• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG ENERGI PANAS DAN BUNYI MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IV SDN Pasiripis KecamatanPadakembangKabupatenTasikmalaya).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG ENERGI PANAS DAN BUNYI MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IV SDN Pasiripis KecamatanPadakembangKabupatenTasikmalaya)."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IV SDN Pasiripis KecamatanPadakembangKabupatenTasikmalaya)

SKRIPSI

DiajukanuntukMemenuhiSebagiandariSyarat

UntukMemperolehGelarSarjanaPendidikan Guru SekolahDasar

Oleh Mujiyono NIM. 1107009

PROGRAM S 1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL SKRIPSI

PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG ENERGI BUNYI MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE JIGSAW

(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IV SDN Pasiripis KecamatanPadakembangKabupatenTasikmalaya)

Oleh: Mujiyono NIM. 1107009

Disetujui Oleh : Pembimbing I,

Prof.Dr.H. CeceRakhmat, M.Pd NIP. 195204221976031004

Pembimbing II,

Drs. AsepSaepulrohman, M.Pd NIP. 196109091985031006

Mengetahui,

Ketua Program Studi S1 PGSD UPI Kampus Tasikmalaya

(3)

MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IV SDN Pasiripis KecamatanPadakembangKabupatenTasikmalaya)

disetujuidandisahkanolehpembimbing: Pembimbing I,

Prof. Dr. H. CeceRakhmat, M.Pd NIP. 195204221976031004

Pembimbing II,

Drs. AsepSaepulrohman, M.Pd NIP. 196109091985031006

Diketahui,

Ketua Program Studi S1 PGSD UPI Kampus Tasikmalaya

(4)

LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN SIDANG

PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG ENERGI PANAS DAN BUNYI MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE JIGSAW

(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IV SDN Pasiripis KecamatanPadakembangKabupatenTasikmalaya)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH : Pembimbing I,

Prof. Dr. H. CeceRakhmat, M.Pd NIP. 195204221976031004

Pembimbing II,

Drs. AsepSaepulrohman, M.Pd NIP. 196109091985031006

Diketahui,

Ketua Program Studi S1 PGSD UPI Kampus Tasikmalaya

(5)

Sayamenyatakanbahwaskripsi yang berjudulPeningkatanPemahamanSiswaTentangEnergiBunyiMelaluiPendekatanPe mbelajaranKooperatifTipe Jigsaw (PenelitianTindakanKelas di KelasIV SekolahDasarNegeriPasiripisKecamatanPadakembangKabupatenTasikmalaya) inisepenuhnyakaryasayasendiri. Tidakadabagian di dalamnya yang

merupakanplagiatdarikarya orang lain

dansayatidakmelakukanpenjiplakanataupengutipandengancara-cara yang tidaksesuaidenganetikadankeilmuan yang berlakudalammasyarakatkeilmuan. Ataspernyataaninisayasiapmenanggungrisikodansanksi yang dijatuhkankepadasayaapabilakemudianditemukanadanyapelanggaranterhadapetika keilmuandalamkaryasayaini, atauadaklaindaripihak lain terhadapkeasliankaryasayaini.

Tasikmalaya, Mei 2014 Yang membuatpernyataan

(6)

i ABSTRAK

Mujiyono, 2014. Peningkatan Pemahaman Siswa Tentang Energi Bunyi Melalui Pendekatan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IV SDN Pasiripis). Program S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya.

Skripsi ini adalah penelitian lapangan dalam bentuk penelitian tindakan kelas yang bersifat kolaboratif antara peneliti, guru dan kepala sekolah. Penelitian ini sendiri dilatarbelakangi oleh kenyataan di lapangan bahwa pelajaran IPA masih dianggap sulit oleh siswa sekolah khususnya siswa sekolah dasar. Hal ini didasarkan pada hasil belajar siswa sebelum tindakan ternyata hasilnya kurang memuaskan. Tujuan skripsi ini adalah untuk memperoleh data yang akurat tentang pembelajaran kooperatif pada energi bunyi dari mulai perencanaan, pelaksanaan dan hasil serta faktor pendukung dan penghambat yang timbul dari pembelajaran kooperatif di kelas IV Sekolah Dasar Negeri Pasiripis. Pelaksanaan PTK telah berlangsung selama 3 bulan yaitu dari bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2014 bertempat di SD Negeri Pasiripis, dengan setting penelitian di kelas IV yang memiliki jumlah siswa 22 orang, terdiri dari 9 siswa perempuan dan 13 siswa laki-laki. Hipotesis tindakan dari penelitian ini adalah: “Jika dalam pembelajaran IPA guru menerapkan model pembelajaran kooperatif maka pemahaman energi bunyi siswa kelas IV SD Negeri Pasiripis dalam akan meningkat”. Hasil penelitian menunjukkan: 1) penilaian pada perencanaan siklus pertama mencapai kriteria nilai baik yaitu 77,50% dan siklus kedua dengan kriteria baik sekali yaitu 91,25% ; 2) kinerja guru pada siklus pertama mencapai kriteria cukup yaitu 74,10% dan siklus kedua mencapai kriteria baik sekali yaitu 84,82% ; dan 3) Nilai aktivitas siswa pada siklus pertama mencapai kriteria cukup yaitu 57,60% dan siklus kedua mencapai kriteria baik sekali yaitu 80%. Jadi secara kuantitatif, hasil belajar siswa setelah dua kali pembelajaran terbukti meningkat.

(7)

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Illahi Robbi, karena atas hidayah dan taufik-Nya penulis masih diberikan kesempatan untuk melaksanakan segala niat dan rencana. Salawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan umatnya hingga akhir zaman.

Alhamdulillah atas karunia-Nya semata penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan Pemahaman Siswa Tentang Energi bunyi Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Tife Jigsaw (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IV SDN Pasiripis).”

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kelemahan dan kekurangan baik dalam isi maupun redaksi, hal tersebut disebabkan masih terbatasnya kemampuan penulis. Meskipun demikian berkat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya penulis menyelesaikan skripsi ini.

Besar harapan semoga bantuan dan dorongan serta do’a mereka dapat imbalan yang berlipat ganda dari Alloh SWT. Akhirnya mudah-mudahan rahmat serta hidayah-Nya senantiasa dilimpahkan ke makhluknya khususnya kepada kita semua.

Tasikmalaya, Mei 2014

(8)

iii

UCAPAN TERIMA KASIH

Oleh karena itu, dengan rasa tulus dan ikhlas, penulis ucapkan terima kasih yang sebenar-benarnya kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. H. Cece Rakhmat, M.Pd. selaku Pembimbing I sekaligus Direktur UPI Kampus Tasikmalaya, yang telah memberikan kesempatan pada peneliti untuk melakukan penelitian tindakan kelas ini.

2. Bapak Drs. Yusuf Suryana, M.Pd., Selaku Sekretaris Direktur Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya.

3. Bapak Drs. Rustono,W.S., M.Pd., selaku Ketua Program yang telah memberikan arahan, dorongan, dan kritik yang justru memberikan inspirasi dalam penulisan skripsi penelitian ini.

4. Bapak Drs. Asep Saepulrohman, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah membantu, membimbing dan memberikan motivasi dalam penulisan skripsi ini.

5. Semua rekan guru SD Negeri Pasiripis yang telah membantu dalam penyusunan skripsi penelitian ini.

6. Istri dan anak penulis tercinta, yang secara tulus dan ikhlas saling berbagi rasa dalam suka maupun duka dengan penulis dalam menyelesaikan skripsi penelitian ini.

(9)

Abstrak ... i

Kata Pengantar ... ii

Ucapan Terima Kasih ... iii

Daftar Isi ... iv

Daftar Tabel ... v

Daftar Gambar ... vi

Daftar Lampiran ... vii BAB I

PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. A. Latar Belakang Masalah... Error! Bookmark not defined. B. Identifikasi Permasalahan ... Error! Bookmark not defined. C. Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah .. Error! Bookmark not defined. D. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. E. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined. F. Struktur Organisasi Skripsi ... Error! Bookmark not defined. BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRANDAN HIPOTESIS

PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined. A. Pembelajaran Kooperatif... Error! Bookmark not defined. B. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif ... Error! Bookmark not defined. C. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ... Error! Bookmark not defined. D. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif ... Error! Bookmark not defined.

E. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... Error! Bookmark not defined. F. Pelaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw di Kelas ... Error! Bookmark not defined.

(10)

2

2 BAB III

METODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined. A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) . Error! Bookmark not defined. B. Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined. C. Subjek, Waktu dan Tempat Penelitian ... Error! Bookmark not defined. D. Variabel Penelitian ... Error! Bookmark not defined. E. Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined. F. Teknik Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined. A. Orientasi Awal dan Identifikasi Masalah ... Error! Bookmark not defined. B. Perencanaan Tindakan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. C. Pelaksanaan Tindakan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. D. Pembahasan Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined. BAB V

SIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined. A. Simpulan ... Error! Bookmark not defined. B. Saran ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbandingan Empat Pendekatan dalam Pembelajaran Kooperatif Error! Bookmark not defined.

Tabel 2.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif . Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.1 Data Nilai Awal Kemampuan IPA ... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.2 Klasifikasi Peringkat Siswa Kelas IV SD Negeri PasiripisKecamatan

Padakembang Kabupaten Tasikmalaya ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.3 Keadaan Siswa Kelas IV SD Negeri PasiripisKecamatan

Padakembang Kabupaten TasikmalayaBerdasarkan Jenis Kelamin ... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.4 Nilai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IPA Tentang energi bunyi

Siklus I... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.5 Nilai Hasil Kinerja Guru Melaksanakan Pembelajaran IPAdengan

Kooperatif Tipe JigsawSiklus 1 ... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.6 Nilai hasil observasi Tindakan aktivitas siswaSiklus 1 ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.7 Data Hasil Tes Akhir Pada Pembelajaran Siklus 1 .. Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.8 Refleksi Pembelajaran IPA tentang energi bunyiSiklus 1 ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.9 Nilai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IPA Tentang energi bunyi Siklus 2 ... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.10 Nilai Hasil Kinerja Guru Melaksanakan Pembelajaran IPAdengan

(12)

4

4

Tabel 4.12 Data Hasil Tes Akhir Pada PembelajaranSiklus 2 .. Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.14 Refleksi Pembelajaran IPA tentang energi bunyiSiklus 2 ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.15 Rekapitulasi Hasil Belajar Pada Setiap Siklus .. Error! Bookmark not defined.

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Ilustrasi Kelompok jigsaw ... Error! Bookmark not defined. Gambar 2.2Resonator pada gitar berupa ruang udara ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 2.3 Getaran pada penggaris ... Error! Bookmark not defined. Gambar 2.4 Riak-riak gelombang air ... Error! Bookmark not defined. Gambar 2.5 Dinding gedung konser dilapisi peredam bunyiError! Bookmark not defined.

Gambar 2.6 Kerangka Berpikir ... Error! Bookmark not defined. Gambar 3.1 Bagan Siklus PTK ... Error! Bookmark not defined. Gambar 3.2Bagan Alur Pelaksanaan Tindakan Diadopsi dari Elliot ... Error! Bookmark not defined.

(13)
(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diajarkan untuk pembentukan kualitas siswa dalam segi kognitif, psikomotorik dan afektif. Lebih lanjut, IPA umumnya memiliki peran penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan siswa yang berkualitas, yaitu manusia yang mampu berpikir kritis, kreatif, logis dan berinisiatif dalam menanggapi isu di masyarakat yang diakibatkan oleh dampak perkembangan IPA dan teknologi. Sehingga pengembangan kemampuan siswa dalam bidang IPA merupakan salah satu kunci keberhasilan peningkatan kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan dunia memasuki era teknologi informasi.

Pendidikan hendaknya memperhatikan perkembangan anak didik, baik dari segi kurikulumnya, metode dan materi ajarnya, perhatian terhadap aspek perkembangan anak didik perlu diperhatikan agar terjadi umpan balik yang seimbang, umpan balik yang dimaksud adalah adanya respons yang positif dari anak didik terhadap pendidikan yang sedang diikutinya, di sisi lain, anak didik akan terhindar dari pengabaian secara pendidikan. Bakat, potensi dan minatnya akan tersalurkan jika pendidikan memperhatikan aspek perkembangan anak didik. Guru akan mudah mengajar dan memberikan materi dengan metode tepat. Jamaluddin Idris dalam Nurhadi (2004, hlm. 34) mengatakan:

“agar pembelajaran bermakna dan berpotensi mengembangkan bakat siswa paling tidak harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: perkembangan anak didik, kemandirian anak, vitalisasi model hubungan demokratis, vitalisasi jiwa aksploratif, kebebasan, menghidupkan pengalaman anak, keseimbangan pengembangan aspek personal dan sosial dan kecerdasan emosional dan spiritual”

(15)

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pokok pembelajaran IPA memiliki materi yang memuat kajian dimensi objek, tingkat organisasi objek dan tema atau persoalan aspek fisis, kimia dan biologi. Pada aspek biologi, IPA mengkaji berbagai persoalan yang berkait dengan berbagai fenomena pada makhluk hidup berbagai tingkat organisasi kehidupan dan interaksinya dengan faktor lingkungan. Untuk aspek fisis, IPA memfokuskan diri pada benda tak hidup. Untuk aspek kimia, IPA mengkaji berbagai fenomena atau gejala kimia baik pada makhluk hidup maupun benda tak hidup yang ada di alam semesta.

Pengajaran IPA dikembangkan berdasarkan persoalan atau tema IPA untuk dapat dikaji dari aspek kemampuan siswa yang mencakup aspek mengomunikasikan konsep secara ilmiah, aspek pengembangan konsep dasar IPA, dan pengembangan kesadaran IPA dalam konteks ekonomi dan sosial. Konsep pembelajaran IPA tersebut berarti mengandung seluruh aspek yang berhubungan dengan pengetahuan untuk dapat menanggapi isu lokal, nasional, kawasan, dunia, sosial, ekonomi, lingkungan dan etika, serta menilai secara kritis perkembangan dalam bidang IPA dan teknologi serta dampaknya.

Dari hasil studi pendahuluan di kelas IV SD Negeri Pasiripis Kecamatan Padakembang Kabupaten Tasikmalaya, ketika pembelajaran IPA, pembelajaran cenderung berlangsung secara individu dimana guru menjadi pusat belajarnya. Sehingga siswa menunjukan sikap kurang bergairah dalam belajar, siswa sering mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Untuk mengaktifkan siswa, strategi yang digunakan selain ceramah adalah melibatkan siswa dalam diskusi seluruh kelas. Tetapi strategi ini tidak terlalu efektif, walaupun guru sudah berusaha dan mendorong siswa untuk berpartisipasi. Kebanyakan siswa terpaku hanya menjadi penonton sementara arena kelas dikuasai oleh hanya segelintir orang.

(16)

3

3

kajiannya luas memenuhi keutuhannya. Dengan kata lain bahwa IPA sebagai mata pelajaran di SD hendaknya diajarkan secara utuh atau terpadu, tidak dipisah-pisahkan.

Menjadikan materi IPA di SD secara terpadu seperti yang digariskan oleh Kurikulum KTSP semata untuk merespons pertanyaan kritis mengenai materi IPA sebelumnya yang hanya menekankan pada “subject matter oriented program”. Sehingga, materi IPA kurikulum KTSP untuk SD didesain untuk menjawab persoalan-persoalan pada masalah-masalah global. Sistem pendidikan nasional secara nyata sampai saat ini belum melahirkan secara khusus guru IPA, melainkan menghasilkan guru biologi, kimia dan fisika. Apalagi guru di SD yang merupakan guru kelas harus menguasai semua materi pelajaran.

Dengan adanya tuntutan pengembangan IPA dan di sisi lain dengan kondisi yang ada seperti di atas, maka perlu diupayakan mencari pemecahannya. Pemerintah melalui Puskur Balitbang Dekdinas pada tahun 2006 telah menggulirkan kurikulum baru yang dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Kependidikan (KTSP).

Sejalan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, serta era globalisasi; dilakukan pula pembaharuan dalam proses belajar mengajar di sekolah dasar. Kegiatan tersebut pada umumnya dilakukan oleh guru dengan tujuan agar proses belajar mengajar relevan dengan kemajuan zaman dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Untuk itu guru sekolah dasar secara kreatif mulai menerapkan beberapa model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan zaman dan kebutuhan peserta didik. Salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif atau cooperative learning.

(17)

lain dari latar belakang budaya yang berbeda. Model pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan pembelajaran yang berpusat kepada aktivitas siswa.

Model pembelajaran kooperatif menumbuhkan jiwa anak agar memiliki rasa kebersamaan melalui pola pembelajaran yang demokratis. Melalui pembelajaran kooperatif siswa lebih banyak diberi kesempatan untuk mengekpresikan dirinya, mengemukakan pendapat atau menanggapi pendapat orang lain, dan kebiasaan menghargai orang lain. Sedangkan peran guru lebih banyak sebagai fasilitator atau sebagai mediator, meningkatkan dan membantu anak dalam proses belajar, serta guru membantu menciptakan suasana yang lebih menghargai pendapat orang lain dan menghindari kekerasan.

Model pembelajaran kooperatif ( cooperative learning ) merupakan cara kerja sama antar siswa, selain dapat mendorong tumbuhnya gagasan yang lebih bermutu dan meningkatkan kreatifitas siswa,juga merupakan nilai sosial bangsa Indonesia yang perlu dipertahankan seperti “gotong royong”. Apabila individu-individu ini bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama,ketergantungan timbal balik (mutual dependency) atau saling ketergantungan antar mereka ,memotivasi mereka untuk bekerja lebih keras untuk keberhasilan mereka secara bersama-sama. Hal tersebut mendorong tumbuhnya rasa ke”kami”an dan mencegah rasa ke”aku”an atau “ananiyah” ( Hari Suderajat , hlm. 2003;67 ).

Berdasarkan uraian di atas, bahwa Model Pembelajaran Kooperatif menurut pertimbangan lain, dapat juga untuk mengefektifkan pelaksanaan belajar kelompok dan tugas kelompok yang sering dilakukan oleh guru di kelas. Pada umumnya guru mengeluh bahwa hasil kegiatan ini tidak sesuai harapan, karena siswa bukan memanpaatkan kegiatan tersebut dengan baik untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya, malah memboroskan waktu dengan bergurau dan sebagainya. Keluhan juga datang dari siswa, mereka tidak bisa bekerja sama secara efektif dalam kelompok. Siswa yang rajin dan pandai atau yang memiliki kemampuan akademik tinggi merasa pembagian tugas dan penilaian kurang adil, sedangkan siswa yang malas dan kurang pandai atau yang memiliki kemampuan akademik rendah merasa minder untuk bekerja sama dengan temannya yang lebih mampu.

(18)

5

5

lapangan hasil pembelajaran IPA khususnya belum mencapai hasil yang optimal. Hasil pembelajaran belum mencapai ketentuan keberhasilan belajar tuntas. Hal ini dibuktikan dari identifikasi hasil pembelajaran IPA kelas IV SD Negeri Pasiripis hanya mencapai ketuntasan sebesar 59,5%.

Bertolak dari data-data di atas, upaya untuk mengatasi permasalahan-permasalahan pembelajaran IPA guna meningkatkan hasil pembelajaran siswa, adalah dengan cara memberi kesempatan pada siswa untuk menemukan konsep sendiri, merancang model, menerapkan konsep, mengembangkan keterampilan bertanya, belajar dalam kelompok dan bisa menilai kesalahan-kesalahan sendiri dengan menggunakan pembelajaran kooperatif yang tepat sehingga tercipta situasi pembelajaran yang menyenangkan dan mengarah pada keberhasilan pembelajaran secara optimal.

Dengan latar belakang masalah ini, maka guru sebagai pengajar dan pendidik dituntut dan harus memiliki kemampuan dalam merencanakan dan melaksanakan proses belajar mengajar dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik. Selain itu pula bahwa mengajar bukan lagi kegiatan guru melakukan transfer pengetahuan sebanyak-banyaknya kepada siswa sesuai kepastian guru tersebut. Untuk itu sudah seyogyanyalah kegiatan belajar mengajar lebih mempertimbangkan potensi yang dimiliki oleh siswa. Selain itu alur proses belajar tidak harus selalu berasal dari guru menuju siswa, melainkan siswa juga bisa saling tukar imformasi dengan guru, maupun antara siswa dengan sesama siswa lainnya. Maka dengan melalui pembelajaran kooperatif akan memberikan kesempatan bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas terstruktur.

(19)

belajar siswa pada ulangan harian belum mencapai target sesuai yang diharapkan apalagi bila dibandingkan dengan nilai Kriteria Ketuntasan Mengajar (KKM) Ilmu Pengetahuan Alam. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mencoba menggunakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa yaitu model Cooperative learning. Margaretha dan Hilda (2003 , hlm. 48) menyatakan bahwa :

Model belajar cooperative adalah suatu strategis belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau prilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok yang teratur dalam kelompok yang terdiri atas dua orang atau lebih untuk memecahkan masalah. Keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh ketertiban dari setiap anggota kelompok itu sendiri.

Dengan melihat dari latar belakang permasalahan di atas, mengapa dipilih model Cooperative Learning jenis jigsaw. Karena model pembelajaran kooperatif jenis jigsaw memiliki keunggulan dalam membantu siswa memahami konsep-konsep, membantu siswa menumbuhkan kemampuan kerjasama dalam memecahkan masalah melalui diskusi di dalam kelompok atau antar kelompok, dengan aktivitas cooperative membantu siswa untuk berpikir kritis, menumbuhkan gagasan dan meningkatkan kreativitas, dan menumbuhkan kepedulian membantu sesama teman, serta dapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, khususnya pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV dalam pembelajaran IPA pada topik energi dan bunyi dengan judul “Peningkatan Pemahaman Siswa Tentang Energi bunyi Melalui Pendekatan pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV SDN Pasiripis)”.

B. Identifikasi Permasalahan

(20)

7

7

meningkatkan aktivitas belajar siswa, dan (2) hasil belajar yang diperoleh siswa masih rendah atau belum ada peningkatan.

C. Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah 1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, secara umum permasalahan dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana meningkatkan pemahaman siswa tentang energi bunyi melalui pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw di kelas IV Sekolah Dasar?”. Untuk memudahkan penelitian, masalah diperinci sebagai berikut:

a. Bagaimana rencana pembelajaran IPA untuk meningkatkan pemahaman energi bunyi pada siswa kelas IV SDN Pasiripis dengan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw?

b. Bagaimanakah proses pelaksanaan pembelajaran IPA untuk meningkatkan pemahaman energi bunyi pada siswa kelas IV SDN Pasiripis dengan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw?

c. Bagaimanakah hasil belajar siswa kelas IV SDN Pasiripis tentang pemahaman energi bunyi dalam pembelajaran IPA dengan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw?

2. Pemecahan Masalah

Alternatif pemecahan masalah yang dilakukan untuk memecahkan masalah penelitian pada pembelajaran energi bunyi dalam mengembangkan kompetensi dasar “Mendeskripsikan energi bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya” di kelas IV Sekolah Dasar Negeri Pasiripis adalah melalui tindakan refleksi pembelajaran yang dilakukan.

(21)

pada energi bunyi, menganalisis faktor pendukung dan penghambat selama pembelajaran.

Hal-hal yang baik dan positif yang diperoleh selama pembelajaran direkomendasikan sebagai pedoman dan kekurangan-kekurangan atau faktor yang menjadi penghambat selama pelaksanaan pembelajaran dicari untuk alternatif solusi tindakan pada pembelajaran berikutnya agar lebih baik.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang dirumuskan di atas maka secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data yang akurat tentang pembelajaran kooperatif pada energi bunyi dari mulai perencanaan, pelaksanaan dan hasil serta faktor pendukung dan penghambat yang timbul dari pembelajaran kooperatif di kelas IV Sekolah Dasar Negeri Pasiripis.

Secara khusus penelitian ini bertujuan:

1. Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam membuat perencanaan pembelajaran kooperatif pada materi energi bunyi.

2. Untuk meningkatkan proses pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada materi energi bunyi di kelas IV Sekolah Dasar Negeri Pasiripis.

3. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran energi bunyi melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Umum

Secara umum manfaat dari kegiatan penelitian ini adalah untuk perbaikan dan peningkatan pelaksanaan pembelajaran IPA, khususnya dalam rangka mengembangkan pemahaman siswa tentang materi energi bunyi di kelas VI Sekolah Dasar Negeri Pasiripis.

2. Manfaat Khusus

Secara khusus manfaat penelitian adalah sebagai berikut: a. Manfaat bagi guru

(22)

9

9

maupun dalam penerapannya. Khususnya topik energi bunyi melalui pendekatan pembelajaran kooperatif.

b. Manfaat bagi siswa

Manfaat hasil penelitian bagi siswa adalah memperoleh model pembelajaran IPA yang memberikan kebebasan dalam menemukan dan membentuk suatu konsep serta membuat model sehingga lebih menarik, terutama untuk materi tentang energi bunyi

c. Bagi lembaga

Manfaat hasil penelitian bagi Sekolah Dasar Negeri Pasiripis adalah memperoleh model atau cara mengajar yang dipandang efektif dalam rangka pemahaman siswa tentang energi bunyi di kelas IV yang kemudian dapat dikembangkan di kelas-kelas lainnya.

F. Struktur Organisasi Skripsi

1. BAB I Pendahuluan terdiri dari Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Identifikasi Masalah, Pemecahan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Struktur Organisasi Skripsi

2. BAB II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis Penelitian terdiri dari Pembelajaran Kooperatif, Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif, Tujuan Pembelajaran Kooperatif, Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif, Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw, Pelaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw di Kelas, Energi Bunyi, Kerangka Beripikir dan Hipotesis Tindakan

3. BAB III Metode Penelitian, terdiri dari Pengertian Penelitian Tindakan Kelas, Desain Penelitian, Subjek, Waktu dan Tempat Penelitian, Variabel Penelitian, Teknik Pengumpulan Data dan Teknik Analisis Data.

4. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

(23)

A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas (Suhardjono dalam Arikunto, 2007, hlm. 58).

Penelitian Tindakan Kelas merupakan salah satu upaya guru atau praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas. Penelitian Tindakan Kelas merupakan kegiatan langsung berhubungan dengan tugas guru di lapangan, dengan kata lain Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitian praktis yang dilakukan di kelas dan bertujuan untuk memperbaiki praktek pembelajaran yang harus dilangsungkan.

Menurut Kemmis dan Mc. Taggart (Kasbolah, 1999, hlm. 13) mengemukakan bahwa: "Penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif yang dilakukan oleh pelaku suatu bentuk penelitian yang dilakukan oleh pelaku dalam masyarakat sosial dan bertujuan untuk memperbaiki pekerjaannya, memahami pekerjaan ini serta situasi pekerjaan ini dilakukan". Kasbolah (1999, hlm. 14) mengatakan bahwa: "Penelitian Tindakan merupakan studi sistematis yang dilakukan dalam upaya memperbaiki praktek-praktek dalam pendidikan dengan melakukan tindkan praktis serta reflektif dari tindakan tersebut".

(24)

28

28

Robert B. Burn (1995, hlm. 293) mengemukakan: “Action research is the application of fact finding to practical problem solving in a social situation with a

view to improving the quality of action within it” John Elliot (dalam Hopkins,

1993, hlm. 45) memberikan penegasan pula bahwa action research adalah “the study of a social situation with a view to improving the quality of action within it”.

Pendapat diatas menjelaskan bahwa penelitian tindakan kelas adalah aplikasi untuk mendapatkan fakta dalam pemecahan masalah situasi sosial dengan melihat perubahan kualitas dari tindakan yang dilakukan.

Pada penelitian tindakan kelas yang menjadi pokok tujuan adalah untuk perbaikan kinerja pada situasi yang konkret, validitas penelitian ini bukan pada kebenaran ilmiah semata melainkan pada upaya untuk menolong memperbaiki kinerja orang agar lebih bekerja dengan “intelligently” dan “skillfully”. Dengan kata lain penelitian tindakan adalah keseluruhan proses yang berkaitan dengan “problem situation is diagnosed, remedial action planned and implemented and its effects monitored” dalam kerangka usaha untuk mencapai sesuatu yang lebih

baik.

Burn (1994, hlm. 294) juga mengemukakan ada 4 kriteria dasar sebuah penelitian tindakan, yakni:

1. Situasional, yakni penelitian ini ditujukan untuk meneliti keadaan pada situasi/konteks tertentu dan menyelesaikan masalah pada konteks itu.

2. Collaboratif, yakni bahwa pada penelitian ini peneliti bekerja sama dengan para praktisi

3. Partisipatori, semu anggota tim turut berperan secara langsung dalam mengimplementasikan penelitian ini.

4. Evaluasi diri, perbaikan/modifikasi dilakukan dievaluasi secara terus-menerus/berkelanjutan dalam kerangka perbaikan kinerja sistem yang berkelanjutan.

(25)

1. Tahap diagnostik (diagnostic), yang di dalamnya berisi penelaahan permasalahan dan perumusan hipotesis.

2. Tahap penyembuhan (therapeutic) dalam tahap ini hipotesis diuji dengan perubahan eksperimen secara langsung dan terencana dalam situasi sebenarnya/nyata.

Penelitian tindakan kelas adalah aplikasi penelitian tindakan (action research) dalam dunia kependidikan atau lebih tegas lagi dalam pengelolaan

pembelajaran di kelas. Elliot juga menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah “ ... method for teachers doing research in their own classrooms ...”.

Dalam konteks kependidikan PTK mengandung pengertian bahwa PTK adalah sebuah bentuk kegiatan refleksi diri yang dilakukan oleh para pelaku pendidikan dalam situasi kependidikan untuk memperbaiki rasionalitas dan keadilan tentang (a) praktek-praktek kependidikan mereka, (b) pemahaman mereka tentang praktek-praktek tersebut, dan (c) situasi di mana praktek-praktek tersebut dilaksanakan. Oleh karena itu PTK memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Pengkajian masalah situasional dan kontekstual pada perilaku seseorang untuk

kelompok orang. Artinya, solusi terhadap masalah-masalah yang digarap di dalam suatu kegiatan PTK tidak untuk di generalisasi secara langsung. Jadi, setiap masalah yang muncul harus segera dicarikan solusinya untuk saat itu dan untuk kondisi dan konteks saat itu pula. Tidak harus menunggu suatu cara penyelesaian yang dapat berlaku umum di setiap situasi, kondisi dan konteks. Namun demikian, tidak berarti bahwa PTK tidak dapat menemukan solusi yang bersifat general. Dari kegiatan PTK yang berkesinambungan dan terorganisasi dengan baik, maka pola solusi umum untuk beberapa masalah yang sering muncul akan terbentuk. Sehingga, generalisasi hasil suatu kegiatan PTK mungkin juga dicapai tetapi setelah melalui beberapa kegiatan PTK.

(26)

30

30

juga tidak dimaksudkan untuk mencari solusi yang berlaku umum di setiap situasi dan kondisi. Jadi tidak perlu ada generalisasi dari sebuah PTK.

3. Penelaahan terhadap tindakan. Di samping adanya tindakan, dalam PTK tindakan yang dilakukan tadi harus ditelaah: kelebihan dan kekurangannya, pelaksanaannya, kesesuaiannya dengan tujuan semula, penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan, dan argumen-argumen yang muncul selama pelaksanaan. Telaahan terhadap tindakan ini dilakukan pada saat observasi. 4. Pengkajian dampak tindakan. Dampak dari tindakan yang dilakukan harus di

kaji apakah sesuai dengan tujuan, apakah memberi dampak positif lain yang tidak diduga sebelumnya, atau bahkan menimbulkan dampak negatif yang merugikan peserta didik.

5. Dilakukan secara kolaboratif. Mengingat kompleksitas pelaksanaan suatu PTK, maka ada baiknya jika PTK ini dilaksanakan secara kolaborasi. Kolaborasi dapat dilaksanakan antara guru dengan dosen LPTK, antara guru dengan guru lain yang bidang studinya baik sama ataupun tidak sama, atau bahkan antara guru dengan siswa.

(27)

kemungkinan, seperti: bagi guru lain yang memberi tanggapan mungkin keluhan itu juga dirasakan oleh guru lain itu sehingga mungkin muncul diskusi tentang keluhan negatif itu. Tetapi kemungkinan lain untuk guru yang memberi tanggapan itu adalah justru keluhan itu tidak pernah dirasakan oleh mereka sehingga keadaan seperti ini memunculkan rasa penasaran pada guru yang memiliki keluhan tadi. Mungkin ia bertanya pada dirinya sendiri, mengapa ia memiliki keluhan itu, sedangkan guru itu mulai bertanya-tanya ada apa gerangan dengan dirinya. Jangan-jangan ia mengajar kurang baik, atau jangan-jangan penampilannya kurang diskusi, atau jangan-jangan-jangan-jangan siswa merasa bosan dengan pelajaran yang ia ajarkan, atau mungkin para siswa merasa kurang tertarik kepada pelajaran itu, atau jangan-jangan ...., atau jangan-jangan ...., dst. Nah pada saat guru itu mulai menelaah ulang apa yang terjadi di dalam kelas, misalnya, maka kita katakan bahwa guru itu sedang melakukan refleksi. Refleksi adalah merupakan salah satu fase (tahap) penting di dalam PTK. Sebab dalam refleksi itu ada banyak kegiatan penting, seperti:

1. Merenungkan kembali mengenai kekuatan dan kelemahan dari tindakan yang telah dilakukan

2. Menjawab tentang penyebab situasi dan kondisi yang terjadi selama pelaksanaan tindakan

3. Memperkirakan solusi saat keluhan yang muncul

4. Mengidentifikasi kendala/ancaman yang mungkin dihadapi

5. Memperkirakan akibat dan implikasi dari tindakan yang direncanakan Kegiatan refleksi itu terdiri dari atas 4 komponen kegiatan, yaitu: analisis data hasil observasi, pemaknaan data hasil analisis, penjelasan hasil analisa, dan penyimpulan apakah masalah itu selesai/teratasi atau tidak. Jika teratasi berapa persen yang teratasi dan berapa persen yang belum. Jika ada yang belum teratasi, apakah perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya atau tidak. Jadi dalam refleksi akan ditentukan apakah penelitian itu berhenti di situ atau terus.

Karakteristik dalam penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut:

(28)

32

32

2. Pengumpulan data dalam penelitian kelas hendaknya dilakukan tanpa menghabiskan banyak waktu (do while teaching)

3. Metodologi dalam penelitian kelas hendaknya dipilih yang memberikan kemungkinan kepada guru untuk merumuskan hipotesis secara lugas dan memberikan peluang untuk membuat strategi penelitian yang dapat diterapkan di kelasnya.

4. Permasalahan yang diteliti hendaknya benar-benar permasalahan yang memang disenangi dan sedang menjadi perhatian pokok bagi guru yang bersangkutan. 5. Tidak melupakan etika penelitian

6. Penelitian kelas yang dilakukan guru hendaknya juga memberikan urunan terhadap pencapaian visi dan misi sekolah, atau prioritas program dari sekolah yang bersangkutan.

Jenis-jenis penelitian tindakan kelas yang dikemukaakn oleh elliot (1991, hlm. 39) adalah sebagi berikut:

1. PTK diagnostik, ialah penelitian yang dirancang dengan menuntun peneliti ke arah suatu tindakan. Dalam hal ini peneliti mendiagnosis dan memasuki situasi yang terdapat dalam latar penelitian

2. PTK partisipan, ialah apabila orang yang akan melakukan penelitian harus terlibat langsung di dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian yang berupa laporan

3. PTK empiris, ialah apabila peneliti berupaya melaksanakan sesuatu tindakan atau aksi dan melakukan apa yang dilaksanakan dan apa yang terjadi selama aksi berlangsung

4. PTK eksperimental, ialah apabila PTK diselenggarakan dengan berupaya menerapkan berbagai teknik atau strategi secara efektif dan efisien di dalam suatu kegiatan belajar mengajar.

(29)

Gambar 3.1. Bagan Siklus PTK B. Desain Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam bentuk proses berdasarkan siklus. Setiap siklus terdiri dari tahapan (fase): perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). Fase-fase tersebut dioperasionalkan dalam kegiatan berikut:

1. Tahap refleksi awal

Pada tahap ini peneliti mencermati, mengidentifikasi dan merumuskan masalah dalam pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang energi bunyi.

2. Merancang langkah-langkah tindakan pemecahan masalah

Pada tahap ini dirumuskan upaya penyelesaian atau penanganan terhadap masalah utama yang teridentifikasi. Rumusan lebih difokuskan kepada memilih tindakan pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang energi bunyi.

Tindakan dalam penelitian ini direncanakan dua siklus, dengan rancangan sebagai berikut:

(30)

34

34

Fokus pembelajaran kooperatif tipe jigsaw konsep energy bunyi. a. Perencanaan

1) Membuat silabus (silabus terlampir) 2) Menyiapkan siswa dalam kelompok 3) Membuat lembar kerja siswa (LKS) 4) Membuat alat evaluasi

b. Pelaksanaan (Tindakan)

Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mengefektifkan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan berdasarkan rencana pembelajaran yang telah disusun.

c. Observasi dan Pencatatan

Ketika pembelajaran berlangsung observer melakukan pengamatan terhadap jalannya proses belajar mengajar dengan mencatat temuan-temuan yang berhubungan dengan fokus penelitian.

d. Analisis dan Refleksi Pembelajaran

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah :

1) Menganalisis dan merefleksi perencanaan serta pelaksanaan pembelajaran IPA tentang energi bunyi menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

2) Menganalisis dan merefleksi penggunaan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam proses pembelajaran.

3) Menganalisis dan merefleksi hasil belajar siswa dalam memahami konsep energi bunyi dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

4) Menganalisis dan merefleksi faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan penggunaan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman konsep energi bunyi.

Hasil analisis dan refleksi pelaksanaan tindakan siklus I dijadikan rekomendasi guna revisi perencanaan tindakan siklus II.

(31)

Fokus pembelajaran kooperatif tipe jigsaw konsep energy bunyi. a. Perencanaan

1) Membuat silabus (silabus terlampir)

2) Mengefektifkan siswa dalam membentuk kelompok 3) Membuat lembar kerja siswa (LKS)

4) Membuat alat evaluasi 5) Membuat angket b. Pelaksanaan (Tindakan)

Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mengefektifkan penggunaan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan berdasarkan rencana pelajaran yang telah disusun.

c. Observasi dan pencatatan

Ketika pembelajaran berlangsung observer melakukan pengamatan terhadap jalannya proses belajar mengajar dengan mencatat temuan-temuan yang berhubungan dengan fokus penelitian.

d. Analisis dan Refleksi Pembelajaran

1) Menganalisis dan merefleksi perencanaan serta pelaksanaan pembelajaran IPA tentang energi bunyi dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

2) Menganalisis dan merefleksi penggunaan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam proses pembelajaran.

3) Menganalisis dan merefleksi hasil belajar siswa dalam memahami konsep energi bunyi dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

4) Menganalisis dan merefleksi faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan penggunaan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman konsep energi bunyi.

(32)

36

36

3. Menuangkan gagasan penyelesaian masalah ke dalam bentuk a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

b. Lembar kerja

c. Instrumen untuk mengobservasi RPP

d. Instrumen untuk memonitor pelaksanaan pembelajaran kooperatif e. Instrumen untuk mengobservasi aktivitas siswa

4. Tahap pelaksanaan tindakan

Pelaksanaan penelitian yang dimaksud adalah langkah realistik yang ditempuh oleh peneliti di lapangan sejak orientasi, pra tindakan hingga terselesaikannya pemecahan masalah. Secara garis besar tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Orientasi

Orientasi yang dilakukan oleh peneliti adalah melakukan studi pendahuluan yang berhubungan dengan konsep-konsep penting pelaksanaan PTK. Studi tersebut berupa hal-hal berikut:

1) Memahami persepsi tentang Penelitian Tindakan Kelas

2) Pemahaman tentang pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang energi bunyi.

3) Penetapan siklus dan fokus tindakan, topik (materi) pembelajaran beserta instrumen dan administrasi persiapan mengajar yang akan digunakan b. Persiapan Pra Tindakan

Sebelum penelitian dilakukan dalam bentuk pembelajaran, persiapan awal yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1) Mendiskusikan rencana umum PTK sebagai upaya meningkatkan pemahaman siswa tentang energi bunyi; alternatif materi untuk disajikan sebagai masalah yang digunakan dalam penelitian, instrumen penelitian yang diperlukan, dan waktu pelaksanaan.

2) Berdasarkan hasil kesepahaman peneliti dan masukan dari guru disusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan instrumen penelitian 3) Untuk keperluan membuat instrumen penelitian, ditetapkan indikator

(33)

c. Pelaksanaan tindakan dan observasi pembelajaran

Tindakan pembelajaran dilakukan dalam bentuk siklus tindakan. Jumlah pembelajaran pada setiap siklus bersifat realistik, artinya bergantung pada ketercapaian tujuan PTK. Pada penelitian ini, setiap siklus direncanakan terdiri dari 1 tindakan pembelajaran yaitu dengan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan materi pembelajaran berlanjut. Upaya tindakan perbaikan pada penelitian ini direncanakan akan dilakukan dalam 3 siklus. Akan tetapi apabila sesuai dengan hasil refleksi tidak dibutuhkan siklus untuk tindakan perbaikan maka penelitian ini cukup dilakukan dalam satu atau dua siklus.

Untuk merealisasikan fokus tindakan dan mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan, siklus tindakan akan dilaksanakan dalam format sebagai berikut:

1) Merancang tindakan pembelajaran antara lain: pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), pembuatan lembar pengamatan/ observasi, menyiapkan media dan alat peraga yang diperlukan.

2) Melaksanakan 1 tindakan pembelajaran. Pada saat berlangsung tindakan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti

d. Tahap refleksi

Data yang terkumpul sebagai hasil observasi dari setiap pembelajaran segera diolah, kalau perlu disederhanakan dalam bentuk tabel, grafik bagan, atau skema. Data yang telah tersaji dianalisis, didiskusikan dan dikaji ulang secara bersama-sama terutama yang berkaitan dengan kelebihan dan kekurangan yang terjadi dalam proses pembelajaran. Hasil kegiatan merefleksi ini digunakan untuk bahan pertimbangan dalam menyusun rencana tindakan berikutnya, yang dilaksanakan, diobservasi dan direfleksi seperti pada pembelajaran sebelumnya. Kegiatan refleksi dilakukan pada saat dan pembelajaran setelah kegiatan pembelajaran untuk bahan pertimbangan selanjutnya.

(34)

38

38

proses pembelajaran di kelas. Pelaksanaan tindakan diikuti dengan observasi terhadap semua aspek dan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan dan disepakati sebelumnya. Hasil observasi, dianalisis dan direfleksi sebagai bahan pertimbangan pada tindakan selanjutnya.

[image:34.595.155.464.207.605.2]

Alur pelaksanaan tindakan tersebut ditunjukkan pada bagan berikut:

Gambar 3.2

Bagan Alur Pelaksanaan Tindakan Diadopsi dari Elliot C. Subjek, Waktu dan Tempat Penelitian

1. Subjek Penelitian

(35)

2. Waktu dan Tempat Penelitian

Pelaksanaan PTK telah berlangsung selama 5 bulan yaitu dari bulan Maret sampai dengan bulan Juli 2014 bertempat di SD Negeri Pasiripis, dengan setting penelitian di kelas IV yang memiliki jumlah siswa 22 orang, terdiri dari 9 siswa perempuan dan 13 siswa laki-laki.

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah kondisi-kondisi atau karakteristik-karakteristik yang oleh peneliti dimanipulasikan, dikontrol atau diobservasi. Agar variabel tersebut dapat terukur, variabel tersebut didefinisikan ke dalam bentuk rumusan yang lebih operasional. Variabel penelitian dalam PTK terdiri dari variabel input, variabel proses, dan variabel output. Variabel-variabel tersebut dirumuskan dalam definisi operasional sebagai berikut:

1. Variabel Input

Variabel input penelitian adalah pengetahuan awal siswa; rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP); materi pembelajaran; wawasan dan bekal keterampilan siswa; serta wawasan dan bekal peneliti dalam mengelola pembelajaran.

2. Variabel Proses

Variabel proses dalam tindakan pembelajaran adalah:

a. Aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran IPA dengan penerapan model pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang energi bunyi.

b. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang energi bunyi.

3. Variabel Output

Variabel output berkaitan dengan kualitas pembelajaran, yaitu peningkatan waktu efektif belajar selama mengikuti pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang energi bunyi. Peningkatan keterampilan menyelesaikan soal dapat dilihat dari hasil tes.

E. Teknik Pengumpulan Data

(36)

40

40 1. Teknik Observasi

Observasi kegiatan di kelas dilakukan oleh seorang guru senior sebagai observer. Aspek yang diobservasi adalah rencana pembelajaran dan tampilan peneliti di muka kelas. Instrumen yang digunakan untuk menjaring data tersebut yaitu lembar observasi untuk mengamati RPP, kinerja guru, dan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Instrumen tersebut digunakan oleh peneliti untuk menganalisis dan merefleksi setiap tahapan tindakan pembelajaran yang dijadikan bahan perbaikan pada tindakan berikutnya. Observasi yang dilaksanakan, merekam dan mencatat semua peristiwa yang terjadi dalam pembelajaran meliputi perbaikan rencana pembelajaran, perbaikan proses pelaksanaan pembelajaran dan perbaikan pemahaman siswa dalam pembelajaran IPA. Hasil observasi yang berupa data selanjutnya dianalisis oleh peneliti agar segera diketahui apa-apa yang sudah tercapai dan apa pula yang belum tercapai.

2. Teknik tes atau penilaian

Tes digunakan untuk menjaring data tentang pemahaman siswa pada penguasaan konsep energi bunyi melalui penyajian lembar kerja dan lembar tes yang berisi soal-soal yang memiliki karakteristik sebagai masalah.

F. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil observasi dan tes dianalisis dengan mengacu kepada pola pengolahan data dari Hopkin (dalam Kasbolah, 2001, hlm. 55) yang dilakukan melalui tahap-tahap berikut:

1. Coding atau labeling. Yang dimaksud adalah mekanisme pengolahan data yang berkaitan dengan pengumpulan data (melalui observasi, tes dan wawancara), penanaman data, kategorisasi data, pengklasifikasian data dan deskripsi makna data. Dalam penelitian ini coding dilakukan pada tahap pengolahan data tentang fokus tindakan, waktu dan proses tindakan maupun hasil tindakan. 2. Triangulasi, merupakan teknik validasi data yang berarti bahwa kesahihan

(37)

penelitian dari mulai tahap identifikasi awal, rencana dan pelaksanaan tindakan, baik bersifat personal maupun gagasan-gagasan yang dapat dipertanggungjawabkan.

(38)

61 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan temuan di lapangan tentang pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang energi bunyi di kelas IV SD Negeri Pasiripis Kecamatan Padakembang Kabupaten Tasikmalaya dapat disajikan kesimpulan sebagai berikut:

1. Perencanaan pembelajaran yang dibuat guru sebelum dilaksanakan tindakan baru mengacu pada kurikulum yang berlaku yaitu kurikulum 2006. Setelah dilaksanakan tindakan guru selain mengacu pada kurikulum tetapi juga mengacu pada prinsip-prinsip yang terkandung dalam konsep tentang rencana perbaikan pembelajaran. Adapun hasil penilaian pada perencanaan siklus pertama mencapai 77,50% dengan kategori baik dan siklus kedua 91,25% masing-masing dengan kategori baik sekali.

2. Pelaksanaan pembelajaran setelah dilakukan tindakan, dilakukan dengan menggunakan acuan perencanaan yang mengandung prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif menunjukkan hasil penilaian terhadap pelaksanaan dapat dilihat dari hasil observasi terhadap kinerja guru. Pada siklus pertama kinerja guru mencapai 74,10% kategori cukup dan siklus kedua mencapai 84,82% dengan masing-masing kategori baik.

3. Hasil penelitian ini menunjukkan kenyataan bahwa dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya hasil perolehan nilai evaluasi akhir pembelajaran tiap siklus. Nilai evaluasi pada siklus pertama mencapai 59,10% kategori cukup sedangkan pada siklus kedua mencapai 95,45% kategori baik sekali Jadi secara kuantitatif, hasil belajar siswa setelah tiga kali pembelajaran terbukti meningkat.

B. Saran

Dalam upaya memperbaiki pembelajaran dan peningkatan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran, penulis menyampaikan saran sebagai berikut:

(39)

1. Kepada UPTD Pendidikan, diharapkan dapat berusaha mengembangkan penggunaan metode kooperatif pada pembelajaran dengan memfasilitasi sarana pendidikan yang dibutuhkan dan relevan dengan materi pelajaran. Selain itu diharapkan pula adanya pelatihan bagi guru SD sebagai bahan peningkatan mutu guru dalam memahami dan menguasai metode-metode pembelajaran yang lebih banyak melibatkan aktivitas siswa, khususnya metode kooperatif yang peneliti kembangkan.

2. Kepada kepala sekolah dalam perkembangan pendidikan, senantiasa dapat memberikan bantuan, dorongan dan motivasi sehingga guru memiliki gairah yang besar serta semangat yang tinggi dan berkesinambungan untuk memberdayakan kemampuan siswa dalam belajar.

3. Untuk guru kelas 1, 2, 3, 5, dan 6, agar keberhasilan pembelajaran IPA dapat tercapai dan lebih terarah dalam pelaksanaannya sudah dibuktikan secara empiris bahwa guru harus mempersiapkan terlebih dahulu rencana pembelajaran yang efektif dengan menerapkan metode yang bervariasi sesuai dengan rambu-rambu kurikulum. Dalam pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas guru harus berusaha memberikan motivasi kepada para siswa agar belajar dengan aktif, dan guru harus bertindak dengan fasilitator dan motivator, karena pengetahuan itu diperoleh siswa secara aktif bukan hanya diperoleh secara pasif dari guru.

(40)

1

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto ( 1991) Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Arends (2001) Cooperative Learning, Terjemahan. Jakarta: Gramedia.

Asikin. Muhammad. 2002. “Pendidikan IPA Pada Era Otonomi Daerah”. Disampaikan dalam Seminar Nasional, Konferda MIPA DIY dan Jateng , di UNDIP , Semarang 9 Maret 2002.

Aqib, Zainal. (2001). Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran. Surabaya : Insan Cendekia.

Anita Lie (2008) Cooperative learning. Jakarta: Grasindo

Depdikbud. (1994). Kurikulum Pendidikan Dasar GBPP Kelas V. Jakarta : Depdikbud.

Depdiknas. (2003). Undang-undang RI Nomor 20, Sisdiknas. Jakarta: Depdiknas Depdiknas. (2002). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning).

Jakarta: Depdiknas

Depdiknas. (2006). Kurikulum 2006. Jakarta: Depdiknas

Dryden, Gordon. (2001). The Learning Revolution. Bandung: Kaifa.

Elliot, John. 1991. Action Research fo Educational Change. Buckingham: Open University Preess

Hulgard, Ernest, R. (1969). Theories of Learning. Appleton Century Crofet: Mc. Gran Hill Book Company, Inc.

Ismail (2003) Pembelajaran Kooperatid di Sekolah. Jakarta: Bumi aksara. Kasbolah, Kasihani, ES. (2001). Penelitian Tindakan Kelas. Malang; UM

Marpaung. 2001. “Pendekatan Kontekstual Dan Sani Dalam Pembelajaran IPA”. Disampaikan dalam Seminar RME di USD Yogyakarta , 14-15 Nopember 2001.

(41)

Soedjadi. 1990. Kerawanan Pengajaran IPA di SD. Media Pendidikan & Ilmu Pengetahuan

Sugeng Mardiyono. 2001. “Perkembangan dan Aplikasi IPA di Milenium III”. Disampaikan dalam Seminar Nasional Konferda Matematika dan DIY di UII Yogyakarta , 2 Februari 2001.

Sumadi Suryabrata. 1983. Metodologi Penelitian. Jakarta: CV. Rajawali.

Suryanto Ed.D. 2002. “IPA Terpadu, Menjanjikan Kualitas Pembelajaran”. Kompas 23 September 2002.

Sujana, Nana. (1989). Dasar-dasar Proses Mengajar. Bandung: Sinar Baru Surachmad, Winarno. (1990). Metode Pengajaran Nasional. Bandung: Jerman Sutardi, Didi. (2008). Pembaharuan PBM di SD. Iktisar Bahan Perkuliahan

Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar. UPI.

Gambar

Gambar 3.1. Bagan Siklus PTK
Gambar 3.2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan: (1) penerapan model TGT dengan media konkret terdiri dari enam langkah, yaitu: pengenalan media konkret, penyampaian materi dengan

Pejabat Pengadaan Barang dan Jasa Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan.

Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara

Fotomikroskopi organ ginjal tikus jantan Wistar akibat pemberian jus wortel dosis 1,094 g/kgBB yang mengalami nekrosis tubulus fokal (pengecatan hematoksilin-eosin

Tujuan dilakukannya penelitian adalah untuk menghitung hasil pengukuran konsentrasi CO dan HC yang diakibatkan kendaraan bermotor dan menganalisis hasil perhitungan

Wahai kaum guru semua Bangunkan rakyat dari gulita Kita lah penyuluh bangsa. Pembimbing melangkah

Dapat disimpulkan bahwa, jumlah pengunjung pada Starbucks Coffee, Atrium Plaza lebih kecil dibandingkan dengan semua gerai Starbucks Coffee yang berada di satu area Jakarta

Thus, it includes more software, making it an appropriate distribution for a new Linux user without extensive knowledge of what may be available, or a preference for exploring