Istiqomah Buddhisatyani Adi, 2013
KAJIAN PREPARASI DAN KONDISI OPTIMUM
EKSTRAKSI BIONUTRIEN BERBASIS TANAMAN SO-23
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Sains Dalam Bidang Kimia
Disusun Oleh:
ISTIQOMAH BUDDHISATYANI ADI
NIM. 0607350
PROGRAM STUDI KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
KAJIAN PREPARASI DAN KONDISI OPTIMUM EKSTRAKSI
BIONUTRIEN BERBASIS TANAMAN SO-23
Oleh
Istiqomah Buddhisatyani Adi
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
© Istiqomah Buddhisatyani Adi 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Istiqomah Buddhisatyani Adi, 2013
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi
KAJIAN PREPARASI DAN KONDISI OPTIMUM EKSTRAKSI
BIONUTRIEN BERBASIS TANAMAN SO-23
Diajukan Oleh:
ISTIQOMAH BUDDHISATYANI ADI
0607350
Disetujui dan disahkan oleh:
Pembimbing I,
Drs. Yaya Sonjaya, M.Si.
NIP: 196502121990031002
Pembimbing II,
Muhamad Nurul Hana’, S.Pd., M.Pd.
NIP: 197101191997021001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI
Dr. rer. nat. Ahmad Mudzakir, M.Si
Abstrak
Bionutrien diperoleh dari ekstrak tanaman dengan kode SO-23. Pada penelitian ini telah dilakukan kajian preparasi dan optimasi kondisi ekstraksi tanaman SO-23 yang akan dijadikan bionutrien. Kondisi optimum ekstraksi diantaranya konsentrasi ekstraktan, waktu ekstraksi serta massa tanaman SO-23 terhadap kadar nitrogen yang diperoleh. Metode yang digunakan untuk preparasi tanaman SO-23 adalah destruksi basah menggunakan pelarut asam sulfat (H2SO4) pekat
dan Hidrogen peroksida (H2O2) sehingga diperoleh destruat yang siap diuji kadar
N, P, dan K nya. Selain itu, dalam penelitian ini juga dilakukan Ekstraksi dengan cara refluks untuk memperoleh ekstrak bionutrien SO-23 dengan menggunakan ekstraktan basa. Hasil analisis terhadap tumbuhan SO-23 menunjukan kadar nitrogen, fosfor, dan kaliumnya berturut-turut sebesar 11,4 mg/L, 8212 mg/L, dan 16,195 mg/L. Bionutrien SO-23 diperoleh melalui proses ekstraksi pada kondisi optimum diantaranya, konsentrasi ekstraktan 1 M, waktu ekstraksi 60 menit dan massa sampel tanaman SO-23 75 gram. Pada kondisi tersebut kadar N-total yang terekstrak adalah 1693 mg/L.
Kata kunci: Bionutrien, Tanaman SO-23, Ekstraksi.
Abstract
Bionutrien derived from plant extracts with SO-23 code. This research has been done on the study preparation and optimization of extraction conditions plant SO-23, which will be bionutrien. The optimum extraction conditions such as extractant concentration, extraction time and mass plant SO-23 to nitrogen levels were obtained. The method used for the preparation of plant destruction SO-23 is wet with solvent sulfuric acid (H2SO4) acid and hydrogen peroxide (H2O2) in
order to obtain a ready destruat tested levels of N, P, and K her. In addition, in this study also conducted by reflux extraction for obtaining extracts bionutrien SO-23 using alkaline extractant. Results of the analysis of SO-23 plants showed levels of nitrogen, phosphorus, and potassium, respectively for 11.4 mg / L, 8212 mg / L, and 16.195 mg / L. Bionutrien SO-23 obtained through the extraction process on optimum conditions including, extractant concentration of 1 M, 60 min extraction time and mass plant samples SO-23 75 grams. In these conditions the levels of N-extractable total is 1693 mg / L.
Istiqomah Buddhisatyani Adi, 2013
DAFTAR ISI
halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 4
1.3. Tujuan ... 4
1.4. Manfaat ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1. Unsur Hara Yang Dibutuhkan Tanaman ... 5
2.2. Pengaruh Kekurangan Unsur Hara Pada Tanaman ... 11
2.2.1 Nitrogen ... 11
vi
2.2.3 Kalium ... 12
2.3. Pupuk ... 12
2.4. Tinjauan Bionutrien ... 15
2.4.1 Bionutrien SO-23 ... 18
2.4.2 Komponen Penyusun Jaringan pada Tumbuhan ... 19
BAB III METODE PENELITIAN ... 25
3.1. Lokasi Pengambilan Sampel dan Tempat Penelitian ... 25
3.2. Alat dan Bahan ... 25
3.3. Alur Penelitian ... 25
3.3.1. Analisis ... 26
3.3.2. Optimasi Kondisi Ekstraksi... 26
1. Optimasi Konsentrasi Larutan Ekstraktan ... 27
2. Optimasi Waktu Ekstraksi ... 27
3. Optimasi Massa Sampel ... 28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29
4.1. Pengujian Awal Tanaman SO-23... 29
4.2. Optimasi Kondisi Ekstraksi ... 34
4.2.1. Optimasi Konsentrasi Ekstraktan ... 35
vii
Istiqomah Buddhisatyani Adi, 2013
4.2.3. Optimasi Massa Tanaman SO-23 ... 40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 46
5.1. Kesimpulan ... 46
5.2. Saran ... 46
DAFTAR PUSTAKA ... 47
LAMPIRAN ... 50
viii
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 2.1 Kadar N, P, dan K dari Tanaman Potensial... 16
Tabel 2.2 Aplikasi Bionutrien terhadap Laju Pertumbuhan Tanaman ... 16
Tabel 2.3 Kelompok Metabolit Sekunder Pada Tanaman Tingkat Tinggi... 22
Tabel 4.1 Kadar N, P, dan K dari beberapa contoh Tanaman Potensial ... 31
Tabel 4.2 Data Optimasi Konsentrasi Ekstraktan ... 35
Tabel 4.3 Data Optimasi Waktu Ekstraksi ... 38
Tabel 4.4 Data Optimasi Massa Tanaman SO-23 ... 41
ix
Istiqomah Buddhisatyani Adi, 2013
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 2.1 Siklus Nitrogen Pada Tanaman ... 8
Gambar 2.2 Molekul Poliamina ... 20
Gambar 2.3 Kerangka Karbon Isopimaran ... 23
Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian ... 26
Gambar 3.2 Alur Metode Ekstraksi Dengan Cara Refluks ... 27
Gambar 4.1 Hubungan Konsentrasi Ekstraktan Tehadap Kadar N ... 36
Gambar 4.2 Hubungan Waktu Ekstraksi Terhadap Kadar N ... 38
x
DAFTAR LAMPIRAN
halaman
Lampiran 1. Data Hasil Analisis Nitrogen Total dan Fosfor Total Tanaman SO-23 ... 50
Lampiran 2. Data Hasil Analisis Kalium Total Tanaman SO-23 ... 51
Lampiran 3. Data Hasil Optimasi Konsentrasi Ekstraktan ... 53
Lampiran 4. Data Hasil Optimasi Waktu Ekstraksi ... 55
Istiqomah Buddhisatyani Adi, 2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Seiring pertambahan populasi penduduk, kebutuhan akan pangan dan hasil
pertanian pun meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, telah banyak
upaya yang dilakukan untuk dapat meningkatkan produktivitas pertanian salah
satunya adalah dengan pemberian pupuk. Namun pada umumnya kegiatan
pertanian ini masih menggunakan pupuk kimia sintetis atau pupuk anorganik.
Sedangkan penggunaan pupuk kimia sintetis atau pupuk anorganik menimbulkan
banyak dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.
Penggunaan pupuk kimia sintetis yang tidak terkendali menjadi salah satu
penyebab penurunan kualitas kesuburan biologis, fisik dan kimia tanah. Keadaan
ini semakin diperparah oleh kegiatan pertanian yang dilakukan secara terus –
menerus (intensif), sedang pengembalian unsur hara ke tanah pertanian hanya
berupa pupuk kimia seperti Urea, TSP, dan KCl yang mana hanya mengandung
unsur N, P, dan K saja, bahkan pada keadaan ekstrim hanya unsur N melalui
pemberian pupuk Urea saja sehingga sangat sedikit unsur – unsur organik lainnya
yang dikembalikan ke dalam tanah. Hal ini mengakibatkan terdegradasinya daya
dukung dan kualitas tanah pertanian di Indonesia, sehingga produktivitas lahan
semakin turun.
Selain itu, residu pupuk kimia sintetis merupakan salah satu penyebab
utama mengerasnya tanah-tanah pertanian. Keadaan ini banyak terjadi di
sentra-sentra pertanian terutama di Pulau Jawa. Residu pupuk kimia sintetis di dalam
tanah ini mengakibatkan terhambatnya proses dekomposisi secara alami oleh
mikroba tanah. Hal ini dikarenakan sifat bahan kimia anorganik yang lebih sukar
terurai daripada bahan organik. Jika tanah semakin keras maka tanah semakin
tidak responsif terhadap pupuk kimia sintetis, sehingga berapapun banyaknya
tanah diberi pupuk kimia sintetis hasilnya tetap tidak optimal. Mengerasnya tanah
pertanian juga akan mengakibatkan porositas tanah menurun, sehingga
2
Dampak lainnya adalah terhadap pertumbuhan tanaman. Terbatasnya penyebaran
akar dan terhambatnya suplai oksigen ke akar mengakibatkan fungsi akar tidak
optimal, yang pada gilirannya menurunkan produktivitas tanaman.
Tingginya kandungan zat kimia sintetis yang tersimpan dalam tanah atau
yang terakumulasi akan bersifat racun atau toksik terhadap perakaran tanaman,
sehingga kesuburan tanah hari demi hari terus menurun dan produktivitas
pertanian pun menjadi semakin rendah. Ironisnya penurunan produktivitas karena
kesuburan yang menurun tersebut dijawab dengan penambahan dosis penggunaan
pupuk kimia sintetis sehingga semakin memperparah kondisi lahan yang pada
akhirnya akan mengarah pada proses penggurunan, dimana lahan pertanian akan
menjadi hamparan gurun yang memiliki kesuburan sangat rendah. Selain itu
penggunaan bahan-bahan kimia yang tidak alami, seperti pupuk kimia sintetis dan
pestisida kimia dalam produksi pertanian juga menimbulkan efek negatif terhadap
kesehatan manusia dan lingkungan.
Guna mengantisipasi hal tersebut dan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
pada tanaman, maka dilakukan penelitian – penelitian untuk mencari solusi pupuk
yang ramah lingkungan tetapi memiliki nutrisi yang cukup untuk tanaman yaitu
dengan penggunaan pupuk organik, baik dalam bentuk padat maupun dalam
bentuk cair. Aplikasi pupuk organik cair sebagai unsur tambahan dapat
mendukung proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman karena mengandung
unsur hara mikro yang sangat bervariasi seperti Fe, Mn, Cu, Zn dan B dalam
jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dalam tanah.
Pupuk organik memberikan pasokan unsur hara secara baik meskipun
membutuhkan proses yang tidak secepat penggunaan pupuk kimia sintetis. Namun
dalam jangka panjang, penggunaan pupuk organik akan lebih melestarikan
lingkungan karena pupuk organik merupakan pupuk yang ramah lingkungan dan
dapat mengurangi dampak negatif terhadap kesehatan dengan berkurangnya
kandungan residu bahan kimia sintetis pada hasil pertanian yang dikonsumsi oleh
3
Istiqomah Buddhisatyani Adi, 2013
Kajian Bidang Keahlian Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia (Tim
Bioflokulan) Universitas Pendidikan Indonesia, sejak tahun 2006 telah melakukan
penelitian mengenai bionutrien, dengan fokus penelitian pada pencarian tumbuhan
potensial, penentuan kondisi optimum ekstraksi, dan aplikasinya pada
pertumbuhan tanaman. Bionutrien adalah sumber nutrisi alternatif untuk tanaman
yang diperoleh dari senyawa-senyawa esensial yang berasal dari tumbuhan
melalui proses ekstraksi (Kurniasih, 2009). Bionutrien adalah nutrisi yang bisa
meningkatkan pertumbuhan tanaman serta meningkatkan kualitas tanaman tanpa
merusak kesuburan tanah maupun menyebabkan pencemaran tanah dan air.
Bionutrien ini didapatkan dari proses ekstraksi tanaman potensial. Sampai saat ini,
bionutrien yang telah ditemukan antara lain berasal dari tanaman KPD, MHR,
CAF, RPS-GE, BCS, BGI, BDI, AGF, JPR, dan AMA.
Bionutrien MHR yang terbukti bisa meningkatkan konstanta laju
pertumbuhan tinggi tanaman caisin sebesar 0,0588 per hari dengan cara disemprot
(Ambarawati, 2007), bionutrien CAF yang juga menginformasikan bahwa
pemberian bionutien CAF dengan cara disemprot bisa meningkatkan konstanta
laju pertumbuhan tanaman sebesar 0,045 per hari (Sempurna, 2008), bionutrien
RPS-GE dapat meningkatkan konstanta laju pertumbuhan tanaman selada keriting
sebesar 0,046 per hari (Guntara, 2009). Selain itu, bionutrien JPR yang dapat
meningkatkan konstanta laju pertumbuhan tanaman cabai merah keriting sebesar
0,123 per hari (Malik, 2011).
Dari penelitian-penelitian bionutrien yang sudah dilakukan, terbukti bahwa
penggunaan bionutrien dapat mendorong laju pertumbuhan tanaman. Bionutrien
memiliki potensi untuk menjadi pupuk organik alternatif yang lebih ramah
lingkungan dan tidak meninggalkan residu berbahaya terhadap lingkungan.
Pemilihan tanaman yang akan dijadikan sebagai bionutrien harus sesuai
dengan ciri-ciri tanaman potensial. Ciri-ciri tanaman potensial yang dapat
dijadikan sebagai bionutrien diantaranya mempunyai kandungan unsur hara
makro yang tinggi, tanamannya mudah didapatkan, berdaun lebat, serta
4
Untuk menentukan apakah suatu tanaman berpotensi sebagai bionutrien, maka
dilakukan eksplorasi tanaman potensial tersebut.
Oleh karena itu, menarik untuk diteliti bagaimana tanaman SO-23 dapat
diekstrak dan diterapkan sebagai bionutrien. Penelitian yang dilakukan terhadap
tanaman SO-23 dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kandungan unsur hara
makro yang terdapat dalam tanaman SO-23.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan pada bagian latar belakang, maka masalah yang akan
diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Berapa kadar nitrogen, fosfor, dan kalium yang terkandung di dalam tanaman
SO-23?
2. Bagaimana kondisi optimum ekstraksi bionutrien dari tanaman SO-23
terhadap kadar nitrogen yang diperoleh?
1.3Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui kadar nitrogen, fosfor, dan kalium yang terkandung di dalam
tanaman SO-23.
2. Mengetahui kondisi optimum ekstraksi diantaranya konsentrasi ekstraktan,
waktu ekstraksi serta massa tanaman SO-23 terhadap kadar nitrogen yang
diperoleh.
1.4Manfaat
Melalui penelitian ini diharapkan dapat dihasilkan nutrien alternatif yang
aman, ramah lingkungan dan mudah diserap tanaman, sehingga dapat menekan
Istiqomah Buddhisatyani Adi, 2013
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Pengambilan Sampel dan Tempat Penelitian
Sampel berupa tumbuhan SO-23 yang diambil di Perkebunan Percontohan
Desa Manoko Lembang Kabupaten Bandung Barat. Penelitian dibagi menjadi dua
tahap yaitu analisis dan optimasi. Tahap analisis dan optimasi dilakukan di tiga
tempat yaitu Laboratorium Riset Lingkungan (Bioflokulan) Kimia FPMIPA UPI
Bandung, Laboratorium Instrumen FPMIPA UPI, dan Laboratorium Kimia
tekMIRA (Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara)
di Jl. Jendral Sudirman 623 Bandung.
3.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu set alat refluks,
batang pengaduk, corong kaca, spatula, pipet tetes, labu Erlenmeyer 250 mL, satu
set alat destruksi, kertas saring, botol semprot, gelas kimia (100 mL, 250 mL, 500
mL, dan 1 L), pemanas listrik, dan neraca analitik. Bahan atau zat-zat kimia yang
digunakan yaitu tanaman SO-23, aquades, H2O2 50%, H2SO4 pekat, dan
ekstraktan basa.
3.3 Alur Penelitian
Penelitian diawali dengan pengujian awal kandungan N, P, dan K pada
tanaman potensial SO-23 untuk mengetahui apakah tanaman tersebut memiliki
potensi untuk dijadikan bionutrien. Selanjutnya dilakukan ekstraksi dari tanaman
tersebut.
Guna mengetahui kondisi optimum dari ekstraksi tersebut, dilakukan
optimasi terhadap variabel-variabel ekstraksi yang meliputi: optimasi konsentrasi
ekstraktan basa, optimasi waktu ekstraksi dengan ekstraktan basa, dan optimasi
massa sampel tanaman. Setelah diperoleh kondisi optimum, dilakukan ekstraksi
pada kondisi tersebut sehingga dihasilkan bionutrien. Alur penelitian dan proses
26
3.3.1 Analisis
Analisis dilakukan untuk mengetahui potensi tanaman SO-23 yang akan
dijadikan bionutrien. Analisis ini meliputi pengujian kadar N, P dan K yang
terkandung di dalam tanaman SO-23. Analisis dilakukan di PusLitBang
TEKMIRA.
3.3.2 Optimasi Kondisi Ekstraksi
Optimasi kondisi ekstraksi dilakukan dengan cara menentukan variasi
terhadap variabel-variabel yang digunakan pada saat ekstraksi, yaitu konsentrasi
ekstraktan, waktu ekstraksi, dan massa sampel tanaman SO-23. Tahapan dari
optimasi kondisi ekstraksi ialah sebagai berikut : Tanaman SO-23
Tanaman Potensial SO-23
Optimasi Waktu Optimasi
Konsentrasi
Optimasi Massa
Kondisi Optimum
Bionutrien SO-23
Kesimpulan
- Analisis (N, P, dan K)
27
Istiqomah Buddhisatyani Adi, 2013
1) Optimasi konsentrasi larutan ekstraktan
Pada optimasi konsentrasi larutan ekstraktan basa, dilakukan variasi
terhadap konsentrasi larutan ekstraktan yang digunakan. Variasi konsentrasi yang
dipilih adalah 0,25 M; 0,5 M; 0,75 M; 1 M; dan 1,5 M. Dimana massa tanaman
yang digunakan adalah 25 gram dan volume ekstraktan adalah 250 mL, dengan
waktu ekstraksi 30 menit.
2) Optimasi waktu ekstraksi
Optimasi waktu ekstraksi menggunakan larutan ekstraktan basa, dilakukan
variasi terhadap waktu ekstraksi menggunakan larutan ekstraktan. Variasi waktu
ekstraksi yang dipilih adalah 15 menit; 30menit; 60menit; 90menit; dan 120
menit. Konsentrasi ekstraktan yang digunakan adalah hasil optimum yang Tanaman SO-23
- Dimasukan ke dalam labu dasar bulat
- Ditambahkan ekstraktan basa - Diiris halus
28
diperoleh sebelumnya dengan massa tanaman sebanyak 25 gram, dan volume
ekstraktan 250 mL.
3) Optimasi massa sampel
Pada optimasi massa tanaman SO-23, dilakukan variasi terhadap massa
tanaman yang digunakan. Variasi massa yang dipilih adalah 10 gram; 25 gram; 50
gram; 70 gram dan 100 gram. Konsentrasi dan waktu yang digunakan adalah hasil
optimum yang diperoleh sebelumnya, dengan volume ekstraktan 250 mL.
Filtrat yang dihasilkan kemudian dianalisis kadar N di dalamnya sesuai
dengan metode yang digunakan oleh PUSLITBANG TEKMIRA. Kesimpulan
dari optimasi kondisi ekstraksi ditentukan dengan membandingkan kadar N yang
terekstrak berdasarkan data dari ke lima variasi variabel optimasi. Apabila tidak
ada lagi penambahan kadar N yang terekstrak maka kondisi itulah yang dianggap
Istiqomah Buddhisatyani Adi, 2013
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan,
diantaranya :
1. Tanaman SO-23 memiliki kadar Nitrogen total sebesar 11,4 mg/L,
kadar Fosfor total sebesar 8.212 mg/L, dan kadar Kalium total sebesar
16,195 mg/L.
2. Kondisi optimum ekstraksi tanaman SO-23 dengan nitrogen yang
terekstrak sebesar 1.693 mg/L adalah pada konsentrasi ekstratan 1 M,
waktu ekstraksi 60 menit dan massa tanaman SO-23 75 gram.
5.2 Saran
Dari penelitian yang dilakukan masih banyak kekurangan yang harus
diperbaiki. Oleh karena itu, pada penelitian selanjutnya disarankan antara lain:
1. Dilakukan aplikasi tanaman SO-23 terhadap tanaman pangan atau tanaman
budidaya.
2. Dilakukan pengujian dan penambahan unsur mikronutrien, sehingga
kandungan serta manfaat makro dan mikro nutrien yang terkandung dalam
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Risa. (2007). Ekstraksi Bionutrien dari Tanaman MHR dan Aplikasinya pada Tanaman Caisin. Skripsi. Bandung: Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia.
Baron, K. and C. Stasolla. (2008). “The role of Polyamines during in vivo and in vitro Development”. International Journal of In Vitro
Cell.Dev.Biol.-Plant. 44: 384–395
Dwidjoseputro. (1978). Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Gramedia.
Ginanjar, G. (2012). Kajian Potensi Tumbuhan AMA sebagai Bionutrien untuk Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Cabai Rawit (Capsicum Frutescens L.). Skripsi. Bandung: Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia.
Guntara, G. (2009). Kajian Tentang Potensi Tanaman RPS-GE Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Bionutrien Yang Diaplikasikan Pada Selada Keriting (Lactuca sativa L.). Skripsi. Bandung: Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia.
Hadisuwito, S. (2007). Membuat Pupuk Kompos Cair. Jakarta: PT. Agromedia Pustaka.
Hanson, J. R. (2011). Natural Products: The Secondary Metabolites. University of Sussex
Harborne, J. B. (1984). “Phytochemical Methods.” International Journal of In
Vitro Cell.Dev.Biol.-Plant. 44: 384–395. Chapman and Hill, Hongkong.
Juliastuti, D. (2007). Pembuatan Bionutrien KPD dan Aplikasinya Pada Tanaman Caisin (Brassica juncea). Skripsi. Bandung: Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia.
Kaur-Sawhney, R. , A. F. Tiburcio, T. Altabella, and A. W. Galston. (2003). “Polyamines in plants: An overview”. International Journal of Cell and
Molecular Biology 2: 1-12. Haliç University, Turkey.
Kurniasih, E. (2009). Kajian Tentang Potensi Tanaman RPS-GE Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Bionutrien Yang Diaplikasikan Pada Tanaman Pakcoy (Brassica rapa). Skripsi. Bandung: Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia.
48
Istiqomah Buddhisatyani Adi, 2013
Leiwakabessy, F.M. dan A. Sutandi. (2004). Bahan Kuliah Pupuk dan
Pemupukan. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Bogor: Tidak Diterbitkan.
List PH, Schmidt PC. (1989). Phytopharmaceutical Technology. Boston: CRC Pr.
Malik, R. A,. (2011). Kajian Potensi Tanaman JPR Sebagai Bionutrien serta Pengaruh Aplikasinya pada Pertumbuhan Tanaman Cabai Merah Keriting (Capsicum Annum L.). Skripsi. Bandung: Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia.
Oryza. (2011). Polyamine: Natural Ingredient for Healthy Hair and Nail
Treatment with Anti-ageing.www.oryza.co.jp/html/…/Poliamina_vol.2.pd.
Pratikno, H. (2001). Studi Pemanfaatan Berbagai Biomasa Flora untuk Peningkatan Ketersediaan P dan Bahan Organik Tanah Berkapur di DAS Brantas Malang Selatan. Tesis. Malang: Program PascaSarjana Universitas Brawijaya. Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia.
R. Verpoorte, A. W. Alfermann. (2000). Metabolic Engineering of Plant
Secondary Metabolism. Springer. ISBN 978-0-7923-6360-6. Page.1-3
Roberts, M.F. , D. Strack and M. Wink. (2010). Biosynthesis of alkaloids and
betalains. Annual Plant Reviews 40, 20 – 91.
Www.Interscience.Wiley.Com
Robinson, T. (1995). Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Ruhnayat, Agus. (2007). Penentuan Kebutuhan Pokok Unsur Hara N.P.K Untuk
Pertumbuhan Tanaman Panili (Vanilla planifolia Andrews). Balai
Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik.
S. E. Kudritskaya. (1987). Chemistry of Natural Compounds. ISSN: 1573-8388 (electronic version) Journal no. 10600.
49
Sabiham, S. (1996). Pemanfaatan Gambut untuk Pertanian. Makalah Pembahasan Teknologi Pemanfaatan Lahan Gambut untuk Pertanian. Seminar Pengembangan Teknologi Berwawasan Lingkungan untuk Pertanian pada Lahan Gambut. Institut Pertanian Bogor. Bogor: Tidak Diterbitkan.
Samekto, R. M. P. (2006). Pupuk Kandang. Yogyakarta: PT Citra Aji Parama.
Samekto, Riyo. (2008). Pemupukan. Yogyakarta: PT. Citra Aji Pratama.
Sempurna, F. I (2008). Kajian Potensi CAF Sebagai Bionutrien untuk Pertumbuhan Tanaman Selada Bokor (Lactuca sativa) dan Kentang (Solanum tuberosum). Skripsi. Bandung: Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia.
Solecha. (2009). Preparasi Bionutrien Berbasis Tanaman BCS dan Aplikasinya Pada Tanaman Caisin (Brassica juncea). Skripsi. Bandung: Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia.
Springob and Kutchan (2009). Introduction to the Different Classes of Natural
Products. Eds. A. E. Osbourn • and V. Lanzotti. Plant-derived Natural
Products: Synthesis, Function, and Application. Springer.
Taufiq, I. (2011). Kajian Potensi Tanaman BDI sebagai Bionutrien untuk Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Cabai Merah Keriting (Capsicum Annuum Var. Longum). Skripsi. Bandung: Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia.
Wikipedia. (2012). Polyamine. http://en.wikipedia.org/wiki/Poliamina.
Winarso, S., (2005). Kesuburan Tanah: Dasar Kesehatan Dan Kualitas Tanah. Yogyakarta: Penerbit Gava Media.
Wink, M. (2010). Introduction: Biochemistry, Physiology and Ecological
Functions of Secondary Metabolites. Annual Plant Reviews 40, 1–19.
Www.Interscience.Wiley.Com