IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB MISKONSEPSI SISWA TENTANG MATERI BIOLOGI DI SMA SE-KOTA LANGSA
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh:
NURUL FADILLAH NIM : 8116174020
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
i ABSTRAK
Nurul Fadillah. Identifikasi Faktor Penyebab Miskonsepsi Siswa Tentang Materi Biologi di SMA se-Kota Langsa. Tesis. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, Maret 2014.
Miskonsepsi adalah pengertian tentang suatu konsep yang tidak tepat, salah dalam menggunakan konsep nama, salah dalam mengklasifikasikan contoh-contoh konsep, keraguan tentang konsep-konsep yang berbeda, tidak tepat dalam menghubungkan berbagai macam konsep dalam susunan hierarkinya atau pembuatan generalisasi suatu konsep yang berlebihan atau kurang jelas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar miskonsepsi dan mengidentifikasi faktor-faktor penyebab miskonsepsi siswa tentang materi biologi kelas XI di SMA Negeri se-Kota Langsa. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri se- Kota Langsa. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri se-Kota Langsa. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara stratified random sampling, jadi sampel yang digunakan adalah 231 siswa. Penelitian ini menggunakan Instrument penelitian berupa tes diagnostik dua dimensi, angket dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya persentase miskonsepsi siswa tentang materi biologi kelas xi di SMA Negeri se-kota langsa adalah 21%. Adapun faktor yang menjadi penyebab miskonsepsi siswa yaitu buku 24,90%, guru 3,34%, orang tua 0,83%, teman 12,80%, internet 1,63%, keyakinan 0,10%, dan lain-lain yaitu siswa menjawab dengan membaca lembar kerja siswa (LKS) atau karena percaya pada diri sendiri sebesar 56,39%.
ii ABSTRACT
Nurul Fadillah . Identify Causes Students Against Misconceptions in SMA Biology Material As Langsa. Thesis. Medan: Postgraduate School of State University of Medan, Maret 2014.
Misconception is the notion of a concept that is not right, wrong in using the concept of the name, one of the concepts classify examples, doubts about the different concepts, not right in connecting a wide range of concepts in the hierarchy composition or manufacture of a generalization of the concept of excessive or less clear. This study aims to determine how much misconceptions and identify the factors that cause misconceptions students of class XI against biological materials in SMA as Langsa. This research was conducted in SMA as Langsa. The population in this study were all students of class XI Science SMAN as Langsa. Sampling technique in this study conducted stratified random sampling, so the sample used was 210 students. This study used research instrument in the form of two-dimensional diagnostic tests, questionnaires and interviews. The results showed that the percentage of students' misconceptions of the material in high school biology class XI as Langsa State is 21%. The factors that cause student misconceptions that book 24.90%, 3.34% teachers, parents 0.83%, 12.80% friends, internet 1.63%, 0.10% beliefs, and others that students responded by reading the student worksheet (LKS) or by believing in yourself by 56.39%.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkah kudrah, iradah, dan inayah-Nyalah penulis dapat merampungkan tugas penyusunan tesis ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Magister Pendidikan pada pada program Pascasarjana di Universitas Negeri Medan.
Tesis ini berjudul “Identifikasi Faktor Penyebab Miskonsepsi Siswa Tentang Materi Biologi di SMA se-Kota Langsa”. Dalam menyelesaikan penulisan tesis ini, penulis banyak mendapatkan bantuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung dari berbagai pihak. Kemudian ucapan terima kasih yang tiada terhingga kepada yang terhormat :
1. Ayahanda serta Ibunda tercinta Djumadi dan Sudiem Terubus yang telah luar biasa memberikan do’a, semangat dan dukungan baik moril maupun materil dalam penyusunan tesis ini.
2. Bapak Prof. Dr. Herbert Sipahutar, M.Sc., selaku pembimbing I yang telah sabar memberikan bimbingan dan arahan kepada peneliti untuk penyelesaian tesis ini.
3. Ketua Program Studi Pascasarjana Pendidikan Biologi, Bapak Dr. Hasruddin, M.Pd., dan selaku pembimbing II, Bapak Prof. Dr. rer. nat Binari Manurung, Ibu Dr. Elly Djulia, M.Pd, dan Ibu Dr. Fauziah Harahap, M.Si selaku narasumber.
maaf karena selalu mengganggu waktunya. Kemudian Adinda tersayang Tri Vany Maulida serta Kakanda Indah Maya Sari, S.Pd dan Hermansyah, S.Pd yang juga terus memberikan do’a, semangat, dan dukungan untuk penyelesaian tesis ini.
5. Adik yang selalu memberi motivasi ketika sedang berada jauh dari rumah Nurika Mariana Tanjung (semoga cepat menyusul sarjananya), sahabat ku Ns. Maulida Hasni, S.Kep, Turhamun, Rifnatul Husna, M.Pd, Rita, Underwear Bascamp, Winda Lestari, S.Pd, Dewan guru SDN. Bukit Tiga, Sonny Fernandes beserta jajaran Dinas Pendidikan Kota Langsa dan lain-lainnya.
6. Rekan-rekan mahasiswa angkatan XX jurusan Pascasarjana Pendidikan Biologi kelas B di Universitas Negeri Medan, Kak Yani, Kak Eka, Kak Indah, dan semua rekan-rekan yang tidak dapat disebutkan namanya, terima kasih telah memberikan dukungan dalam penyusunan tesis ini.
Akhirnya penulis berharap agar kiranya tesis ini bermanfaat bagi para kepala sekolah, para guru-guru Biologi di wilayah Kota Langsa, dan bagi seluruh pembaca guna peningkatan ilmu pengetahuan.
Langsa, Maret 2014
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Identifikasi Masalah ... 5
1.3. Batasan Masalah ... 6
1.4. Rumusan Masalah ... 6
1.5. Tujuan Penelitian ... 7
1.6. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis ... 8
2.1.1. Konsep, Konsepsi, dan Prakonsepsi ... 8
2.1.2. Miskonsepsi ... 10
2.1.3. Ciri-ciri Miskonsepsi ... 11
2.1.4. Penyebab Terjadinya Miskonsepsi ... 12
2.1.4.1. Buku Teks ... 12
2.1.4.2. Guru ... 13
2.1.4.3. Metode Mengajar ... 14
2.1.4.4. Lingkungan ... 15
2.1.4.5. Pengalaman Belajar ... 16
2.1.4.6. Keyakinan ... 17
2.1.5. Dampak Miskonsepsi ... 19
2.1.6. Cara Mengidentifikasi Faktor Penyebab Miskonsepsi ... 20
2.1.6.1. Pembuatan Peta Konsep ... 21
2.1.6.2 Tes Diagnostik ... 21
2.1.6.3. Angket ... 23
2.1.6.4. Teknik Wawancara ... 24
2.2. Penelitian yang Relevan ... 25
2.3. Kerangka Konseptual ... 26
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29
3.2.1. Populasi ... 29
3.2.2. Sampel ... 30
3.3. Jenis Penelitian ... 30
3.4. Instrumen Penelitian ... 31
3.4.1. Tes Diagnostik Dua Dimensi ... 31
3.4.2. Angket ... 32
3.4.3. Wawancara ... 32
3.5. Teknik Analisis Data ... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Hasil Penelitian ... 35
4.2. Pembahasan ... 45
4.2.1. Miskonsepsi pada Materi Sistem Peredaran Darah ... 45
4.2.2. Faktor Penyebab Miskonsepsi ... 48
4.3. Keterbatasan Penelitian ... 48
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 49
5.2. Implikasi ... 49
5.3 Saran ... 50
DAFTAR PUSTAKA ... 51
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 3.1. Nama-nama SMA Negeri di Kota Langsa ... 29 Tabel 3.2. Total Populasi Siswa yang Digunakan dalam Penelitian ... 30 Tabel 3.3. Kisi-kisi Pembuatan Soal Tes Diagnostik Dua Dimensi Tentang
Materi Biologi ... 31 Tabel 3.4. Kemungkinan Jawaban dan Tingkat Keyakinan serta Bobot Skor
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1. Skema Penilaian untuk Tes Dua Dimensi ... 23 Gambar 4.1. Persentase Siswa yang Mengalami Miskonsepsi pada SMAN 1
Langsa Tentang Materi Sistem Peredaran Darah ... 36 Gambar 4.2. Persentase faktor- faktor Penyebab Miskonsepsi Siswa pada
SMAN 1 Langsa Tentang Materi Sistem Peredaran Darah ... 36 Gambar 4.3. Persentase Siswa yang Mengalami Miskonsepsi Berdasarkan
Jenis Kelamin di SMAN 1 Langsa Tentang Materi Sistem
Peredaran Darah ... 37 Gambar 4.4. Persentase Siswa yang Mengalami Miskonsepsi pada SMAN 2
Langsa Tentang Materi Sistem Peredaran Darah ... 38 Gambar 4.5. Persentase Faktor- faktor Penyebab Miskonsepsi Siswa pada
SMAN 2 Langsa Tentang Materi Sistem Peredaran Darah ... 38 Gambar 4.6. Persentase Siswa yang Mengalami Miskonsepsi Berdasarkan
Jenis Kelamin di SMAN 2 Langsa Tentang Materi Sistem
Peredaran Darah ... 39 Gambar 4.7. Persentase Siswa yang Mengalami Miskonsepsi pada SMAN 5
Langsa Tentang Materi Sistem Peredaran Darah ... 40 Gambar 4.8. Persentase Faktor- faktor Penyebab Miskonsepsi Siswa pada
SMAN 5 Langsa Tentang Materi Sistem Peredaran Darah ... 40 Gambar 4.9. Persentase Siswa yang Mengalami Miskonsepsi Berdasarkan
Jenis Kelamin di SMAN 5 Langsa Tentang Materi Sistem
Peredaran Darah ... 41 Gambar 4.10.Persentase Siswa yang Mengalami Miskonsepsi pada Masing-
masing Sekolah Tentang Materi Sistem Peredaran Darah ... 42 Gambar 4.11.Persentase Faktor- faktor Penyebab Miskonsepsi Siswa
Berdasarkan Masing-Masing Konsep pada Seluruh SMA
se-Kota Langsa ... 43 Gambar 4.12.Persentase Faktor-faktor Penyebab Miskonsepsi Siswa di
Gambar 4.13.Persentase Faktor-faktor Penyebab Miskonsepsi Siswa
Berdasarkan Jenis Kelamin di SMA Negeri se-Kota Langsa ... 45
Gambar L.1. Siswa Kelas XI IPA 1 yang Sedang Menjawab Tes Diagnostik di SMA Negeri 1 Langsa ... 113 Gambar L.2. Siswa Kelas XI IPA 5 yang Sedang Menjawab Tes Diagnostik
di SMA Negeri 1 Langsa ... 113 Gambar L.3. Siswa Kelas XI IPA 13 yang Sedang Menjawab Tes Diagnostik
di SMA Negeri 1 Langsa ... 114 Gambar L.4. Siswa Kelas XI IPA 1 yang Sedang Menjawab Tes Diagnostik
di SMA Negeri 2 Langsa ... 114 Gambar L.5. Siswa Kelas XI IPA 2 yang Sedang Menjawab Tes Diagnostik
di SMA Negeri 2 Langsa ... 115 Gambar L.6. Siswa Kelas XI IPA 5 yang Sedang Menjawab Tes Diagnostik
di SMA Negeri 2 Langsa ... 115 Gambar L.7. Siswa Kelas XI IPA 1 yang Sedang Menjawab Tes Diagnostik
di SMA Negeri 5 Langsa ... 116 Gambar L.8. Siswa Kelas XI IPA 2 yang Sedang Menjawab Tes Diagnostik
di SMA Negeri 5 Langsa ... 116 Gambar L.9. Siswa Kelas XI IPA 3 yang Sedang Menjawab Tes Diagnostik
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Deskripsi Materi ... 55
Lampiran 2 Soal Tes Diagnostik ... 70
Lampiran 3 Kunci Jawaban ... 84
Lampiran 4 Soal Wawancara ... 85
Lampiran 5 Tabel Master Per Item Jawaban SMAN 1 Langsa ... 89
Lampiran 6 Tabel Persentase Rata-rata Kelas di SMA Negeri 1 Langsa ... 91
Lampiran 7 Rekapitulasi Perhitungan Persentase Miskonsepsi SMA Negeri 1 Langsa ... 92
Lampiran 8 Tabel Master Per Item Jawaban SMAN 2 Langsa ... 96
Lampiran 9 Tabel Persentase Rata-rata Kelas di SMA Negeri 2 Langsa ... 98
Lampiran 10 Rekapitulasi Perhitungan Persentase Miskonsepsi SMA Negeri 2 Langsa ... 99
Lampiran 11 Tabel Master Per Item Jawaban SMAN 5 Langsa ... 103
Lampiran 12 Tabel Persentase Rata-rata Kelas di SMA Negeri 5 Langsa ... 106
Lampiran 13 Rekapitulasi Perhitungan Persentase Miskonsepsi SMA Negeri 5 Langsa ... 107
Lampiran 14 Tabel Siswa yang Mengalami Miskonsepsi di SMA Negeri Se- Kota Langsa ... 111
Lampiran 15 Tabel Konsep Materi Sistem Peredaran Darah yang di Miskonsepsikan Oleh Siswa di SMA Negeri Se-Kota Langsa ... 112
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Tujuan pembelajaran sains adalah untuk membantu siswa dalam mengembangkan suatu pemahaman konsep yang bermakna dan membuat siswa mengetahui bagaimana konsep tersebut dapat teraplikasi dalam kehidupan sehari-hari (Kara dan Yesilyuart, 2008). Dari pemahaman tersebut diharapkan siswa mampu mendeskripsikan dan menghubungkan antar konsep untuk menjelaskan peristiwa-peristiwa alam yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari (Winahyu, 2007). Literatur telah menunjukkan terjadi pemahaman konsep sains yang berbeda dengan konsep yang diterima secara ilmiah (Tekkaya, 2002; Ekici, 2007). Pemahaman konsep yang berbeda dengan konsep yang diterima secara ilmiah dikenal dengan istilah miskonsepsi (Turkmen, 2006; Kose, 2008).
Miskonsepsi merupakan pengertian tentang suatu konsep yang tidak tepat, salah dalam menggunakan konsep nama, salah dalam mengklasifikasikan contoh-contoh konsep, keraguan tentang konsep-konsep yang berbeda, tidak tepat dalam menghubungkan berbagai macam konsep dalam susunan hierarkinya atau pembuatan generalisasi suatu konsep yang berlebihan atau kurang jelas (Fowler, 1998).
Miskonsepsi dalam sains telah menjadi perhatian serius dalam dunia pendidikan. Miskonsepsi tidak dapat dihilangkan dengan metode mengajar yang klasik yaitu metode ceramah, karena menurut Berg (1991) salah satu ciri miskonsepsi yaitu sangat tahan akan perubahan dan sulit sekali diubah. Menurut Novak dalam Suryanto dan Hewindawati (2004), miskonsepsi tentang sains
2
banyak terjadi di berbagai negara mulai dari siswa tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai dengan mahasiswa di Perguruan Tinggi (PT). Menurut banyak penelitian, miskonsepsi dapat terjadi di semua bidang sains, seperti fisika (Clement, 1982) dan biologi (Novak, 2004).
Miskonsepsi yang terjadi pada siswa dapat menghambat proses penerimaan dan pengintegrasian pengetahuan yang baru dalam pemikirannya, sehingga akan menghalangi siswa untuk pembelajaran yang lebih mendalam tentang materi khususnya biologi. Banyak konsep-konsep dalam biologi saling berhubungan dan merupakan kunci untuk memahami konsep lain, sehingga miskonsepsi pada satu konsep mengakibatkan miskonsepsi pada konsep lain (Tekkaya, 2002). Arnaudin dan Mintzes (1985) melaporkan bahwa siswa sekolah menengah mengalami miskonsepsi tentang pembuluh vena yaitu darah yang berada di dalam pembuluh darah berwarna biru, namun konsep yang benar adalah darah terdeoksigenasi sehingga siswa sulit untuk memahami konsep darah selanjutnya.
3
karena merupakan kunci dalam proses kehidupan dan dasar dari keseluruhan fungsi organisme hidup (Pelaez et al, 2005).
Contoh miskonsepsi dalam sistem peredaran darah di antaranya adalah persepsi siswa tentang warna darah, sebagian siswa beranggapan warna darah tidak selalu merah, melainkan terkadang biru. Kebanyakan manusia pada umumnya meyakini miskonsepsi pada pernyataan darah adalah berwarna biru pada beberapa titik bagian sirkulasi darah. Kenyataannya sebuah riset menunjukkan sebagian besar siswa yang mengikuti pembelajaran biologi di sekolah dengan sebuah pendapat bahwa “darah berwarna biru”. Selanjutnya
penelitian menyatakan bahwa faktor yang menyebabkan miskonsepsi tersebut diperoleh langsung dari guru mereka dan seiring dengan waktu siswa kerap mempertahankan miskonsepsi mereka sampai ke jenjang perguruan tinggi (Yip, 1998).
Miskonsepsi dapat berbentuk konsepsi awal, kesalahan hubungan antarkonsep, pandangan yang salah, ide yang keliru, menyesatkan, atau cacat yang terdokumentasi dengan baik, dipercaya dan faktual (Wikipedia, 2010). Faktor penyebabnya adalah adanya mitos yang diturunkan dari orang tua berasal dari budaya, adat istiadat, agama, dan pengalaman sehari-hari, yang telah menjadi umum tersebar di masyarakat, tertulis dalam buku pelajaran sebagai pengetahuan dan diajarkan sebagai fakta di sekolah bahkan banyak tulisan ilmiah tentang hal tersebut yang menunjukkan bahwa miskonsepsi membudaya secara luas (Brna, 2008).
4
Menurut penelitian Suryanto (1997) banyak guru mengalami miskonsepsi sedangkan penelitian Ivowi dan Uludotun (1987) menemukan bahwa buku pelajaran, pengalaman sehari-hari siswa, serta pengetahuan yang dimiliki guru merupakan penyebab miskonsepsi. Munculnya miskonsepsi yang paling banyak adalah bukan selama proses belajar mengajar melainkan sebelum proses belajar mengajar dimulai (Bahar, 2003).
Kenna, et al (2007), melaporkan bahwa analisis terjadinya miskonsepsi karena sifatnya alami dan banyak faktor sebagai pendorong yang menyebabkan terjadinya miskonsepsi. Faktor-faktor yang potensial menjadi penyebab miskonsepsi adalah: (1) Anak cenderung melihat suatu benda dari pandangan dirinya sendiri dan cenderung untuk menentukan keberadaan dan bentuk benda tersebut hanya berdasarkan pengalaman sehari-hari; (2) Pengalaman anak di lingkungan terbatas dan cenderung tidak terlibat langsung dalam situasi percobaan; (3) Untuk kejadian-kejadian khusus anak cenderung diarahkan pada penjelasan bagian per bagian dan cenderung tidak diarahkan untuk memahami hubungan satu dengan yang lain secara keseluruhan serta adanya penjelasan yang sama untuk menjelaskan fenomena yang berbeda; dan (4) Bahasa yang digunakan sehari-hari cenderung berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam IPA, misalnya kata berat, gesekan, dan gaya dimana arti dalam bahasa sehari-hari cenderung berbeda (Osborne dan Wittrock, 1983).
5
siswa berinteraksi dengan lingkungan belajarnya, siswa mengkonstruksi pengetahuan berdasarkan pengalamannya. Oleh karena itu, kemungkinan terjadinya kesalahan dalam proses mengkonstruksi karena secara alami siswa belum terbiasa mengkonstruksi pengetahuan sendiri secara tepat. Apalagi jika tidak didampingi oleh sumber informasi yang jelas dan akurat.
Dari latar belakang yang dikemukakan, dapat diambil suatu pandangan bahwa miskonsepsi dapat menimbulkan inefesiensi dalam proses pembelajaran khususnya biologi, karena siswa akan tetap mempertahankan konsep yang salah dan guru akan mengalami kesulitan menyelenggarakan proses pembelajaran untuk mengubah konsep yang salah tersebut. Banyak faktor yang menyebabkan miskonsepsi terjadi. Sehubungan dengan permasalahan tersebut, maka peneliti ingin melakukan penelitian adanya identifikasi faktor penyebab miskonsepsi siswa tentang Materi Biologi di SMA Se-Kota Langsa.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasikan permasalahan antara lain:
1. Adanya miskonsepsi pada siswa dalam pemahaman materi-materi biologi yang dapat menghambat proses belajar biologi.
2. Masih terdapat miskonsepsi yang tidak tepat berupa konsep yang berlebihan atau kurang jelas ketika guru biologi mengajar.
3. Terdapat hambatan dalam proses penerimaan dan perintegrasian pengetahuan dalam pemikiran siswa.
6
5. Adanya perbedaan bahasa yang digunakan sehari-hari dengan bahasa yang digunakan dalam IPA.
6. Masih terdapat pemahaman konsep yang berbeda dengan konsep yang diterima siswa secara ilmiah.
7. Adanya mitos yang diturunkan dari orang tua yang berasal dari budaya, adat istiadat, agama, dan pengalaman sehari-hari yang telah tersebar di masyarakat sehingga dapat menyebabkan miskonsepsi.
1.3. Batasan Masalah
Masalah yang akan diteliti difokuskan pada faktor-faktor yang menyebabkan siswa kelas XI SMA Negeri di Kota Langsa mengalami miskonsepsi yaitu buku, guru, orang tua, internet, keyakinan, dan lain-lain tentang materi sistem peredaran darah dalam konsep komponen darah, mekanisme pembekuan darah, golongan darah, jantung, pembuluh darah, sistem peredaran darah, sistem limfatik, kelainan dan penyakit.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah penelitian ini disusun sebagai berikut:
1. Seberapa besar persentase miskonsepsi siswa tentang materi biologi kelas XI di SMA Negeri se-Kota Langsa?
7
1.5. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui persentase miskonsepsi siswa tentang materi biologi kelas XI di SMA Negeri se-Kota Langsa.
2. Mengetahui faktor apakah yang menjadi penyebab miskonsepsi siswa tentang materi biologi kelas XI di SMA Negeri se-Kota Langsa.
1.6. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:
1. Secara teoritis hasi penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi para pengambil kebijakan di bidang pendidikan mengenai masalah miskonsepsi pembelajaran biologi beserta faktor yang menyebabkannya. Sebagai bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut tentang hal yang sama dalam penelitian ini.
49 BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Hasil penelitian miskonsepsi siswa pada pelajaran biologi tentang sistem peredaran darah adalah sebagai berikut:
1. Besarnya persentase miskonsepsi siswa tentang materi sistem peredaran darah kelas XI di SMA Negeri se-Kota Langsa adalah 21%.
2. Faktor yang menjadi penyebab miskonsepsi siswa tentang materi biologi kelas XI di SMA Negeri se-Kota Langsa yaitu lain-lain yaitu siswa menjawab dengan membaca lembar kerja siswa (LKS) dan karena percaya pada diri sendiri sebesar 56,39%, buku 24,90%, teman 12,80%, guru 3,34%, internet 1,63%, orang tua 0,83%, dan keyakinan 0,10%.
5.2. Implikasi
50
5.3. Saran
Berdasarkan hasil penelitian saran yang perlu disampaikan adalah:
1. Meningkatkan evaluasi tentang siswa, agar guru mengetahui kemampuan dan pengetahuan siswa. Guru dalam pembelajaran sebaiknya menggunakan banyak referensi agar dapat menambah bahan ajaran yang lebih baik.
51
Daftar Pustaka
Amien, M. 1990. Pemetaan konsep: Suatu Teknik untuk Meningkatkan Belajar yang Bermakna. Mimbar Pendidikan, 2 (9): 55-69.
Berg, E. V. 1991. Miskonsepsi Fisika dan Remidiasi. Salatiga: UKSW.
Boo, H. K., Ang, K. C. 2004. Teachers’ misconceptions of science as revealed in science examination papers. Annual Conference of the Educational Research Association, Singapore.
Chen, C. C., Lin, H. S., & Lin, M. L. 2002. Developing a Two-Tier Diagnostic Instrument to Assess High School Students’ Understanding-The Formation of Images by a Plane Mirror. Proceeding Natl. Science Council, 12: 106-121.
Clement, J. 1982. Student Preconception in Introductory Mechanics. American Journal of Physics, 50: 66-71.
Dahar, R.W. 1996. Teori-teori Belajar, Jakarta: Erlangga
Dikmenli, M. 2010. Misconceptions of cell division held by student teachers in biology : A Drawing analysis. Scientific Research and Essays 5(2): 235-247.
Dinas Pendidikan Kota Langsa. 2013. Daftar Nama-nama Sekolah dan Jumlah Siswa di Wilayah Kota Langsa
Deshmukh, N.D. 2009. A Study of students’ and teachers’ misconceptions in biology at the secondary school level. Proceedings of the International Conference entitled “Intercultural Education”. Published by The Hellenic Migration Policy Institute, Greece. ISBN: 978-960-98897-0-4.
Deshmukh, N.D., & Deshmukh, V.M. 2007. A study of students’ misconceptions in biology at the secondary school level. Proceedings of epiSTEME-2: An International Conference to Review Research on Science, Technology and Mathematics Education. Delhi, India: Macmillan India Ltd.
52
Ekici, F. & Ekici, E. 2007. Utility of Concept Cartoons in Diagnosing and Overcoming Misconception Related to Photosynthesis. International Journal of Environmental & Science Education, 2 (4): 111-124.
Fisher, K.M. 1985. A misconception in biology: amino acids and translation, Journal Research Science Teaching. 22: 53-62.
Fowler, M. 1998. Projectile motion. Retrieved 1.7.2..2 from The Word Wide Web http:/www.phys.virginia.edu/classes/109N/more
stuff/Applets/ProjectileMotion/applet.html. diakses 15 Maret 2013. Hidayati. F. 2010. Kajian kesulitan belajar siswa kelas VII SMP Negeri 6
Yogyakarta dalam mempelajari aljabar. Skripsi, Yogyakarta: FMIPA UNY
Helm, Hugh, & Joseph D. Novak. 1983. Proceedings of the International Seminar on Misconceptions in Science and Mathematics. Ithaca, New York: Cornell University, ED
Ivowi, U.M.O. & Uludotun, J.S.O. 1987. An investigation of resourses of misconception in physics. Dalam Novak, J.D. (Ed). Proceeding of the second international seminar misconception and educational and strategies in science and mathematics. Vol.3. Ithaca, New York: Cornell University.
Jailani. 2008. Model Pembelajaran Sains Menurut Pandangan Konstruktivisme. Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, 6 (1): 1-7.
Kara, Y., Yesilyurt. 2008. Comparing the impact tutorial and edutainment siftwarc program on students’ achievement, misconception, and attitudes toward biology. Journal Science Education and Technology, 17: 32-41.
Kindfield, A.C.H. 1991. Confusing chromosome number and structure : Acommon student error. Journal Biology. Education. 25(3): 193-200.
Kumaedi. (2000). Analisis Miskonsepsi Siswa Madrasah Aliyah Negeri pada Pembelajaran Pembentukan Bayangan oleh Cermin Datar, Cembung dan Cekung. Tesis Magister PPA UPI Bandung.
Kose, S. 2008. Diagnosing student misconception: using drawings as a research method. Word Applied Sciences Journal, 3(2): 283-293.
53
Novak, J.D. & Canas. A. 2004. Building on new contructivist ideas and cmap tools to create a new model for education. Proceedings of the First Int. Conference on Concept Mapping, Pamplona, Spain. 1st June.
Osborne, R. J., & Wittrock, M. 1983. Learning science: A generative process. Science education. 67(4): 489-508.
Pabucu, A., & Geban, O. 2006. Remediating misconceptions concerning chemical bonding through conceptual change text. HU Journal of Education, 30: 184-192.
Raisah. 2000. Analisis Miskonsepsi Siswa Madrasah Aliyah tentang Konsep Reproduksi Sel. Tesis Magister. PPS UPI Bandung.
Sadia, 1996. Pengembangan model belajar kontruktivis dalam pembelajaran IPA di SMP. (Suatu studi eksperimental dalam pembelajaran konsep energy, usaha, dan suhu di SMP Negeri Singaraja). Disertasi pada program pascasarjana IKIP Bandung.
Suparno, P. 2005. Miskonsepsi & Perubahan Konsep Pendidikan Fisika. Jakarta : Grasindo.
Suryanto, A. & Hewindawati, Y. 2004. Pemahaman Murid Sekolah Dasar terhadap Konsep IPA Berbasis Biologi: Suatu Diagnosis Adanya Miskonsepsi. jurnal Pendidikan, 5(1): 61-72.
Turkmen, H. 2006. What technology plays supporting role in learning cycle approach for science education, The Turkish Online Journal of Educational Technology, 5: 71-76.
Tekkaya, C. 2002. Misconceptions as barrier to understanding biology. Journal of Hacettepe University Education Faculty, 23: 259-266.
Trowbridge, J. E. & Mintzes, J.J. 1988. Alternative Conception in Animals Classification: A. Cross-Age Study. Journal of Research in Sciense Teaching, 25: 547-571.
Van Den Berg, Euwe. 1991. Miskonsepsi Fisika dan Remidiasi. Salatiga : Universitas Kristen Satya Wacana.
Viridi, S. 2008. Miskonsepsi dalam Fisika. Loka karya Pembina Olimpiade Sains Bidang Fisika Basic Science Center A, Institut Teknologi Bandung, 16-17 Juli 2008.
54
Yip, D. Y. 1998. Alternative Conceptions on Excretion and Implications for Teaching. Education Journsl, 26(1): 101-116.