+ di sekitar ke dalam deret Taylor, sehingga diperoleh:

�+ = �+ �+ −! � �′ + �+ −! � �′′ + .

Jika persamaan di atas dipotong sampai suku kedua, maka diperoleh:

�+ = �+ �+ −! � �′ + � ℎ ,

dengan � ℎ adalah suku sisa atau kesalahan pemotongan lokal dari metode

Euler. Diketahui bahwa ′ = , dan ℎ = �+, maka persamaan

tersebut menjadi:

(32)

3. Metode Heun

Metode Heun merupakan perbaikan dari metode Euler. Metode Euler

mempunyai penghitungan yang lebih sederhana dibandingkan dengan metode

Heun. Metode Heun merupakan metode Runge-Kutta tingkat dua. Bentuk

umum penyelesaian persamaan diferensial biasa dengan menggunakan

metode Runge-Kutta tingkat dua, yaitu:

�+ = �+ � + � ,

dengan � = ℎ �, dan � = ℎ + ℎ, + � .

Dari persamaan Runge-Kutta tingkat dua tersebut diketahui bahwa

, , � , � adalah koefisien-koefisien yang tidak diketahui nilainya. Oleh

karena itu akan dicari nilai dari koefisien-koefisien tersebut.

Misalkan,

= �, � ,

=� �, � ,

=� �, �

� .

Dengan menguraikan � ke dalam deret Taylor di sekitar , sampai suku

tingkat satu, diperoleh:

� = ℎ � + ℎ, �+ �

= ℎ ( + ℎ� �, � + � � �, � )

= ℎ ( + ℎ + ℎ )

(33)

= ℎ + ℎ ( + ).

Agar persamaan (*) sama dengan persamaan (**) haruslah,

+ = ,

= ,

= .

(34)

= − = − ,

= = ,

= = .

Jadi metode Runge-Kutta tingkat dua mempunyai tak hingga banyak

penyelesaian. Salah satu contoh metode Runge-Kutta tingkat dua yaitu

metode Heun. Metode Heun merupakan penyelesaian khusus dari metode

Runge-Kutta dengan mengambil

= , = , = = ,

sehingga diperoleh rumus metode Heun, yaitu:

�+ = �+ ℎ [ �, � + �+ , �+∗ ],

dimana �+∗ = + ℎ �, .

C. Penyelesaian Analitis Masalah Nilai Awal

Sebelum masuk ke contoh penyelesaian persamaan diferensial biasa,

terlebih dahulu akan dipaparkan beberapa metode penyelesaian persamaan

diferensial biasa.

1. Persamaan Diferensial Biasa Tingkat Satu

Pada bagian ini akan dijelaskan teknik penyelesaian persamaan diferensial

biasa tingkat satu, yaitu (a) persamaan diferensial biasa yang langsung

diintegralkan, (b) persamaan diferensial biasa dengan variabel terpisah, (c)

(35)

a. Persamaan diferensial biasa yang bisa langsung diintegralkan.

Akan dicari penyelesaian umum untuk persamaan diferensial biasa

berikut:

= .

Dengan pengintegralan, diperoleh sebagai berikut:

=

≡ =

≡ ∫ =∫

≡ = ∫ + �.

Jadi, diperoleh penyelesaian umum dari suatu persamaan diferensial

biasa, yaitu:

= ∫ + �.

b. Persamaan diferensial biasa dengan variabel terpisah.

Akan dicari penyelesaian umum untuk persamaan diferensial biasa

berikut:

= , .

Penyelesaian persamaan diferensial tersebut dapat dicari sebagai

beri-kut.

Misalkan , = dengan fungsi dalam dan

(36)

=

≡ = .

Dengan pegintegralan, diperoleh:

∫ =∫

≡ ∫ =∫ + �.

Jadi, diperoleh penyelesaian umum dari suatu persamaan diferensial

biasa, yaitu:

∫ =∫ + �,

dengan � suatu konstanta.

c. Persamaan diferensial biasa linier

Akan dicari penyelesaian untuk persamaan diferensial biasa berikut:

+ = .

Persamaan diferensial biasa linier tingkat satu dapat diselesaikan

dengan metode faktor integral. Berikut langkah-langkah mencari

faktor integral.

Diberikan persamaan diferensial biasa linier tingkat satu.

Persa-maan tersebut dikalikan dengan suatu fungsi � > dengan �

adalah fungsi dalam yang tidak diketahui nilainya. Sehingga

(37)

� + � = � .

Persamaan tersebut dapat diubah menjadi,

[� ]= �

≡ � + � = � ,

sehingga diperoleh

= �

� =

Dengan pengintegralan diperoleh:

� =∫

≡ ln|� |=∫

≡ � = ∫ � � .

Diperoleh faktor integral, yaitu:

� = ∫ � � .

Karena faktor integral diketahui, maka dapat dicari penyelesaian dari

persamaan diferensial biasa linier tingkat satu.

+ =

≡ � + � = �

≡ [� ] = � .

(38)

∫ [� ] = ∫ �

≡ � = ∫ � + �

= � [∫� + �],

dengan � adalah suatu konstanta. Jadi, diperoleh penyelesaian

persa-maan diferensial biasa linier tingkat satu, yaitu:

= � [∫� + �].

2. Persamaan Diferensial Biasa Tingkat Dua

Pada bagian ini akan dijelaskan teknik penyelesaian persamaan diferensial

biasa tingkat dua, yaitu (a) persamaan diferensial biasa koefisien konstan

homogen, (b) persamaan diferensial biasa koefisien konstan non homogen.

a. Persamaan diferensial biasa koefisien konstan homogen

Diberikan persamaan diferensial biasa tingkat dua koefisien konstan

homogen:

+ + =

dengan , , adalah konstanta. Misalkan penyelesaian umum

persamaan diferensial biasa koefisien konstan homogen yaitu

= � . Maka dapat dicari turunan pertama dan kedua dari

penyelesaian tersebut, yaitu:

= ,

(39)

dengan adalah konstanta. Dengan mensubstitusikan ′ dan ′′ ,

maan karakteristik diatas terdapat tiga kemungkinan dalam

menen-tukan akar-akarnya.

1) Terdapat dua akar real berbeda, yaitu dan .

2) Terdapat satu akar real yang sama, yaitu =

3) Terdapat dua akar kompleks

Diasumsikan akar-akar dari persamaan karakteristik real berbeda.

Dengan demikian diperoleh dua penyelesaian, yaitu:

= ,

= .

Jadi, penyelesaian umum persamaan diferensial biasa homogen

ting-kat dua menjadi:

= + ,

atau

= � + ,

(40)

b. Persamaan diferensial biasa koefisien konstan non-homogen.

Diberikan persamaan diferensial biasa tingkat dua koefisien konstan

non-homogen:

+ + = ,

dengan , , adalah konstanta dan ≠ adalah fungsi dalam x.

Penyelesaian persamaan diferensial biasa tingkat dua koefisien

konstan non-homogen dapat diselesaikan dengan metode koefisien tak

tentu. Misalkan � dan � adalah penyelesaian persamaan diferensial

biasa tingkat dua koefisien konstan non-homogen, maka:

�′′+ �+ � = ,

dan

�′′+ �+ � = .

Dengan mengeliminasi kedua persamaan diferensial tersebut,

di-peroleh:

�′′− �′′ + �− �+ � − � = .

Dengan kata lain, � − � adalah penyelesaian persamaan diferensial

biasa tingkat dua koefisien konstan homogen. Diketahui bahwa

per-samaan diferensial biasa tingkat dua koefisien konstan homogen

mempunyai penyelesaian umum:

= + .

Hal ini berakibat,

� − � = � + � ,

(41)

� = � + � + � .

Dengan mengambil = � dan � = � diperoleh:

= + + �,

dengan adalah penyelesaian umum persamaan diferensial biasa

tingkat dua koefisien konstan homogen dan � adalah salah satu

penyelesaian persamaan diferensial biasa tingkat dua koefisien

kon-stan non-homogen.

3. Penyelesaian Analitis Persamaan Diferensial Biasa

Pada bagian ini diberikan tiga contoh masalah nilai awal yang akan

diselesaikan secara analitis.

a. Contoh 1.

Diberikan masalah nilai awal

= − ,

dengan nilai awal = .

Penyelesaian:

Persamaan ini merupakan persamaan diferensial biasa tingkat satu

dengan variabel terpisah.

Dari

= − ,

dengan mengalikan disetiap ruasnya diperoleh:

(42)

Penyelesaian persamaan (i.1), yaitu:

dari penyelesaian umumnya. Oleh karena itu, dengan

mensubsti-tusikan = , diperoleh:

Jadi, diperoleh penyelesaian khususnya, yaitu:

= − .

b. Contoh 2.

(43)

′′ ++ = ,

dengan nilai awal = . , ′ = − .

Penyelesaian:

Masalah nilai awal tersebut merupakan persamaan diferensial biasa

tingkat dua dengan koefisien konstan homogen. Dari masalah nilai

awal diketahui

′′ ++ = .

Misalkan penyelesaian umum persamaan diferensial biasa koefisien

konstan homogen yaitu = � . Maka dapat dicari turunan pertama

dan kedua dari penyelesaian umum tersebut, yaitu:

= ,

′′= ,

dengan ≠ . Dengan mensubstitusikan ′ dan ′′ ke dalam

masa-lah nilai awal, maka diperoleh:

+ + =

≡ ( + + ) =

≡ + + = .

Diperoleh persamaan karakteristik:

+ + .

Dari persamaan karakteristik tersebut dapat dicari akar-akarnya, yaitu:

= − ,

(44)

Persamaan karakteristik tersebut mempunyai dua akar real berbeda.

Dengan mensubstitusikan dan ke dalam penyelesaian umumnya,

maka diperoleh:

= − ,

= − .

Sehingga penyelesaian umumnya menjadi:

= +

= − +.

Diketahui nilai awalnya = . , ′ = − . Akan dicari

penyelesaian khusus dari penyelesaian umumnya.

❖ Untuk = . .

Dengan mensubstitusikan = diperoleh

= − +=

Dengan mensubstitusikan = diperoleh

(45)

≡ − − . = −

≡ − − = −

Dengan mengeliminasi dan diperoleh:

= . , = .

Sehingga diperoleh penyelesaian khususnya, yaitu:

= . − +.

c. Contoh 3.

Diberikan masalah nilai awal

= + ,

dengan nilai awal = .

Penyelesaian:

Masalah nilai awal tersebut merupakan persamaan diferensial biasa

dengan variabel terpisah.

Penyelesaian umum persamaan (iii.1) diperoleh sebagai berikut:

(46)

dengan pengintegralan diperoleh

dari penyelesaian umumnya. Oleh karena itu, dengan

mensubsti-tusikan = , diperoleh:

Pada bab II ini, telah dipaparkan pengertian dan penyelesaian persamaan

diferensial biasa secara analitis. Selain itu, disajikan pula metode numeris untuk

masalah nilai awal dengan metode Euler dan metode Heun. Kedua metode

terakhir ini (metode Euler dan metode Heun) akan dijadikan pembanding bagi

(47)

30 BAB III

METODE BLOK RASIONAL

A. Rumusan Metode Blok Rasional

Metode blok rasional merupakan suatu metode yang digunakan untuk

me-nyelesaikan masalah nilai awal dari suatu persamaan diferensial biasa. Metode

ini merupakan gabungan dari metode satu langkah dan metode dua langkah.

Untuk menghitung nilai hampiran , metode blok rasional membentuk sebuah

barisan blok dimana dalam satu blok terdiri dari tiga titik.

Diberikan masalah nilai awal sebagai berikut:

= , , = � (3.1.1)

dengan , : ℝ → ℝ dan , diasumsikan memenuhi semua

syarat-syarat pada masalah nilai awal tersebut, sehingga masalah nilai awal

mempunyai penyelesaian yang tunggal. Jika semua kondisi terpenuhi maka

masalah nilai awal (3.1.1) mempunyai penyelesaian yang tunggal. Lebih

lanjut, akan dipaparkan proses penghitungan metode blok rasional.

Misal akan dicari penyelesaian numeris dalam suatu interval atas

variabel . Oleh karena itu, dibentuk interval pengintegralan numerisnya yaitu

∈ [ , ] ⊂ ℝ dengan adalah titik awal dan adalah titik akhir interval

atas variabel . Metode blok rasional mempunyai proses penghitungan yang

sederhana, yaitu menghitung penyelesaian numeris dari suatu blok ke blok

lainnya. Oleh karena itu, interval ∈ [ , ] ⊂ ℝ didiskretkan menjadi

(48)

{ , , … �, �+ , … , }⊂ ℝ

Setelah interval tersebut didiskretkan menjadi sebuah barisan titik-titik,

kemudian barisan tersebut dibagi menjadi beberapa bagian ke dalam sebuah

barisan blok dengan setiap blok terdiri dari tiga titik yang diilustrasikan seperti

pada Gambar 1.

Gambar 1. Metode blok rasional.

Pada Gambar 1, dapat dilihat bahwa blok ke-� terdiri dari tiga titik yaitu

�, �+ dan �+ . Pada blok ke-�, setiap titik di dalam blok tersebut

dipisahkan oleh ukuran langkah ℎ yang konstan. Pada blok ke- � + , blok

ini juga terdiri dari tiga titik, yaitu �+ , �+ dan �+ dengan setiap titik di

dalam blok tersebut juga dipisahkan oleh ukuran langkah ℎ yang konstan.

Lebih umum, setiap titik dalam interval atas variabel dipisahkan oleh suatu

ukuran langkah ℎ yang konstan.

Untuk menghitung nilai hampiran pada setiap titik, maka terlebih

da-hulu harus diketahui nilai awalnya. Jika nilai awal diketahui, maka nilai

ham-piran pada setiap titik dapat dihitung. Dari Gambar 1 dapat dilihat,

misalkan pada blok ke-� nilai hampiran diketahui. Disini nilai hampiran

(49)

diketahui maka untuk menghitung nilai hampiran �+ diperlukan informasi

pada titik sebelumnya, yaitu , . Dengan menggunakan metode rasional

satu langkah, maka nilai hampiran �+ dapat dihitung. Selanjutnya, untuk

menghitung nilai hampiran �+ diperlukan informasi pada titik sebelumnya,

yaitu , dan �+ , �+ . Dengan menggunakan metode rasional dua

langkah, maka nilai hampiran �+ dapat dihitung. Jadi, nilai hampiran di

titik digunakan untuk menghitung nilai hampiran �+ dan �+ secara

ber-samaan dalam satu iterasi.

Dengan proses yang sama, nilai hampiran �+ yang telah diperoleh dari

penghitungan sebelumnya, digunakan untuk menghitung nilai hampiran �+

dengan metode rasional satu langkah dan menghitung nilai hampiran �+

dengan metode rasional dua langkah. Secara keseluruhan, proses

penghi-tungan yang sama diulang sebanyak berhingga kali sampai mendapatkan nilai

hampiran di titik akhir, yaitu .

Berikut ini merupakan analisis metode blok rasional. Pada sumbu- , dapat

didefinisikan bahwa titik , �+ dan �+ diberikan oleh:

� = + � ℎ, (3.1.2)

�+ = + � + ℎ = �+ ℎ, (3.1.3)

�+ = + � + ℎ = �+ ℎ. (3.1.4)

Di sini adalah titik awal interval atas variabel x dan ℎ merupakan ukuran

langkah yang konstan atau ℎ merupakan jarak antar titik yang saling

berdeka-tan. Nilai h diperoleh dengan rumus ℎ =�� − �0

(50)

langkah pengintegralan. Untuk menghitung nilai hampiran di dalam interval

tersebut, terlebih dahulu harus diasumsikan bahwa penyelesaian hampiran dari

masalah nilai awal (3.1.1) direpresentasikan secara lokal pada interval

[ � , �+ ] dengan hampiran rasional:

≈ � = + + (3.1.5)

dengan , dan adalah koefisien-koefiisen yang tidak diketahui nilainya.

Hampiran rasional pada persamaan (3.1.5) harus melalui titik , dan

�+ , �+ . Selain itu, harus diasumsikan pada titik tersebut turunannya

diberikan oleh ′ = , dan " = ′ , . Untuk menghitung turunan dari

hampiran rasional � dapat menggunakan rumus aturan rantai. Diberikan

persamaan:

≈ � = + + .

Misalkan = + dan = + , maka rumus turunan aturan rantai

dapat ditulis:

�′ = ′ − ′,

sehingga diperoleh,

�′ = + −+ +

= + −+

(51)

�′ merupakan turunan pertama dari hampiran rasional (3.1.5). Dengan

menggunakan rumus yang sama, dapat dihitung turunan keduanya, yaitu

�" . Diberikan:

yang harus dipenuhi, yaitu:

� � = � = + +

dapat dilihat bahwa keempat persamaan tersebut mengandung koefisien ,

dan yang tidak diketahui nilainya. Oleh karena itu, untuk menghitung nilai

(52)

supaya dalam penyelesaiannya tidak terdapat koefisien , dan . Berikut

adalah langkah-langkah mengeliminasi koefisien , dan .

�+ − � =

Dari persamaan (3.1.8) dan (3.1.3) diketahui

:

� + � = −+ dan �+ = �+ ℎ.

Dengan mensubstitusikan + dan + ℎ ke persamaan (3.1.10)

(53)
(54)

Hasil dari eliminasi ketiga koefisien ini merupakan metode rasional orde dua

satu langkah. Metode ini merupakan rumus metode rasional III yang dapat

dilihat pada karangan Lambert (1974):

�+ = �+

ℎ ( )

�− ℎ �′

(3.1.12)

Persamaan (3.1.12) adalah rumus yang akan digunakan untuk mencari nilai

hampiran �+ dengan menggunakan informasi pada titik sebelumnya, yaitu

�, � .

Selanjutnya, untuk mencari nilai hampiran �+ , harus diasumsikan bahwa

penyelesaian hampiran dari masalah nilai awal (3.1.1) direpresentasikan

secara lokal pada interval [ , �+ ] dengan hampiran rasional yang sama

pa-da persamaan (3.1.5). Karena nilai hampirannya berapa-da papa-da interval

[ �, �+ ], maka hampiran rasional (3.1.5) harus melalui titik

�, � , �+ , �+ dan �+ , �+ . Selain itu, harus diasumsikan pada

ti-tik tersebut turunannya diberikan oleh ′= , . Metode yang digunakan

untuk menghitung nilai hampiran �+ adalah metode dua langkah. Oleh

ka-rena itu, untuk menghitung nilai hampiran �+ diperlukan

informasi-informasi di titik , dan �+ , �+ sehingga diperoleh lima persamaan

yang harus dipenuhi, yaitu:

� � = � = + +

� , (3.1.13)

� �+ = �+ = + + �+

(55)

� �+ = �+ = + + �+

(3.1.17) dapat dilihat bahwa kelima persamaan tersebut mengandung koefisien

, , dan yang tidak diketahui nilainya, maka untuk menghitung nilai

�+ terlebih dahulu harus mengeliminasi , , dan �. Berikut adalah

langkah-langkah mengeliminasi koefisien , , dan .

(56)

= + −ℎ + ℎ

�+ + �+

= +ℎ −

�+ + �+ .

(3.1.18)

Dari (3.1.17) dan (3.1.4) diketahui:

�+ + �+ = −+

Dengan mensubstitusikan persamaan (3.1.20) ke persamaan (3.1.21)

(57)

�+ + �+ = �+ − � + �

Dengan mensubstitusi �+ ℎ

�+ − � ke persamaan (3.1.19), diperoleh:

(3.1.22), maka harus dibuktikan:

(58)

≡ + �+ = ℎ �+ − �

�+ − � − ℎ �+ .

Dengan mensubstitusikan + �+ ke persamaan (3.1.22), diperoleh:

�+ − �+ =

Hasil dari eliminasi keempat koefisien tersebut merupakan metode rasional

orde tiga dua langkah. Metode ini merupakan rumus metode II yang dapat

dilihat pada karangan Lambert (1974):

�+ = �+ +

�+ �+

( �+)− ℎ �+ . (3.1.23)

Persamaan (3.1.23) adalah rumus yang akan digunakan untuk mencari nilai

hampiran �+ dengan menggunakan informasi pada titik sebelumnya, yaitu

�, � dan �+ , �+ .

Jadi, metode blok rasional didasarkan pada hampiran rasional (3.1.5) yang

(59)

dari metode blok rasional agak sederhana. Jika nilai diketahui, maka dapat

dihitung nilai hampiran �+ dengan menggunakan rumus (3.1.12), setelah itu

dihitung nilai hampiran �+ dengan menggunakan rumus (3.1.23).

B. Penyelesaian Numeris Masalah Nilai Awal

Pada bagian ini akan diselesaikan contoh-contoh masalah nilai awal pada

bab II dengan menggunakan metode Euler, metode Heun dan metode blok

ra-sional. Selain mencari penyelesaiannya, akan dicari pula kesalahan (error)

maksimum dari setiap metode numeris (metode Euler, metode Heun dan

metode blok rasional) yang digunakan untuk menyelesaikan masalah nilai

awal tersebut. Oleh karena itu, perlu didefinisikan kesalahan maksimum

se-bagai berikut:

� = max� �| n |

dengan N adalah banyaknya langkah pengintegralan, n adalah penyelesaian

numeris pada langkah ke-� dan adalah penyelesaian eksak pada langkah

ke-�. Untuk mempermudah penghitungan dan menggambar penyelesaiannya,

maka digunakan software MATLAB. Berikut diberikan tiga contoh masalah

nilai awal seperti yang sudah dikerjakan secara analitis pada bab II.

1. Contoh 1

Diberikan masalah nilai awal sebagai berikut:

(60)

Masalah nilai awal tersebut merupakan persamaan diferensial biasa

tingkat satu dengan variabel terpisah. Berdasarkan penyelesaian analitis

masalah nilai awal pada bab II, diperoleh penyelesaian eksaknya, yaitu:

= − �. (3.2.1)

Persamaan (3.2.1) merupakan penyelesaian khusus (penyelesaian

eksak) dari Contoh 1. Karena penyelesaian eksak diketahui, maka dapat

dihitung kesalahan maksimum dari setiap metode numeris.

Tabel 1. Kesalahan maksimum untuk Contoh 1

� Euler Heun Blok Rasional

32 0.066654 0.007616 0.003021

64 0.030792 0.001683 0.000749

128 0.014851 0.000397 0.000187

256 0.007304 0.000096 0.000047

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa kesalahan maksimum dari metode

blok rasional lebih kecil dibandingkan dengan kedua metode numeris

lainnya (metode Euler dan metode Heun). Hal ini berarti metode blok

rasional mempunyai penyelesaian numeris yang lebih akurat

dibandingkan dengan metode Euler dan metode Heun. Hal tersebut juga

diperlihatkan pada Gambar 2 dan Gambar 3, untuk � = metode

blok rasional mempunyai kesalahan maksimum yang lebih kecil dari

(61)

Gambar 2. Penyelesaian eksak dan numeris untuk Contoh 1.

(62)

Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa penyelesaian ketiga metode numeris

tersebut selalu mendekati penyelesaian eksaknya. Hal ini berarti ketiga

metode numeris tersebut cukup baik sebagai pendekatan penyelesaian

eksaknya. Selain itu, ketiga metode numeris tersebut dapat

menyelesaikan masalah nilai awal tersebut dengan baik. Hal ini dapat

dilihat pada Gambar 3 dengan kesalahan maksimum dari metode

numeris tersebut kurang dari sama dengan 0.066654. Jadi dapat

disim-pulkan bahwa dengan nilai kesalahan maksimum yang kecil

. , maka ketiga metode numeris tersebut dapat menyelesaikan

masalah nilai awal pada Contoh 1 dengan baik.

2. Contoh 2

Diberikan masalah nilai awal sebagai berikut:

′′ ++ = ,

= . , ′ = − , ∈ [ , ].

Masalah nilai awal tersebut merupakan persamaan diferensial biasa

tingkat dua dengan koefisien konstan homogen. Karena ketiga metode

numeris tersebut tidak dapat menyelesaikan persamaan diferensial biasa

tingkat dua, maka persamaaan diferensial tersebut harus diubah ke

ben-tuk persamaan diferensial biasa tingkat satu.

Misal:

= , dengan = .

(63)

= − , dengan = − .

Berdasarkan penyelesaian analitis masalah nilai awal pada bab II,

di-peroleh penyelesaian eksaknya, yaitu:

= . − +.

Karena diketahui, maka dapat dihitung ′ = . Sehingga

di-peroleh:

= − − .

Dari penyelesaian eksak tersebut, dapat dicari kesalahan maksimum dari

penyelesaian numerisnya.

Table 2. Kesalahan maksimum untuk Contoh 2

� Euler Heun Blok Rasional

32 298872461.45 1.253348 x

10^12

0.017842

64 0.007843 0.004487 0.003982

128 0.002421 0.000661 0.000940

256 0.000880 0.000126 0.000233

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa untuk � yang berukuran kecil (pada masalah

ini yaitu � = ) metode Euler dan metode Heun mempunyai kesalahan

maksimum yang sangat besar. Hal ini terjadi karena ketidakstabilan metode

Euler dan metode Heun untuk nilai � yang berukuran kecil. Namun demikian,

hal tersebut tidak berlaku untuk metode blok rasional. Metode ini mampu

menyelesaikan masalah nilai awal dengan baik, dengan kesalahan maksimum

0.017842. Jika diambil nilai � yang lebih besar, metode Euler dan metode

(64)

dapat dilihat untuk � = , metode Euler dan metode Heun mempunyai

kesalahan maksimum yang sangat kecil . . Dengan mengambil

nilai � yang semakin besar, maka kesalahan maksimum dari ketiga metode

numeris tersebut akan semakin kecil. Berikut ini adalah gambar penyelesaian

numeris dan kesalahan maksimum dari ketiga metode numeris untuk � =

.

(65)

Gambar 5. Kesalahan penyelesaian numeris untuk Contoh 2. Pada Gambar 4 dan Gambar 5 dapat dilihat bahwa penyelesaian ketiga

metode numeris tersebut konvergen ke penyelesaian eksaknya. Hal ini dapat

dilihat pada Tabel 2 yang menyatakan bahwa ketiga metode numeris tersebut

mempunyai kesalahan maksimum yang sangat kecil . . Untuk

� = , metode Heun mempunyai penyelesaian numeris yang lebih akurat

dibandingkan dengan metode Euler dan metode blok rasional, namun

kelema-han metode Heun adalah tidak dapat menyelesaikan masalah nilai awal untuk

� = . Jadi, dapat disimpulkan bahwa semakin besar nilai �, maka akan

semakin pendek jarak tiap titik ℎ . Hal ini mengakibatkan kesalahan dari

metode numeris tersebut juga akan semakin kecil seiring dengan

bertambahnya nilai �. Oleh karena itu, ketiga metode numeris tersebut dapat

(66)

3. Contoh 3

Diberikan masalah nilai awal sebagai berikut:

= + , = , ∈ [ , ].

Masalah nilai awal tersebut merupakan persamaan diferensial biasa

tingkat satu dengan variable terpisah. Berdasarkan penyelesaian analitis

masalah nilai awal pada bab II, diperoleh penyelesaian eksaknya, yaitu:

= tan +� .

Penyelesaian eksak tersebut mempunyai titik singular yaitu = �. Jika

=� maka nilai = tan � akan menuju tak hingga (infinity).

Dari penyelesaian khusus tersebut, dapat dicari kesalahan maksimum dari

penyelesaian numeris.

Tabel 3. Kesalahan maksimum untuk contoh 3. Disini inf adalah infinity.

� Euler Heun Rational Block

32 186471279.48 inf 13.92

64 Inf inf 3.64

128 Inf inf 1.20

256 Inf inf 67.13

Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa untuk � berukuran kecil maupun

be-sar, metode Euler dan metode Heun tidak dapat menyelesaikan masalah

nilai awal tersebut. Hal ini terjadi karena saat = ð metode Euler dan

metode Heun mempunyai penyelesaian numeris yang divergen. Jadi

(67)

hingga (inf). Namun hal ini tidak berlaku untuk metode blok rasional,

metode ini mampu menyelesaikan masalah nilai awal dengan cukup

baik. Walaupun metode blok rasional mampu menyelesaikan masalah

nilai awal ini dengan cukup baik, metode ini mempunyai kesalahan. Hal

ini dapat dilihat pada Tabel 3, kesalahan maksimum dari metode blok

rasional . . Secara khusus untuk � = , metode ini mempunyai

penyelesaian numeris, yaitu 67.13. Berikut ini adalah gambar

penyelesaian numeris dan kesalahan maksimum untuk � = .

(68)

Gambar 7. Kesalahan penyelesaian numeris untuk Contoh 3. Dapat dilihat pada Gambar 6 bahwa metode Euler dan metode Heun divergen.

Berbeda dengan metode blok rasional, metode ini konvergen ke penyelesaian

eksaknya. Dapat dilihat pula pada Gambar 7 bahwa kesalahan maksimum dari

metode Euler dan metode Heun menuju tak hingga. Jadi, dapat disimpulkan

bahwa metode blok rasional mampu menyelesaikan masalah nilai awal

terse-but dengan cukup baik, sementara metode Euler dan metode Heun tidak dapat

menyelesaikan masalah nilai awal tersebut dengan baik.

Pada bab III bagian B telah dihitung penyelesaian numeris masalah nilai

awal untuk contoh 1, contoh 2 dan contoh 3 dengan menggunakan metode

Euler, metode Heun dan metode blok rasional. Dari penghitungan numeris ini

diperoleh hasil bahwa metode blok rasional mempunyai hampiran penyelesaian

(69)

Selanjutnya, diberikan tiga contoh masalah nilai awal (contoh 4, contoh 5

dan contoh 6) yang berbeda dengan contoh masalah nilai awal pada bab III.

Ketiga contoh masalah nilai awal ini (contoh 4, contoh 5 dan contoh 6)

dihitung dan diselesaikan dengan menggunakan metode Euler, metode Heun

dan metode blok rasional. Penghitungan ini dilakukan untuk melihat apakah

metode blok rasional juga mempunyai penyelesaian yang lebih baik

dibandingkan dengan metode Euler dan metode Heun. Hasil dari penghitungan

numeris ini yaitu metode blok rasional juga mempunyai penyelesaian yang

lebih baik dibandingkan dengan metode Euler dan metode Heun. Contoh

(70)

53 BAB IV

KEKONVERGENAN METODE NUMERIS

Pada bab ini akan dibahas kekonvergenan metode Euler, metode Heun dan

metode blok rasional.

A. Definisi dan Teorema untuk Kekonvergenan Definisi 4.1. Kesalahan pemotongan lokal

Diberikan metode satu langkah sebagai berikut:

= �

+ = + ℎ ,

untuk setiap = , , , … , − . Metode satu langkah tersebut mempunyai

kesalahan pemotongan lokal sebagai berikut:

� + ℎ = + −( + ℎ , )= +− − ,

untuk setiap = , , , … , − , dimana dan + adalah penyelesaian

pada titik dan + .

Definisi 4.2. Kekonsistenan

Metode satu langkah dikatakan konsisten jika,

lim

ℎ→ max|� ℎ |=

dengan � ℎ adalah kesalahan pemotongan lokal pada langkah ke-n.

Definisi 4.3. Kekonvergenan

(71)

lim

ℎ→ max | − | =

dengan adalah penyelesaian numeris pada langkah ke- dan adalah

penyelesaian eksak. Pada bab III telah didefinisikan kesalahan maksimum

pemotongan global, yaitu:

= max | − |

Dengan kata lain suatu metode satu langkah dikatakan konvergen ke

penyelesaian eksanya jika = ketika ℎ → .

Definisi 4.4. Syarat Lipschitz

(72)

|| | − | ||

dengan demikian , memenuhi syarat Lipschitz di D dengan konstanta

Lipschitz = .

Lemma 4.6.

Untuk setiap − dan > , berlaku + �.

Bukti:

Dengan menerapkan Teorema Taylor untuk = �, = dan = ,

diperoleh:

= + −! + −!,

= + − + − �,

= + + �,

dengan < � < . Dari persamaan di atas diperoleh:

+ + + � =.

Karena + , maka

+ �.

Teorema 4.7.

Misalkan syarat Lipschitz dengan konstanta Lipschitz dan kesalahan

pemotongan lokal terbatas oleh � ℎ � ℎ = max|� ℎ |, maka kesalahan

(73)

| − | � ℎ [ x−x − ].

Bukti:

Dari definisi kekonvergenan diketahui bahwa adalah kesalahan

pemotongan global dan � ℎ adalah kesalahan pemotongan lokal. Diketahui

bahwa = , oleh karena itu dapat dicari:

+ = | + − + |

= | + ℎ , − + |

= | − − ℎ [ + − − , ]|

= | − − ℎ [ + − − , ]

+ ℎ[ , − , ]|

| − | − ℎ | + − − , |

+ ℎ| , − , |.

Dengan menerapkan definisi kesalahan pemotongan lokal dan syarat

Lipschitz, maka diperoleh:

+ | | − ℎ|� ℎ | + ℎ | − |

| | − ℎ|� ℎ | + ℎ | |

| | + ℎ − ℎ|� ℎ |.

Dari hasil di atas dapat dicari nilai dari | |, yaitu:

| | = 0,

(74)

| | | | + ℎ + ℎ|� ℎ |

deret geometri tersebut dapat ditulis menjadi:

+ ℎ −

+ ℎ − = + ℎ ℎ − .

Sehingga diperoleh,

| | ℎ|� ℎ | + ℎ −

ℎ � ℎ [ + ℎ − ].

Berdasarkan Lemma 4.6, diperoleh,

(75)

B. Kekonvergenan Metode Euler

Diketahui bahwa metode Euler mempunyai persamaan:

+ = + ℎ ( , ).

Jika persamaan Euler diuraikan ke dalam deret Taylor maka diperoleh:

+ = + + −! ′ + + −! ′′ �

dengan � + . Metode Euler diperoleh dengan memotong dua suku

awal, oleh karena itu diperoleh:

+ = + ℎ ′ + ℎ ′′ �

Berdasarkan definisi kekonvergenan, maka:

lim

ℎ→ max |

[ x−x − ]|= .

Karena | |= , maka metode Euler konvergen.

C. Kekonvergenan Metode Heun

Misalkan � + adalah penyelesaian eksak di titik + dan +

adalah penyelesaian numeris di titik + . Jika � + diuraikankan ke

(76)

� + = + + −

Diketahui bahwa metode Heun mempunyai persamaan sebagai berikut:

+ = + ℎ [ , + + , + ∗ ]

dengan + ∗= + ℎ ( , ). Jika + , + ∗ diuraikankan ke dalam

deret Taylor di sekitar , maka diperoleh:

+ , + ∗ = + , +

= + ℎ ′+ℎ ′′ � .

Sehingga metode Heun dapat ditulis sebagai berikut:

+ = + ℎ [ , + + , + ∗ ]

= + ℎ [ + + ℎ ′+ ′′ � ]

= + ℎ + ℎ ′+ ′′ � ,

+ = + ℎ +ℎ ′+ℎ ′′ � . (**)

(77)

+ − + = + ℎ +ℎ ′+ℎ6 ′′ �

Jadi, diperoleh kesalahan pemotongan lokal metode Heun yaitu −ℎ3 ′′ � =

−ℎ3 ′′′ � . Karena metode Heun memotong deret Taylor + di sekitar

sampai tingkat kedua, maka metode Heun memiliki tingkat keakuratan yang

lebih tinggi dibandingkan dengan metode Euler. Misalkan | ′′′ � | , maka

dapat dicari kesalahan pemotongan global dari metode Heun, yaitu:

| | � ℎ [ x−x0 �− ]

−ℎ [ x−x0 �− ].

Berdasarkan definisi kekonvergenan, maka:

lim

ℎ→ max | −

[ x−x − ]|= .

Karena | |= , maka metode Heun konvergen.

D. Kekonvergenan Metode Blok Rasional

Berdasarkan simulasi pada bab III, Contoh 1, Contoh 2, Contoh 3 dapat

(78)

baik dibandingkan dengan metode Euler dan metode Heun. Hal tersebut dapat

dilihat pada Tabel 1, Tabel 2, Tabel 3 dan Gambar 2, Gambar 4, Gambar 6

dimana penyelesaian metode blok rasional selalu konvergen ke penyelesaian

eksaknya. Teori kekonvergenan metode blok rasional dapat dilihat dalam

(79)

62 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Ada dua cara yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah

nilai awal, yaitu dengan cara analitis atau dengan cara numeris.

Penyelesaian masalah nilai awal secara numeris dapat dilakukan dengan

berbagai macam metode. Dalam tugas akhir ini digunakan tiga macam

metode numeris, yaitu metode Euler, metode Heun, dan metode blok

rasional. Dari analisis numeris dan simulasi-simulasi yang telah dilakukan

pada bab III, diperoleh hasil bahwa metode blok rasional mempunyai

penyelesaian yang lebih baik dibandingkan dengan metode Euler dan

metode Heun. Secara umum, metode blok rasional dapat menyelesaikan

masalah nilai awal dengan cukup baik. Maksud dari cukup baik di sini

yaitu bahwa metode blok rasional mempunyai penyelesaian yang selalu

mendekati penyelesaian eksaknya. Hal ini berbeda dengan metode Euler

dan metode Heun. Metode Euler dan metode Heun dapat dengan baik

menyelesaikan masalah nilai awal tertentu, namun metode Euler dan

metode Heun tidak dapat menyelesaikan masalah nilai awal untuk masalah

tertentu yang lain. Kelemahan metode Euler dan metode Heun yaitu kedua

metode tersebut tidak dapat menyelesaikan masalah nilai awal yang

(80)

B. Saran

Tugas akhir ini membahas tentang penyelesaian masalah nilai awal

dengan menggunakan metode Euler, metode Heun dan metode blok

rasional. Tentu masih banyak kekurangan dalam tugas akhir ini. Dalam

tugas akhir ini hanya dibahas masalah nilai awal persamaan diferensial

biasa linier koefisien konstan homogen tingkat satu dan dua. Saran dari

penulis, tugas akhir ini bisa dikembangkan untuk menyelesaikan masalah

nilai awal persamaan diferensial biasa non linier koefisien konstan non

homogen tingkat tiga, empat, atau tingkat yang lebih tinggi dan dapat

ditambahkan pula syarat bagaimana menentukan bahwa kesalahan

(81)

64

Daftar Pustaka

Boyce, W. E. and R. C. DiPrima. (2012). Elementary Differential Equation and

Boundary Value Problem. (10th Edition). New York: John Wiley & Sons,

Inc.

Burden, R. L. and J. D. Faires. (2011). Numerical Analysis. (9th edition). Boston: PWS Publishing Company.

Hackbusch, W. (2014). The Concept of Stability in Numerical Mathematics. Berlin: Springer-Verlag.

https://mtaufiknt.files.wordpress.com/2009/10/bab5-metnum-untuk-mna.pdf. Diakses tanggal 15 Januari 2017.

Lambert, J. D. (1974). Two unconventional classes of methods for stiff systems,

Stiff Differential Equations, edited by Willoughby R. A. New York:

Plenum Press. 171-186.

Mungkasi, S. (2014). Metode rasional eksplisit untuk masalah nilai awal.

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains IX, 21 Juni 2014,

UKSW, Salatiga, Indonesia, 629-635.

Mungkasi, S. dan A. Christian. (2017). Runge-Kutta and rational block methods for solving initial value problems, Journal of Physics: Conference Series 795(1):012040.

Munir, L. (2007). Metode Numerik: Revisi kedua. Bandung: Informatika.

Nagle, R. K., E. B. Saff, and A. D. Snider. (2012). Fundamentals of Differential

Equations and Boundary Value Problem. (6th edition). Boston: Pearson.

Nagle, R. K., E. B. Saff, and A. D. Snider. (2012). Fundamentals of Differential

Equations. (8th edition). Boston: Pearson.

Teh, Y. Y., Z. Omar, and K. H. Mansor. (2014). An A-stable explicit rational block method for the numerical solution of initial value problem.

Proceedings of the International Conference on the Analysis and Mathematical Applications in Engineering and Science, 19-22 January

2014, CSRI, Curtin University, Sarawak, Malaysia, pp 233-241.

(82)

Gambar

Gambar 1. Metode blok rasional
Gambar 1. Metode blok rasional.
Tabel 1. Kesalahan maksimum untuk Contoh 1
Gambar 2. Penyelesaian eksak dan numeris untuk Contoh 1.
+7

Referensi

Dokumen terkait

beliefs merged “and he saw – like Yeats – a somewhat priestly mission for himself as an Irish author.”35 The excuse for their final falling out was Sold: A Comedy of Real Life in

(3) Pemantauan dan supervisi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), harus dapat menjamin prioritas dan sasaran pembangunan tahunan daerah, rencana program dan kegiatan

Perumusannya adalah sebagai berikut. Namun pada kondisi eksisting dinding penahan tertanam dalam pilecap yang dibawahnya terdapat pondasi tiang, maka kontrol heave dianggap

Jika pendanaan yang dialokasikan untuk proyek-proyek REDD+ hilang akibat korupsi, dialihkan untuk penggunaan lain atau dikelola secara buruk, para investor

a.) Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan toko online / website penjualan UD. Pendowo Jati menjadi lebih sempurna dengan penambahan konten-konten yang lebih

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem rekrutmen, kompensasi dan iklim organisasi memiliki pengaruh langsung dalam membentuk keterikatan karyawan di divisi

Hal tersebut sejalan dengan pendapat Saydam dalam Kadarisman (2013, hal.186) yang menyatakan pengawasan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk megembalikan pelaksanaan

Dengan pembuatan pangkalan data elektronik pada Kelurahan Muktiharjo Kidul Pedurungan Semarang ini didapatkan suatu rancangan yang utuh tentang database kependudukan