• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGGUNAAN KATA GANTI ORANG KEDUA OMAE SEBAGAI DANSEIGO DALAM FILM ANIMASI KIMI TO BOKU.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENGGUNAAN KATA GANTI ORANG KEDUA OMAE SEBAGAI DANSEIGO DALAM FILM ANIMASI KIMI TO BOKU."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa Jepang

oleh Ria Sukmatriyani

NIM 0907314

DEPARTEMEN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA

(2)

Oleh

Ria Sukmatriyani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra

 Ria Sukmatriyani

Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2015

Hak cipta dilindungi undang-undang.

(3)

ANALISIS PENGGUNAAN KATA GANTI ORANG KEDUA OMAE SEBAGAI DANSEIGO DALAM FILM ANIMASI KIMI TO BOKU

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing I

Drs. H. Sudjianto, M.Hum. NIP. 195906051985031004

Pembimbing II

Susi Widianti, S.Pd., M.Pd., M.A. NIP. 1973120320031221001

Mengetahui

Ketua Departemen Pendidikan Bahasa Jepang

(4)

Analisis Penggunaan Kata Ganti Orang Kedua Omae sebagai Danseigo dalam Film Animasi Kimi to Boku

Ria Sukmatriyani 0907314

ABSTRAK

Penelitian ini menganalisis kata ganti orang kedua yang dikhususkan hanya pada kata omae dimana memiliki kesan yang berbanding terbalik, yaitu kata kasar dan kata yang menunjukkan keakraban. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan omae, aspek-aspek yang melatarbelakanginya, dan frekuensi penggunaan kata ganti orang kedua dalam film animasi. Penelitian ini dilakukan karena dalam mempelajari bahasa Jepang biasanya pembelajar tidak puas hanya dengan mempelajari bahasa formal. Ketika ingin mempelajari bahasa nonformal, salah satu media yang digunakan adalah mengunduh film animasi lewat internet. Dalam film animasi, salah satu kata yang paling sering muncul adalah kata ganti orang kedua omae. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif yang berbasis penelitian kualitatif. Hasil analisis menemukan bahwa penggunaan omae dalam film animasi yang diteliti berjumlah 78 kali. Perbandingan antara frekuensi penggunaan omae dengan kata ganti orang kedua yang lainnya adalah 7:1. Dari 78 kata yang ditemukan penggunaan omae dibagi menjadi tiga kategori, yaitu penggunaan terhadap lawan bicara yang kedudukannya sederajat, lebih rendah, dan lebih tinggi dari pembicara. Aspek-aspek yang melatarbelakangi penggunaannya adalah, umur, jenis pekerjaan, hubungan dengan lawan bicara, dan kesan terhadap lawan bicara. Tujuan penggunaan omae dibagi menjadi delapan kategori, yaitu penggunaan pada saat mengkritik, menolak, menyindir lawan bicara, mengajukan pertanyaan, memberi perintah, memberi informasi, memberi saran, dan melarang. Aspek-aspek yang melatar belakangi penggunaan pada masing-masing tujuan tersebut adalah suasana pembicaraan, topik pembicaraan, dan suasana hati pembicara.

(5)

Analysis of the Use of the Second Person Pronoun Omae as Danseigo in the Animated Film Kimi to Boku

Ria Sukmatriyani 0907314

ABSTRACT

This research analyzed the second person pronoun especially omae which has the impression inversely, eg. coarse words and words that indicate familiarity. This research aims to describe how to use omae, underlying aspects, and the frequency of use of the second person pronoun in an animated film. This research was conducted based on an assumption that in studying the Japanese language, the learners are usually not satisfied only by studying the formal language. When they want to study the non-formal language, one of the media used is the animated film downloaded via the Internet. In the animated film, one of the most frequent word which mentionable is the second person pronoun of omae. The research’s method used is descriptive analysis based on qualitative research. The research found out that the total use of omae in animated films under study was mentioned 78 times. Comparison frequency of use of the second person pronoun between omae and the other is 7: 1. All of 78 words of omae are divided into three categories, namely the use of the other person in a position of equal, lower, and higher than the speaker. Aspects behind its use are age, relationship with the other person, and the impression of the speaker. Purpose of the use of omae are divided into eight categories, namely the use of the time to criticize, reject, insinuating interlocutors, ask questions, give orders, inform, advise, and forbid. Aspects of the background for use in each of that purpose are the atmosphere of the talks, the topic of conversation, and the mood of the speaker.

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

SINOPSIS... iv

KATA PENGANTAR... xvii

DAFTAR ISI... xx

DAFTAR TABEL... xxiii

DAFAR GAMBAR... xxiv

DAFTAR LAMPIRAN... xxv

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang Penelitian... ... 1

1.2. Rumusan Masalah Penelitian... 8

1.3. Batasan Masalah Penelitian... 9

1.4. Tujuan Penelitian... ... 9

1.5. Manfaat/Signifikansi Penelitian... 10

1.6. Definisi Operasional... 10

1.7. Struktur Organisasi Skripsi... 11

BAB II LANDASAN TEORITIS... ... 12

2.1. Kata Panggilan dalam Bahasa Jepang... 12

2.2. Kata Ganti Orang / Ninshou Daimeishi... 14

2.2.1. Pengertian Kata Ganti Orang / Ninshou Daimeishi... 15

2.2.2. Jenis-jenis Kata Ganti Orang... 16

2.3. Bahasa Pria (Danseigo) ... ... 19

2.3.1. Pengertian Danseigo... 19

2.3.2. Karakteristik Bahasa Pria (Danseigo) ... 20

2.3.3. Penyimpangan dalam Penggunaan Bahasa Pria (Danseigo)... 21

2.4. Pergeseran Makna terhadap Kata Ganti Orang Kedua Omae... 23

2.5. Kata Ganti Orang Kedua Omae menurut Penutur Remaja Jepang.... 24

(7)

2.5.2. Kata Ganti Orang Kedua Omae dalam Media Hiburan... 28

2.6. Film Animasi Kimi to Boku... 31

2.6.1. Pengertian Film Animasi... 31

2.6.2. Perkenalan Film Animasi Kimi to Boku... 31

2.6.3. Perkenalan Karakter... 32

BAB III METODE PENELITIAN... 33

3.1. Design Penelitian... ... 33

3.2. Pengumpulan Data... ... 34

3.2.1. Objek Penelitian... 34

3.2.2. Instrumen Penelitian... ... 35

3.2.3. Teknik Pengumpulan Data... ... 36

3.3. Analisis Data... ... 38

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN... 40

4.1. Jumlah Pemakaian Kata Ganti Orang Kedua... 40

4.1.1. Frekuensi Pemakaian Kata Ganti Orang Kedua... 40

4.1.2. Jumlah Pemakaian Kata Ganti Orang Kedua Berdasarkan Banyaknya Orang yang Memakainya... ... 41

4.2. Penggunaan Kata Ganti Orang Kedua Omae... 43

4.2.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Kata Ganti Orang Kedua Omae Berdasarkan Status Pembicara dan Lawan Bicara.. 44

4.2.1.1. Episode 3 Season 1 Film Animasi Kimi to Boku... 44

4.2.1.2. Episode 5 Season 1... 46

4.2.1.3. Episode 12 Season 1... 47

4.2.1.4. Episode 13 Season 1... 52

4.2.1.5. Episode 3 Season 2... 56

4.2.1.6. Episode 6 Season 2... 59

4.2.2. Penggunaan Kata Ganti Orang Kedua Omae Berdasarkan Tujuan Pembicaraan... ... 60

(8)

4.2.2.3. Penggunaan Pada Saat Menyindir Lawan Bicara... 77

4.2.2.4. Penggunaan Pada Saat Mengajukan Pertanyaan... 85

4.2.2.5. Penggunaan Pada Saat Memberi Perintah... 96

4.2.2.6. Penggunaan Pada Saat Memberi Informasi... 99

4.2.2.7. Penggunaan Pada Saat Memberi Saran... 103

4.2.2.8. Penggunaan Pada Saat Melarang... 104

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI... 108

5.1. Simpulan... ... ... 108

5.2. Rekomendasi... ... 110

DAFTAR RUJUKAN... 112

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Anime ya Dorama Nado de Tsukawareteiru Ippantekina Serifu wa Nichijou Seikatsu de Tsukau to, Donna Shizensa ga Kanjiru to Iu

Chousa... 6

Tabel 1.2. Anime ya Dorama nado de Omae to iu Kotoba wo Yoku Mikakeru ka... 6

Tabel 1.3. Anime ya Dorama nado de Kiku Omae no Serifu wa Moshi Nichijou Seikatsu de Tsukattara, Tekisetsu ka... 7.

Tabel 2.1. Media Hiburan yang Paling Sering Dinikmati... ... 30

Tabel 2.2. Kenaturalan Bahasa yang Dipakai dalam Media Hiburan... ... 30

Tabel 2.3. Kepantasan Penggunaan Omae dalam Media Hiburan... ... 30

Tabel 4.1. Jumlah Frekuensi Pemakaian Kata Ganti Orang Kedua pada Film Animasi Kimi to Boku... ... 41

Tabel 4.2. Jumlah Orang yang Memakai Kata Ganti Orang Kedua pada Film Animasi Kimi to Boku... ... 42

Tabel 4.3. Jumlah Kata Ganti Orang Kedua yang Dipakai Pemeran Utama Kimi to Boku... ... 42

Tabel 4.4. Kutipan Kalimat yang mengandung Kata Ganti Orang Kedua Omae di Episode 3 Film Animasi Kimi to Boku... ... 44

Tabel 4.5. Kutipan Kalimat yang mengandung Kata Ganti Orang Kedua Omae di Episode 5 Film Animasi Kimi to Boku... ... 46

Tabel 4.6. Kutipan Kalimat yang Mengandung Kata Ganti Orang Kedua Omae di Episode 12 Film Animasi Kimi to Boku... ... 48

Tabel 4.7. Kutipan Kalimat yang mengandung Kata Ganti Orang Kedua Omae di Episode 13 Film Animasi Kimi to Boku... ... 53

Tabel 4.8. Kutipan Kalimat yang mengandung Kata Ganti Orang Kedua Omae di Episode 3 Season 2 Film Animasi Kimi to Boku... 56

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Kesan mengenai Kata Ganti Orang Kedua Omae... 4

Gambar 1.2. Lawan Bicara yang Dihadapi dalam Penggunaan Kata Ganti Orang Kedua Omae... 4

Gambar 2.1. Tingkat Keseringan Penggunaan Kata Ganti Kedua Omae... 21

Gambar 2.2. Situasi dalam Penggunaan Kata Ganti Kedua Omae... 22

Gambar 2.3. Kesan Mengenai Kata Ganti Orang Kedua Omae Bagian I... 25

Gambar 2.4. Kesan Mengenai Kata Ganti Orang Kedua Omae Bagian II... 25

Gambar 2.5. Tokoh Utama Film Animasi Kimi to Boku... 28

Gambar 2.6. Tokoh Utama Film Animasi Kimi to Boku... 32

Gambar 4.1. Jumlah Frekuensi Pemakaian Kata Ganti Orang Kedua pada Film Animasi Kimi to Boku... 40

Gambar 4.2. Sekelompok Anak Bermasalah yang Mencekal Chizuru... 45

Gambar 4.3. Adegan dimana Fuyuki Merendahkan Chizuru Karena Badannya Kecil... 50

Gambar 4.4. Guru yang Mengajar Kendo di SMP Shun dan Kawan-kawan... 52

Gambar 4.5. Adegan Ken Menyerang Cbizuru dan Kaname... 55

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Perkenalan Tokoh dan Penjelasan mengenai Karakternya dalam Film Animasi Kimi to Boku... 115 Lampiran 2. Alur Cerita Kimi to Boku... 119 Lampiran 3. Format Data Kutipan Kalimat yang Mengandung Kata Ganti Orang

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

The Japan Fondation (2012) melakukan penelitian dengan tema ”2012

Nendo Nihongo Kyouiku Kikan Chousa”. Penelitian ini meneliti lembaga

pendidikan di seluruh dunia yang tengah memberikan pembelajaran bahasa Jepang. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pembelajar bahasa Jepang di Indonesia menduduki peringkat kedua terbanyak sedunia dengan jumlah sebanyak 872.411 orang.

Dengan melihat semakin meningkatnya pembelajar bahasa Jepang seperti ini, sangatlah penting memahami penggunaan bahasa, misalnya pemilihan diksi agar tidak terjadi kesalahpahaman. Karena jika timbul kesalahpaman dalam penggunaannya, khususnya oleh pengajar, maka akan berpengaruh besar pada pembelajar bahasa Jepang lainnya.

Dalam bahasa Jepang terdapat tingkat tutur yang sama halnya dengan bahasa sunda yang disebut dengan Undak Usuk Basa Sunda. Ada yang namanya bahasa sopan dan ada yang namanya bahasa akrab, sehingga ketika berbicara, kita perlu memperhatikan siapa lawan bicaranya. Dalam bahasa Jepang, pola kalimat yang paling netral dan aman digunakan dimanapun dan kepada siapa pun adalah pola kalimat bentuk formal yaitu desu/masu. Oleh karena itu, pada umumnya di awal pembelajaran bahasa Jepang diajarkan terlebih dahulu pola kalimat desu/masu ini. Berikut merupakan pendapat Yasuda, Ogawa dan Hinakawa (1999)

mengenai pembelajaran percakapan formal dan nonformal.

(13)

nonformal, pembelajar bahasa Jepang mencari-cari sumber informasi di luar pelajaran kelas karena yang diajarkan dalam kelas sangatlah terbatas. Beberapa contoh media pembelajaran yang mudah didapat dewasa ini yaitu komik Jepang (manga), film animasi (anime), film drama Jepang (dorama), dan program televisi Jepang (terebi bangumi). Media tersebut dapat dengan mudah kita temukan di internet dan dapat diunduh atau ditonton dengan gratis, sehingga besar kemungkinannya pembelajar bahasa Jepang di Indonesia, bahkan di seluruh dunia mempelajari bahasa Jepang melalui media tersebut.

Dari media hiburan tersebut, yang paling mudah dicari dan yang paling banyak tersedia dalam internet adalah anime. Banyak website yang menyediakan film anime Jepang mulai dari film jaman dahulu maupun yang sedang ditayangkan saat ini. Bahasa lisan yang digunakan tetap bahasa Jepang dengan subtitle bahasa Inggris. Dalam website tersebut ada yang menyediakan fasilitas

untuk mengunduhnya, ada juga yang hanya dapat ditonton online (streaming) saja. Film animasi tersebut banyak yang diadaptasi dari manga dan ada pula yang diadaptasi dari novel. Film animasi Jepang memiliki jenis yang banyak mulai dari yang berjenis fantasi hingga yang hampir menyerupai kehidupan sehari-hari kita. Jenis film animasi ini dibagi menjadi dua bagian besar yaitu shonen anime dan shojo anime. Shonen anime adalah film animasi yang sebagian besar bertemakan

aksi dan petualangan. Film jenis ini ditujukan untuk penonton remaja pria karena banyak sekali kekerasan yang muncul di dalamnya. Adapun yang dimaksud shojo anime adalah film animasi yang sebagian besar bertemakan percintaan anak-anak

hingga remaja. Film jenis ini ditujukan bagi penonton yang menyukai roman dimana kebanyakan penyukanya adalah para wanita. Jadi, shonen anime adalah film animasi yang kelaki-lakian, sedangkan shojo anime adalah film animasi yang kewanitaan.

(14)

omae/omaera. Perbandingan penggunaan kata ganti orang kedua tersebut yang

digunakan oleh tokoh-tokoh film anime Naruto adalah sebagai berikut. 1. Omae/omaera 13 kali. melakukan observasi pada 10 anime, dimana 5 anime diantaranya adalah shonen anime dan 5 sisanya adalah shojo anime. Hasil observasi tersebut menunjukkan

bahwa 9 anime diantaranya menggunakan kata ganti omae.

Dari observasi tersebut, diketahui bahwa dalam film animasi Jepang, khususnya shonen anime, kata ganti orang kedua yang paling banyak digunakan adalah omae. Oleh karena itu, penulis memilih kata ganti orang kedua omae sebagai objek penelitian.

Alasan kedua mengapa kata omae diambil menjadi objek penelitian adalah karena kata tersebut memiliki keambiguan makna. Pada tahun 2014, penulis menyebarkan angket pada 108 mahasiswa di salah satu universitas di Jepang yaitu Universitas Gunma, dengan responden sebanyak 65 orang pria dan 43 orang wanita. Salah satu pertanyaan angket tersebut adalah bagaimanakah kesan Anda mengenai kata ganti orang kedua omae. Hasil tersebut ditunjukkan pada gambar 1.1 di bawah ini.

(15)

Gambar 1.1 Kesan Mengenai Kata Ganti Orang Kedua Omae

(Sukmatriyani, 2014)

Gambar 1.2 di bawah ini adalah grafik mengenai 65 mahasiswa Jepang berjenis kelamin pria yang menggunakan omae. Hampir semua lawan bicara yang mereka hadapi adalah teman pria yang sederajat.

Gambar 1.2 Lawan Bicara yang Dihadapi dalam Penggunaan Kata Ganti Orang Kedua Omae

Dari grafik di atas, terlihat bahwa banyak sekali pria yang menggunakan omae, bahkan ada pula yang menggunakannya terhadap wanita. Sehingga timbul

(16)

kasar. Oleh karena itu, diperlukan penelitian mengenai penggunaan omae sebagai kata ganti orang kedua ini. Ditambah lagi, pada buku pembelajaran, tidak ada penjelasan mengenai penggunaan kata ganti orang kedua omae ini sehingga kemungkinan besar akan terjadi kesalahpahaman bagi pembelajar bahasa Jepang, khususnya bagi yang menggunakan film animasi sebagai media pembelajaran.

Pada dasarnya anime merupakan media hiburan, bukan ditujukkan sebagai media pembelajaran bahasa Jepang, oleh karena itu kita harus berhati-hati memilah anime sebagai media pembelajaran. Tidak semua anime cocok untuk dijadikan media pembelajaran karena bahasa yang digunakan banyak diwarnai dengan bahasa-bahasa slang (bahasa gaul) atau tame-kuchi kotoba (bahasa akrab) yang digunakan terhadap teman dekat, orang yang sederajat, dan orang yang dibawah kita.

Selain itu, pada dasarnya cerita dalam anime merupakan cerita fiksi. Contohnya film animasi yang bertemakan aksi dan petualangan dimana isi ceritanya tidak nyata dan tidak umum seperti genre magic, pertarungan, kehidupan ninja, bajak laut atau dunia lain yang dibuat dari khayalan pengarangnya. Kebiasaan-kebiasaan yang terdapat di dalamnya berbeda dengan kehidupan sehari-hari yang pada umumnya orang Jepang jalani, misalnya anime yang berjudul ”Naruto” dengan latar belakang dunia ninja, dan ”One Piece” dengan latar belakang bajak laut. Oleh karena latarnya berbeda dengan dunia nyata, bahasa yang dipakai pun meragukan untuk dijadikan referensi karena terdapat bahasa-bahasa aneh yang tidak dilakukan oleh orang Jepangnya sendiri. Misalnya bahasa yang dipakai tokoh utama yang bernama Naruto dalam anime Naruto” berikut ini.

1. Gamakichi : Oyaji wa ima te uchi no gota gota ja ken, Ore ga kita de. Bikkuri shita ka?

Naruto : ya.. iya iya iya iya... Sore yori, ikki ni dekaku natta naa, omae. Akamaru no toki yori bikkuri shita tte ba yo.

(Episode ke 374, durasi pada menit ke 02:56-03:08)

(17)

Di episode lainnya pun Naruto sering kali mengakhiri pembicaraannya dengan pola tersebut, baik itu ketika dia kaget, bersemangat atau kesal, sedangkan tokoh lainnya tidak ada yang menggunakannya sebanyak Naruto. Ditambah lagi, selama penulis menemui orang Jepang hingga saat ini tidak ada satupun dari mereka yang memakai pola kalimat ~te ba sebanyak yang dipakai Naruto. Hal ini membuktikan bahwa bahasa yang digunakan dalam anime bergenre fantasi terkadang berlebihan, sehingga bahasa dan ungkapan yang ada dalam anime bergenre tersebut meragukan untuk ditiru.

Melihat pemakaian bahasa yang berlebihan oleh Naruto, maka penggunaan kata omae yang banyak ini pun menjadi pertanyaan. Apakah dalam kehidupan orang Jepang yang sebenarnya kata ganti orang kedua omae ini sering digunakan sebanyak yang digunakan dalam anime. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian mengenai pendapat orang Jepang terhadap pemakaian omae yang ada pada film anime seperti yang penulis lakukan sebelumnya di tahun 2014. Dari hasil angket

yang disebarkan pada 108 mahasiswa di Universitas Gunma di Jepang, terdapat 54 mahasiswa yang suka menonton anime atau membaca manga. Salah satu pertanyaan angket tersebut adalah mengenai penggunaan kata ganti omae dan tanggapan mengenai bahasa yang dipakai dalam anime atau manga. Hasil penelitian tersebut adalah sebagai berikut.

Tabel 1.1 Anime ya Manga nado de Tsukawareteiru Ippantekina Serifu wa Nichijou Seikatsu de Tsukau to, Donna Shizensa ga Kanjiru to Iu Chousa

Kotae Hito Percent

Tabel 1.2 Anime ya Manga nado de Omae to iu Kotoba wo Yoku Mikakeruka Kotae Hito Percent

(18)

Tabel 1.3 Anime ya Manga nado de Kiku Omae no Serifu wa Moshi Nichijou

Tabel 1.1 merupakan hasil penelitian mengenai lumrah tidaknya penggunaan bahasa yang digunakan oleh tokoh anime dan manga apabila digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dari tabel tersebut dapat kita ketahui bahwa bahasa yang dipakai dalam anime dan manga itu cukup alamiah (yaya shizen) dengan persentase tertinggi yaitu sebanyak 31.5%, namun tidak melebihi

50%. Jawaban terbanyak kedua adalah tidak begitu alamiah (amari shizen dewanai) dengan persentase sebanyak 27.8%. Jika dilihat dari jenis anime/manga

yang dikonsumsi oleh responden, hampir setengah dari mereka menonton anime yang bertemakan shounen fantasi. Karena itulah sebagian dari responden menjawab bahasa yang digunakan dalam anime/manga tersebut tidak begitu lumrah jika digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Selanjutnya, pada tabel 1.2 menunjukkan hasil dari pertanyaan mengenai ditemukan tidaknya kata omae dalam anime/manga. Hasil menunjukkan bahwa responden yang tidak menemukan kata omae (zenzen mikakenai) adalah 0%. Dilain pihak responden yang menjawab kadang-kadang menemukannya (toki-doki mikakeru) hampir setengahnya sebanyak 46.3%. Hal ini menunjukkan bahwa

banyak ditemukannya omae pada anime/manga.

Tabel 1.3 menunjukkan hasil dari pertanyaan mengenai pantas tidaknya kata omae diguakan pada kehidupan sehari-hari. Hasil menunjukkan bahwa responden

yang menjawab cukup pantas (yaya tekisetsu) sebanyak 44.4%. Sedangkan responden yang menjawab tidak pantas (futekisetsu) hanya sedikit, tidak melebihi 10%. Hal ini membuktikan bahwa kata omae yang digunakan dalam anime/manga cukup pantas digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

(19)

menggunakan anime/manga sebagai referensi belajar, karena tidak semua bahasa di dalamnya natural dan terkadang berlebihan.

Oleh karena itu, disini penulis memilih film animasi Kimi to Boku, karena jenis film ini netral. Film animasi ini dapat dinikmati oleh kaum pria karena sebagian besar pemerannya adalah pria, namun dapat juga dinikmati oleh wanita karena salah satu tema dari film ini adalah percintaan. Selain itu, pertimbangan lain dipilihnya film animasi ini adalah karena film animasi ini berjenis shonen anime namun setting latar cerita tersebut menyerupai kehidupan sehari-hari, tidak

ada khayalan-khayalan yang berlebihan. Mengapa penulis memilih shonen anime adalah karena objek penelitian yang ingin diteliti merupakan kata ganti orang kedua omae sebagai danseigo (bahasa pria), sehingga penulis memerlukan instrumen penelitian dimana pemakai bahasanya adalah pria. Selain itu film animasi ini bertemakan persahabatan dan percintaan, sehingga pemeran wanitanya pun tidak terlalu sedikit. Dengan kata lain pemeran pria dan wanitanya seimbang. Berbeda dengan film animasi lain yang bertemakan olahraga. Film animasi tersebut biasanya didominasikan oleh pemeran pria, sedangkan pemeran wanita hanya satu atau dua orang. Dengan adanya keseimbangan antara pemeran pria dan wanita, penulis dapat meneliti bagaimana penggunaan omae terhadap wanita. Film ini pun dapat dijadikan media pembelajaran karena settingan latarnya bukan dunia fantasi melainkan berada di salah satu daerah di negeri Jepang dengan kebiasaan-kebiasaan yang biasa dilakukan oleh orang Jepang pada umumnya.

Dengan adanya latar-belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ” Analisis Penggunaan Kata Ganti Orang Kedua Omae dalam Film Animasi Kimi to Boku

1.2. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah disampaikan sebelumnya, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

(20)

b. Bagaimanakah penggunaan kata ganti omae dalam film animasi Kimi to Boku”?

c. Aspek-aspek apa sajakah yang melatar-belakangi penggunaan kata ganti omae dalam film animasi “Kimi to Boku”?

1.3. Batasan Masalah Penelitian

Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah penelitian sebagai berikut: a. Penelitian ini hanya akan mengkaji perbandingan penggunaan kata

ganti “omae” dengan kata ganti orang kedua lainnya yang digunakan dalam film animasi “Kimi to Boku”

b. Penelitian ini hanya akan mengkaji aspek-aspek yang melatar-belakangi penggunaan kata ganti omae dalam film animasi “Kimi to Boku”

c. Penelitian ini hanya akan mengkaji aspek-aspek yang melatar-belakangi belakangi pemilihan kata ganti orang kedua selain omae dalam film animasi “Kimi to Boku”

d. Untuk menjawab rumusan masalah mengenai aspek-aspek apa saja yang melatar-belakangi penggunaan omae, penulis menyeleksi episode-episode yang akan dijadikan instrumen penelitian. Episode yang dipilih sebanyak enam episode, yaitu 4 episode season pertama (episode 3, 5, 12, dan 13) dan 2 episode season kedua (episode 3 dan 6).

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mendeskripsikan perbandingan penggunaan kata ganti “omae” dengan kata ganti orang kedua lainnya yang digunakan dalam film animasi “Kimi to Boku”

b. Untuk mengetahui aspek-aspek yang melatar-belakangi penggunaan omae dalam film animasi “Kimi to Boku”

(21)

1.5. Manfaat/Signifikansi Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini ialah sebagai berikut.

a. Manfaat teoritis.

Menambah kekayaan penelitian di bidang bahasa khususnya di bidang kata ganti orang kedua.

b. Manfaat praktis.

1) Bagi penulis, penelitian ini memberikan pengetahuan tentang aspek-aspek yang melatar-belakangi penggunaan dan pemilihan kata ganti orang kedua.

2) Bagi pengajar bahasa Jepang, dapat dijadikan bahan pengayaan dan masukan mengenai penggunaan dan fungsi kata ganti orang kedua. 3) Bagi pembelajar bahasa Jepang, dapat dijadikan bahan pengayaan

untuk meningkatkan pemahaman serta menghindari kesalahpahaman dalam penggunaan kata ganti orang kedua.

1.6. Definisi Operasional

Untuk memudahkan dan menghindari kemungkinan terjadinya kekeliruan atau kesalahpahaman dalam menafsirkan pengertian atau makna dari judul penelitian ini, maka penulis memberikan penegasan istilah sebagai berikut:

1. Kata ganti merupakan kata yang dipakai untuk mengganti orang atau benda, seperti aku, engkau dia. Sehingga, kata ganti orang kedua merupakan kata yang dipakai untuk mengganti orang kedua atau pendengar, seperti engkau, anda, kamu.

2. Omae merupakan kata ganti orang kedua dalam bahasa Jepang yang artinya setara dengan kamu, anda, dan engkau dalam bahasa Indonesia. 3. Danseigo atau dalam bahasa Indonesianya adalah ragam bahasa pria

merupakan bahasa yang kuat sekali kecenderungannya dipakai oleh penutur pria (Sudjianto & Dahidi, 2009, hlm. 204)

(22)

berdurasi sekitar 24 menit. Film animasi ini menceritakan tentang kehidupan sehari-hari seputar lima orang anak SMA. Komedi, persahabatan, dan percintaan terkandung dalam film animasi ini. Pada tanggal 3 April s.d, 26 Juni 2012, kelanjutan (sequel) dari film animasi ini ditayangkan di Jepang dengan judul Kimi to Boku 2 sebanyak 13 episode.

1.7. Struktur Organisasi Skripsi

Adapun sistematika penulisan laporan penelitian (skripsi) ini dibagi menjadi lima bab yaitu bab I adalah pendahuluan, bab II adalah landasan teoritis, bab III adalah metode penelitian, bab IV adalah temuan dan pembahasan dan yang terakhir bab V adalah simpulan dan rekomendasi.

Isi dalam setiap bab tersebut antara lain dijelaskan berikut ini. Dalam bagian bab pendahuluan penulis akan membahas tentang latar belakang masalah, rumusan dan batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi operasional dan struktur organisasi skripsi. Lalu, dalam bagian bab landasan teoritis, akan membahas tentang teori-teori yang relevan dan teori yang melandasi kegiatan penelitian ini, yaitu kata ganti orang, bahasa pria (danseigo), penggunaan kata ganti orang kedua omae sebagai bahasa pria (danseigo), perkembangan penggunaan kata ganti orang kedua omae, kata ganti orang kedua omae menurut penutur remaja Jepang, dan terakhir adalah penjelasan mengenai film animasi Kimi to Boku. Selanjutnya, dalam bagian bab metode penelitian akan membahas

tentang desain penelitian yang digunakan, objek penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data dan analisis data. Selanjutnya, dalam bab temuan dan pembahasan, bab ini membahas tentang temuan data penelitian mengenai omae dalam film animasi Kimi to Boku dan hasil pengolahannya disertai dengan pembahasan hasil penelitian, yang terdiri dari jumlah pemakaian kata ganti orang kedua dan faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan kata ganti orang kedua omae. Terakhir merupakan bab simpulan dan rekomendasi yang membahas

(23)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Menurut Arikunto (2006, hlm. 96), metode penelitian adalah suatu cara pendekatan penelitian yang digunakan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi. Hal ini menunjukkan bahwa dalam suatu penelitian, diperlukan metode penelitian yang tepat agar masalah penelitian dapat terpecahkan. Pengertian metode penelitian itu sendiri, secara terpisah, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah sebagai berikut.

Metode merupakan cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki (KBBI, 2001, hlm. 740). Penelitian merupakan kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk mengembangkan prinsip-prinsip umum (KBBI, 2001, hlm. 1163).

Jadi, dapat dikatakan bahwa metode penelitian merupakan cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan penelitian agar tujuan penelitian tersebut tercapai sesuai dengan yang dikehendaki.

Sutedi (2011, hlm. 54) mengatakan bahwa setiap jenis penelitian mempunyai metode tersendiri yang menjadi karakter penelitian itu sendiri, sehingga metode yang digunakan dalam penelitian disesuaikan dengan tujuan dari penelitiannya. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti kebiasaan orang Jepang yang menggunakan kata ganti kedua, khususnya omae, sehingga metode penelitian yang cocok adalah metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2011, hlm. 8) adalah sebagai berikut.

Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural seting); disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya; disebut sebagai metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.

(24)

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk memberikan (menjabarkan) suatu keadaan atau fenomena yang ada secara apa adanya (Sutedi, 2011, hlm. 20). Menurut Ali (1987, hlm. 121) objek dari penelitian deskriptif ini berupa fenomena aktual yang terjadi pada masa kini dalam suatu populasi tertentu atau berupa kasus yang aktual dalam kehidupan sehari-hari.

Alasan penulis memilih metode penelitian analisis deskriptif dikarenakan penulis bermaksud untuk memahamai situasi sosial secara mendalam dan menemukan pola kebiasaan masyarakat Jepang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan fenomena penggunaan kata ganti orang kedua, khususnya omae yang terdapat dalam film animasi Kimi to Boku. Kata ganti orang kedua

omae ini merupakan fenomena aktual yang terjadi pada masa kini yang dimana

kata tersebut mengandung makna kasar tetapi sering digunakan oleh tokoh film animasi Jepang sehingga fenomenal ini perlu dianalisa dan diinterpretasi penggunaannya.

3.2. Pengumpulan Data 3.2.1. Objek Penelitian

Objek penelitian atau data penelitian menurut Sutedi (2011, hlm. 155) adalah sejumlah informasi penting yang diperlukan untuk menjawab masalah penelitian melalui prosedur pengolahannya. Seperti yang telah disebutkan dalam batasan masalah, yang menjadi objek penelitian ini adalah kata ganti orang kedua, khususnya omae yang terdapat dalam film animasi Kimi to Boku.

Alasan penulis memilih kata ganti orang kedua omae adalah karena kata ganti orang kedua ini unik penggunaannya. Sesuai dengan penelitian terdahulu, penulis menyebarkan angket pada 108 orang mahasiswa Universita Gunma di Jepang yang disebarkan pada bulan Juli 2014. Salah satu pertanyaannya adalah kesan mereka mengenai kata omae dan seberapa sering mereka menggunakan omae. Uniknya, hampir 50% mahasiswa Jepang yang menyebutkan bahwa omae

(25)

Karena itulah, seperti yang telah dipaparkan pada latar belakang penelitian, fenomena penggunaan omae ini perlu diteliti agar tidak terjadi kesalahan pemahaman terhadap penggunaan kata ganti orang kedua omae oleh pembelajar bahasa Jepang. Selain itu, agar tidak terjadi kesalahpahaman komunikasi antara penutur bahasa Jepang asli dengan pembelajar bahasa Jepang sebagai bahasa kedua mengenai maksud dari penggunaan kata omae.

3.2.2. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan atau menyediakan berbagai data yang diperlukan dalam kegiatan penelitian (Sutedi, 2011, hlm. 155). Untuk mengumpulkan berbagai informasi mengenai kata ganti orang kedua omae, maka instrumen yang diperlukan adalah sebagai berikut.

1. Film animasi Kimi to Boku dimana data yang diambil sebanyak 6 episode, yaitu pada season 1 sebanyak 4 episode (episode 3, 5, 12, dan 13), dan pada season 2 sebanyak dua episode (episode 3 dan 6). Penulis memilih keenam

episode tersebut dengan pertimbangan sebagai berikut.

a. Episode 3 terdapat unsur penggunaan omae terhadap orang yang baru ditemui

b. Episode 5 terdapat unsur penggunaan terhadap teman wanita yang posisinya lebih rendah dari pembicara.

c. Episode 12 terdapat unsur penggunaan terhadap lawan bicara yang kedudukannya lebih tinggi.

d. Episode 13 terdapat unsur penggunaan terhadap dan penggunanya anak kecil.

e. Episode 3 season 2 terdapat unsur pembicaranya adalah seorang guru dan penggunaan terhadap lawan bicara yang kedudukannya lebih tinggi, namun baru ditemui.

f. Episode 6 season 2 terdapat unsur penggunaan terhadap lawan bicara yang baru ditemui dan posisinya sederajat.

(26)

Menurut Sutedi (2011, hlm. 178) Instrumen kartu data digunakan untuk menghimpun data kualitatif berupa novel, naskah drama dan sebagainya yang telah dipublikasikan yang berupa contoh-contoh kalimat penggunaan bahasa dalam kehidupan yang nyata (jitsurei).

3. Buku-buku referensi berbahasa Jepang, Inggris, dan Indonesia yang berupa jurnal penelitian, penelitian terdahulu, dan buku-buku yang telah diterbitkan. 4. Internet untuk mencari pendapat para ahli, jurnal-jurnal dan penelitian

terdahulu.

5. Kamus serta ensiklopedia baik yang berupa buku terbitan maupun yang berupa e-book.

3.2.3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2011, hlm. 224). Langkah kerja dalam penelitian ini adalah sebagai berikut (Sutedi, 2011; Morissan, 2013).

a. Pemilihan topik penelitian

Dalam menentukan prosedur pengumpulan data, penulis memilih teknik pengumpulan data dengan observasi dan dokumen, dengan rincian sebagai berikut.

1. Dokumen

(27)

Dalam hal ini, penulis melakukan studi dokumen terhadap film animasi Kimi to Boku yang merupakan hasil dari karya seni yang berupa film.

2. Observasi

Marshall (dalam Sugiyono, 2011, hlm. 226) menyatakan bahwa ”through observation, the researcher learn about behavior and the meaning attached to

those behavior”. Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku dan makna dari perilaku tersebut. Maka, untuk mengetahui bagaimana penggunaan omae dan latar belakang penggunaannya dapat diketahui melalui observasi.

Proses observasi dalam penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap sesuai dengan tahapan observasi menurut Spradley (dalam Sugiyono, 2011, hlm. 230), yaitu 1) tahap deskriptif, 2) tahap reduksi, dan 3) tahap seleksi.

1) Tahap deskripsi atau observasi deskriptif.

Pada tahapan pertama ini, peneliti melakukan penjelajahan umum dan menyeluruh, melakukan deskripsi terhadap semua yang dilihat, didengar, dan dirasakan, sehingga peneliti menghasilkan kesimpulan pertama.

Pada tahap ini penulis melakukan observasi di lingkungan Universitas Gunma di Jepang. Lalu, penulis melakukan penjelajahan umum dan menyeluruh terhadap kebiasaan-kebiasaan berbahasa yang dilakukan mahasiswa Jepang.

2) Tahap reduksi atau observasi terfokus.

Tahap kedua adalah tahap reduksi/fokus. Pada tahap ini peneliti mereduksi segala informasi yang telah diperoleh pada tahap pertama. Pada proses reduksi ini, peneliti mereduksi data yang ditemukan pada tahap I untuk memfokuskan pada masalah tertentu.

(28)

3) Tahap seleksi atau observasi terseleksi.

Tahap terakhir, peneliti telah menguraikan fokus yang ditemukan sehingga datanya lebih rinci. Pada tahapan ini penulis telah merumuskan masalah yang akan diteliti. Lalu penulis mencari instrumen untuk mengumpulkan data. Dalam hal ini, penulis memilih instrumen film animasi Kimi to Boku, yang diunduh melalui internet.

3.3. Analisa Data

Menurut Morissan (2012, hlm. 27), pada penelitian kualitatif, analisis data telah dapat dilakukan sejak awal pada saat proses pengumpulan data dimulai, dan terus berlanjut sepanjang penelitian. Teknik analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik komparatif tetap menurut Lincoln dan Guba (dalam Morissan, 2013, hlm. 28-30). Secara umum, teknik kompratif tetap ini terdiri atas empat tahapan, sebagai berikut.

1. Kategorisasi kejadian

Setelah data dipersiapkan untuk dianalisis, peneliti kemudian meletakkan setiap unit analisis ke dalam seperangkat kategori sementara. Setiap unit analisis baru yang diperiksa langsung ibandingkan dengan unit analisis sebelumnya yang telah dimasukkan ke dalam satu atau beberapa kategori tertentu. Jika suatu unit analisis baru ternyata tidak memiliki kesamaan dengan unit analisis sebelumnya, maka peneliti harus membuat kategori baru. (Morissan, 2013, hlm 28)

2. Perbaikan kategori

Dalam tahapan ini, menurut Morissan (2013) adalah sebagai berikut. Peneliti menuliskan aturan atau pernyataan yang menjelaskan apa saja kriteria dari suatu kategori. Aturan sebelumnya mengenai kriteria suatu kategori mungkin perlu ditulis kembali dan direvisi selama pelaksanaan penelitian. Aturan ini membantu peneliti untuk fokus pada penelitiannya dan juga memungkinkan peneliti untuk mulai menggali dimensi teoretis sistem kategori yang muncul dari hasil penelitiannya. (Morissan, 2013, hlm. 29)

(29)

Tahap ketiga ini adalah tahapan untuk mencari hubungan dan mencari pola-pola yang sama di antara keseluruhan kategori yang ada.

Peneliti mempelajari kembali setiap pernyataan yang telah dibuat untuk masing-masing kategori, dan melihat jika ada hubungan yang berarti. Beberapa pernyataan bisa jadi memiliki kekuatan untuk berdiri sendiri, namun beberapa pertanyaan bisa jadi berhubungan dengan pernyataan lainnya. Apa pun situasinya, tujuan dari tahapan ini adalah untuk menghasilkan pernyataan yang dapat menjelaskan fenomena yang tengah diteliti. (Morissan, 2013, hlm. 30)

4. Menyederhanakan dan mengintegrasikan data berdasarkan struktur teorinya.

Pada tahap akhir proses analisis data ini penulis membuat suatu ringkasan dari hasil analisisnya.

(30)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan pedoman UPI (2014, hlm. 38) bab ini berisi simpulan dan rekomendasi, yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan penulis terhadap hasil analisis temuan penelitian sekaligus mengajukan hal-hal penting yang dapat dimanfaatkan dari hasil penelitian tersebut

5.1 Simpulan

Berdasarkan analisa film animasi Kimi to Boku, dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Perbandingan penggunaan omae dengan kata ganti orang kedua lainnya adalah 7:1, yaitu penggunaan kata omae 79 kali dan penggunaan kata ganti orang lainnya tidak lebih dari 12 kali. Rincian frekuensi tersebut adalah sebagai berikut.

1) Penggunaan omae sebanyak 79 kali. Satu episodenya, maksimal 20 kali dan minimal 5 kali.

2) Penggunaan kimi sebanyak 12 kali, dengan satu episodenya maksimal 7 kali. Penggunaan temae sebanyak 8 kali, dengan satu episodenya maksimal 4 kali. Penggunaan anta sebanyak 12 kali dengan satu episodenya maksimal 8 kali. Penggunaan anata sebanyak 4 kali dengan satu episodenya maksimal 3 kali.

3) Dari total penggunaan omae sebanyak 79 kali, pemeran pria yang menggunakan kata tersebut maksimal sebanyak 5 orang dan minimal sebanyak 2 orang. Sedangkan pemeran pria yang menggunaan kata ganti orang kedua selain omae, maksimal sebanyak 3 orang pada kata kimi. Jadi, banyaknya frekuensi kemunculan omae dalam suatu film bukan berarti orang yang menggunakannya ada banyak.

2. Penggunaan kata ganti orang kedua omae dibagi menjadi dua kategori, yaitu: a. Penggunaan berdasarkan posisi dan kedudukan antara pembicara dan

(31)

Penggunaan kata ganti orang kedua omae berdasarkan posisi dan kedudukan ini dibagi lagi menjadi tiga kategori, yaitu: (1) kedudukan lawan bicara sederajat dengan pembicara, (2) kedudukan lawan bicara lebih rendah dari pembicara, dan (3) kedudukan lawan bicara lebih tinggi dari pembicara. Jadi, dalam film animasi Kimi to Boku ini diketahui bahwa penggunaan kata ganti orang omae bukan hanya digunakan terhadap lawan bicara yang kedudukannya sederajat dan dibawahnya saja, tetapi juga digunakan terhadap lawan bicara yang kedudukannya lebih tinggi.

Pembicara yang menggunakan kata ganti orang ini berjenis kelamin pria. Usia pengguna kata ganti orang omae adalah seluruh umur, mulai dari usia TK sekitar 5 tahun hingga orang dewasa sekitar 40 tahunan. Adapun jenis pekerjaannya ada dua macam, yaitu pertama adalah orang-orang yang sedang dalam proses menjalani pendidikan, seperti usia TK, SMP dan SMA, baik anak berandalan maupun anak berprestasi, sedangkan yang kedua adalah tokoh yang sudah berpendidikan seperti seorang guru baik guru yang masih muda maupun yang suda tua. Penggunaan omae tidak selalu identik dengan kekasaran karena omae digunakan juga oleh pembicara yang lemah lembut dan tidak selalu dalam kondisi marah.

b. Penggunaan berdasarkan tujuan pembicaraan.

Penggunaan berdasarkan tujuan pembicaraan yang terdapat pada film animasi yang diteliti ini terdapat delapan macam tujuan, yaitu sebagai berikut.

1) Penggunaan pada saat mengkritik 2) Penggunaan pada saat menolak

(32)

3. Aspek-aspek yang mempengaruhi pembicara dalam menggunakan kata ganti orang omae ditentukan oleh kedudukan dan status lawan bicaranya dan juga oleh suasana hati pembicara, dengan rincian sebagai berikut.

a. Faktor posisi dan kedudukan antara pembicara dan lawan bicara.

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kategori ini dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, status hubungan, dan kesan yang didapat dari lawan bicaranya. Omae yang digunakan terhadap pria tidak memandang kedekatan hubungan antara pembicara dan lawan bicara, bahkan ada juga penggunaan terhadap anak kecil dan orang yang baru ditemui. Hal yang perlu diperhatikan adalah penggunaan terhadap lawan bicara yang lebih tinggi kedudukannya, karena dapat terkesan merendahkan lawan bicara. Untuk penggunaan terhadap lawan bicara wanita, digunakan terhadap teman yang sudah kenal dan dekat, tidak digunakan kepada yang baru ditemui.

b. Faktor suasana hati pembicara.

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kategori ini dipengaruhi oleh tujuan pembicaraan, topik pembicaraan dan suasana pembicaraan. Suasana hati pembicara yang menggunakan omae ternyata bukan hanya disebabkan perasaan negatif saja seperti marah, khawatir, heran, panik atau perasaan ingin merendahkan lawan bicara, namun juga digunakan pada saat kondisi pembicara sedang santai atau sedang ingin bercanda.

5.2 Rekomendasi

Banyak masalah yang tidak sempat terpecahkan dalam penelitian ini karena terbatasnya waktu dan kemampuan peneliti. Masalah tersebut dapat dijadikan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya bagi peneliti yang tertarik untuk membahas penggunaan kata ganti orang kedua secara keseluruhan maupun peneliti yang tertarik untuk membahas omae secara khusus. Topik penelitian yang dapat menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya adalah sebagai berikut.

(33)

penelitian yang dapat menjelaskan kapan kata ganti orang kedua digunakan dan kapan kata panggilan lainnya digunakan.

2. Penggunaan kata ganti orang kedua oleh wanita. Dalam penelitian ini, dibahas mengenai kata ganti orang kedua yang dikhususkan pada omae sebagai danseigo (bahasa pria). Namun, penelitian mengenai joseigo (bahasa wanita) hingga saat ini masih kurang, khususnya bagi peneliti di lingkungan UPI. Penelelitian ini dianjurkan juga agar pembelajar bahasa Jepang yang berjenis kelamin wanita dapat mempelajari bagaimana penggunaan kata ganti orang kedua yang dipakai secara umum. Selain itu, dapat juga diteliti mengenai penyimpangan bahasa yang digunakan oleh wanita seperti penggunaan kata ganti orang kedua omae dan kimi.

3. Alasan pembicara lebih memilih kata ganti orang kedua selain omae, yaitu kimi, temae, anta, dan anata. Karena tidak semua pemeran pria dalam film

animasi Kimi to Boku yang menggunakan kata panggilan omae, ada yang lebih memilih kata kimi, ada juga yang lebih memilih menggunakan kata ganti orang kedua yang netral, yaitu anta dan anata. Oleh karena itu, diperlukan penelitian yang dapat menjelaskan latar belakang atau faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan kata ganti orang kedua tersebut. 4. Pada saat yang bagaimana omae tidak digunakan. Pembicara yang

menggunakan omae tidak setiap saat memakai panggilan omae, terkadang mereka juga menggunakan kata ganti orang kedua lainnya atau kata panggilan yang lainnya. Misalnya dalam penelitian ini, Kaname walaupun dia paling sering menggunakan omae, kadang-kadang dia juga memanggil temannya dengan sebutan nama atau kata ganti orang kedua temae.

(34)

DAFTAR RUJUKAN

Anggraeni, Dini. (2013). Analisis deskriptif danseigo dalam drama televisi Asuko march. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Chin, H. (2013). Nihongo ni okeru gender hyougen (Daigakusei no shiyou jittai oyobi ishiki o chuushin ni). Tokyo: Hana Shoin.

Choi, W. (2008). Nihongo bogo washa no koshou to yobikake no shiyou jitai chousa. [Online]. Diakses dari http://hdl.handle.net/10083/35152

Endo, O.(2001). Onna to kotoba: Onna wa kawatta ka nihongo wa kawatta ka. Tokyo: Akashi.

Gendai Niongo Kenkyuukai. (2011). Josei no kotoba dansei no kotoba (shokuba-hen). Tokyo: Hitsuji Shobo.

Guruupu Jamashii. (2005). Kyoushi to gakushuusha no tame no nihongo bunkei jiten. Tokyo: Kuroshio.

Hikosaka, Y. (1983). Anata 彼 方 ・ 貴 方 ・ 貴 女 (Kanata 彼 方, anta 貴 方, omaeお前). Kuragyou 85 shuunen kinen dai 9 kan goshi i aisatsu-gusoku. hlm. 19-23.

Ide, S. (1983). Josei no hanashi kotoba. Toshi kotoba no hyougen. hlm. 174-193. Dalam Yasuda Y., Ogawa, S., & Shinagawa, N. (1999). Gendai nihongo ni okeru danjo-sa no araware to nihongo kyoiku: Ishiki-jittai chousa no bunseki. Koide kinnen nihongo kyouiku kenkyuu-kai, ronbun-shuu 7 (hlm. 74)

Laili, N. (2010). Penggunaan bahasa ragam pria danseigo oleh tokoh utama wanita dalam komik chibi maruko-chan. Diglossia 2(1). hlm. 198-210 Lincoln, Y. & Guba, E. (1985). Naturalistic inquiry. Dalam Morissan, M. A.

(2013). Metodologi penelitian survey. Jakarta: Kencana.

Marshall, C., & Rossman, G.B. (1995). Designing qualitative research. Dalam Sugiyono. (2011). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D (hlm. 226). Bandung: Alfabeta.

(35)

Morissan, M.A. (2012). Metodologi penelitian survey. Jakarta: Kencana.

Nimas, Fransiska. (2013). Danseigo (bahasa pria) dan joseigo (bahasa wanita) dalam komik “Chibimaruko-chan”. Japanese literature 2 (1). hlm. 83-89 Permana, Yudha D. (2014). Analisis pemakaian danseigo oleh pemeran pria

dalam film animasi Kuroko no basuke. (Skripsi). Universitas Pendidikan

Indonesia, Bandung

Siahaan, E. (2014). [Online]. Diakses dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/ 123456789/40735/4/Chapter%20II.pdf.

Spradley, J. (1980). Participant observation.

Sudjianto & Dahidi, A. (2009). Pengantar linguistik bahasa jepang. Jakarta: Kesaint Blanc.

Sugiyono. (2011). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukmatriyani, R. (2014). Omae no shiyou ni kansuru gunma daigaku no nihonjin gakusei no ishiki ni tsuite no ishiki chousa. Dalam seminar Japanese program gunma daigaku 2014 nendo. Universitas Gunma, Maebashi,

Jepang.

Surakhmad, W. (1990). Pengantar peneltian ilmiah dasar. Bandung: Tarsito. Sutedi, D. (2011). Penelitian pendidikan bahasa jepang. Bandung: UPI Press dan

Humaniora Utama Press.

The Japan Foundation. (2012). 2012 Nendo nihongo kyouiku kikan chousa. [Online]. Diakses dari https://www.jpf.go.jp/j/ japanese/survey/result/ survey12.html#report04

Tim Penyusun Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus besar bahasa indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Yasuda Y., Ogawa, S., & Shinagawa, N. (1999). Gendai nihongo ni okeru danjo-sa no araware to nihongo kyoiku: Ishiki-jittai choudanjo-sa no bunseki. Koide kinnen nihongo kyouiku kenkyuu-kai, ronbun-shuu 7. hlm. 73-87

Yoko, F. (2013). Social indexicality of the "zero" form of address terms in japanese: The interpretation from the amae concept on the basis of

(36)

Yonezawa, Y. (2013). Nininshou daimeishi ”Anata” ni kansuru kousatsu: Kokkagi jiroku no bunseki wo tooshite. [Online]. Diakses dari

(37)

Gambar

Gambar 1.1 Kesan Mengenai Kata Ganti Orang Kedua Omae
Tabel 1.1 Anime ya Manga nado de Tsukawareteiru Ippantekina Serifu wa

Referensi

Dokumen terkait

Yang menjadi soal adalah dengan naiknya anggaran untuk aparatur maka pada saat bersamaan terjadi penurunan di bidang lain, yang kemungkinan bidang tersebut adalah bidang yang

(2005) yang mengkaji suhu ion dan elektron di lapisan F ionosfera pada kawasan India ketika suria minimum tahun 1995 - 1996 mendapati bahawa suhu ion dan elektron adalah berkadar

Pada penelitian ini subtitusi tepung daun singkong fermentasi pada perlakuan P1 untuk tepung ikan 3% dan tepung jagung 7%, ini merupakan komposisi yang baik untuk pakan

Pengantar $ebuah diskusi dalarn pelatihan keuangan menjadi penga- Iaman menarik karena ternyata banyak di antara peserta diskusi tersebut mengalami, merasakan, dan

Catatan atas Laporan Keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan dan merupakan dokumen pertanggungjawaban pelaksanaan APBA Tahun Anggaran

Oleh karena itu mengingat pertumbuhan penduduk yang cukup pesat terutama di salah satu Kawasan Peruntukan Pariwisata dengan contoh kecamatan Batujaya tepatnya di Desa Batujaya

Kerja Sama Usaha tani Tebu Rakyat (KSU-TR), yaitu kerja sama saling menguntungkan dalam melaksanakan usaha tani tebu antara petani/kelompok tani/Koperasi dengan Pabrik

Uji toksisitas tahap awal dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) dilakukan terhadap ekstrak kental n -heksana dan metanol untuk mengetahui aktivitas