• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan media bilik pencangkokan pada materi proses pencangkokan NTK siswa kelas III sekolah dasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan media bilik pencangkokan pada materi proses pencangkokan NTK siswa kelas III sekolah dasar"

Copied!
211
0
0

Teks penuh

(1)

i

UNTUK SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Lusiana Faustina Suba Boro

NIM. 131134250

RINTISAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU TERINTEGRASI (PPGT)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

Karya ini kupersembahkan untuk:

Tuhan yang Maha Esa sumber segala hidup

Tak ada kata yang cukup untuk mengungkapkan syukurku

Bapak Faustinus Suba Boro dan Mama Maria Goretti Ima

Atas cinta dan motivasi

Terima kasih untuk semua doa yang tidak pernah berhenti kalian daraskan

Kakak Hendrika Faustina Suba Boro dan adik Eugenius Suba Boro

Untuk cinta dan motivasi sampai sekarang

Kakek Bernadus Nai, Kakek Modestus Nggalang (Alm),

Kakek Yoseph Sono (Alm), Nenek Maria Nona, Nenek Yustina Ongge,

Nenek Yuliana Nora

dan

Seluruh keluarga besarku

Atas motivasi dan dukungan

Teman-teman PPGT angkatan 2013

Yang selalu memberikan motivasi, perhatian, semangat, dan kebersamaan

(5)

v

Dewi Paokuma, Kakak Hermin, Rahmania Dasi, Sofia Wangge, Hilda Lena, Lendra

Harven, Roni Sadur, Astin Ndouk, Gustin Rindu, dan Serlin Mugi.

Yang selalu mendukung, memberikan dorongan dan selalu ada dalam suka dan duka

Dosen-dosen terbaik

Pak Puji, Ibu Maslichah, Pak Paulus Wahana, Ibu Ika, Pak Galih, Pak Rohandi, Ibu

Maya, Ibu Agnes, Pak Rusmawan.

Atas kerja keras, kesabaran dan ide-ide cemerlang selama perkuliahan

Dan telah menjadi orang tua kedua bagi mahasiswa PPGT selama ini

Keluarga besar Student Residence

Pamong dan teman-teman SR

Atas perlindungan, nasihat dan kasih sayang.

Kupersembahkan karya ini

Untuk almamaterku tercinta

(6)

vi

“Karena Tuhanlah yang memberikan hikmat

Dari mulutNya datang pengetahuan dan kepandaian”

-Amsal 2: 6-

I’am not the best

But, i can be the best

-nn-

“The way to get started is to quit talking and begin doing”

(7)

Disney-vii

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya

atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka,

sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 17 Februari 2017

(8)

viii

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Lusiana Faustina Suba Boro

Nomor Mahasiswa : 131134250

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas

Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

Pengembangan Media Bilik Pencangkokan Pada Materi Proses Pencangkokan Untuk Siswa

Kelas III Sekolah Dasar

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan

Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu

meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan

nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 17 Februari 2017

Yang menyatakan

(9)

ix

PENGEMBANGAN MEDIA BILIK PENCANGKOKAN PADA MATERI PROSES PENCANGKOKAN UNTUK SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR

Lusiana Faustina Suba Boro

Universitas Sanata Dharma

2017

Kebutuhan guru pada media pembelajaran konvensional yang dapat membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dan juga sesuai dengan kriteria, menjadi alasan dilakukannya penelitian ini. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan produk berupa media pembelajaran konvensional bilik pencangkokan pada materi proses pencangkokan untuk siswa kelas III sekolah dasar.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian dan pengembangan dari hasil modifikasi antara model Borg and Gall dalam Sugiyono (2015:298) . Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi lima langkah yaitu 1) analisis masalah, 2) pengumpulan data, 3) desain produk, 4) validasi ahli, dan 5) revisi produk hasil validasi hingga menghasilkan produk berupa media pembelajaran bilik pencangkokan pada materi proses pencangkokan untuk siswa kelas III sekolah dasar. Instrumen dalam penelitian ini berupa daftar pertanyaan wawancara dan lembar kuisioner, wawancara dilakukan untuk menganalisis kebutuhan guru kelas III berkaitan dengan media pembelajaran konvensional. Sedangkan kuisioner digunakan untuk menilai kelayakan atau kualitas media bilik pencangkokan oleh dua pakar media pembelajaran dan dua guru kelas III sekolah dasar.

Validasi media bilik pencangkokan berpedoman pada 13 aspek penilaian yang dikategorikan dalam beberapa kategori diantaranya 1) aspek isi atau konten, 2) penggunaan atau penyajian, dan 3) keterkaiatan dengan materi. Validasi dari dua pakar media pembelajaran memperoleh nilai 4,61 (sangat baik) dan 4,46 (sangat baik) begitu pula dari dua guru kelas III, diperoleh nilai dari masing-masing guru yaitu 4,46 (sangat baik). Berdasarkan keempat nilai ini diperolehlah nilai rata-rata 4,49 yang masuk dalam kriteria sangat baik. Dengan demikian media bilik pencangkokan telah layak digunakan untuk ujicoba dalam kegiatan pembelajaran di kelas III sekolah dasar.

(10)

x

MEDIA DEVELOPMENT PLANT ROOM TRANSPLANTATION

AT A PLANT TRANSPLANTATION PROCESS MATERIAL

FOR THIRD GRADE STUDENT ELEMENTARY SCHOOL

Lusiana Faustina Suba Boro

Sanata Dharma University

2017

Teacher necesary for conventional learning material that can help students to reach the purpose of learning and also appropriate with the criteria, becoming the reason for doing the research. The purpose of the research is having the conventional learning material in plant transplantation process for third grade student elementary school.

This research is the kind of research and development that modification Borg and Gall models based on Sugiyono (2015:298). Development prosedures thet use in the study include 5 steps: 1) problem analysis, 2) data collection, 3) product design, 4) validation expert, and 5) product revition of validation until having the product of plant room transplantation at a transplantation process material for third grade student elementary school. The research instrument are interview question and questionnaires sheet, interview was done to analys the third grade teacher necesary about conventional learning material. The questionnaires wa s done to evaluating the quality of plant room transplantation by two learning materials specialist and two teacher from trird grade elementary student.

Validation plant room transplantation based on 13 aspects of assessment which are classified in several categories including 1) content aspect, 2) the use or presentation, and 3) the material reletionship. The validations by two learning material specialist obtain a value of 4,61 (very good), and 4,46 (very good) as well as of two teacher from third grade , of each teacher are 4,46 (very good). Based on this four results, can achieved mean value 4,49 including criteria very good. Thus plant room transplantation has been worth for trial and learning activities in third grade elementary school.

(11)

xi

Puji dan syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat,

rahmat, dan bimbinganNya peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Media Bilik Pencangkokan Pada Materi Proses Pencangkokan Untuk Siswa Kelas III Sekolah Dasar” dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini, peneliti banyak mendapat

bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan dengan baik. Maka dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma.

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Guru Sekolah Dasar.

3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

4. Drs. Puji Purnomo, M.Si. selaku koordinator PPGT dan juga validator pakar

media pembelajaran bilik pencangkokan yang telah memberikan bantuan dalam

penelitian ini dengan melakukan validasi media pembelajaran.

5. Drs. Paulus Wahana, M.Hum. selaku dosen pembimbing yang telah membimbing

dan memberi dukungan serta masukan yang positif sehingga peneliti dapat

menyelesaikan skripsi ini.

6. Maria Melani Ika Susanti, S.Pd., M.Pd. selaku validator pakar media

pembelajaran bilik pencangkokan yang telah memberikan bantuan dalam

penelitian ini dengan melakukan validasi media pembelajaran.

7. Para dosen dan staf PGSD yang telah melayani peneliti dengan baik.

8. Sarjono, S.Pd.,SD. selaku Kepala Sekolah SD Negeri Kalasan 1 yang telah

memberikan bantuan kepada peneliti selama penelitian di sekolah.

9. Erviana Pramitasari, S.Pd. selaku guru validator media bilik pencangkokan

sekaligus Wali Kelas III A SD Negeri Kalasan 1 yang telah membantu peneliti

(12)

xii

11. Landung Hardana, S.Pd,SD. selaku guru kelas IV SD Negeri Kalasan 1 yang

telah membantu peneliti dalam kegiatan wawancara.

12. Bapak Faustinus Suba Boro dan mama Maria Goretti Ima tercinta, atas segala

dukungan dan doa yang tak hentinya kalian daraskan.

13. Kakak Hendrika Faustina Suba Boro dan adik Eugenius Suba Boro atas dukungan

dan motivasinya,

14. Kakek dan nenek serta keluarga besar, atas dukungannya selama ini.

15. Teman-teman PPGT angkatan 2013 atas motivasi, kebersamaan dan perjuangan

selama ini.

16. Teman-teman tercinta kakak Susan, Roni, Rahma, Sofia, Hilda, Lendra, Astin,

Gustin, Dewi, dan Serlin atas bantuan dan motivasi yang diberikan.

17. Keluarga besar Student Residence, para pamong dan teman-teman, telah menjadi

keluarga kedua bagi peneliti.

18. Segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas

bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak keterbatasan dan

kekurangan, karena itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari

berbagai pihak. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan selamat membaca, semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Yogyakarta, 17 Februari 2017

Peneliti

(13)

xiii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... viii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR BAGAN ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 5

C.Tujuan Penelitian ... 5

D.Manfaat Penelitian ... 5

E.Batasan Istilah ... 6

F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan ... 7

BAB II LANDASAN TEORI A.Kajian Pustaka ... 10

1. Media Pembelajaran Konvensional ... 10

a. Pengertian ... 10

(14)

xiv

e. Kriteria Pemilihan Media ... 20

2. Media Bilik Pencangkokan ... 24

3. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ... 25

4. Pengembangan Media ... 26

5. Materi Pokok ... 26

B.Penelitian yang Relevan ... 27

C.Kerangka Berpikir ... 29

D.Pertanyaan Penelitian ... 31

BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 32

B.Setting Penelitian ... 38

C.Prosedur Pengembangan ... 40

D.Teknik Pengumpulan data ... 43

E.Instrumen Penelitian ... 45

F. Teknik Analisis Data ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 55

B.Pembahasan ... 60

C.Data Hasil Validasi Pakar Media Pembelajaran ... 63

D.Data Hasil Validasi Guru Kelas III dan Revisi Produk ... 65

E.Kajian Produk Akhir dan Pembahasan ... 67

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 76

B.Keterbatasan Pengembangan ... 76

C.Saran ... 77

DAFTAR REFERENSI ... 78

LAMPIRAN ... 80

BIODATA PENULIS ... 195

(15)

xv

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 39

Tabel 3.2 Instrumen Survei Kebutuhan ... 45

Tabel 3.3 Lembar Kuisioner Instrumen Validasi Produk Oleh Pakar Media Pembelajaran dan Guru ... 47

Tabel 3.4 Kriteria kelayakan ... 48

Tabel 3.5 Konversi Nilai Skala Lima ... 51

Tabel 3.6 Kriteria Skor Skala Lima ... 53

Tabel 4.1 Komentar dan Saran Perbaikan Serta Revisi Produk ... 65

(16)

xvi

Bagan 2.1 Literature Map Hasil Penelitian yang Relevan ... 28

Bagan 2.2 Kerangka Berpikir ... 30

Bagan 3.1 Langkah-langkah Penggunaan Metode Penelitian Dan Pengembangan ... 35

(17)

xvii

Gambar 4.1 Produk awal bilik pencangkokan ... 62

Gambar 4.2 Produk awal mock up pohon ... 63

Gambar 4.3 Produk awal papan keterangan ... 63

Gambar 4.4 mock up pohon tanpa akar ... 66

Gambar 4.5 mock up pohon setelah diberi akar ... 66

Gambar 4.6 Potensial untuk mencapai tujuan pembelajaran ... 70

Gambar 4.7 Potensial merangsang semangat siswa ... 70

Gambar 4.8 Dapat digunakan berulang-ulang ... 71

Gambar 4.9 Sesuai dengan karakteristik siswa ... 71

Gambar 4.10 Memiliki konsep yang jelas ... 72

Gambar 4.11 Memungkinkan komunikasi yang efektif ... 72

Gambar 4.12 Memiliki bentuk yang jelas ... 73

Gambar 4.13 Warna menarik ... 73

Gambar 4.14 Media bilik pencangkokan memuat mock up dan papan keterangan ... 74

Gambar 4.15 Bilik (ruang) media Bilik Pencangkokan ... 74

Gambar 4.16 Mock up pohon ... 74

(18)

xviii

Lampiran 1 Surat Izin Observasi dan Wawancara ... 81

Lampiran 2 Surat Keterangan Telah Melakukan Wawancara ... 84

Lampiran 3 Surat Izin Validasi ... . ... 86

Lampiran 4 ...Lampiran Wawancara Analisis Kebutuhan ... 88

Lampiran 5 ... Data Mentah Hasil Validasi Pakar Media ... 92

Lampiran 6 ... Data Mentah Hasil Validasi Guru Kelas III ... 99

(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu proses pemanusiaan manusia, menurut

Driyarkara (Sudiarja, 2006: 326). Dalam perjalanannya pendidikan di

Indonesia masih memegang teguh konsep pendidikan lama atau paradigma

lama, hal ini menjadikan siswa sebagai celengan yang cenderung pasif

sedangkan guru menjadi satu-satunya pihak yang aktif dalam kegiatan

belajar. Guru menjadi subyek dan obyek dari pendidikan, dalam

melaksanakan kegiatan pembelajaran tanpa memperhatikan kegiatan siswa

selain menulis, membaca, dan berdiskusi. Hal inilah yang lumrah tergambar

dalam wajah pendidikan Indonesia, guru menyampaikan materi, siswa

menerima bagaikan celengan kosong dan penuh pada saatnya nanti.

Paradigma pendidikan lama ini menjadikan kegiatan pembelajaran menjadi

tidak bermakna, siswa cenderung ingin pulang lebih cepat karena alasan

bosan.

Paradigma pendidikan baru adalah konsep pendidikan dengan siswa

menjadi central sekaligus subyek dan obyek dalam kegiatan pembelajaran.

Siswa bukanlah sebuah celengan kosong yang siap diisi namun siswa

menjadi perancang, pelaksana dan pengevalusi kegiatan pembelajaran.

Tujuan pendidikan Indonesia menurut UU No. 23 Tahun 2003 pasal 45 ayat

1 berbunyi “Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan

(20)

pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial

emosional, dan kejiwaan peserta didik“. Sarana prasarana pendidikan dalam

hal ini meliputi alat pelajaran, alat peraga, dan media pendidikan.

Media pendidikan menjadi salah satu sarana dalam pengembangan

kecerdasan intelektual siswa. Menurut Gagne (Sadiman, 2009: 6) media

adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat

merangsangnya untuk belajar. Oleh karena merupakan segala komponen

dalam lingkungan siswa maka media dapat ditemukan di sekitar siswa dan

dapat digunakan secara langsung oleh siswa. Namun guru sebagai pengajar

wajib mengetahui terlebih dahulu penggunaan dan manfaat dari media itu

agar sesuai dengan perkembangan siswa.

Media merupakan segala cara dan sesuatu yang digunakan dalam

kegiatan pembelajaran dalam rangka membantu peningkatan pemahaman

siswa akan materi yang diajarkan. Media yang dibuat harus sesuai dengan

tingkat perkembangan anak dan materi yang diajarkan. Ketepatan pemilihan

media akan sangat membantu siswa dalam memahami materi pelajaran.

Dalam kegiatan pembelajaran media harus dapat digunakan secara tepat dan

sesuai dalam hal ini adalah ketepatan dalam penggunaan.

Media pada awalnya hanya merupakan alat bantu mengajar dan lebih

menekankan pada pengembangan media visual seperti gambar, model,

obyek langsung, dan alat-alat yang dapat memberikan pengalaman kongkret

dan memotivasi siswa dalam belajar (Sadiman, 2009: 7). Namun dalam

(21)

munculnya alat teknologi dan komunikasi yang lebih modern, hal ini tidak

menghilangkan media gambar, model, obyek dan lainnya melainkan

teknologi sebagai pelengkap dari pengembangan media secara umum.

Media berawal dari gambar dan model kemudian dikembangkan

menjadi bahan tiruan, mock up, replika, dan dioroma. Hal ini menunjukkan

perkembangan media yang pesat sekaligus ramah lingkungan, karena

ternyata pembuatan media dapat menggunakan bahan-bahan yang ada di

sekitar guru maupun siswa.

Sub tema merupakan penjabaran dari tema yang bersifat khusus.

Dalam kurikulum 2013 identik dengan subtema dan dari subtema tersebut

memiliki keterkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Materi merupakan

semua komponen kognitif dalam pembelajaran yang harus dipenuhi siswa

untuk mencapai standart kompetensi yang telah ditetapkan, (Sadiman, 2009:

8).

Guru sebagai penyelenggara pendidikan diharapkan dapat menyajikan

materi secara kreatif, artinya tidak hanya bertolak dari buku melainkan juga

dari pengalaman kongkret siswa maupun hasil refleksi antara guru dan

siswa. Materi yang disampaikan atau disajikanpun tidak keluar dari konteks,

sehingga pemahaman siswa akan materi yang diajarkan semakin baik.

Guru yang baik adalah guru yang mampu menjadikan kegiatan

pembelajaran bermakna bagi siswa dan yang mampu menyajikan materi

(22)

Kenyataannya, kapasistas penggunaan media sangatlah minim. Hal ini

dibuktikan melalui kegiatan wawancara terhadap guru wali kelas III SDN

Kalasan 1 dengan inisial L, penulis memperoleh jawaban bahwa

penggunaan media masih kurang. Penggunaan media pada beberapa mata

pelajaran di kelas III membuat siswa lebih aktif, kreatif dan senang karena

mereka dapat terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran.

Dalam penggunaan media di SDN Kalasan 1, penulis memperoleh

informasi bahwa guru lebih banyak menggunakan media ICT khususnya

powerpoint sehingga siswa kurang berpartisispasi secara aktif dalam

pembelajaran. Pengembangan media pembelajaran tidak harus

mengeluarkan biaya, waktu dan tenaga yang besar, asalkan guru memiliki

kreativitas untuk memadukan materi pelajaran, alat dan bahan di sekitar

serta kemampuan siswa agar media yang dirancang dapat bermanfaat dan

berdayaguna dalam pelaksanan pembelajaran.

Berdasarkan masalah yang telah dipaparkan penulis dan berdasarkan

hasil wawancara, penulis dapat mengetahui bahwa kapasitas penggunaan

media konvensional pada materi proses pencangkokan masih sangat minim

sehingga kurangnya pemahaman siswa akan materi, maka penulis

memberikan solusi dengan mengembangkan media pembelajaran bilik

pencangkokan pada materi proses pencangkokan untuk siswa kelas III

(23)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah dari

pengembangan media ini adalah:

1. Bagaimana mengembangkan media pembelajaran bilik pencangkokan

pada materi proses pencangkokan untuk siswa kelas III sekolah dasar?

2. Bagaimana kualitas produk media pembelajaran bilik pencangkokan

pada materi proses pencangkokan untuk siswa kelas III sekolah dasar?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian dan pengembangan ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan langkah-langkah pengembangan media

pembelajaran bilik pencangkokan pada materi proses pencangkokan

untuk siswa kelas III sekolah dasar.

2. Untuk mendeskripsikan tingkat kualitas produk pengembangan media

pembelajaran bilik pencangkokan pada materi proses pencangkokan

untuk siswa kelas III Sekolah Dasar.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian dan pengembangan ini diantaranya

adalah:

1. Bagi Mahasiswa

Penelitian dan pengembangan ini dapat menjadi sarana penambah

pengetahuan dan pengalaman berkaitan dengan pengembangan media

bilik pencangkokan pada materi proses pencangkokan untuk siswa

(24)

2. Bagi Guru

Pengembangan media pembelajaran bilik pencangkokan dapat

dijadikan sebagai salah satu referensi dalam melaksanakan kegiatan

belajar mengajar khususnya pada materi proses pencangkokan untuk

siswa kelas III sekolah dasar.

3. Bagi Sekolah

Penelitian dan pengembangan ini dapat menjadi referensi bagi sekolah

dalam mengembangkan media pembelajaran bilik pencangkokan pada

materi proses pencangkokan untuk siswa kelas III sekolah dasar.

4. Bagi Prodi PGSD

Penelitian dan pengembangan ini dapat menambah pustaka prodi

PGSD Universitas Sanata Dharma terkait pengembangan media

pembelajaran bilik pencangkokan pada materi proses pencangkokan

untuk siswa kelas III sekolah dasar.

E. Batasan Istilah

1. Media pembelajaran merupakan seperangkat peralatan yang

digunakan sebagai alat bantu mengajar yang bersifat sebagai perantara

atau pengantar pesan dari pembicara kepada pendengar.

2. Media pembelajaran bilik pencangkokan merupakan salah satu media

tiga dimensi atau media yang memiliki bentuk menyerupai benda asli.

3. Perkembangbiakan buatan tumbuhan adalah perkembangbiakan secara

tak kawin pada tumbuhan yang sengaja dilakukan manusia atau

(25)

4. Mencangkok adalah memperbanyak tumbuhan dengan cara memotong

dahan tumbuhan induknya.

F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

Produk yang dikembangkan memiliki spesifikasi sebagai berikut:

1. Media bilik pencangkokan potensial untuk mencapai tujuan

pembelajaran. dimana siswa dapat memahami konsep dari proses

pencangkokan dari langkah pertama sampai terakhir.

2. Potensial membangun dan merangsang semangat siswa dalam belajar.

Media bilik pencangkokan memiliki bentuk yang unik baik dari

biliknya, mock up pohon, dan keterangannya.

3. Dapat digunakan berulang-ulang. Media bilik pencangkokan

merupakan gabungan dari tiga bagian yaitu bilik, mock up pohon dan

keterangannya. Alas bilik terbuat dari papan dengan ketebalan 2 cm

dan dindingnya terbuat dari tripleks dengan ketebalan 4 mm. Mock up

pohon terbuat dari kayu dilapisi dengan kain flanel tebal berwarna

coklat. Selain itu daunnya terbuat dari kulit botol bekas dan dilapisi

kembali dengan kain flanel berwarna hijau. Media bilik pencangkokan

juga memiliki keterangan yang alasnya terbuat dari papan dengan

tebal 0,5 mm. Artinya media bilik pencangkokan kuat dan tahan lama.

4. Media bilik pencangkokan memiliki 6 bilik, dimana setiap bilik

(26)

5. Media bilik pencangkokan mudah dibawa ke mana-mana. Media bilik

pencangkokan ini didesain untuk dapat dibawa ke mana-mana, karena

tidak terlalu besar dan ringan.

6. Media bilik pencangkokan sesuai dengan karakteristik anak kelas III

sekolah dasar. Hal ini dikarenakan media bilik pencangkokan

memiliki bentuk dan warna yang menarik, selain itu media ini

memiliki jenis permainan yang cocok untuk anak SD.

7. Berdasarkan konsep yang jelas, artinya media bilik pencangkokan

mampu menjelaskan konsep dari proses pencangkokan yang masih

abstrak. Mock up pohon menggambarkan dengan jelas proses

pencangkokan ditambah dengan keterangan yang memuat bahasa

Indonesia sederhana dan mudah dipahami siswa.

8. Dapat digunakan untuk komunikasi yang efektif. Media bilik

pencangkokan ini memuat mock up sekaligus kalimat yang mudah

dipahami siswa. Selain itu mock up juga berfungsi melatih anak

menggunakan bahasa sendiri dalam menjelaskan sesuatu.

9. Memiliki bentuk yang jelas. Maksudnya media bilik pencangkokan

yang merupakan mock up memiliki bentuk pohon yang jelas

termaksud batang, dahan, dan daunnya.

10. Warnanya menarik. Media bilik pencangkokan memiliki warna yang

menarik, perpaduan dari warna hijau muda, emas (gold), hijau tua dan

coklat, yang merupakan warna-warna primer dan sekunder serta

(27)

11. Media bilik pencangkokan di dalamnya meliputi:

a. Mock up pohon

b. Keterangan proses pencangkokan

12. Media bilik pencangkokan, terdiri atas:

a. Bilik (ruang), yang menjadi tempat diletakannya mock up pohon

dan papan keterangan proses pencangkokan

b. Mock up pohon

c. Keterangan, terbuat dari papan tipis yang beisi keterangan dari

mock up pohon dalam hal ini proses pencangkokannya.

13. Media bilik pencangkokan memiliki buku petunjuk untuk tiap muatan

(28)

10

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Media Pembelajaran Konvensional

a. Pengertian

Smaldino, Sharon, dkk, 2011: 7 menyatakan secara harafiah atau

asal katanya, media berasal dari bahasa Latin medium (antara) dan

merupakan bentuk jamak dari perantara (medium). Istilah ini merujuk

pada apa saja yang membawa informasi antara sebuah sumber dan

sebuah penerima.

Webster Dictionary (Anitah, 2010: 4), mengemukakan bahwa

media atau medium adalah segala sesuatu yang terletak di tengah dalam

bentuk jenjang, atau alat apa saja yang digunakan sebagai perantara atau

penghubung dua pihak atau dua hal.

AECT (Association of Educational and Communication

Technology) (Sanaky 2013: 4), memberikan batasan tentang media

sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan

pesan atau informasi. Menurut Gagne (Sadiman, 2009: 6) media adalah

berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat

merangsangnya untuk belajar. Oleh karena merupakan segala komponen

dalam lingkungan siswa maka media dapat ditemukan di sekitar siswa

dan dapat digunakan secara langsung oleh siswa. Namun guru sebagai

(29)

cara atau sesuatu yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dalam

rangka membantu peningkatan pemahaman siswa akan materi yang

diajarkan.

Media yang dibuat harus sesuai dengan tingkat perkembangan

anak, dan materi yang diajarkan. Ketepatan pemilihan media akan sangat

membantu siswa dalam memahami materi pelajaran. Dalam kegiatan

pembelajaran media harus dapat digunakan secara tepat dan sesuai dalam

hal ini adalah ketepatan dalam penggunaan dan juga kesesuaian dengan

materi yang akan diajarkan.

(Sadiman 2009: 6) media pada awalnya hanya merupakan alat

bantu mengajar dan lebih menekankan pada pengembangan media visual

seperti gambar, model, obyek, dan alat-alat yang dapat memberikan

pengalaman kongkret dan memotivasi siswa dalam belajar.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa media adalah segala komponen

yang berada di sekitar siswa yang bertujuan sebagai medium atau

perantara pesan yang dapat memotivasi siswa dalam belajar.

b. Jenis

Media pembelajaran (Sukiman, 2012: 44) merupakan komponen

pembelajaran yang meliputi bahan dan peralatan. Dengan masuknya

berbagai pengaruh ke dalam dunia pendidikan, media pembelajaran terus

mengalami perkembangan dan tampil dalam berbagai jenis format,

(30)

pembelajaran ke dalam bentuk taksonomi media. Rudy Bretz,

mengklasifikasikan media berdasarkan unsur pokoknya yaitu suara,

visual, dan gerak.

Sadiman (Sukiman, 2012: 45) mengemukakan bahwa beberapa ahli

lainnya seperti Gagne, Brigss, Edling, dan Allen membuat taksonomi

media dengan pertimbangan yang lebih berfokus pada proses dan

interaksi dalam belajar dari pada sifat media itu sendiri. Gagne

mengelompokkan media berdasarkan tingkat hierarki belajar yang

dikembangkannya, yaitu benda untuk didemonstasikan, komunikasi lisan,

media cetak, gambar diam, gambar gerak, film bersuara, dan mesin

belajar. Sedangkan Brigss mengklasifikasikan media menjadi 13 (tiga

belas) berdasarkan kesesuaian rangsangan yang ditimbulkan media

dengan karakteristik siswa. ketiga belas media tersebut adalah obyek atau

benda nyata, model, suara langsung, rekaman audio, media cetak,

pembelajaran terprogram, papan tulis, media transparansi, film bingkai,

film (16 mm), film rangkai, televisi, dan gambar (grafis).

Djamarah dan Zain (2006: 124), membagi media ke dalam

beberapa bagian yaitu:

1) Dilihat dari jenisnya

a) Media auditif, merupakan media yang hanya mengandalkan

kemampuan suara saja, seperti radio, tape recorder, piringan hitam.

(31)

pengelihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam

seperti film strip (film rangkai), slides (film bingkai) foto, gambar

atau lukisan, dan cetakan. Ada pula media visual yang

menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu,

dan film kartun.

c) Media audiovisual, adalah media yang mempunyai unsur suara dan

unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih

baik, karena meliputi kedua jenis media. Media ini dibagi kembali

ke dalam:

i) Audiovisual diam dan

ii) Audiovisual gerak

2) Dilihat dari daya liputnya, media dibagi dalam:

a) Media dengan daya liput luas dan serentak

Penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat dan ruang serta

dapat menjangkau jumlah anak didik yang banyak dalam waktu

yang sama.

Contoh: radio dan televisi

b) Media dengan daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat

Media ini dalam penggunaannya membutuhkan ruang dan tempat

yang khusus seperti film, sound slides, film rangkai, yang harus

(32)

Media ini penggunaannya hanya untuk seorang diri, termaksud

media ini adalah modul berprogram dan pengajaran melalui

komputer.

3) Dilihat dari bahan pembuatannya

a) Media sederhana, merupakan media yang bahan dasarnya mudah

diperoleh dan harganya murah, cara pembuatannya mudah, dan

penggunaannya tidak sulit

b) Media kompleks, merupakan media yang bahan dan alat

pembuatannya sulit diperoleh serta harganya mahal, sulit

pembuatannya, dan penggunaannya memerlukan keterampilan

pemakainya.

Munadi, 2010: 107, menyampaikan pendapatnya tentang benda asli

dan benda tiruan (model). Benda asli dan benda tiruan dapat dipilih

penggunaannya dalam pengajaran apabila dilihat berdasarkan tujuannya,

setidaknya ada tiga macam benda asli, diantaranya:

1) Unmodified real thing adalah benda sebenarnya, sebagaimana adanya,

tanpa perubahan, kecuali hanya dipindahkan dari tempat aslinya.

Benda-benda ini memiliki ciri dapat digunakan, hidup, dalam ukuran

yang normal, dapat dikenal dengan nama sebenarnya. Contoh anak

ayam yang hidup.

2) Modified real thing, kategori ini termaksud mock up

(33)

disederhanakan, yang dibuat hanya bagian penting saja. Mock up

sangat efektif untuk belajar, karena disamping dapat mengkongkritkan

yang abstrak juga dapat dapat menarik perhatian. Contoh benda tiruan

bola langit/tata surya.

3) Specimens, merupakan media yang kadang tidak dimodifikasi dan

biasanya merupakan bagian dari lingkungan.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli peneliti dapat

mengklasifikasikan media bilik pencangkokan ke dalam jenis media

berdasarkan:

1) Berdasarkan kesesuaian rangsangan yang ditimbulkan, media bilik

pencangkokan termaksud media model

2) Dilihat dari jenisnya, media bilik pencangkokan termaksud media

visual karena memanfaatkan indera penglihatan.

3) Dilihat dari daya liputnya, media bilik pencangkokan termaksud daya

liput luas dan serentak karena penggunaan media ini untuk satu kelas

karena dapat dimanfaatkan melalui kegiatan permainan.

4) Dilihat dari bahan pembuatannya, media bilik pencangkokan masuk

dalam media sederhana karena bahannya yang mudah didapat dan

penggunaannya yang tidak merepotkan.

5) Berdasarkan pembagian benda asli dan tiruan, media bilik

pencangkokan termaksud dalam mock up karena media ini merupakan

(34)

yang dianggap abstrak ke dalam sesuatu yang lebih nyata atau real.

c. Fungsi Media Pembelajaran

Levie dan Lentz (Kustandi dan Sutjipto, 2011: 19-20),

mengemukakan pendapat tentang fungsi media pembelajaran khususnya

media visual, yang terdiri dari 4 fungsi yaitu:

1) Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan

mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi

pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau

menyertai teks materi pelajaran. Sering kali pada awal pelajaran atau

materi pelajaran itu merupakan salah satu pelajaran yang tidak

disenangi oleh mereka sehingga mereka tidak memperhatikan.

2) Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan

siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar

atau lambang visual dapat mengunggah emosi dan sikap siswa,

misalnya informasi yang menyangkut masalah sosial atau ras.

3) Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian

yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar

memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat

informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.

4) Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil

[image:34.595.87.514.235.628.2]
(35)

mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.

Kemp dan Dayton (Kustandi dan Sutjipto, 2011: 20), menyatakan

pemikiran tentang fungsi media pembelajaran yaitu, media pembelajaran

akan memenuhi tiga fungsi utama jika digunakan oleh perorangan,

kelompok, atau kelompok yang besar jumlahnya, yaitu dalam hal 1)

Memotivasi minat dan tindakan, 2) Menyajikan informasi, 3) Memberi

instruksi. Untuk memenuhi fungsi motivasi, media pembelajaran dapat

direalisasikan dengan teknik drama atau hiburan. Sedangkan untuk tujuan

informasi, media pembelajaran dapat digunakan dalam rangka penyajian

informasi di hadapan sekelompok siswa. Isi dan bentuk penyajian

bersifat umum, berfungsi sebagai pengantar, ringkasan laporan, atau

pengetahuan latar belakang. Penyajian dapat pula dalam bentuk hiburan,

drama, atau teknik motivasi.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli dapat ditarik kesimpulan

bahwa media bilik pencangkokan mencakup semua fungsi di atas,

seperti:

1) Fungsi Atensi, media bilik pencangkokan memiliki bentuk yang

menarik dan dapat mengarahkan konsentrasi siswa untuk memahami

materi, karena media ini memiliki bentuk seperti labirin dan juga

seperti papan berputar.

2) Fungsi afektif, media bilik pencangkokan memiliki keterangan pada

(36)

mempelajari proses pencangkokan sekaligus kegiatan membaca

dengan menyenangkan.

3) Fungsi kognitif, dilihat dari penggambaran secara jelas proses

pencangkokan lewat miniatur pohon yang dibuat.

4) Fungsi kompensatoris, media ini dapat membantu siswa yang lemah

dalam membaca untuk menemukan kata-katanya sendiri untuk

menjelaskan proses pencangkokan dengan melihat mock up pohon

yang disediakan.

Selain itu media bilik pencangkokan juga memuat ketiga fungsi

media jika digunakan dalam kelompok besar yaitu memotivasi,

menyajikan informasi, dan memberi instruksi.

d. Manfaat Media Pembelajaran

Kemp dan Dayton (Arsyad, 2010: 21), mengemukakan beberapa

hasil penelitian yang menunjukkan dampak positif dari penggunaan

media, diantaranya:

1. Penyampaian pembelajaran menjadi lebih baku. Setiap pelajar yang

melihat atau mendengar penyajian melalui media menerima pesan

yang sama. Meskipun para guru menafsirkan isi pelajaran dengan cara

yang berbeda-beda, dengan penggunaan media ragam tafsiran itu

dapat dikurangi sehingga informasi yang sama dapat disampaikan

kepada siswa sebagai landasan untuk pengkajian, latihan dan aplikasi

(37)

penarik perhatian dan membuat siswa tetap terjaga dan

memperhatikan. Kejelasan dan kerunrutan pesan, daya tarik image

yang berubah-ubah, penggunaan efek khusus yang dapat

menimbulkan keingintahuan menyebabkan siswa tertawa dan berpikir,

yang kesemuanya menunjukkan bahwa media memiliki aspek

motivasi dan meningkatkan minat.

3. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori

belajar dan prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal

partisipasi siswa, umpan balik, dan penguatan.

Secara khusus media pembelajaran memiliki beberapa manfaat

diantaranya:

1. Menangkap suatu obyek atau peristiwa-peristiwa tertentu

peristiwa-peristiwa penting atau obyek yang langkah dapat

diabadikan dengan foto, film atau direkam melalui video atau

audio, kemudian peristiwa itu dapat disimpan dan digunakan

manakala diperlukan.

2. Memanipulasi keadaan, peristiwa atau obyek tertentu

Melalui media pembelajaran, guru dapat menyajikan bahan

pelajaran yang bersifat abstrak menjadi kongkret sehingga mudah

dipahami dan dapat menghilangkan verbalisme. Untuk

(38)

sulit diikuti.

3. Menambah gairah dan motivasi belajar siswa.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli tentang manfaat media

pembelajaran, maka dapat disimpulkan bahwa media memiliki manfaat

diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Memberikan informasi atau pesan yang baku, dalam hal ini

penggunaan media menjadikan siswa tidak menerima pesan yang

salah.

2. Menarik perhatian. Dalam hal ini media membantu guru dalam

menarik minat siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.

3. Memanipulasi keadaan. Dalam pembelajaran sering guru

menyampaikan pesan secara abstrak, namun dengan menggunakan

media siswa dapat menerima pesan dari hal yang kongkret. Sebagai

contoh dalam pembelajaran tentang proses pencangkokan, jika guru

hanya menggunakan power point dan gambar siswa hanya menerima

pesan abstrak, sedangkan jika guru menggunakan media alam,

misalnya pohon maka siswa mendapatkan pesan kongkret.

e. Kriteria pemilihan media

Eli (Sadiman, 2009: 85), mengemukakan pendapat mengenai

kriteria pemilihan media diantaranya adalah (1) media apa saja yang ada

(2) berapa harganya (3) berapa lama diperlukan untuk mendapatkannya

(39)

media

1. Ketersediaan sumber setempat. Bila tidak tersedia media di suatu

tempat, maka harus dibuat sendiri.

2. Adanya dana, tenaga dan fasilitas untuk membeli atau memproduksi

media tersebut.

3. Keluwesan, kepraktisan dan ketahanan media. Media diharapkan

dapat digunakan di mana pun dengan peralatan tang ada di sekitarnya

dan kapanpun serta mudah dalam proses mobilisasi.

4. Efektivitas biayanya dalam jangka waktu yang panjang. Ada media

yang mahal dalam produksi namun dapat digunakan dalam jangka

waktu yang panjang, begitu pula sebaliknya ada media yang murah

dalam produksi namun setiap saat materinya berganti.

Arsyad, 2010: 75, mengemukakan pendapatnya berkaitan dengan

kriteria pemilihan media, yaitu sebagai berikut:

1. Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Media dipilih berdasarkan

tujuan instruksional yang telah ditetapkan yang secara umum

mengacu kepada sala satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah

kognitif, afektif, dan psikomotorik. Tujuan ini dapat digambarkan

dalam bentuk tugas yang harus dikerjakan atau dipertunjukkan oleh

siswa, seperti menghafal, melakukan kegiatan yang melibatkan

kegiatan fisik atau pemakaian prinsip-prinsip seperti sebab dan akibat,

(40)

melibatkan pemikiran pada tingkatan lebih tinggi.

2. Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep,

[image:40.595.85.516.225.636.2]

prinsip, atau generalisasi. Media yang berbeda, misalnya film dan

grafik memerlukan simbol dan kode yang berbeda, dan oleh karena itu

memerlukan proses dan keterampilan mental yang berbeda untuk

memahaminya. Agar dapat membantu proses pembelajaran secara

efektif, media harus selaras dan sesuai dengan kebutuhan tugas

pembelajaran dan kemampuan mental siswa. misalnya televisi, tepat

untuk mempertunjukkan proses dan transformasi yang memerlukan

manipulasi ruang dan waktu.

3. Praktis, luwes, dan bertahan. Jika tidak tersedia waktu, dana, dan

sumber daya lainnya untuk memproduksi, tidak perlu dipaksakan.

Media yang mahal dan memakan waktu lama untuk memproduksinya,

bukanlah jaminan sebagai media yang terbaik. Kriteria ini menuntun

para guru atau instruktur untuk memilih media yang ada, mudah

diperoleh, atau mudah dibuat sendiri oleh guru. media yang dipilih

sebaiknya dapat digunakan di manapun dan kapanpun dengan

peralatan yang tersedia di sekitarnya, serta mudah dipindahkan dan

dibawa ke mana-mana.

4. Guru terampil menggunakannya. Ini merupakan salah satu kriteria

(41)

guru yang menggunakannya.

5. Pengelompokan sasaran. Media yang efektif untuk kelompok besar

belum tentu sama efektifnya jika digunakan dalam kelompok kecil

atau perorangan. Ada media yang tepat untuk jenis kelompok besar,

kelompok sedang, kelompok kecil dan perorangan.

6. Mutu teknis. Pengembangan visual baik gambaran maupun fotograf

harus memenuhi persyaratan teknis tertentu. Misalnya, visual pada

slide harus jelas dan informasi atau pesan yang ditonjolkan dan ingin

disampaikan tidak boleh terganggu oleh elemen lain yang berupa latar

belakang.

Berdasarkan pendapat ahli tentang kriteria pemilihan media, dapat

diketahui bahwa media bilik pencangkokan telah memenuhi seluruh

kriteria diantaranya:

1. Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Dalam hal ini media bilik

pencangkokan memuat mock up pohon dari proses pencangkokan

dilengkapi dengan keterangannya, media ini dapat membantu siswa

untuk lebih memahami cara mencangkok yang selama ini dipelajari

secara abstrak.

2. Tepat untuk kegiatan pembelajaran.

3. Praktis, luwes dan bertahan. Media bilik pencangkokan terdiri atas,

bilik, mock up pohon, dan keterangan. Bilik pencangkokan terbuat

(42)

dan persegi.

4. Pengelompokan sasaran. Media bilik pencangkokan dapat digunakan

untuk kelompok kecil maupun besar, hal ini dikarenakan media bilik

pencangkokan memiliki ukuran yang besar juga dalam kegiatan

pembelajaran dapat dimanfaatkan sebagai media permainan.

5. Mutu teknis. Media bilik pencangkokan memiliki mock up dari pohon

yang digunakan sebagai tempat pencangkokan oleh karena itu media

ini memiliki visualisasi yang bagus, baik dari mock up pohon,

keterangan, maupun biliknya.

2. Media Bilik Pencangkokan

Berdasarkan asal katanya media artinya sarana atau alat (Kamus

Terbaru Bahasa Indonesia, 2008: 441) adapun berdasarkan asal katanya

bilik artinya ruangan kecil atau kamar (Kamus Terbaru Bahasa

Indonesia, 2008: 135), sedangkan pencangkokan dengan kata dasar

cangkok berdasarkan asal katanya memiliki arti membuat cabang (dahan)

menjadi akar (Kamus Terbaru Bahasa Indonesia, 2008: 160). Dapat

disimpulkan bahwa media bilik pencangkokan artinya sarana atau alat

yang memiliki ruangan kecil tempat membuat cabang (dahan) menjadi

akar.

Media bilik pencangkokan merupakan media untuk membantu

(43)

pencangkokan.

Media bilik pencangkokan merupakan gabungan dari tiga bagian

yaitu bilik, mock up pohon dan keterangannya. Alas bilik terbuat dari

papan dengan ketebalan 2 cm dan dindingnya terbuat dari tripleks dengan

ketebalan 4 mm. Mock up pohon terbuat dari kayu dilapisi dengan kain

flanel tebal berwarna coklat. Selain itu daunnya terbuat dari kulit botol

bekas dan dilapisi kembali dengan kain flanel berwarna hijau. Media

bilik pencangkokan juga memiliki keterangan yang alasnya terbuat dari

papan dengan tebal 0,5 mm.

3. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Siswa kelas III memiliki karakteristik fisik maupun emosional

berbeda pada tiap tahap perkembangannya. Apabila mengacu pada tahap

perkembangan (Desmita, 2009: 35), maka siswa sekolah dasar berada

dalam dua masa perkembangan, yaitu masa kanak-kanak tengah (6-9

tahun), dan masa kanak-kanak akhir (10-12 tahun). Siswa dengan usia ini

senang bermain, bergerak, bekerja dalam kelompok, dan merasakan atau

melakukan sesuatu secara langsung, oleh karena itu guru harus mampu

menciptakan suasana belajar aktif, dimana siswa dapat bergerak, terlibat

aktif (langsung), melakukan permainan dan bekerja sama.

Havigurts (Desmita, 2009: 35) mengungkapkan tugas

(44)

aktivitas fisik, 2. Membina hidup sehat, 3. Belajar bergaul dan bekerja

dalam kelompok. Belajar menjalankan peranan sosial sesuai dengan

jenis kelamin.

2. Belajar membaca, menulis, dan berhitung agar mampu berpartisipasi

dalam masyarakat.

3. Memperoleh sejumlah konsep yang diperlukan untuk berfikir efektif.

4. Mengembangkan kata hati, moral, dan nilai-nilai.

5. Mencapai kemandirian pribadi.

4. Pengembangan Media

Dalam skripsi ini, peneliti mengembangkan media konvensional

yaitu bilik pencangkokan. Media ini diharapkan dapat membantu siswa

dalam memahami materi proses pencangkokan. Media bilik

pencangkokan, merupakan hasil pegembangan antara media mock up dan

REPALING (Replika Papan Lingkaran). Media ini diharapkan dapat

membantu siswa untuk memahami materi proses pencangkokan. Dalam

pengembangan media ini, peneliti juga melengkapinya dengan rencana

pelaksanaan pembelajaran dan lembar kerja siswa.

5. Materi Pokok

Materi pokok atau materi pembelajaran merupakan penjabaran dari

kompetensi dasar yang akan dicapai oleh peserta didik melalui proses

pembelajaran. Majid, 2014: 112, menjelaskan hal-hal yang perlu

(45)

perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual peserta

didik, d) Kebermanfaatan bagi peserta didik, e) Struktur keilmuan, f)

Kedalaman dan keluasan materi, g) Relevansi dengan kebutuhan peserta

didik, dan h) Alokasi waktu.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang media sangat sering dilakukan atau dilaksanakan,

namun pengembangan media konvensional “bilik pencangkokan” masih

jarang dilakukan khususnya pada kurikulum 2013. Berikut adalah tiga

penelitian pengembangan media pembelajaran konvensional yang relevan.

Pertama, skripsi Penerapan Media Lingkungan untuk Meningkatkan

Kemampuan Siswa Kelas VI dalam Memahami Materi IPA pada MI YAPPI

Kedungwanglu, Playen, Gunungkidul oleh Abror (2014: vii). Skripsi ini

menggunakan jenis penelitian Classroom Action Research (CAR), penelitian

ini menekankan pada penggunaan media lingkungan yang berada di sekitar

siswa, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

pembelajaran yang dilaksanakan adalah mata pelajaran IPA khususnya materi

perkembangbiakan tumbuhan.

Kedua, skripsi Pengembangan Media Pembelajaran IPA Berbasis

Lectora Professional Publishing Suite Materi Cara Pencegahan Kerusakan

Lingkungan Kelas IV Semester II di SD/MI oleh Rochmawan (2013: vii) ini

menggunakan model pengembangan dari Reiser dan Mollenda yaitu model

(46)

pencegahan kerusakan lingkungan.

Ketiga, Pengembangan Media Pembelajaran PALIBER (Papan

Lingkaran Berputar) Mata Pelajaran IPA Kelas IV Sekolah Dasar oleh

Listyorini (2013: vii) merupakan penelitian RnD model Borg and Gall yang

terdiri dari 10 tahap pengembangan.

Dari ketiga penelitian di atas, peneliti belum melihat adanya penelitian

tentang pengembangan media bilik pencangkokan pada materi proses

pencangkokan untuk siswa kelas III sekolah dasar. Dalam penelitian ini

peneliti menggunakan kurikulum 2013. Karena itu penelitian ini merupakan

penelitian baru yang dapat dijadikan referensi bagi dunia pendidikan. Berikut

adalah Literature Map yang mengaitkan tiga penelitian dengan penelitian

baru yang disajikan oleh peneliti.

Bagan 2.1 Literature Map Hasil Penelitian yang Relevan

Penerapan Media Lingkungan untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Kelas VI dalam Memahami Materi IPA pada MI

YAPPI Kedungwanglu, Playen, Gunungkidul.

Abror (2014 : vii)

Pengembangan Media Pembelajaran IPA Berbasis Lectora Professional

Publishing Suite Materi Cara Pencegahan Kerusakan Lingkungan

Kelas IV Semester II di SD/MI A

Rochmawan (2013: vii)

Pengembangan Media Pembelajaran Paliber (Papan Lingkaran Berputar)

Mata Pelajaran IPA Kelas IV Sekolah Dasar

Listyorini (2013 : vii)

Pengembangan Media Pembelajaran Bilik pencangkokan pada Materi Perkembangbiakan Buatan Tumbuhan

(cangkok) dalam Sub Tema Perkembangbiakan Tumbuhan Untuk Siswa

Kelas III Sekolah Dasar.

(47)

Kurikulum 2013 dikembangkan dalam rangka mengembangkan

kemampuan soft skills dan hard skills yang berupa sikap, keterampilan dan

pengetahuan anak. Selain itu kurikulum 2013 menekankan pada

pembelajaran yang kontekstual dengan situasi siswa sehari-hari, sehingga

menuntut guru untuk lebih kreatif dalam menyampaikan materi yang relevan

dengan kehidupan sehari-hari siswa.

Kurikulum 2013 juga menekankan dalam prosesnya melibatkan

beberapa mata pelajaran agar dapat memberikan pengalaman bermakna bagi

siswa. Oleh karena itu, untuk memenuhi hal tersebut guru ditutut untuk lebih

kreatif dalam pembuatan perangkat pembelajaran, salah satunya adalah

media pembelajaran. Media pembelajaran diharapkan dapat membantu siswa

untuk mengalami pembelajaran secara kongkrit.

Pembelajaran yang kongkrit sangat ditekankan kepada siswa-siswi

kelas bawah, yang salah satu diantaranya yakni Kelas III SD. Dalam

pembelajarannya siswa kelas III sangat memerlukan pemanfaatan media

pembelajaran terlebih khusus untuk mata pelajaran IPA yang cenderung

dianggap sulit bagi siswa kelas III sekolah dasar.

Penggunaan media pembelajaran sangatlah membantu siswa dalam

memahami pembelajaran secara kontekstual. Khususnya media konvensional

karena lebih nyata dan dekat dengan siswa sehingga dalam penggunaannya

dapat melibatkan siswa secara langsung. Hasil belajar materi IPA yang

(48)

optimal. Sehingga perlu adanya media pembelajaran yang mampu

memvisualisasikan konsep materi pelajaran dengan baik. Melihat identifikasi

masalah kebutuhan karakteristik siswa tersebut maka peneliti terlebih dahulu

menyusun GBPM (Garis Besar Pembuatan Media) dalam rangka melakukan

desain atau rancangan pembuatan media bilik pencangkokan, kemudian

media pembelajaran konvensional dapat diproduksi.

Setelah media pembelajaran konvensional diproduksi, media harus

diuji terlebih dahulu oleh ahli materi dan ahli media. Ahli materi yang

dimaksud adalah guru kelas SDN Kalasan 1 yaitu guru kelas III, hal ini

bertujuan memberikan penilaian, masukan, kritik dan saran agar kualiatas

media menjadi lebih baik. Kemudian media pembelajaran diuji

keefektifannya kepada siswa kelas III SDN Kalasan 1, namun karena

keterbatasan waktu maka tidak dilakukan uji efektivitasnya di sekolah.

Bagan 2.2 Kerangka Berpikir

Mata Pelajaran Perangkat

Pembelajaran

Media IPA

ICT

Konvensional

Perkembangbiakan buatan tumbuhan

Bilik Pencangkokan

(49)

Terkait dengan pengembangan media bilik pencangkokan.

1. Bagaimana pengembangan media bilik pencangkokan pada materi

proses pencangkokan untuk siswa kelas III sekolah dasar?

2. Terkait dengan kualitas media atau produk

a. Bagaimana kualitas produk media bilik pencangkokan pada materi

proses pencangkokan untuk siswa kelas III sekolah dasar menurut

pakar media?

b. Bagaimana kualitas produk media bilik pencangkokan pada materi

proses pencangkokan untuk siswa kelas III sekolah dasar menurut

(50)

33 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Borg dan Gall dalam Sugiyono (2010: 9), mengungkapkan bahwa

penelitian pengembangan adalah suatu proses yang dipakai untuk

mengembangkan dan memvalidasi produk penelitian. Penelitian ini

mengikuti suatu langkah-langkah siklus. Langkah penelitian atau proses

pengembangan ini terdiri dari kajian tentang temuan penelitian produk yang

akan dikembangkan, mengembangkan produk berdasarkan temuan-temuan

tersebut, melakukan uji coba lapangan sesuai dengan latar dimana produk

tersebut akan dipakai, dan melakukan revisi terhadap uji lapangan.

Borg and Gall dalam Sanjaya (2013: 129) berpendapat bahwa produk

pendidikan yang dihasilkan melalui penelitian dan pengembangan itu tidak

terbatas pada bahan-bahan pelajaran seperti buku teks, film pendidikan dan

lain sebagainya, akan tetapi juga bisa berbentuk prosedur atau proses seperti

metode mengajar atau metode mengorganisasi pembelajaran.

Seels dan Richey, dalam Setyosari (2013: 223), penelitian

pengembangan didefinisikan sebagai kajian secara sistematik untuk

merancang, mengembangkan, dan mengevaluasi program-program, proses

dan hasil pembelajaran dan harus memenuhi kriteria konsistensi dan

(51)

Metode penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa Inggrisnya

Research and Development (R&D) menurut Sugiyono (2015: 407) adalah

metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan

menguji keefektifan produk tersebut.

Peneliti mengembangkan sebuah media konvensional pada mata

pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk kelas III SDN Kalasan 1 dalam

tema pengembangbiakan hewan dan tumbuhan pada subtema

pengembangbiakan tumbuhan untuk materi proses pencangkokan. Produk

akan di uji coba pada semua siswa. Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui

kualitas media. Namun dalam pelaksanaannya, media ini tidak melalui

tahapan uji coba karena keterbatasan waktu. Untuk dapat menghasilkan

produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan untuk

menguji keefektifan produk tersebut supaya dapat berfungsi di masyarakat

luas, maka diperlukan penelitian untuk menguji keefektifan produk tersebut.

Metode penelitian dan pengembangan atau Research and

Development (R&D) telah banyak digunakan pada bidang-bidang Ilmu

Alam dan Teknik. Namun demikian metode penelitian dan pengembangan

bisa juga digunakan dalam bidang ilmu-ilmu sosial seperti Psikologi,

Sosiologi, Pendidikan, Manajemen, dan lain-lain. Penelitian dan

pengembangan yang menghasilkan produk tertentu untuk bidang

administrasi, pendidikan dan sosial lainnya masih rendah. Padahal banyak

produk tertentu dalam bidang pendidikan dan sosial yang perlu dihasilkan

(52)

menyajikan contoh metode penelitian dan pengembangan yang dapat

digunakan untuk penelitian sosial, khususnya pendidikan.

Langkah-langkah penelitian dan pengembangan ditunjukan pada

bagan 3.1 berikut.

Bagan 3.1 Langkah-langkah penggunaan metode Penelitian dan Pengembangan.

1. Potensi dan masalah

Penelitian dapat berangkat dari adanya potensi atau masalah.

Potensi adalah segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki

nilai tambah. Dalam bidang sosial dan pendidikan, misalnya kita

punya potensi penduduk usia kerja yang cukup banyak, sehingga

melalui model pendidikan tertentu dapat diberdayakan sebagai tenaga

kerja pertanian atau industri yang berbasis bahan mentah alam

Indonesia. Semua potensi akan berkembang menjadi masalah bila kita

tidak dapat mendayagunakan potensi-potensi tersebut. Sugiyono

(2015: 410) mengatakan “masalah adalah penyimpangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi”. Data tentang potensi dan masalah

tidak harus dicari sendiri, tetapi bisa berdasarkan laporan penelitian Potensi dan

Masalah

Pengumpulan Data

Desain Produk

Validasi Desain

Uji Coba Pemakaian

Revisi Produk

Revisi Produk Uji Coba Produk Revisi Desain

(53)

orang lain, atau dokumentasi laporan kegiatan dari perorangan atau

instansi tertentu yang masih up to date.

2. Mengumpulkan informasi

Sugiyono (2015: 411), setelah potensi dan masalah dapat

ditunjukan secara faktual dan up to date. Maka selanjutnya perlu

dikumpulkan berbagai informasi yang dapat digunakan sebagai bahan

untuk perencanaan produk untuk mengatasi masalah tersebut. Di sini

diperlukan metode penelitian tersendiri. Metode apa yang akan

digunakan untuk penelitian tergantung permasalahan dan ketelitian

tujuan yang ingin dicapai.

3. Desain Produk

Sugiyono (2015: 412) mengatakan produk yang dihasilkan

dalam penelitian Research and Development bermacam-macam.

Dalam bidang pendidikan, produk-produk yang dihasilkan melalui

penelitian R&D diharapkan dapat meningkatkan produktivitas

pendidikan. Dalam penelitian ini produk yang dihasilkan adalah

media pembelajaran konvensional untuk siswa kelas III SDN Kalasan

1 mengacu Kurikulum 2013.

4. Validasi Desain

Pada langkah ini merupakan proses kegiatan untuk menilai

rancangan produk. Validasi produk dapat dilakukan dengan

(54)

untuk menilai produk yang telah dirancang. Validasi dapat dilakukan

dalam forum diskusi.

5. Perbaikan Desain

Setelah desain produk divalidasi melalui diskusi dengan pakar

dan para ahli, selanjutnya memperbaiki desain produk yang telah

diketahui kelemahannya sehingga menghasilkan produk yang lebih

baik.

6. Uji Coba Produk

Pada langkah ini setelah desain divalidasi dan direvisi,

selanjutnya melakukan uji coba produk. Pada tahap awal dilakukan

simulasi dengan jumlah terbatas agar mengetahui keefektifan dan

keefisienan produk yang telah dirancang untuk mengatasi

permasalahan tersebut.

7. Revisi Produk

Sugiyono (2015: 425) setelah melakukan uji coba produk secara

terbatas dan mengetahui kelemahan produk yang dirancang maka

perlu direvisi agar produk tersebut bisa mengatasi permasalahan yang

dihadapi. Langkah selanjutnya adalah perlu melakukan uji coba

produk sesungguhnya.

8. Uji Coba Pemakaian

Setelah pengujian terhadap produk berhasil maka selanjutnya

produk yang berupa media pembelajaran baru tersebut diterapkan

(55)

tersebut tetap harus dinilai kekurangan atau hambatan yang muncul

guna untuk perbaikan lebih lanjut.

9. Revisi Produk

Revisi produk dilakukan apabila dalam pemakaian produk

tersebut dalam lembaga pendidikan yang lebih luas terdapat

kekurangan atau kelemahan.

10. Pembuatan Produk Masal

Pada langkah ini apabila produk yang berupa media

pembelajaran baru tersebut telah dinyatakan efektif dalam beberapa

kali pengujian, maka media pembelajaran baru tersebut dapat

diterapkan pada setiap lembaga pendidikan.

B. Setting Penelitian

1. Obyek Penelitian

Obyek dari penelitian dan pengembangan ini adalah siswa kelas

III SDN Kalasan 1, pada tema pengembangbiakan hewan dan

tumbuhan dan subtema pengembangbiakan tumbuhan.

2. Subyek penelitian

Subjek penelitian pada penelitian ini adalah siswa-siswi kelas III

SDN Kalasan 1 yang beralamat di Krajan, Tirtomartani, Kalasan,

Sleman. Siswa-siswi kelas III SDN Kalasan 1 memiliki latar belakang

yang sama dalam hal kebudayaan, namun dalam bidang lain sangatlah

berbeda. Selain itu siswa-siswi kelas III SDN Kalasan 1 tidak ada

(56)

3. Waktu dan tempat

Penelitian ini dilaksanakan selama delapan bulan terhitung

mulai bulan Juli 2016 sampai bulan Februari 2017. Peneliatan dimulai

dengan analisis kebutuhan dan diakhiri dengan pembuatan artikel

[image:56.595.87.538.246.728.2]

penelitian. Berikut akan dipaparkan jadwal kegiatan penelitian:

Tabel 3.1 Jadwal kegiatan penelitian

No Kegiatan

Bulan Ju li A gu stu s S ep te mb er O k tob er N ove mb er D es emb er Jan u ar i F eb ru ar i

1 Analisis

Kebutuhan

2

Pengumpulan

Data

3 Desain Produk

4 Validasi Desain

5 Revisi Desain

6

Produksi Produk

akhir

7 Sidang Skripsi

8

Pembuatan

(57)

Berdasarkan tabel, dapat diketahui bahwa penelitian ini diawali pada

bulan Juli, dimana peneliti melakukan anlisis kebutuhan di SDN Kalasan 1

untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi guru berkaitan dengan

penggunaan media pembelajaran. Pada bulan Agustus dan September,

peneliti mengumpulkan data kemudian mengolahnya. Pada akhir bulan

September hingga akhir Desember, peneliti mendesain produk berdasarkan

kebutuhan guru di SDN Kalasan 1. Setelah mendesain produk, pada bulan

Januari produk yang telah dibuat divalidasi oleh guru kelas III dan juga oleh

pakar media pembelajaran sekaligus produksi produk akhir. Pada

pertengahan Februari peneliti melaksanakan sidang skripsi dan diakhiri

dengan pembuatan artikel pada akhir bulan Februari.

C. Prosedur Pengembangan

Setyosari (2013: 228) mengemukakan bahwa suatu model dalam

penelitian pengembangan dihadirkan dalam berbagai prosedur

pengembangan yang biasanya mengikuti model pengembangan yang dianut

oleh peneliti. Sugiyono (2015: 298-311) menyebutkan ada 10 langkah

(58)

Bagan 3.2 Desain penelitian dan pengembangan

Prosedur pengembangan pada bagan di atas dijelaskan oleh Sugiyono

(2015: 298-311) secara terperinci, sebagai berikut:

Langkah 5 Revisi Produk

Hasil validasi pakar

Revisi produk

Prototipe media pembelajaran konvensional

Analisis Kebutuhan wawancara

Langkah 4

Pembuatan kuisioner

validasi

Konsultasi

dosen Revisi

Istrumen siap digunakan Validasi media Pakar media pembelajaran Guru Analisis Langkah 2 Hasil

wawancara Penentuan masalah Konsultasi dosen Pengumpulan data

Langkah 3 Desain media pembelajaran Bilik Pencangkokan

(59)

Pada langkah pertama, yang dilakukan oleh peneliti adalah mengkaji

potensi dan masalah serta yang terjadi di sekolah dasar dengan melakukan

wawancara terhadap guru kelas III sekolah dasar kemudian peneliti

menganalisis kebutuhan yang dibutuhkan oleh siswa untuk mengatasi

permasalahan dalam pembelajaran yang tentunya memperhatikan

potensi-potensi yang dimiliki.

Pada langkah kedua, peneliti melakukan analisis kebutuhan sesuai

dengan potensi dan masalah yang ada dengan menentukan permasalahan

yang akan dipertimbangkan menjadi bahan pemecahan bedasarkan hasil

wawancara. Kemudian permasalahan yang diambil dikonsultasikan dengan

dosen, berangkat dari persetujuan dosen dan peneliti, peneliti selanjutnya

mengumpulkan data-data yang relevan dengan permasalahan yang diambil.

langkah ketiga adalah tahap untuk memproduksi media pembelajaran

Bilik Pencangkokan untuk siswa kelas III SD terkait materi pembelajaran

proses pencangkokan. Langkah ini diawali dengan menentukan konsep

media yang akan dibuat untuk memecahkan permasalahan yang sesuai

dengan hasil wawancara sebelumnya. Setelah itu dilanjutkan dengan

mendesain media yang akan dibuat dan pengumpulan bahan yang akan

dikembangkan dalam penelitian ini. Setelah semua bahan telah tersedia,

selanjutnya

Gambar

Tabel 3.3 Lembar Kuisioner Instrumen Validasi Produk Oleh Pakar Media Pembelajaran
yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat
grafik memerlukan simbol dan kode yang berbeda, dan oleh karena itu
Tabel 3.1 Jadwal kegiatan penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

terutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak. Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak Daerah

Kebebasan ekonomi seorang wanita itu bukanlah fungsi dari ia berdagang, tetapi karena ia mendapat suatu penghasilan yang teratur dan dapat diandalkan dengan kegiatannya, di rumah

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan ini disusun berdasarkan pada hasil penelitian Analisis Biaya Konstruksi di Pusat Litbang Permukiman 1988 – 1991. Penelitian ini dilakukan

• Pendidikan jasmani sebagai pembinaan multilateral merupakan pengembangan berbagai variasi keterampilan dan kemampuan biomotorik dengan adaptasi berbagai variasi keterampilan

Studi Analisis perencanaan desain Tiang pancang group akibat beban tumbukan kapal tanker 50.000 DWT, sebagai breasthing dolphin mampu menyerap energi gaya luar

Data vegetasi yang diambil berupa data kerapatan tegakan dan luas bidang dasar dilakukan dengan menggunakan metode analisis vegetasi.Plot sampel analisis vegetasi berjumlah 63 buah

Sesuai dengan tujuannya maka hal- hal teknis utama yang diperlukan adalah kondisi akustik di dalam gedung konser tersebut, baik secara objektif maupun subjektif

Q13 Tulisin Nama Program Studi/Fakultas & Jurusan tempat kamu keterima SBMPTN 2018 yah! *) Buat yang belom keterima, bisa skip pertanyaan ini**) Tolong nulisnya jangan