• Tidak ada hasil yang ditemukan

Interaksi belajar mengajar matematika di kelas dalam kaitannya dengan gender pada siswa kelas VIII SMP Kanisius Gayam Yogyakarta tahun pelajaran 2014 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Interaksi belajar mengajar matematika di kelas dalam kaitannya dengan gender pada siswa kelas VIII SMP Kanisius Gayam Yogyakarta tahun pelajaran 2014 2015"

Copied!
157
0
0

Teks penuh

(1)

INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR MATEMATIKA DI KELAS

DALAM KAITANNYA DENGAN GENDER PADA SISWA KELAS VIII

SMP KANISIUS GAYAM YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun Oleh:

Izaura Monteiro Soares

NIM :101414068

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan Karya Ini Kepada :

Tritunggal Maha Kudus dan Bunda Maria yang memberkati dan

membimbing setiap langkahku;

Institut Puteri-Puteri Cinta Kasih;

Suster-Suster Provinsi St. Joseph;

Keluargaku Yang Selalu Mencintai Dan Mendukungku Dengan Doa;

Para Dosen, Sahabat, Teman Yang Mendukung Aku Dengan Cara Mereka

Masing-Masing;

(5)

MOTTO

“Rancangan

-

Ku Bukanlah Rancanganmu”

(Yesaya 55:8)

La Strada Della Pazienza è quella Che Santifica.

(Sta. Madalena De Canossa)

Segala Sesuatu Indah Pada Waktunya

(6)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 19 Desember 2014

Penulis

(7)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa universitas Sanata Dharma:

Nama

: Izaura Monteiro Soares

Nomor Induk Mahasiswa

: 101414068

Demi pengembanga Ilmu Pengetahuan, saya memberikan kepadaPerpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR MATEMATIKA DI KELAS

DALAM KAITANNYA DENGAN GENDER PADA SISWA KELAS VIII

SMP KANISIUS GAYAM YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN

2014/2015.

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata

Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis

tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya

selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta, 19 Desember 2014

Yang Menyatakan

(8)

ABSTRAK

Monteiro Soares, Izaura, 101414068, 2014. Interaksi Belajar Mengajar

Matematika di Kelas dalam Kaitannya dengan Gender pada Siswa Kelas

VIII SMP Kanisius Gayam Yogyakarta Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi.

Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan Dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk

mengetahui bagaimana interaksi belajar mengajar matematika di kelas dalam

kaitannya dengan gender, yang juga didukung oleh pendekatan kuantitatif. Subjek

penelitian adalah siswa kelas VIII A dan guru matematika di SMP Kanisius

Gayam Yogyakarta. Untuk memperoleh data penelitian, peneliti mengadakan 5

kali pengamatan pada tanggal 30 Agustus, 4, 6, 10 dan 11 September 2014.

Pengumpulan data diperoleh dengan cara merekam kegiatan pembelajaran serta

instrumen penelitian yang terdiri dari lembar pengamatan mengenai interaksi guru

dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan siswa serta interaksi siswa saat

diskusi kelompok. Selanjutnya data yang diperoleh ditranskrip dan dianalisis

dengan metode deskriptif kualitatif yaitu dengan menyimpulkan secara kualitatif

seluruh hasil pengamatan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Interaksi guru dengan siswa terjadi

dengan sangat efektif berkat komunikasi yang dibangun oleh guru dengan cara

memberi salam, memberitahu segala sesuatu yang berkaitan dengan pembelajaran,

memberi penjelasan mengenai materi melalui contoh soal/latihan, menyuruh

siswa untuk melakukan sesuatu yang berkaitan dengan pembelajaran, memberikan

pertanyaan yang sifatnya memicu keaktifan siswa, memberi motivasi dan

dukungan serta menegur siswa yang tidak serius dalam proses pembelajaran.

Interaksi siswa dengan guru terjadi ketika siswa memberi salam, menyampaikan

pendapat mengenai penyelesaian suatu masalah matematika serta bertanya sesuatu

yang belum dipahami. Interaksi siswa dengan siswa terlihat ketika antara siswa

saling memberikan salam dengan cara berjabat tangan, membahas soal secara

bersam-sama, bertanya kepada siswa lain jika mengalami kesulitan dalam

pembelajaran, memberikan bantuan dengan cara menjelaskan apa yang menjadi

kesulitan siswa lain. Interaksi siswa saat diskusi kelompok terlihat ketika setiap

anggota kelompok menyampaikan pendapat guna menyelesaikan masalah

matematika, bertanya jika mengalami kesulitan serta membantu teman dalam

sekelompok yang mengalami kesulitan. Dari keseluruhan interaksi yang terjadi

pada proses pembelajaran menunjukkan bahwa 84.21% dari jumlah siswa

laki-laki dan 93.33% dari jumlah siswa perempuan terlibat secara aktif. Oleh karena

itu, pada penelitian mengenai interaksi belajar mengajar di kelas tidak tampak

kaitannya dengan gender.

(9)

ABSTRACT

Monteiro Soares, Izaura, 101414068, 2014. Interaction in Mathematics

Teaching and Learning in the Classroom Related to Gender for Students of

Grade VIII SMP Kanisius Gayam Yogyakarta Academic Year 2014/2015.

Undergraduate Thesis. Mathematics Education Study Program, Faculty of

Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This qualitative study aimed to determine how the interaction of

mathematics teaching and learning in the classroom in terms of gender, which was

also supported by quantitative approach. The subjects were students of grade VIII

A and the Math teacher in Junior High School Kanisius Gayam Yogyakarta. To

obtain the data, the researcher held 5 times observations. They were conducted on

30 August, 4 Sept, 6 Sept, 10 Sept and 11 September 2014. The data were

obtained by recording the learning activities as well as using the research

instruments consisting of sheets of observations concerning the teacher to students

interaction, students to teacher interaction, students to students interaction, and

students interaction during the group discussion. Furthermore, the data obtained

were transcribed and analyzed using qualitative descriptive method which were

used to make conclusions from the entire observations.

The results showed that the interaction that occured among the teachers and

students were very effective. It was because the teacher was able to build a proper

communication atmosphere by greeting, telling everything to do with learning,

giving a description of the material through example problems / exercises, asking

the students to do things related to learning, asking questions that triggered

activity of students, providing motivation and support. It also worked on the

situation when some students were not serious and focus in the learning process.

Student to teacher interaction occured when students salute, express their opinions

on Math problem solving and ask for what they had not undersood. Students to

students interaction was seen when the students greeted one another and shaking

hands, discussing matters, asking for other’s help when they face difficulty in

learning, and providing assistance or peer assistance as well. Student interaction

during the group discussion was seen when each member of the group be able to

contribute in solving math problems, ask one another for help when they face

difficulties and help one another as well in the group. From the whole interactions

that occured in the learning process showed that 84.21% of male students were

actively involved, so were the 93.33% of female students. Therefore, the research

on teaching and learning interactions in the classroom did not seem to have

anything to do with gender.

(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas

karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

baik.

Skripsi yang berjudul “

INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR

MATEMATIKA DI KELAS DALAM KAITANNYA DENGAN GENDER

PADA SISWA KELAS VIII SMP KANISIUS GAYAM YOGYAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

ini disusun guna memenuhi sebagai

persyaratan dalam menyelesaikan Studi Program Strata 1 (S1) Program Studi

Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta. Hasil dari penelitian ini diharapkan nantinya dapat

bermanfaat untuk perkembangan belajar melalui interaksi belajar mengajar

matematika yang efektif di kelas.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan berjalan dengan

baik tanpa bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena

itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada:

1.

Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2.

Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd., selaku Kepala Program Studi

Pendidikan Matematika atas segala perhatian, motivasi, dukungan, dan

bantuannya.

(11)

4.

Bapak Prof. Dr. St. Suwarsono, selaku dosen pembimbing yang banyak

meluangkan waktu dalam memberi bimbingan, dukungan, dan arahan kepada

penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

5.

Bapak Beni Utomo, M.Sc., selaku dosen penguji yang dengan sabar dan

terbuka memberikan saran dan masukan.

6.

Bapak Dominikus Arif Budi Prasetyo, S.Si., M.Si., selaku dosen penguji yang

telah meluangkan waktu, memberikan saran dan masukan.

7.

Seluruh staf dosen JPMIPA Universitas Sanata Dharma, terima kasih atas

kebaikan, bimbingan, dan ilmu yang diberikan.

8.

Ibu Maria Hartini, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SMP Kanisius Gayam

Yogyakarta yang sudah memberikan kesempatan, kerjasama dan dukungan

melaksanakan penelitian untuk menyelesaikan skripsi ini.

9.

Ibu Ir. Margaretha A D N, MM selaku guru matematika yang telah

memberikan kesempatan dan membantu penulis selama melakukan

melakukan penelitian ini hingga selesai dengan baik.

10.

Siswa kelas VIII A SMP Kanisius Gayam Yogyakarta yang telah bersedia

bekerjasama selama penulis mengumpulkan data.

11.

Seluruh staf sekretariat JPMIPA, staf perpustakaan dan karyawan Universitas

Sanata Dharma yang telah membantu kelancaran proses belajar selama ini.

12.

Pimpinan Provinsial beserta Dewan Provinsi St. Yoseph East Timor yang

telah memberikan kesempatan serta dukungan baik spiritual maupun materil.

13.

Seluruh persaudaraan FdCC, khususnya para saudari FdCC komunitas

(12)

dukungan bagi penulis selama perkuliahan sampai dengan penyelesaian

skripsi ini.

14.

Kedua orang tua, saudara/i serta keponakanku yang selalu memberikan

dukungan dan doa sehingga saya dapat menyelesaikan studi dengan baik.

15.

Teman-teman Pendidikan Matematika Angkatan 2010, secara khusus Sr. M.

Hedwigis, FSGM, Sr. Angelika, FSE, Mita

16.

Semua pihak yang telah membantu dan memberi dukungan baik langsung atau

tidak langsung yang tidak bisa disebutkan satu persatu

Segala saran dan kritik sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang

membacanya.

Penulis

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

(14)

G. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II LANDASAN TEORI

A. Konsep Gender

1. Pengertian Gender ... 9

2. Pengertian Peran Gender ... 11

3. Pengertian Identitas Peran Gender ... 11

B. Interaksi Belajar Mengajar

1. Pengertian Interaksi ... 13

2. Interaksi Belajar Mengajar ... 14

3. Bentuk-Bentuk Interaksi Belajar Mengajar ... 16

4. Siswa Yang Aktif ... 18

5. Guru Yang Melaksanakan ... 20

C. Diskusi Kelompok

1. Pengertian Diskusi Kelompok ... 22

2. Jenis-Jenis Diskusi Kelompok ... 23

D. Kerangka Berpikir ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ... 28

B. Subjek Penelitian ... 29

C. Objek Penelitian ... 30

D. Waktu Dan Tempat Penelitian ... 30

(15)

F. Metode Pemgumpulan Data ... 30

G. Instrumen Penelitian ... 31

H. Validitas Instrumen Penelitian Data Validitas Data... 34

I. Teknik Analisis Data ... 34

J. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Di Lapangan ... 36

BAB IV ANALISIS DATA, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 38

B. Pelaksanaan Penelitian ... 38

C. Hasil Analisis Data

1. Transkripsi Data Pembelajaran ... 39

2. Transkripsi Data Hasil Pengamatan ... 40

3. Topik Data ... 63

4. Kategorisasi Data... 74

D. Hasil Penelitian

1. Model Pembelajaran ... 78

2. Interaksi Guru Dengan Siswa ... 79

3. Interaksi Siswa Dengan Guru ... 84

4. Interaksi Siswa Dengan Siswa... 85

5. Interaksi Siswa Saat Diskusi Kelompok... 87

E. Pembahasan

1. Interaksi Guru Dengan Siswa ... 88

2. Interaksi Siswa Dengan Guru ... 93

(16)

4. Interaksi Siswa Saat Diskusi Kelompok... 99

5. Keterkaitan Interaksi Belajar Mengajar Matematika

Dengan Gender ... 101

F. Keterbatasan Penelitian ... 103

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 104

B. Saran ... 106

(17)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel II.1 Perbedaan Emosional Dan Intelektual Antara Laki-Laki

Dan Perempuan ... 12

Tabel III.1 Interaksi Guru Dan Siswa ... 32

Tabel III.2 Interaksi siswa Dan Guru... 32

Tabel III.3 Interaksi Siswa Dengan Siswa ... 33

Tabel III.3 Interaksi Siswa saat diskusi kelompok ... 33

Tabel IV.1 Jadwal Penelitian ... 39

Tabel IV.2 Interaksi Guru Dengan Siswa, Pertemuan I ... 40

Tabel IV.3 Interaksi Guru Dengan Siswa, Pertemuan II ... 42

Tabel IV.4 Interaksi Guru Dengan Siswa, Pertemuan III ... 44

Tabel IV.5 Interaksi Guru Dengan Siswa, Pertemuan IV ... 45

Tabel IV.6 Interaksi Guru Dengan Siswa, Pertemuan V ... 47

Tabel IV.7 Interaksi Siswa Dengan Guru, Pertemuan I ... 49

Tabel IV.8 Interaksi Siswa Dengan Guru, Pertemuan II ... 50

Tabel IV.9 Interaksi Siswa Dengan Guru, Pertemuan III ... 51

Tabel IV.10 Interaksi Siswa Dengan Guru, Pertemuan IV ... 52

Tabel IV.11 Interaksi Siswa Dengan Guru, Pertemuan V ... 53

Tabel IV.12 Interaksi Siswa Dengan Siswa, Pertemuan I ... 55

Tabel IV.13 Interaksi Siswa Dengan Siswa, Pertemuan II ... 55

Tabel IV.14 Interaksi Siswa Dengan Siswa, Pertemuan III ... 56

(18)

Tabel IV.16 Interaksi Siswa Dengan Siswa, Pertemuan V ... 58

Tabel IV.17 Interaksi Siswa Saat Diskusi Kelompok, Pertemuan I ... 59

Tabel IV.18 Interaksi Siswa Saat Diskusi Kelompok, Pertemuan II ... 59

Tabel IV.19 Interaksi Siswa Saat Diskusi Kelompok, Pertemuan III ... 60

Tabel IV.20 Interaksi Siswa Saat Diskusi Kelompok, Pertemuan IV ... 61

Tabel IV.21 Interaksi Siswa Saat Diskusi Kelompok, Pertemuan V ... 62

Tabel IV.22 Topik-Topik Data Interaksi Guru Dengan Siswa ... 64

Tabel IV.23 Topik-Topik Data Interaksi Siswa Dengan Guru ... 70

Tabel IV.24 Topik-Topik Data Interaksi Siswa Dengan Siswa ... 72

Tabel IV.25 Topik-Topik Data Interaksi Siswa Saat Diskusi Kelompok ... 73

Tabel IV.26 Kategorisasi Data Interaksi Guru Dengan Siswa ... 74

Tabel IV.27 Kategorisasi Data Interaksi Siswa Dengan Guru ... 76

Tabel IV.28 Kategorisasi Data Interaksi Siswa Dengan Siswa ... 77

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Kegiatan belajar mengajar pada pengamatan I ... 109

Kegiatan belajar mengajar pada pengamatan II ... 113

Kegiatan belajar mengajar pada pengamatan III ... 118

Kegiatan belajar mengajar pada pengamatan IV ... 122

Kegiatan belajar mengajar pada pengamatan V ... 127

Bukti Penelitian ... 131

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam

hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial terkandung suatu

maksud bahwa manusia tidak terlepas dari manusia yang lain. Kehidupan

manusia berlangsung dalam berbagai situasi dan dalam berbagai bentuk

komunikasi. Kehidupan semacam inilah terjadi interaksi. Proses interaksi

terjadi karena manusia pada hakekatnya memiliki sifat sosial yang besar,

dengan demikian kegiatan hidup manusia akan selalu disertai dengan proses

interaksi atau komunikasi baik dengan alam lingkungan, dengan sesama

manusia maupun dengan Tuhan.

Setiap proses interaksi terjadi ikatan suatu situasi seperti situasi

pendidikan. Interaksi yang terjadi dalam situasi pendidikan disebut interaksi

edukatif. Interaksi edukatif adalah interaksi yang berlangsung dalam suatu

ikatan untuk tujuan pendidikan serta pengajaran dan

lebih spesifik dikenal

dengan istilah interaksi mengajar (Sardiman,2008). Interaksi

belajar-mengajar memuat kegiatan seperti guru melaksanakan tugas belajar-mengajar dan

siswa belajar, keduanya untuk mencapai tujuan pendidikan. Hubungan

interaktif antara guru dan siswa, dan siswa dengan siswa pada dasarnya

(21)

Menurut Sardiman (2008) didalam kegiatan belajar diperlukan

aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk

mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau

tidak ada aktivitas, itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas

yang sangat penting didalam interaksi belajar-mengajar.

Didalam kegiatan pembelajaran selalu terjadi proses interaksi.

Demikian juga dalam pembelajaran matematika di sekolah. Matematika

merupakan salah satu ilmu dasar untuk melatih berpikir kritis, sistematis,

logis, kreatif dan kemampuan bekerja sama yang efektif. Oleh karena itu,

betapa pentingnya interaksi dalam pembelajaran matematika di kelas secara

khusus pada saat pemaparan materi secara klasikal dan diskusi kelompok.

Pada proses kegiatan belajar mengajar guru harus mampu menciptakan

interaksi yang baik dengan siswa, karena hal ini dapat menunjang proses

kelancaran dalam pembelajaran di kelas. Terjalinnya interaksi yang baik

antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa, maka seorang guru

akan lebih mudah mengetahui taraf perkembangan siswa baik dalam prestasi

akademik ataupun keaktifan siswa. Siswa dikatakan memiliki keaktifan

apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti : sering bertanya kepada guru

atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, mampu

menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya.

(22)

berinteraksi dengan para siswa akan menyebabkan siswa menjadi

dekat/akrab dengan guru. Dengan adanya hubungan yang dekat tersebut

membuat siswa menjadi lebih bersemangat dalam belajar dan tidak merasa

canggung untuk bertanya bila mengalami kesulitan dalam belajar.

Proses Interaksi yang terjadi selama pembelajaran sebagai upaya

untuk meningkatkan keaktifan siswa seperti siswa harus dapat

mengemukakan pendapat atau idenya kepada orang lain baik itu siswa lain

maupun gurunya, supaya memperoleh masukan berupa informasi dan

akhirnya dapat digunakan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas

pemahamannya. Menurut Moh.Uzer Usman (2008) diskusi kelompok

sebagai suatu proses yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi

tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi,

pengambilan kesimpulan atau pemecahan masalah. Oleh karena itu, dengan

adanya diskusi kelompok dapat menunjang terjadinya interaksi antara siswa

dengan siswa melalui keaktifan siswa dalam memaparkan ide maupun

mengaktifkan pengetahuan sebelumnya dan pemecahan masalah. Keaktifan

siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi

antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan

mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, masing-masing

siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas

(23)

Salah satu faktor yang mempengaruhi proses interaksi belajar

mengajar adalah faktor gender. Gender diasumsikan sebagai atribut, minat,

dan kebiasaan yang diasosiasikan dengan kebudayaan khusus bagi pria dan

wanita yang akan direfleksikan sebagai maskulinitas dan femiminitas

(Ashmore, 1990; dalam Cramer & Neyedley, 1998). Menurut Santrok

(2002) peran gender ini merupakan seperangkat harapan yang

menggambarkan bagaimana laki-laki dan perempuan seharusnya berpikir,

merasa dan bertindak.

Sifat laki-laki dan perempuan memiliki respon yang berbeda

terhadap hal-hal yang dipelajari. Sifat tersebut misalnya rajin dan tekun

dalam mempelajari pembelajaran matematika. Hal tersebut dapat

berpengaruh pada hasil prestasi belajar siswa. Ada pendapat bahwa

psikologis laki-laki dan perempuan mempunyai perbedaan dalam hal proses

berpikir dan cara memandang sesuatu. Misalnya, Ruth Tiffany (1988)

menyatakan bahwa ada perbedaan yang jelas antara laki-laki dan

perempuan. Menurutnya, laki-laki cenderung analitis, merinci sesuatu untuk

memeriksa bagian-bagian secara teliti, sedangkan perempuan mencoba

melihat segala sesuatu sekaligus, walaupun kadang-kadang menjadi susah

untuk memilih satu jawaban yang tepat. Dijelaskan lebih lanjut bahwa

laki-laki cenderung lebih teoritis dan abstrak, sedangkan perempuan menuntut

(24)

Saat ini sebenarnya sudah banyak penelitian tentang interaksi dalam

proses belajar mengajar di sekolah (kelas) tetapi kebanyakan melihat

interaksi belajar mengajar antara guru dengan siswa tanpa memperhatikan

gender. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mendeskripsikan bagaimana

interaksi belajar mengajar matematika di kelas dalam kaitannya dengan

gender. Berdasarkan latar belakang inilah peneliti mengambil judul

“I

nteraksi Belajar Mengajar Matematika di Kelas dalam Kaitannya dengan

Gender pada Siswa Kelas VIII SMP Kanisius Gayam Yogyakarta Tahun

Pelajaran 2014/2015

”.

Peneliti memilih SMP Kanisius Gayam sebagai

tempat penelitian berdasarkan pada beberapa pertimbangan seperti lokasinya

mudah dijangkau serta jumlah siswa laki-laki dan perempuan seimbang

sehingga memudahkan peneliti untuk mengambil data.

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, kita dapat

mengetahui bahwa secara psikologis watak dan perilaku siswa laki-laki dan

perempuan berbeda. Hal ini mempengaruhi adanya perbedaan interaksi yang

ditunjukkan oleh siswa laki-laki maupun perempuan. Perempuan kerap

dideskripsikan sebagai makhluk yang emosional, berwatak pengasuh, mudah

menyerah (submisif) komunikatif, mudah bergaul, lemah dalam ilmu

matematika, subjektif, pasif, mudah dipengaruhi. Laki-laki dideskripsikan

(25)

antara guru dengan siswa baik siswa laki-laki maupun perempuan. Selain itu

juga, interaksi antara siswa dengan siswa dapat terjadi pada saat

berlangsungnya kerja kelompok dimana siswa diminta untuk memperdalam

materi melalui pemecahan masalah yang diberikan oleh guru.

C.

Pembatasan Masalah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interaksi belajar mengajar

di kelas yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung terutama pada

saat guru memaparkan materi secara klasikal maupun pada saat diskusi

kelompok. Oleh karena keterbatasan waktu dan tenaga maka penelitian ini

dibatasi pada interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan gurur, siswa

dengan siswa serta interaksi siswa saat diskusi kelompok. Dalam hal ini,

siswa yang dimaksud adalah siswa laki-laki dan perempuan.

D.

Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut maka yang menjadi masalah dalam

penelitian ini adalah:

1.

Bagaimana interaksi belajar mengajar dalam pembelajaran

matematika di kelas?

2.

Adakah keterkaitan interaksi belajar mengajar matematika dengan

gender?

E.

Tujuan Penelitian

(26)

1.

Mendapatkan informasi tentang interaksi belajar mengajar dalam

pembelajaran matematika di kelas.

2.

Mendapatkan informasi tentang keterkaitan interaksi belajar

mengajar matematika dengan gender.

F.

Penjelasan Istilah

Istilah-istilah dalam rumusan masalah diatas didefinisikan sebagai

berikut:

1.

Interaksi

Interaksi adalah suatu hubungan antara 2 individu atau lebih,

sehingga kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah

atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.

2.

Interaksi belajar mengajar matematika

Pada penelitian ini, interaksi yang dimaksud adalah interaksi

yang berlangsung dalam satu ikatan untuk tujuan pendidikan dan

pengajaran matematika atau interaksi yang terjadi dan dialami siswa

laki-laki maupun perempuan. Interaksi ini meliputi keaktifan siswa

dalam pelajaran matematika baik siswa laki-laki maupun siswa

perempuan; keaktifan bertanya, keaktifan menjawab pertanyaan,

keaktifan dalam mengerjakan soal, diskusi antar siswa dalam

pelajaran matematika.

(27)

4.

Diskusi kelompok

Pada penelitian ini, diskusi kelompok yang dimaksud adalah

diskusi yang berlangsung pada saat berlangsungnya kegiatan belajar

mengajar dimana guru memaparkan materi (diskusi kelas) maupun

pada saat siswa-siswa dibagi dalam beberapa kelompok kecil

(diskusi kelompok kecil).

5.

Gender

Gender adalah konsep yang menunjuk pada perbedaan antara

laki-laki dan perempuan, yang terjadi karena dikonstruksi secara

social maupun cultural. Pada penelitian ini, laki-laki dan perempuan

sebagai acuan untuk melihat interaksi belajar mengajar matematika

di kelas.

G.

Manfaat Penelitian

1.

Bagi peneliti

Peneliti sebagai calon guru mengetahui bagaimana

langkah-langkah yang sebaiknya diambil agar dalam pembelajaran tercipta

interaksi belajar mengajar matematika yang efektif.

2.

Bagi guru

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan

bahan pertimbangan bagi guru agar dalam pembelajaran dapat

memilih metode pembelajaran yang membuat siswa menjadi aktif

sehingga terciptanya interaksi belajar mengajar matematika di kelas

(28)

BAB II

LANDASAN TEORI

A.

Konsep Gender

1.

Pengertian Gender

Gender seringkali diartikan sebagai kelompok laki-laki,

perempuan atau perbedaan jenis kelamin. Untuk memahami kata

gender, haruslah dibedakan antara seks atau jenis kelamin dengan

gender. Secara struktur biologis atau jenis kelamin, manusia terdiri

dari laki-laki dan perempuan yang masing-masing memiliki alat dan

fungsi biologis yang melekat serta tidak dapat dipertukarkan. Laki-laki

tidak dapat menstruasi, karena tidak memiliki organ peranakan,

sedangkan perempuan tidak bersuara berat, tidak berkumis, karena

keduanya memiliki hormon yang berbeda (Mansour Fakih : 2012).

Menurut Mansour Fakih (2012), menyatakan bahwa konsep

gender yakni suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki dan

perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural. Misalnya,

perempuan dikenal lemah lembut, cantik, emosional, atau keibuan.

Sementara laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan, perkasa. Ciri dari

sifat itu sendiri merupakan sifat-sifat yang dapat dipertukarkan.

Artinya ada laki-laki yang emosional, lemah lembut, keibuan,

sementara juga ada perempuan yang kuat, rasional, perkasa.

(29)

kelamin. Gender bukanlah perempuan atau laki-laki. Gender hanya

memuat perbedaan fungsi dan peran social laki-laki dan perempuan,

yang terbentuk oleh lingkungan tempat kita berada. Gender itu sendiri

merupakan suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun

perempuan, dimana sifat-sifat tersebut dikonstruksi secara social

maupun cultural oleh berbagai media, sehingga dapat dikenal dan

dikonsumsi oleh khalayak. Misalnya bahwa perempuan itu dikenal

lembut, cantik, emosional, atau keibuan, sementara laki-laki dianggap

kuat, rasional,perkasa dan jantan. Ciri dari sifat tersebut merupakan

sifat-sifat yang dapat dipertukarkan dan berubah dari waktu ke waktu

(Ervita, 2002), dimana ada pula laki-laki yang jantan, emosional,

lembut maupun perkasa, begitu pula dengan wanita ada yang kuat,

rasional, perkasa dan sebagainya.

Unger (1979, dalam Brannon, 1996) mendeskripsikan gender

sebagai sifat-sifat dan perilaku-perilaku yang dianggap sesuai atau

pantas untuk laki-laki dan perempuan oleh kebudayaan. Gender

merupakan label social dan bukan deskripsi dari biologis. Label ini

termasuk karakteristik yang berasal dari kebudayaan untuk setiap jenis

kelaminnya dan karakteristik jenis kelamin ini yang kemudian

ditanamkan individu dalam dirinya sendiri. Corolyn Sherif (1982,

(30)

2.

Pengertian Peran Gender

Peran gender menurut Myers (1996) merupakan sekumpulan

perilaku-perilaku yang diharapkan (norma-norma) untuk laki-laki dan

perempuan. Bervariasinya peran gender diantara berbagai budaya serta

jangka waktu menunjukkan bahwa budaya memang membentuk peran

gender kita. Peran gender merupakan sekumpulan perilaku-perilaku

yang diharapkan (norma-norma) untuk laki-laki dan perempuan,

Wiliam-de Vries (2006) juga menyatakan bahwa peran gender adalah

peran yang diciptakan masyarakat bagi laki-laki dan perempuan

sebagai hasil bentukan sosial, dan tentunya peran gender sangat sangat

mungkin dipertukarkan diantara laki-laki dan perempuan.

Menurut Santrock (2002), peran gender juga merupakan

seperangkat harapan yang menggambarkan bagaimana laki-laki dan

perempuan seharusnya berpikir, merasa dan bertindak. Peran gender

merujuk pada suatu norma perilaku berbeda yang diasosiasikan dengan

laki-laki dan perempuan. Individu yang memegang dengan tepat

peraturan-peraturan gender tersebut bisa dikatakan memiliki identitas

peran gender maskulin atau feminin. (Bem, 1974).

3.

Pengertian Identitas Peran Gender

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa identitas

(31)

perempuan sesuai jenis kelaminnya, dimana kemudian individu akan

memegang dan menanamkan peraturan atau peran gender tersebut

dalam dirinya.

Berikut merupakan perbedaan emosional dan intelektual antara

laki-laki dan perempuan yang diidentifikasikan Unger (1973, dalam Ervita,

2002).

Tabel II.1 Perbedaan emosional dan intelektual

antara laki-laki dan perempuan

Laki-laki

Perempuan

Sangat menyukai pengetahuan eksakta

Kurang menyukai eksakta

Lebih aktif

Lebih pasif

Lebih bebas berbicara

Kurang bebas berbicara

Lebih kompetitif

Kurang kompetitif

Lebih logis

Kurang logis

Tudak mudah goyah terhadap krisis

Mudah goyah menghadapi krisis

Sangat agresif

Tidak terlalu agresif

Independen

Tidak terlalu independen

Tidak emosional

Lebih emosional

Dapat menyembunyikan emosi

Sulit menyembunyikan emosi

Lebih objektif

Lebih subjektif

Tidak mudah berpengaruh

Mudah berpengaruh

Tidak submisif

Lebih submisif

Lebih mendunia

Berorientasi ke rumah

Lebih terampil berbisnis

Kurang terampil berbisnis

Lebih berterus terang

Kurang berterus terang

Memahami seluk beluk perkembangan

dunia

Kurang

memahami

seluk

beluk

perkembangan dunia

Berperasaan tidak mudah tersinggung

Berperasaan mudah tersinggung

(32)

Jarang menangis

Lebih sering menangis

Umumnya

selalu

tampil

sebagai

pemimpin

Tidak umum tampil sebagai pemimpin

Penuh rasa percaya diri

Kurang rasa percaya diri

Lebih banyak mendukung sifat agresif

Kurang senang terhadap sikap agresif

Lebih ambisi

Kurang ambisi

Lebih mudah membedakan rasa dan rasio Sulit membedakan antara rasa dan rasio

Lebih merdeka

Kurang merdeka

Tidak canggung dala penampilan

Lebih canggung dalam penampilan

Pemikiran lebih unggul

Pemikiran kurang unggul

B.

Interaksi Belajar Mengajar

1.

Pengertian interaksi

Menurut Thibaut & Kelley (Moh. Ali & Moh. Asrori: 2004),

interaksi sebagai peristiwa saling memengaruhi satu sama lain ketika

dua orang atau lebih hadir bersama, mereka menciptakan suatu hasil

satu sama lain, atau berkomunikasi satu sama lain. Jadi, dalam setiap

kasus interaksi, tindakan setiap orang bertujuan untuk memengaruhi

satu sama lain.

Chaplin (Moh. Ali & Moh. Asrori: 2004) juga mendefinisikan

bahwa interaksi merupakan hubungan sosial antara beberapa individu

yang bersifat alami yang individu-individu itu saling memengaruhi

satu sama lain secara serempak.

(33)

individu lain diberi ganjaran

(reward)

atau hukuman (

punishment)

dengan menggunakan suatu aktivitas atau sentimen oleh individu lain

yang menjadi pasangannya. Jadi, konsep yang dikemukakan oleh

Homans (1974) mengandung pengertian bahwa suatu tindakan yang

dilakukan oleh seseorang dalam suatu interaksi merupakan suatu

stimulus bagi tindakan individu lain yang menjadi pasangannya. Shaw

(1976) mendefinisikan bahwa interaksi adalah suatu pertukaran antar

pribadi yang masing-masing orang menunjukkan perilakunya satu

sama lain dalam kehadiran mereka, dan masing-masing perilaku

mepengaruhi satu sama lain.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa interaksi

mengandung pengertian hubungan timbal balik antara dua orang atau

lebih, dan masing-masing orang yang terlibat di dalamnya memainkan

peran secara aktif. Pada interaksi juga lebih dari sekedar terjadi

hubungan antara pihak-pihak yang terlibat melainkan terjadi saling

memengaruhi.

2.

Interaksi belajar mengajar

Pada keseluruhan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah

berlangsung interaksi tenaga pendidik dan peserta didik dalam belajar

mengajar yang merupakan kegiatan paling pokok. Dengan demikian

(34)

Interaksi belajar mengajar memandang bahwa siswa adalah

subjek belajar dan bukan merupakan objek belajar, sedangkan guru

hanya berperan sebagai fasilitator yang diharapkan mampu

menciptakan iklim yang kondusif untuk kelancaran proses belajar

siswa.

Menurut Sardiman (2008) dalam interaksi belajar mengajar

terkandung unsur-unsur yang harus dipenuhi:

a)

Ada tujuan yang ingin dicapai

b)

Ada bahan atau pesan yang menjadi isi interaksi

c)

Ada pelajar yang aktif mengalami

d)

Ada guru yang melaksanakan

e)

Ada metode untuk mencapai tujuan

f)

Ada situasi yang memungkinkan proses belajar mengajar berjalan

dengan baik

g)

Ada penilaian terhadap hasil interaksi

Pada interaksi belajar mengajar, guru berkewajiban untuk

menjadi pendidik yang baik. Pendidikan oleh guru dapat dilakukan

dalam bentuk bimbingan, pelatihan dan pengajaran, serta pemeliharaan

dan pengarahan perkembangan siswa.

Ciri-ciri interaksi belajar mengajar menurut Edi Suardi

(Sardiman 2008) dapat dirinci sebagai berikut:

(35)

b)

Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncanakan,

didesain untuk mencapai tuuan yang telah ditetapkan;

c)

Interaksi belajar mengajar ditandai dengan satu penggarapan

materi yang khusus;

d)

Ditandai dengan adanya aktivitas siswa;

e)

Dalam interaksi belajar mengajar, guru berperan sebagai

pembimbing;

f)

Di dalam interaksi belajar mengajar dibutuhkan disiplin;

g)

Ada batas waktu.

Dari unsur-unsur yang termuat dalam interaksi belajar

mengajar diatas penulis menarik beberapa unsur yaitu:

a)

Relasi guru dengan siswa di kelas

b)

Relasi siswa dengan siswa di kelas

c)

Kedisiplinan siswa saat kegiatan belajar mengajar.

3.

Bentuk-Bentuk Interaksi Belajar Mengajar

Pada pelaksanaan belajar mengajar guru mendesain interaksi

belajar mengajar dengan memilih bentuk yang tepat sesuai dengan

tujuan pengajaran dengan materi pelajaran yang diberikan, serta sesuai

dengan siswa yang akan belajar itu sendiri.

Adapun bentuk-bentuk interaksi belajar mengajar yang dapat

(36)

a)

Interaksi ketika guru melakukan transfer pengetahuan kepada

siswa.

Bentuk interaksi ini menunjukkan bahwa guru mengajar di

sekolah hanya menyuapi materi kepada siswa. Siswa selalu

menerima suapan itu tanpa komentar, tanpa aktif berfikir.

Pelaksanaan bentuk interaksi transfer pengetahuan menekankan

betapa pentingnya peran guru dalam proses pembelajaran, gurulah

yang aktif murid pasif, semua kegiatan berpusat pada guru

(teacher-centered)

. Hubungan guru dan siswa disini hanya

berlangsung sepihak yaitu dari pihak guru. Bentuk interaksi belajar

mengajar semacam ini guru sebagai sumber segala pengetahuan,

sumber segala kebenaran. Semua yang dikatakan guru dipegang

siswa sebagai sesuatu kebenaran yang mutlak.

b)

Interaksi ketika guru mengajar siswa bagaimana caranya belajar.

Pada bentuk ini guru hanya merupakan salah satu sumber

belajar, bukan sekedar menyuapi materi saja kepada siswa, guru

tugasnya sekedar sebagai fasilitator, menciptakan kondisi yang

memungkinkan siswa agar giat belajar, guru melontarkan

masalah-masalah, agar siswa mampu dan timbul inisiatif untuk

memecahkan masalah tersebut. Guru memberikan aksi-aksi yang

(37)

c)

Interaksi ketika terjadinya hubungan interaktif antara guru dan

siswa.

Bentuk interaksi ini menunjukkan adanya hubungan

interaktif antara guru dan siswa, serta antara siswa dengan siswa.

Tiap individu ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran.

Selama pembelajaran guru hanya menciptakan situasi dan kondisi,

agar tiap individu dapat aktif belajar. Dengan demikian maka akan

timbul proses belajar mengajar yang aktif. Dalam proses belajar

mengajar semacam ini siswa dapat menerima dari guru, tetapi

dapat juga menerima pengalaman dari siswa yang lain. Keadaan ini

memungkinkan adanya interaktif antara guru dan siswa, serta

antara siswa dengan siswa.

d)

Interaksi yang terjadi ketika siswa melakukan konsultasi dengan

guru

Bentuk interaksi ini menunjang siswa untuk memperoleh

pengalaman dari teman-temannya sendiri, kemudian pengalaman

tersebut dikonsultasikan kepada guru. Atau sebaliknya suatu

masalah dihadapkan kepada siswa yang lain dan siswa yang

memecahkannya, kemudian baru dikonsultasikan kepada guru.

Guru harus mampu memberikan motivasi, agar siswa mampu

memahami serta dapat memecahkan masalah.

4.

Siswa yang aktif

(38)

ini, baik secara fisik/jasmani maupun secara mental/rohani aktif.

Banyak jenis aktivitas yang dilakukan oleh siswa di sekolah. Aktivitas

siswa tidak cukup hanya mendengarkan mencatat seperti yang biasa

terdapat di sekolah-sekolah. Menurut Paul B. Diendrich (Sardiman,

2008) kegiatan siswa dapat digolongkan sebagai berikut:

a)

Visual activities

yang termasuk didalamkannya misalnya,

membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan;

b)

Oral activities

seperti : bertanya, mengeluarkan pendapat,

menyatakan,

merumuskan,

memberi

saran,

mengadakan

wawancara, interupsi, diskusi.

c)

Listening activities

; sebagai contoh, mendengarkan : uraian,

percakapan, diskusi, musik, pidato.

d)

Writing activities

, seperti misalnya menulis cerita, karangan,

laporan, angket, menyalin.

e)

Drawing activities

, misalnya menggambar, membuat grafik, peta,

diagram.

f)

Motor activities

, yang termasuk didalamnya antara lain :

melakukan percobaan, membuat konstruksi, model reparasi,

bermain, berkebun, beternak.

g)

Mental

activities

, sebagai contoh misalnya: menanggapi,

(39)

h)

Emotional activities

, seperti misalnya menaruh minat, merasa

bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Jadi dengan klasifikasi aktivitas siswa seperti diuraikan diatas,

menunjukkan bahwa aktivitas siswa itu sangat komplek dan bervariasi.

Apabila berbagai macam kegiatan tersebut dapat diciptakan di sekolah

maka kegiatan tersebut akan benar-benar menjadi pusat aktivitas

belajar yang maksimal serta dapat memperlancar jalannya proses

interaksi belajar mengajar.

5.

Guru yang melaksanakan

Peranan dan kedudukan guru yang tepat dalam proses interaksi

belajar mengajar, akan menjamin tercapainya tujuan interaksi belajar

mengajar. Adapun peranan guru dalam interaksi belajar mengajar

antara lain sebagai berikut (Roestiyah, 1986)

a)

Sebagai fasilitator, ialah menyediakan situasi-kondisi yang

dibutuhkan oleh individu yang belajar;

b)

Sebagai pembimbing, ialah memberikan bimbingan siswa dalam

interaksi belajar agar siswa mampu belajar dengan lancar dan

berhasil secara efektif dan efesien;

c)

Sebagai motivator, ialah memberikan dorongan semangat agar

siswa mau dan giat belajar;

(40)

e)

Sebagai manusia sumber, dimana guru dapat memberikan

informasi apa yang dibutuhkan oleh siswa, baik pengetahuan,

ketrampilan maupun sikap.

Adapun kedudukan guru dalam interaksi belajar mengajar

antara lain ialah:

a)

Berfungsi sebagai pengajar

Sebagai pengajar seorang guru diharapkan menyediakan

situasi dan kondisi belajar untuk siswa didalam interaksi belajar

mengajar. Maksudnya menyediakan segala sesuatu yang

dibutuhkan siswa didalam belajar, berupa : pengetahuan, sikap,

ketrampilan, sarana maupun prasarana serta fasilitas material.

b)

Berfungsi sebagai pemimpin

Seorang guru berfungsi sebagai pemimpin, ialah sebagai

pemimpin yang demokratis. Sifat itu sangat diharapkan bagi

seorang guru, hal mana ia bersifat terbuka, mau mendengarkan

pendapat orang lain, keluhan, pikiran, perasaan, ide para siswa,

serta bersedia bekerja sama, saling mengerti dan toleransi. Bukan

sebagai orang yang berkuasa penuh, bertindak atas pertimbangan

yang menguntungkan dirinya saja, tanpa memikirkan kepentingan

siswanya, serta bukan seseorang yang bersifat masa bodoh,

(41)

c)

Berfungsi sebagai pengganti orang tua

Seorang guru berfungsi sebagai wakil dari orang tua siswa,

maksudnya didalam interaksi belajar mengajar, guru bersikap

sebagai orang tua terhadap anaknya, sehingga interaksi akan

berjalan dengan suasana yang menyenangkan dan intim.

C.

Diskusi Kelompok

1.

Pengertian Diskusi Kelompok

Moh. Uzer Usman (2008) menyatakan bahwa diskusi

kelompok merupakan suatu proses yang teratur yang melibatkan

sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan

berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan atau

pemecahan masalah.

Menurut Tohirin (2007) diskusi kelompok merupakan salah

satu cara dimana siswa memperoleh kesempatan untuk memecahkan

masalah secara bersama-sama.

Menurut Dewa Ketut Sukardi (2008) diskusi kelompok adalah

suatu pertemuan dua orang atau lebih, yang ditunjukkan untuk saling

tukar pengalaman dan pendapat, dan biasanya menghasilkan suatu

keputusan bersama.

Menurut beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa

(42)

diskusi itu secara jujur berusaha memperoleh kesimpulan setelah

mendengarkan atau mempelajari, serta mempertimbangkan

pendapat-pendapat yang dikemukakan dalam diskusi.

2.

Jenis-jenis diskusi kelompok

Menurut Roestiyah (1991) jenis-jenis diskusi ada beberapa

macam yaitu:

a)

Whole group

, suatu diskusi dimana anggota kelompok yang

melaksanakan tidak lebih dari 15 orang.

b)

Buzz-group

, suatu kelompok besar dibagi menjadi 2 sampai 8

kelompok yang lebih kecil, jika diperlukan kelompok kecil ini

diminta melaporkan apa hasil diskusi kelompok itu pada kelompok

besar.

c)

Panel,

pada panel dimana satu kelompok kecil (antara 3 sampai 6

orang) mendiskusikan suatu subyek tertentu, mereka duduk dalam

suasana semi lingkaran dihadapkan pada satu kelompok besar

lainnya.

d)

Symposium

, teknik ini menyerupai panel, hanya sifatnya lebih

formal. Pada teknik ini peranan moderator lebih banyak

mengkoordinir pembicaraan saja. Teknik

symposium

kadang-kadang mengalami kesulitan disebabkan oleh pertama, sukar

(43)

seperti dalam panel, sehingga jalannya

symposium

sering tampak

kurang lancar. Ketiga, sukar sekali mengendalikan

sambutan-sambutan, sehingga kerap kali memperpanjang waktu yang sudah

ditentukan. Namun demikian teknik

symposium

memiliki

keunggulan pula dalam penggunaanya. Teknik ini membahas

hal-hal yang relevan dan memberi kesempatan pada pendengarnya

untuk berpartisipasi aktif.

e)

Coalogium

, adalah cara berdiskusi yang dijalankan oleh satu atau

beberapa orang narasumber, yang berpendapat, menjawab

pertanyaan-pertanyaan tetapi tidak dalam bentuk pidato. Dalam

bentuk wawancara dengan narasumber tentang pendapatnya

mengenai suatu masalah, kemudian mengundang

pertanyaan-pertanyaan tambahan dari para pendengar.

f)

Informal-debate

, dalam diskusi ini dilaksanakan dengan membagi

kelompok menjadi 2 tim yang sama kuat dan jumlahnya agar

seimbang. Kedua tim ini mendiskusikan subjek yang cocok untuk

diperdebatkan dengan tidak menggunakan banyak peraturan,

sehingga jalannya perdebatan lebih bagus.

g)

Fish Bowl

, dalam diskusi ini terdiri dari seorang moderator dan

satu atau tiga narasumber pendapat, mereka duduk dalam semi

(44)

besar, untuk menduduki kursi yang kosong yang ada didepan

mereka.

Menurut Wina Sanjaya (2006) macam-macam jenis diskusi

kelompok antara lain:

a)

Diskusi kelas,

disebut juga diskusi kelompok besar adalah proses

pemecahan masalah yang dilakukan oleh seluruh anggota kelas

sebagai peserta diskusi. Prosedur yang digunakan dalam jenis

diskusi ini pertama, guru membagi tugas sebagai pelaksanaan

diskusi, siapa yang akan menjadi moderator dan penulis. Kedua,

sumber masalah (guru, siswa atau ahli tertentu dari luar)

memaparkan masalah yang harus dipecahkan selama 10-15 menit.

Ketiga, siswa diberi kesempatan untuk menanggapi permasalahan

setelah mendaftar pada moderator. Keempat, sumber masalah

memberi tanggapan dan kelima, moderator menyimpulkan hasil

diskusi.

b)

Diskusi kelompok kecil,

dilakukan dengan membagi siswa dalam

kelompok-kelompok. Jumlah anggota kelompok antara 3-5 orang.

Pelaksanaannya dimulai dengan guru menyajikan permasalahan

secara umum, kemudian masalah tersebut dibagi-bagi kedalam

submasalah yang harus dipecahkan oleh setiap kelompok kecil.

(45)

c)

Symposium,

adalah metode mengajar dengan membahas suatu

persoalan dipandang dari berbagai sudut pandang berdasarkan

keahlian.

Symposium

dilakukan utntuk memberikan wawasan yang

luas kepada siswa. Setelah para penyaji memberikan pandangan

tentang masalah yang dibahas, maka symposium diakhiri dengan

pembacaan kesimpulan hasil kerja tim perumus yang telah

ditentukan sebelumnya.

d)

Diskusi panel,

adalah pembahasan suatu masalah dilakukan oleh

beberapa orang panelis yang biasanya terdiri dari 4-5 orang

dihadapan audiens. Diskusi panel berbeda dengan diskusi lainnya.

Dalam diskusi panel audiens tidak terlibat secara langsung, tetapi

berperan hanya sekedar peninjau para panelis yang sedang

melaksanakan diskusi. Oleh sebab itu, agar diskusi panel efektif

perlu digabungkan dengan metode lain, misalnya dengan metode

penugasan. Siswa disuruh untuk merumuskan hasil pembahasan

dalam diskusi.

Dari berbagai jenis diskusi kelompok diatas tidak semuanya

akan digunakan. Dalam penelitian ini jenis diskusi kelompok yang

digunakan adalah diskusi kelompok kecil. Karena dalam diskusi

kelompok kecil setiap siswa mendapat kesempatan untuk menuangkan

(46)

masing-masing kelompok kecil akan melaporkan hasil diskusinya

kekelompok besar.

D.

Kerangka Berpikir

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, kita dapat

mengetahui bahwa interaksi dalam pembelajaran matematika di kelas sangat

penting demi menunjang efektifitas proses kegiatan belajar-mengajar

matematika serta tercapainya tujuan pembelajaran. Interaksi belajar

mengajar merupakan hubungan interaktif antara guru dan siswa serta siswa

dengan siswa. Tiap individu ikut aktif, tiap individu memegang peranan

didalam proses interaksi belajar mengajar. Dengan adanya interaksi antara

guru dengan siswa, siswa dengan guru serta siswa dengan siswa, membantu

guru untuk melihat keterlibatan serta keaktifan siswa dalam pembelajaran

terlebih pada saat pemaparan materi. Demikian juga halnya dengan kerja

kelompok, dengan adanya kerja kelompok membantu siswa untuk saling

berinteraksi guna memperdalam atau memecahkan masalah yang diberikan

oleh guru. Siswa yang tidak berani mengungkapkan pendapat pada saat

diskusi kelas mendapatkan peluang untuk memberikan ide-ide guna

penyelesaian masalah.

Penelitian ini akan memaparkan terjadinya interaksi belajar mengajar

matematika di kelas yang meliputi interaksi guru dengan siswa, siswa

(47)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Jenis Penelitian

Penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitian deskriptif

dengan pendekatan kualitatif, tetapi juga didukung oleh pendekatan

kuantitatif. Penelitian kualitatif bertujuan untuk memberikan uraian yang

kaya atau

“padat”

tentang fenomena yang diselidiki serta melibatkan

pengumpulan data dalam bentuk laporan verbal naturalistic dan analisis

yang dilakukan bersifat tertulis (Smith, 2009). Penelitian ini bertujuan atau

diarahkan untuk mendeskripsikan proses interaksi belajar mengajar antara

guru dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan siswa serta interaksi

siswa saat diskusi kelompok. Siswa yang dimaksud adalah siswa laki-laki

dan perempuan. Selain itu juga mendeskripsikan sejauh mana proses

pembelajaran tersebut mampu melibatkan siswa secara aktif selama

mengikuti proses pembelajaran matematika.

Menurut Suhardi Sigit (2003), penelitian deskriptif adalah penelitian

yang fenomena yang sudah terjadi. Dalam hal ini dilakukan dengan apa

adanya tanpa memanipulasi data.

Suryabrata (2002) mengatakan bahwa

penelitian deskriptif adalah akumulasi data mendasar dalam cara atau

metode deskriptif yang semata-mata tidak perlu untuk mencari atau

(48)

Dalam penelitian ini, pendekatan kualitatif digunakan untuk

menentukan banyaknya siswa yang melakukan aktivitas yang berkaitan

dengan interaksi belajar mengajar matematika. Dalam hal ini, siswa dirinci

sesuai dengan gender yaitu siswa laki-laki dan siswa perempuan

B.

Subjek Penelitian

Sarantakos dalam Poerwandari (2005) menjelaskan bahwa penentuan

subjek dalam penelitian kualitatif, umumnya menampilkan karakteristik

yang diarahkan pada kasus-kasus tipikal sesuai kekhususan masalah

penelitian, bukan pada banyak subjek yang besar. Dalam penelitian

kualitatif, suatu subjek penelitian dipilih karena secara tipikal dapat

mewakili fenomena yang diteliti. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini, teknik

pemilihan subjek yang digunakan adalah

purposive sampling. Purposive

sampling

adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan

pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2008). Pertimbangan-pertimbangan dalam

pemilihan subjek penelitian antara lain, subjek yang dipilih dapat

memberikan informasi secara maksimal yang berkaitan dengan tujuan

penelitian, yakni mendeskripsikan interaksi belajar mengajar dalam

pembelajaran matematika di kelas dalam kaitannya dengan gender. Oleh

karena itu, peneliti memilih siswa-siswa kelas VIII A Tahun Ajaran

2014/2015 dan guru matematika SMP Kanisius Gayam sebagai subjek

(49)

C.

Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah interaksi antara guru dengan siswa, siswa

dengan guru, siswa dengan siswa dan interaksi siswa saat diskusi kelompok

yang dilihat dari segi gender.

D.

Waktu dan Tempat Penelitian

Pengambilan data pada penelitian ini dilaksanakan mulai Bulan

Agustus sampai September sesuai dengan jadwal pelajaran matematika yaitu

setiap hari Rabu, Kamis dan jumat di SMP Kanisius Gayam Yogyakarta

Tahun Pelajaran 2014/2015.

E.

Bentuk Data

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif dan didukung

oleh pendekatan kuantitatif. Data yang dikumpulkan adalah data mengenai

interaksi belajar mengajar matematika di kelas yang berupa interaksi antara

guru dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan siswa serta interaksi

siswa saat diskusi kelompok dalam kaitannya dengan gender.

F.

Metode Pengumpulan Data

Pada penelitian ini data dikumpulkan melalui pengamatan secara

langsung di kelas. Pengumpulan data berdasarkan pada hasil rekaman serta

(50)

Adapun langkah-langkah metode pengumpulan data dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1.

Pengamatan dengan bantuan sebuah kamera yang akan merekam

semua aktivitas siswa selama pembelajaran matematika di kelas.

2.

Pengamatan dengan menggunakan lembar observasi yang terdiri dari

lembar aktivitas guru di kelas (interaksi guru dengan siswa) dan

aktivitas siswa di kelas (interaksi siswa dengan guru, interaksi siswa

dengan siswa, interaksi siswa saat diskusi kelompok).

G.

Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah :

1.

Peneliti

Peneliti sebagai

human instrument

, berfungsi menetapkan

fokus penelitian, menentukan subyek penelitian, melakukan

pengumpulan data dan membuat kesimpulan atas temuannya.

2.

Lembar Observasi

Observasi dilakukan untuk mengetahui interaksi yang terjadi

dalam pembelajaran matematika di kelas. Lembar observasi

digunakan untuk memperoleh data tentang interaksi belajar mengajar

di kelas yang meliputi interaksi guru dengan siswa, siswa demgam

guru, siswa dengan siswa serta interaksi siswa saat diskusi

(51)

a.

Lembar Observasi Guru dan siswa

1)

Interaksi Guru Dengan siswa

Tabel III.1 Interaksi Guru Dengan Siswa

No Aspek yang diamati

Pelaksanaan

Keterangan Ya Tidak

1 Guru memberi salam kepada siswa

2 Guru memeriksa kesiapan ruangan dan alat pembelajaran.

3 Guru memeriksa kesiapan siswa untuk memulai pembelajaran.

4 Guru melakukan kegiatan apersepsi yang melibatkan keaktifan siswa

5 Guru berusaha untuk berkomunikasi dengan siswanya.

6 Guru selalu memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.

7 Guru menunjukkan sikap terbuka terhadap respons siswa dengan

menerima dan menghargai pendapat yang disampaikan.

8 Guru menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar

9 Guru menegur siswa yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah

10 Guru menegur siswa yang ramai pada saat proses belajar mengajar berlangsung

11 Guru menjelaskan materi pengajaran dengan kecepatan yang wajar dan sesuai dengan situasi kelas

12 Guru melibatkan siswa pada seluruh kegiatan yang berlangsung selama proses belajar mengajar.

13 Dalam menyelesaikan masalah matematika, guru mendiskusikan pemecahannya dengan siswa.

14 Guru dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dalam proses belajar mengajar

15 Guru memberi tugas kelompok

16 Guru mengatur strategi kerja kelompok

17 Guru mengintruksikan siswa untuk berkumpul sesuai dengan kelompoknya masing-masing dengan cepat dan tenang.

18 Guru mengingatkan siswa mengenai sikap yang harus dilaksanakan selama belajar/kerja kelompok.

19 Guru memonitor kinerja siswa dalam belajar kelompok dan memberikan bimbingan apabila ada kelompok yang mengalami kesulitan

20 Guru menyediakan waktu untuk berbicara dengan siswa, dalam pemecahan masalah matematika yang dihadapi oleh siswa

21 Guru melakukan refleksi pembelajaran dengan melibatkan siswa 22 Guru menyusun rangkuman dengan melibatkan siswa

2)

Interaksi Siswa dengan guru

Tabel III.2 Interaksi Siswa Dengan Guru

No Hal yang diamati

Siswa

Keterangan Laki-laki Perempuan

(52)

2. Siswa terlibat aktif dalam kegiatan apersepsi dengan mengemukakan pendapat atau menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.

3 Siswa berani bertanya secara lisan kepada guru ketika mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran maupun mengerjakan soal matematika.

4 Siswa menjawab ketika ditanya oleh guru secara bersama-sama. 5 Siswa mengajukan pendapat tentang pemecahan masalah

matematika yang dibicarakan.

6 Siswa mengungkapkan pendapatnya secara lisan ketika pendapat temannya kurang tepat atau salah.

b.

Lembar Observasi Interaksi siswa dengan siswa

Tabel III.3 Interaksi Siswa Dengan siswa

No Hal yang diamati

Siswa

Keterangan Laki-laki Perempuan

1 Siswa mengomentari pendapat temannya

2 Siswa menghargai pendapat temannya yang dianggap baik atau tepat.

3 Siswa mendatangi temannya ketika ingin bertanya.

4 Siswa menyebut nama temannya ketika akan menanyakan hal yang belum bisa.

5 Siswa bertanya secara lisan kepada temannya ketika mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal

6 Siswa menjawab ketika ditanya temannya yang kesulitan dalam mengerjakan soal.

c.

Lembar Observasi Interaksi Siswa Saat Diskusi Kelompok

Tabel III.4 Interaksi Siswa saat diskusi kelompok

No Hal yang diamati

Siswa

Keterangan Laki-laki Perempuan

1 Siswa bekerja sama dalam kelompoknya dengan menyampaikan pendapat guna menyelesaikan soal-soal latihan.

2 Siswa bertanya pada teman satu kelompoknya jika mengalami kesulitan sebelum bertanya pada guru.

3 Siswa berani mempertahankan pendapatnya ketika diskusi.

5 Siswa menghargai/mendukung pendapat temannya yang

dianggap baik.

6 Siswa mengungkapkan pendapatnya ketika pendapat temannya kurang tepat atau salah.

(53)

H.

Validitas Instrumen Penelitian dan Validitas Data

Instrumen penelitian yang berupa lembar observasi diuji dengan

expert justification”,

yaitu mengkonsultasikan instrumen-instrumen

tersebut pada orang lain yang peneliti anggap lebih ahli, dalam hal ini

instrumen-instrumen tersebut dikonsultasikan dengan dosen pembimbing.

Berdasarkan kritik, saran, dan petunjuk yang diberikan semua instrumen

tersebut diperbaiki dan dinyatakan handal atau valid, sehingga diperoleh

data yang valid pula. Selain itu validitas data diupayakan dengan beberapa

langkah (Sugiyono, 2008) sebagai berikut:

1.

Keterlibatan yang cukup intensif dengan subjek di lokasi penelitian

yang dilakukan selama 5 kali pertemuan.

2.

Peneliti bersifat netral sebagai upaya untuk menjaga obyektivitas.

3.

Melakukan pengamatan yang berulang-ulang (teknik triangulasi). Data

yang diperoleh dari lembar observasi dicek dengan transkrip video.

4.

Melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan

5.

Adanya pendukung untuk membuktikan data yang ditemukan oleh

peneliti seperti rekaman atau video.

I.

Teknik Analisis Data

Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif. Data

yang dikumpulkan adalah data mengenai interaksi antara guru dengan siswa,

(54)

data yang diperoleh di lapangan dengan menggunakan alat perekam

“handy

-cam”

ditranskrip agar diperoleh data yang representatif.

Data yang diperoleh peneliti ditranskrip dalam bentuk uraian atau

laporan yang terperinci, kemudian dianalisis dengan metode deskriptif

kualitatif yaitu dengan menyimpulkan secara kualitatif seluruh hasil

pengamatan.

Proses analisis data yang digunakan meliputi:

1.

Transkripsi data pembelajaran

Proses transkripsi ini merupakan penyajian kembali segala sesuatu

yang tampak dalam hasil rekaman video berupa pelaksanaan kegiatan

pembelajaran selama 5 kali pertemuan dalam bentuk narasi tertulis.

2.

Transkripsi data hasil pengamatan

Transkripsi data pengamatan merupakan data yang diperoleh

berdasarkan pada proses pembelajaran di kelas sesuai dengan lembar

observasi yang telah dipersiapkan oleh peneliti.

3.

Topik-topik data

Topik-topik data merupakan rangkuman bagian data yang

mengandung makna tertentu yang diteliti. Sebelum menentukan

topik-topik data peneliti menentukan makna-makna apa saja yang

terkandung dalam penelitian, dalam hal ini yaitu tentang interaksi

(55)

4.

Kategorisasi data

Kategorisasi data merupakan proses membandingkan topik-topik data

satu sama lain sehingga menghasilkan suatu kategori-kategori data.

Topik-topik data yang mempunyai kesamaan kandungan makna

kemudian dikumpulkan dan ditentukan suatu gagasan abstrak yang

mewak

Gambar

Tabel II.1 Perbedaan emosional dan intelektual  antara laki-laki dan perempuan
Tabel III.1 Interaksi Guru Dengan Siswa Pelaksanaan
Tabel III.3 Interaksi Siswa Dengan siswa
Tabel IV.1 Jadwal Penelitian Kegiatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Terhadap keberatan setelah berakhirnya masa sanggah tidak dapat di terima dan dianggap sebagai aduan;. Demikian Kami sampaikan atas perhatiannya di ucapkan

dioiiu &i sp* Foq.F rlidos Fo3 Lq*o bs

[r]

Guru juga akan membuat program khusus agar siswa dapat meningkatkan pemahaman tentang materi belajar 1 minggu ini Dalam kegiatan evaluasi siswa diminta untuk:..

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, evaluasi teknis, evaluasi harga dan evaluasi kualifikasi untuk penawaran paket pekerjaan tersebut diatas,

penelitian ini; 21 khususnya tentang atau yang berkaitan dengan Hak Atas Air Bersih dan Aman. Teknik

Apabila ada sanggahan mengenai proses pelelangan ini, maka dapat disampaikan sanggahan secara tertulis kepada :Panitia Pengadaan Barang dan Jasa Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan

Pokja Barang/Jasa Konsultansi dan Jasa Lainnya pada Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Aceh Barat Daya akan melakukan klarifikasi dan/atau verifikasi kepada penerbit