• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KOMPETENSI PELAYANAN PRIMA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI UNTUK SISWA KELAS X DI SMK MUHAMMADIYAH BERBAH SLEMAN YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KOMPETENSI PELAYANAN PRIMA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI UNTUK SISWA KELAS X DI SMK MUHAMMADIYAH BERBAH SLEMAN YOGYAKARTA."

Copied!
297
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KOMPETENSI PELAYANAN PRIMA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI UNTUK SISWA KELAS X

DI SMK MUHAMMADIYAH BERBAH SLEMAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

TITI WIRANTI

NIM. 11513242001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BUSANA

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BOGA DAN BUSANA

FAKULTAS TEKNIK

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO

Ridho Allah tergantung dari ridho orang tua

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu

telah selesai (dari satu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh

(urusan) yang lain.

(Q.S Al –Insyirah 6 -7)

Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, bersyukur atas segala yang

(6)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah berkat rahmat Allah yang maha Kuasa, saya dapat

menyelesaikan Tugas Akhir skripsi ini. Karya yang sederhana ini saya persembahkan

kepada:

Ibu tercinta” Ibu Jariyah” dan Ayah tercinta “Bapak Samijatun, B.A”, terima

kasih atas segala kasih sayang dan doa yang selalu tercurah untukku,

penyemangat dan penguat langkahku.

Kakakku “Ismi Sutantri, S.Pd ” yang telah banyak membantuku, semoga selalu

sukses untukmu.

Suamiku tercinta “Didik Gunawan, S.T” terima kasih atas semangat serta

dukungan yang tiada henti selalu diberikan kepadaku.

Putriku “Alin Nadhira”, yang selalu menjadi motivasi setiap langkahku semoga

menjadi anak yang sholehah.amin

Sahabat – sahabatku “Mudrikah, Tina, Yan, Elok, Dyah, Fitri dan Giyani”

yang telah banyak membantuku dan akan selalu aku rindukan

Teman-teman Pendidikan Teknik Busana PKS 2011 terima kasih atas

kebersamaan dan persaudaraan. Perjalanan bersama kalian, menorehkan

banyak pengalaman dan pelajaran yang sangat bermakna untukku

(7)

PENINGKATAN KOMPETENSI PELAYANAN PRIMA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAIUNTUK SISWA KELAS X

DI SMK MUHAMMADIYAH BERBAH SLEMAN YOGYAKARTA Titi Wiranti

NIM. 11513242001 ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah megetahui 1) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam peningkatan kompetensi pelayanan prima kelas X; 2) keaktifan belajar siswa kelas X dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dalam peningkatan kompetensi pelayanan prima.; 3) peningkatan kompetensi pelayanan prima melalui model pembelajaran kooperatif tipe TAI untuk siswa kelas X .

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan desain model Kemmis dan Taggart dengan tiga tahapan yang meliputi (1) Perencanaan, (2) Tindakan dan Pengamatan, (3) Refleksi. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X di SMK Muhammadiyah Berbah yang berjumlah 21 siswa dengan subjek penelitian ditentukan berdasarkan teknik purposive sampling, objek penelitian ini adalah peningkatan kompetensi memberikan bantuan kepada pelanggan internal dan eksternal. Metode pengumpulan data menggunakan observasi, tes dan dokumentasi. Uji validitas berdasarkan kepada judgement expertdan uji reliabilitas dengan rumus alfa Cronbach. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dengan prosentase.

Hasil penelitian menunjukkan: 1) Model pembelajaran kooperatif tipe TAI untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam kompetensi pelayanan prima yang dilaksanakan dengan langkah-langkah: (a) menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa (b) menyajikan informasi, (c) mengorganisasikan siswa dalam kelompok kooperatif , (d) diskusi kelompok, (e) evaluasi dan (f) memberikan penghargaan; hasil yang dicapai pada pelaksanaan pembelajaran siklus I sebesar 72,4% pembelajaran terlaksana dengan baik dan meningkat pada siklus II menjadi 96,65% pembelajaran terlaksana dengan sangat baik 2) Aktivitas belajar siswa tercapai dalam kategori aktif yaitu terdapat 17 siswa (80,95%) tergolong aktif dan 4 siswa (19,05%) tergolong cukup aktif; 3) Kompetensi belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 14%, terbukti 21 siswa (100%) tergolong tuntas dan dari nilai rata-rata yang dicapai siklus I 70,67 dan meningkat menjadi 79,62 pada siklus II; Dengan demikian kompetensi belajar siswa meningkat melalui model pembelajaran kooperatif tipe TAIterbukti. Artinya melalui model pembelajaran kooperatif tipe TAIpada kompetensi memberikan bantuan kepada pelanggan internal dan eksternal dapat tercapai sesuai kriteria KKM70.

(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi dengan

judul ”Peningkatan Kompetensi Pelayanan prima melalui Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI di SMK Muhammadiyah Berbah ” dengan baik.

Penulis menyadari bahwa dengan terselesaikannya Skripsi ini berkat bantuan

dan bimbingan dari berbagai pihak.

Untuk itu dalam kesempatan ini ucapan

terimakasih saya sampaikan kepada :

1. Prof. Dr. Rochmat Wahab, M. Pd, M.A, selaku Rektor Universitas Negeri

Yogyakarta.

2. Dr. Moch. Bruri Triyono, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri

Yogyakarta.

3. Noor Fitrihana, M. Eng, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan

Busana Universitas Negeri Yogyakarta.

4. Sri Emy Yuli Suprihatin, M.Si selaku pembimbing skripsi yang telah

memberikan bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis selama penyusunan

skripsi.

5. Kepala SMK Muhammadiyah Berbah yang telah memberikan ijin observasi.

6. Drs. Supriyadi, selaku guru mata pelajaran pelayanan prima dan selaku Kepala

sekolah SMK Muhammadiyah Berbah.

7. Tim Penguji yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan saran dalam

menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.

8. Teman-teman mahasiswa jurusan pendidikan teknik busana atas pemberian

motivasi dan kerjasamanya.

(9)

10. Almamater yang telah memberikan sarana dan prasarana pendukung selama

menempuh kuliah di UNY.

11. Semua pihak terkait yang telah membantu dalam penyelesaian tugas akhir skripsi

ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhir kata penyusun berharap Tugas Akhir Skripsi ini dapat bermanfaat bagi

semua pembaca.

Yogyakarta, Juni 2013

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………

i

HALAMAN PERSETUJUAN………

ii

HALAMAN PENGESAHAN………

iii

HALAMAN PERNYATAAN………

iv

HALAMAN MOTTO……….

v

HALAMAN PERSEMBAHAN……….

vi

ABSTRAK………..

vii

KATA PENGANTAR……….

viii

DAFTAR ISI………

x

DAFTAR TABEL………

xiii

DAFTAR GAMBAR………

xiv

DAFTAR LAMPIRAN………

xv

BAB I PENDAHULUAN

………...

A. Latar Belakang Masalah………...

B. Identifikasi Masalah………

C. Batasan Masalah………..

D. Rumusan Masalah………

E. Tujuan Penelitian………

F. Manfaat Penelitian………..

1

1

4

5

5

6

6

BAB II KAJIAN TEORI

………

A. Deskripsi Teori……….

1. Kompetensi………..

a. Pengertian Kompetensi………...

b. Pencapaian Kompetensi………..

2. Aktivitas Belajar……….

a. Pengertian Aktivitas Belajar………..

b. Jenis Aktivitas Belajar………

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar………...

d. Prinsip-prinsip Aktivitas belajar siswa………...

e. Mengukur Aktivitas Belajar Siswa……….

3. Pelayanan Prima………...

a. Tinjauan mata pelajaran pelayanan prima………..

b. Tinjauan Kompetensi dasar memberikan bantuan kepada

pelanggan internal maupun eksternal………

c. Memberikan bantuan kepada pelanggan internal dan

(11)

4. Penelitian Tindakan Kelas………..

a. Pengertian Penelitian Tindakan kelas……….

b. Karakteristik penelitian tindakan kelas………..

c. Tujuan dan Manfaat penelitian tindakan kelas………..

d. Model penelitian tindakan kelas……….

e. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas………

5. Model Pembelajaran………

a. Pengertian Model pembelajaran………...

b. Macam-macam Model Pembelajaran………...

6. Model Pembelajaran Kooperatif………....

a. Pengertian Pembelajaran kooperatif………..

b. Ciri-ciri pembelajaran Kooperatif………..

c. Tujuan Pembelajaran Kooperatif………

d. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif………

e. Macam-macam Pembelajaran Kooperatif………..

f. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif…...

7. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI………..

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI………

b. Komponen TAI………

c. Tahapan Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI………

d. Kelebihan dan kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe

TAI……….

B. Penelitian yang Relevan………..

C. Kerangka Berfikir………

D. Hipotesis Tindakan………..

37

37

38

39

40

42

44

44

46

48

48

50

51

53

53

56

60

60

61

62

64

65

68

69

BAB III METODE PENELITIAN

………..

A. Jenis Penelitian……….

B. Desain Penelitian………...

C. Setting Penelitian……….

D. Subjek dan Objek Penelitian………

E. Prosedur Penelitian………...

F. Teknik Pengumpulan Data………..

G. Instrumen Penelitian………

H. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen………..

I. Teknik Analisa Data………

J. Kriteria Keberhasilan………...

70

70

71

74

74

75

80

82

86

91

95

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

………

A. Hasil Penelitian………

1. Gambaran Lokasi Penelitian………...

2. Kondisi Sebelum Tindakan………

(12)

3. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI

…………

B. Pembahasan……….

1. Penerapan

Model Pembelajaran kooperatif

TAI

dalam

kompetensi pelayanan prima…...

2. Aktivitas Belajar Siswa………...

3. Peningkatan Kompetensi Belajar Siswa………

103

130

130

137

141

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

………

A. Simpulan………...

B. Implikasi………..

C. Saran………

145

145

148

148

DAFTAR PUSTAKA

………

LAMPIRAN

………

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Dasar Kompetensi Kejuruan Bidang Keahlian Tata Busana…... 10

Tabel 2. Kompetensi dan Indikator memberikan bantuan kepada pelanggan internal dan eksternal……… 23

Tabel 3. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif…………... 53

Tabel 4. Posisi Penelitian Penulis………... 67

Tabel 5. kisi-kisi instrument observasi pelaksanaan pembelajaran……... 83

Tabel 6. Kisi-Kisi Instrumen Observasi aktivitas siswa dalam Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI……….. 84

Tabel 7. Kisi-kisi tes pencapaian kompetensi………... 84

Tabel 8. Interpretasi Nilai Reliabiitas………. 90

Tabel 9. Hasil Uji Reabilitas………..……… 90

Tabel 10. Kategori Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran……….. 92

Tabel 11. Kriteria Keterlaksanaan pembelajaran………. 93

Tabel 12. Kriteria Ketuntasan Minimal……… 95

Tabel 13. Kualifikasi hasil nilai kompetensi memberikan bantuan kepada pelanggan internal dan eksternal……….. 95

Tabel 14. Tabel 15. Kriteria Keberhasilan pada penelitian tindakan kelas……….. Pencapaian kompetensi Tes Pilihan ganda (Sebelum Tindakan)……….. 96 101 Tabel 16. Data Hasil Kompetensi Tes pilihan ganda (Pra siklus) berdasarkan KKM………. 101

Tabel 17. Distribusi Frekuensi Kategori kompetensi Siswa Pra siklus………… 102

Tabel 18. Distribusi Frekuensi Kategori aktivitas belajar siswa siklus I………. 111

Tabel 19. Data Observasi Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus I………... 111

Tabel 20. Data Hasil peningkatan kompetensi tes pilihan ganda siklus I... 112

Tabel 21. Data pencapaian kompetensi memberikan bantuan kepada pelanggan internal dan eksternal tes pilihan ganda siklus I berdasarkan KKM………... 113

Tabel 22. Distribusi frekuensi Kategori kompetensi siswa siklus I………. 114

Tabel 23. Tabel 24. Distribusi frekuensi kategori aktivitas belajar siswa siklus II……….. Refleksi dan upaya perbaikan………... 116 125 Tabel 25. Data indikator Observasi aktivitas Belajar siswa pada siklus II………... 125

Tabel 26. Data siswa dalam peningkatan kompetensi pemberian bantuan kepada pelanggan internal dan eksternal siklus II……… 126

Tabel 27. Data Kompetensi tes pilihan ganda siklus II berdasarkan KKM………. 127

Tabel 28. Distribusi frekuensi kategori kompetensi siswa siklus II……… 128

Tabel 29. Perbandingan Presentasi Aktivitas Belajar siswa………. 138

(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.

Kerangka Berfikir………..

69

Gambar 2.

Model Kemmis & Taggart……….

72

Gambar 3.

Grafik Perbandingan peningkatan kompetensi memberikan

bantuan kepada pelanggan internal dan eksternal pada

Prasiklus dan Siklus II………..

114

Gambar 4.

Grafik Perbandingan peningkatan kompetensi memberikan

bantuan kepada pelanggan internal dan eksternal pada siklus I

dan Siklus II………..

127

Gambar 5.

Grafik Peningkatan Aktivitas belajar siswa pada Siklus I dan

siklus II………..

139

Gambar 6.

Perbandingan jumlah ketuntasan belajar siswa pada

kompetensi memberikan bantuan kepada pelanggan internal

dan eksternal pada Pra siklus, siklus I dan Siklus

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1.

Instrumen Penelitian………

1.1 Silabus Pembelajaran……….

1.2 RPP Siklus I………..

1.3 RPP Siklus II……….

1.4 Tes Pilihan Ganda………..

1.5 Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa…………...

1.6 Lembar

Keterlaksanaan

Model

Pembelajaran

Kooperatif Tipe TAI………..

153

154

160

165

190

196

200

Lampiran 2.

Uji Validitas dan Reliabilitas………...

2.1 Uji Validitas………...

2.2 Uji Reliabilitas………

207

208

236

Lampiran 3.

Hasil Penelitian……….

3.1 Daftar Nama dan Presensi Siswa Kelas X Busana

butik………

3.2 Daftar Nama siswa untuk masing-masing kelompok

Belajar……….

3.3 Prosedur Pelaksanaan Tindakan Siklus I………

3.4 Prosedur Pelaksanaan Tindakan Siklus II………..

3.5 Hasil

Observasi

Keterlaksanaan

Pembelajaran

Memberikan bantuan kepada pelanggan internal dan

eksternal dengan Model pembelajaran Kooperatif Tipe

TAI Prasiklus ………

3.6 Hasil

Observasi

Keterlaksanaan

Pembelajaran

Memberikan bantuan kepada pelanggan internal dan

eksternal dengan Model pembelajaran Kooperatif Tipe

TAI

Siklus I……….

3.7 Hasil

Observasi

Keterlaksanaan

Pembelajaran

Memberikan bantuan kepada pelanggan internal dan

eksternal dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

TAI

Siklus II………...

3.8 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Pra Siklus…...

3.9 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I……...

3.10Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II……..

3.11 Peningkatan Aktivitas Belajar siswa………..

3.12Hasil Penilaian Tes pilihan ganda Siklus I……….

3.13Hasil Penilaian Tes Pilihan Ganda Siklus II…………..

3.14 Peningkatan Hasil Penilaian Tes Pilihan Ganda………

(16)

Lampiran 4.

Analisis Data………..

4.1 Analisis Data Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa

Prasiklus,siklus I dan siklus II………

4.2 Analisis Data Hasil Tes Pilihan Ganda prasiklus, siklus

I, dan Siklus II………

259

260

267

Lampiran 5.

Surat Ijin Penelitian………

5.1 Permohonann izin Penelitian………

5.2 Surat Keterangan Izin dari SETDA……….

5.3 Surat Keterangan Izin dari Dinas Perizinan……….

5.4 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian……...

5.5 SK Ujian………..

(17)
(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu penentu mutu sumber daya manusia. Jika kualitas pendidikan di suatu negara baik maka sumber daya manusia yang dibentuk akan baik pula. Untuk itu, pemerintah Republik Indonesia memberikan perhatian yang cukup besar terhadap dunia pendidikan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu langkahnya yaitu meningkatkan kurikulum sekolah menengah kejuruan termasuk bidang keahlian tata busana. Tujuan bidang keahlian tata busana adalah mendidik peserta didik dengan keahlian dan keterampilan dalam program keahlian tata busana, agar dapat bekerja secara mandiri atau mengisi pekerjaan yang ada di dunia usaha dan dunia industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah (Depdikbud, 2004: 5).

(19)

penguasaan kelas yang sesuai dengan kondisi siswa agar siswa tidak merasa bosan tetapi justru tertarik.

Proses pembelajaran yang terjadi selama ini lebih banyak didominaasi oleh guru, guru merasa kurang berhasil dalam menyampaikan materi-materi pelajaran untuk siswa, terlihat dari nilai KKM belum tercapai dan siswa dalam pembelajaran cenderung pasif hanya menerima saja informasi-informasi yang diberikan guru, siswa lebih banyak mendengar, menulis dan mempraktekkan apa yang diinformasikan guru.

(20)

Berdasarkan uraian di atas, diperlukan adanya suatu pembelajaran yang menarik, mudah dipahami, membuat aktif siswa dan tidak membosankan yang dapat menumbuhkan interaksi dengan siswa lain guna mencapai tujuan pembelajarannya melalui penerapan model pembelajaran kooperatif.

Salah satu model pembelajaran kooperatif yaitu Team Assisted Individualization (TAI), diharapkan dapat memberikan solusi dan suasana baru yang menarik dalam pengajaran sehingga memberikan suatu konsep baru. Pembelajaran TAI membawa konsep pemahaman inovatif, dan menekankan keaktifan siswa, diharapkan dapat meningkatkan kompetensi belajar siswa.

(21)

masalah, ciri khas pada tipe TAI ini adalah untuk mengatasi kesulitan-kesulitan siswa dengan bekerja sama secara berkelompok.

Hasil pengamatan dilapangan, metode yang digunakan guru dalam mata pelajaran pelayanan prima masih mempergunakan model pembelajaran langsung dengan metode konvensional yaitu model pembelajaran yang masih dominan dengan metode ceramah yang masih terpusat pada guru serta siswa kurang berperan aktif dalam pembelajaran. Sehingga diperlukan variasi metode agar proses belajar lebih menyenangkan sehingga dapat meningkatkan keaktifan siswa dan materi pelayanan prima dapat diserap dengan baik oleh siswa. Maka dari itu diharapkan dengan adanya metode TAI ini dapat meningkatkan kompetensi belajar siswa . Atas latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka pentingnya dilakukan penelitian untuk mengetahui peningkatan kompetensi pelayanan prima dengan penerapan kooperatif tipe TAIuntuk siswa kelas X di SMK Muhammadiyah Berbah.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, timbul beberapa masalah yang diidentifikasikan sebagai berikut:

(22)

2. Keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar masih rendah, kebanyakan siswa pasif sehingga dibutuhkan variasi model pembelajaran kooperatif tipe TAIyang bersifat kerja sama atau kelompok dan menyenangkan. 3. Hasil nilai kompetensi belajar siswa pada mata pelajaran pelayanan prima

masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal yaitu nilai <70. C. Batasan Masalah

Pembatasan masalah bertujuan untuk menyederhanakan dan membatasi ruang lingkup penelitian agar lebih mudah difahami dan dipelajari. Dari identifikasi masalah di atas maka penelitian ini dibatasi pada aspek aktivitas belajar siswa yang meliputi visual activities, Oral activities dan motor activities dan pada aspek kognitif dalam peningkatan kompetensi pelayanan prima melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI untuk siswa kelas X di SMK Muhammadiyah Berbah.

D. Rumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan hal yang sangat penting, karena akan menjadi penuntun bagi langkah-langkah selanjutnya. Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam peningkatan kompetensi pelayanan prima kelas X di SMK Muhammadiyah Berbah ?

(23)

3. Bagaimana peningkatan kompetensi dalam pembelajaran pelayanan prima melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI untuk siswa kelas X di SMK Muhammadiyah Berbah ?

E. Tujuan penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

1. Mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam peningkatan kompetensi pelayanan prima kelas X di SMK Muhammadiyah Berbah .

2. Mengetahui keaktifan belajar siswa kelas X di SMK Muhammadiyah Berbah melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dalam peningkatan kompetensi pelayanan prima.

3. Mengetahui peningkatan kompetensi dalam pembelajaran pelayanan prima melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI untuk siswa kelas X di SMK Muhammadiyah Berbah

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang sangat tinggi terutama bagi

1. Peneliti

a. Mendapat pengalaman dalam melakukan sebuah penelitian.

(24)

c. Mendapatkan pengetahuan tentang peningkatan kompetensi pemberian pelayanan secara prima dengan penerapan kooperatif tipe TAIuntuk siswa kelas X di SMK Muhammadiyah Berbah

2. Guru Bidang Studi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai solusi permasalahan-permasalahan dalam meningkatan kompetensi belajar siswa dan aktivitas belajar siswa dalam mata pelajaran pelayanan prima.

3. Sekolah

(25)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori

1. Kompetensi

a. Pengertian Kompetensi

Kompetensi diartikan sebagai kecakapan yang memadahi untuk

melakukan suatu tugas atau memiliki ketrampilan dan kecakapan yang

disyaratkan (Suhaenah Suparno, 2001:7). Menurut (Hamzah, 2007: 78)

kompetensi sebagai karakteristik yang menonjol bagi seseorang dan

mengindikasikan cara-cara berprilaku atau berfikir dalam segala sesuatu

dan berlangsung terus dalam periode waktu yang lama, sedangkan

menurut Johnson (dalam Suhaenah Suparno, 2001: 27) kompetensi

sebagai perbuatan rasional yang memuaskan untuk memenuhi tujuan

dalam kondisi yang diinginkan.

Menurut E.Mulyasa (2008: 37) menyatakan bahwa kompetensi

merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap

yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.

Menurut Wina Sanjaya (2006: 68) dalam konteks pengembang

kurikulum, kompetensi adalah perpaduan dari pengetahuan,

keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan

berfikir, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan

(26)

mengetahui, tetapi juga dapat memahami dan menghayati bidang

tersebut yang tercermin dalam pola perilaku-perilaku sehari hari

Menurut Finch Crunkilton yang dikutip E.Mulyasa (2008: 38)

mengartikan kompetensi sebagai penguasaan terhadap suatu tugas,

keterampilan, sikap, dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang

keberhasilan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kompetensi mencakup

tugas, keterampilan, sikap dan apresiasi yang harus dimiliki oleh

peserta didik untuk dapat melaksanakan tugas-tugas pembelajaran

sesuai dengan jenis pekerjaan tertentu.

Dari definisi di atas kompetensi dapat digambarkan sebagai

kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas mengintegrasikan

pengetahuan, ketrampilan, sikap dan kemampuan untuk membangun

pengetahuan yang didasarkan pada pengalaman serta pembelajaran

yang dilakukan. Profil kompetensi lulusan SMK terdiri dari kompetensi

umum dan kompetensi kejuruan. Masing-masing telah mengacu tujuan

pendidikan nasional, Sedangkan kompetensi kejuruan mengacu kepada

Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). SMK terbagi

dalam beberapa bidang keahlian, salah satunya adalah bidang keahlian

tata busana. Setiap bidang keahlian mempunyai tujuan menyiapkan

peserta didiknya untuk bekerja dalam bidang tertentu. Secara khusus

tujuan program keahlian tata busana adalah membekali peserta didik

(27)

Tabel 1. Dasar Kompetensi Kejuruan Bidang Keahlian Tata Busana

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 1. Menerapkan

Keselamatan, Kesehatan kerja dan Lingkungan Hidup

1.1 Mendeskripsikan kesehatan dan keselamatan kerja (K3)

1.2 Melaksanakan Prosedur K3

1.3 Menerapkan Konsep Lingkungan Hidup 1.4 Menerapkan ketentuan Pertolongan

pertama Pada kecelakaan 2. Melaksanakan

Pemeliharaan Kecil

2.1 mengidentifikasi jenis-jenis Alat Jahit 2.2 Mengoperasikan Mesin dan Menguji

Kinerjanya

2.3 memperbaiki kerusakan kecil pada mesin 2.4 memelihara Mesin

3. Melaksanakan Pelayanan Secara Prima pada pelanggan (Customer Care)

3.1 Melakukan Komunikasi di Tempat Kerja 3.2 Memberikan Bantuan Untuk Pelanggan

Internal dan Eksternal 3.3 Bekerja Dalam Satu Tim Sumber: KTSP 2009

Dasar kompetensi kejuruan merupakan kompetensi yang termuat

dalam program produktif kurikulum SMK. Program produktif berfungsi

membekali peserta didik agar memiliki kompetensi kerja sesuai Standar

Kompetensi Nasional (SKN).

b. Pencapaian Kompetensi

Indikator merupakan ukuran, karakteristik, ciri-ciri, perbuatan atau

proses yang berkontribusi atau menunjukkan ketercapaian suatu

kompetensi dasar. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan

menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur seperti

mengidentifikasi, menghitung, membedakan, menyimpulkan,

menceritakan kembali, mempraktekkan, mendemonstrasikan dan

mendiskripsikan standar kompetensi (Departemen Pendidikan Nasional,

(28)

Indikator pencapaian kompetensi dikembangkan oleh guru

dengan memperhatikan perkembangan dan kemampuan peserta didik.

Setiap kompetensi dasar dikembangkan menjadi dua atau lebih indikator

pencapaian kompetensi. Hal ini sesuai dengan keluasan dan kedalaman

kompetensi dasar terkait. Indikator pencapaian kompetensi yang

menjadi bagian dari silabus dijadikan acuan dalam merancang penilaian

(Depatemen Pendidikan Nasional, 2007: 21).

Kriteria Ketuntasan Minimal KKM setiap indikator dalam suatu

kompetensi dasar diberikan skor 0-100. Kriteria ideal pencapaian

masing-masing indikator adalah lebih dari 70, tetapi sekolah dapat

menetapkan kriteria atau tingkat pencapaian idikator dengan acuan

tingkat kemampuan akademis peserta didik, kompleksitas indikator dan

ketersediaan daya dukung guru serta sarana dan prasarana.

Kompetensi belajar harus dikuasai peserta didik perlu dinyatakan

sedemikian rupa agar dapat dinilai, sebagai wujud dari hasil belajar

peserta didik yang mengacu pada pengalaman langsung. Peserta didik

perlu mengetahui tujuan belajar dan tingkat penguasaan yang akan

digunakan sebagai kriteria pencapaian secara eksplisit, dikembangkan

berdasarkan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dan memiliki kontribusi

terhadap kompetensi-kompetensi yang sedang dipelajarai.

Adapun yang dimaksud pencapaian kompetensi menurut Putrohari

(2009: 10) yaitu:

(29)

khusus. Kita mengartikan pengetahuan sebagai bagian tertentu dari informasi. Pengertian mempunyai implikasi kemampuan mengekspresikan pengetahuan ini ke berbagai cara, melihat hubungan dengan pengetahuan lain dan dapat mengaplikasikannya kesituasi baru contoh dan masalah, keterampilan kita artikan mengetahui bagian mengerjakan sesuatu.

Lebih lanjut Putrohari mengemukakan alasan perlu dilakukannya

pengukuran pencapaian kompetensi yaitu:

Untuk menggambarkan pengetahuan dan keterampilan siswa atau

sebagai dasar untuk mengambil keputusan. Fungsi penting pada tes

pencapaian adalah memberi umpan balik dengan mempertimbangkan

efektifitas pembelajaran, pengetahuan pada performance siswa,

membantu guru untuk mengevaluasi pembelajaran mereka dengan

menunjuk area dimana pembelajaran telah efektif dan area dimana siswa

belum menguasai. Informasi ini dapat digunakan untuk merencanakan

pembelajaran selanjutnya dan memberi nasehat untuk metode

pembelajaran alternative, selain sebagai umpan balik alasan mengukur

pencapaian adalah untuk memberi motivasi, menentukan peringkat,

profesiensi adalah memberikan sertifikat bahwa siswa telah mencapai

tingkat kemampuan minimal dalam suatu bidang tertentu.

Penilaian berbasis kompetensi harus ditujukan untuk mengetahui

tercapainya kompetensi dasar yang telah ditetapkan sehingga dapat

diketahui tingkat penguasaan materi standar kompetensi oleh peserta

(30)

Menurut Gordon yang dikutip E.Mulyasa (2008: 38) menjelaskan beberapa aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi sebagai berikut:

1) Pengetahuan (knowledge) yaitu kesadaran dalam bidang kognitif, misalnya seorang guru mengetahui cara melakukan identifikasi kebutuhan belajar, dan bagaimana melakukan pembelajaran terhadap peserta didik sesuai kebutuhan.

2) Pemahaman (understanding) yaitu keadaan kognitif dan afektif yang dimiliki individu. Misalnya seorang guru yang akan melaksanakan pembelajaran harus memiliki pemahaman yang baik tentang karakteristik dan kondisi peserta didik agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efekktif dan efisien.

3) Kemampuan (skill) adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Misalnya kkemampuan guru dalam memilih dan membuat alat peraga sederhana untuk member kemudahan belajar kepada peserta didik.

4) Nilai adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang. Misalnya standar perilaku guru dalam pembelajaran (kejujuran, keterbukaan, demokratis,dll).

5) Sikap (Atitude) yaitu perasaan (senang, tidak senang, suka-tidak suka) atau reaksi terhadap krisis ekonomi, perasaan terhadap kenaikan gaji dan sebagainya.

6) Minat (interes) adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan. Misalnya minat untuk mempelajari atau melaksanakan sesuatu.

Sedangkan Benyamin Blomm yang dikutip Sudjana (1989: 22) mengemukakan secara garis besar membagi hasil belajar menjadi 3 aspek yaitu:

1) Aspek kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman aplikasi, sintesis, dan evaluasi 2) Aspek afektif berkenaan dengan sikap yakni penerimaan, jawaban,

penilaian, organisasi dan internalisasi

3) Aspek psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pencapaian kompetensi

adalah kemampuan yang dimiliki siswa melalui penilaian yang dapat diukur

(31)

bertujuan untuk menetapkan keberhasilan peserta didik dalam menguasai satu

unit kompetensi tertentu

2. Aktivitas Belajar

a. Pengertian Aktivitas Belajar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994:

20), aktivitas artinya adalah “kegiatan atau keaktifan”. W.J.S.

Poewadarminto menjelaskan aktivitas sebagai suatu kegiatan atau

kesibukan. Belajar menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:7) merupakan

tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Selanjutnya Sardiman

(1994: 24) menyatakan: “ Belajar sebagai suatu proses interaksi antara

diri manusia dengan lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi,

fakta, konsep ataupun teori ”, sedangkan menurut Menurut Oemar

Hamalik (2001: 28), belajar adalah “Suatu proses perubahan tingkah

laku individu melalui interaksi dengan lingkungan”.

Proses aktivitas pembelajaran harus melibatkan seluruh aspek

psikofisis peserta didik, baik jasmani maupun rohani sehingga

akselerasi perubahan perilakunya dapat terjadi secara cepat, tepat,

mudah dan benar, baik berkaitan dengan aspek kognitif, afektif maupun

psikomotor.

Aktivitas dalam belajar dapat memberikan nilai tambah (added

(32)

1) Peserta didik memiliki kesadaran (awareness) untuk belajar

sebagai wujud adanya motivasi internal (driving force) untuk

belajar sejati.

2) Peserta didik mencari pengalaman dan langsung mengalami

sendiri, yang dapat memberikan dampak terhadap pembentukan

pribadi yang integral.

3) Peserta didik belajar dengan menurut minat dan kemampuanya.

4) Menumbuh kembangkan sikap disiplin dan suasana belajar yang

demokratis dikalangan peserta didik.

5) Pembelajaran dilaksanakan secara kongkret sehingga dapat

menumbuh kembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta

menghindarkan terjadinya verbalisme.

6) Menumbuhkembangkan sikap kooperatif dikalangan peserta didik

sehingga sekolah menjadi hidup, sejalan, dan serasi dengan

kehidupan masyarakat disekitarnya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas

belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru

dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Aktivitas yang

dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya

aktivitas siswa dalam proses pembelajaran akan berdampak terciptanya

(33)

b. Jenis Aktivitas Belajar Siswa

Dierich yang dikutip Hamalik (2009: 172) menyatakan, aktivitas

belajar dibagi ke dalam kelompok, yaitu sebagai berikut:

1) Kegiatan-kegiatan visual, yaitu membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pemeran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.

2) Kegiatan-kegiatan lisan (oral), yaitu mngemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan memberi saran mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi dan interupsi.

3) Kegiatan-kegiatan mendengarkan, yaitu mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, atau mendengarkan radio.

4) Kegiatan-kegiatan menulis, yaitu kegiatan menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, membuat outline atau rangkuman, dan mengerjakan tes, serta mengisi angket.

5) Kegiatan-kegiatan mengambar, yaitu menggambar, membuat grafik, chart, diagram, peta, dan pola.

6) Kegiatan-kegiatan metrik, yaitu melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, serta menari dan berkebun.

7) Kegiatan-kegiatan, yaitu merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisa faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.

8) Kegiatan-kegiatan emosional, yaitu minat, membedakan, berani, tenang dan lain-lain

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa jenis aktivitas

yang dimaksud adalah segala tindakan yang berupa pengamatan,

mendengarkan, berfikir dan segala keterampilan jasmani dalam

mengekspresikan bakat yang dimiliki siswa. Diharapkan dengan model

pembelajaran TAI Aktivitas belajar siswa meningkat karena di dalam model

pembelajaran tersebut mencakup aktivitas yang dapat membantu kesulitan

belajar siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi secara

(34)

mengajarkan siswa yang kurang faham atau mengalami kesulitan dalam

belajar sehingga sebaliknya siswa yang mengalami kesulitan dapat terbantu

dalam menyelesaikan masalah.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Belajar

Menurut Jessica (2009: 1-2) faktor-faktor yang mempengaruhi

aktivitas belajar, yaitu:

1) Faktor Internal (dari dalam individu yang belajar).

Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada

faktor dari dalam individu yang belajar. Adapun faktor yang

mempengaruhi kegiatan tersebut adalah faktor psikologis, antara lain

yaitu: motivasi, perhatian, pengamatan, tanggapan dan lain

sebagainya.

2) Faktor Eksternal (dari luar individu yang belajar).

Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan

belajar yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar

siswa. Adapun faktor yang mempengaruhi adalah mendapatkan

pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan, dan pembentukan

sikap.

Berdasarkan pendapat di atas faktor yang mempengaruhi aktivitas

belajar adalah faktor dari dalam individu yang belajar dan dari luar individu

yang belajar. Yang dimaksud faktor dari dalam disini adalah faktor

(35)

misalnya lingkungan yang kondusif sehingga siswa dapat belajar dengan

tenang kosentrasi dan lebih memahami akan materi yang diajarkan oleh

guru.

d. Prinsip-prinsip Aktivitas belajar siswa

Conny Semiawan yang dikutip W.Gulo (2005: 76) mengemukakan

prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam usaha menciptakan

kondisi belajar supaya siswa dapat mengoptimalkan aktivitasnya dalam

proses belajar-mengajar. Prinsip-prinsip tersebut ialah :

1) Prinsip Motivasi, dimana guru berperan sebagai motivator yang

merangsang dan membangkitkan motif-motif yang positif dari

siswa dalam proses belajar-mengajar

2) Prinsip latar atau konteks, yaitu prinsip keterhubungan bahan

baru dengan apa yang telah diperoleh siswa sebelumnya

3) Prinsip keterarahan, yaitu adanya pola pengajaran yang

menghung-hubungkan seluruh aspek pengajaran.

4) Prinsip belajar sambil bekerja, yaitu mengintregrasikan

pengalaman dengan kegiatan fisik dan pengalaman dengan

kegiatan intelektual

5) Prinsip perbedaan perorangan, kenyataan bahwa ada

perbedaan-perbedaan tertentu diantara setiap siswa, sehingga mereka tidak

(36)

6) Prinsip menemukan, yaitu membiarkan sendiri siswa menemukan

informasi yang dibutuhkan dengan pengarahan seperlunya dari

guru.

7) Prinsip pemecahan masalah, yaitu mengarahkan siswa untuk peka

pada masalah dan mempunyai ketrampilan untuk mampu

menyelesaikan.

Berdasarkan pendapat di atas prinsip aktivitas belajar adalah suatu

pemecahan masalah yang mengarahkan siswa untuk peka terhadap masalah

dan mempunyai keterampilan untuk mampu menyelesaikannya sehingga

siswa lebih aktif dan dapat menemukan hal-hal baru dalam belajar.

e. Mengukur Aktivitas Belajar Siswa

Belajar adalah aktivitas manusia di mana semua potensi manusia

dikerahkan. Kegiatan ini tidak terbatas hanya pada kegiatan mental

intelektual, tetapi juga melibatkan kemampuan-kemampuan yang

bersifat emosional bahkan jarang melibatkan kemampuan fisik. Rasa

senang atau tidak senang, tertarik atau tidak tertarik, simpati atau

antipasti, adalah dimensi-dimensi emosional yang turut terlibat dalam

proses belajar itu.

Kegiatan seperti menulis, mengatur, meragakan dan sebagainya

juga turut terlibat. Belajar menyetir, membuat bangunan, mengetik

adalah contoh-contoh bahwa aktivitas fisik itu mempunyai peranan

(37)

mengajar dengan melibatkan aktivitas siswa secara maksimal dalam

proses belajar baik kegiatan mental intelektual, kegiatan emosional,

maupun kegiatan fisik secara terpadu.

Menurut Prof B. Diedrich (Sardiman, 2004:100) menggolongkan

aktivitas belajar siswa menjadi delapan meliputi :

1) Visual Activities, yang termasuk didalamnya ini membaca,

mempraktekkan, demontrasi, percobaan.

2) Oral Activities, seperti : menyatukan, merumuskan, bertanya,

memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara,

diskusi.

3) Listening Activities, seperti : mendengarkan uraian, percakapan,

diskusi, musik, pidato.

4) Writing Activities, seperti : menulis cerita, karangan, laporan,

angket.

5) Drawing Activities, seperti : menggambar, membuat grafis, peta

diagram.

6) Motor Activities, seperti : melakukan aktivitas, membuat

konstruksi, metode, permainan, berkebun, berternak.

7) Mental Activities, seperti : memecahkan soal, menganalisa,

mengingat, mengambil keputusan.

8) Emotional Activities, seperti : merasa bosan, bergembira,

(38)

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk mengukur

aktivitas belajar siswa, dapat dilakukan melalui pengamatan terhadap

perilaku belajar siswa. Aspek aspek yang diamati pada penelitian ini

yaitu:

1) Visual Activities, indikatornya meliputi :

a) Siswa memperhatikan penjelasan guru

b) Keceriaan pada saat pembelajaran

2) Oral Activities, indikatornya meliputi:

a) Keaktifan dalam bertanya

b) Keaktifan dalam berpendapat

c) Siswa menjawab pertanyaan guru

3) Motor Activities, indikatornya meliputi:

a) Saling membantu kesulitan belajar siswa

b) Keaktifan dalam berdiskusi

c) Kesopan dalam pembelajaran

3. Pelayanan Prima

a. Tinjauan Mata Pelajaran Pelayanan prima

Mata pelajaran Pelayanan prima merupakan salah satu mata

pelajaran teori di SMK tata busana. Mata pelajaran yang memberikan

pengetahuan kepada siswa tentang memberikan pelayanan secara prima

kepada pelanggan baik pelanggan internal maupun eksternal.

(39)

standar kompetensi yang diajarkan untuk siswa kelas X pada semester

1 dan 2. Mata pelajaran ini terdiri dari tiga kompetensi dasar yaitu

melakukan komunikasi ditempat kerja, memberikan bantuan untuk

pelanggan internal maupun eksternal dan bekerja dalam satu tim.

Berdasarkan uraian di atas, Pelayanan prima merupakan salah satu unit

kompetensi atau mata pelajaran teori yang diajarkan pada siswa sekolah

menengah kejuruan jurusan tata busana. Mata pelajaran ini mempunyai

tujuan agar peserta didik mampu Memberikan pelayanan secara prima

kepada pelanggan dan Melakukan pekerjaan dalam lingkungan sosial dan

beragama

Sebagai bagian dari kurikulum yang harus diajarkan, maka unit

kompetensi atau mata pelajaran, pelayanan prima ini dalam pelaksanaan

proses belajar mengajarnya lebih menekankan pada aspek kognitif dan

afektif. Kognitif maksudnya adalah adanya pemahaman, pengetahuan yang

penguasaan materi pelajaran oleh siswa, afektif merupakan sikap siswa

dalam pelaksanaan proses pembelajaran.

b. Tinjauan Kompetensi Dasar Memberikan Bantuan untuk pelanggan

internal dan eksternal

Mata pelajaran Pelayanan prima mempunyai kompetensi dasar salah

satunya adalah memberikan bantuan untuk pelanggan internal dan

eksternal yang diajarkan untuk siswa kelas X semester 2 di SMK

Muhammadiyah Berbah. Pada kompetensi dasar ini mempunyai beberapa

(40)

mengidentifikasi jenis-jenis pelayanan prima, mengidentifikasi pelayanan

prima berdasarkan karakter pelanggan dan pelayanan prima diidentifikasi

berdasarkan motif dan karakter pelanggan.

Tabel 2. Kompetensi dan Indikator memberikan bantuan kepada pelanggan internal dan eksternal

Kompetensi Dasar Indikator

Memberikan bantuan

kepada pelanggan eksternal dan internal

 Menjelaskan pengertian

pelayanan prima

 Mengidentifikasikan jenis-jenis pelayanan prima

 Menjelaskan pengertian

pelanggan internal

 Menjelaskan pengertian

pelanggan eksternal

 Menjelaskan cara memberikan pelayanan kepada pelanggan internal dan eksternal

 Mengidentifikasikan pelayanan prima berdasarkan karakter pelanggan

 Mengidentifikasi pelayanan prima berdasarkan motif dan karakter pelanggan

Sumber: Silabus Pelayanan prima SMK Muhammadiyah Berbah

c. Memberikan pelayanan untuk pelanggan internal maupun eksternal

1) Konsep Pelayanan Prima

Layanan prima adalah upaya maksimal yang mampu diberikan

oleh petugas pelayanan dari suatu perusahaan industri jasa

pelayanan untuk memenuhi harapan dan kebutuhn pelanggan

sehingga tercapai suatu kepuasan. Hakikat pelayanan prima itu

sendiri adalah kemampuan maksimum seseorang melalui sentuhan

[image:40.612.178.495.182.441.2]
(41)

lain. Persoalannya adalah bagaimana dapat menyenangkan,

memberikan pelayanan dan memberikan kepuasan kepada

pelanggan sesuai dengan harapan-harapannya.

Memberikan pelayanan secara prima kepada pelanggan

mempunyai tujuan untuk memenangkan persaingan. Pada jaman

globalisasi seperti sekarang, memamerkan fasilitas yang disediakan

oleh perusahaan tidak menjamin perusahaan tersebut memenangkan

persaingan dan menjamin bahwa pelanggan akan memilihnya.

Sepanjang ada dana untuk menyediakan fasilitas fisik, suatu

perusahaan mampu bersaing karena benda-benda fasilitas bisa

disediakan dan diadakan, misalnya perusahaan penerbangan bisa

menyediakan pesawat mutakhir untuk para pelanggan. Tetapi benda

benda mati tersebut tak berarti apa-apa jika sentuhan manusia tidak

dapat menghidupkan suasana kemewahan yang disajikan. Kepuasan

pelanggan merupakan tujuan utama pelayanan prima.Oleh karena

itu, sebagai aparatur pelayan tidak mempunyai sedikitpun alasan

untuk tidak berupaya memuaskan pelanggannya.

Kepuasan pelanggan dapat dicapai, apabila aparatur pelayan

mengetahui siapa yang menjadi pelanggannya. Dengan mengetahui

siapa pelanggan, berarti pelayan lebih mudah memahami keinginan

pelanggan. Kepuasan pelanggan dapat tercapai apabila kebutuhan,

keinginan, dan harapan pelanggan terpenuhi. Hal-hal yang terkait

(42)

melakukan komunikasi dengan menerapkan prinsip-prinsip dasar

komunikasi : bahwa komunikasi merupakan kegiatan dasar manusia

dan cara memahami komunikasi dipandang sebagai suatu proses

berkomunikasi, yang meliputi attending (kehadiran orang yang

diajak berkomunikasi), listening (kemampuan mendengarkan dan

menganalisis dengan cepat apa yang dibicarakan lawan bicara),

observing (mampu meneliti pembicaraan), clarifying (mampu

mengklarifikasikan komunikasi), dan responding (mampu

memberikan tanggapan terhadap komunikasi); b) Mampu

berkomunikasi dalam konsep verbal maupun nonverbal; c) Mampu

bekerja dalam pelayanan secara individu maupun dalam kelompok;

d). Mampu berkomunikasi dalam konsep A3. yaitu attitude (sikap

dalam berkomunikasi), attention (mampu memberikan perhatian

pada saat berkomunikasi), dan action (melakukan tindakan dalam

komunikasi), (Ernawati 2008: 42).

Sedangkan menurut (Barata 2004: 78) yang harus diperhatikan

dalam mewujudkan pelayanan prima yaitu dengan mengembangkan

konsep pelayanan prima berdasarkan A6 yaitu sebagai berikut:

a) Ability(kemampuan)

(43)

b) Attitude (sikap)

Attitude adalah perilaku atau perangai yang harus ditonjolkan ketika menghadapi para pelanggan.

c) Apperance(penampilan)

Apperance adalah penampilan seseorang baik bersifat fisik maupun nonfisik, yang mampu merefleksikan kepercayaan diri dari kredibilitas pihak lain

d) Attention(perhatian)

Attention adalah kepedulian penuh terhadap pelanggan baik yang berkaitan dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan maupun pemahaman atas saran dan kritiknya

e) Action(tindakan)

Action adalah berbagai tindakan nyata yang harus dilakukan dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan.

f) Accountability(tanggungjawab)

Accountability adalah suatu sikap keberpihakan kepada pelanggan sebagai wujud kepedulian untuk menghindakan atau meminimalkan kerugian atau ketidakpuasan pelanggan

Berdasarkan konsep A6 di atas maka dapat disimpulkan bahwa

dalam memberikan pelayanan, penyelenggara pelayanan dituntut untuk

dapat meminimalkan apa yang dibutuhkan dan diharapkan oleh

pelanggan sehingga saat pelanggan merasa senang dilayani, maka

pelayanan petugas berkualitas. Sebaliknya ketika pelanggan merasa

dirugikan aparat akibat pelayanannya berbelit-belit, tidak terbuka dan

transparan maka dapat dikatakan pelayanannya tidak berkualitas.

2) Pengertian Pelanggan Internal dan eksternal

(1) Pelanggan Internal

Pelanggan internal dapat diartikan sebagai individu atau

unit yang menerima hasil (memanfaatkan jasa) suatu proses

dalam sistem atau organisasi yang sama. Sedangkan pihak yang

(44)

pemasok internal, yang dimaksud pelanggan internal sendiri

adalah karyawan, kualitas pelayanan internal akan mendorong

terwujudnya kepuasan karyawan (sebagai pelanggan internal)

dan tumbuhnya ‘rasa memiliki’ di antara mereka. Kualitas

pelayanan internal tercermin dalam lingkungan internal; yang

kondusif (lewat pemberdayaan, delegasi wewenang, saling

percaya, komunikasi yang efektif dan sebagainya) dan

implementasi total human reward(dalam bentuk financial- gaji,

bonus, kenaikan gaji maupun non financial, pujian, kesempatan

mengikuti pendidikan dan pelatihan tambahan, dan lain-lain)

Kepuasan karyawan akan mendorong tumbuhnya loyalitas

karyawan pada organisasi. Selanjutnya, loyalitas karyawan akan

mengarah pada peningkatan produktifitas. Produktifitas

karyawan mendorong penciptaan nilai pelayanan eksternal, yang

kemudian menentukan kepuasan pelanggan eksternal. Kepuasan

pelanggan merupakan salah satu factor penentu loyalitas

pelanggan.

(2) Pelanggan Eksternal

Pelanggan eksternal (External Customer), yaitu pelanggan

yang berasal dari luar perusahaan, yang membeli barang atau

jasa yang diproduksi oleh suatu perusahaan atau mereka yang

(45)

3) Cara melayani Pelanggan Internal dan eksternal

a) Melayani pelanggan Internal

Dewasa ini produk apapun tidak terlepas dari unsur jasa

atau layanan, baik itu jasa sebagai produk inti (jasa murni)

maupun jasa sebagai pelengkap (layanan pelanggan). Produk

inti umumnya sangat bervariasi antara tipe bisnis yang satu

dengan yang lain, tetapi layanan perlengkapannya memiliki

kesamaan. Layanan pelengkap dalam diklasifikasikan menjadi

delapan kelompok yaitu:

1) Informasi,misalnya jalan atau arah menuju lokasi produsen,

jadwal atau skedul penyampaian produk atau jasa harga,

instruksi mengenai cara menggunakan produk inti atau

layanan pelengkap, peringatan (warning), kondisi penjualan,

tanda terima dan tiket.

2) Konsultasi, seperti pemberian saran, auditing, konseing

pribadi dan konsultasi manajemen / teknis.

3) Order taking, meliputi aplikasi atau pendaftaran

(keanggotaan di klub atau program tertentu; jasa langganan).

4) Hospitality, diantaranya sambutan, food and beverages,

toilet dan kamar kecil, perengkapan kamar mandi fasilitas

(46)

5) Caretaking, terdiri dari perhatian dan perlindungan atas

barang milik pelanggan yang mereka bawa (parkir

kendaraan, penanganan bagasi, titipan tas,dll)

6) Exception, meliputi permintaan khusus sebelum

penyampaian produk, menangani complain / pujian/ saran

dan pemecahan masalah

7) Billing, meiputi laporan rekening produk, faktur untuk

transaksi individual, laporan verbal mengenai jumlah

rekening mesin yang memperlihatkan jumlah rekening dan

sef billing

8) Pembayaran, berupa swalayan oleh pelanggan, pelanggan

berinteraksi dengan personil perusahaan yang menerima

pembayaran, pengurangan otomatis atas rekening nasabah,

serta control dan verifikasi (Lovelock, 1994).

Pelayanan Pelanggan Internal (internal customer service)

adalah pelayanan yang disediakan oleh karyawan dalam satu bagian

dan bagian lainnya dalam sebuah perusahaan atau organisasi, yang

ada kaitannya dengan pekerjaannya. Contohnya adalah divisi HRD

punya tugas menggaji karyawan, namun, untuk mentransfer gaji,

divisi HRD membutuhkan data mengenai gaji karyawan plus

lembur dan komisi lainnya, dari masing-masing divisi. Sehingga,

dalam hal ini, divisi HRD merupakan pelanggan internal dari divisi

(47)

Sering kali kita memandang sesama karyawan hanya sebagai

teman atau bahkan saingan dalam karir sehingga melayani mereka

dianggap sebagai hal yang tidak penting atau bahkan dianggap

sangat menggangu pekerjaan kita.

Berikut Cara melayani pelanggan internal yang baik:

a. Mulai merubah pandangan anda.

Hargailah rekan kerja dan karyawan di departemen lain

sebagai pelanggan anda. Menyadari bahwa membantu rekan

kerja dalam menyelesaikan pekerjaannya sama dengan

membantu perusahaan dan membantu anda sendiri juga.

Layanilah mereka selayaknya sebagai pelanggan VIP anda.

b. Memandang interupsi bukan sebagai gangguan namun sebagai

kesempatan untuk melayani pelanggan internal anda.

Ada kalanya anda sedang sibuk namun tiba-tiba rekan

kerja anda meminta file sebagai dasar untuk membuat

penawaran kepada seorang prospek besar, maka kerjakanlah

segera. Belajar untuk mengidentifkasi mana kebutuhan yang

benar-benar mendesak. Anggaplah sebagai suatu kebanggaan

bila bisa membantu rekan kerja anda, nikmati peran anda untuk

membagikan informasi dan melayani rekan kerja anda sehingga

(48)

c. Usahakan anda dapat memberikan layanan yang lebih dari yang

diharapkan.

Jika bagian Payrol meminta data paling lambat jam 15.00,

maka usahakan untuk bisa selesai sebelum jam 15.00 misalnya

jam 14.00.

b) Melayani pelanggan eksternal

Ada empat aspek penanganan keluhan pelanggan yang

penting dalam melayani pelanggan menurut Fandy Tjiptono

(2009: 138) yaitu:

(1) Empati terhadap pelanggan yang marah

Dalam menghadapi pelanggan yang emosi atau sedang

marah, perusahaan perlu bersikap empati, karena bila

tidak maka situasi akan bertambah runyam

(2) Kecepatan dalam penanganan keluhan

Kecepatan merupakan hal yang sangat penting dalam

penanganan keluhan. Apabila keluhan pelanggan tidak

segera ditanggapi, maka rasa tidak puas terhadap

perusahaan akan semakin permanen dan tidak dapat

diubah lagi

(3) Kewajaran atau keadilan dalam memecahkan masalah

Atau keluhan

(49)

diharapkan tentunya situasi’win-win’, dimana pelanggan

dan perusahaan sama-sama diuntungkan

(4) Kemudahan bagi konsumen untuk menghubungi

perusahaan

Hal ini sangat penting bagi konsumen untuk

menyampaikan komentar, saran, kritik, pertanyaan

maupun keluhannya.

Berdasarkan uraian di atas ada tiga kunci memberikan layanan

pelanggan yang unggul. Pertama, kemampuan memahami kebutuhan dan

keinginan pelanggan. Termasuk di dalamnya memahami tipe-tipe

pelanggan. Kedua, pengembangan database yang lebih akurat daripada

pesaing (mencakup data kebutuhan dan keinginan setiap segmen

pelanggan dan perubahan kondisi persaingan). Ketiga, pemanfaatan

informasi-informasi yang diperoleh dari riset pasar dalam suatu

kerangka strategic. Kerangka ini diwujudkan dalam pengembangan

relationship marketing.

4) Jenis-jenis Pelayanan Prima

Jenis-jenis Pelayanan Prima antara lain:

(1) Pelayanan prima Bangsa Indonesia

Bangsa Indonesia akan keragaman dan kehangatan yang

tulus dalam bernegosiasi, selain memiliki keuletan, kepribadian,

(50)

ketangguhan bangsa Indonesia yang perlu ditumbuh kembangkan

secara sistematis, profesional, dan berkesinambungan dalam

praktek bisnis. Semua ini dapat disinergikan dalam mutiara

‘Pelayanan Prima’ untuk menjawab tantangan globalisasi

ekonomi. Pada hakekatnya pelanggan itu tidak membeli produk,

tapi mereka membeli pelayanan. Ini merupakan falsafah bisnis

dalam upaya memberikan pelayanan yang prima. Pelayanan

disini adalah pelayanan dalam segala bentuk kreasi dan

manifestasinya. Untuk itu, mari kita belajar lebih banyak tentang

para pelanggan kita agar kita dapat memberi pelayanan kepada

mereka secara lebih baik di masa mendatang. Dalam membantu

pelanggan untuk mendapatkan pelayanan prima, sipemberi

pelayanan harus dapat memenuhi harapan dan keinginan

customer yang satu dan yang lainnya berbeda. Untuk dapat

memberikan pelayanan yang prima anda perlu mengetahui

keinginan-keinginan mereka, pada saat berhubungan dengan

anda.

(2) Karakter Pelanggan

Layanan prima sangat memperhatikan individu sebagai

pribadi yang unik dan menarik. Setiap pelanggan memiliki sifat

yang dapat membuat para petugas bahagia atau kecewa. Sentuhan

pribadi mengarahkan para petugas pelayanan untuk berfikir

(51)

memperlakukan diri kita sendiri perlu selalu dipraktekkan. Yang

diutamakan dalam layanan prima bukanlah slogan-slogan untuk

memberikan pelayanan terbaik bagi pelanggan, melainkan bentuk

nyata pelayanan yang sebelumnya sudah diberikan dalam

pelatihan-pelatihan dan dapat diterapkan pada saat praktek di

lapangan, ketika berhubungan langsung dengan pelanggan.

Karena layanan prima merupakan budaya, identitas, sarana

kompetisi, pelanggan merasa penting, rekan sekerjanya merasa

nyaman bersama kita, dan kita dapat melayani pelanggan dengan

cepat, tepat dan ramah, mengutamakan kepuasan pelanggan,

menepati janji, bahasa yang baik dalam bertelepon, menunjukkan

etik dan sopan santun. Bagi pengusaha jasa pelayanan, mengenal

karakter pelanggan adalah penting, karena dengan mengenal

karakternya, kita akan lebih mengenal pula tipe-tipe, sifat, ciri-ciri

dan kebiasaannya. Dengan demikian, diharapkan perusahaan akan

lebih mudah memasarkan produk barang dan jasa yang dihasilkan.

(3) Motif dan Karakter Pelanggan

a) Motif membeli

Motif dapat diartikan sebagai suatu daya pendorong yang

menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi motif

pembeli adalah sesuatu yang menggerakkan seseorang untuk

(52)

b) Karakter pelanggan

Tipe dan karakter pelanggan sangat menentukan dalam

memberikan pelayanan, karena mengetahui tipe dan karakter

pelanggan, maka seseorang ataupemberi pelayanan dapat

memberikan pelayanan sesuai dengan orang yang dihadapinya.

c) Tipe-tipe Karakter Pelanggan (1). Pemarah dan tidak sopan

(2). Customer yang ragu-ragu tersebut

(3). Customer yang mencurigai

(4). Customer yang pendiam

(5). Customer yang suka mencela

(6). Customer yang tahu segalanya

(4) Jenis-jenis kebutuhan pelanggan

Pada dasarnya harapan pelanggan yang paling utama adalah

kepuasan. Kepuasan pelanggan berarti memberikan kepada pelanggan

apa yang disukainya. Pelayan harus memberikan apa yang pelanggan

inginkan, kapan dan bagaimana cara pelanggan memperolehnya. Cara

yang bisa dilakukan untuk memenuhi harapan-harapan pelanggan

antara lain :

(a) Menemukan kebutuhan pokok pelanggan

(b) Mencari tahu apa sebenarnya yang menjadi harapan pelanggan

(53)

(c) Selalu memperhatikan apa yang menjadi harapan pelanggan,

lakukan melebihi dari yang diharapkan, sehingga pelanggan

merasa senang.

Cara di atas dilakukan agar pelanggan merasa puas, kepuasan

pelanggan banyak ditentukan oleh kualitas pelayanan para petugas

dilapangan. Jika pelayanan tidak sesuai dengan harapan pelanggan,

maka pelanggan langsung menilai pelayanan yang diberikan

mengecewakan. Oleh karena itu, tahapan-tahapan yang tiga di atas

harus benar-benar diperhatikan oleh para petugas pelayanan

dilapangan.

(5) Penanganan keluhan pelanggan

Menangani keluhan pelanggan secara lebih dini adalah suatu

sikap yang bijaksana dan tepat karena perusahaan akan lebih mampu

mengantisipasi hal-hal yang dapat merugikan. Sekecil apapun

kekecewaan pelanggan adalah merupakan keluhan yang harus segera

ditangani. Para petugas pelayanan harus mampu mengatasi keluhan

tersebut agar tidak semakin membesar dan berdampak kurang baik

bagi perusahaan.

(6) Pelayanan Prima

Pelayanan prima adalah suatu konsep pelayanan dalam rangka

meyakinkan pelanggan. Pelayanan prima dapat dicapai melalui

tindakan, yaitu bagaimana cara mempengaruhi, cara merayu,

(54)

atau pelanggan, sehingga mereka tertarik dan akhirnya membeli atau

menggunakan barang dan jasa yang kita tawarkan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam memberikan

pelayanan banyak hal yang perlu diperhatikan baik dari segi pelanggan

maupun yang melayani untuk mencapai kepuasan pelnggan yang diharapkan.

2. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

a. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Penelitian tindakan kelas adalah salah satu jenis penelitian

tindakan yang dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran di kelasnya (Pardjono dkk, 2007:12). Sedangkan

menurut Suharsimi Arikunto (2008: 3) penelitian tindakan kelas

merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa

sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah

kelas secara bersama.

Berdasarkan pendapat di atas, penelitian tindakan kelas adalah

suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar di dalam kelas secara

bersama untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Menurut

Suharsimi Arikunto (2008: 16) secara garis besar terdapat empat

tahapan yang lazim dilalui yaitu perencanaan, pelaksanaan,

pengamatan dan refleksi. Ada 3 pengertian yang dapat diterangkan,

(55)

1) Penelitian, menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

2) Tindakan, menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu.

3) Kelas, dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.

Jadi, dapat disimpulkan penelitian tindakan merupakan

penelitian yang dilakukan sebagai strategi pemecahan masalah dengan

memanfaatkan tindakan nyata, kemudian melakukan refleksi terhadap

hasil tindakan. Hasil refleksi tersebut dijadikan sebagai langkah

pemilihan tindakan berikutnya sesuai dengan permasalahan yang

dihadapi. Dengan demikian, penelitian tindakan dapat juga dinyatakan

sebagai kegiatan refleksi terhadap permasalahan, kemudian mencari

pemecahan masalah dengan melakukan tindakan nyata yang

diperhitungkan dapat memecahkan masalah tersebut.

b. Karakterisitik Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan memiliki beberapa karakteristik penting,

seperti yang dijelaskan oleh Pardjono, dkk (2007: 16) yaitu sebagai

berikut :

1) Permasalahan yang dipecahkan merupakan permasalahan praktis

yang urgen yang dihadapi oleh para guru atau peneliti dalam

(56)

2) Peneliti memberkan perlakuan atau tindakan yang berupa

tindakan terencana untuk memecahkan permasalahan dan

sekaligus meningkatkan kualitas yang dapat dirasakan

implikasinya oleh subjek yang diteliti.

3) Langkah-langkah penelitian yang direncanakan selalu dalam

bentuk siklus atau tingkatan atau daur yang memungkinkan

terjadinya peningkatan dalam setiap siklusnya.

4) Adanya empat komponen penting dalam setiap langkah, yaitu

perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi

5) Adanya langkah berfikir reflektif dan kolektif yang dilakuakan

oleh para peneliti baik sesudah maupun sebelum tindakan.

c. Tujuan Dan Manfaat Penelitian Tindakan Kelas

Tujuan dan manfaat penelitian tindakan kelas menurut

Pardjono, dkk (2007: 17) adalah:

1) Memperbaiki layanan maupun hasil kerja dalam suatu lembaga. 2) Mengembangkan rencana tindakan guna meningkatkan apa yang

telah dilakukan oleh seorang guru selama ini.

3) Mewujudkan proses penelitian yang mempunyai manfaat ganda baik bagi peneliti maupun pihak subjek.

4) Mengembangkan budaya meneliti.

5) Menumbuhkan kesadaran subjek yang diteliti terhadap pentingnya upaya refleksi guna meningkatkan kualitas melalui suatu tindakan

6) Diperolehnya pengalaman nyata yang berkaitan erat dengan usaha peningkatan kualitas secara professional maupun akademik. Dari penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan, karakteristik

PTK adalah penelitian yang dilakukan untuk memecahkan masalah di

(57)

siklus yang terdiri dari empat tingkatan yaitu perencanaan, tindakan

dan observasi, dan refleksi dengan adanya langkah berfikir reflektif

dan kolektif.

d. Model Penelitian Tindakan

Dalam penelitian tindakan ada beberapa model penelitian

menurut Pardjono, dkk (2007:18), diantaranya adalah :

1) Model Kurt Lewin

Ada empat elemen dari penelitian tindakan yang dikembangkan

yaitu :perencanaan,

Gambar

Tabel 2. Kompetensi dan Indikator memberikan bantuan kepada pelanggan internal dan eksternal
Tabel 3.Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Tabel 4 . Posisi Penelitian Penulis
Gambar 1: Kerangka berfikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Selanjutnya penelitian yang juga berperan terhadap efektivitas penaganan gangguan stress yaitu peranan dukungan sosial terhadap tingkat stres siswa kelas unggulan

Yang bertanda tangan dibawah ini Kelompok Kerja Barang Unit Layanan Pengadaan Kabupaten Kepulauan Aru, berdasarkan :. Berita Acara Pemberian Penjelasan (BAPP) Nomor

(disesuaikan dengan judul dan masalah yang dihadapi perusahaan/lembaga, serta alternatif yang diusulkan serta bagaimana seharusnya yang ideal berdasarkan kajian teori dan

Jenis ayam lokal yang umum dipelihara pemilik ayam kabupaten Bogor dan Wonosobo yaitu ayam kampung, pelung, bangkok, gaga’, birma, arab, dan kate.. Preferensi masyarakat terhadap

Tujuan dari penelitian adalah untuk memperoleh perbandingan komposisi campuran, konsentrasi perekat, jenis kondisi bahan baku yang terbaik antara ampas kopi dengan cangkang

The Avicel PH 102, Explotab, and their interaction significantly increase the andrographolide dissolution rate of the sambiloto’s extract tablet, while Avicel PH

Diharapkan dengan segala usaha branding dan promosi yang dilakukan tempat fitness ini dapat mencapai konsumen yang lebih banyak dan tempat fitness ini dapat dikenal oleh