i
UNTUK SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
Lusiana Faustina Suba Boro
NIM. 131134250
RINTISAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU TERINTEGRASI (PPGT)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
Karya ini kupersembahkan untuk:
Tuhan yang Maha Esa sumber segala hidup
Tak ada kata yang cukup untuk mengungkapkan syukurku
Bapak Faustinus Suba Boro dan Mama Maria Goretti Ima
Atas cinta dan motivasi
Terima kasih untuk semua doa yang tidak pernah berhenti kalian daraskan
Kakak Hendrika Faustina Suba Boro dan adik Eugenius Suba Boro
Untuk cinta dan motivasi sampai sekarang
Kakek Bernadus Nai, Kakek Modestus Nggalang (Alm),
Kakek Yoseph Sono (Alm), Nenek Maria Nona, Nenek Yustina Ongge,
Nenek Yuliana Nora
dan
Seluruh keluarga besarku
Atas motivasi dan dukungan
Teman-teman PPGT angkatan 2013
Yang selalu memberikan motivasi, perhatian, semangat, dan kebersamaan
v
Dewi Paokuma, Kakak Hermin, Rahmania Dasi, Sofia Wangge, Hilda Lena, Lendra
Harven, Roni Sadur, Astin Ndouk, Gustin Rindu, dan Serlin Mugi.
Yang selalu mendukung, memberikan dorongan dan selalu ada dalam suka dan duka
Dosen-dosen terbaik
Pak Puji, Ibu Maslichah, Pak Paulus Wahana, Ibu Ika, Pak Galih, Pak Rohandi, Ibu
Maya, Ibu Agnes, Pak Rusmawan.
Atas kerja keras, kesabaran dan ide-ide cemerlang selama perkuliahan
Dan telah menjadi orang tua kedua bagi mahasiswa PPGT selama ini
Keluarga besar Student Residence
Pamong dan teman-teman SR
Atas perlindungan, nasihat dan kasih sayang.
Kupersembahkan karya ini
Untuk almamaterku tercinta
vi
“Karena Tuhanlah yang memberikan hikmat
Dari mulutNya datang pengetahuan dan kepandaian”
-Amsal 2: 6-
I’am not the best
But, i can be the best
-nn-
“The way to get started is to quit talking and begin doing”
Disney-vii
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya
atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka,
sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 17 Februari 2017
viii
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Lusiana Faustina Suba Boro
Nomor Mahasiswa : 131134250
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas
Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
Pengembangan Media Bilik Pencangkokan Pada Materi Proses Pencangkokan Untuk Siswa
Kelas III Sekolah Dasar
beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu
meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 17 Februari 2017
Yang menyatakan
ix
PENGEMBANGAN MEDIA BILIK PENCANGKOKAN PADA MATERI PROSES PENCANGKOKAN UNTUK SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR
Lusiana Faustina Suba Boro
Universitas Sanata Dharma
2017
Kebutuhan guru pada media pembelajaran konvensional yang dapat membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dan juga sesuai dengan kriteria, menjadi alasan dilakukannya penelitian ini. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan produk berupa media pembelajaran konvensional bilik pencangkokan pada materi proses pencangkokan untuk siswa kelas III sekolah dasar.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian dan pengembangan dari hasil modifikasi antara model Borg and Gall dalam Sugiyono (2015:298) . Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi lima langkah yaitu 1) analisis masalah, 2) pengumpulan data, 3) desain produk, 4) validasi ahli, dan 5) revisi produk hasil validasi hingga menghasilkan produk berupa media pembelajaran bilik pencangkokan pada materi proses pencangkokan untuk siswa kelas III sekolah dasar. Instrumen dalam penelitian ini berupa daftar pertanyaan wawancara dan lembar kuisioner, wawancara dilakukan untuk menganalisis kebutuhan guru kelas III berkaitan dengan media pembelajaran konvensional. Sedangkan kuisioner digunakan untuk menilai kelayakan atau kualitas media bilik pencangkokan oleh dua pakar media pembelajaran dan dua guru kelas III sekolah dasar.
Validasi media bilik pencangkokan berpedoman pada 13 aspek penilaian yang dikategorikan dalam beberapa kategori diantaranya 1) aspek isi atau konten, 2) penggunaan atau penyajian, dan 3) keterkaiatan dengan materi. Validasi dari dua pakar media pembelajaran memperoleh nilai 4,61 (sangat baik) dan 4,46 (sangat baik) begitu pula dari dua guru kelas III, diperoleh nilai dari masing-masing guru yaitu 4,46 (sangat baik). Berdasarkan keempat nilai ini diperolehlah nilai rata-rata 4,49 yang masuk dalam kriteria sangat baik. Dengan demikian media bilik pencangkokan telah layak digunakan untuk ujicoba dalam kegiatan pembelajaran di kelas III sekolah dasar.
x
MEDIA DEVELOPMENT PLANT ROOM TRANSPLANTATION
AT A PLANT TRANSPLANTATION PROCESS MATERIAL
FOR THIRD GRADE STUDENT ELEMENTARY SCHOOL
Lusiana Faustina Suba Boro
Sanata Dharma University
2017
Teacher necesary for conventional learning material that can help students to reach the purpose of learning and also appropriate with the criteria, becoming the reason for doing the research. The purpose of the research is having the conventional learning material in plant transplantation process for third grade student elementary school.
This research is the kind of research and development that modification Borg and Gall models based on Sugiyono (2015:298). Development prosedures thet use in the study include 5 steps: 1) problem analysis, 2) data collection, 3) product design, 4) validation expert, and 5) product revition of validation until having the product of plant room transplantation at a transplantation process material for third grade student elementary school. The research instrument are interview question and questionnaires sheet, interview was done to analys the third grade teacher necesary about conventional learning material. The questionnaires wa s done to evaluating the quality of plant room transplantation by two learning materials specialist and two teacher from trird grade elementary student.
Validation plant room transplantation based on 13 aspects of assessment which are classified in several categories including 1) content aspect, 2) the use or presentation, and 3) the material reletionship. The validations by two learning material specialist obtain a value of 4,61 (very good), and 4,46 (very good) as well as of two teacher from third grade , of each teacher are 4,46 (very good). Based on this four results, can achieved mean value 4,49 including criteria very good. Thus plant room transplantation has been worth for trial and learning activities in third grade elementary school.
xi
Puji dan syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat,
rahmat, dan bimbinganNya peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Media Bilik Pencangkokan Pada Materi Proses Pencangkokan Untuk Siswa Kelas III Sekolah Dasar” dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Peneliti menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini, peneliti banyak mendapat
bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik. Maka dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar.
3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
4. Drs. Puji Purnomo, M.Si. selaku koordinator PPGT dan juga validator pakar
media pembelajaran bilik pencangkokan yang telah memberikan bantuan dalam
penelitian ini dengan melakukan validasi media pembelajaran.
5. Drs. Paulus Wahana, M.Hum. selaku dosen pembimbing yang telah membimbing
dan memberi dukungan serta masukan yang positif sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini.
6. Maria Melani Ika Susanti, S.Pd., M.Pd. selaku validator pakar media
pembelajaran bilik pencangkokan yang telah memberikan bantuan dalam
penelitian ini dengan melakukan validasi media pembelajaran.
7. Para dosen dan staf PGSD yang telah melayani peneliti dengan baik.
8. Sarjono, S.Pd.,SD. selaku Kepala Sekolah SD Negeri Kalasan 1 yang telah
memberikan bantuan kepada peneliti selama penelitian di sekolah.
9. Erviana Pramitasari, S.Pd. selaku guru validator media bilik pencangkokan
sekaligus Wali Kelas III A SD Negeri Kalasan 1 yang telah membantu peneliti
xii
11. Landung Hardana, S.Pd,SD. selaku guru kelas IV SD Negeri Kalasan 1 yang
telah membantu peneliti dalam kegiatan wawancara.
12. Bapak Faustinus Suba Boro dan mama Maria Goretti Ima tercinta, atas segala
dukungan dan doa yang tak hentinya kalian daraskan.
13. Kakak Hendrika Faustina Suba Boro dan adik Eugenius Suba Boro atas dukungan
dan motivasinya,
14. Kakek dan nenek serta keluarga besar, atas dukungannya selama ini.
15. Teman-teman PPGT angkatan 2013 atas motivasi, kebersamaan dan perjuangan
selama ini.
16. Teman-teman tercinta kakak Susan, Roni, Rahma, Sofia, Hilda, Lendra, Astin,
Gustin, Dewi, dan Serlin atas bantuan dan motivasi yang diberikan.
17. Keluarga besar Student Residence, para pamong dan teman-teman, telah menjadi
keluarga kedua bagi peneliti.
18. Segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas
bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak keterbatasan dan
kekurangan, karena itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
berbagai pihak. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan selamat membaca, semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Yogyakarta, 17 Februari 2017
Peneliti
xiii
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... vi
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... viii
ABSTRAK ... ix
ABSTRACT ... x
KATA PENGANTAR ... xi
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR BAGAN ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1
B.Rumusan Masalah ... 5
C.Tujuan Penelitian ... 5
D.Manfaat Penelitian ... 5
E.Batasan Istilah ... 6
F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan ... 7
BAB II LANDASAN TEORI A.Kajian Pustaka ... 10
1. Media Pembelajaran Konvensional ... 10
a. Pengertian ... 10
xiv
e. Kriteria Pemilihan Media ... 20
2. Media Bilik Pencangkokan ... 24
3. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ... 25
4. Pengembangan Media ... 26
5. Materi Pokok ... 26
B.Penelitian yang Relevan ... 27
C.Kerangka Berpikir ... 29
D.Pertanyaan Penelitian ... 31
BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 32
B.Setting Penelitian ... 38
C.Prosedur Pengembangan ... 40
D.Teknik Pengumpulan data ... 43
E.Instrumen Penelitian ... 45
F. Teknik Analisis Data ... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 55
B.Pembahasan ... 60
C.Data Hasil Validasi Pakar Media Pembelajaran ... 63
D.Data Hasil Validasi Guru Kelas III dan Revisi Produk ... 65
E.Kajian Produk Akhir dan Pembahasan ... 67
BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 76
B.Keterbatasan Pengembangan ... 76
C.Saran ... 77
DAFTAR REFERENSI ... 78
LAMPIRAN ... 80
BIODATA PENULIS ... 195
xv
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 39
Tabel 3.2 Instrumen Survei Kebutuhan ... 45
Tabel 3.3 Lembar Kuisioner Instrumen Validasi Produk Oleh Pakar Media Pembelajaran dan Guru ... 47
Tabel 3.4 Kriteria kelayakan ... 48
Tabel 3.5 Konversi Nilai Skala Lima ... 51
Tabel 3.6 Kriteria Skor Skala Lima ... 53
Tabel 4.1 Komentar dan Saran Perbaikan Serta Revisi Produk ... 65
xvi
Bagan 2.1 Literature Map Hasil Penelitian yang Relevan ... 28
Bagan 2.2 Kerangka Berpikir ... 30
Bagan 3.1 Langkah-langkah Penggunaan Metode Penelitian Dan Pengembangan ... 35
xvii
Gambar 4.1 Produk awal bilik pencangkokan ... 62
Gambar 4.2 Produk awal mock up pohon ... 63
Gambar 4.3 Produk awal papan keterangan ... 63
Gambar 4.4 mock up pohon tanpa akar ... 66
Gambar 4.5 mock up pohon setelah diberi akar ... 66
Gambar 4.6 Potensial untuk mencapai tujuan pembelajaran ... 70
Gambar 4.7 Potensial merangsang semangat siswa ... 70
Gambar 4.8 Dapat digunakan berulang-ulang ... 71
Gambar 4.9 Sesuai dengan karakteristik siswa ... 71
Gambar 4.10 Memiliki konsep yang jelas ... 72
Gambar 4.11 Memungkinkan komunikasi yang efektif ... 72
Gambar 4.12 Memiliki bentuk yang jelas ... 73
Gambar 4.13 Warna menarik ... 73
Gambar 4.14 Media bilik pencangkokan memuat mock up dan papan keterangan ... 74
Gambar 4.15 Bilik (ruang) media Bilik Pencangkokan ... 74
Gambar 4.16 Mock up pohon ... 74
xviii
Lampiran 1 Surat Izin Observasi dan Wawancara ... 81
Lampiran 2 Surat Keterangan Telah Melakukan Wawancara ... 84
Lampiran 3 Surat Izin Validasi ... . ... 86
Lampiran 4 ...Lampiran Wawancara Analisis Kebutuhan ... 88
Lampiran 5 ... Data Mentah Hasil Validasi Pakar Media ... 92
Lampiran 6 ... Data Mentah Hasil Validasi Guru Kelas III ... 99
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu proses pemanusiaan manusia, menurut
Driyarkara (Sudiarja, 2006: 326). Dalam perjalanannya pendidikan di
Indonesia masih memegang teguh konsep pendidikan lama atau paradigma
lama, hal ini menjadikan siswa sebagai celengan yang cenderung pasif
sedangkan guru menjadi satu-satunya pihak yang aktif dalam kegiatan
belajar. Guru menjadi subyek dan obyek dari pendidikan, dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran tanpa memperhatikan kegiatan siswa
selain menulis, membaca, dan berdiskusi. Hal inilah yang lumrah tergambar
dalam wajah pendidikan Indonesia, guru menyampaikan materi, siswa
menerima bagaikan celengan kosong dan penuh pada saatnya nanti.
Paradigma pendidikan lama ini menjadikan kegiatan pembelajaran menjadi
tidak bermakna, siswa cenderung ingin pulang lebih cepat karena alasan
bosan.
Paradigma pendidikan baru adalah konsep pendidikan dengan siswa
menjadi central sekaligus subyek dan obyek dalam kegiatan pembelajaran.
Siswa bukanlah sebuah celengan kosong yang siap diisi namun siswa
menjadi perancang, pelaksana dan pengevalusi kegiatan pembelajaran.
Tujuan pendidikan Indonesia menurut UU No. 23 Tahun 2003 pasal 45 ayat
1 berbunyi “Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan
pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial
emosional, dan kejiwaan peserta didik“. Sarana prasarana pendidikan dalam
hal ini meliputi alat pelajaran, alat peraga, dan media pendidikan.
Media pendidikan menjadi salah satu sarana dalam pengembangan
kecerdasan intelektual siswa. Menurut Gagne (Sadiman, 2009: 6) media
adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat
merangsangnya untuk belajar. Oleh karena merupakan segala komponen
dalam lingkungan siswa maka media dapat ditemukan di sekitar siswa dan
dapat digunakan secara langsung oleh siswa. Namun guru sebagai pengajar
wajib mengetahui terlebih dahulu penggunaan dan manfaat dari media itu
agar sesuai dengan perkembangan siswa.
Media merupakan segala cara dan sesuatu yang digunakan dalam
kegiatan pembelajaran dalam rangka membantu peningkatan pemahaman
siswa akan materi yang diajarkan. Media yang dibuat harus sesuai dengan
tingkat perkembangan anak dan materi yang diajarkan. Ketepatan pemilihan
media akan sangat membantu siswa dalam memahami materi pelajaran.
Dalam kegiatan pembelajaran media harus dapat digunakan secara tepat dan
sesuai dalam hal ini adalah ketepatan dalam penggunaan.
Media pada awalnya hanya merupakan alat bantu mengajar dan lebih
menekankan pada pengembangan media visual seperti gambar, model,
obyek langsung, dan alat-alat yang dapat memberikan pengalaman kongkret
dan memotivasi siswa dalam belajar (Sadiman, 2009: 7). Namun dalam
munculnya alat teknologi dan komunikasi yang lebih modern, hal ini tidak
menghilangkan media gambar, model, obyek dan lainnya melainkan
teknologi sebagai pelengkap dari pengembangan media secara umum.
Media berawal dari gambar dan model kemudian dikembangkan
menjadi bahan tiruan, mock up, replika, dan dioroma. Hal ini menunjukkan
perkembangan media yang pesat sekaligus ramah lingkungan, karena
ternyata pembuatan media dapat menggunakan bahan-bahan yang ada di
sekitar guru maupun siswa.
Sub tema merupakan penjabaran dari tema yang bersifat khusus.
Dalam kurikulum 2013 identik dengan subtema dan dari subtema tersebut
memiliki keterkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Materi merupakan
semua komponen kognitif dalam pembelajaran yang harus dipenuhi siswa
untuk mencapai standart kompetensi yang telah ditetapkan, (Sadiman, 2009:
8).
Guru sebagai penyelenggara pendidikan diharapkan dapat menyajikan
materi secara kreatif, artinya tidak hanya bertolak dari buku melainkan juga
dari pengalaman kongkret siswa maupun hasil refleksi antara guru dan
siswa. Materi yang disampaikan atau disajikanpun tidak keluar dari konteks,
sehingga pemahaman siswa akan materi yang diajarkan semakin baik.
Guru yang baik adalah guru yang mampu menjadikan kegiatan
pembelajaran bermakna bagi siswa dan yang mampu menyajikan materi
Kenyataannya, kapasistas penggunaan media sangatlah minim. Hal ini
dibuktikan melalui kegiatan wawancara terhadap guru wali kelas III SDN
Kalasan 1 dengan inisial L, penulis memperoleh jawaban bahwa
penggunaan media masih kurang. Penggunaan media pada beberapa mata
pelajaran di kelas III membuat siswa lebih aktif, kreatif dan senang karena
mereka dapat terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran.
Dalam penggunaan media di SDN Kalasan 1, penulis memperoleh
informasi bahwa guru lebih banyak menggunakan media ICT khususnya
powerpoint sehingga siswa kurang berpartisispasi secara aktif dalam
pembelajaran. Pengembangan media pembelajaran tidak harus
mengeluarkan biaya, waktu dan tenaga yang besar, asalkan guru memiliki
kreativitas untuk memadukan materi pelajaran, alat dan bahan di sekitar
serta kemampuan siswa agar media yang dirancang dapat bermanfaat dan
berdayaguna dalam pelaksanan pembelajaran.
Berdasarkan masalah yang telah dipaparkan penulis dan berdasarkan
hasil wawancara, penulis dapat mengetahui bahwa kapasitas penggunaan
media konvensional pada materi proses pencangkokan masih sangat minim
sehingga kurangnya pemahaman siswa akan materi, maka penulis
memberikan solusi dengan mengembangkan media pembelajaran bilik
pencangkokan pada materi proses pencangkokan untuk siswa kelas III
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah dari
pengembangan media ini adalah:
1. Bagaimana mengembangkan media pembelajaran bilik pencangkokan
pada materi proses pencangkokan untuk siswa kelas III sekolah dasar?
2. Bagaimana kualitas produk media pembelajaran bilik pencangkokan
pada materi proses pencangkokan untuk siswa kelas III sekolah dasar?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian dan pengembangan ini adalah:
1. Untuk mendeskripsikan langkah-langkah pengembangan media
pembelajaran bilik pencangkokan pada materi proses pencangkokan
untuk siswa kelas III sekolah dasar.
2. Untuk mendeskripsikan tingkat kualitas produk pengembangan media
pembelajaran bilik pencangkokan pada materi proses pencangkokan
untuk siswa kelas III Sekolah Dasar.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian dan pengembangan ini diantaranya
adalah:
1. Bagi Mahasiswa
Penelitian dan pengembangan ini dapat menjadi sarana penambah
pengetahuan dan pengalaman berkaitan dengan pengembangan media
bilik pencangkokan pada materi proses pencangkokan untuk siswa
2. Bagi Guru
Pengembangan media pembelajaran bilik pencangkokan dapat
dijadikan sebagai salah satu referensi dalam melaksanakan kegiatan
belajar mengajar khususnya pada materi proses pencangkokan untuk
siswa kelas III sekolah dasar.
3. Bagi Sekolah
Penelitian dan pengembangan ini dapat menjadi referensi bagi sekolah
dalam mengembangkan media pembelajaran bilik pencangkokan pada
materi proses pencangkokan untuk siswa kelas III sekolah dasar.
4. Bagi Prodi PGSD
Penelitian dan pengembangan ini dapat menambah pustaka prodi
PGSD Universitas Sanata Dharma terkait pengembangan media
pembelajaran bilik pencangkokan pada materi proses pencangkokan
untuk siswa kelas III sekolah dasar.
E. Batasan Istilah
1. Media pembelajaran merupakan seperangkat peralatan yang
digunakan sebagai alat bantu mengajar yang bersifat sebagai perantara
atau pengantar pesan dari pembicara kepada pendengar.
2. Media pembelajaran bilik pencangkokan merupakan salah satu media
tiga dimensi atau media yang memiliki bentuk menyerupai benda asli.
3. Perkembangbiakan buatan tumbuhan adalah perkembangbiakan secara
tak kawin pada tumbuhan yang sengaja dilakukan manusia atau
4. Mencangkok adalah memperbanyak tumbuhan dengan cara memotong
dahan tumbuhan induknya.
F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan
Produk yang dikembangkan memiliki spesifikasi sebagai berikut:
1. Media bilik pencangkokan potensial untuk mencapai tujuan
pembelajaran. dimana siswa dapat memahami konsep dari proses
pencangkokan dari langkah pertama sampai terakhir.
2. Potensial membangun dan merangsang semangat siswa dalam belajar.
Media bilik pencangkokan memiliki bentuk yang unik baik dari
biliknya, mock up pohon, dan keterangannya.
3. Dapat digunakan berulang-ulang. Media bilik pencangkokan
merupakan gabungan dari tiga bagian yaitu bilik, mock up pohon dan
keterangannya. Alas bilik terbuat dari papan dengan ketebalan 2 cm
dan dindingnya terbuat dari tripleks dengan ketebalan 4 mm. Mock up
pohon terbuat dari kayu dilapisi dengan kain flanel tebal berwarna
coklat. Selain itu daunnya terbuat dari kulit botol bekas dan dilapisi
kembali dengan kain flanel berwarna hijau. Media bilik pencangkokan
juga memiliki keterangan yang alasnya terbuat dari papan dengan
tebal 0,5 mm. Artinya media bilik pencangkokan kuat dan tahan lama.
4. Media bilik pencangkokan memiliki 6 bilik, dimana setiap bilik
5. Media bilik pencangkokan mudah dibawa ke mana-mana. Media bilik
pencangkokan ini didesain untuk dapat dibawa ke mana-mana, karena
tidak terlalu besar dan ringan.
6. Media bilik pencangkokan sesuai dengan karakteristik anak kelas III
sekolah dasar. Hal ini dikarenakan media bilik pencangkokan
memiliki bentuk dan warna yang menarik, selain itu media ini
memiliki jenis permainan yang cocok untuk anak SD.
7. Berdasarkan konsep yang jelas, artinya media bilik pencangkokan
mampu menjelaskan konsep dari proses pencangkokan yang masih
abstrak. Mock up pohon menggambarkan dengan jelas proses
pencangkokan ditambah dengan keterangan yang memuat bahasa
Indonesia sederhana dan mudah dipahami siswa.
8. Dapat digunakan untuk komunikasi yang efektif. Media bilik
pencangkokan ini memuat mock up sekaligus kalimat yang mudah
dipahami siswa. Selain itu mock up juga berfungsi melatih anak
menggunakan bahasa sendiri dalam menjelaskan sesuatu.
9. Memiliki bentuk yang jelas. Maksudnya media bilik pencangkokan
yang merupakan mock up memiliki bentuk pohon yang jelas
termaksud batang, dahan, dan daunnya.
10. Warnanya menarik. Media bilik pencangkokan memiliki warna yang
menarik, perpaduan dari warna hijau muda, emas (gold), hijau tua dan
coklat, yang merupakan warna-warna primer dan sekunder serta
11. Media bilik pencangkokan di dalamnya meliputi:
a. Mock up pohon
b. Keterangan proses pencangkokan
12. Media bilik pencangkokan, terdiri atas:
a. Bilik (ruang), yang menjadi tempat diletakannya mock up pohon
dan papan keterangan proses pencangkokan
b. Mock up pohon
c. Keterangan, terbuat dari papan tipis yang beisi keterangan dari
mock up pohon dalam hal ini proses pencangkokannya.
13. Media bilik pencangkokan memiliki buku petunjuk untuk tiap muatan
10
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Media Pembelajaran Konvensional
a. Pengertian
Smaldino, Sharon, dkk, 2011: 7 menyatakan secara harafiah atau
asal katanya, media berasal dari bahasa Latin medium (antara) dan
merupakan bentuk jamak dari perantara (medium). Istilah ini merujuk
pada apa saja yang membawa informasi antara sebuah sumber dan
sebuah penerima.
Webster Dictionary (Anitah, 2010: 4), mengemukakan bahwa
media atau medium adalah segala sesuatu yang terletak di tengah dalam
bentuk jenjang, atau alat apa saja yang digunakan sebagai perantara atau
penghubung dua pihak atau dua hal.
AECT (Association of Educational and Communication
Technology) (Sanaky 2013: 4), memberikan batasan tentang media
sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan
pesan atau informasi. Menurut Gagne (Sadiman, 2009: 6) media adalah
berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat
merangsangnya untuk belajar. Oleh karena merupakan segala komponen
dalam lingkungan siswa maka media dapat ditemukan di sekitar siswa
dan dapat digunakan secara langsung oleh siswa. Namun guru sebagai
cara atau sesuatu yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dalam
rangka membantu peningkatan pemahaman siswa akan materi yang
diajarkan.
Media yang dibuat harus sesuai dengan tingkat perkembangan
anak, dan materi yang diajarkan. Ketepatan pemilihan media akan sangat
membantu siswa dalam memahami materi pelajaran. Dalam kegiatan
pembelajaran media harus dapat digunakan secara tepat dan sesuai dalam
hal ini adalah ketepatan dalam penggunaan dan juga kesesuaian dengan
materi yang akan diajarkan.
(Sadiman 2009: 6) media pada awalnya hanya merupakan alat
bantu mengajar dan lebih menekankan pada pengembangan media visual
seperti gambar, model, obyek, dan alat-alat yang dapat memberikan
pengalaman kongkret dan memotivasi siswa dalam belajar.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa media adalah segala komponen
yang berada di sekitar siswa yang bertujuan sebagai medium atau
perantara pesan yang dapat memotivasi siswa dalam belajar.
b. Jenis
Media pembelajaran (Sukiman, 2012: 44) merupakan komponen
pembelajaran yang meliputi bahan dan peralatan. Dengan masuknya
berbagai pengaruh ke dalam dunia pendidikan, media pembelajaran terus
mengalami perkembangan dan tampil dalam berbagai jenis format,
pembelajaran ke dalam bentuk taksonomi media. Rudy Bretz,
mengklasifikasikan media berdasarkan unsur pokoknya yaitu suara,
visual, dan gerak.
Sadiman (Sukiman, 2012: 45) mengemukakan bahwa beberapa ahli
lainnya seperti Gagne, Brigss, Edling, dan Allen membuat taksonomi
media dengan pertimbangan yang lebih berfokus pada proses dan
interaksi dalam belajar dari pada sifat media itu sendiri. Gagne
mengelompokkan media berdasarkan tingkat hierarki belajar yang
dikembangkannya, yaitu benda untuk didemonstasikan, komunikasi lisan,
media cetak, gambar diam, gambar gerak, film bersuara, dan mesin
belajar. Sedangkan Brigss mengklasifikasikan media menjadi 13 (tiga
belas) berdasarkan kesesuaian rangsangan yang ditimbulkan media
dengan karakteristik siswa. ketiga belas media tersebut adalah obyek atau
benda nyata, model, suara langsung, rekaman audio, media cetak,
pembelajaran terprogram, papan tulis, media transparansi, film bingkai,
film (16 mm), film rangkai, televisi, dan gambar (grafis).
Djamarah dan Zain (2006: 124), membagi media ke dalam
beberapa bagian yaitu:
1) Dilihat dari jenisnya
a) Media auditif, merupakan media yang hanya mengandalkan
kemampuan suara saja, seperti radio, tape recorder, piringan hitam.
pengelihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam
seperti film strip (film rangkai), slides (film bingkai) foto, gambar
atau lukisan, dan cetakan. Ada pula media visual yang
menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu,
dan film kartun.
c) Media audiovisual, adalah media yang mempunyai unsur suara dan
unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih
baik, karena meliputi kedua jenis media. Media ini dibagi kembali
ke dalam:
i) Audiovisual diam dan
ii) Audiovisual gerak
2) Dilihat dari daya liputnya, media dibagi dalam:
a) Media dengan daya liput luas dan serentak
Penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat dan ruang serta
dapat menjangkau jumlah anak didik yang banyak dalam waktu
yang sama.
Contoh: radio dan televisi
b) Media dengan daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat
Media ini dalam penggunaannya membutuhkan ruang dan tempat
yang khusus seperti film, sound slides, film rangkai, yang harus
Media ini penggunaannya hanya untuk seorang diri, termaksud
media ini adalah modul berprogram dan pengajaran melalui
komputer.
3) Dilihat dari bahan pembuatannya
a) Media sederhana, merupakan media yang bahan dasarnya mudah
diperoleh dan harganya murah, cara pembuatannya mudah, dan
penggunaannya tidak sulit
b) Media kompleks, merupakan media yang bahan dan alat
pembuatannya sulit diperoleh serta harganya mahal, sulit
pembuatannya, dan penggunaannya memerlukan keterampilan
pemakainya.
Munadi, 2010: 107, menyampaikan pendapatnya tentang benda asli
dan benda tiruan (model). Benda asli dan benda tiruan dapat dipilih
penggunaannya dalam pengajaran apabila dilihat berdasarkan tujuannya,
setidaknya ada tiga macam benda asli, diantaranya:
1) Unmodified real thing adalah benda sebenarnya, sebagaimana adanya,
tanpa perubahan, kecuali hanya dipindahkan dari tempat aslinya.
Benda-benda ini memiliki ciri dapat digunakan, hidup, dalam ukuran
yang normal, dapat dikenal dengan nama sebenarnya. Contoh anak
ayam yang hidup.
2) Modified real thing, kategori ini termaksud mock up
disederhanakan, yang dibuat hanya bagian penting saja. Mock up
sangat efektif untuk belajar, karena disamping dapat mengkongkritkan
yang abstrak juga dapat dapat menarik perhatian. Contoh benda tiruan
bola langit/tata surya.
3) Specimens, merupakan media yang kadang tidak dimodifikasi dan
biasanya merupakan bagian dari lingkungan.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli peneliti dapat
mengklasifikasikan media bilik pencangkokan ke dalam jenis media
berdasarkan:
1) Berdasarkan kesesuaian rangsangan yang ditimbulkan, media bilik
pencangkokan termaksud media model
2) Dilihat dari jenisnya, media bilik pencangkokan termaksud media
visual karena memanfaatkan indera penglihatan.
3) Dilihat dari daya liputnya, media bilik pencangkokan termaksud daya
liput luas dan serentak karena penggunaan media ini untuk satu kelas
karena dapat dimanfaatkan melalui kegiatan permainan.
4) Dilihat dari bahan pembuatannya, media bilik pencangkokan masuk
dalam media sederhana karena bahannya yang mudah didapat dan
penggunaannya yang tidak merepotkan.
5) Berdasarkan pembagian benda asli dan tiruan, media bilik
pencangkokan termaksud dalam mock up karena media ini merupakan
yang dianggap abstrak ke dalam sesuatu yang lebih nyata atau real.
c. Fungsi Media Pembelajaran
Levie dan Lentz (Kustandi dan Sutjipto, 2011: 19-20),
mengemukakan pendapat tentang fungsi media pembelajaran khususnya
media visual, yang terdiri dari 4 fungsi yaitu:
1) Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan
mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi
pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau
menyertai teks materi pelajaran. Sering kali pada awal pelajaran atau
materi pelajaran itu merupakan salah satu pelajaran yang tidak
disenangi oleh mereka sehingga mereka tidak memperhatikan.
2) Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan
siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar
atau lambang visual dapat mengunggah emosi dan sikap siswa,
misalnya informasi yang menyangkut masalah sosial atau ras.
3) Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian
yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar
memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat
informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
4) Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil
[image:34.595.87.514.235.628.2]mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.
Kemp dan Dayton (Kustandi dan Sutjipto, 2011: 20), menyatakan
pemikiran tentang fungsi media pembelajaran yaitu, media pembelajaran
akan memenuhi tiga fungsi utama jika digunakan oleh perorangan,
kelompok, atau kelompok yang besar jumlahnya, yaitu dalam hal 1)
Memotivasi minat dan tindakan, 2) Menyajikan informasi, 3) Memberi
instruksi. Untuk memenuhi fungsi motivasi, media pembelajaran dapat
direalisasikan dengan teknik drama atau hiburan. Sedangkan untuk tujuan
informasi, media pembelajaran dapat digunakan dalam rangka penyajian
informasi di hadapan sekelompok siswa. Isi dan bentuk penyajian
bersifat umum, berfungsi sebagai pengantar, ringkasan laporan, atau
pengetahuan latar belakang. Penyajian dapat pula dalam bentuk hiburan,
drama, atau teknik motivasi.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli dapat ditarik kesimpulan
bahwa media bilik pencangkokan mencakup semua fungsi di atas,
seperti:
1) Fungsi Atensi, media bilik pencangkokan memiliki bentuk yang
menarik dan dapat mengarahkan konsentrasi siswa untuk memahami
materi, karena media ini memiliki bentuk seperti labirin dan juga
seperti papan berputar.
2) Fungsi afektif, media bilik pencangkokan memiliki keterangan pada
mempelajari proses pencangkokan sekaligus kegiatan membaca
dengan menyenangkan.
3) Fungsi kognitif, dilihat dari penggambaran secara jelas proses
pencangkokan lewat miniatur pohon yang dibuat.
4) Fungsi kompensatoris, media ini dapat membantu siswa yang lemah
dalam membaca untuk menemukan kata-katanya sendiri untuk
menjelaskan proses pencangkokan dengan melihat mock up pohon
yang disediakan.
Selain itu media bilik pencangkokan juga memuat ketiga fungsi
media jika digunakan dalam kelompok besar yaitu memotivasi,
menyajikan informasi, dan memberi instruksi.
d. Manfaat Media Pembelajaran
Kemp dan Dayton (Arsyad, 2010: 21), mengemukakan beberapa
hasil penelitian yang menunjukkan dampak positif dari penggunaan
media, diantaranya:
1. Penyampaian pembelajaran menjadi lebih baku. Setiap pelajar yang
melihat atau mendengar penyajian melalui media menerima pesan
yang sama. Meskipun para guru menafsirkan isi pelajaran dengan cara
yang berbeda-beda, dengan penggunaan media ragam tafsiran itu
dapat dikurangi sehingga informasi yang sama dapat disampaikan
kepada siswa sebagai landasan untuk pengkajian, latihan dan aplikasi
penarik perhatian dan membuat siswa tetap terjaga dan
memperhatikan. Kejelasan dan kerunrutan pesan, daya tarik image
yang berubah-ubah, penggunaan efek khusus yang dapat
menimbulkan keingintahuan menyebabkan siswa tertawa dan berpikir,
yang kesemuanya menunjukkan bahwa media memiliki aspek
motivasi dan meningkatkan minat.
3. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori
belajar dan prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal
partisipasi siswa, umpan balik, dan penguatan.
Secara khusus media pembelajaran memiliki beberapa manfaat
diantaranya:
1. Menangkap suatu obyek atau peristiwa-peristiwa tertentu
peristiwa-peristiwa penting atau obyek yang langkah dapat
diabadikan dengan foto, film atau direkam melalui video atau
audio, kemudian peristiwa itu dapat disimpan dan digunakan
manakala diperlukan.
2. Memanipulasi keadaan, peristiwa atau obyek tertentu
Melalui media pembelajaran, guru dapat menyajikan bahan
pelajaran yang bersifat abstrak menjadi kongkret sehingga mudah
dipahami dan dapat menghilangkan verbalisme. Untuk
sulit diikuti.
3. Menambah gairah dan motivasi belajar siswa.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli tentang manfaat media
pembelajaran, maka dapat disimpulkan bahwa media memiliki manfaat
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Memberikan informasi atau pesan yang baku, dalam hal ini
penggunaan media menjadikan siswa tidak menerima pesan yang
salah.
2. Menarik perhatian. Dalam hal ini media membantu guru dalam
menarik minat siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.
3. Memanipulasi keadaan. Dalam pembelajaran sering guru
menyampaikan pesan secara abstrak, namun dengan menggunakan
media siswa dapat menerima pesan dari hal yang kongkret. Sebagai
contoh dalam pembelajaran tentang proses pencangkokan, jika guru
hanya menggunakan power point dan gambar siswa hanya menerima
pesan abstrak, sedangkan jika guru menggunakan media alam,
misalnya pohon maka siswa mendapatkan pesan kongkret.
e. Kriteria pemilihan media
Eli (Sadiman, 2009: 85), mengemukakan pendapat mengenai
kriteria pemilihan media diantaranya adalah (1) media apa saja yang ada
(2) berapa harganya (3) berapa lama diperlukan untuk mendapatkannya
media
1. Ketersediaan sumber setempat. Bila tidak tersedia media di suatu
tempat, maka harus dibuat sendiri.
2. Adanya dana, tenaga dan fasilitas untuk membeli atau memproduksi
media tersebut.
3. Keluwesan, kepraktisan dan ketahanan media. Media diharapkan
dapat digunakan di mana pun dengan peralatan tang ada di sekitarnya
dan kapanpun serta mudah dalam proses mobilisasi.
4. Efektivitas biayanya dalam jangka waktu yang panjang. Ada media
yang mahal dalam produksi namun dapat digunakan dalam jangka
waktu yang panjang, begitu pula sebaliknya ada media yang murah
dalam produksi namun setiap saat materinya berganti.
Arsyad, 2010: 75, mengemukakan pendapatnya berkaitan dengan
kriteria pemilihan media, yaitu sebagai berikut:
1. Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Media dipilih berdasarkan
tujuan instruksional yang telah ditetapkan yang secara umum
mengacu kepada sala satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Tujuan ini dapat digambarkan
dalam bentuk tugas yang harus dikerjakan atau dipertunjukkan oleh
siswa, seperti menghafal, melakukan kegiatan yang melibatkan
kegiatan fisik atau pemakaian prinsip-prinsip seperti sebab dan akibat,
melibatkan pemikiran pada tingkatan lebih tinggi.
2. Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep,
[image:40.595.85.516.225.636.2]prinsip, atau generalisasi. Media yang berbeda, misalnya film dan
grafik memerlukan simbol dan kode yang berbeda, dan oleh karena itu
memerlukan proses dan keterampilan mental yang berbeda untuk
memahaminya. Agar dapat membantu proses pembelajaran secara
efektif, media harus selaras dan sesuai dengan kebutuhan tugas
pembelajaran dan kemampuan mental siswa. misalnya televisi, tepat
untuk mempertunjukkan proses dan transformasi yang memerlukan
manipulasi ruang dan waktu.
3. Praktis, luwes, dan bertahan. Jika tidak tersedia waktu, dana, dan
sumber daya lainnya untuk memproduksi, tidak perlu dipaksakan.
Media yang mahal dan memakan waktu lama untuk memproduksinya,
bukanlah jaminan sebagai media yang terbaik. Kriteria ini menuntun
para guru atau instruktur untuk memilih media yang ada, mudah
diperoleh, atau mudah dibuat sendiri oleh guru. media yang dipilih
sebaiknya dapat digunakan di manapun dan kapanpun dengan
peralatan yang tersedia di sekitarnya, serta mudah dipindahkan dan
dibawa ke mana-mana.
4. Guru terampil menggunakannya. Ini merupakan salah satu kriteria
guru yang menggunakannya.
5. Pengelompokan sasaran. Media yang efektif untuk kelompok besar
belum tentu sama efektifnya jika digunakan dalam kelompok kecil
atau perorangan. Ada media yang tepat untuk jenis kelompok besar,
kelompok sedang, kelompok kecil dan perorangan.
6. Mutu teknis. Pengembangan visual baik gambaran maupun fotograf
harus memenuhi persyaratan teknis tertentu. Misalnya, visual pada
slide harus jelas dan informasi atau pesan yang ditonjolkan dan ingin
disampaikan tidak boleh terganggu oleh elemen lain yang berupa latar
belakang.
Berdasarkan pendapat ahli tentang kriteria pemilihan media, dapat
diketahui bahwa media bilik pencangkokan telah memenuhi seluruh
kriteria diantaranya:
1. Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Dalam hal ini media bilik
pencangkokan memuat mock up pohon dari proses pencangkokan
dilengkapi dengan keterangannya, media ini dapat membantu siswa
untuk lebih memahami cara mencangkok yang selama ini dipelajari
secara abstrak.
2. Tepat untuk kegiatan pembelajaran.
3. Praktis, luwes dan bertahan. Media bilik pencangkokan terdiri atas,
bilik, mock up pohon, dan keterangan. Bilik pencangkokan terbuat
dan persegi.
4. Pengelompokan sasaran. Media bilik pencangkokan dapat digunakan
untuk kelompok kecil maupun besar, hal ini dikarenakan media bilik
pencangkokan memiliki ukuran yang besar juga dalam kegiatan
pembelajaran dapat dimanfaatkan sebagai media permainan.
5. Mutu teknis. Media bilik pencangkokan memiliki mock up dari pohon
yang digunakan sebagai tempat pencangkokan oleh karena itu media
ini memiliki visualisasi yang bagus, baik dari mock up pohon,
keterangan, maupun biliknya.
2. Media Bilik Pencangkokan
Berdasarkan asal katanya media artinya sarana atau alat (Kamus
Terbaru Bahasa Indonesia, 2008: 441) adapun berdasarkan asal katanya
bilik artinya ruangan kecil atau kamar (Kamus Terbaru Bahasa
Indonesia, 2008: 135), sedangkan pencangkokan dengan kata dasar
cangkok berdasarkan asal katanya memiliki arti membuat cabang (dahan)
menjadi akar (Kamus Terbaru Bahasa Indonesia, 2008: 160). Dapat
disimpulkan bahwa media bilik pencangkokan artinya sarana atau alat
yang memiliki ruangan kecil tempat membuat cabang (dahan) menjadi
akar.
Media bilik pencangkokan merupakan media untuk membantu
pencangkokan.
Media bilik pencangkokan merupakan gabungan dari tiga bagian
yaitu bilik, mock up pohon dan keterangannya. Alas bilik terbuat dari
papan dengan ketebalan 2 cm dan dindingnya terbuat dari tripleks dengan
ketebalan 4 mm. Mock up pohon terbuat dari kayu dilapisi dengan kain
flanel tebal berwarna coklat. Selain itu daunnya terbuat dari kulit botol
bekas dan dilapisi kembali dengan kain flanel berwarna hijau. Media
bilik pencangkokan juga memiliki keterangan yang alasnya terbuat dari
papan dengan tebal 0,5 mm.
3. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Siswa kelas III memiliki karakteristik fisik maupun emosional
berbeda pada tiap tahap perkembangannya. Apabila mengacu pada tahap
perkembangan (Desmita, 2009: 35), maka siswa sekolah dasar berada
dalam dua masa perkembangan, yaitu masa kanak-kanak tengah (6-9
tahun), dan masa kanak-kanak akhir (10-12 tahun). Siswa dengan usia ini
senang bermain, bergerak, bekerja dalam kelompok, dan merasakan atau
melakukan sesuatu secara langsung, oleh karena itu guru harus mampu
menciptakan suasana belajar aktif, dimana siswa dapat bergerak, terlibat
aktif (langsung), melakukan permainan dan bekerja sama.
Havigurts (Desmita, 2009: 35) mengungkapkan tugas
aktivitas fisik, 2. Membina hidup sehat, 3. Belajar bergaul dan bekerja
dalam kelompok. Belajar menjalankan peranan sosial sesuai dengan
jenis kelamin.
2. Belajar membaca, menulis, dan berhitung agar mampu berpartisipasi
dalam masyarakat.
3. Memperoleh sejumlah konsep yang diperlukan untuk berfikir efektif.
4. Mengembangkan kata hati, moral, dan nilai-nilai.
5. Mencapai kemandirian pribadi.
4. Pengembangan Media
Dalam skripsi ini, peneliti mengembangkan media konvensional
yaitu bilik pencangkokan. Media ini diharapkan dapat membantu siswa
dalam memahami materi proses pencangkokan. Media bilik
pencangkokan, merupakan hasil pegembangan antara media mock up dan
REPALING (Replika Papan Lingkaran). Media ini diharapkan dapat
membantu siswa untuk memahami materi proses pencangkokan. Dalam
pengembangan media ini, peneliti juga melengkapinya dengan rencana
pelaksanaan pembelajaran dan lembar kerja siswa.
5. Materi Pokok
Materi pokok atau materi pembelajaran merupakan penjabaran dari
kompetensi dasar yang akan dicapai oleh peserta didik melalui proses
pembelajaran. Majid, 2014: 112, menjelaskan hal-hal yang perlu
perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual peserta
didik, d) Kebermanfaatan bagi peserta didik, e) Struktur keilmuan, f)
Kedalaman dan keluasan materi, g) Relevansi dengan kebutuhan peserta
didik, dan h) Alokasi waktu.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian tentang media sangat sering dilakukan atau dilaksanakan,
namun pengembangan media konvensional “bilik pencangkokan” masih
jarang dilakukan khususnya pada kurikulum 2013. Berikut adalah tiga
penelitian pengembangan media pembelajaran konvensional yang relevan.
Pertama, skripsi Penerapan Media Lingkungan untuk Meningkatkan
Kemampuan Siswa Kelas VI dalam Memahami Materi IPA pada MI YAPPI
Kedungwanglu, Playen, Gunungkidul oleh Abror (2014: vii). Skripsi ini
menggunakan jenis penelitian Classroom Action Research (CAR), penelitian
ini menekankan pada penggunaan media lingkungan yang berada di sekitar
siswa, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
pembelajaran yang dilaksanakan adalah mata pelajaran IPA khususnya materi
perkembangbiakan tumbuhan.
Kedua, skripsi Pengembangan Media Pembelajaran IPA Berbasis
Lectora Professional Publishing Suite Materi Cara Pencegahan Kerusakan
Lingkungan Kelas IV Semester II di SD/MI oleh Rochmawan (2013: vii) ini
menggunakan model pengembangan dari Reiser dan Mollenda yaitu model
pencegahan kerusakan lingkungan.
Ketiga, Pengembangan Media Pembelajaran PALIBER (Papan
Lingkaran Berputar) Mata Pelajaran IPA Kelas IV Sekolah Dasar oleh
Listyorini (2013: vii) merupakan penelitian RnD model Borg and Gall yang
terdiri dari 10 tahap pengembangan.
Dari ketiga penelitian di atas, peneliti belum melihat adanya penelitian
tentang pengembangan media bilik pencangkokan pada materi proses
pencangkokan untuk siswa kelas III sekolah dasar. Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan kurikulum 2013. Karena itu penelitian ini merupakan
penelitian baru yang dapat dijadikan referensi bagi dunia pendidikan. Berikut
adalah Literature Map yang mengaitkan tiga penelitian dengan penelitian
baru yang disajikan oleh peneliti.
Bagan 2.1 Literature Map Hasil Penelitian yang Relevan
Penerapan Media Lingkungan untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Kelas VI dalam Memahami Materi IPA pada MI
YAPPI Kedungwanglu, Playen, Gunungkidul.
Abror (2014 : vii)
Pengembangan Media Pembelajaran IPA Berbasis Lectora Professional
Publishing Suite Materi Cara Pencegahan Kerusakan Lingkungan
Kelas IV Semester II di SD/MI A
Rochmawan (2013: vii)
Pengembangan Media Pembelajaran Paliber (Papan Lingkaran Berputar)
Mata Pelajaran IPA Kelas IV Sekolah Dasar
Listyorini (2013 : vii)
Pengembangan Media Pembelajaran Bilik pencangkokan pada Materi Perkembangbiakan Buatan Tumbuhan
(cangkok) dalam Sub Tema Perkembangbiakan Tumbuhan Untuk Siswa
Kelas III Sekolah Dasar.
Kurikulum 2013 dikembangkan dalam rangka mengembangkan
kemampuan soft skills dan hard skills yang berupa sikap, keterampilan dan
pengetahuan anak. Selain itu kurikulum 2013 menekankan pada
pembelajaran yang kontekstual dengan situasi siswa sehari-hari, sehingga
menuntut guru untuk lebih kreatif dalam menyampaikan materi yang relevan
dengan kehidupan sehari-hari siswa.
Kurikulum 2013 juga menekankan dalam prosesnya melibatkan
beberapa mata pelajaran agar dapat memberikan pengalaman bermakna bagi
siswa. Oleh karena itu, untuk memenuhi hal tersebut guru ditutut untuk lebih
kreatif dalam pembuatan perangkat pembelajaran, salah satunya adalah
media pembelajaran. Media pembelajaran diharapkan dapat membantu siswa
untuk mengalami pembelajaran secara kongkrit.
Pembelajaran yang kongkrit sangat ditekankan kepada siswa-siswi
kelas bawah, yang salah satu diantaranya yakni Kelas III SD. Dalam
pembelajarannya siswa kelas III sangat memerlukan pemanfaatan media
pembelajaran terlebih khusus untuk mata pelajaran IPA yang cenderung
dianggap sulit bagi siswa kelas III sekolah dasar.
Penggunaan media pembelajaran sangatlah membantu siswa dalam
memahami pembelajaran secara kontekstual. Khususnya media konvensional
karena lebih nyata dan dekat dengan siswa sehingga dalam penggunaannya
dapat melibatkan siswa secara langsung. Hasil belajar materi IPA yang
optimal. Sehingga perlu adanya media pembelajaran yang mampu
memvisualisasikan konsep materi pelajaran dengan baik. Melihat identifikasi
masalah kebutuhan karakteristik siswa tersebut maka peneliti terlebih dahulu
menyusun GBPM (Garis Besar Pembuatan Media) dalam rangka melakukan
desain atau rancangan pembuatan media bilik pencangkokan, kemudian
media pembelajaran konvensional dapat diproduksi.
Setelah media pembelajaran konvensional diproduksi, media harus
diuji terlebih dahulu oleh ahli materi dan ahli media. Ahli materi yang
dimaksud adalah guru kelas SDN Kalasan 1 yaitu guru kelas III, hal ini
bertujuan memberikan penilaian, masukan, kritik dan saran agar kualiatas
media menjadi lebih baik. Kemudian media pembelajaran diuji
keefektifannya kepada siswa kelas III SDN Kalasan 1, namun karena
keterbatasan waktu maka tidak dilakukan uji efektivitasnya di sekolah.
Bagan 2.2 Kerangka Berpikir
Mata Pelajaran Perangkat
Pembelajaran
Media IPA
ICT
Konvensional
Perkembangbiakan buatan tumbuhan
Bilik Pencangkokan
Terkait dengan pengembangan media bilik pencangkokan.
1. Bagaimana pengembangan media bilik pencangkokan pada materi
proses pencangkokan untuk siswa kelas III sekolah dasar?
2. Terkait dengan kualitas media atau produk
a. Bagaimana kualitas produk media bilik pencangkokan pada materi
proses pencangkokan untuk siswa kelas III sekolah dasar menurut
pakar media?
b. Bagaimana kualitas produk media bilik pencangkokan pada materi
proses pencangkokan untuk siswa kelas III sekolah dasar menurut
33 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Borg dan Gall dalam Sugiyono (2010: 9), mengungkapkan bahwa
penelitian pengembangan adalah suatu proses yang dipakai untuk
mengembangkan dan memvalidasi produk penelitian. Penelitian ini
mengikuti suatu langkah-langkah siklus. Langkah penelitian atau proses
pengembangan ini terdiri dari kajian tentang temuan penelitian produk yang
akan dikembangkan, mengembangkan produk berdasarkan temuan-temuan
tersebut, melakukan uji coba lapangan sesuai dengan latar dimana produk
tersebut akan dipakai, dan melakukan revisi terhadap uji lapangan.
Borg and Gall dalam Sanjaya (2013: 129) berpendapat bahwa produk
pendidikan yang dihasilkan melalui penelitian dan pengembangan itu tidak
terbatas pada bahan-bahan pelajaran seperti buku teks, film pendidikan dan
lain sebagainya, akan tetapi juga bisa berbentuk prosedur atau proses seperti
metode mengajar atau metode mengorganisasi pembelajaran.
Seels dan Richey, dalam Setyosari (2013: 223), penelitian
pengembangan didefinisikan sebagai kajian secara sistematik untuk
merancang, mengembangkan, dan mengevaluasi program-program, proses
dan hasil pembelajaran dan harus memenuhi kriteria konsistensi dan
Metode penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa Inggrisnya
Research and Development (R&D) menurut Sugiyono (2015: 407) adalah
metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan
menguji keefektifan produk tersebut.
Peneliti mengembangkan sebuah media konvensional pada mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk kelas III SDN Kalasan 1 dalam
tema pengembangbiakan hewan dan tumbuhan pada subtema
pengembangbiakan tumbuhan untuk materi proses pencangkokan. Produk
akan di uji coba pada semua siswa. Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui
kualitas media. Namun dalam pelaksanaannya, media ini tidak melalui
tahapan uji coba karena keterbatasan waktu. Untuk dapat menghasilkan
produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan untuk
menguji keefektifan produk tersebut supaya dapat berfungsi di masyarakat
luas, maka diperlukan penelitian untuk menguji keefektifan produk tersebut.
Metode penelitian dan pengembangan atau Research and
Development (R&D) telah banyak digunakan pada bidang-bidang Ilmu
Alam dan Teknik. Namun demikian metode penelitian dan pengembangan
bisa juga digunakan dalam bidang ilmu-ilmu sosial seperti Psikologi,
Sosiologi, Pendidikan, Manajemen, dan lain-lain. Penelitian dan
pengembangan yang menghasilkan produk tertentu untuk bidang
administrasi, pendidikan dan sosial lainnya masih rendah. Padahal banyak
produk tertentu dalam bidang pendidikan dan sosial yang perlu dihasilkan
menyajikan contoh metode penelitian dan pengembangan yang dapat
digunakan untuk penelitian sosial, khususnya pendidikan.
Langkah-langkah penelitian dan pengembangan ditunjukan pada
bagan 3.1 berikut.
Bagan 3.1 Langkah-langkah penggunaan metode Penelitian dan Pengembangan.
1. Potensi dan masalah
Penelitian dapat berangkat dari adanya potensi atau masalah.
Potensi adalah segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki
nilai tambah. Dalam bidang sosial dan pendidikan, misalnya kita
punya potensi penduduk usia kerja yang cukup banyak, sehingga
melalui model pendidikan tertentu dapat diberdayakan sebagai tenaga
kerja pertanian atau industri yang berbasis bahan mentah alam
Indonesia. Semua potensi akan berkembang menjadi masalah bila kita
tidak dapat mendayagunakan potensi-potensi tersebut. Sugiyono
(2015: 410) mengatakan “masalah adalah penyimpangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi”. Data tentang potensi dan masalah
tidak harus dicari sendiri, tetapi bisa berdasarkan laporan penelitian Potensi dan
Masalah
Pengumpulan Data
Desain Produk
Validasi Desain
Uji Coba Pemakaian
Revisi Produk
Revisi Produk Uji Coba Produk Revisi Desain
orang lain, atau dokumentasi laporan kegiatan dari perorangan atau
instansi tertentu yang masih up to date.
2. Mengumpulkan informasi
Sugiyono (2015: 411), setelah potensi dan masalah dapat
ditunjukan secara faktual dan up to date. Maka selanjutnya perlu
dikumpulkan berbagai informasi yang dapat digunakan sebagai bahan
untuk perencanaan produk untuk mengatasi masalah tersebut. Di sini
diperlukan metode penelitian tersendiri. Metode apa yang akan
digunakan untuk penelitian tergantung permasalahan dan ketelitian
tujuan yang ingin dicapai.
3. Desain Produk
Sugiyono (2015: 412) mengatakan produk yang dihasilkan
dalam penelitian Research and Development bermacam-macam.
Dalam bidang pendidikan, produk-produk yang dihasilkan melalui
penelitian R&D diharapkan dapat meningkatkan produktivitas
pendidikan. Dalam penelitian ini produk yang dihasilkan adalah
media pembelajaran konvensional untuk siswa kelas III SDN Kalasan
1 mengacu Kurikulum 2013.
4. Validasi Desain
Pada langkah ini merupakan proses kegiatan untuk menilai
rancangan produk. Validasi produk dapat dilakukan dengan
untuk menilai produk yang telah dirancang. Validasi dapat dilakukan
dalam forum diskusi.
5. Perbaikan Desain
Setelah desain produk divalidasi melalui diskusi dengan pakar
dan para ahli, selanjutnya memperbaiki desain produk yang telah
diketahui kelemahannya sehingga menghasilkan produk yang lebih
baik.
6. Uji Coba Produk
Pada langkah ini setelah desain divalidasi dan direvisi,
selanjutnya melakukan uji coba produk. Pada tahap awal dilakukan
simulasi dengan jumlah terbatas agar mengetahui keefektifan dan
keefisienan produk yang telah dirancang untuk mengatasi
permasalahan tersebut.
7. Revisi Produk
Sugiyono (2015: 425) setelah melakukan uji coba produk secara
terbatas dan mengetahui kelemahan produk yang dirancang maka
perlu direvisi agar produk tersebut bisa mengatasi permasalahan yang
dihadapi. Langkah selanjutnya adalah perlu melakukan uji coba
produk sesungguhnya.
8. Uji Coba Pemakaian
Setelah pengujian terhadap produk berhasil maka selanjutnya
produk yang berupa media pembelajaran baru tersebut diterapkan
tersebut tetap harus dinilai kekurangan atau hambatan yang muncul
guna untuk perbaikan lebih lanjut.
9. Revisi Produk
Revisi produk dilakukan apabila dalam pemakaian produk
tersebut dalam lembaga pendidikan yang lebih luas terdapat
kekurangan atau kelemahan.
10. Pembuatan Produk Masal
Pada langkah ini apabila produk yang berupa media
pembelajaran baru tersebut telah dinyatakan efektif dalam beberapa
kali pengujian, maka media pembelajaran baru tersebut dapat
diterapkan pada setiap lembaga pendidikan.
B. Setting Penelitian
1. Obyek Penelitian
Obyek dari penelitian dan pengembangan ini adalah siswa kelas
III SDN Kalasan 1, pada tema pengembangbiakan hewan dan
tumbuhan dan subtema pengembangbiakan tumbuhan.
2. Subyek penelitian
Subjek penelitian pada penelitian ini adalah siswa-siswi kelas III
SDN Kalasan 1 yang beralamat di Krajan, Tirtomartani, Kalasan,
Sleman. Siswa-siswi kelas III SDN Kalasan 1 memiliki latar belakang
yang sama dalam hal kebudayaan, namun dalam bidang lain sangatlah
berbeda. Selain itu siswa-siswi kelas III SDN Kalasan 1 tidak ada
3. Waktu dan tempat
Penelitian ini dilaksanakan selama delapan bulan terhitung
mulai bulan Juli 2016 sampai bulan Februari 2017. Peneliatan dimulai
dengan analisis kebutuhan dan diakhiri dengan pembuatan artikel
[image:56.595.87.538.246.728.2]penelitian. Berikut akan dipaparkan jadwal kegiatan penelitian:
Tabel 3.1 Jadwal kegiatan penelitian
No Kegiatan
Bulan Ju li A gu stu s S ep te mb er O k tob er N ove mb er D es emb er Jan u ar i F eb ru ar i
1 Analisis
Kebutuhan
2
Pengumpulan
Data
3 Desain Produk
4 Validasi Desain
5 Revisi Desain
6
Produksi Produk
akhir
7 Sidang Skripsi
8
Pembuatan
Berdasarkan tabel, dapat diketahui bahwa penelitian ini diawali pada
bulan Juli, dimana peneliti melakukan anlisis kebutuhan di SDN Kalasan 1
untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi guru berkaitan dengan
penggunaan media pembelajaran. Pada bulan Agustus dan September,
peneliti mengumpulkan data kemudian mengolahnya. Pada akhir bulan
September hingga akhir Desember, peneliti mendesain produk berdasarkan
kebutuhan guru di SDN Kalasan 1. Setelah mendesain produk, pada bulan
Januari produk yang telah dibuat divalidasi oleh guru kelas III dan juga oleh
pakar media pembelajaran sekaligus produksi produk akhir. Pada
pertengahan Februari peneliti melaksanakan sidang skripsi dan diakhiri
dengan pembuatan artikel pada akhir bulan Februari.
C. Prosedur Pengembangan
Setyosari (2013: 228) mengemukakan bahwa suatu model dalam
penelitian pengembangan dihadirkan dalam berbagai prosedur
pengembangan yang biasanya mengikuti model pengembangan yang dianut
oleh peneliti. Sugiyono (2015: 298-311) menyebutkan ada 10 langkah
Bagan 3.2 Desain penelitian dan pengembangan
Prosedur pengembangan pada bagan di atas dijelaskan oleh Sugiyono
(2015: 298-311) secara terperinci, sebagai berikut:
Langkah 5 Revisi Produk
Hasil validasi pakar
Revisi produk
Prototipe media pembelajaran konvensional
Analisis Kebutuhan wawancara
Langkah 4
Pembuatan kuisioner
validasi
Konsultasi
dosen Revisi
Istrumen siap digunakan Validasi media Pakar media pembelajaran Guru Analisis Langkah 2 Hasil
wawancara Penentuan masalah Konsultasi dosen Pengumpulan data
Langkah 3 Desain media pembelajaran Bilik Pencangkokan
Pada langkah pertama, yang dilakukan oleh peneliti adalah mengkaji
potensi dan masalah serta yang terjadi di sekolah dasar dengan melakukan
wawancara terhadap guru kelas III sekolah dasar kemudian peneliti
menganalisis kebutuhan yang dibutuhkan oleh siswa untuk mengatasi
permasalahan dalam pembelajaran yang tentunya memperhatikan
potensi-potensi yang dimiliki.
Pada langkah kedua, peneliti melakukan analisis kebutuhan sesuai
dengan potensi dan masalah yang ada dengan menentukan permasalahan
yang akan dipertimbangkan menjadi bahan pemecahan bedasarkan hasil
wawancara. Kemudian permasalahan yang diambil dikonsultasikan dengan
dosen, berangkat dari persetujuan dosen dan peneliti, peneliti selanjutnya
mengumpulkan data-data yang relevan dengan permasalahan yang diambil.
langkah ketiga adalah tahap untuk memproduksi media pembelajaran
Bilik Pencangkokan untuk siswa kelas III SD terkait materi pembelajaran
proses pencangkokan. Langkah ini diawali dengan menentukan konsep
media yang akan dibuat untuk memecahkan permasalahan yang sesuai
dengan hasil wawancara sebelumnya. Setelah itu dilanjutkan dengan
mendesain media yang akan dibuat dan pengumpulan bahan yang akan
dikembangkan dalam penelitian ini. Setelah semua bahan telah tersedia,
selanjutnya