• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat percaya diri peserta didik (studi deskriptif pada siswa kelas X SMA Santo Paulus Nyarumkop tahun ajaran 2015/2016 serta implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat percaya diri peserta didik (studi deskriptif pada siswa kelas X SMA Santo Paulus Nyarumkop tahun ajaran 2015/2016 serta implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan)."

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas X SMA Santo Paulus Nyarumkop Tahun Ajaran 2015/2016

Serta Implikasinya Terhadap Usulan Topik-Topik Bimbingan)

Gabriella Tenerezza Paramitha 121114033

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2016

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang tingkat kepercayaan diri peserta didik kelas X SMA Santo Paulus Nyarumkop tahun ajaran 2015/2016 dan membuat usulan topik-topik bimbingan. Subjek penelitian berjumlah 40 peserta didik kelas X SMA Santo Paulus Nyarumkop tahun ajaran 2015/2016.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode kuesioner tingkat kepercayaan diri. Kuesioner yang disusun terdiri dari 50 item berdasarkan aspek kepercayaan diri, yaitu: 1) memiliki keyakinan akan kemampuan diri; 2) memiliki sikap optimis; 3) memiliki sikap obyektif; 4) memiliki sikap bertanggungjawab; 5) memiliki sikap rasional; 6) berani mencoba hal baru tanpa rasa takut; 7) merasa dapat diterima oleh lingkungan tempat berinteraksi. Hasil pengukuran validitas kuesioner dengan total 50 item valid, serta reliabilitas instrumen 0,813. Analisis data penelitian menggunakan program SPSS 16.0.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 11 peserta didik (27%) yang memiliki tingkat percaya diri yang sangat tinggi, 29 peserta didik (73%) memiliki tingkat percaya diri yang tinggi. Berdasarkan hasil analisis capaian skor item-item kuesioner menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan diri peserta didik termasuk tinggi, peneliti mengusulkan topik-topik bimbingan untuk meningkatkan kepercayaan diri peserta didik kelas X SMA Santo Paulus Nyarumkop tahun ajaran 2015/2016. Topik-topik bimbingan, yang diusulkan yaitu: yakin akan kemampuan diri, berani bertanya, mandiri dalam mengambil keputusan, dan berani mencoba hal baru.

(2)

(A Descriptive Study on X Grade Students of Santo Paulus Nyarumkop Senior High School Students Year of Study 2015/2016 and Implications for Guidance

Topics Advices

Gabriella Tenerezza Paramitha 121114033

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2016

The aim of this study was to get a description about self-confident level of Santo Paulus Nyarumkop Senior High School X grade students year of study 2015/2016 and to make some guidance topics advices. The subject of this study were 40 X grade students year of study 2015/2016.

This study was a quantitative descriptive study. Data collection method of this study was questionairre about confident. The questionairre consists of 50 items about self-confident aspects, such as 1) having a faith of self-ability; 2) having optimistic characteristic; 3) having objective characteristic; 4) having responsible characteristic; 5) having rational characteristic, 6) be brave to try a new experience without fear, 7) the feeling of being accepted in the environment where they interact to each other. The questionairre validity counting result showed that those 50 items were valid, study reliability was 0,813. The study counting method was SPSS 16,0 program.

The result showed that there were 11 students (27%) who had very high self-confident level, there were 29 students (73%) who had high self-confident level. According to result of the study, from the questionairre items showed that the self-confident level of the students were classified as high, the researcher adviced some guidance topics for Santo Paulus Nyarumkop Senior High School X grade students year of study 2015/2016. The guidance topics are: believe in self ability, breave to ask something, independent on making a decision, and be brave to try a new experience.

(3)

Serta Implikasinya Terhadap Usulan Topik-Topik Bimbingan)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Gabriella Tenerezza Paramitha NIM: 121114033

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

i

Nyarumkop Tahun Ajaran 2015/2016

Serta Implikasinya Terhadap Usulan Topik-Topik Bimbingan)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Gabriella Tenerezza Paramitha NIM: 121114033

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)
(6)
(7)

iv

“Hidup adalah sebuah karya seni. Kita melukisnya melalui tindakan, pikiran

dan kata-kata”

Karya ini Tezza persembahkan bagi.... Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria

Sang teladan yang senantiasa menjadi pedoman, pegangan, sumber kekuatan, dan ketenangan dalam setiap alur indah yang Tezza

jalani selama ini.

Para dosen dan staf Prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma

Semua orang terkasih yang telah memberikan seluruh kasih sayang yang tulus, perhatian, dan cintanya dalam mendampingi

dan memotivasi hingga sekarang. Orang tua tercinta,

Bapak Petrus Sukoco Irianto dan Ibu Yustina Rahajeng Estining Retno Winarni

Adik-adik tersayang,

Christian Iisvharapranidana Paramitha, Christiana Kinanti Sekar Kinasih, dan Christophany Repti Sekarsari

(8)
(9)
(10)

vii

TINGKAT PERCAYA DIRI PESERTA DIDIK (Studi Deskriptif pada Siswa Kelas X SMA Santo Paulus

Nyarumkop Tahun Ajaran 2015/2016

Serta Implikasinya Terhadap Usulan Topik-Topik Bimbingan)

Gabriella Tenerezza Paramitha 121114033

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2016

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang tingkat kepercayaan diri peserta didik kelas X SMA Santo Paulus Nyarumkop tahun ajaran 2015/2016 dan membuat usulan topik-topik bimbingan. Subjek penelitian berjumlah 40 peserta didik kelas X SMA Santo Paulus Nyarumkop tahun ajaran 2015/2016.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode kuesioner tingkat kepercayaan diri. Kuesioner yang disusun terdiri dari 50 item berdasarkan aspek kepercayaan diri, yaitu: 1) memiliki keyakinan akan kemampuan diri; 2) memiliki sikap optimis; 3) memiliki sikap obyektif; 4) memiliki sikap bertanggungjawab; 5) memiliki sikap rasional; 6) berani mencoba hal baru tanpa rasa takut; 7) merasa dapat diterima oleh lingkungan tempat berinteraksi. Hasil pengukuran validitas kuesioner dengan total 50 item valid, serta reliabilitas instrumen 0,813. Analisis data penelitian menggunakan program SPSS 16.0.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 11 peserta didik (27%) yang memiliki tingkat percaya diri yang sangat tinggi, 29 peserta didik (73%) memiliki tingkat percaya diri yang tinggi. Berdasarkan hasil analisiscapaian skor item-item kuesioner menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan diri peserta didik termasuk tinggi, peneliti mengusulkan topik-topik bimbingan untuk meningkatkan kepercayaan diri peserta didik kelas X SMA Santo Paulus Nyarumkop tahun ajaran 2015/2016. Topik-topik bimbingan, yang diusulkan yaitu: yakin akan kemampuan diri, berani bertanya, mandiri dalam mengambil keputusan, dan berani mencoba hal baru.

(11)

viii

STUDENTS’ SELF-CONFIDENT LEVEL

(A Descriptive Study on X Grade Students of Santo Paulus Nyarumkop Senior High School Students Year of Study 2015/2016

and Implications for Guidance Topics Advices

Gabriella Tenerezza Paramitha 121114033

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2016

The aim of this study was to get a description about self-confident level of Santo Paulus Nyarumkop Senior High School X grade students year of study 2015/2016 and to make some guidance topics advices. The subject of this study were 40 X grade students year of study 2015/2016.

This study was a quantitative descriptive study. Data collection method of this study was questionairre about self-confident. The questionairre consists of 50 items about self-confident aspects, such as 1) having a faith of self-ability; 2) having optimistic characteristic; 3) having objective characteristic; 4) having responsible characteristic; 5) having rational characteristic, 6) be brave to try a new experience without fear, 7) the feeling of being accepted in the environment where they interact to each other. The questionairre validity counting result showed that those 50 items were valid, study reliability was 0,813. The study counting method was SPSS 16,0 program.

The result showed that there were 11 students (27%) who had very high self-confident level, there were 29 students (73%) who had high self-confident level. According to result of the study, from the questionairre items showed that the self-confident level of the students were classified as high, the researcher adviced some guidance topics for Santo Paulus Nyarumkop Senior High School X grade students year of study 2015/2016. The guidance topics are: believe in self ability, breave to ask something, independent on making a decision, and be brave to try a new experience.

(12)

ix

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat danrahmat-Nya sehingga, penulisan tugas akhir dengan judul “TINGKAT PERCAYA DIRI PESERTA DIDIK (Studi Deskriptif pada Siswa Kelas X SMA Santo Paulus Nyarumkop Tahun Ajaran 2015/2016 Serta Implikasinya Terhadap Usulan Topik-Topik Bimbingan)” dapat terselesaikan dengan baik dan lancar.

Selama penulisan tugas akhir ini, penulis menyadari bahwa banyak pihak yang ikut terlibat guna membimbing, mendampingi, dan mendukung setiap proses yang penulis jalani. Oleh karenanya, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Bapak Dr. Gendon Barus, M.Si. selaku ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling.

3. Bapak Juster Donal Sinaga, M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling.

4. Bapak Dr. Gendon Barus, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu mendampingi dengan penuh kesabaran, telaten, selalu memberikan saran, motivasi, petunjuk kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Segenap Bapak/Ibu dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling atas

bimbingan dan pendampingan selama penulis menempuh studi.

6. Mas Moko atas pelayanan yang diberikan dengan ramah dan sabar selama penulis menempuh studi di Program Studi Bimbingan dan Konseling. 7. Kepala Sekolah, guru Bimbingan dan Konseling, dan peserta didik SMA

(13)

x

Estining Retno Winarni atas seluruh doa, dukungan, pendampingan, serta penguatan yang diberikan kepada penulis selama ini.

9. Adik-adik, yakni Christian Iisvharapranidana Paramitha, Christiana Kinanti Sekar Kinasih, dan Christophany Repti Sekarsari atas kasih sayang, perhatian, dukungan, doa, semangat, dan keceriaan yang telah diberikan kepada penulis selama ini.

10.Wibisana Febrian Putra dan sahabat terkasih atas doa, dukungan, semangat dan kebersamaan yang diberikan selama ini.

11.Seluruh pihak yang telah mendukung dan membantu dalam proses pembuatan hingga penyelesaian tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan yang penulis lakukan selama proses pembuatan tugas akhir ini. Akhir kata, atas perhatian dan kesempatan yang diberikan, penulis ucapkan terima kasih.

Yogyakarta,29 Agustus 2016 Penulis,

(14)

xi

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS...vi

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

1. Manfaat Teoritis ... 7

2. Manfaat Praktis ... 7

G. Batasan Istilah ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Hakikat Percaya Diri ... 9

1. Pengertian Percaya Diri ... 9

2. Faktor-faktor yang Dapat Meningkatkan Percaya Diri ... 10

(15)

xii

5. Aspek-aspek Percaya Diri ... 18

6. Tingkah Laku Orang yang Rendah Diri ... 20

7. Proses Terbentuknya Rasa Percaya Diri... 22

B. Hakikat Peserta Didik dalam Kehidupan Sekolah ... 22

1. Pengertian Peserta Didik ... 22

2. Tugas Perkembangan Peserta Didik (SMA)... 23

3. Karakteristik Peserta Didik (SMA) ... 24

4. Tinjauan Budaya Tentang Kehidupan Peserta Didik Etnis Dayak ... 25

5. Perkembangan Kepercayaan Diri pada Peserta Didik Dayak ... 26

C. Hakikat Layanan Bimbingan Klasikal ... 27

1. Pengertian Bimbingan ... 27

2. Pengertian Bimbingan Klasikal ... 27

3. Strategi Bimbingan Klasikal (pribadi-sosial) dalam Peningkatan Percaya Diri Peserta Didik Terhadap Kehidupan Sekolah ... 29

BAB IIIMETODE PENELITIAN ... 31

A. Jenis Penelitian ... 31

B. Subjek Penelitian ... 31

1. Populasi ... 31

2. Sampel ... 32

3. Teknik Sampling ... 32

C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 33

D. Validitas dan Reliabilitas ... 35

1. Validitas ... 35

2. Reliabilitas ... 38

E. Teknik Analisis Data ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

(16)

xiii

Paulus Nyarumkop Tahun Ajaran 2015/2016 ... 44

2. Hasil Skor Item Percaya Diri ... 46

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 49

1. Deskripsi Tingkat Percaya Diri Peserta Didik Kelas X SMA Santo Paulus Nyarumkop Tahun Ajaran 2015/2016 ... 49

2. Analisis Capaian Skor Item-item Percaya Diri Peserta Didik .. 52

C. Usulan Program Bimbingan Pribadi-Sosial ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 57

A. Kesimpulan ... 57

B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59

(17)

xiv

Tabel 1. Jumlah Peserta Didik Kelas X SMA Santo Paulus Nyarumkop

Tahun Ajaran 2015/2016 ... 32

Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Percaya Diri... 34

Tabel 3.Norma Skoring Kuesioner Tingkat Percaya Diri Peserta Didik ... 35

Tabel 4.Validitas Item Percaya Diri ... 37

Tabel 5.Reliability Statistic ... 39

Tabel 6. Kriteria Guilford ... 39

Tabel 7. Norma Kategorisasi... 41

Tabel 8. Norma Kategorisasi Tingkat Percaya Diri Peserta Didik Kelas X SMA Santo Paulus Nyarumkop Tahun Ajaran 2015/2016 ... 42

Tabel 9.Norma Kategorisasi... 42

Tabel 10. Norma Kategorisasi Capaian Skor Item Kuesioner Percaya Diri Peserta Didik Kelas X SMA Santo Paulus Nyarumkop Tahun Ajaran 2015/2016 ... 43

Tabel 11. Kategorisasi Tingkat Percaya Diri Peserta Didik Kelas X SMA Santo Paulus Nyarumkop Tahun Ajaran 2015/2016 ... 44

Tabel 12.Hasil Analisis Skor Item Kuesioner Percaya Diri Peserta Didik Kelas X SMA Santo Paulus Nyarumkop Tahun Ajaran 2015/2016 ... 46

(18)

xv

Grafik 1. Tingkat Percaya Diri Peserta Didik Kelas X SMA Santo

Paulus Nyarumkop Tahun Ajaran 2015/2016 ... 45 Grafik 2. Hasil Analisis Skor Item Tingkat Percaya Diri Peserta Didik

Kelas X SMA Santo Paulus Nyarumkop Tahun Ajaran

(19)

xvi

Lampiran 1. Instrumen Percaya Diri ... 62

Lampiran 2. Tabulasi Data Kategorisasi ... 63

Lampiran 3. Usulan Topik Bimbingan... 64

Lampiran 4.Surat Ijin Penelitian ... 65

Lampiran 5.Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian ... 66

(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi istilah.

A. Latar Belakang Masalah

Rasa percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang penting dalam kehidupan manusia. Rasa percaya diri sangat membantu manusia dalam perkembangan kepribadiannya, khususnya bagi remaja. Oleh karena itu, rasa percaya diri sangat dibutuhkan remaja agar dapat berkembang dengan optimal dalam hidupnya. Seseorang yang percaya diri dapat menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dengan baik, merasa berharga, mempunyai keberanian, dan kemampuan untuk meningkatkan prestasinya, mempertimbangkan berbagai pilihan, serta membuat keputusan penting dalam hidup.

(21)

mengeksplorasi diri mereka. Misalnya, masuk di sekolah yang memiliki fasilitas asrama dan peserta didiknya wajib untuk tinggal di asrama tersebut, ini merupakan salah satu kesempatan peserta didik untuk mengembangkan rasa percaya diri.

SMA Santo Paulus Nyarumkop adalah satu sekolah yang memiliki fasilitas asrama, sebagian besar peserta didik tinggal di asrama dan ada beberapa yang tinggal bersama dengan orangtua. Peserta didik yang tinggal di asrama berasal dari berbagai daerah di Kalimantan Barat dengan berbagai latar belakang budaya dan kebiasaan yang berbeda-beda. Bagi peserta didik yang tinggal di asrama, pengalaman ini merupakan pengalaman pertama jauh dari orangtua.

(22)

Pengalaman ini menunjukkan bahwa masih ada sebagian peserta didik Kelas X yang tidak cukup mengenal dirinya sendiri secara lebih mendalam (komprehensif). Peserta didik yang mengenal kelebihan dan kekurangan dirinya, diharapkan mampu mengembangkan kelebihan dan sikap-sikap positifnya, sehingga ia memiliki citra diri yang positif. Selanjutnya, setelah memiliki citra diri positif, peserta didik diharapkan memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Ketika diajak merumuskan cita-cita hidupnya, juga dijumpai bahwa beberapa peserta didik masih merasa bingung hendak memilih pekerjaan atau profesi apa setelah menyelesaikan studinya. Bahkan ketika ditanya, setelah lulus SMA akan kuliah dimana? dan memilih program studi apa? jawaban yang muncul sebagian besar adalah “belum tahu”.

Tidak jarang peserta didik kelas X mengatakan bahwa dirinya tidak tahu apa-apa, sehingga seringkali tidak cepat merespon stimulus yang diberikan oleh gurunya, baik berupa pertanyaan maupun pernyataan. Sering juga terjadi, peserta didik diberi soal baru, padahal konsep dasarnya sudah diberikan sebelumnya, mereka tidak segera mengerjakan soal tersebut dengan alasan “tidak bisa” atau “sulit”. Selintas pernyataan peserta didik tersebut

(23)

masih merasa bahwa materi pembelajaran di SMA jauh lebih sulit dibanding di SMP.

Rasa percaya diri merupakan suatu keyakinan terhadap segala aspek yang dimiliki dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan dalam hidupnya. Orang percaya diri memiliki rasa optimis dengan kelebihan atau kemampuan yang dimiliki dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebagai cita-cita.

Sikap positif terhadap kemampuannya berarti suatu sikap yang ditunjukkan dengan suatu upaya untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya secara maksimal. Salah satu indikatornya adalah mengerjakan tugas yang diberikan guru secara bersungguh-sungguh. Hal yang sering dijumpai guru adalah: ada sebagian peserta didik yang mengerjakan dengan sungguh-sungguh; ada yang mengerjakannya asal-asalan; dan ada pula yang sekedar mencari selamat dengan menyalin pekerjaan kawannya tanpa sikap kritis.

(24)

menghadapi ulangan tersebut mereka merasa gugup, tidak yakin, bahkan merasa sudah kalah sebelum berperang. Dari pengalaman tersebut, mereka sulit menemukan solusinya, bagaimana caranya supaya mereka dapat mencapai KKM dalam setiap ulangan.

Setelah melihat hal di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti “TINGKAT PERCAYA DIRI PESERTA DIDIK (Studi Deskriptif pada Peserta Didik Kelas X di SMA Santo Paulus Nyarumkop Tahun Ajaran 2015/2016 Serta Implikasinya Terhadap Usulan Topik-Topik Bimbingan)”. Hasil penelitian ini diharapkan akan ada manfaat yang dapat diambil oleh SMA Santo Paulus Nyarumkop dalam upaya meningkatkan kepercayaan diri peserta didik.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka peneliti mengidentifikasi permasalahan yang timbul, yaitu sebagai berikut: 1. Peserta didik kelas X di SMA Santo Paulus Nyarumkop kurang percaya

diri ketika diminta menuliskan kelebihan yang dimilikinya.

2. Peserta didik kelas X di SMA Santo Paulus Nyarumkop belum merasa percaya diri dalam bertanya atau menyatakan pendapatnya.

3. Peserta didik kelas X di SMA Santo Paulus Nyarumkop masih ada yang belum memiliki sikap positif terhadap kemampuannya.

(25)

5. Peserta didik kelas X di SMA Santo Paulus Nyarumkop kurang percaya diri saat akan mengambil keputusan.

6. Peserta didik kelas X di SMA Santo Paulus Nyarumkop belum memiliki kepercayaan diri untuk mencoba hal baru.

7. Peserta didik kelas X di SMA Santo Paulus Nyarumkop tidak cepat merespon stimulus yang diberikan oleh para pengajar.

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, fokus kajian penelitian diarahkan pada menjawab masalah-masalah di atas khususnya pada masalah peserta didik SMA Santo Paulus Nyarumkop yang menunjukkan gejala belum memiliki percaya diri dan mengalami masalah-masalah kurang percaya diri. Namun karena adanya keterbatasan yang ada baik waktu, dana, maupun jangkauan penulis, sehingga dalam penelitian ini tidak semua masalah yang teridentifikasi di atas dapat ditindaklanjuti. Untuk itu dalam penelitian ini dibatasi menjawab masalah kepercayaan diri pada butir masalah nomor 1, 2, 4, 5, dan 6 khususnya pada peserta didik kelas X di SMA Santo Paulus Nyarumkop tahun ajaran 2015/2016.

D. Rumusan Masalah Penelitian

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

(26)

2. Berdasarkan analisis capaian skor item percaya diri yang rendah, topik-topik bimbingan pribadi apa saja yang relevan bagi peserta didik tersebut? E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu:

1. Memperoleh gambaran tingkat percaya diri peserta didik kelas kelas X SMA Santo Paulus Nyarumkop tahun ajaran 2015/2016 terhadap kehidupan di sekolah.

2. Mengidentifikasi butir pengukuran percaya diri yang capaian skornya rendah untuk diusulkan menjadi topik-topik bimbingan klasikal dalam meningkatkan percaya diri peserta didik kelas kelas X SMA Santo Paulus Nyarumkop tahun ajaran 2015/2016 terhadap kehidupan di sekolah. F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk: 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan positif bagi pengembangan ilmu pengetahuan Bimbingan dan Konseling, khususnya dalam memahami konsep perkembangan kepercayaan diri peserta didik. 2. Manfaat Praktis

(27)

dan konseling yang diharapkan berfungsi untuk meningkatkan kepercayaan diri mereka.

b. Bagi peserta didik kelas X SMA Santo Paulus Nyarumkop

Peserta didik semakin memiliki kepercayaan diri sehingga dapat menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dengan baik, merasa berharga, mempunyai keberanian, dan kemampuan untuk meningkatkan prestasinya, mempertimbangkan berbagai pilihan, serta membuat keputusan penting dalam hidup.

G. Batasan Istilah

Pada bagian dijelaskan definisi berbagai istilah yang muncul dalam penelitian: 1. Percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu tindakan yang positif bagi perkembangan diri.

2. Siswa atau peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

(28)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini memaparkan hakikat percaya diri, hakikat peserta didik, dan hakikat bimbingan klasikal.

A. Hakikat Percaya Diri 1. Pengertian Percaya Diri

Percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu tindakan. Orang yang tidak percaya diri memiliki konsep diri negatif, kurang percaya pada kemampuannya, karena itu sering menutup diri (Thantaway, 2005:87). Kepercayaan diri adalah suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya (Hakim, 2002:6).

(29)

Kepercayaan diri merupakan modal dasar untuk pengembangan dalam aktualisasi diri (eksplorasi segala kemampuan dalam diri). Dengan percaya diri seorang akan mampu mengenal dan memahami diri sendiri. Seorang yang memiliki kepercayaan diri akan berusaha sekeras mungkin untuk mengeksplorasi semua bakat yang dimilikinya (Maslow, dalam Iswidharmamanjaya, 2004).

Kebutuhan akan kepercayaan diri dan rasa superioritas merupakan kebutuhan manusia yang paling penting. Kepercayaan diri dapat diartikan sebagai suatu kepercayaan terhadap diri sendiri yang dimiliki oleh setiap individu dalam kehidupan serta bagaimana individu tersebut memandang dirinya secara utuh dengan mengacu pada konsep dirinya (Adler, dalam Lautser, 2012).

Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa percaya diri adalah salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Orang tersebut yakin akan kemampuannya sendiri dan sanggup menunjukkan keberaniannya di depan orang lain. Orang yang percaya diri yakin atas kemampuan mereka sendiri serta memiliki pengharapan yang realistis, bahkan ketika harapan mereka tidak terwujud, mereka tetap berpikiran positif dan dapat menerimanya.

2. Faktor-faktor yang Dapat Meningkatkan Percaya Diri

(30)

seseorang mengupayakan sehingga bisa mewujudkan potensinya menjadi aktual dan terwujud dalam sikap serta kepribadiannya. Hal ini dapat diperoleh apabila seseorang tersebut setidaknya memiliki rasa percaya diri terlebih dahulu, sehingga dapat meningkatkan perkembangannya baik oleh dirinya sendiri maupun lingkungan yang akan membantu untuk pencapaiannya.

Menurut Ghufron dan Risnawati (2012) kepercayaan diri dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:

a. Konsep diri

(31)

b. Harga diri

Konsep diri yang positif akan membentuk harga diri yang positif. Harga diri adalah penilaian yang dilakukan terhadap diri sendiri. Tingkat harga diri seseorang akan mempengaruhi tingkat kepercayaan diri seseorang. Ketika konsep dirinya negatif tentu akan membentuk harga diri yang negatif pula. Ketika seseorang merasa dirinya tidak berharga, otomatis akan terjadi krisis kepercayaan diri. Hal sebaliknya bila harga dirinya positif maka akan terbentuk kepercayaan diri yang positif.

c. Pengalaman

Pengalaman masa lalu dapat menjadi faktor yang memperngaruhi kepercayaan diri. Ketika seseorang sering mengalami kegagalan, sering kalah dalam persaingan, seseorang akan mudah gugup, cemas, takut, malu, minder, dan sebagainya. Mereka sering tidak berani menghadapi masalah, merasa tidak mampu, oleh karena itu lebih suka menutup diri, tidak berani bersikap dan bertindak. Hal ini berbeda dengan pengalamannya berkaitan dengan keberhasilan. d. Pendidikan

(32)

orang yang mempunyai pendidikan tinggi, akan memiliki tingkat kepercayaan diri yang lebih dibandingkan dengan orang yang memiliki pendidikan yang rendah.

Menurut Lindenfield (1997), kepercayaan diri dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:

a. Cinta

Anak perlu terus menerus dicintai tanpa syarat dengan cara dihargai keadaan anak sesungguhnya, bukan keadaan anak yang seharusnya atau seperti yang diinginkan orang lain. Dengan cara ini, anak mengembangkan kepercayaan diri.

b. Rasa aman

Anak yang selalu khawatir bahwa kebutuhan dasarnya tidak terpenuhi akan sulit mengembangkan pandangan positif tentang dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan sekitarnya. Bila anak-anak merasa aman, anak mengembangkan kemampuannya untuk menghadapi tantangan serta berani mengambil resiko dalam kehidupan sehari-hari sehingga kepercayaan diri anak akan berkembang.

c. Model peran

(33)

d. Hubungan

Anak-anak perlu mengalami beraneka ragam hubungan untuk mengembangkan rasa percaya diri. Hubungan yang dimaksud adalah hubungan dengan orang dekat dirumah sampai pada orang yang lebih asing. Melalui hubungan sosial anak juga membangun rasa sadar diri dan pengenalan diri.

e. Kesehatan

Anak yang memiliki kesehatan yang baik memungkinkan dirinya untuk menggunakan kekuatan dan bakat yang dimiliki dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian kepercayaan diri anak berkembang, namun jika anak memiliki kurang gizi, dia tidak akan dapat belajar efektif, sehingga tidak dapat menggunakan kemampuan sepenuhnya.

f. Sumber daya

Sumber daya seperti buku, mainan, alat musik, dan fasilitas lainnya merupakan hal yang penting dalam perkembangan kepercayaan diri anak.

g. Dukungan

(34)

h. Upah atau hadiah

Anak-anak mengembangkan kepercayaan dirinya ketika anak mampu mempertahankan keinginan alamiah untuk menghadapi tantangan. Keinginan alamiah tersebut dapat dibentuk dengan memberikan upah atau barang secara teratur atas usaha anak.

Menurut Hakim (2002:121), faktor yang mempengaruhi terbentuknya percaya diri, yaitu:

a. Faktor internal

1) Konsep diri merupakan penilaian mengenai diri sendiri. Terbentuknya konsep diri pada seseorang diawali dengan perkembangan konsep diri yang diperoleh dalam sosialisasi dengan lingkungan. Seseorang yang mempunyai rasa rendah diri biasanya memiliki konsep diri yang negatif, sebaliknya seseorang yang memiliki rasa percaya diri akan memiliki konsep diri yang positif.

2) Kondisi fisik

Perubahan kondisi fisik juga berpengaruh pada kepercayaan diri. Penampilan fisik dan ketidakmampuan fisik seseorang juga bisa menyebabkan rasa rendah diri pada diri orang tersebut.

3) Pengalaman hidup

(35)

orang yang memiliki pengalaman mengecewakan, akan menyebabkan timbulnya rasa rendah diri pada dirinya. Terlebih jika pada dasarnya seseorang memilih rasa tidak aman, kurang kasih sayang, dan kurang perhatian.

b. Faktor eksternal 1) Pendidikan

Tingkat pendidikan yang rendah cenderung akan membuat seseorang dibawah kekuasaan yang lebih pandai, sebaliknya seseorang yang memiliki agar pendidikan yang tinggi akan lebih mandiri dan tidak bergantung pada orang lain. Seseorang tersebut akan mampu memenuhi keperluan hidup dengan rasa percaya diri dan kekuatannya.

2) Lingkungan

(36)

Berdasarkan uraian diatas menurut Ghufron, Lindenfield, dan Hakim, kepercayaan diri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: konsep diri, pendidikan, dan pengalaman.

3. Ciri-ciri Individu yang Percaya Diri

Hakim (2002) menyebutkan bahwa ciri-ciri orang yang mempunyai kepercayaan diri antara lain:

a. Selalu bersikap tenang di dalam mengerjakan segala sesuatu. b. Mempunyai potensi dan kemampuan yang memadai.

c. Mampu menetralisasi ketegangan yang muncul di dalam berbagai situasi.

d. Mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi di berbagai situasi. e. Memiliki kondisi mental dan fisik yang cukup menunjang

penampilannya.

f. Memiliki kecerdasan yang cukup.

g. Memiliki tingkat pendidikan formal yang cukup.

h. Memiliki keahlian atau keterampilan lain yang menunjang kehidupannya, misalnya keterampilan bahasa asing.

i. Memiliki kemampuan bersosialisasi.

j. Memiliki latar belakang pendidikan keluarga yang baik.

(37)

l. Selalu bereaksi positif di dalam menghadapi berbagai masalah, misalnya dengan tetap tegar, sabar dan tabah.

4. Upaya-upaya Memupuk Percaya Diri

Krisis percaya diri adalah persoalan yang sangat penting untuk diselesaikan, karena kepercayaan diri adalah modal awal untuk siapa saja dalam menghadapi hidup yang penuh dengan persaingan. Tentu saja banyak cara yang dapat dilakukan bahkan dilatih untuk meningkatkan kepercayaan diri dalam jangka waktu panjang.

Untuk menumbuhkan rasa percaya diri yang proporsional, maka individu harus memulainya dari dalam diri sendiri. Hal ini sangat penting mengingat hanya individu yang bersangkutan yang dapat mengatasi rasa kurang percaya diri yang sedang dialaminya. Setiawan Pongky (2014:46) menyatakan cara memupuk rasa percaya diri yaitu, menilai diri secara objektif, beri penghargaan yang jujur terhadap diri, positive thinking, berani mengambil resiko, dan belajar mensyukuri dan menikmati rahmat Tuhan.

5. Aspek-aspek Percaya Diri

(38)

Menurut Ghufron (2012), ada beberapa aspek rasa percaya diri. Yaitu:

a. Keyakinan akan kemampuan diri, yaitu sikap positif individu tentang dirinya bahwa ia mengerti sungguh-sungguh akan apa yang dilakukannya.

b. Optimis, yaitu sikap positif anak yang selalu berpandangan baik dalam menghadapi segala hal tentang diri, harapan dan kemampuannya.

c. Obyektif yaitu orang yang percaya diri memandang permasalahan atau sesuatu sesuai dengan kebenaran yang semestinya, bukan menurut kebenaran pribadi atau menurut dirinya sendiri.

d. Bertanggung jawab yaitu kesediaan individu untuk menanggung segala sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya.

e. Rasional yaitu analisa terhadap sesuatu masalah, sesuatu kejadian dengan menggunakan pemikiran yang dapat diterima oleh akal dan sesuai dengan kenyataan.

f. Berani mencoba hal yang baru tanpa ada rasa takut salah, yaitu mempunyai keberanian untuk mencoba sesuatu hal yang baru.

(39)

6. Tingkah Laku Orang yang Rendah Diri

Kelemahan yang dimiliki oleh seseorang, baik berasal dari luar maupun dari dalam dirinya dapat menimbulkan perasaan rendah diri. Orang yang merasa rendah diri dapat dilihat dari tingkah lakunya. Setiawan Pongky (2014:21) menyebutkan tingkah laku orang yang rendah diri antara lain sebagai berikut:

a. Penyendiri

Selalu menyendiri dan menarik diri dari pergaulan. Orang yang menganggap dirinya tidak mempunyai kemampuan yang berarti biasanya tidak mau bergaul dan menarik dari pergaulan. Mereka mungkin menganggap dirinya tidak berharga dibanding orang lain yang mereka anggap lebih baik dalam setiap aspek.

b. Peragu

Selalu ragu dalam bertindak. Orang yang merasa tidak mempunyai kemampuan yang berarti akan selalu ragu-ragu dalam bertindak, perasaan seperti itu akan merugikan diri sendiri.

c. Lemah dalam persaingan

(40)

d. Tidak sportif

Orang yang rendah diri menolak untuk berpasrtisipasi dalam semua jenis kompetisi, dimana kemampuan mereka akan diuji melawan orang lain. Meski ia melakukannya, sikap yang suka mencela sepertinya akan muncul. Meski begitu, dia sangat menikmati kemenangan, waktu itu mungkin bukan atas usahanya sendiri.

e. Sangat sensitif

Orang yang punya rasa rendah diri sangat sensitif terhadap pujian dan kritikan. Jika dipuji, dia akan mempertanyakan ketulusan dari orang yang memuji, dan jika dikritik, dia akan segera mempertahankan diri. Dia tidak bisa merespon humor ringan dengan baik.

f. Memancing pujian

Orang yang rendah diri itu sangat suka memancing pujian dari orang lain. Akan tetapi, terkadang, meski ingin sekali dipuji, dia mungkin tidak mau menerimanya dan percaya bahwa orang yang memuji tersebut hanyalah karena dipancing.

g. Takut membuat kesalahan

(41)

7. Proses Terbentuknya Rasa Percaya Diri

Menurut Hakim (2002), rasa percaya diri tidak muncul begiu saja pada diri seseorang. Ada proses tertentu yang membentuk rasa percaya diri. Rasa percaya diri yang kuat terbentuk melalui proses:

a. Pembentukan kepribadian yang baik sesuai dengan tahap perkembangan yang melahirkan berbagai kelebihan.

b. Pemahaman seseorang terhadap kelebihan-kelebihan yang dimilikinya dan memberikannya keyakinan yang kuat untuk dapat melakukan berbagai hal sesuai keinginannya dengan memanfaatkan kelebihan-kelebihannya.

c. Pemahaman dan reaksi positif seseorang terhadap kelemahan-kelemahan yang dimilikinya. Dengan adanya pemahaman yang demikian, kelemahan-kelemahan yang ada pada diri individu tersebut tidak menimbulkan rasa rendah diri atau menjadikannya sulit menyesuaikan diri.

d. Pengalaman positif dalam menjalani berbagai aspek kehidupan dengan menggunakan segala kelebihan yang ada pada dirinya.

B. Hakikat Peserta Didik dalam Kehidupan di Sekolah 1. Pengertian Peserta Didik

(42)

pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu (Desmita, 2012).

2. Tugas Perkembangan Peserta Didik (SMA)

Dilihat dari tahapan yang disetujui oleh para ahli, usia SMA memasuki tahap pencarian jati diri. Menurut Hurlock (1997) tugas perkembangannya sebagai berikut:

a. Mampu menerima keadaan fisiknya.

b. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa.

c. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis.

d. Mencapai kemandirian emosional. e. Mencapai kemandirian ekonomi.

f. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat.

g. Memahami dan mengintenalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua.

h. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa.

i. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan.

(43)

3. Karakteristik Peserta Didik SMA

Menurut Hurlock (1997), karakteristik peserta didik SMA ditandai oleh: a. Masa remaja sebagai periode peralihan, yaitu peralihan dari masa

kanak-kanak ke peralihan masa dewasa. Pada masa periode peralihan ini bukan berarti terputus atau berubah dari apa yang telah terjadi sebelumnya, melainkan lebih pada sebuah peralihan dari tahap perkembangan selanjutnya. Anak-anak harus meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan dan juga harus mempelajari pola perilaku dan sikap baru untuk menggantikan perilaku dan sikap yang sudah ditinggalkan.

b. Masa remaja sebagai periode perubahan. Pada masa ini, remaja mengalami lima perubahan, yaitu: meningginya emosi yang tingkat intensitasnya tergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi; perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial; masa remaja banyak ditimbulkan masalah; terjadi perubahan nilai-nilai pada masa kakak-kanak menjadi remaja, dimana remaja akan menuntut kebebasan.

c. Masa remaja sebagai usia bermasalah. Remaja tidak mampu untuk menyelesaikan masalah-masalah yang sedang ia hadapi.

(44)

e. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan. Masalah penyesuaian diri dengan situasi dirinya yang baru, karena setiap perubahan membutuhkan penyesuaian diri.

f. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa. Semakin dekatnya usia kematangan, para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan

stereotipe belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka

sudah hampir dewasa.

4. Tinjauan Budaya Tentang Kehidupan Peserta Didik Etnis Dayak Dari data yang diperoleh Eliana (dalam jurnal “Gaya Belajar Siswa Berdasarkan Etnis”), menunjukkan peserta didik etnis Dayak lebih dominan pada gaya belajar kolaboratif, hal ini tentu saja berkaitan dengan latar belakang budaya dan pola hidup suku Dayak yang terbiasa dengan pola kekerabatan yang erat dan kental, hidup dalam rumah tinggal (betang) panjang bersama pada masa lampau. Meski sudah tidak banyak lagi masyarakat yang tinggal di rumah adat seperti betang panjang tetapi budaya hidup bersama-sama seperti adanya budaya gotong royong dalam membuka lahan pertanian bersama-sama masih sangat banyak dilakukan di daerah.

(45)

sekolah baik dalam hal belajar maupun dalam kegiatan ekstrakurikuler lainnya. Jika dikaitkan dengan karakteristik anak usia sekolah dasar, adanya kemandirian untuk mampu melakukan segala kegiatan belajarnya belum mencapai tingkat dewasa dan matang. Sehingga hal ini berakibat pada adanya sebuah gaya belajar dan sikap belajar siswa yang lebih termotivasi jika belajar bersama-sama, lebih mudah memahami pembelajaran yang disampaikan jika disampaikan oleh teman sebaya dalam suasana yang khas dengan usianya.

5. Perkembangan Kepercayaan Diri pada Peserta Didik Dayak

Adanya budaya kekerabatan dan gotong royong yang ditanamkan oleh orangtua dan masyarakat tempat anak tinggal berakibat pada adanya budaya yang ingin selalu bersama-sama di sekolah baik dalam hal belajar maupun dalam kegiatan ekstrakurikuler lainnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa lingkungan peserta didik baik lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat memberikan dukungan terhadap perkembangan diri peserta didik.

(46)

C. Hakikat Layanan Bimbingan Klasikal 1. Pengertian Bimbingan

Winkel dan Hastuti (2004:39) mendefinisikan bimbingan sebagai proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu yang bersangkutan dapat memahami dirinya, sehingga individu sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat.

Bimbingan di sekolah merupakan usaha bersama antara guru pembimbing atau konselor dengan siswa. Konselor membantu siswa untuk mengenal, memahami, menerima dirinya dan mengembangkan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan agar mampu menyesuaikan diri dan melihat dirinya, mampu mengambil keputusan sendiri dalam berbagai hal sehingga dapat mengarahkan dan mengaktualisasikan dirinya sendiri.

2. Pengertian Bimbingan Klasikal

(47)

Pelayanan bimbingan klasikal yang diberikan kepada siswa meliputi berbagai bidang bimbingan. Menurut Prayitno (1997:65-68) bidang-bidang bimbingan klasikal adalah sebagai berikut:

a. Bidang bimbingan pribadi

Pelayanan bidang bimbingan pribadi bertujuan membantu siswa untuk dapat mengenal, memahami dan mengembangkan dirinya sendiri menjadi orang yang lebih baik dari sebelumnya dan memiliki pribadi yang teguh dan beriman serta bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, mantap dan mandiri serta sehat jasmani dan rohani.

b. Bidang bimbingan sosial

Pelayanan bidang bimbingan sosial bertujuan membantu siswa untuk dapat berkomunikasi yang baik dengan orang lain, hidup bersosialisasi terhadap lingkungan sekitar dengan mengikuti etika pergaulan sosial yang berdasarkan budi pekerti luhur.

c. Bidang bimbingan belajar

(48)

d. Bidang bimbingan karier

Pelayanan bimbingan di bidang ini bertujuan membantu siswa untuk dapat mengenal berbagai macam sekolah lanjutan dan pekerjaan dalam rangka mengembangkan karier di masa depan.

3. Strategi Bimbingan Klasikal (pribadi-sosial) dalam Peningkatan Percaya Diri Peserta Didik Terhadap Kehidupan di Sekolah

Salah satu tujuan pemberian layanan bimbingan ialah mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki individu secara optimal serta mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat dan lingkungan kerja (Yusuf dan Nurihsan, 2010: 13).

(49)
(50)

31 BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini memaparkan tentang jenis penelitian, subjek penelitian, metode pengumpulan data, validitas dan reliabilitas kuesioner, dan teknik analisis prosedur pengumpulan data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif, dan digunakan untuk meneliti populasi tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik (Sugiyono, 2013: 8), dengan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang tingktat kepercayaan diri peserta didik kelas X SMA Santo Paulus Nyarumkop tahun ajaran 2015/2016.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X SMA Santo Paulus Nyarumkop tahun ajaran 2015/2016.

1. Populasi

(51)

ajaran 2015/2016. Jumlah peserta didik kelas X SMA Santo Paulus Nyarumkop yang menjadi populasi ini adalah 75 orang. Populasi penelitian terdapat pada tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1

Jumlah Peserta Didik Kelas X SMA Santo Paulus Nyarumkop

Kelas Laki-laki Perempuan

XA 18 orang -

XB 23 orang -

XC - 34 orang

Total 41 orang 34 orang

2. Sampel

Sugiyono (2013) menjelaskan, sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 40 peserta didik.

3. Teknik Sampling

Sugiyono (2013) menegaskan, teknik sampling adalah teknik atau cara yang digunakan peneliti untuk pengambilan sampel. Ada dua teknik sampling yaitu teknik Probability Sampling dan Non Probability

Sampling. Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang

(52)

Teknik pengambilan sampel atau sampling pada penelitian ini adalah teknik Probability Sampling dengan sistem simpel random sampling karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi.

C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

(53)

Tabel 2

Kisi-kisi Instrumen Percaya Diri

Peserta Didik Kelas X SMA Santo Paulus Nyarumkop Tahun Ajaran 2015/2016

Peserta didik yakin dengan kemampuan

yang dimilikinya 1; 2 3; 4 4

Peserta didik memiliki sikap positif tentang

dirinya 5; 6; 7 8; 9 5

Peserta didik berani bertanya dan

menyatakan pendapatnya 10; 11 12; 13 4

2.

Peserta didik memiliki sikap optimis

Peserta didik memiliki sikap positif dalam

segala hal tentang diri 14; 15 16; 17 4 Peserta didik memiliki sikap positif tentang

harapan 18; 19 20; 21 4

Peserta didik memiliki sikap positif tentang

kemampuannya 22; 23 24; 25 4 atau sesuatu sesuai dengan kebenaran yang semestinya

26; 27 28

3

Peserta didik mampu membedakan fakta

dan opini 29; 30 31; 32 4

4.

Peserta didik memiliki sikap bertanggungjawab

Peserta didik bersedia untuk menanggung segala sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya

Peserta didik menganalisa sesuatu kejadian dengan menggunakan pemikiran yang dapat diterima oleh akal

41; 42 43; 44 4 Peserta didik dapat menganalisa sesuatu

kejadian dengan menggunakan pemikiran

Peserta didik berani mencoba sesuatu hal

yang baru 49; 50 51; 52 4

Peserta didik yakin bahwa dirinya akan dapat diterima ditengah-tengah lingkungan sekolah

53; 54 55; 56 4 Peserta didik mampu bersosialisasi dengan

baik di lingkungan sekolah 57; 58 59; 60 4

(54)

Kuesioner ini bersifat tertutup, alternatif jawaban yang disediakan mengacu pada prinsip-prinsip skala likert yang kemudian dimodifikasi, yang terdiri dari empat alternatif jawaban yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Kurang Sesuai (KS), Tidak Sesuai (TS). Subyek diminta memilih satu dari empat alternatif jawaban yang disediakan pada setiap pernyataan, dengan memberikan tanda centang (√) pada kolom altermatif jawaban. Norma

skoring kuesioner kepercayaan diri peserta didik terdapat dalam tabel 3. Tabel 3

Norma Skoring Kuesioner Tingkat Percaya Diri Peserta Didik Alternatif Jawaban Skor Favourable Skor Unfavourable

Sangat Setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak Setuju 2 3

Sangat Tidak Setuju 1 4

D. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2013). Gay (dalam Sukardi, 2003: 121), menegaskan suuatu instrumen dikatakan valid jika instrumen yang digunakan dapat mengukur apa yang hendak diukur.

Pengujian validitas ini menggunakan pengujian validitas isi

(55)

membandingkan antara isi instrumen dengan isi atau rancangan yang telah ditetapkan. Teknis pengujian validitas isi dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen atau matrik pengembangan instrumen. Pada kisi-kisi itu terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolak ukur dan nomor butir (item) pertanyaan yang telah dijabarkan dari indikator. Berpedoman pada kisi-kisi instrumen itu maka pengujian validitas rasional by expert judment dapat dilakukan dengan mudah dan sistematis (Sugiyono, 2013). Pada penelitian ini, instrumen penelitian dikonstruksi berdasarkan aspek-aspek kepercayaan diri yang akan diukur dan selanjutnya dikonsultasikan pada ahli dalam bidangnya. Ahli tersebut adalah Dr. Gendon Barus, M.Si. Adapun hasil item-item yang valid dan tidak valid terdapat pada tabel 4. Uji validitas ini dilakukan dengan teknik pearson product moment.

Keterangan :

rXY= koefiesiensi korelasi antara X dan Y

N = jumlah subyek

X = skor item tertentu yang akan diuji validitasnya

Y = skor total sub aspek yang memuat item yang diuji validitasnya

(56)

disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut tidak valid, sehingga harus diperbaiki atau dibuang.

Tabel 4

Validitas Instrumen Percaya Diri

Peserta Didik Kelas X SMA Santo Paulus Nyarumkop Tahun Ajaran 2015/2016

Peserta didik yakin dengan

kemampuan yang dimilikinya 1; 2 3; 4

dan menyatakan pendapatnya 10; 11 12; 13

(57)

pemikiran yang sesuai yang sama (Sugiyono, 2013). Uji reliabilitas instrumen ini menggunakan teknik koefisien Alpha Cronbach (α). Perhitungan koefisien Alpha Cronbach dilakukan dengan menggunakan program SPSS for windows

versi 17.0. Rumus koefisien reliabilitas Alpha Cronbach (α) adalah sebagai

(58)

Berdasarkan hasil perhitungan data uji coba yang telah dilakukan dan dihitung dengan menggunakan bantuan program SPSS 16.0 for

Windows, diperoleh perhitungan koefisien reliabilitas seluruh instrumen

dengan menggunakan rumus koefisien alpha (α) tertera pada tabel 5: Tabel 5

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.813 50

Hasil perhitungan indeks reliabilitas dikonsultasikan dengan kriteria Guilford (Masidjo, 1995: 209) disajikan pada tabel 6.

Tabel 6 Kriteria Guilford

No Koefisien Korelasi Kualifikasi 1 0,91 – 1,00 Sangat tinggi

2 0,71 – 0,90 Tinggi

3 0,41 – 0,70 Cukup

4 0,21 – 0,40 Rendah

5 Negatif – 0,20 Sangat Rendah

(59)

E. Teknik Analisis Data

Sugiyono (2013) mengatakan bahwa analisis data merupakan kegiatan mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, serta melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah. Berikut langkah-langkah teknik analisis data yang ditempuh peneliti untuk menganalisis data penelitian Tingkat Percaya Diri Peserta Didik Kelas X SMA Santo Paulus Nyarumkop Tahun Ajaran 2015/2016 adalah sebagai berikut:

1. Menentukan skor dari masing-masing alternatif jawaban yang sudah diberikan oleh responden dan membuat tabulasi skor masing-masing butir skala item. Langkah selanjutnya menghitung total skor masing-masing subjek penelitian dan total skor tiap item pernyataan. Melakukan skoring dengan bantuan Microsoft Excel dan SPSS 16,0.

(60)

a. Kategori subjek penelitian sebagai berikut: Tabel 7

Norma Kategorisasi M + 1,5 (SD) Ke atas Sangat tinggi M s/d M 1,5 (SD) Tinggi M – 1,5 (SD) s/d M Rendah

M – 1,5 (SD) Ke bawah Sangat rendah

Keterangan:

M = 1/2 (skor Maksimum ideal + skor Minimum ideal) SD = 1/6 (skor Maksimum ideal – skor Minimum ideal)

Mencari norma atau patokan yang akan digunakan dengan menghitung skor maksimum ideal, skor minumum ideal, standar deviasi dan mean. Kategorisasi tingkat percaya diri peserta didik kelas X SMA Santo Paulus Nyarumkop tahun ajaran 2015/2016 secara keseluruhan (dengan total subjek 40) diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut:

Skor Maksimal ideal : 4 x 50 = 200 Skor Minimum ideal : 1 x 50 = 50

M = 1/2 (Maksimum ideal + Minimum ideal) M = 1/2 (200 + 50)

M = 1/2 (250) M = 125

(61)

SD = 1/6 (150) SD = 25

Tabel 8

Norma Kategorisasi Tingkat Percaya Diri Peserta Didik Kelas X SMA Santo Paulus Nyarumkop Tahun Ajaran 2015/2016

Kriteria Skor Kriteria Penilaian Kategori M + 1,5 (SD) Ke atas >163 Sangat tinggi

M s/d M 1,5 (SD) 125 – 162 Tinggi

M – 1,5 (SD) s/d M 88 – 124 Rendah

M – 1,5 (SD) Ke bawah <88 Sangat rendah

b. Kategori item penelitian sebagai berikut: Tabel 9 Norma Kategorisasi M + 1,5 (SD) Ke atas Sangat tinggi M s/d M 1,5 (SD) Tinggi M – 1,5 (SD) s/d M Rendah M – 1,5 (SD) Ke bawah Sangat rendah Keterangan:

M = 1/2 (Maksimum ideal + Minimum ideal) SD = 1/6 (Maksimum ideal - Minimum ideal)

Mencari norma atau patokan yang akan digunakan dengan mmencari maksimum ideal, minumum ideal, standar deviasi dan mean. Kategorisasi tingkat percaya diri peserta didik kelas X SMA Santo Paulus Nyarumkop tahun ajaran 2015/2016 secara keseluruhan (dengan total subjek 40) diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut:

(62)

M = 1/2 (Maksimum ideal + Minimum ideal) M = 1/2 (160 + 40)

M = 1/2 (200) M = 100

SD = 1/6 (Maksimum ideal - Minimum ideal) SD = 1/6 (160 – 40)

SD = 1/6 (120) SD = 20

Tabel 10

Norma Kategorisasi Capaian Skor Item Kuesioner Percaya Diri Peserta Didik Kelas X SMA Santo Paulus Nyarumkop Tahun Ajaran 2015/2016

Kriteria Skor Kriteria Penilaian Kategori M + 1,5 (SD) Ke atas > 130 Sangat tinggi M s/d M 1,5 (SD) 100 – 129 Tinggi M – 1,5 (SD) s/d M 70 – 99 Rendah M – 1,5 (SD) Ke bawah <70 Sangat rendah

(63)

44 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini bersisi uraian hasil penelitian mengenai deskripsi tingkat percaya diri peserta didik kelas X SMA Santo Paulus Nyarumkop tahun ajaran 2015/2016 dan implikasinya terhadap topik-topik bimbingan pribadi-sosial.

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil pengisian kuesioner yang dilakukan oleh 40 peserta didik kelas X SMA Santo Paulus Nyarumkop tahun ajaran 2015/2016. Berikut akan dipaparkan deskripsi hasil kuesioner terhadap tingkat percaya diri:

1. Tingkat Percaya Diri Peserta Didik Kelas X SMA Santo Paulus Nyarumkop Tahun Ajaran 2015/2016

Berdasarkan perolehan data penelitian yang dikumpulkan melalui kuesioner tingkat percaya diri, dilakukan analisis data dengan teknik deskriptif kategori dan persentase (Arikunto 2009), yang dipaparkan pada tabel 11 dan grafik 1.

Tabel 11

Kategorisasi Tingkat Percaya Diri Peserta Didik Kelas X SMA Santo Paulus Nyarumkop Tahun Ajaran 2015/2016

Kriteria Skor Kriteria

(64)

Komposisi dan sebaran subjek berdasarkan tingkat percaya diri peserta didik kelas X SMA Santo Paulus Nyarumkop tahun ajaran 2015/2016 tergambar pada grafik berikut ini.

Grafik 1

Tingkat Percaya Diri Peserta Didik Kelas X SMA Santo Paulus Nyarumkop Tahun Ajaran 2015/2016

Pengamatan pada tabel maupun grafik menunjukkan:

a. Terdapat 0 peserta didik (0%), yang memiliki tingkat percaya diri yang sangat rendah.

b. Terdapat 0 peserta didik (0%), yang memiliki tingkat percaya diri rendah. c. Terdapat 29 peserta didik (73%), yang memiliki tingkat percaya diri yang

tinggi.

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80%

Sangat Rendah Rendah Tinggi Sangat Tinggi 73%

27%

(65)

d. Terdapat 11 peserta didik (27%), yang memiliki tingkat percaya diri yang sangat tinggi.

Jadi, sebagian peserta didik kelas X SMA Santo Paulus Nyarumkop memiliki kepercayaan diri dalam kategori sangat tinggi 27%, kategori tinggi 73%, kategori rendah 0%, dan kategori sangat rendah 0%.

2. Hasil Skor Item Percaya Diri

Berdasarkan hasil perhitungan dengan penghapusan item yang gugur atau tidak valid maka, analisis skor item percaya diri diperoleh hasil yang disajikan dalam tabel 12 dan grafik 2.

Tabel 12

Hasil Analisis Skor Item Kuesioner Percaya Diri Peserta Didik Kelas X SMA Santo Paulus Nyarumkop Tahun Ajaran 2015/2016

Kriteria Skor Kriteria

Penilaian Kategori F Prosentase M + 1,5 (SD) Ke

(66)

Grafik 2

Histogram Analisis Skor Item Tingkat Percaya Diri Peserta Didik Kelas X SMA Santo Paulus Nyarumkop Tahun Ajaran 2015/2016

Pengamatan pada tabel maupun grafik menunjukkan: a. Terdapat 0 item (0%), yang sangat rendah.

b. Terdapat 7 item (14%), yang rendah. c. Terdapat 13 item (26%), yang tinggi. d. Terdapat 30 item (60%), yang sangat tinggi.

Jadi, sebagian item kuesioner percaya diri peserta didik kelas X SMA Santo Paulus Nyarumkop yang capaian skornya masuk dalam kategori sangat tinggi 60%, kategori tinggi 26%, kategori rendah 14%, dan kategori sangat rendah 0%.

Oleh karena itu, item yang capaian skornya teridentifikasi dalam kategori rendah, digunakan menjadi dasar untuk merumuskan upaya untuk

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70%

Sangat Rendah Rendah Tinggi Sangat Tinggi 26%

14%

60%

(67)

meningkatkan kepercayaan diri peserta didik. Alasannya, supaya kepercayaan diri peserta didik memperoleh hasil seoptimal mungkin dalam meningkatkan kepercayaan diri. Item-item yang capaian skornya dikategorikan rendah dipaparkan pada tabel 13.

Tabel 13

Item-item Kuesioner yang Capaian Skornya Tergolong dalam Kategori Rendah

3. Peserta didik berani

(68)

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Deskripsi Tingkat Percaya Diri Peserta Didik Kelas X SMA Santo Paulus Nyarumkop Tahun Ajaran 2015/2016

Berdasarkan paparan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar peserta didik kelas X SMA Santo Paulus Nyarumkop memiliki tingkat percaya diri yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik kelas X SMA Santo Paulus Nyarumkop sudah memiliki kepercayaan diri, meskipun belum semua peserta didik belum sampai pada tingkat itu.

(69)

Ketiga, peserta didik memiliki sikap obyektif. Hal ini terlihat dari individu yang memandang permasalahan atau sesuatu sesuai dengan kebenaran yang semestinya, bukan menurut kebenaran pribadi atau menurut dirinya sendiri, seperti: peserta didik percaya tugas sesulit apa pun yang diberikan oleh guru bukan untuk membebaninya melainkan untuk mengembangkan kemampuan yang ia miliki. Keempat, Peserta didik memiliki sikap bertanggungjawab. Hal ini terlihat dari individu yang bersedia menanggung segala sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya, seperti: peserta didik melaksanakan sanksi yang diberikan ketika saya terlambat datang ke sekolah.

Kelima, peserta didik memiliki sikap rasional. Hal ini terlihat dari individu menganalisa suatu kejadian dengan menggunakan pemikiran yang dapat diterima oleh akal dan sesuai dengan kenyataan, seperti: peserta didik berpikir bahwa guru yang memberi peringatan kepada siswa memiliki tujuan agar siswa menjadi lebih baik. Keenam, peserta didik berani mencoba hal baru tanpa rasa takut. Hal ini terlihat dari individu mempunyai keberanian untuk mencoba sesuatu hal yang baru, seperti: peserta didik mau mengikuti kegiatan ekskul yang belum pernah diikuti ketika SMP.

(70)

berinteraksi, seperti: peserta didik merasa diterima dengan baik oleh teman-teman dan bapak/ibu guru.

Beberapa faktor yang mempengaruhi peserta didik kelas X SMA Santo Paulus Nyarumkop belum optimal dalam pencapaian sikap percaya diri dengan baik yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang pertama, yaitu: pengalaman hidup. Kepercayaan diri yang terbentuk dalam diri setiap orang merupakan hasil dari pengalamannya sepanjang hidup. Biasanya orang yang memiliki pengalaman mengecewakan, akan menyebabkan timbulnya rasa rendah diri pada dirinya. Terlebih jika pada dasarnya seseorang memilih rasa tidak aman, kurang kasih sayang, dan kurang perhatian. Faktor internal yang kedua, yaitu: Konsep diri merupakan penilaian mengenai diri sendiri. Terbentuknya konsep diri pada seseorang diawali dengan perkembangan konsep diri yang diperoleh dalam sosialisasi dengan lingkungan. Seseorang yang mempunyai rasa rendah diri biasanya memiliki konsep diri yang negatif, sebaliknya seseorang yang memiliki rasa percaya diri akan memiliki konsep diri yang positif.

(71)

dengan lingkungan masyarakat yang memberikan dampak positif, maka seseorang akan berkembang menjadi lebih baik.

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menyimpulkan bahwa peserta didik kelas X SMA Santo Paulus Nyarumkop sebenarnya sudah memiliki tingkat percaya diri yang baik, namun belum merata pada semua peserta didik. Hal tersebut dikarenakan peserta didik sedang berproses mengenali kepercayaan diri yang ada didalam dirinya, seperti bertindak mandiri dalam mengambil keputusan dan berani mencoba sesuatu hal yang baru.

2. Analisis Capaian Skor Item-item Percaya Diri Peserta Didik

Berdasarkan hasil analisis capaian skor butir item percaya diri pada peserta didik kelas X SMA Santo Paulus Nyarumkop, terdapat 30 atau 60% item yang masuk dalam kategori sangat tinggi, 13 atau 26% item yang masuk dalam kategori tinggi, 7 atau 14% item yang masuk dalam kategori rendah, dan 0 atau 0% item yang masuk dalam kategori sangat rendah.

(72)

Item kedua, “Kemampuan yang saya miliki tidak sebaik teman-teman lainnya”. Rendahnya item ini dapat diindikasikan bahwa peserta didik kelas X SMA Santo Paulus Nyarumkop belum memiliki keyakinan akan kemampuan diri. Hal tersebut kemudian dapat diindikasikan bahwa peserta didik kelas X SMA Santo Paulus Nyarumkop belum yakin dengan kemampuan yang dimilikinya.

Menurut Antony (dalam Ghufron dan Risnawati, 2012) dan Hakim (2002), konsep diri merupakan faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri. Pembentukan konsep diri akan sangat mempengaruhi pola hidup, pola pikir, emosi, dan perilaku seseorang. Pembentukan konsep diri yang negatif cenderung membuat seseorang hanya memusatkan pikiran pada hal-hal yang negatif dalam dirinya. akibatnya ia menjadi pesimis dengan kemampuan yang dimiliki, bahkan cenderung menyalahkan diri sebagai orang yang tidak bisa berbuat apa-apa. Hal sebaliknya bila konsep dirinya positif.

Item ketiga, “Saya takut salah ketika akan menjawab pertanyaan

dari guru, maka saya memilih untuk diam saja”. Rendahnya item ini dapat

(73)

Item keempat, “Saya bisa mengambil keputusan tanpa meminta bantuan dan pertimbangan dari teman”. Rendahnya item ini dapat diindikasikan bahwa peserta didik kelas X SMA Santo Paulus Nyarumkop belum berani bertindak mandiri dalam mengambil keputusan. Hal tersebut kemudian dapat diindikasikan bahwa peserta didik kelas X SMA Santo Paulus Nyarumkop belum sikap tanggungjawab.

Item kelima, “Saya takut menyampaikan kepada guru atau teman

atas keputusan yang saya pilih”. Rendahnya item ini dapat diindikasikan bahwa peserta didik kelas X SMA Santo Paulus Nyarumkop belum berani bertindak mandiri dalam mengambil keputusan. Hal tersebut kemudian dapat diindikasikan bahwa peserta didik kelas X SMA Santo Paulus Nyarumkop belum sikap tanggungjawab.

Item keenam, “Saya malu untuk berkenalan dengan teman yang

belum saya kenal”. Rendahnya item ini dapat diindikasikan bahwa peserta didik kelas X SMA Santo Paulus Nyarumkop belum berani mencoba hal baru tanpa rasa takut. Hal tersebut kemudian dapat diindikasikan bahwa peserta didik kelas X SMA Santo Paulus Nyarumkop belum berani mencoba sesuatu hal yang baru.

Item ketujuh, “Saya takut ketika pertama kali berbicara di depan

(74)

kelas X SMA Santo Paulus Nyarumkop belum berani mencoba sesuatu hal yang baru.

Menurut Antony (dalam Ghufron dan Risnawati, 2012) dan Hakim (2002), pengalaman merupakan faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri. Ketika seseorang sering mengalami kegagalan, sering kalah dalam persaingan, seseorang akan mudah gugup, cemas, takut, malu, minder, dan sebagainya. Mereka sering tidak berani memnghadapi masalah, merasa tidak mampu, oleh karena itu lebih suka menutup diri, tidak berani bersikap dan bertindak. Hal ini berbeda dengan pengalamannya berkaitan dengan keberhasilan.

(75)

Berani mencoba hal yang baru tanpa ada rasa takut salah, yaitu mempunyai keberanian untuk mencoba sesuatu hal yang baru. 7) Merasa dapat diterima oleh lingkungan tempat berinteraksi, individu mempunyai keyakinan bahwa dirinya akan dapat diterima ditengah-tengah lingkungan tempat ia berinteraksi.

Berdasarkan hasil penelitian, item-item yang tergolong rendah mengindikasikan bahwa peserta didik kelas X SMA Santo Paulus Nyarumkop perlu ditingkatkan dan dikembangkan kembali, antara lain: yakin dengan kemampuan yang dimiliki, berani bertanya dan menyatakan pendapat, bertindak mandiri dalam mengambil keputusan, dan berani mencoba sesuatu hal yang baru. Oleh karena itu, peserta didik kelas X SMA Santo Paulus Nyarumkop membutuhkan bimbingan dan pendampingan dari guru bimbingan dan konseling dalam kepercayaan diri khususnya pada diri peserta didik.

C. Usulan Program Bimbingan Pribadi-Sosial

Gambar

Grafik 2. Hasil Analisis Skor Item Tingkat Percaya Diri Peserta Didik
Tabel 1 Jumlah Peserta Didik Kelas X SMA Santo Paulus Nyarumkop
Tabel 2 Kisi-kisi Instrumen Percaya Diri
Tabel  3 Norma Skoring Kuesioner Tingkat Percaya Diri Peserta Didik
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan membaca dan mengamati, siswa mampu mengumpulkan informasi penting dari teks laporan investigasi tentang campuran dan larutan dengan kepedulian yang tinggi4. Dengan membaca

International Conference on Instrumentation, Communication and Information Technology (ICICI) 2005 Proc., August 3 rd -5 th , 2005, Bandung, Indonesia. Table 5 Demodulator

SEJUMLAH TOKO BUSANA MUSLIM / SAAT RAMADHAN DAN MENJELANG LEBARAN / MENAMBAH KOLEKSI DAN JUMLAH.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui gambaran kepemimpinan transformasional, (2) mengetahui gambaran lingkungan kerja, (3) mengetahui gambaran kinerja karyawan,

Analisis data ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah nomor tiga, yaitu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh efektivitas

Poket dengan kehilangan tulang keberadaan poket secara klinis ditandai dengan adanya perdarahan gingiva dengan probing atau spontan.

[r]

[r]