1
A. Latar Belakang
Laba merupakan salah satu alternative yang digunakan untuk
mengukur kinerja perusahaan. Laba yang dihitung menggunakan laba akrual
dan laba akrual memiliki hasil yang lebih baik dalam mengukur kinerja
dibandingkan dengan arus kas operasi. Manajemen berhak memilih metode
akuntansi yang digunakan dalam perusahaan, dengan adanya kebebasan
dalam memilih metode akuntansi menyebabkan manajemen melakukan
praktek manajemen laba.
Menurut teori keagenan (agency theory), adanya pemisahan antara
kepemilikan dan pengelolaan suatu perusahaan dapat menimbulkan masalah
keagenan (agency problems), yaitu ketidaksejajaran kepentingan antara
principal (pemilik/pemegang saham) dan agent (manajer). Earning
management merupakan salah satu masalah keagenan (agency problem)
yang terjadi karena adanya pemisahan antara pemegang saham dengan
manajemen perusahaan. Salah satu cara yang dilakukan manajemen dalam
proses penyusunan laporan keuangan yang dapat mempengaruhi tingkat laba
yang ditampilkan adalah earning management yang diharapkan dapat
meningkatkan nilai perusahaan pada saat tertentu (Herawati, 2008). Berbagai
smoothing), maksimalisasi atau minimalisasi pendapatan dapat dilakukan
oleh pihak manajemen dengan memanfaatkan peluang yang ada dalam
standar akuntansi seperti penerapan kebijakan akuntansi atau pemilihan
metoda akuntansi yang digunakan (Wedari, 2004).
Sebekti et al (2010) menjelaskan bahwa Manajemen laba secara riil di
ukur dengan abnormal aliran kas operasional, biaya produksi yang abnormal,
discretionary expenses yang abnormal. Manajemen laba secara akrual di
ukur berdasarkan kinerja pada long term dan short term discretionary
accrual.
Laporan keuangan dari suatu organisasi mencerminkan kebijakan
manajemen secara substansial dalam memilih metode akuntansi dan
estimasinya. Beberapa penelitian sebelumnya mengemukakan bahwa
pemilihan metode akuntansi secara discretionary dapat meningkatkan nilai
informasi (Schelleman dan Knechel, 2010).
Manajemen laba merupakan area yang controversial. Praktek
manajemen laba dapat dipandang dari dua perspektif yang berbeda, yaitu
sebagai tindakan yang salah (negatif) dan tindakan yang seharusnya
dilakukan manajemen (positif). Healy dan Wahlen (1998) menganggap
manajemen laba sebagai tindakan yang menyesatkan dan menipu pemegang
saham. Hal ini disebabkan manajemen memiliki informasi asimetrik
Hansen (1999), membuktikan bahwa terdapat perubahan variabel‐
variabel struktural perusahaan yang bukan diakibatkan oleh tindakan
manajer dalam memanipulasi laporan keuangan, melainkan berhubungan
dengan tujuan dan sifat estimasi diskresi akrual. Oleh karena itu, variabel
tersebut mengakibatkan adanya error dalam pengukuran manajemen laba
yang berdasarkan pada model Jones dan model Jones yang dimodifikasi.
Kothari et al (2002), juga menambahkan bahwa model Jones tersebut
gagal dalam mengestimasi porsi discretionary total akrual dan mungkin akan
menyebabkan masalah yang serius dalam menarik kesimpulan.
Pengembangan model perlu dilakukan dengan model lain yang ditawarkan
oleh Whelan dan McNamara (2004) yang merupakan pengembangan model
Jones (1991) dan modified Jones (1994). Perbedaannya, dengan model yang
dikembangkan adalah discretionary accruals dipecah lagi menjadi komponen
short‐term discretionary accruals dan long‐term discretionary accruals.
Pemisahan tersebut diharapkan dapat lebih menjelaskan peran dari masing‐
masing komponen discretionary accruals dalam mengukur manajemen laba.
Healy dan Wahlen (1999) mengungkapkan manajemen laba dapat
dilakukan oleh manajer melalui penilaian akuntansi (akrual) atau transaksi
dalam operasi riil di satu periode akuntansi. Manajemen laba melalui
penilaian metode akuntansi secara luas dikenal sebagai manajemen akrual.
Disisi lain, manajemen laba yang dilakukan melalui transaksi operasi nyata
Aggregate accruals digunakan untuk mengukur ada tidaknya tindakan
dalam melakukan manajemen laba. Kemudian aggregate accruals dipisahkan
menjadi nondiscretionary accrual dan discretionary accrual. Nondiscretionary
accrual merupakan komponen accrual diluar kebijaksanaan manajemen,
sedangkan discretionary accrual merupakan manajemen ikut berperan dalam
pengambilan keputusan.
Pendekatan aggregate accruals memiliki kelebihan dalam
mengungkapkan cara untuk menaikkan atau menurunkan laba (Gumanti
2000). Dengan berjalannya waktu model aggregate accruals mendapatkan
banyak kritikan dari para peneliti lainnya. Gomez et al (2000) beralasan
bahwa pada model aggregate accrual tidak mempedulikan hubungan antara
arus kas dan akrual.
Judul dalam penelitian adalah “PRAKTEK MANAJEMEN LABA PADA
PERUSAHAAN GO PUBLIC DI INDONESIA DENGAN PENDEKATAN LONG
TERM DAN SHORT TERM DISCRETIONARY ACCRUAL MODEL (Studi Empiris
pada Jakarta Islamic Index(JII) Periode 2004‐2010)”. Ide ini timbul karena
adanya pernyataan dari Kothari et al (2002), yang menyatakan bahwa model
Jones terdapat kesalahan klasifikasi dalam menghitung discretionary accrual.
Perbedaan penelian ini dengan penelitian sebelumnya adalah bahwa
penelitian ini menyelidiki bagaimana praktek manajemen laba pada
pendekatan long term accrual model dan short term accrual model pada
tahun 2004‐2010.
B. Permasalahan Penelitian
Penelitian ini menindaklanjuti penelitian Prasnowo (2011) dengan
Judul Praktik Manajemen Laba Pada Perusahaan Go Public yang Terdafar di
Jakarta Islamic Index (JII). Keterbatasan dalam penelitian tersebut hanya
menggunakan Modified Jones Model sehingga masih memerlukan justifikasi
model lain sebagai perbandingan. Penelitian ini hanya terfokus pada
perusahaan go public yang terdaftar di JII saja, sehingga perlu menambahkan
model lain dalam mengukur manajemen laba. Berdasarkan penjelasan latar
belakang dan keterbatasan penelitian sebelumnya, maka peneliti mengambil
permasalahan sebagai berikut:
1. Seberapa besar praktek manajemen laba pada perusahaan go public yang
tergabung dalam indeks JII dengan pendekatan long term discretionary
accrual model ?
2. Seberapa besar praktek manajemen laba pada perusahaan go public yang
tergabung dalam indeks JII dengan pendekatan short term discretionary
accrual model?
3. Apakah ada perbedaan praktek manajemen laba dengan pendekatan
short term dan long term discretionary accrual model pada perusahaan go
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalah penelitian yang telah diungkapkan
sebelumnya, maka peneliti menetapkan tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis besarnya praktek manajemen laba pada perusahaan
go public yang tergabung dalam JII dengan pendekatan long term
discretionary accrual model.
2. Untuk menganalisis besarnya praktek manajemen laba pada perusahaan
go public yang tergabung dalam JII dengan pendekatan short term
discretionary accrual model.
3. Untuk menganalisis perbedaan praktek manajemen laba pada
perusahaan go public yang tergabung dalam JII dengan pendekatan long
term discretionary accrual model dan short term discretionary accrual
model.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan uraian‐uraian yang telah di jelaskan, maka peneliti
mengharapkan hasil penelitian ini dapat berguna untuk praktisi, investor dan
akademisi. Bagi praktisi diharapkan penelitian ini dapat memberikan
gambaran mengenai praktik manajemen laba, bagi investor diharapkan
dengan adanya pemisahan model short term dan long term discretionary accrual dapat memberikan informasi mengenai perusahaan‐perusahaan yang
discretionary accrual. Sedangkan bagi akademisi penelitian ini diharapkan
dapat dijadikan sebagai tambahan teori sehingga penelitian berikutnya dapat
mengembangkan teori sebelumnya.
E. Sistematika Penulisan
Bab I pada pendahuluan berisi latar belakang, permasalahan penelitian,
tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematikan penulisan
Bab II pada Tinjauan Pustaka berisi mengenai teori keagenan, manajemen
laba, perkembangan indeks syariah, pendekatan long term dan short term
accrual, penelitian terdahuluan, kerangka pemikiran dan pengembangan
hipotesis.
Bab III pada Metodologi Penelitian berisi tentang jenis penelitian, sumber
data, metode pengumpulan data, populasi data dan sampel penelitian,
definisi operasional variable dan analisis data
Bab IV pada Analisis Data berisi mengenai hasil pengumpulan data, analisis
deskriptif, uji normalitas, dan uji Wilxocon Signed Ranks Test