INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR MATEMATIKA DI KELAS
DALAM KAITANNYA DENGAN GENDER PADA SISWA KELAS VIII
SMP KANISIUS GAYAM YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun Oleh:
Izaura Monteiro Soares
NIM :101414068
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan Karya Ini Kepada :
Tritunggal Maha Kudus dan Bunda Maria yang memberkati dan
membimbing setiap langkahku;
Institut Puteri-Puteri Cinta Kasih;
Suster-Suster Provinsi St. Joseph;
Keluargaku Yang Selalu Mencintai Dan Mendukungku Dengan Doa;
Para Dosen, Sahabat, Teman Yang Mendukung Aku Dengan Cara Mereka
Masing-Masing;
MOTTO
“Rancangan
-
Ku Bukanlah Rancanganmu”
(Yesaya 55:8)
La Strada Della Pazienza è quella Che Santifica.
(Sta. Madalena De Canossa)
Segala Sesuatu Indah Pada Waktunya
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 19 Desember 2014
Penulis
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa universitas Sanata Dharma:
Nama
: Izaura Monteiro Soares
Nomor Induk Mahasiswa
: 101414068
Demi pengembanga Ilmu Pengetahuan, saya memberikan kepadaPerpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR MATEMATIKA DI KELAS
DALAM KAITANNYA DENGAN GENDER PADA SISWA KELAS VIII
SMP KANISIUS GAYAM YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN
2014/2015.
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta, 19 Desember 2014
Yang Menyatakan
ABSTRAK
Monteiro Soares, Izaura, 101414068, 2014. Interaksi Belajar Mengajar
Matematika di Kelas dalam Kaitannya dengan Gender pada Siswa Kelas
VIII SMP Kanisius Gayam Yogyakarta Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi.
Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk
mengetahui bagaimana interaksi belajar mengajar matematika di kelas dalam
kaitannya dengan gender, yang juga didukung oleh pendekatan kuantitatif. Subjek
penelitian adalah siswa kelas VIII A dan guru matematika di SMP Kanisius
Gayam Yogyakarta. Untuk memperoleh data penelitian, peneliti mengadakan 5
kali pengamatan pada tanggal 30 Agustus, 4, 6, 10 dan 11 September 2014.
Pengumpulan data diperoleh dengan cara merekam kegiatan pembelajaran serta
instrumen penelitian yang terdiri dari lembar pengamatan mengenai interaksi guru
dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan siswa serta interaksi siswa saat
diskusi kelompok. Selanjutnya data yang diperoleh ditranskrip dan dianalisis
dengan metode deskriptif kualitatif yaitu dengan menyimpulkan secara kualitatif
seluruh hasil pengamatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Interaksi guru dengan siswa terjadi
dengan sangat efektif berkat komunikasi yang dibangun oleh guru dengan cara
memberi salam, memberitahu segala sesuatu yang berkaitan dengan pembelajaran,
memberi penjelasan mengenai materi melalui contoh soal/latihan, menyuruh
siswa untuk melakukan sesuatu yang berkaitan dengan pembelajaran, memberikan
pertanyaan yang sifatnya memicu keaktifan siswa, memberi motivasi dan
dukungan serta menegur siswa yang tidak serius dalam proses pembelajaran.
Interaksi siswa dengan guru terjadi ketika siswa memberi salam, menyampaikan
pendapat mengenai penyelesaian suatu masalah matematika serta bertanya sesuatu
yang belum dipahami. Interaksi siswa dengan siswa terlihat ketika antara siswa
saling memberikan salam dengan cara berjabat tangan, membahas soal secara
bersam-sama, bertanya kepada siswa lain jika mengalami kesulitan dalam
pembelajaran, memberikan bantuan dengan cara menjelaskan apa yang menjadi
kesulitan siswa lain. Interaksi siswa saat diskusi kelompok terlihat ketika setiap
anggota kelompok menyampaikan pendapat guna menyelesaikan masalah
matematika, bertanya jika mengalami kesulitan serta membantu teman dalam
sekelompok yang mengalami kesulitan. Dari keseluruhan interaksi yang terjadi
pada proses pembelajaran menunjukkan bahwa 84.21% dari jumlah siswa
laki-laki dan 93.33% dari jumlah siswa perempuan terlibat secara aktif. Oleh karena
itu, pada penelitian mengenai interaksi belajar mengajar di kelas tidak tampak
kaitannya dengan gender.
ABSTRACT
Monteiro Soares, Izaura, 101414068, 2014. Interaction in Mathematics
Teaching and Learning in the Classroom Related to Gender for Students of
Grade VIII SMP Kanisius Gayam Yogyakarta Academic Year 2014/2015.
Undergraduate Thesis. Mathematics Education Study Program, Faculty of
Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.
This qualitative study aimed to determine how the interaction of
mathematics teaching and learning in the classroom in terms of gender, which was
also supported by quantitative approach. The subjects were students of grade VIII
A and the Math teacher in Junior High School Kanisius Gayam Yogyakarta. To
obtain the data, the researcher held 5 times observations. They were conducted on
30 August, 4 Sept, 6 Sept, 10 Sept and 11 September 2014. The data were
obtained by recording the learning activities as well as using the research
instruments consisting of sheets of observations concerning the teacher to students
interaction, students to teacher interaction, students to students interaction, and
students interaction during the group discussion. Furthermore, the data obtained
were transcribed and analyzed using qualitative descriptive method which were
used to make conclusions from the entire observations.
The results showed that the interaction that occured among the teachers and
students were very effective. It was because the teacher was able to build a proper
communication atmosphere by greeting, telling everything to do with learning,
giving a description of the material through example problems / exercises, asking
the students to do things related to learning, asking questions that triggered
activity of students, providing motivation and support. It also worked on the
situation when some students were not serious and focus in the learning process.
Student to teacher interaction occured when students salute, express their opinions
on Math problem solving and ask for what they had not undersood. Students to
students interaction was seen when the students greeted one another and shaking
hands, discussing matters, asking for other’s help when they face difficulty in
learning, and providing assistance or peer assistance as well. Student interaction
during the group discussion was seen when each member of the group be able to
contribute in solving math problems, ask one another for help when they face
difficulties and help one another as well in the group. From the whole interactions
that occured in the learning process showed that 84.21% of male students were
actively involved, so were the 93.33% of female students. Therefore, the research
on teaching and learning interactions in the classroom did not seem to have
anything to do with gender.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik.
Skripsi yang berjudul “
INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR
MATEMATIKA DI KELAS DALAM KAITANNYA DENGAN GENDER
PADA SISWA KELAS VIII SMP KANISIUS GAYAM YOGYAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
”
ini disusun guna memenuhi sebagai
persyaratan dalam menyelesaikan Studi Program Strata 1 (S1) Program Studi
Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta. Hasil dari penelitian ini diharapkan nantinya dapat
bermanfaat untuk perkembangan belajar melalui interaksi belajar mengajar
matematika yang efektif di kelas.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan berjalan dengan
baik tanpa bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada:
1.
Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2.
Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd., selaku Kepala Program Studi
Pendidikan Matematika atas segala perhatian, motivasi, dukungan, dan
bantuannya.
4.
Bapak Prof. Dr. St. Suwarsono, selaku dosen pembimbing yang banyak
meluangkan waktu dalam memberi bimbingan, dukungan, dan arahan kepada
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
5.
Bapak Beni Utomo, M.Sc., selaku dosen penguji yang dengan sabar dan
terbuka memberikan saran dan masukan.
6.
Bapak Dominikus Arif Budi Prasetyo, S.Si., M.Si., selaku dosen penguji yang
telah meluangkan waktu, memberikan saran dan masukan.
7.
Seluruh staf dosen JPMIPA Universitas Sanata Dharma, terima kasih atas
kebaikan, bimbingan, dan ilmu yang diberikan.
8.
Ibu Maria Hartini, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SMP Kanisius Gayam
Yogyakarta yang sudah memberikan kesempatan, kerjasama dan dukungan
melaksanakan penelitian untuk menyelesaikan skripsi ini.
9.
Ibu Ir. Margaretha A D N, MM selaku guru matematika yang telah
memberikan kesempatan dan membantu penulis selama melakukan
melakukan penelitian ini hingga selesai dengan baik.
10.
Siswa kelas VIII A SMP Kanisius Gayam Yogyakarta yang telah bersedia
bekerjasama selama penulis mengumpulkan data.
11.
Seluruh staf sekretariat JPMIPA, staf perpustakaan dan karyawan Universitas
Sanata Dharma yang telah membantu kelancaran proses belajar selama ini.
12.
Pimpinan Provinsial beserta Dewan Provinsi St. Yoseph East Timor yang
telah memberikan kesempatan serta dukungan baik spiritual maupun materil.
13.
Seluruh persaudaraan FdCC, khususnya para saudari FdCC komunitas
dukungan bagi penulis selama perkuliahan sampai dengan penyelesaian
skripsi ini.
14.
Kedua orang tua, saudara/i serta keponakanku yang selalu memberikan
dukungan dan doa sehingga saya dapat menyelesaikan studi dengan baik.
15.
Teman-teman Pendidikan Matematika Angkatan 2010, secara khusus Sr. M.
Hedwigis, FSGM, Sr. Angelika, FSE, Mita
16.
Semua pihak yang telah membantu dan memberi dukungan baik langsung atau
tidak langsung yang tidak bisa disebutkan satu persatu
Segala saran dan kritik sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang
membacanya.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Pembatasan Masalah ... 6
D. Rumusan Masalah ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 6
G. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II LANDASAN TEORI
A. Konsep Gender
1. Pengertian Gender ... 9
2. Pengertian Peran Gender ... 11
3. Pengertian Identitas Peran Gender ... 11
B. Interaksi Belajar Mengajar
1. Pengertian Interaksi ... 13
2. Interaksi Belajar Mengajar ... 14
3. Bentuk-Bentuk Interaksi Belajar Mengajar ... 16
4. Siswa Yang Aktif ... 18
5. Guru Yang Melaksanakan ... 20
C. Diskusi Kelompok
1. Pengertian Diskusi Kelompok ... 22
2. Jenis-Jenis Diskusi Kelompok ... 23
D. Kerangka Berpikir ... 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ... 28
B. Subjek Penelitian ... 29
C. Objek Penelitian ... 30
D. Waktu Dan Tempat Penelitian ... 30
F. Metode Pemgumpulan Data ... 30
G. Instrumen Penelitian ... 31
H. Validitas Instrumen Penelitian Data Validitas Data... 34
I. Teknik Analisis Data ... 34
J. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Di Lapangan ... 36
BAB IV ANALISIS DATA, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 38
B. Pelaksanaan Penelitian ... 38
C. Hasil Analisis Data
1. Transkripsi Data Pembelajaran ... 39
2. Transkripsi Data Hasil Pengamatan ... 40
3. Topik Data ... 63
4. Kategorisasi Data... 74
D. Hasil Penelitian
1. Model Pembelajaran ... 78
2. Interaksi Guru Dengan Siswa ... 79
3. Interaksi Siswa Dengan Guru ... 84
4. Interaksi Siswa Dengan Siswa... 85
5. Interaksi Siswa Saat Diskusi Kelompok... 87
E. Pembahasan
1. Interaksi Guru Dengan Siswa ... 88
2. Interaksi Siswa Dengan Guru ... 93
4. Interaksi Siswa Saat Diskusi Kelompok... 99
5. Keterkaitan Interaksi Belajar Mengajar Matematika
Dengan Gender ... 101
F. Keterbatasan Penelitian ... 103
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 104
B. Saran ... 106
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel II.1 Perbedaan Emosional Dan Intelektual Antara Laki-Laki
Dan Perempuan ... 12
Tabel III.1 Interaksi Guru Dan Siswa ... 32
Tabel III.2 Interaksi siswa Dan Guru... 32
Tabel III.3 Interaksi Siswa Dengan Siswa ... 33
Tabel III.3 Interaksi Siswa saat diskusi kelompok ... 33
Tabel IV.1 Jadwal Penelitian ... 39
Tabel IV.2 Interaksi Guru Dengan Siswa, Pertemuan I ... 40
Tabel IV.3 Interaksi Guru Dengan Siswa, Pertemuan II ... 42
Tabel IV.4 Interaksi Guru Dengan Siswa, Pertemuan III ... 44
Tabel IV.5 Interaksi Guru Dengan Siswa, Pertemuan IV ... 45
Tabel IV.6 Interaksi Guru Dengan Siswa, Pertemuan V ... 47
Tabel IV.7 Interaksi Siswa Dengan Guru, Pertemuan I ... 49
Tabel IV.8 Interaksi Siswa Dengan Guru, Pertemuan II ... 50
Tabel IV.9 Interaksi Siswa Dengan Guru, Pertemuan III ... 51
Tabel IV.10 Interaksi Siswa Dengan Guru, Pertemuan IV ... 52
Tabel IV.11 Interaksi Siswa Dengan Guru, Pertemuan V ... 53
Tabel IV.12 Interaksi Siswa Dengan Siswa, Pertemuan I ... 55
Tabel IV.13 Interaksi Siswa Dengan Siswa, Pertemuan II ... 55
Tabel IV.14 Interaksi Siswa Dengan Siswa, Pertemuan III ... 56
Tabel IV.16 Interaksi Siswa Dengan Siswa, Pertemuan V ... 58
Tabel IV.17 Interaksi Siswa Saat Diskusi Kelompok, Pertemuan I ... 59
Tabel IV.18 Interaksi Siswa Saat Diskusi Kelompok, Pertemuan II ... 59
Tabel IV.19 Interaksi Siswa Saat Diskusi Kelompok, Pertemuan III ... 60
Tabel IV.20 Interaksi Siswa Saat Diskusi Kelompok, Pertemuan IV ... 61
Tabel IV.21 Interaksi Siswa Saat Diskusi Kelompok, Pertemuan V ... 62
Tabel IV.22 Topik-Topik Data Interaksi Guru Dengan Siswa ... 64
Tabel IV.23 Topik-Topik Data Interaksi Siswa Dengan Guru ... 70
Tabel IV.24 Topik-Topik Data Interaksi Siswa Dengan Siswa ... 72
Tabel IV.25 Topik-Topik Data Interaksi Siswa Saat Diskusi Kelompok ... 73
Tabel IV.26 Kategorisasi Data Interaksi Guru Dengan Siswa ... 74
Tabel IV.27 Kategorisasi Data Interaksi Siswa Dengan Guru ... 76
Tabel IV.28 Kategorisasi Data Interaksi Siswa Dengan Siswa ... 77
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Kegiatan belajar mengajar pada pengamatan I ... 109
Kegiatan belajar mengajar pada pengamatan II ... 113
Kegiatan belajar mengajar pada pengamatan III ... 118
Kegiatan belajar mengajar pada pengamatan IV ... 122
Kegiatan belajar mengajar pada pengamatan V ... 127
Bukti Penelitian ... 131
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam
hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial terkandung suatu
maksud bahwa manusia tidak terlepas dari manusia yang lain. Kehidupan
manusia berlangsung dalam berbagai situasi dan dalam berbagai bentuk
komunikasi. Kehidupan semacam inilah terjadi interaksi. Proses interaksi
terjadi karena manusia pada hakekatnya memiliki sifat sosial yang besar,
dengan demikian kegiatan hidup manusia akan selalu disertai dengan proses
interaksi atau komunikasi baik dengan alam lingkungan, dengan sesama
manusia maupun dengan Tuhan.
Setiap proses interaksi terjadi ikatan suatu situasi seperti situasi
pendidikan. Interaksi yang terjadi dalam situasi pendidikan disebut interaksi
edukatif. Interaksi edukatif adalah interaksi yang berlangsung dalam suatu
ikatan untuk tujuan pendidikan serta pengajaran dan
lebih spesifik dikenal
dengan istilah interaksi mengajar (Sardiman,2008). Interaksi
belajar-mengajar memuat kegiatan seperti guru melaksanakan tugas belajar-mengajar dan
siswa belajar, keduanya untuk mencapai tujuan pendidikan. Hubungan
interaktif antara guru dan siswa, dan siswa dengan siswa pada dasarnya
Menurut Sardiman (2008) didalam kegiatan belajar diperlukan
aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk
mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau
tidak ada aktivitas, itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas
yang sangat penting didalam interaksi belajar-mengajar.
Didalam kegiatan pembelajaran selalu terjadi proses interaksi.
Demikian juga dalam pembelajaran matematika di sekolah. Matematika
merupakan salah satu ilmu dasar untuk melatih berpikir kritis, sistematis,
logis, kreatif dan kemampuan bekerja sama yang efektif. Oleh karena itu,
betapa pentingnya interaksi dalam pembelajaran matematika di kelas secara
khusus pada saat pemaparan materi secara klasikal dan diskusi kelompok.
Pada proses kegiatan belajar mengajar guru harus mampu menciptakan
interaksi yang baik dengan siswa, karena hal ini dapat menunjang proses
kelancaran dalam pembelajaran di kelas. Terjalinnya interaksi yang baik
antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa, maka seorang guru
akan lebih mudah mengetahui taraf perkembangan siswa baik dalam prestasi
akademik ataupun keaktifan siswa. Siswa dikatakan memiliki keaktifan
apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti : sering bertanya kepada guru
atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, mampu
menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya.
berinteraksi dengan para siswa akan menyebabkan siswa menjadi
dekat/akrab dengan guru. Dengan adanya hubungan yang dekat tersebut
membuat siswa menjadi lebih bersemangat dalam belajar dan tidak merasa
canggung untuk bertanya bila mengalami kesulitan dalam belajar.
Proses Interaksi yang terjadi selama pembelajaran sebagai upaya
untuk meningkatkan keaktifan siswa seperti siswa harus dapat
mengemukakan pendapat atau idenya kepada orang lain baik itu siswa lain
maupun gurunya, supaya memperoleh masukan berupa informasi dan
akhirnya dapat digunakan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas
pemahamannya. Menurut Moh.Uzer Usman (2008) diskusi kelompok
sebagai suatu proses yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi
tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi,
pengambilan kesimpulan atau pemecahan masalah. Oleh karena itu, dengan
adanya diskusi kelompok dapat menunjang terjadinya interaksi antara siswa
dengan siswa melalui keaktifan siswa dalam memaparkan ide maupun
mengaktifkan pengetahuan sebelumnya dan pemecahan masalah. Keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi
antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan
mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, masing-masing
siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas
Salah satu faktor yang mempengaruhi proses interaksi belajar
mengajar adalah faktor gender. Gender diasumsikan sebagai atribut, minat,
dan kebiasaan yang diasosiasikan dengan kebudayaan khusus bagi pria dan
wanita yang akan direfleksikan sebagai maskulinitas dan femiminitas
(Ashmore, 1990; dalam Cramer & Neyedley, 1998). Menurut Santrok
(2002) peran gender ini merupakan seperangkat harapan yang
menggambarkan bagaimana laki-laki dan perempuan seharusnya berpikir,
merasa dan bertindak.
Sifat laki-laki dan perempuan memiliki respon yang berbeda
terhadap hal-hal yang dipelajari. Sifat tersebut misalnya rajin dan tekun
dalam mempelajari pembelajaran matematika. Hal tersebut dapat
berpengaruh pada hasil prestasi belajar siswa. Ada pendapat bahwa
psikologis laki-laki dan perempuan mempunyai perbedaan dalam hal proses
berpikir dan cara memandang sesuatu. Misalnya, Ruth Tiffany (1988)
menyatakan bahwa ada perbedaan yang jelas antara laki-laki dan
perempuan. Menurutnya, laki-laki cenderung analitis, merinci sesuatu untuk
memeriksa bagian-bagian secara teliti, sedangkan perempuan mencoba
melihat segala sesuatu sekaligus, walaupun kadang-kadang menjadi susah
untuk memilih satu jawaban yang tepat. Dijelaskan lebih lanjut bahwa
laki-laki cenderung lebih teoritis dan abstrak, sedangkan perempuan menuntut
Saat ini sebenarnya sudah banyak penelitian tentang interaksi dalam
proses belajar mengajar di sekolah (kelas) tetapi kebanyakan melihat
interaksi belajar mengajar antara guru dengan siswa tanpa memperhatikan
gender. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mendeskripsikan bagaimana
interaksi belajar mengajar matematika di kelas dalam kaitannya dengan
gender. Berdasarkan latar belakang inilah peneliti mengambil judul
“I
nteraksi Belajar Mengajar Matematika di Kelas dalam Kaitannya dengan
Gender pada Siswa Kelas VIII SMP Kanisius Gayam Yogyakarta Tahun
Pelajaran 2014/2015
”.
Peneliti memilih SMP Kanisius Gayam sebagai
tempat penelitian berdasarkan pada beberapa pertimbangan seperti lokasinya
mudah dijangkau serta jumlah siswa laki-laki dan perempuan seimbang
sehingga memudahkan peneliti untuk mengambil data.
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, kita dapat
mengetahui bahwa secara psikologis watak dan perilaku siswa laki-laki dan
perempuan berbeda. Hal ini mempengaruhi adanya perbedaan interaksi yang
ditunjukkan oleh siswa laki-laki maupun perempuan. Perempuan kerap
dideskripsikan sebagai makhluk yang emosional, berwatak pengasuh, mudah
menyerah (submisif) komunikatif, mudah bergaul, lemah dalam ilmu
matematika, subjektif, pasif, mudah dipengaruhi. Laki-laki dideskripsikan
antara guru dengan siswa baik siswa laki-laki maupun perempuan. Selain itu
juga, interaksi antara siswa dengan siswa dapat terjadi pada saat
berlangsungnya kerja kelompok dimana siswa diminta untuk memperdalam
materi melalui pemecahan masalah yang diberikan oleh guru.
C.
Pembatasan Masalah
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interaksi belajar mengajar
di kelas yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung terutama pada
saat guru memaparkan materi secara klasikal maupun pada saat diskusi
kelompok. Oleh karena keterbatasan waktu dan tenaga maka penelitian ini
dibatasi pada interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan gurur, siswa
dengan siswa serta interaksi siswa saat diskusi kelompok. Dalam hal ini,
siswa yang dimaksud adalah siswa laki-laki dan perempuan.
D.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut maka yang menjadi masalah dalam
penelitian ini adalah:
1.
Bagaimana interaksi belajar mengajar dalam pembelajaran
matematika di kelas?
2.
Adakah keterkaitan interaksi belajar mengajar matematika dengan
gender?
E.
Tujuan Penelitian
1.
Mendapatkan informasi tentang interaksi belajar mengajar dalam
pembelajaran matematika di kelas.
2.
Mendapatkan informasi tentang keterkaitan interaksi belajar
mengajar matematika dengan gender.
F.
Penjelasan Istilah
Istilah-istilah dalam rumusan masalah diatas didefinisikan sebagai
berikut:
1.
Interaksi
Interaksi adalah suatu hubungan antara 2 individu atau lebih,
sehingga kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah
atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.
2.
Interaksi belajar mengajar matematika
Pada penelitian ini, interaksi yang dimaksud adalah interaksi
yang berlangsung dalam satu ikatan untuk tujuan pendidikan dan
pengajaran matematika atau interaksi yang terjadi dan dialami siswa
laki-laki maupun perempuan. Interaksi ini meliputi keaktifan siswa
dalam pelajaran matematika baik siswa laki-laki maupun siswa
perempuan; keaktifan bertanya, keaktifan menjawab pertanyaan,
keaktifan dalam mengerjakan soal, diskusi antar siswa dalam
pelajaran matematika.
4.
Diskusi kelompok
Pada penelitian ini, diskusi kelompok yang dimaksud adalah
diskusi yang berlangsung pada saat berlangsungnya kegiatan belajar
mengajar dimana guru memaparkan materi (diskusi kelas) maupun
pada saat siswa-siswa dibagi dalam beberapa kelompok kecil
(diskusi kelompok kecil).
5.
Gender
Gender adalah konsep yang menunjuk pada perbedaan antara
laki-laki dan perempuan, yang terjadi karena dikonstruksi secara
social maupun cultural. Pada penelitian ini, laki-laki dan perempuan
sebagai acuan untuk melihat interaksi belajar mengajar matematika
di kelas.
G.
Manfaat Penelitian
1.
Bagi peneliti
Peneliti sebagai calon guru mengetahui bagaimana
langkah-langkah yang sebaiknya diambil agar dalam pembelajaran tercipta
interaksi belajar mengajar matematika yang efektif.
2.
Bagi guru
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan
bahan pertimbangan bagi guru agar dalam pembelajaran dapat
memilih metode pembelajaran yang membuat siswa menjadi aktif
sehingga terciptanya interaksi belajar mengajar matematika di kelas
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Konsep Gender
1.
Pengertian Gender
Gender seringkali diartikan sebagai kelompok laki-laki,
perempuan atau perbedaan jenis kelamin. Untuk memahami kata
gender, haruslah dibedakan antara seks atau jenis kelamin dengan
gender. Secara struktur biologis atau jenis kelamin, manusia terdiri
dari laki-laki dan perempuan yang masing-masing memiliki alat dan
fungsi biologis yang melekat serta tidak dapat dipertukarkan. Laki-laki
tidak dapat menstruasi, karena tidak memiliki organ peranakan,
sedangkan perempuan tidak bersuara berat, tidak berkumis, karena
keduanya memiliki hormon yang berbeda (Mansour Fakih : 2012).
Menurut Mansour Fakih (2012), menyatakan bahwa konsep
gender yakni suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki dan
perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural. Misalnya,
perempuan dikenal lemah lembut, cantik, emosional, atau keibuan.
Sementara laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan, perkasa. Ciri dari
sifat itu sendiri merupakan sifat-sifat yang dapat dipertukarkan.
Artinya ada laki-laki yang emosional, lemah lembut, keibuan,
sementara juga ada perempuan yang kuat, rasional, perkasa.
kelamin. Gender bukanlah perempuan atau laki-laki. Gender hanya
memuat perbedaan fungsi dan peran social laki-laki dan perempuan,
yang terbentuk oleh lingkungan tempat kita berada. Gender itu sendiri
merupakan suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun
perempuan, dimana sifat-sifat tersebut dikonstruksi secara social
maupun cultural oleh berbagai media, sehingga dapat dikenal dan
dikonsumsi oleh khalayak. Misalnya bahwa perempuan itu dikenal
lembut, cantik, emosional, atau keibuan, sementara laki-laki dianggap
kuat, rasional,perkasa dan jantan. Ciri dari sifat tersebut merupakan
sifat-sifat yang dapat dipertukarkan dan berubah dari waktu ke waktu
(Ervita, 2002), dimana ada pula laki-laki yang jantan, emosional,
lembut maupun perkasa, begitu pula dengan wanita ada yang kuat,
rasional, perkasa dan sebagainya.
Unger (1979, dalam Brannon, 1996) mendeskripsikan gender
sebagai sifat-sifat dan perilaku-perilaku yang dianggap sesuai atau
pantas untuk laki-laki dan perempuan oleh kebudayaan. Gender
merupakan label social dan bukan deskripsi dari biologis. Label ini
termasuk karakteristik yang berasal dari kebudayaan untuk setiap jenis
kelaminnya dan karakteristik jenis kelamin ini yang kemudian
ditanamkan individu dalam dirinya sendiri. Corolyn Sherif (1982,
2.
Pengertian Peran Gender
Peran gender menurut Myers (1996) merupakan sekumpulan
perilaku-perilaku yang diharapkan (norma-norma) untuk laki-laki dan
perempuan. Bervariasinya peran gender diantara berbagai budaya serta
jangka waktu menunjukkan bahwa budaya memang membentuk peran
gender kita. Peran gender merupakan sekumpulan perilaku-perilaku
yang diharapkan (norma-norma) untuk laki-laki dan perempuan,
Wiliam-de Vries (2006) juga menyatakan bahwa peran gender adalah
peran yang diciptakan masyarakat bagi laki-laki dan perempuan
sebagai hasil bentukan sosial, dan tentunya peran gender sangat sangat
mungkin dipertukarkan diantara laki-laki dan perempuan.
Menurut Santrock (2002), peran gender juga merupakan
seperangkat harapan yang menggambarkan bagaimana laki-laki dan
perempuan seharusnya berpikir, merasa dan bertindak. Peran gender
merujuk pada suatu norma perilaku berbeda yang diasosiasikan dengan
laki-laki dan perempuan. Individu yang memegang dengan tepat
peraturan-peraturan gender tersebut bisa dikatakan memiliki identitas
peran gender maskulin atau feminin. (Bem, 1974).
3.
Pengertian Identitas Peran Gender
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa identitas
perempuan sesuai jenis kelaminnya, dimana kemudian individu akan
memegang dan menanamkan peraturan atau peran gender tersebut
dalam dirinya.
Berikut merupakan perbedaan emosional dan intelektual antara
laki-laki dan perempuan yang diidentifikasikan Unger (1973, dalam Ervita,
2002).
Tabel II.1 Perbedaan emosional dan intelektual
antara laki-laki dan perempuan
Laki-laki
Perempuan
Sangat menyukai pengetahuan eksakta
Kurang menyukai eksakta
Lebih aktif
Lebih pasif
Lebih bebas berbicara
Kurang bebas berbicara
Lebih kompetitif
Kurang kompetitif
Lebih logis
Kurang logis
Tudak mudah goyah terhadap krisis
Mudah goyah menghadapi krisis
Sangat agresif
Tidak terlalu agresif
Independen
Tidak terlalu independen
Tidak emosional
Lebih emosional
Dapat menyembunyikan emosi
Sulit menyembunyikan emosi
Lebih objektif
Lebih subjektif
Tidak mudah berpengaruh
Mudah berpengaruh
Tidak submisif
Lebih submisif
Lebih mendunia
Berorientasi ke rumah
Lebih terampil berbisnis
Kurang terampil berbisnis
Lebih berterus terang
Kurang berterus terang
Memahami seluk beluk perkembangan
dunia
Kurang
memahami
seluk
beluk
perkembangan dunia
Berperasaan tidak mudah tersinggung
Berperasaan mudah tersinggung
Jarang menangis
Lebih sering menangis
Umumnya
selalu
tampil
sebagai
pemimpin
Tidak umum tampil sebagai pemimpin
Penuh rasa percaya diri
Kurang rasa percaya diri
Lebih banyak mendukung sifat agresif
Kurang senang terhadap sikap agresif
Lebih ambisi
Kurang ambisi
Lebih mudah membedakan rasa dan rasio Sulit membedakan antara rasa dan rasio
Lebih merdeka
Kurang merdeka
Tidak canggung dala penampilan
Lebih canggung dalam penampilan
Pemikiran lebih unggul
Pemikiran kurang unggul
B.
Interaksi Belajar Mengajar
1.
Pengertian interaksi
Menurut Thibaut & Kelley (Moh. Ali & Moh. Asrori: 2004),
interaksi sebagai peristiwa saling memengaruhi satu sama lain ketika
dua orang atau lebih hadir bersama, mereka menciptakan suatu hasil
satu sama lain, atau berkomunikasi satu sama lain. Jadi, dalam setiap
kasus interaksi, tindakan setiap orang bertujuan untuk memengaruhi
satu sama lain.
Chaplin (Moh. Ali & Moh. Asrori: 2004) juga mendefinisikan
bahwa interaksi merupakan hubungan sosial antara beberapa individu
yang bersifat alami yang individu-individu itu saling memengaruhi
satu sama lain secara serempak.
individu lain diberi ganjaran
(reward)
atau hukuman (
punishment)
dengan menggunakan suatu aktivitas atau sentimen oleh individu lain
yang menjadi pasangannya. Jadi, konsep yang dikemukakan oleh
Homans (1974) mengandung pengertian bahwa suatu tindakan yang
dilakukan oleh seseorang dalam suatu interaksi merupakan suatu
stimulus bagi tindakan individu lain yang menjadi pasangannya. Shaw
(1976) mendefinisikan bahwa interaksi adalah suatu pertukaran antar
pribadi yang masing-masing orang menunjukkan perilakunya satu
sama lain dalam kehadiran mereka, dan masing-masing perilaku
mepengaruhi satu sama lain.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa interaksi
mengandung pengertian hubungan timbal balik antara dua orang atau
lebih, dan masing-masing orang yang terlibat di dalamnya memainkan
peran secara aktif. Pada interaksi juga lebih dari sekedar terjadi
hubungan antara pihak-pihak yang terlibat melainkan terjadi saling
memengaruhi.
2.
Interaksi belajar mengajar
Pada keseluruhan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah
berlangsung interaksi tenaga pendidik dan peserta didik dalam belajar
mengajar yang merupakan kegiatan paling pokok. Dengan demikian
Interaksi belajar mengajar memandang bahwa siswa adalah
subjek belajar dan bukan merupakan objek belajar, sedangkan guru
hanya berperan sebagai fasilitator yang diharapkan mampu
menciptakan iklim yang kondusif untuk kelancaran proses belajar
siswa.
Menurut Sardiman (2008) dalam interaksi belajar mengajar
terkandung unsur-unsur yang harus dipenuhi:
a)
Ada tujuan yang ingin dicapai
b)
Ada bahan atau pesan yang menjadi isi interaksi
c)
Ada pelajar yang aktif mengalami
d)
Ada guru yang melaksanakan
e)
Ada metode untuk mencapai tujuan
f)
Ada situasi yang memungkinkan proses belajar mengajar berjalan
dengan baik
g)
Ada penilaian terhadap hasil interaksi
Pada interaksi belajar mengajar, guru berkewajiban untuk
menjadi pendidik yang baik. Pendidikan oleh guru dapat dilakukan
dalam bentuk bimbingan, pelatihan dan pengajaran, serta pemeliharaan
dan pengarahan perkembangan siswa.
Ciri-ciri interaksi belajar mengajar menurut Edi Suardi
(Sardiman 2008) dapat dirinci sebagai berikut:
b)
Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncanakan,
didesain untuk mencapai tuuan yang telah ditetapkan;
c)
Interaksi belajar mengajar ditandai dengan satu penggarapan
materi yang khusus;
d)
Ditandai dengan adanya aktivitas siswa;
e)
Dalam interaksi belajar mengajar, guru berperan sebagai
pembimbing;
f)
Di dalam interaksi belajar mengajar dibutuhkan disiplin;
g)
Ada batas waktu.
Dari unsur-unsur yang termuat dalam interaksi belajar
mengajar diatas penulis menarik beberapa unsur yaitu:
a)
Relasi guru dengan siswa di kelas
b)
Relasi siswa dengan siswa di kelas
c)
Kedisiplinan siswa saat kegiatan belajar mengajar.
3.
Bentuk-Bentuk Interaksi Belajar Mengajar
Pada pelaksanaan belajar mengajar guru mendesain interaksi
belajar mengajar dengan memilih bentuk yang tepat sesuai dengan
tujuan pengajaran dengan materi pelajaran yang diberikan, serta sesuai
dengan siswa yang akan belajar itu sendiri.
Adapun bentuk-bentuk interaksi belajar mengajar yang dapat
a)
Interaksi ketika guru melakukan transfer pengetahuan kepada
siswa.
Bentuk interaksi ini menunjukkan bahwa guru mengajar di
sekolah hanya menyuapi materi kepada siswa. Siswa selalu
menerima suapan itu tanpa komentar, tanpa aktif berfikir.
Pelaksanaan bentuk interaksi transfer pengetahuan menekankan
betapa pentingnya peran guru dalam proses pembelajaran, gurulah
yang aktif murid pasif, semua kegiatan berpusat pada guru
(teacher-centered)
. Hubungan guru dan siswa disini hanya
berlangsung sepihak yaitu dari pihak guru. Bentuk interaksi belajar
mengajar semacam ini guru sebagai sumber segala pengetahuan,
sumber segala kebenaran. Semua yang dikatakan guru dipegang
siswa sebagai sesuatu kebenaran yang mutlak.
b)
Interaksi ketika guru mengajar siswa bagaimana caranya belajar.
Pada bentuk ini guru hanya merupakan salah satu sumber
belajar, bukan sekedar menyuapi materi saja kepada siswa, guru
tugasnya sekedar sebagai fasilitator, menciptakan kondisi yang
memungkinkan siswa agar giat belajar, guru melontarkan
masalah-masalah, agar siswa mampu dan timbul inisiatif untuk
memecahkan masalah tersebut. Guru memberikan aksi-aksi yang
c)
Interaksi ketika terjadinya hubungan interaktif antara guru dan
siswa.
Bentuk interaksi ini menunjukkan adanya hubungan
interaktif antara guru dan siswa, serta antara siswa dengan siswa.
Tiap individu ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran.
Selama pembelajaran guru hanya menciptakan situasi dan kondisi,
agar tiap individu dapat aktif belajar. Dengan demikian maka akan
timbul proses belajar mengajar yang aktif. Dalam proses belajar
mengajar semacam ini siswa dapat menerima dari guru, tetapi
dapat juga menerima pengalaman dari siswa yang lain. Keadaan ini
memungkinkan adanya interaktif antara guru dan siswa, serta
antara siswa dengan siswa.
d)
Interaksi yang terjadi ketika siswa melakukan konsultasi dengan
guru
Bentuk interaksi ini menunjang siswa untuk memperoleh
pengalaman dari teman-temannya sendiri, kemudian pengalaman
tersebut dikonsultasikan kepada guru. Atau sebaliknya suatu
masalah dihadapkan kepada siswa yang lain dan siswa yang
memecahkannya, kemudian baru dikonsultasikan kepada guru.
Guru harus mampu memberikan motivasi, agar siswa mampu
memahami serta dapat memecahkan masalah.
4.
Siswa yang aktif
ini, baik secara fisik/jasmani maupun secara mental/rohani aktif.
Banyak jenis aktivitas yang dilakukan oleh siswa di sekolah. Aktivitas
siswa tidak cukup hanya mendengarkan mencatat seperti yang biasa
terdapat di sekolah-sekolah. Menurut Paul B. Diendrich (Sardiman,
2008) kegiatan siswa dapat digolongkan sebagai berikut:
a)
Visual activities
yang termasuk didalamkannya misalnya,
membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan;
b)
Oral activities
seperti : bertanya, mengeluarkan pendapat,
menyatakan,
merumuskan,
memberi
saran,
mengadakan
wawancara, interupsi, diskusi.
c)
Listening activities
; sebagai contoh, mendengarkan : uraian,
percakapan, diskusi, musik, pidato.
d)
Writing activities
, seperti misalnya menulis cerita, karangan,
laporan, angket, menyalin.
e)
Drawing activities
, misalnya menggambar, membuat grafik, peta,
diagram.
f)
Motor activities
, yang termasuk didalamnya antara lain :
melakukan percobaan, membuat konstruksi, model reparasi,
bermain, berkebun, beternak.
g)
Mental
activities
, sebagai contoh misalnya: menanggapi,
h)
Emotional activities
, seperti misalnya menaruh minat, merasa
bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
Jadi dengan klasifikasi aktivitas siswa seperti diuraikan diatas,
menunjukkan bahwa aktivitas siswa itu sangat komplek dan bervariasi.
Apabila berbagai macam kegiatan tersebut dapat diciptakan di sekolah
maka kegiatan tersebut akan benar-benar menjadi pusat aktivitas
belajar yang maksimal serta dapat memperlancar jalannya proses
interaksi belajar mengajar.
5.
Guru yang melaksanakan
Peranan dan kedudukan guru yang tepat dalam proses interaksi
belajar mengajar, akan menjamin tercapainya tujuan interaksi belajar
mengajar. Adapun peranan guru dalam interaksi belajar mengajar
antara lain sebagai berikut (Roestiyah, 1986)
a)
Sebagai fasilitator, ialah menyediakan situasi-kondisi yang
dibutuhkan oleh individu yang belajar;
b)
Sebagai pembimbing, ialah memberikan bimbingan siswa dalam
interaksi belajar agar siswa mampu belajar dengan lancar dan
berhasil secara efektif dan efesien;
c)
Sebagai motivator, ialah memberikan dorongan semangat agar
siswa mau dan giat belajar;
e)
Sebagai manusia sumber, dimana guru dapat memberikan
informasi apa yang dibutuhkan oleh siswa, baik pengetahuan,
ketrampilan maupun sikap.
Adapun kedudukan guru dalam interaksi belajar mengajar
antara lain ialah:
a)
Berfungsi sebagai pengajar
Sebagai pengajar seorang guru diharapkan menyediakan
situasi dan kondisi belajar untuk siswa didalam interaksi belajar
mengajar. Maksudnya menyediakan segala sesuatu yang
dibutuhkan siswa didalam belajar, berupa : pengetahuan, sikap,
ketrampilan, sarana maupun prasarana serta fasilitas material.
b)
Berfungsi sebagai pemimpin
Seorang guru berfungsi sebagai pemimpin, ialah sebagai
pemimpin yang demokratis. Sifat itu sangat diharapkan bagi
seorang guru, hal mana ia bersifat terbuka, mau mendengarkan
pendapat orang lain, keluhan, pikiran, perasaan, ide para siswa,
serta bersedia bekerja sama, saling mengerti dan toleransi. Bukan
sebagai orang yang berkuasa penuh, bertindak atas pertimbangan
yang menguntungkan dirinya saja, tanpa memikirkan kepentingan
siswanya, serta bukan seseorang yang bersifat masa bodoh,
c)
Berfungsi sebagai pengganti orang tua
Seorang guru berfungsi sebagai wakil dari orang tua siswa,
maksudnya didalam interaksi belajar mengajar, guru bersikap
sebagai orang tua terhadap anaknya, sehingga interaksi akan
berjalan dengan suasana yang menyenangkan dan intim.
C.
Diskusi Kelompok
1.
Pengertian Diskusi Kelompok
Moh. Uzer Usman (2008) menyatakan bahwa diskusi
kelompok merupakan suatu proses yang teratur yang melibatkan
sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan
berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan atau
pemecahan masalah.
Menurut Tohirin (2007) diskusi kelompok merupakan salah
satu cara dimana siswa memperoleh kesempatan untuk memecahkan
masalah secara bersama-sama.
Menurut Dewa Ketut Sukardi (2008) diskusi kelompok adalah
suatu pertemuan dua orang atau lebih, yang ditunjukkan untuk saling
tukar pengalaman dan pendapat, dan biasanya menghasilkan suatu
keputusan bersama.
Menurut beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
diskusi itu secara jujur berusaha memperoleh kesimpulan setelah
mendengarkan atau mempelajari, serta mempertimbangkan
pendapat-pendapat yang dikemukakan dalam diskusi.
2.
Jenis-jenis diskusi kelompok
Menurut Roestiyah (1991) jenis-jenis diskusi ada beberapa
macam yaitu:
a)
Whole group
, suatu diskusi dimana anggota kelompok yang
melaksanakan tidak lebih dari 15 orang.
b)
Buzz-group
, suatu kelompok besar dibagi menjadi 2 sampai 8
kelompok yang lebih kecil, jika diperlukan kelompok kecil ini
diminta melaporkan apa hasil diskusi kelompok itu pada kelompok
besar.
c)
Panel,
pada panel dimana satu kelompok kecil (antara 3 sampai 6
orang) mendiskusikan suatu subyek tertentu, mereka duduk dalam
suasana semi lingkaran dihadapkan pada satu kelompok besar
lainnya.
d)
Symposium
, teknik ini menyerupai panel, hanya sifatnya lebih
formal. Pada teknik ini peranan moderator lebih banyak
mengkoordinir pembicaraan saja. Teknik
symposium
kadang-kadang mengalami kesulitan disebabkan oleh pertama, sukar
seperti dalam panel, sehingga jalannya
symposium
sering tampak
kurang lancar. Ketiga, sukar sekali mengendalikan
sambutan-sambutan, sehingga kerap kali memperpanjang waktu yang sudah
ditentukan. Namun demikian teknik
symposium
memiliki
keunggulan pula dalam penggunaanya. Teknik ini membahas
hal-hal yang relevan dan memberi kesempatan pada pendengarnya
untuk berpartisipasi aktif.
e)
Coalogium
, adalah cara berdiskusi yang dijalankan oleh satu atau
beberapa orang narasumber, yang berpendapat, menjawab
pertanyaan-pertanyaan tetapi tidak dalam bentuk pidato. Dalam
bentuk wawancara dengan narasumber tentang pendapatnya
mengenai suatu masalah, kemudian mengundang
pertanyaan-pertanyaan tambahan dari para pendengar.
f)
Informal-debate
, dalam diskusi ini dilaksanakan dengan membagi
kelompok menjadi 2 tim yang sama kuat dan jumlahnya agar
seimbang. Kedua tim ini mendiskusikan subjek yang cocok untuk
diperdebatkan dengan tidak menggunakan banyak peraturan,
sehingga jalannya perdebatan lebih bagus.
g)
Fish Bowl
, dalam diskusi ini terdiri dari seorang moderator dan
satu atau tiga narasumber pendapat, mereka duduk dalam semi
besar, untuk menduduki kursi yang kosong yang ada didepan
mereka.
Menurut Wina Sanjaya (2006) macam-macam jenis diskusi
kelompok antara lain:
a)
Diskusi kelas,
disebut juga diskusi kelompok besar adalah proses
pemecahan masalah yang dilakukan oleh seluruh anggota kelas
sebagai peserta diskusi. Prosedur yang digunakan dalam jenis
diskusi ini pertama, guru membagi tugas sebagai pelaksanaan
diskusi, siapa yang akan menjadi moderator dan penulis. Kedua,
sumber masalah (guru, siswa atau ahli tertentu dari luar)
memaparkan masalah yang harus dipecahkan selama 10-15 menit.
Ketiga, siswa diberi kesempatan untuk menanggapi permasalahan
setelah mendaftar pada moderator. Keempat, sumber masalah
memberi tanggapan dan kelima, moderator menyimpulkan hasil
diskusi.
b)
Diskusi kelompok kecil,
dilakukan dengan membagi siswa dalam
kelompok-kelompok. Jumlah anggota kelompok antara 3-5 orang.
Pelaksanaannya dimulai dengan guru menyajikan permasalahan
secara umum, kemudian masalah tersebut dibagi-bagi kedalam
submasalah yang harus dipecahkan oleh setiap kelompok kecil.
c)
Symposium,
adalah metode mengajar dengan membahas suatu
persoalan dipandang dari berbagai sudut pandang berdasarkan
keahlian.
Symposium
dilakukan utntuk memberikan wawasan yang
luas kepada siswa. Setelah para penyaji memberikan pandangan
tentang masalah yang dibahas, maka symposium diakhiri dengan
pembacaan kesimpulan hasil kerja tim perumus yang telah
ditentukan sebelumnya.
d)
Diskusi panel,
adalah pembahasan suatu masalah dilakukan oleh
beberapa orang panelis yang biasanya terdiri dari 4-5 orang
dihadapan audiens. Diskusi panel berbeda dengan diskusi lainnya.
Dalam diskusi panel audiens tidak terlibat secara langsung, tetapi
berperan hanya sekedar peninjau para panelis yang sedang
melaksanakan diskusi. Oleh sebab itu, agar diskusi panel efektif
perlu digabungkan dengan metode lain, misalnya dengan metode
penugasan. Siswa disuruh untuk merumuskan hasil pembahasan
dalam diskusi.
Dari berbagai jenis diskusi kelompok diatas tidak semuanya
akan digunakan. Dalam penelitian ini jenis diskusi kelompok yang
digunakan adalah diskusi kelompok kecil. Karena dalam diskusi
kelompok kecil setiap siswa mendapat kesempatan untuk menuangkan
masing-masing kelompok kecil akan melaporkan hasil diskusinya
kekelompok besar.
D.
Kerangka Berpikir
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, kita dapat
mengetahui bahwa interaksi dalam pembelajaran matematika di kelas sangat
penting demi menunjang efektifitas proses kegiatan belajar-mengajar
matematika serta tercapainya tujuan pembelajaran. Interaksi belajar
mengajar merupakan hubungan interaktif antara guru dan siswa serta siswa
dengan siswa. Tiap individu ikut aktif, tiap individu memegang peranan
didalam proses interaksi belajar mengajar. Dengan adanya interaksi antara
guru dengan siswa, siswa dengan guru serta siswa dengan siswa, membantu
guru untuk melihat keterlibatan serta keaktifan siswa dalam pembelajaran
terlebih pada saat pemaparan materi. Demikian juga halnya dengan kerja
kelompok, dengan adanya kerja kelompok membantu siswa untuk saling
berinteraksi guna memperdalam atau memecahkan masalah yang diberikan
oleh guru. Siswa yang tidak berani mengungkapkan pendapat pada saat
diskusi kelas mendapatkan peluang untuk memberikan ide-ide guna
penyelesaian masalah.
Penelitian ini akan memaparkan terjadinya interaksi belajar mengajar
matematika di kelas yang meliputi interaksi guru dengan siswa, siswa
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitian deskriptif
dengan pendekatan kualitatif, tetapi juga didukung oleh pendekatan
kuantitatif. Penelitian kualitatif bertujuan untuk memberikan uraian yang
kaya atau
“padat”
tentang fenomena yang diselidiki serta melibatkan
pengumpulan data dalam bentuk laporan verbal naturalistic dan analisis
yang dilakukan bersifat tertulis (Smith, 2009). Penelitian ini bertujuan atau
diarahkan untuk mendeskripsikan proses interaksi belajar mengajar antara
guru dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan siswa serta interaksi
siswa saat diskusi kelompok. Siswa yang dimaksud adalah siswa laki-laki
dan perempuan. Selain itu juga mendeskripsikan sejauh mana proses
pembelajaran tersebut mampu melibatkan siswa secara aktif selama
mengikuti proses pembelajaran matematika.
Menurut Suhardi Sigit (2003), penelitian deskriptif adalah penelitian
yang fenomena yang sudah terjadi. Dalam hal ini dilakukan dengan apa
adanya tanpa memanipulasi data.
Suryabrata (2002) mengatakan bahwa
penelitian deskriptif adalah akumulasi data mendasar dalam cara atau
metode deskriptif yang semata-mata tidak perlu untuk mencari atau
Dalam penelitian ini, pendekatan kualitatif digunakan untuk
menentukan banyaknya siswa yang melakukan aktivitas yang berkaitan
dengan interaksi belajar mengajar matematika. Dalam hal ini, siswa dirinci
sesuai dengan gender yaitu siswa laki-laki dan siswa perempuan
B.
Subjek Penelitian
Sarantakos dalam Poerwandari (2005) menjelaskan bahwa penentuan
subjek dalam penelitian kualitatif, umumnya menampilkan karakteristik
yang diarahkan pada kasus-kasus tipikal sesuai kekhususan masalah
penelitian, bukan pada banyak subjek yang besar. Dalam penelitian
kualitatif, suatu subjek penelitian dipilih karena secara tipikal dapat
mewakili fenomena yang diteliti. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini, teknik
pemilihan subjek yang digunakan adalah
purposive sampling. Purposive
sampling
adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan
pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2008). Pertimbangan-pertimbangan dalam
pemilihan subjek penelitian antara lain, subjek yang dipilih dapat
memberikan informasi secara maksimal yang berkaitan dengan tujuan
penelitian, yakni mendeskripsikan interaksi belajar mengajar dalam
pembelajaran matematika di kelas dalam kaitannya dengan gender. Oleh
karena itu, peneliti memilih siswa-siswa kelas VIII A Tahun Ajaran
2014/2015 dan guru matematika SMP Kanisius Gayam sebagai subjek
C.
Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah interaksi antara guru dengan siswa, siswa
dengan guru, siswa dengan siswa dan interaksi siswa saat diskusi kelompok
yang dilihat dari segi gender.
D.
Waktu dan Tempat Penelitian
Pengambilan data pada penelitian ini dilaksanakan mulai Bulan
Agustus sampai September sesuai dengan jadwal pelajaran matematika yaitu
setiap hari Rabu, Kamis dan jumat di SMP Kanisius Gayam Yogyakarta
Tahun Pelajaran 2014/2015.
E.
Bentuk Data
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif dan didukung
oleh pendekatan kuantitatif. Data yang dikumpulkan adalah data mengenai
interaksi belajar mengajar matematika di kelas yang berupa interaksi antara
guru dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan siswa serta interaksi
siswa saat diskusi kelompok dalam kaitannya dengan gender.
F.
Metode Pengumpulan Data
Pada penelitian ini data dikumpulkan melalui pengamatan secara
langsung di kelas. Pengumpulan data berdasarkan pada hasil rekaman serta
Adapun langkah-langkah metode pengumpulan data dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1.
Pengamatan dengan bantuan sebuah kamera yang akan merekam
semua aktivitas siswa selama pembelajaran matematika di kelas.
2.
Pengamatan dengan menggunakan lembar observasi yang terdiri dari
lembar aktivitas guru di kelas (interaksi guru dengan siswa) dan
aktivitas siswa di kelas (interaksi siswa dengan guru, interaksi siswa
dengan siswa, interaksi siswa saat diskusi kelompok).
G.
Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini adalah :
1.
Peneliti
Peneliti sebagai
human instrument
, berfungsi menetapkan
fokus penelitian, menentukan subyek penelitian, melakukan
pengumpulan data dan membuat kesimpulan atas temuannya.
2.
Lembar Observasi
Observasi dilakukan untuk mengetahui interaksi yang terjadi
dalam pembelajaran matematika di kelas. Lembar observasi
digunakan untuk memperoleh data tentang interaksi belajar mengajar
di kelas yang meliputi interaksi guru dengan siswa, siswa demgam
guru, siswa dengan siswa serta interaksi siswa saat diskusi
a.
Lembar Observasi Guru dan siswa
1)
Interaksi Guru Dengan siswa
Tabel III.1 Interaksi Guru Dengan Siswa
No Aspek yang diamati
Pelaksanaan
Keterangan Ya Tidak
1 Guru memberi salam kepada siswa
2 Guru memeriksa kesiapan ruangan dan alat pembelajaran.
3 Guru memeriksa kesiapan siswa untuk memulai pembelajaran.
4 Guru melakukan kegiatan apersepsi yang melibatkan keaktifan siswa
5 Guru berusaha untuk berkomunikasi dengan siswanya.
6 Guru selalu memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
7 Guru menunjukkan sikap terbuka terhadap respons siswa dengan
menerima dan menghargai pendapat yang disampaikan.
8 Guru menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar
9 Guru menegur siswa yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah
10 Guru menegur siswa yang ramai pada saat proses belajar mengajar berlangsung
11 Guru menjelaskan materi pengajaran dengan kecepatan yang wajar dan sesuai dengan situasi kelas
12 Guru melibatkan siswa pada seluruh kegiatan yang berlangsung selama proses belajar mengajar.
13 Dalam menyelesaikan masalah matematika, guru mendiskusikan pemecahannya dengan siswa.
14 Guru dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dalam proses belajar mengajar
15 Guru memberi tugas kelompok
16 Guru mengatur strategi kerja kelompok
17 Guru mengintruksikan siswa untuk berkumpul sesuai dengan kelompoknya masing-masing dengan cepat dan tenang.
18 Guru mengingatkan siswa mengenai sikap yang harus dilaksanakan selama belajar/kerja kelompok.
19 Guru memonitor kinerja siswa dalam belajar kelompok dan memberikan bimbingan apabila ada kelompok yang mengalami kesulitan
20 Guru menyediakan waktu untuk berbicara dengan siswa, dalam pemecahan masalah matematika yang dihadapi oleh siswa
21 Guru melakukan refleksi pembelajaran dengan melibatkan siswa 22 Guru menyusun rangkuman dengan melibatkan siswa
2)
Interaksi Siswa dengan guru
Tabel III.2 Interaksi Siswa Dengan Guru
No Hal yang diamati
Siswa
Keterangan Laki-laki Perempuan
2. Siswa terlibat aktif dalam kegiatan apersepsi dengan mengemukakan pendapat atau menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.
3 Siswa berani bertanya secara lisan kepada guru ketika mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran maupun mengerjakan soal matematika.
4 Siswa menjawab ketika ditanya oleh guru secara bersama-sama. 5 Siswa mengajukan pendapat tentang pemecahan masalah
matematika yang dibicarakan.
6 Siswa mengungkapkan pendapatnya secara lisan ketika pendapat temannya kurang tepat atau salah.
b.
Lembar Observasi Interaksi siswa dengan siswa
Tabel III.3 Interaksi Siswa Dengan siswa
No Hal yang diamati
Siswa
Keterangan Laki-laki Perempuan
1 Siswa mengomentari pendapat temannya
2 Siswa menghargai pendapat temannya yang dianggap baik atau tepat.
3 Siswa mendatangi temannya ketika ingin bertanya.
4 Siswa menyebut nama temannya ketika akan menanyakan hal yang belum bisa.
5 Siswa bertanya secara lisan kepada temannya ketika mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal
6 Siswa menjawab ketika ditanya temannya yang kesulitan dalam mengerjakan soal.
c.
Lembar Observasi Interaksi Siswa Saat Diskusi Kelompok
Tabel III.4 Interaksi Siswa saat diskusi kelompok
No Hal yang diamati
Siswa
Keterangan Laki-laki Perempuan
1 Siswa bekerja sama dalam kelompoknya dengan menyampaikan pendapat guna menyelesaikan soal-soal latihan.
2 Siswa bertanya pada teman satu kelompoknya jika mengalami kesulitan sebelum bertanya pada guru.
3 Siswa berani mempertahankan pendapatnya ketika diskusi.
5 Siswa menghargai/mendukung pendapat temannya yang
dianggap baik.
6 Siswa mengungkapkan pendapatnya ketika pendapat temannya kurang tepat atau salah.
H.
Validitas Instrumen Penelitian dan Validitas Data
Instrumen penelitian yang berupa lembar observasi diuji dengan
“
expert justification”,
yaitu mengkonsultasikan instrumen-instrumen
tersebut pada orang lain yang peneliti anggap lebih ahli, dalam hal ini
instrumen-instrumen tersebut dikonsultasikan dengan dosen pembimbing.
Berdasarkan kritik, saran, dan petunjuk yang diberikan semua instrumen
tersebut diperbaiki dan dinyatakan handal atau valid, sehingga diperoleh
data yang valid pula. Selain itu validitas data diupayakan dengan beberapa
langkah (Sugiyono, 2008) sebagai berikut:
1.
Keterlibatan yang cukup intensif dengan subjek di lokasi penelitian
yang dilakukan selama 5 kali pertemuan.
2.
Peneliti bersifat netral sebagai upaya untuk menjaga obyektivitas.
3.
Melakukan pengamatan yang berulang-ulang (teknik triangulasi). Data
yang diperoleh dari lembar observasi dicek dengan transkrip video.
4.
Melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan
5.
Adanya pendukung untuk membuktikan data yang ditemukan oleh
peneliti seperti rekaman atau video.
I.
Teknik Analisis Data
Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif. Data
yang dikumpulkan adalah data mengenai interaksi antara guru dengan siswa,
data yang diperoleh di lapangan dengan menggunakan alat perekam
“handy
-cam”
ditranskrip agar diperoleh data yang representatif.
Data yang diperoleh peneliti ditranskrip dalam bentuk uraian atau
laporan yang terperinci, kemudian dianalisis dengan metode deskriptif
kualitatif yaitu dengan menyimpulkan secara kualitatif seluruh hasil
pengamatan.
Proses analisis data yang digunakan meliputi:
1.
Transkripsi data pembelajaran
Proses transkripsi ini merupakan penyajian kembali segala sesuatu
yang tampak dalam hasil rekaman video berupa pelaksanaan kegiatan
pembelajaran selama 5 kali pertemuan dalam bentuk narasi tertulis.
2.
Transkripsi data hasil pengamatan
Transkripsi data pengamatan merupakan data yang diperoleh
berdasarkan pada proses pembelajaran di kelas sesuai dengan lembar
observasi yang telah dipersiapkan oleh peneliti.
3.
Topik-topik data
Topik-topik data merupakan rangkuman bagian data yang
mengandung makna tertentu yang diteliti. Sebelum menentukan
topik-topik data peneliti menentukan makna-makna apa saja yang
terkandung dalam penelitian, dalam hal ini yaitu tentang interaksi
4.
Kategorisasi data
Kategorisasi data merupakan proses membandingkan topik-topik data
satu sama lain sehingga menghasilkan suatu kategori-kategori data.
Topik-topik data yang mempunyai kesamaan kandungan makna
kemudian dikumpulkan dan ditentukan suatu gagasan abstrak yang
mewak