• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KUALITAS LAYANAN JASA PENDIDIKAN DENGAN METODE SERVQUAL DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DI MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KUALITAS LAYANAN JASA PENDIDIKAN DENGAN METODE SERVQUAL DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DI MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) SIDOARJO."

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

HIERARCHY PROCESS (AHP)

DI MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) SIDOARJO

SKRIPSI

OLEH :

AKHMAD NIDHOMUZ ZAMAN NPM : 0732010166

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN “

JAWA TIMUR

(2)

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah berkenan memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul “Analisis Kualitas Layanan Jasa

Pendidikan dengan Metode Serqual dan Analytical Hierarchy Process (AHP)

di MAN (Madrasah Aliyah Negeri) Sidoarjo”, Penyusunan tugas akhir ini guna

memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Industri pada Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Terselesainya tugas akhir ini tidak terlepas dari bantuan dan sumbangsih berbagai pihak. Sudah sepantasnya pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP. Selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

2. Bapak Ir. Sutiyono, MT, selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri UPN “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Ir. M. Tutuk Safirin, MT, selaku Ketua Program Studi Tenik Industri UPN “Veteran” Jawa Timur.

(3)

7. Bapak Drs. Shodiq, MPd, Selaku Waka. Kurikilum MAN Sidoarjo dan pembimbing lapangan.

8. Segenap Staff dan Karyawan MAN Sidoarjo yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas segala bantuannya selama penulis melaksanakan penelitian.

9. Abah dan Umi, Mbah serta Saudara-saudaraku yang tercinta yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materiil kepada penulis selama menyelesaikan skripsi.

10.Teman-teman TI angkatan 2007, khususnya pararel D yang ancor-ancor yang telah memberikan bantuan ketika penulis mengalami kesulitan.

11.Teman-teman Asslab. Prokom dan SSI: CP, Kotaks, Penyok, CK, Arip, Ratih, Vina, Shinta dan Saudara Farihul Ibad, ST selaku teman seperjuangan dan pembimbing yang baik.

12.Taufik Fahmi selaku teman seperjuangan dan yang selalu memberikan bantuan ketika penulis mengalami masalah software dan hardware.

13.Teman-teman Alumni MAN Sidoarjo yang selalu mengajak Reflesing.

Semoga Allah SWT, senantiasa memberikan balasan atas amal perbuatan dan segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Akhir kata penulis berharap semoga hasil penelitian yang tertuang dalam skripsi ini banyak bermanfaat bagi setiap pembaca pada umumnya.

(4)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii`

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTRAKSI ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar belakang masalah ... 1

1.2 Perumusan masalah ... 2

1.3 Batasan masalah ... 3

1.4 Asumsi ... 3

1.5 Tujuan penelitian ... 3

1.6 Manfaat penelitian ... 4

1.7 Sistematika penulisan ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Definisi jasa ... 6

2.1.1 Karakteristik jasa ... 8

2.1.2 Klasifikasi jasa ... 9

2.1.3 Sifat jasa ... 11

2.2 Kepuasan konsumen ... 11

2.2.1 Pengukuran tingkat kepuasan pelanggan ... 13

(5)

2.2.3.2 Memilih bentuk jawaban ... 20

2.2.3.3 Pengenalan pada daftar pertanyaan kepuasan pelanggan ... 25

2.2.3.4 Penelitian butir-butir kepuasan pelanggan... 25

2.3 Kualitas jasa ... 26

2.3.1 Dimensi-dimensi kualitas layanan ... 27

2.3.2 Model kualitas layanan ... 30

2.3.3 Persepsi dan ekspektasi ... 34

2.3.3.1 Persepsi ... 35

2.3.3.2 Ekspektasi ... 36

2.4 Penarikan sampel ... 37

2.4.1 Sampel probabilitas ... 37

2.4.2 Sampel non probabilitas ... 38

2.5 Merancang kuesioner ... 39

2.5.1 Beberapa pemakaian kuesioner ... 42

2.5.2 Jenis pertanyaan ... 42

2.5.3 Skala likert ... 43

2.6 Analisa data ... 45

2.6.1 Analisa cluster ... 45

2.6.2 Analisa diskriminan ... 46

2.6.3 Analisa tabulasi silang ... 47

(6)

3.1 Tempat dan waktu penelitian ... 58

3.2 Identifikasi dan definisi operasional variabel ... 58

3.2.1 Identifikasi variabel ... 58

3.2.2 Definisi operasional variabel ... 60

3.3 Langkah-langkah pemesahan masalah ... 61

3.4 Teknik penentuan sampel ... 66

3.4.1 Populasi ... 66

3.4.2 Sampel ... 66

3.5 Metode pengumpulan data ... 66

3.6 Pengolahan data ... 67

3.6.1 Pengujian data ... 67

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 76

4.1 Pembuatan Kuesioner ... 76

4.2 Penyebaran Kuesioner ... 76

4.3 Pengumpulan Data ... 77

4.4 Uji kecukupan Data ... 77

4.5 Uji Validitas Data ... 78

4.6 Uji Reliabilitas Data ... 80

4.7 Pengolahan Data Kuesioner ... 81

4.7.1 Analisa Cluster Data Harapan ... 81

4.7.2 Analisa Diskriminan Data Harapan ... 83

(7)

4.7.3.3 Hubungan Cluster dengan Tingkat Pendidikan . 88

4.7.4 Perhitungan Nilai Rata-Rata Persepsi Pelanggan ... 88

4.7.5 Perhitungan Nilai Rata-Rata Harapan Pelanggan ... 91

4.7.6 Perhitungan Nilai Servqual ... 93

4.7.7 Perhitungan Pembobotan dengan AHP ... 95

4.7.8 Uji Konsistensi ... 97

4.7.9 Perhitungan Nilai Servqual Terbobot ... 98

4.8 Analisa Hasil dan Pembahasan ... 100

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 104

5.1 Kesimpulan ... 104

5.2 Saran ... 105

DAFTAR PUSTAKA

(8)

Gambar 2.1 Jasa Sebagai Sebuah Sistem..………7

Gambar 2.1 Konsep Kepuasan Pelanggan………13

Gambar 2.2 The Extended Gaps Models Of Service Quality………32

Gambar 2.3 Conseptual Model Of Service Quality………...33

(9)

Tabel 2.1 Prosedur Untuk Membentuk Kebutuhan Pelanggan………...15

Tabel 2.2 Contoh Format Jawaban Check List………20

Tabel 2.3 Contoh Format Jawaban Tipe Likert...………22

Tabel 2.4 Contoh Format Jawaban Tipe Likert Dalam Daftar Pertanyaan…….23

Tabel 2.5 Contoh Format Jawaban Tipe Likert Dengan Menggunakan Kontinuum Kepuasan………...23

Tabel 2.6 Dimensi dan Atribut Metode Servqual………...…….29

Tabel 2.7 Dimensi yang disederhanakan menjadi 5 dimensi Servqual………...30

Tabel 2.8 Skala Perbandingan……….49

Tabel 2.9 Matriks Perbandingan Berpasangan………50

Tabel 2.10 Nilai Indeks Random………...51

Tabel 2.11 Nilai Pembangkit Random………...53

Tabel 3.1 Variabel-variabel Penelitian………...59

Tabel 3.2 Skala Perbandingan..………....73

Tabel 3.3 Skala Perbandingan Berpasangan………74

Tabel 3.4 Nilai Indeks Random………...68

Tabel 4.1 Jumlah Kuisioner yang digunakan Dalam Penggolahan Data……….78

Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Kuesioner Penilaian Pelanggan………..71

Tabel 4.3 Hasil Analisis Cluster Dan Initial Cluster………...82

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Dengan Metode Cluster Dan Diskriminan……….84

(10)

Tabel 4.10 Nilai Rata-Rata Harapan Pelanggan………91

Tabel 4.11 Nilai Servqual………..94

Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Bobot Kriteria Utama………....96

Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Sub Kriteria………96

Tabel 4.14 Hasil Perhitungan Uji Konsistensi………...97

Tabel 4.15 Hasil Perhitungan Servqual Terbobot……….98

Tabel 4.16 Hasil Rangking Servqual Terbobot……….99

Tabel 4.17 Hasil Pengurutan Berdasarkan Rangking Servqual Terbobot……….99

(11)

Lampiran : Gambaran Umum Madrasah Lampiran : Kuesioner Servqual

Lampiran : Kuesioner AHP Lampiran 1 : Data Persepsi Lampiran 2 : Data Harapan

Lampiran 3 : Data Identifikasi Pelanggan Lampiran A : Validitas Persepsi

Lampiran B : Validitas Harapan Lampiran C : Analisis Cluster Lampiran D : Analisis Diskriminan Lampiran E : Analisis Crosstabs

Lampiran F : Perhitungan Manual AHP Lampiran G : Expert Choice

(12)

Dalam perkembangan IPTEK di dunia sekarang ini, jasa pendidikan merupakan suatu yang sangat dibutuhkan untuk membentuk dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Untuk memasuki persaingan global saat ini, ilmu sosial dan teknologi tidaklah cukup, perlu adanya dasar suatu ilmu agama yang kuat dan mapan agar terbentuk pribadi seseorang yang beriman dan bertaqwa. Kebutuhan akan kualitas pendidikan saat ini semakin diperhatikan oleh masyarakat. Saat ini sebagian besar masyarakat rela mengorbankan biaya yang tinggi asalkan mendapatkan pendidikan yang berkualitas dan menjanjikan akan masa depan yang lebih baik. Pendidikan saat ini sangat menentukan ke arah mana seseorang akan melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.

Salah satu instansi pendidikan di kota Sidoarjo adalah MAN (Madrasah Aliyah Negeri) Sidoarjo. Sekolah ini merupakan lembaga pendidikan formal yang berada dibawah naungan Depag (Departemen Agama) yang sekarang menjadi Kementrian Agama RI. MAN Sidoarjo selalu berusaha memberikan pelayanan terbaik terhadap para siswa-siswinya. Selama ini banyak terjadi keluhan-keluhan dari siswa terhadap pelayanan yang diberikan oleh pihak MAN Sidoarjo, misalnya ketepatan waktu belajar mengajar dengan dengan jadwal, ketepatan tanggapan pihak manajemen dengan keluhan siswa-siswinya, kemampuan karyawan dalam hal menyampaikan informasi kepada siswa-siswi, kemudahan siswa menghubungi pihak manajemen dan karyawanya, dll. Disini perlu adanya kesesuaian antara persepsi dan harapan dari siswa-siswi yang menimbulkan kepuasan. Siswa akan merasa puas apabila layanan yang disediakan oleh pihak jasa sesuai apa yang di harapkanya sehingga tidak terjadi kesenjangan antara harapan siswa dengan layanan yang di perolehnya. Tujuan penelitian di MAN Sidoarjo adalah untuk mengetahui indikator kualitas layanan yang menjadi prioritas untuk ditingkatkan kualitas layanannya dan memberikan usulan perbaikan dengan menggunakan metode Servqual yang meliputi 5 dimensi utama yaitu Tangibles, Reliability, Responsiveness, Assurance dan Emphaty dan AHP (AnalyticHierarchyProcess).

Dari hasil analisis Servqual terbobot diketahui indikator yang harus ditingkatkan kualitas layanannya adalah kecepat-tanggapan pihak manajemen dengan keluhan siswa-siswi (X3.1) dengan serqual terbobot -0.16007, kecepatan tanggapan karyawan dalam memberikan bantuan yang di minta oleh siswa-siswi (X3.2) dengan serqual terbobot -0.10858, luas area parkir (X1.5) dengan serqual terbobot -0.10281, kesesuaian materi pelajaran yang di ajarkan dengan yang di program (X2.2) dengan serqual terbobot -0.08799, ketepatan waktu belajar mengajar dengan jadwal (X2.1) dengan serqual terbobot -0.08084, kecepatan tanggapan pengajaran dalam hal pertanyaan kritikan dan keluhan dari siswa-siswi (X3.3) dengan serqual terbobot -0.0748, desain ruang belajar mengajar (X1.2) dengan serqual terbobot -0.05993, kebersihan dan kenyamanan ruangan belajar mengajar dan fasilitasnya (X1.3) dengan serqual terbobot -0.05545.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam perkembangan IPTEK di dunia sekarang ini, jasa pendidikan merupakan suatu yang sangat dibutuhkan untuk membentuk dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Untuk memasuki persaingan global saat ini, ilmu sosial dan teknologi tidaklah cukup, perlu adanya dasar suatu ilmu agama yang kuat dan mapan agar terbentuk pribadi seseorang yang beriman dan bertaqwa. Kebutuhan akan kualitas pendidikan saat ini semakin diperhatikan oleh masyarakat. Saat ini sebagian besar masyarakat rela mengorbankan biaya yang tinggi asalkan mendapatkan pendidikan yang berkualitas dan menjanjikan akan masa depan yang lebih baik. Pendidikan saat ini sangat menentukan ke arah mana seseorang akan melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.

(14)

persepsi dan harapan dari siswa-siswi yang menimbulkan kepuasan. Siswa akan merasa puas apabila layanan yang disediakan oleh pihak jasa sesuai apa yang di harapkanya sehingga tidak terjadi kesenjangan antara harapan siswa dengan layanan yang di perolehnya.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan fasilitas dan pelayananya, sehingga diharapkan oleh MAN Sidoarjo mampu memberikan kepuasan terhadap para siswa-siswi (pengguna jasa). Dalam penelitian ini metode servqual digunakan untuk menentukan atribut serta mengukur kesenjangan (gap) antara harapan dengan persepsi pelanggan terhadap suatu layanan yang dapat menimbulkan kepuasan. Kemudian AHP digunakan untuk memberi nilai bobot pada masing-masing atribut yang nantinya akan diketahui atribut mana yang perlu adanya peningkatan dan atribut mana yang harus tetap dipertahankan dari hasil kuisioner tersebut. Sehingga dengan penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan / rekomendasi kepada pihak MA (Madrasah Aliyah) untuk dapat meningkatkan kualitas jasa pelayanan.

1.2Perumusan Masalah

Permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana mengukur tingkat kualitas layanan jasa pendidikan terhadap siswa-siswi MAN

Sidoarjo dengan menggunakan metode Servqual dan Analytical Hierarchy

(15)

1.3Batasan Masalah

Batasan-batasan permasalahan yang dihadapi adalah sebagai berikut : 1. Pihak penyedia / pengurus jasa yang dilibatkan dalam penelitian adalah pihak

manajemen, pengajaran dan karyawan MAN Sidoarjo.

2. Penelitian ini tidak melakukan pembahasan mengenai hal-hal yang menyangkut aspek keuangan.

3. Uji validitas dan reliabilitas data harapan dan persepsi pelanggan dilakukan dengan menggunakan software SPSS 15.00.

1.4Asumsi

Asumsi dari penelitian Tugas Akhir ini adalah :

1. Responden adalah pengguna jasa yaitu siswa-siswi yang sedang bersekolah di MAN Sidoarjo.

2 Responden pada saat mengisi kuesioner dianggap berperilaku rasional dan konsisten, serta mengetahui benar mengenai pelayanan pendidikan yang diberikan oleh MAN Sidoarjo.

3 Terdapat pihak yang expert (pihak yang benar-benar mengetahui permasalahan yang diajukan oleh peneliti) dalam penentuan bobot dari atribut kualitas pelayanan pendidikan di MAN Sidoarjo.

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

(16)

2. Untuk memberikan rekomendasi perbaikan, guna memenuhi tingkat kepuasan konsumen jasa pendidikan di MAN Sidoarjo.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini antara lain : 1. Bagi Peneliti :

- Meningkatkan kemampuan dalam mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah diperoleh dalam dunia akademis.

- Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dunia industri secara nyata.

2. Bagi Siswa-siswi / Pengguna :

Memperoleh kepuasan terhadap layanan yang diberikan oleh MA (Madrasah Aliyah).

3. Bagi Dunia Pendidikan :

- MA (Madrasah Aliyah) mengetahui kualitas layanan yang telah mereka berikan selama ini.

(17)

1.7 Sistematika Penulisan

Penulisan Laporan Penelitian ini disusun sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, asumsi, tujuan penelitian, manfaat dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi studi kepustakaan yang digunakan sebagai acuan teori dan dasar dari pemecahan permasalahan yang dilakukan. Pada bab ini juga dituliskan penelitian atau artikel lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti dimulai dari tempat dan waktu penelitian, identifikasi dan definisi variabel, langkah-langkah pemecahan masalah, metode pengumpulan data, dan metode analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi pengumpulan data yang diperlukan untuk menunjang tercapainya tujuan penelitian ini. Kemudian data tersebut diolah selanjutnya diadakan pembahasan terhadap hasil yang diperoleh.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran yang berkaitan dengan analisa yang telah dilakukan dalam penelitian tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Jasa

Apabila kita menggunakan database seperti ABI Inform atau proquest

untuk mencari artikel yang mengandung kata kunci ”service”, maka akan muncul

ratusan ribu entri. Di suatu sisi, hal ini mengambarkan dinamika dan signifikansi

peran service, khususnya dalam beberapa dekade terakhir. Di sisi lain, apabila kita

telusuri satu per satu entri bersangkutan, definisi atas konsep service yang diacu

pada masing-masing artikel bisa berbeda-beda. Dalam bahasa indonesia saja,

service bisa diterjemahkan sebagai jasa, layanan, dan servis; tergantung pada

konteksnya (Tjiptono dan Chandra, 2004).

Affif (1994) mengemukakan bahwa “ Berbagai tindakan / kinerja yang

ditawarkan suatu produk kepada orang lain yang pada dasarnya tidak dapat dilihat

dan tidak menghasilkan hak milik terhadap sesuatu produksinya , dapat berkenaan

dengan produk fisik atau tidak”.

(Lovelock dkk, 2004) mengemukan bahwa perspektif ”service” sebagai

sebuah sistem. Dalam perspektif ini, setiap bisinis jasa dipandang sebagai sebuah

sistem yang terdiri atas dua komponen utama: (1) operasi jasa (service operation),

dimana input di porses dan elemen-elemen produk jasa diciptakan; dan (2)

menyampaikan jasa (service delivery), dimana elemen-elemen produk tersebut di

rakit, dirampungkan dan disampaiakan kepada pelanggan. Sebagian dari sistem ini

(19)

frontstage), sementara sebagian lainya tidak tampak atau bahkan tidak dikehaui

keberadaanya oleh pelanggan (back office atai backstage).

Gambar 2.1 Jasa Sebagai Sebuah sistem (Lovelock dkk, 2004)

Jasa / pelayanan merupakan suatu kinerja penampilan, tidak berwujud dan

cepat hilang, lebih dapat dirasakan daripada dimiliki serta pelanggan lebih dapat

berpartisipasi aktif dalam proses mengkonsumsi jasa tersebut. Dalam strategi

pemasaran, definisi jasa harus diamati dengan baik, karena pengertiannya sangat

berbeda dengan produk berupa barang. Kondisi dan cepat lambatnya pertumbuhan

jasa akan sangat tergantung pada penilaian pelanggan terhadap kinerja yang

ditawarkan oleh pihak produsen.

(Lovelock dkk, 2004) mengemukan bahwa Ada tiga keputusan yang harus

diambil pemasar dalam kaitannya dengan layanan kepada pelanggan antara lain :

1. Pelayanan/ Jasa-jasa apakah yang harus diberikan dalam melayani pelanggan

Pemasar perlu melakukan survei atas konsumen untuk mengidentifikasikan

pelayanan utama yang mungkin ditawarkan dan arti penting relatifnya,

misalnya potongan harga, pelayanan yang sopan dan ramah dan lain-lain . Fasilitas

Sistem Operasi Jasa

(20)

2. Tingkat pelayanan yang bagaimana yang ditawarkan

Pelanggan tidak hanya menginginkan pelayanan tertentu tetapi juga pelayanan

dalam jumlah yang cukup dan mutu yang memadai. Badan usaha perlu

membandingkan pelayanannya dengan pelayanan yang diberikan oleh

pesaingnya dan kaitannya yang diharapkan oleh pelanggan contoh adanya

kotak saran dan sistem pelayanan keluhan .

3. Dalam bentuk apakah pelayanan itu harus diberikan

Pemasar juga harus mengambil keputusan mengenai bentuk dari berbagai

pelayanan yang akan ditawarkan.

2.1.1 Karakteristik Jasa

Menurut Kotler (2000) karakteristik jasa dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Intangible (tidak berwujud)

Jasa mempunyai sifat tidak berwujud, tidak dapat dirasakan dan dinikmati

sebelum dibeli oleh konsumen, karena tidak dapat dirasakan langsung oleh indera

manusia maka orang akan mengambil kesimpulan mengenai mutu jasa tersebut

dari tempat, orang, peralatan, alat komunikasi, simbol-simbol dan harga dari jasa

tersebut sehingga penyedia jasa memberikan pelayanan sebaik mungkin agar

konsumen merasa puas.

2. Inseparability (tidak dapat dipisahkan)

Pada umumnya jasa yang diproduksi (dihasilkan) dan dirasakan pada

waktu bersamaan, apabila dikehendaki oleh seorang untuk diserahkan kepada

pihak lainnya maka dia akan tetap merupakan bagian dari jasa tersebut. Untuk

mengatasi keterbatasan ini maka penyedia jasa harus lebih terlatih bekerja lebih

(21)

3. Variability (beraneka ragam)

Jasa senantiasa mengalami perubahan tergantung dari siapa penyedia jasa

tersebut diberikan dari keanekaragaman, seseorang pemakai jasa akan lebih

selektif terhadap pilihannya. Pada umumnya konsumen akan memilih jasa yang

mutu / kualitasnya baik. Untuk mengendalikan kualitas layanan perusahaan jasa

perlu melakukan investasi dalam seleksi dan latihan pribadi yang baik,

menstandarisasikan proses kinerja diseluruh oragnisasi serta memonitor kepuasan

konsumen melalui sistem pesan dan kesan, survei konsumen dan perbandingan

belanja, dengan tujuan agar dapat mendeteksi dan memperbaiki pelayanan yang

kurang baik

4. Perishability (tidak tahan lama)

Jasa tidak dapat disimpan dalam bentuk fisik karena nilai jasa hanya ada

pada saat jasa diberikan. Keadaan ini akan menyulitkan penyedia jasa apabila

permintaan akan jasa tersebut tidak stabil dari waktu ke waktu, untuk

mengantisipasinya maka perlu beberapa strategi seperti memberikan pelayanan

perorangan pada waktu-waktu sepi dan menambah tenaga atau dengan bekerja

lebih cepat pada saat-saat ramai dan sebagainya.

2.1.2 Klasifikasi Jasa

Menurut Kotler (2000) membagi jasa menjadi beberapa macam yaitu :

1. Barang berwujud murni

Yang dimaksud disini adalah penawaran perusahaan yang berwujud fisik

yang dapat dilihat oleh mata contoh perusahaan menghasilkan produk sanitary

menawarkan produk sabun, pasta gigi, shampo dan bedak perusahaan tidak

(22)

2. Barang berwujud yang disertai jasa

Disini penawaran terdiri dari barang yang berwujud yang disertai dengan

satu atau lebih bentuk penawaran jasa dimana penawaran ini bertujuan untuk

mempertinggi daya tarik konsumennya. Contoh produsen mobil tidak hanya

menjual mobil saja melainkan juga kualitas pelayanan kepada pelanggannya

(reparasi, pelayanan pasca jual) .

3. Campuran

Penawaran terdiri dari barang dan jasa dengan proporsi yang sama. Contoh

restoran yang harus didukung oleh makanan dan pelayanannya .

4. Jasa utama yang disertai barang dan jasa tambahan

Disini terdiri dari jasa utama dengan jasa tambahan atau barang pelengkap.

Contoh penumpang pesawat terbang membeli jasa transportasi. Mereka sampai ke

tempat tujuan tanpa sesuatu hal berwujud yang memperlihatkan pengeluaran

mereka namun perjalanan tersebut meliputi barang-barang berwujud seperti

makanan dan minuman, potongan tiket dan majalah penerbangan. Jasa tersebut

membutuhkan barang padat modal (pesawat terbang) agar terealisasi, tapi

komponen utamanya adalah jasa .

5. Jasa Murni

Penawaran yang diberikan hanya berupa jasa tanpa adanya produk

pendukung lain Contoh perusahaan taksi yang hanya menawarkan jasa untuk

mengantarkan pelanggan dari satu tempat ke tempat tujuannya, penjahit yang

(23)

2.1.3 Sifat Jasa

Menurut (Tjiptono dan Chandra, 2004) sifat-sifat jasa dapat dibedakan

menjadi :

1. Jasa yang berbasis peralatan atau basis orang

Contoh : pencuci mobil otomatis, mesin berjalan , jasa akuntansi dan lain-lain.

2. Jasa yang membutuhkan kehadiran klien

Contoh : salon kecantikan.

3. Jasa yang dapat memenuhi kebutuhan personel dan kebutuhan bisnis yang

berbeda-beda

Contoh : dokter yang menetapkan harga yang berbeda untuk pasien

perorangan dan kelompok karyawan perusahaan.

4. Penyedia jasa yang berbeda dalam sasarannya (laba/ nirlaba) dan kepemilikan

(swasta/ publik)

2.2 Kepuasan Pelanggan

Konsep kepuasan pelanggan sebenarnya masih bersifat abstrak.

Pencapaian kepuasan dapat merupakan proses yang sederhana maupun kompleks

dan rumit, dalam hal ini peranan individu dalam service encounter sangat penting

dan berpengaruh terhadap kepuasan yang dibentuk, untuk dapat mengetahui

tingkat kepuasan pelanggan secara lebih baik maka perlu dipahami pula

sebab-sebab kepuasan. Pelanggan tidak cuma lebih banyak kecewa pada jasa daripada

barang, tetapi mereka juga jarang mengeluh. Salah satu alasannya adalah karena

mereka juga ikut terlibat dalam proses pembuatan atau penciptaan jasa. Bila saran

(24)

kliennya, tidak bisa kita langsung meletakkan segala kesalahan pada pihak

konsultan. Mungkin saja itu dikarenakan kliennya tidak memberitahukan dengan

jelas dan lengkap segala aspek perusahaannya yang bisa mempengaruhi

pengambilan keputusan dan hasil pencapaian. (Tjiptono, 1994 hal 146)

Banyak pakar yang memberikan definisi mengenai kepuasan pelanggan.

Menurut (Tse dan Wilton, 1998) menyatakan bahwa kepuasan atau ketidakpuasan

pelanggan adalah respon pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian yang

dirasakan antara harapan sebelumnya (atau norma kinerja lainnya) dan kinerja

actual produk yang dirasakan setelah pemakaiannya. Menurut Engel (1990)

mengungkapkan bahwa kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purna beli

dimana alternative yang dipilih sekurang-kurangnya memberikan hasil (outcome)

sama atau melampaui harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul

apabila hasil yang diperoleh tidak memenuhi harapan pelanggan. Menurut Kotler

(2000) menandaskan bahwa kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan

seseorang setelah membandingkan kinerja (hasil) yang ia rasakan dibandingkan

dengan harapannya .

Adanya kesamaan diantara beberapa definisi diatas, yaitu menyangkut

kepuasan pelanggan (harapan dan kinerja atau hasil yang dirasakan), umumnya

harapan pelanggan merupakan perkiraan atau keyakinan pelanggan tentang apa

yang akan diterimanya bila ia membeli atau mengkonsumsi suatu produk (barang/

jasa). Sedangkan kinerja yang dirasakan adalah persepsi pelanggan terhadapa apa

yang ia terima setelah mengkonsumsi produk yang dibeli. Secara konseptual

(25)

Gambar 2.2 Konsep Kepuasan Pelanggan. (Tjiptono, 1994)

Menurut Tjiptono (1994) Kepuasan pelanggan dapat memberikan

beberapa manfaat diantaranya :

1. Hubungan antara perusahaan dengan para pelanggannya menjadi harmonis

2. Memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang

3. Dapat mendorong terciptanya loyalitas pelanggan

4. Membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut (mouth of mouth)

yang menguntungkan bagi perusahaan

5. Reputasi perusahaan menjadi baik dimata pelanggan

6. Laba yang diperoleh dapat meningkat

2.2.1 Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan

Ada beberapa metode yang bias dipergunakan setiap perusahaan untuk

mengukur dan memantau kepuasan pelangganya dan pelanggan pesaing. Kotler, et

al (2004) mengidentefikasi empat metode untuk mengukur kepuasan pelanggan:

Tujuan Perusahaan Kebutuhan dan keinginan

konsumen

Produk

Nilai produk bagi konsumen

Harapan konsumen terhadap produk

(26)

system keluhan dan saran, ghost shopping, lost customer analysis, dan survey

kepuasan pelanggan (Tjiptono dan Chandra, 2004).

1. Sistem Keluhan dan Saran

Setiap organisasi yang berorientasi pada pelanggan (customer-oriented) perlu

menyediakan kesempatan dan akses yang mudah yang bagi para pelangganya

guna menyampaikan saran, kritik, pendapat, dan keluhan mereka.

2. Ghost Shopping (Mystery Shopping)

Salah satu cara memperoleh gambaran mengenai kepuasan pelanggan adalah

dengan mempekerjakan beberapa orang Ghost Shoppers untuk berperan atau

berpura-pura sebagai pelanggan potensial produk perusahaan dan pesaing.

3. Lost customer Analysis

Sedapat mungkin perusahaan seyogyanya menhubungi para pelanggan yang

telah berhenti membeli atau yang telah pindah pemasok agar dapat memahami

mengapa hal itu terjadi dan supaya mengambil kebijakan perbaikan /

penyempurnaan selanjutnya.

4. Survei Kepuasan pelanggan

Sebagian besar riset kepuasan pelanggan dilakukan dengan mengunakan

metode survey (McNeal & Lamb, dikutib dalam Peterson & Wilson, 1992),

baik survey melalui pos, telepon, e-mail, websites, walaupun wawancara

langsung (Tjiptono dan Chandra, 2004).

2.2.2 Menentukan Kebutuhan Pelanggan

2 teknik didalam menentukan kebutuhan pelanggan (customer

(27)

1. Teknik pertama, proses pengembangan dimensi mutu, melibatkan orang

(pelanggan) yang benar-benar berhubungan dekat dengan orang atau jasa

yang digunakan (dibeli) oleh pelanggan. Orang ini harus mampu

berpengetahuan didalam memahami kebutuhan pelanggan dan fungsi serta

tujuan dari barang/ jasa. Misalnya lemari es untuk menyimpan daging dan

sayur agar tetap segar. Orang-orang ini bertanggung jawab menentukan

dimensi mutu dan contoh spesifik setiap dimensi.

2. Teknik kedua, disebut juga teknik insiden kritis caranya dengan

memperoleh informasi dari pelanggan tentang insiden atau kejadian

sebenarnya (actual incidents) yang mereka anggap jelek dan baik dari

produk/ jasa.

Aspek baik : mobil irit bahan bakar, aspek buruk : mobil sering mogok

Aspek baik : penentuan kredit bank disetujui cepat, aspek buruk : pelayanan teller

lamban. Insiden-insiden ini mendefinisikan butir-butir kepuasan pelanggan yang

pada gilirannya butir kepuasan dijadikan kebutuhan pelanggan/ dimensi mutu.

Beberapa contoh mendemonstrasikan keefektifan pendekatan insiden kritis

didalam membentuk kebutuhan pelanggan baik untuk organisasi penghasil barang

(manufacturing) atau jasa (non manufacturing) dan kelompok pendukung

pelanggan internal.

Tabel 2.1 Prosedur Untuk Membentuk Kebutuhan Pelanggan

 Pengembangan Dimensi Mutu

Langkah Butir-butir yang penting

1.Butir daftar dimensi mutu - baca jurnal professional dan perdagangan

(28)

2.Tulis definisi setiap dimensi - definisi bisa bersifat umum

3.Kembangkan contoh spesifik untuk setiap.dimensi mutu

- contoh harus mencakup adjectiva spesifik mencerminkan barang atau jasa

- contoh harus mencakup perilaku spesifik dari pembeli produk

- contoh harus menggunakan pernyataan deklaratif

 Pendekatan Insiden Kritis

Langkah Butir-butir yang penting

1.Hasilkan insiden kritis - mewawancarai pelanggan

- insiden kritis harus mencontoh yang spesifik dari mutu barang/ jasa - insiden kritis hanya mencerminkan

satu contoh

- kategori didasarkan pada kemiripan didalam isi insiden

2.Kategori insiden kritis kedalam kelompok (klaster)

- kategori didasarkan pada kemiripan didalam isi insiden

3.Tulis butir kepuasan untuk setiap klaster insiden kritis

- setiap butir kepuasan harus berupa suatu pernyataan deklaratif

- setiap butir kepuasan harus spesifik 4.Kategorikan butir-butir kepuasan

kedalam klaster atau kelompok setiap klaster mewakili suatu kebutuhan pelanggan

- kategorisasi harus didasarkan pada kemiripan butir-butir kepuasan dan kebutuhan pelanggan harus mencerminkan isi butir-butir kepuasan

5.Tentukan mutu proses kategorisasi - 2 penilai harus melakukan

langkah-langkah kategorisasi 6.Tentukan ke komprehensifan

kebutuhan

- hitung persetujuan antar nilai dan singkirkan 10% insiden kritis sebelum membentuk kebutuhan pelanggan

Sumber : Supranto (1997 hal 40)

2.2.3 Cara Pembentukan Kepuasan Pelanggan

Mengukur tingkat kepuasan pelanggan sangat perlu walaupun tidak

(29)

dipergunakan untuk mengukur tingkat kepuasan adalah daftar pertanyaan

(quisioner). Data yang diperoleh berupa jawaban dari pelanggan terhadap

pertanyaan yang diajukan seperti saya sangat puas (5), puas (4), netral (3), tidak

puas (2), atau sangat tidak puas (1) terhadap pelayanan teller dari bank “A”

sewaktu saya meminjam kredit bank. Dengan memberikan jawaban berupa angka

bisa menghitung rata-rata tingkat kepuasan terhadap ciri produk tertentu untuk

seluruh nasabah misalnya pimpinan bank akan merasa sedih kalau nilai rata-rata

yang diperoleh antara 1,5 sampai 2,5. Pimpinan harus berusaha sekuat tenaga agar

rata-rata tingkat kepuasan pelanggan mendekati angka 5 dan pelanggan yang puas

diatas 90%. Pembentukan daftar pertanyaan kepuasan pelanggan ditempuh dalam

4 tahap yaitu (Supranto 1997, hal 42) :

1. Menentukan pertanyaan (butir) yang akan dipergunakan dalam daftar

pertanyaan

2. Memilih bentuk jawaban (response format)

3. Menulis introduksi/ pengenalan pada daftar pertanyaan

4. Menentukan isi akhir (final) daftar pertanyaan (memilih beberapa butir

yang pokok diantara sekian banyak butir kepuasan yang akan dijadikan

ukuran tingkat kepuasan)

2.2.3.1 Menentukan Pertanyaan/ Butir-Butir

Kita mulai dengan contoh suatu organisasi yang akan mengembangkan

suatu daftar pertanyaan kepuasan pelanggan. Misalkan bahwa suatu organisasi

dalam upaya mengukur bagaimana baiknya pelayanan yang diberikan kepada para

(30)

1. Silakan memberikan penilaian tentang keberadaan pelayanan (rate the

availability of service)

2. Silakan memberikan penilaian tentang ketanggapan para staf ( rate the

responsiveness of the staff)

3. Silakan memberikan penilaian tentang ke profesionalismean para staf ( ratethe

professionalism of the staff)

Ketiga jenis permintaan diatas sebetulnya dirancang untuk mengukur 3 hal

yang dibutuhkan pelanggan yaitu keberadaan pelayanan, ketanggapan pelayanan,

dan profesionalisme dalam pelayanan. Meskipun ketiga hal yang dibutuhkan

pelanggan tersebut mungkin sangat berguna dan valid sebagai karakteristik

pelayanan sebetulnya ada persoalan dalam permintaan tersebut !!! Ada hal yang

membingungkan atau tak jelas (ambiquity) dalam frase keberadaan (availability)

dan ketanggapan (responsiveness) mungkin bisa diartikan lain bagi para

pelanggan yang berlainan, sehingga jawaban yang diberikan berbeda menurut

versi masing-masing pelanggan. Untuk mencegah jawaban yang berlainan karena

adanya perbedaan dalam interpretasi suatu istilah maka perlu dipilih suatu

pertanyaan yang sifatnya sangat spesifik. Misalnya sebagai contoh untuk

membuat lebih jelas istilah keberadaan (availability), bisa dipergunakan

pernyataan berikut :

1. Karyawan yang telah ditunjuk untuk melayani saya akan berada pada tempat

dan waktu sesuai jadwal yang telah disetujui bersama

2. Saya bisa mendapatkan perjanjian tentang waktu (appointment) dengan

(31)

3. Perjanjian waktu (appointment) saya dilaksanakan pada waktu yang sangat

menyenangkan.

Keberadaan telah didefinisikan lebih tepat setelah dinyatakan dalam

penjadwalan (scheduling) dan perjanjian tentang waktu (appointment) jawaban

untuk setiap 3 jenis pertanyaan terakhir menjadi lebih definitif (tidak

membingungkan) apabila dibandingkan dengan jawaban pertanyaan sebelumnya

yang sifatnya masih umum. Selain dari itu, 3 pertanyaan yang terakhir masih

mencerminkan kebutuhan pelanggan tentang keberadaan pelayanan (availability

of service).

Ketika kita menggunakan pernyataan yang lebih spesifik daftar pertanyaan

menyediakan umpan balik yang spesifik mengenai orgianisasi dan kinerja staf

(staff performance) sebagai contoh pertanyaan pada contoh pertama yang masih

bersifat umum dengan menggunakan istilah keberadaan (availability) mungkin

menunjukkan bahwa pelanggan tidak puas akan tetapi tidak banyak membantu

pimpinan, sifat apa dari produk yang membuat pelanggan tidak puas. Kalau

organisasi menggunakan butir yang lebih spesifik/ khusus seperti contoh yang

terakhir akan diketahui dengan tepat bagaimana meningkatkan tingkat kepuasan,

hal-hal yang dibutuhkan yaitu keberadaan pelayanan.

Yang perlu diperhatikan adalah bahwa dalam mengembangkan daftar

pertanyaan untuk menilai tingkat kepuasan pelanggan yang terkait dengan barang

atau jasa tertentu kita harus yakin bahwa daftar pertanyaan tidak membingungkan.

Dengan menggunakan pernyataan yang spesifik dalam daftar pertanyaan akan

meningkatkan mutu informasi yang diperoleh sebab setiap pelanggan akan

(32)

sekaligus memudahkan untuk memperbaiki mutu barang atau jasa sesuai dengan

yang dikehendaki para pelanggan. Supranto (1997)

2.2.3.2 Memilih Bentuk Jawaban (Respon)

Langkah kedua pembentukan skala akan memilih suatu format jawaban

untuk daftar pertanyaan. Suatu format jawaban menentukan bagaimana pelanggan

dapat menjawab butir-butir dalam pertanyaan. Banyak sekali format jawaban atau

metode pengskalaan untuk daftar pertanyaan, salah satu contoh adalah format

check list dan format likert.

Format Check List

Mutu suatu jasa atau produk dapat dikuantitatifkan dengan banyak hal-hal

positif yang dikatakan mengenai jasa atau produk tersebut. Semakin banyak

hal-hal positif dikatakan/ disebutkan mengenai suatu jasa atau produk maka semakin

baik jasa/ produk tersebut. Untuk setiap butir dalam daftar pertanyaan pelanggan

diperbolehkan untuk menjawab ya kalau butir keputusan mencerminkan jasa/

produk yang mereka terima dan menjawab tidak kalau butir tidak mencerminkan

jasa/ produk yang diterima. Berikut ini adalah contoh format check list dengan

petunjuk cara menjawab. Contoh 1: daftar pertanyaan menggunakan format

jawaban check list. Silakan tunjukkan apakah setiap pertanyaan berikut ini

menguraikan atau mencerminkan pelayanan yang anda terima. Jawab ya kalau

mencerminkan dan jawab tidak kalau tidak mencerminkan pelayanan yang anda

terima.

Tabel 2.2 Contoh Format Jawaban Check List

1. Saya dapat memperoleh janji dengan petugas pemberi pelayanan sesuai dengan waktu yang saya inginkan

(33)

2. Petugas pemberi pelayanan sudah berada di tempat sesuai dengan janji saya tiba

Ya Tidak

3. Janji waktu saya dengan petugas pemberi pelayanan benar-benar sesuai dengan waktu senggang saya

Ya Tidak

4. Petugas pemberi pelayanan sangat cepat tanggap ketika saya tiba sesuai dengan janji

Ya Tidak

5. Petugas pemberi pelayanan secepatnya menolong saya ketika saya tiba sesuai dengan janji

Ya Tidak

6. Janji saya benar-benar ditepati sesuai dengan jadwal

Ya Tidak

Sumber : Supranto (1997) Format Tipe Likert

Mutu jasa/ produk dapat juga diindeks dengan kekuatan jawaban menuju

ke setiap butir kepuasan. Format tipe likert dirancang untuk memungkinkan

pelanggan menjawab dalam berbagai tingkatan bagi setiap butir yang

menguraikan jasa/ produk, sebagai contoh meskipun 2 pelanggan mungkin ingin

menunjukkan butir secara khusus dalam menguraikan jasa/ pelayanan secara

berlebihan dibandingkan dengan pelanggan lainnya. Seorang pelanggan

mengatakan bahwa suatu pelayanan sangat memuaskan tetapi pelanggan lain

mengatakan cukup puas saja.

Untuk memungkinkan para pelanggan menjawab dalam berbagai tingkatan

bagi setiap butir kepuasan, format tipe likert bisa dipergunakan. R,S. Likert (1932)

mengembangkan prosedur penskalaan dimana skala mewakili suatu kontinuum

bipolar. Pada ujung sebelah kiri (dengan angka rendah) menggambarkan suatu

jawaban yang negatif sedangkan ujung kanan (dengan angka besar)

(34)

Tabel 2.3 Contoh Format Jawaban Tipe Likert

Sangat tidak setuju

Tidak setuju Netral Setuju Sangat setuju

STS

Sumber : Supranto (1997)

Kita bisa menggunakan format jawaban pertama pada tabel 2.3

(kontinuum) setuju sampai dengan tidak setuju dipergunakan dengan butir-butir

kepuasan. Ingat bahwa butir-butir kepuasan merupakan butir-butir yang bersifat

menjelaskan/ menerangkan (declarative items) yang mencerminkan aspek khusus

tentang kebaikan/ kejelekan pelayanan atau produk, maka dari itu skala jawaban

harus mencerminkan apakah butir-butir kepuasan benar-benar menguraikan

pelayanan. Pelanggan menjawab setiap butir berdasarkan betapa baiknya suatu

butir tertentu menggambarkan pelayanan yang dia terima.

Berikut ini contoh daftar pertanyaan yang menggunakan format tipe likert .

Contoh 1 : Penggunaan format jawaban tipe likert dalam daftar pertanyaan

Silakan tunjukkan pernyataan mana yang anda merasa setuju atau tidak

setuju tentang pelayanan yang anda terima dari perusahaan “X”. Beri lingkaran

pada nomer/ angka yang sesuai dengan pilihan jawaban anda dengan

menggunakan skala berikut :

1. Sangat tidak setuju dengan pernyataan ini (STS)

2. Tidak setuju dengan pernyataan ini (TS)

(35)

4. Setuju dengan pernyataan ini (S)

5. Sangat setuju dengan pernyataan ini (SS)

Tabel 2.4 Contoh Format Jawaban Tipe Likert Dalam Daftar Pertanyaan

Pernyataan STS TS N S SS

1.Saya dapat memperoleh janji dengan petugas pemberi pelayanan yang saya inginkan

1 2 3 4 5

2.Petugas pemberi pelayanan dapat menjadwalkan pertemuan pada waktu yang cocok dengan waktu senggang saya

1 2 3 4 5

3.Janji pertemuan saya dengan petugas pemberi pelayanan sangat cocok dengan waktu yang saya inginkan

1 2 3 4 5

4.Petugas pemberi pelayanan sangat cepat memberikan pelayanan yang saya butuhkan

1 2 3 4 5

5.Petugas pemberi pelayanan secepatnya menolong saya begitu tiba ditempat pertemuan yang telah disetujui

1 2 3 4 5

6.Janji pertemuan saya dengan petugas pemberi pelayanan dimulai dengan secepatnya sesuai dengan jadwal yang telah dibuat

1 2 3 4 5

Sumber : Supranto (1997)

Contoh 2 : Daftar pertanyaan dengan menggunakan suatu format jawaban likert

berdasarkan kontinuum kepuasan

1. Sangat tidak puas dengan aspek ini (STP)

2. Tidak puas dengan aspek ini (TP)

3. Netral terhadap aspek ini (N)

4. Puas dengan aspek ini (P)

5. Sangat puas dengan aspek ini (SP)

Tabel 2.5 Contoh Format Jawaban Tipe Likert Dengan Menggunakan Kontinuum Kepuasan

Pernyataan STP TP N P SP

1.Waktu perjanjian dengan petugas pemberi pelayanan

1 2 3 4 5

2.Keberadaan petugas pemberi pelayanan menjadwalkan saya pada waktu yang

(36)

sesuai dengan keinginan saya

3.Pelaksanaan janji pertemuan sangat menyenangkan

1 2 3 4 5

4.Ketanggapan petugas pemberi pelayanan saya tiba sesuai dengan janji

1 2 3 4 5

5.Kecepatan dimulainya pelaksanaan janji 1 2 3 4 5

Sumber : Supranto (1997)

Kebaikan penggunaan format ini (tipe likert) dibandingkan dengan format

check list yang hanya memberikan jawaban ya atau tidak, ialah bahwa tipe likert

tercermin dalam keragaman skor (variability of scorer) sebagai akibat penggunaan

dalam daftar pertanyaan memungkinkan pelanggan mengekspresikan tingkat

pendapat mereka dalam pelayanan yang mereka terima, lebih mendekati

kenyataan sebenarnya. Dari segi pandangan statistic, skala dengan lima tingkatan

(dari 1 sampai 5) lebih tinggi keandalannya dari skala dengan dua tingkatan yaitu

ya atau tidak. Selain itu, penggunaan format tipe ini masih memberikan

kemungkinan untuk mendapatkan angka presentase jawaban yang positif atau

negatif untuk butir tertentu, caranya dengan menggabungkan jawaban-jawaban

pada akhir skala seperti jawaban tidak setuju adalah gabungan dari sangat tidak

setuju dan tidak setuju (1&2) sedangkan jawaban setuju adalah gabungan dari

sangat setuju dan setuju (4&5). Dengan demikian jawaban 1 terdiri dari jawaban 1

dan 2, jawaban 3 terdiri jawaban 3, sedangkan jawaban 3 terdiri dari jawaban 4

dan 5. Dari 5 tingkat yang merupakan skala 5 titik diringkas menjadi skala 3 titik,

skor 1 untuk jawaban negatif (tidak setuju) skor 2 untuk jawaban netral skor 3

untuk jawaban positif (setuju). Ini berarti dari skala 5 titik (format tipe likert)

(37)

2.2.3.3 Pengenalan Pada Daftar Pertanyaan Kepuasan Pelanggan

Menurut Supranto (1997) langkah berikutnya adalah menulis pengenalan

(introduksi) daftar pertanyaan kepuasan pelanggan. Pengenalan ini harus singkat

dan harus menjelaskan maksud daftar pertanyaan serta instruksi/ petunjuk cara

mengisi daftar pertanyaan.

Pengenalan (introduksi) harus menjelaskan bagaimana menjawab

butir-butir kepuasan dan menerangkan cara menggunakan skala (memilih angka yang

sesuai). Penting sekali untuk diperhatikan bahwa instruksi harus sesuai dengan

tipe format jawaban dalam daftar pertanyaan. Apabila digunakan kontinuum

setuju dan tidak setuju sebagai format jawaban, instruksi hanya menanyakan

responden untuk menunjukkan seberapa jauh mereka setuju atau tidak setuju

dengan pernyataan dalam daftar pertanyaan, sebaliknya kalau digunakan

kontinuum puas-tidak puas sebagai format jawaban, instruksi juga harus

menanyakan responden seberapa jauh mereka merasa puas.

2.2.3.4 Penilaian Butir-Butir Kepuasan Pelanggan

Langkah ke empat didalam proses pembuatan daftar pertanyaan

memerlukan pemilihan/ penyelesaian butir-butir yang akan dipergunakan dalam

daftar pertanyaan bentuk final. Pemlihan butir-butir ini dianggap penting kalau

teknik insiden kritis (critical incident technique) menghasilkan banyak sekali

butir-butir kepuasan. Sebagai contoh kalau teknik insiden kritis menghasilkan

kualitas berdimensi 4 masing-masing terdiri dari 10 butir menjadi sangat tidak

praktis untuk menggunakan semuanya, sebab sulit sekali bagi pelanggan sebagai

responden untuk menjawab 40 pertanyaan. Maka dari itu dalam situasi seperti ini

(38)

pertanyaan, akan tetapi masih tetap efektif untuk menggambarkan tingkat

kepuasan para pelanggan. Apabila rasio/ perbandingan antara butir-butir kepuasan

dengan dimensi mutu cukup kecil, pemilihan butir-butir tidak diperlukan lagi.

Tidak memasukkan butir kepuasan dari jumlah yang memang sudah kecil akan

berakibat diperolehnya suatu daftar pertanyaan kepuasan pelanggan yang

keandalannya rendah (low reliability).

2.3 Kualitas Layanan

Kualitas layanan atau Service Quality menurut Parasuraman (1997) dapat

didefinisikan sebagai “ Seberapa jauh perbedaan antara kenyataan dan harapan

para pelanggan atas layanan yang mereka peroleh atau terima “. Sedangkan

menurut (love lock, 1998) kualitas layanan dapat didefinisikan sebagai “ Tingkat

keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut

untuk memenuhi keinginan pelanggan “.

Dari dua difinisi diatas maka kualitas layanan dapat didefinisikan sebagai

segala sesuatu yang memfokuskan pada usaha untuk memenuhi kebutuhan dan

keinginan konsumen yang disertai dengan ketepatan dalam menyampaikannya,

sehingga tercipta kesesuaian yang seimbang dengan harapan konsumen. Dengan

demikian maka dapat dikatakan bahwa 2 faktor utama yang mempengaruhi

kualitas layanan antara lain, layanan yang diharapkan dan layanan yang diterima.

Kualitas layanan dapat dibedakan menjadi 3 yaitu : kualitas layanan yang

memuaskan (layanan yang diterima sesuai dengan yang diharapkan), kualitas

(39)

diharapkan) dan kualitas layanan ideal (kualitas layanan yang diterima lebih tinggi

dibandingkan dengan yang diharapkan) .

2.3.1 Dimensi-Dimensi Kualitas Layanan

Dari penelitian Parasuraman (1990) ada 10 dimensi umum yang mewakili

kriteria penilaian yang digunakan pengguna jasa untuk kualitas pelayanan yaitu :

1. Tangibles

Tangibles didefinisikan sebagai penampilan dari fisik, peralatan, personil dan

alat-alat komunikasi.

2. Reliability

Reliability didefinisikan sebagai kemampuan untuk memberikan pelayanan

yang telah diajanjikan dengan tepat.

3. Responsiveness

Responsiveness didefinisikan sebagai kemauan untuk membantu pengguna

jasa dengan memberikan pelayanan yang tepat.

4. Competence

Competence didefinisikan sebagai pengetahuan dan ketrampilan yang

diperlukan dalam memberikan pelayanan.

5. Courtesy

Courtesy didefinisikan sebagai sikap hormat, sopan santun dan ramah tamah

yang diberikan dalam melakukan pelayanan.

6. Credibility

Credibility didefinisikan sebagai kepercayaan yang diberikan kepada pemberi

(40)

7. Security

Security didefinisikan sebagai rasa bebas dari bahaya, resiko atau

keragu-raguan.

8. Access

Access didefinisikan sebagai kemudahan dijangkau dan dihubungi.

9. Communication

Communication didefinisikan sebagai kemudahan berkomunikasi dengan

pengguna jasa, termasuk kesediaan mendengarkan keluhan dan keinginan

pengguna jasa.

10.Understanding the customer

Understanding the customer didefinisikan sebagai usaha untuk mengerti

kebutuhan dan keinginan pengguna jasa.

Berdasarkan konsep kualitas pelayanan dan 10 dimensi penilaian diatas,

maka Parasuraman (1990) mengembangkan alat ukur untuk mengukur kualitas

pelayanan yang disebut sebagai “servqual”. Pada tool servqual, 7 dimensi yang

terakhir digolongkan ke dalam 2 dimensi yang lebih luas yaitu assurance dan

empathy, sehingga dimensi-dimensi dalam servqual disederhanakan menjadi :

1. Tangibles : penampilan fisik, peralatan, personil, material-material

komunikasi

2. Reliability : kemampuan untuk melaksanakan service yang telah dijanjikan

secara akurat dan dapat diandalkan

3. Responsiveness : kemampuan untuk membantu pengguna jasa dan

(41)

4. Assurance : pengetahuan dan kesopanan dari karyawan dan kemampuan

mereka untuk mendapatkan kepercayaan pengguna jasa

5. Empathy : sikap perduli, perhatian secara individu yang diberikan oleh

perusahaan kepada pengguna jasa

Tabel 2.6 Dimensi dan Atribut model SERQUAL

No Dimensi Atribut

-Menyediakan jasa sesuai yang disajikan

-Dapat diandalkan dalam menangani masalah jasa pelanggan

-Menyampaikan jasa secara benar semenjak pertama kali

-Menyampaikan jasa sesuai dengan waktu yang disajikan 1. Reliabilitas

-Menyimpan dokumen tanpa kesalahan

-Menginformasikan pelanggan tentang kepastian waktu

penyampaikan jasa

-Layanan yang cepat bagi pelanggan

-Kesedian untuk membantu pelanggan

2. Daya Tanggap

-Kesiapan untuk merespon permintaan pelanggan

-Karyawan yang menumbuhkan rasa percaya para pelanggan

-Membuat pelanggan merasa aman sewaktu melakukan

transaksi

-Karyawan yang secara konsisten bersikap sopan 3. Jaminan

-Karyawan yang mampu menjawab pertanyaan pelanggan

-Memberikan perhatian individual kepada para pelanggan

-Karyawan yang memperlakukan pelanggan secara penuh

perhatian

-Sungguh-sungguh mengutamakan kepentingan pelanggan

-Karyawan yang memahami kebutuhan pelanggan 4. Empati

-Waktu beroperasi (jam kantor) yang nyaman

-Peralatan modern

-Fasilitas yang berdaya tarik visual

-Karyawan yang berpenampilan menarik dan professional

5. Buti Fisik

-Materi-materi berkaiatan dengan jasa yang berdaya tarik

visual

(42)

Tabel 2. 7 Dimensi yang disederhanakan menjadi 5 dimensi Servqual

Original Ten Dimension for

Evaluation Service Quality

Tangibles Reliability Responsiveness Assurance Emphaty

Tangibles

2.3.2 Model Kualitas Layanan

Ada banyak yang dapat dipergunakan untuk menganalisa kualitas jasa

salah satunya gap model yang dikembangkan oleh Parasuraman, et al. Model ini

selanjutnya dikenal dengan SERVQUAL. Berdasarkan penelitian (Parasuraman

dkk, 1994) mengidentifikasi 5 gap yang menyebabkan kegagalan penyampaian

jasa, yaitu :

1. Gap antara harapan konsumen dan persepsi manajemen.

Pada kenyataannya pihak manajemen suatu perusahaan tidak selalu dapat

merasakan atau memahami apa yang diinginkan para pelanggan secara tepat.

Akibatnya manajemen tidak mengetahui bagaimana suatu jasa seharusnya

didesain, dan jasa-jasa pendukung / sekunder apa saja yang diinginkan oleh

konsumen.

2. Gap antara persepsi manajemen terhadap harapan konsumen dan spesifikasi

kualitas jasa.

Kadangkala manajemen mampu memahami secara tepat apa yang diinginkan

(43)

jelas. Hal ini bisa dikarenakan tiga faktor, yaitu tidak adanya komitmen total

manajemen terhadap kualitas jasa, kekurangan sumber daya, atau karena

adanya kelebihan permintaan.

3. Gap antara spesifikasi kualitas jasa dan penyampaian jasa.

Ada beberapa penyebab terjadinya gap ini, misalnya karyawan kurang terlatih

beban kerja melampaui batas, tidak dapat memenuhi standart kinerja, atau

bahkan tidak mau memenuhi standart kinerja yang ditetapkan.

4. Gap antara penyampaian jasa dan komunikasi eksternal.

Seringkali harapan pelanggan dipengaruhi oleh iklan dan pernyataan atau janji

yang dibuat oleh perusahaan. Resiko yang dihadapi perusahaan adalah apabila

janji yang diberikan tidak dapat dipenuhi.

5. Gap antara jasa yang dirasakan dan jasa yang diharapkan oleh konsumen.

Gap ini terjadi apabila pelanggan mengukur kinerja / prestasi perusahaan

dengan cara yang berlainan, atau bisa juga keliru mempersepsikan kualitas

jasa tersebut. (Tjiptono, 1996 :80)

Model kualitas layanan yang terdiri dari 5 gap diatas dapat dilihat pada

(44)

Gambar 2.3 The Extended Gaps Models of Service Quality

Sumber : (Tjiptono dan Chandra, 2004 hal. 150)

Marketing Research Orientation

Upward Communication

Levels of Management

Gap 1

Propensity to Over Promise

Perception of Feasibility

Gap 2

Team Work

Supervisory Control System Employee – Job Fit Technology – Job Fit

Perceived Control

Role Conflic

Role Ambiguity

(45)

Gambar 2.4 Conceptual Model of Service Quality

Sumber : (Tjiptono dan Candra, 2004 hal. 146)

(46)

Model Servqual terdiri dari dua bagian, yaitu :

a. Bagian harapan yang berisi pernyataan untuk mengetahui harapan umum dari

konsumen yang berkaitan dengan jasa.

b. Bagian persepsi yang berisi pernyataan untuk mengukur penilaian konsumen

terhadap perusahaan yang diteliti.

Langkah selanjutnya adalah memberikan penilaian pada masing-masing

bagian harapan maupun bagian persepsi yang dilakukan melalui pembagian

kuesioner kepada responden. Setiap pertanyaan yang diajukan baik pada bagian

ekspektasi maupun persepsi dapat dinyatakan melalui pengukuran sikap, yaitu

skala likert. Hasil penilaian responden kemudian dihitung selisihnya, untuk

mengetahui nilai servqualnya.

Dari hasil perhitungan ada 3 kemungkinan, yaitu :

a) Jika positif, berarti harapan konsumen terlampaui yang menunjukkan

semakin baik kualitas perusahaan tersebut di mata konsumen.

b) Jika nol, berarti harapan konsumen terpenuhi.

c) Jika negatif, berarti perusahaan tersebut masih belum mampu memenuhi

harapan konsumen.

2.3.3 Persepsi dan Ekspektasi

Servqual terdiri dari 2 bagian yaitu bagian harapan yang berisi tentang

pernyataan untuk mengetahui harapan umum dari pengguna jasa yang

berhubungan dengan pelayanan (jasa) dan bagian persepsi yang berisi pernyataan

yang sesuai dengan bagian harapan, untuk mengukur penilaian pengguna jasa

(47)

2.3.3.1 Persepsi

Definisi persepsi menurut (Schiffman dan Kanuk, 1991) adalah “Process

by which an individual select, organizes, and interprets stimuli into a meaningful

and coherent picture of the world”. Artinya persepsi dapat didefinisikan sebagai

proses diamana seseorang memilih, mengorganisasi dan menginterpretasikan

rangsangan (stimuli) dari luar, yang diterimanya ke dalam suatu gambaran yang

berarti dan lengkap tentang dunianya.

Dalam keadaan yang sama persepsi seseorang terhadap sesuatu

rangsangan dapat berbeda terhadap persepsi orang lain, karena setiap orang tidak

sama dalam kebutuhan, nilai, harapan dan kesukaannya .

Perbedaan persepsi terhadap obyek-obyek rangsangan tiap orang menurut

(Assael,1993) disebabkan karena 4 proses yang berhubungan dengan persepsi :

a. Selective exposure

Selective exposure adalah suatu kondisi dimana kepercayaan konsumen

dipengaruhi oleh pilihan dari apa yang didengar dan dibaca.

b. Selective attention

Selective attention adalah suatu kondisi dimana persepsi timbul karena adanya

kesadaran yang tinggi terhadap dukungan informasi yang berlawanan.

c. Selective comprehension

Selective comprehension adalah suatu keadaan dimana persepsi dipengaruhi

oleh adanya penafsiran informasi, karena itu harus konsisten dengan

(48)

d. Selective retention

Selective retention adalah suatu proses dimana seseorang akan mengikat pada

informasi yang relevan dengan keputusan dan atau yang sesuai dengan

kepercayaan dan sikap yang ada.

2.3.3.2 Ekspektasi

Kunci utama dari kualitas layanan adalah menyesuaikan atau melebihi

kualitas layanan yang diharapkan pelanggan. (Schiffman & Kanuk, 1991)

berpendapat “In the marketing context, people tends to perceived product and

product attributes according to their own expectation” . Ini berarti sebelum

membeli suatu produk/ jasa, konsumen tentunya mempunyai harapan dalam

dirinya dan inilah harapan yang dijadikan sebagai standard untuk menilai kualitas

layanan dari perusahaan.

Tingkat kepuasan konsumen satu akan berbeda dengan konsumen yang

lain, karena harapan setiap konsumen terhadap kualitas layanan juga berbeda-beda

Beberapa faktor yang mempengaruhi harapan meliputi : pengalaman masa lalu,

kata-kata orang lain, komunikasi eksternal dan kebutuhan pribadi. Dari ke 4 faktor

tersebut yang paling sulit dikontrol oleh perusahaan adalah kebutuhan pribadi

(Parasuraman, 1990).

Konsumen yang memiliki harapan yang terlalu tinggi akan lebih sulit

untuk merasa puas, dibandingkan dengan konsumen yang memiliki harapan akan

suatu kualitas layanan lebih rendah. Expectation (harapan) merupakan keinginan

atau kebutuhan dari konsumen (Parasuraman, 1990), service expectation tidak

menggambarkan layanan yang akan ditawarkan, tetapi layanan yang seharusnya

(49)

2.4 Penarikan Sampel

Menurut Sudjana (1996) penarikan sampel dapat didefinisikan sebagai

suatu usaha pengambilan data statistik dari anggota populasi. Berbagai alasan

dilakukannya penarikan sampel adalah ukuran populasi yang terlalu besar

sehingga dengan penarikan lebih sederhana untuk menghemat biaya, waktu,

menghindari percobaan yang bersifat merusak untuk meningkatkan ketelitian.

Berdasarkan jenis sampel yang diambil, metode penarikan sampel dapat

dibedakan menjadi 2 yaitu :

- Penarikan sampel probabilitas

- Penarikan sampel non probabilitas

2.4.1 Sampel Probabilitas

Pada penarikan sampel probabilitas setiap populasi memiliki peluang

sendiri-sendiri untuk terpilih menjadi sampel. Jenis penarikan sampel probabilitas

ini sangat sesuai apabila populasi yang diamati bersifat homogen. Yang dimaksud

dengan homogen adalah serupa secara kuantitatif. Macam-macam probabilitas

disini antara lain :

a. Pengambilan sampel acak sederhana

Pengambilan sampel acak pada metode sampel acak sederhana dilakukan

sedemikian rupa sehingga setiap satuan elementer dari populasi mempunyai

kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Apabila besar populasi

adalah P sedangkan unsur dalam sampel/ sample size adalah p, besar

kesempatan bagi tiap satuan elementer untuk dapat dipilih dalam sampel

(50)

b. Pengambilan sampel sistimatis

Pengambilan sampel sistimatis adalah metode pengambilan sampel dimana

hanya unsur pertama saja dari sampel yang dipilih secara acak, sedangkan

unsur- unsur yang selanjutnya dipilih secara sistimatis menurut pola tertentu.

c. Pengambilan sampel acak distratifikasi

Pada pengambilan sampel ini penarikan sampel dilakukan dengan

membagi-bagi populasi yang diteliti ke dalam strata-strata yang seragam dan dari setiap

strata dilakukan pengambilan sampel secara acaks

d. Pengambilan sampel gugus sederhana

Pada pengambilan sampel ini populasi digolongkan dalam gugus-gugus yang

disebut “cluster” dan dari cluster ini akan dilakukan pengambilan sampel.

Jumlah gugus yang diambil harus acak, kemudian unsur-unsur penelitian

dalam gugus tersebut harus diteliti semua.

e. Pengambilan sampel gugus bertahap

Pada pengambilan sampel ini populasi dibagi-bagi dalam gugus-gugus yang

merupakan satuan dimana sampel akan diambil. Pengambilan sampel

dilakukan melewati tahap-tahap tertentu. Pada aplikasi populasi dibagi dalam

gugus tingkat pertama, kemudian dari gugus tingkat pertama ini dibagi dalam

gugus-gugus tingkat ke 2 dan dari gugus tingkat kedua ini kemudian masih

dibagi dalam gugus-gugus tingkat selanjutnya Sudjana (1996).

2.4.2 Sampel Non Probabilitas

Pada penarikan jenis sampel ini unsur dari suatu populasi memiliki

peluang yang berbeda-beda untuk terpilih menjadi sampel. Salah satu jenis sampel

(51)

ini terjadi apabila pengambilan sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan

perorangan/ pertimbangan peneliti. Hanya mereka yang dianggap ahli yang patut

memberikan jawaban-jawaban dipertimbangkan untuk diambil menjadi sampel.

Penarikan sampel purposive ini akan berhasil bila peneliti mengenal populasi,

karena itu penarikan sampel ini sangat sesuai untuk studi kasus Sudjana (1996).

2.5 Merancang Kuesioner

Sesuai dengan salah satu tujuan penelitian yaitu mengukur kualitas

layanan UD. Subur Jaya dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan,

salah satu tool yang dapat digunakan adalah kuesioner. Perancangan kuesioner

merupakan suatu bagian yang sangat penting dalam penelitian ini. Dapat

dikatakan bahwa keberhasilan suatu penelitian ditentukan dari rancangan

kuesioner yang dibuat. Kuesioner terdiri dari tiga tipe: (Kinnear,1997), yaitu:

 Terstruktur

Kuesioner yang memuat secara tepat semua pertanyaan dan urut-urutan

penyampaian pertanyaan serta semua alternatif jawaban yang telah ditentukan.

Kuesioner ini tepat digunakan jika waktu yang dibutuhkan sedikit dan

membutuhkan responden yang banyak.

 Semi Terstruktur.

Kuesioner yang memuat pertanyaan yang sudah ditentukan jawaban dan

pertanyaan dimana responden bebas memberikan jawabannya, misalnya

memberikan saran dan kritik. Kuesioner ini tepat untuk digunakan jika waktu

(52)

 Tidak terstruktur.

Kuesioner yang mempunyai cara penyajian pertanyaan yang bebas dan

pertanyaan dapat dikembangkan untuk memperoleh informasi yang lebih

dalam.

Untuk penelitian ini, kuesioner yang dipakai adalah tipe kuesioner

terstruktur. Tujuan pokok pembuatan kuesioner adalah untuk memperoleh

informasi yang relevan dengan tujuan penelitian, dengan validitas dan reliabilitas

setinggi mungkin. Sebaiknya pertanyaan dalam kuesioner harus langsung

berkaitan dengan hipotesis dan tujuan penelitian.

Untuk pengisian kuesioner tentu diperlukan responden. Responden sendiri

diambil dari target populasi atau lebih sering disebut sampel.

Skala pengukuran data dalam kuesioner pun terdiri dari berbagai macam

(Umar, 2002), yaitu :

 Skala nominal yaitu skala yang hanya menggambarkan label yang diberikan

kepada suatu kategori.

 Skala ordinal yaitu skala yang bertujuan mengurutkan data dari tingkat

tertinggi ke tingkat terendah atau sebaliknya.

 Skala interval. Skala ini mengurutkan objek berdasarkan suatu atribut yang

memberikan informasi tentang interval antara suatu objek dengan objek lainya

adalah sama.

 Skala rasio. Skala ini merupakan gabungan dari penjelasan skala-skala

sebelumnya dan mempunyai ukuran nol yang sama dan dapat

(53)

Sedangkan skala untuk menjelaskan dari data yang bersifat kualitatif ada 8

macam skala yaitu:

 Skala likert. Penggunaan skala likert didasarkan pada pernyataan tentang sikap

seseorang terhadap sesuatu. Sedangkan nilai yang digunakan pada dasarnya tidak

ada ketentuan (Burns, 2006).

 Skala Guttman. Skala ini hanya mengukur satu dimensi dari suatu variabel yang

memiliki beberapa dimensi. Selain itu skala ini pun berbentuk skala yang

kumulatif.

 Skala Semantic differential. Skala ini mengukur arti objek/konsep bagi

responden. Dan skala yang digunakan terdiri dari 2 ajektif yang saling

bertentangan. Skala ini pun dapat mengandung unsur evaluasi.

 Skala Bogardus

 Skala Thurstone. Skala ini dirancang oleh peneliti dan diisi oleh peneliti sesuai

dengan jawaban responden. Jadi peneliti berwawancara secara langsung dengan

responden. Oleh karena itu penggunaan skala ini memerlukan banyak biaya dan

waktu.

 Skala Stipel. Skala ini digunakan untuk mengukur intensitas suatu tindakan. Skala

yang sering digunakan mulai +3 hingga -3.

 Skala Paired Comparison. Skala ini digunakan untuk membandingkan antar 2

item atau lebih. Jika semakin besar item yang dibandingkan maka banyaknya

perbandingan mengikuti persamaan geometri.

 Skala Rank order. Penggunaan skala ini bertujuan untuk mengurutkan beberapa

hal sesuai pendapat responden.

Dalam penelitian ini digunakan skala likert yang digunakan adalah mulai

(54)

Sedangkan untuk analisis hasil kuesioner maka digunakan range mean

score dari nilai skala likert pada masing-masing variabel sebagai berikut:

 1-2, berarti sangat tidak penting

 2-3, berarti tidak penting

 3-4, berarti penting

 4-5, berarti sangat penting

Range tersebut diperoleh melalui rumus sebagai berikut:

(Tugas Akhir - Teknik Industri Universitas Surabaya)

2.5.1 Beberapa Pemakaian Kuesioner

Menurut (Tjiptono dan Chandra, 2004) beberapa pemakaian kuesioner

diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Kuesioner digunakan dalam wawancara tatap muka langsung dengan

masing-masing responden (lazim digunakan)

2. Kuesioner diisi oleh sekelompok responden secara serempak

3. Wawancara melalui telepon, prosedur ini lebih mudah daripada

wawancara langsung/ tatap muka dan ada kalanya orang tidak bersedia

didatangi, tapi bersedia di wawancarai melalui telepon

4. Kuesioner malalui pos dilampiri amplop yang dibubuhi perangko balasan

untuk dikembalikan oleh responden setelah selesai diisi

2.5.2 Jenis Pertanyaan

Menurut (Tjiptono dan Chandra, 2004) ada empat jenis pertanyaan antara

Gambar

Gambar 3.1  Flowchart Langkah-Langkah Pemecahan Masalah………………...62
Gambar 2.1 Jasa Sebagai Sebuah sistem (Lovelock dkk, 2004)
Gambar 2.2 Konsep Kepuasan Pelanggan. (Tjiptono, 1994)
Tabel 2.3 Contoh Format Jawaban Tipe Likert
+7

Referensi

Dokumen terkait