• Tidak ada hasil yang ditemukan

PANDUAN PELAKSANAAN RINTISAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH MENENGAH (R-BOS SM) TAHUN 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PANDUAN PELAKSANAAN RINTISAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH MENENGAH (R-BOS SM) TAHUN 2012"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PANDUAN PELAKSANAAN

RINTISAN BANTUAN OPERASIONAL

SEKOLAH MENENGAH

(R-BOS SM)

TAHUN 2012

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

(3)

ii

PENGANTAR

Dalam rangka mendukung persiapan Program Wajib Belajar 12 tahun, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan meluncurkan Program Rintisan Bantuan Operasional Sekolah Menengah (R-BOS SM) untuk SMA dan SMK di seluruh Indonesia. Program yang menjadi icon Program Wajib Belajar 12 Tahun ini masih bersifat rintisan sehingga belum mampu memenuhi kebutuhan biaya pendidikan bagi siswa miskin. Direncanakan pada tahun 2013, program R-BOS SM ini bisa dikembangkan menjadi BOS SM dengan satuan biaya per siswa yang lebih mencukupi, sehingga lebih mampu memenuhi kebutuhan biaya pendidikan bagi semua siswa.

Pada tahun 2012 ini, dialokasikan dana R-BOS SM sebesar Rp. 984 milyar untuk 7.905.139 siswa sekolah menengah yang terdiri dari 4.105.139 siswa SMA dan 3.800.000 siswa SMK. Program rintisan yang akan dimulai pada tahun 2012 ini tidak dimaksudkan untuk memberikan pendidikan gratis kepada seluruh siswa SM, tapi lebih diarahkan untuk membebaskan dan/atau memberikan keringanan (fee waive dan/atau discount fee) tagihan biaya pendidikan bagi siswa miskin. Sedangkan dari sisi pengeluaran (expenditure) dana R-BOS SM digunakan untuk membantu memenuhi biaya operasional sekolah.

Penentuan siswa miskin yang dibebaskan dan/atau dibantu tagihan biaya pendidikannya menjadi diskresi/kewenangan sekolah didasarkan oleh: (a) biaya pendidikan per siswa; (b) jumlah siswa miskin; dan (c) dana Rintisan BOS yang diterima sekolah.

Bantuan disalurkan ke sekolah melalui dinas pendidikan propinsi dalam skema dekonsentrasi. Pelaksanaan program R-BOS SM mengikuti pedoman yang disusun oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah, dengan mengutamakan konsep manajemen berbasis sekolah (MBS) yaitu dilaksanakan secara swakelola dan partisipatif, transparan, akuntabel, demokratis, efektif efisien, tertib administrasi dan pelaporan, serta saling percaya.

Kami menyadari bahwa pedoman ini masih memerlukan penyempurnaan secara berkala, namun demikian kami berharap dapat memberikan layanan pendidikan menengah yang terjangkau dan bermutu bagi seluruh siswa.

Jakarta, Januari 2012

Direktur Jenderal Pendidikan Menengah,

Hamid Muhammad, Ph.D NIP. 19591205 198311 1 001

(4)

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Dasar Hukum 1

B. Latar Belakang 1

C. Pengertian 2

D. Tujuan 3

E. Sasaran Program dan Besar Bantuan 3

F. Waktu Penyaluran Dana 4

BAB II. KONSEP DASAR PROGRAM RINTISAN BOS SM

A. Peranan Program Rintisan BOS SM Dalam Pelaksanaan Program Wajib

Belajar 12 Tahun 5

B. Program Rintisan BOS SM dan MBS 5

C. Fee Waive dan Discount Fee Bagi Siswa Miskin 6

D. Skenario Pendanaan Pendidikan Menengah 8

E. Program Rintisan BOS SM dan Konsep Pembiayaan Partisipatif 9 BAB III. IMPLEMENTASI RINTISAN BOS SM

A. Sekolah penerima Rintisan BOS SM 15

B. Kriteria Siswa Miskin yang Dibantu dan /atau Dibebaskan Dari Tagihan

Biaya Sekolah 15

C. Peruntukkan Dana Rintisan BOS SM 16

BAB IV. MEKANISME PENYALURAN DANA RINTISAN BOS SM

A. Alokasi Dana Rintisan BOS SM 17

B. Pengajuan Sekolah Calon Penerima Rintisan BOS SM 17 C. Penetapan Sekolah Calon Penerima Rintisan BOS SM 17

D. Penyaluran Dana Rintisan BOS SM 18

E. Waktu Pelaksanaan Program Rintisan BOS SM 19

BAB V. PENGELOLAAN PROGRAM RINTISAN BOS SM

A. Prinsip pengelolaan Rintisan BOS SM 20

B. Pengelolaan program Rintisan BOS SM 21

BAB VI. PERAN INSTANSI TERKAIT

A. Tingkat pusat 22

B. Tingkat Propinsi (Dinas Pendidikan Propinsi) 22 C. Tingkat Kabupaten/Kota (Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota) 23

(5)

iv

BAB VII. PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN

A. Pemantauan Pelaksanaan Program RIntisan BOS SM 24

1. Pemantauan Internal 24

2. Pemantauan Eksternal 25

3. Waktu Pelaksanaan Pemantauan 25

3. Aspek-aspek pemantauan 25

B. Pengawasan Program Rintisan BOS SM 25

C. Daftar Larangan 26

D. Sanksi 26

E. Unit Pelayanan Masyarakat (UPM) 27

BAB VIII. PELAPORAN

A. Laporan Sekolah 28

B. Laporan Propinsi 29

C. Laporan Pusat 29

LAMPIRAN

Lampiran 1 : Format Penjaringan Data Informasi Sekolah

Lampiran 2 : Format Data Identitas Siswa Miskin Yang Dibebaskan dan/atau Dibantu Dari Tagihan Biaya Sekolah Per Sekolah

Lampiran 3 : Format Contoh Laporan Penggunaan Dana Rintisan BOS SM

Lampiran 4 : Format Rekapitulasi Data Identitas Siswa Yang Dibebaskan Dan/Atau Dibantu Biaya Sekolahnya Per Kabupaten/Kota

(6)

Halaman 1

BAB. I

PENDAHULUAN

A. DASAR HUKUM

Dasar hukum pemberian Rintisan Bantuan Operasional Sekolah Menengah (BOS SM) kepada sekolah meliputi:

1. Undang-Undang Dasar Negara Tahun 1945

2. Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan.

5. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekosentrasi dan Tugas Pembantuan.

6. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014.

7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Permendiknas Nomor 2 Tahun 2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasional Tahun 2010-2014.

8. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 69 Tahun 2009 tentang Standar Biaya Operasi Nonpersonalia Tahun 2009 Untuk Sekolah Dasar/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), dan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB).

B. LATAR BELAKANG

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan dan peningkatan mutu serta relevansi pendidikan untuk menghadapi tantangan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global.

Usaha untuk memenuhi amanat Undang-undang tersebut dilakukan melalui program Wajib Belajar 9 Tahun. Program yang telah dimulai dari tahun 1994 tersebut berhasil dituntaskan dengan indikator Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP mencapai 98,2% pada tahun 2010.

(7)

Halaman 2

Konsekuensi dari keberhasilan program Wajib Belajar 9 Tahun tersebut adalah meningkatnya jumlah siswa lulusan SMP yang harus ditampung oleh pendidikan menengah. Pusat Data dan Statistik Pendidikan atau PDSP, Kemdikbud (2011) menyatakan bahwa dari 4,2 juta lulusan SMP, hanya sekitar 3 juta yang melanjutkan ke Sekolah Menengah (SM) dan sisanya sebesar 1,2 juta siswa tidak melanjutkan. Sementara pada waktu yang bersamaan sekitar 159.805 siswa SM mengalami putus sekolah, yang sebagian besar disebabkan karena alasan ketidakmampuan membayar biaya pendidikan.

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, Pemerintah mencanangkan program Wajib Belajar 12 Tahun yang rintisannya dimulai pada tahun 2012. Salah satu tujuan Program Wajib Belajar 12 Tahun adalah memberikan kesempatan kepada masyarakat terutama yang tidak mampu secara ekonomi untuk mendapatkan layanan pendidikan menengah yang terjangkau dan bermutu.

Untuk mencapai tujuan Program Wajib Belajar 12 tahun tersebut, pemerintah telah menyusun program Rintisan Bantuan Operasional Sekolah Menengah (R-BOS SM). Pada tahun 2012, telah disiapkan anggaran sebesar 948 milyar rupiah yang akan disalurkan kepada SMA & SMK Negeri dan Swasta diseluruh Indonesia. Tujuan digulirkannya program Rintisan BOS SM ini adalah secara bertahap membantu siswa miskin memenuhi kebutuhan biaya pendidikan dalam rangka Rintisan Wajib Belajar 12 tahun.

C. PENGERTIAN

Berikut ini beberapa pengertian dasar dari Program Rintisan BOS SM:

1. R-BOS SM adalah program Pemerintah berupa pemberian dana langsung kepada Sekolah Menengah (SMA/SMK) yang besarnya dihitung dari jumlah siswa masing-masing sekolah.

2. Bantuan R-BOS SM mempunyai 2 fungsi yang dapat digunakan sekolah untuk:

a. Dari sisi penerimaan (revenue) digunakan untuk membebaskan (fee waive) dan/atau memberikan potongan (discount fee) kepada siswa miskin dari kewajiban membayar tagihan biaya sekolah seperti iuran sekolah/sumbangan pembangunan pendidikan (SPP)/uang komite, biaya uijian, biaya praktek dan sebagainya. Jumlah siswa yang dibebaskan atau mendapat potongan biaya pendidikan sesuai dengan kebijakan (diskresi) sekolah dengan mempertimbangkan faktor jumlah siswa miskin yang ada, dana yang diterima dan besarnya biaya sekolah. Skenario pembebasan dan pemberian potongan biaya sekolah dapat dilihat pada bab 2 (dua) buku panduan ini.

(8)

Halaman 3

b. Dari sisi pengeluaran (expediture) dapat digunakan oleh sekolah untuk memenuhi kebutuhan biaya operasional sekolah non personalia dengan jenis pengeluaran atau biaya sebagaimana diatur Permendiknas No. 69 Tahun 2009.

3. Bantuan R-BOS SM bertujuan untuk memberikan dorongan dan motivasi kepada sekolah, masyarakat dan Pemerintah Daerah untuk memberikan kesempatan kepada siswa miskin mengikuti pendidikan di SM. Oleh karena itu, pada tahap rintisan ini, perlu dicari alternatif pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan biaya pendidikan siswa miskin dengan cara melibatkan peran pemda melalui BOS Daerah (BOSDA) dan atau menerapkan subsidi silang kepada orang tua dari keluarga mampu.

D. TUJUAN

Secara umum program Rintisan BOS SM bertujuan untuk mewujudkan layanan pendidikan yang terjangkau dan bermutu bagi semua lapisan masyarakat dalam rangka mendukung Rintisan Program Wajib Belajar 12 Tahun. Sedangkan secara khusus bertujuan:

A. Mengurangi angka putus sekolah SM.

B. Meningkatkan Angka Partisipasi Kasar (APK) siswa SM.

C. Membebaskan (fee waive) dan/atau membantu (discount fee) tagihan biaya sekolah bagi siswa miskin SM.

D. Mewujudkan keberpihakan pemerintah (affimative action) bagi siswa miskin di bidang pendidikan SM.

E. Memberikan kesempatan yang setara (equal opportunity) bagi siswa miskin SM untuk mendapatkan layanan pendidikan yang terjangkau dan bermutu.

E. SASARAN PROGRAM DAN BESAR BANTUAN

Sasaran program pada tahap rintisan ini SMA dan SMK Negeri dan Swasta di seluruh Indonesia. Besar bantuan per sekolah diperhitungkan dari jumlah siswa, dimana program ini memperhitungkan jumlah siswa SM nasional sebanyak 7.905.139 yang terdiri dari 4.105.139 siswa SMA dan 3.800.000 siswa SMK.

Satuan biaya (unit cost) program Rintisan BOS SM sebesar Rp. 120.000/siswa/tahun. Sehingga total anggaran program Rintisan BOS SM tahun anggaran 2012 sebesar Rp.948.616.680.000 (sembilan ratus empat puluh delapan milyar, enam ratus enam belas juta, enam ratus delapan puluh ribu rupiah).

(9)

Halaman 4

F. WAKTU PENYALURAN DANA

Dana R-BOS SM ditargetkan tersalur dalam dua tahap, yaitu minggu ke 3 Februari 2012 (tahap 1) dan minggu ke 3 Agustus 2012 (tahap 2). Penggunaan dana mengikuti tahun anggaran yaitu terhitung dari periode Januari sampai Desember 2012, atau semester 2 (dua) tahun pelajaran 2011/2012 dan semester 1 (satu) tahun pelajaran 2012/2013.

(10)

Halaman 5

BAB. II

KONSEP DASAR PROGRAM RINTISAN BANTUAN

OPERASIONAL SEKOLAH MENENGAH (R-BOS M)

A. PERANAN PROGRAM RINTISAN BOS SM DALAM PELAKSANAAN

PROGRAM WAJIB BELAJAR 12 TAHUN

Program Rintisan BOS SM merupakan salah satu program utama (icon) pemerintah yang bertujuan mendukung keberhasilan program Wajib Belajar 12 Tahun yang dirintis pada tahun 2012 ini. Mengingat pentingnya program ini, seluruh stakeholder pendidikan wajib memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Program ini memberikan kesempatan yang setara (equal opportunity) bagi siswa miskin untuk mendapatkan layanan pendidikan yang terjangkau dan bermutu.

2. Program ini menjadi sarana penting untuk meningkatkan akses layanan pendidikan menengah yang terjangkau dan bermutu.

3. Program ini mempersempit gap partisipasi sekolah antar kelompok penghasilan (kaya-miskin), dan antar wilayah (kota-desa).

4. Program ini menyediakan sumber dana bagi sekolah untuk mencegah siswa miskin tidak putus sekolah karena tidak mampu membayar iuran biaya sekolah lainnya.

5. Program ini mendorong dan memberikan motivasi kepada pemerintah daerah untuk membantu siswamiskin dan masyarakat yang mampu untuk memberikan subsidi kepada siswa miskin (subsidi silang)

B. PROGRAM RINTISAN BOS SM DAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

(MBS)

Program ini memberikan dukungan kepada sekolah dalam menerapkan konsep MBS yaitu: kebebasan untuk perencanaan, pengelolaan dan pengawasan program yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing sekolah. Pelaksanaan program ini dilaksanakan secara demokratis, transparan dan akuntabel yang dilaksanakan secara bersama antara pihak sekolah, komite sekolah, dan anggota masyarakat.

Penggunaan dana semata-mata ditujukan hanya untuk kepentingan peningkatan layanan pendidikan dan tidak ada intervensi atau pemotongan dana dari pihak manapun dan untuk kepentingan apapun. Pengelolaan program Rintisan BOS SM menjadi kewenangan sekolah secara mandiri dengan melibatkan kepala sekolah, dewan guru dan komite sekolah.

(11)

Halaman 6

C. FEE WAIVE DAN DISCOUNT FEE BAGI SISWA MISKIN

Tingkat pendapatan orang tua mempunyai korelasi yang signifikan terhadap pilihan sekolah. Orang tua yang mampu cenderung akan menyekolahkan putra/putrinya di sekolah yang bermutu dengan biaya mahal. Sebaliknya orang tua yang kurang mampu, akan menyekolahkan anak-anaknya di sekolah yang mutunya kurang baik karena biayanya relatif murah dan terjangkau. Konsep pendidikan untuk semua (education for all) memberikan kesempatan yang seluas-luas kepada setiap individu untuk mendapat layanan pendidikan bermutu sesuai dengan minat dan potensi siswa. Sesuai dengan perkembangan jaman bahwa sekolah bermutu di dominasi oleh siswa dari keluarga mampu, maka siswa miskin yang mempunyai minat dan potensi kurang mempunyai kesempatan belajar di sekolah bermutu serta menutup kesempatan mereka untuk merubahnya nasibnya dan status sosialnya.

Peranan Program R-BOS SM dalam konteks tersebut di atas adalah memberikan keadilan dan kesempatan kepada siswa miskin untuk memperoleh layanan pendidikan bermutu dengan membebaskan (fee waive) dan/atau memberikan keringanan (discount fee ) tagihan biaya sekolah yang pada tahap rintisan ini, khusus diberikan kepada siswa miskin.

Komposisi jumlah siswa miskin yang mendapat pembebasan (fee waive) dan keringanan (discount fee), merupakan diskresi/kewenangan sekolah sesuai dengan konsep MBS. Namun demikian sekolah tetap harus memperhatikan kriteria siswa miskin dan faktor lainnya, yaitu: (a) biaya pendidikan per siswa, (b) jumlah siswa miskin dan, (c) dana Rintisan BOS yang diterima sekolah. Untuk memperjelas di bawah ini disajikan ilustrasi cara kerja konsep fee waive dan discount fee di suatu sekolah:

(12)

Halaman 7

Gambar 1. Konsep Fee Waive & Discount Fee Untuk Sekolah Dengan Kondisi Tingkat Ekonomi Siswa Homogen

Gambar 2. Konsep Fee Waive & Discount Fee Untuk Sekolah Dengan Kondisi Tingkat Ekonomi Siswa Heterogen / Bervariasi

(13)

Halaman 8

Keterangan gambar:

1. Terdapat 3 (tiga) indikator yang menjadi pertimbangan sekolah untuk menentukan banyaknya siswa miskin yang akan mendapat bantuan, yaitu: (a) alokasi dana R-BOS SM yang diterima oleh sekolah, (b) biaya pendidikan di sekolah dan (c) jumlah siswa miskin yang ada. Berdasarkan ke-3 indikator tersebut, maka sekolah menyusun kebijakan membebaskan dan memberikan diskon kepada siswa miskin.

2. Ilustrasi gambar 2 diatas menggambarkan pelaksanaan konsep fee waive dan discount fee untuk sekolah dengan kondisi tingkat ekonomi siswa homogen (semua siswa kaya / semua siswa miskin). Untuk kondisi sekolah ini, semua siswa mendapatkan perlakuan yang sama, yaitu mendapatkan diskon biaya sekolah sesuai dengan unit cost yang telah ditentukan. 3. Ilustrasi gambar 3 diatas menggambarkan pelaksanaan konsep fee waive

dan discount fee untuk sekolah dengan kondisi tingkat ekonomi siswa heterogen / bervariasi. Sebanyak 50 siswa akan mengikuti program Fee Waive & Discount Fee. Komposisi bantuan yang diterima yaitu: 5 siswa mendapatkan bebas biaya sekolah 100% (Fee Waive). Sebanyak 45 siswa mendapat potongan biaya sekolah (Discount Fee), yaitu: sebanyak 10 siswa membayar 25% dari keseluruhan biaya sekolah; sebanyak 15 siswa membayar 50%; dan sebanyak 20 siswa membayar 75% dari keseluruhan biaya sekolah yang dibebankan kepada siswa miskin.

4. Komposisi jumlah siswa yang mendapat bantuan disesuaikan dengan kebutuhan dan kebijakan sekolah (diskresi). Hal ini memungkinkan sekolah untuk mengubahnya sesuai dengan kondisi dan kebutuhan sekolah.

5. Di masa mendatang apabila dana pemerintah mencukupi secara bertahap semua siswa akan menerima manfaat program BOS SM.

D. SKENARIO PENDANAAN PENDIDIKAN MENENGAH

Pendanaan pendidikan menengah merupakan upaya untuk menyediakan sejumlah dana yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan proses pendidikan di sekolah menengah. Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan menyebutkan bahwa biaya pendidikan meliputi: (a) Biaya Investasi Sekolah (Pengelolaan Pendidikan), (b) Biaya Operasional Sekolah (Biaya di Satuan Pendidikan), dan (c) Biaya Pribadi Peserta Didik.

(14)

Halaman 9

Gambar 3. Skenario Pembiayaan Pendidikan Menengah

Biaya investasi sekolah meliputi biaya investasi untuk meningkatkan kemampuan pendidik dan tenaga kependidikan (PTK), dan biaya investasi sarana dan prasarana. Sedangkan, biaya operasional sekolah meliputi biaya operasional personalia untuk gaji dan tunjangan PTK, dan biaya operasional non personalia. Adapun, biaya pribadi peserta didik merupakan biaya yang ditanggung oleh siswa untuk mengikuti proses pembelajaran secara berkelanjutan.

Pemerintah berusaha memenuhi pendanaan pendidikan untuk ketiga kategori biaya tersebut melalui mekanisme pemberian bantuan langsung baik ke sekolah, PTK, dan siswa. Biaya investasi sekolah dipenuhi melalui penyediaan bantuan (Block Grant) sarana dan prasarana sekolah. Sedangkan biaya operasional sekolah non personalia berusaha dipenuhi melalui penyediaan dana untuk operasional sekolah melalui program Rintisan Bantuan Operasional Sekolah Menengah (R-BOS SM). Adapun, biaya operasional personalia berusaha dipenuhi melalui pemberian tunjangan guru. Sementara itu, untuk meningkatkan ‘daya beli’ siswa terhadap layanan pendidikan SM dan mencegah siswa putus sekolah, pemerintah mengalokasikan dana Bantuan Biaya Pendidikan melalui program Bantuan Khusus Murid (BKM) yang dapat digunakan siswa untuk biaya operasional mereka.

E. PROGRAM RINTISAN BOS SM DAN KONSEP PEMBIAYAAN PARTISIPATIF

Pemerintah dan masyarakat menutut sekolah untuk memberikan layanan bermutu pendidikan kepada peserta didik. Tuntutan tersebut berimplikasi pada kebutuhan biaya pendidikan sekolah yang tinggi. Semakin tinggi tuntutannya, maka akan semakin tinggi pula biaya yang dibutuhkan oleh sekolah untuk meningkatkan layanan pendidikan bermutu.

Mekanisme pembiayaan partisipatif memungkinkan sekolah untuk mendapatkan sumber pembiayaan tambahan dari orang tua siswa yang mampu secara ekonomi. Secara tidak langsung hal ini berakibat pada

(15)

Halaman 10

meningkatnya sumber dana bagi sekolah yang berbanding lurus dengan kualitas sekolah.

Sekolah yang berkualitas umumnya dihuni oleh siswa dengan orang tua siswa yang mampu/kaya. Sedangkan orang tua siswa yang kurang mampu secara ekonomi tidak mampu menyekolahkan anaknya di sekolah yang bermutu yang umumnya berbiaya mahal. Pilihan bagi orang tua siswa yang kurang mampu secara ekonomi adalah sekolah dengan layanan mutu yang minimal dengan biaya pendidikan yang murah. Peranan pemerintah melalui program R- BOS SM ini adalah:

1. Membuka kesempatan yang seluas-luasnya bagi siswa miskin yang mempunyai minat dan potensi untuk bersekolah di sekolah unggulan agar kelak mereka mampu meningkatkan kualitas hidupnya dengan bekal kemampuan dan keahlian yang mereka dapatkan dan mampu mengangkat ekonomi keluarga (eskalasi sosial).

2. Melaksanakan amanah Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mendapatkan layanan pendidikan yang bermutu. Dalam hal ini, pemerintah mendorong siswa lulusan SMP untuk melanjutkan ke pendidikan menengah.

Panduan ini menggambarkan hubungan antara kondisi ekonomi orang tua siswa dan kualitas sekolah dengan keberpihakan pemerintah untuk menyediakan layanan pendidikan yang terjangkau dan bermutu bagi siswa miskin. Sebagai ilustrasi digambarkan 3 (tiga) kondisi kualitas sekolah dan keberpihakan pemerintah untuk memfasilitasi siswa miskin mendapatkan layanan pendidikan yang terjangkau dan bermutu:

1. Sekolah Standar Pelayanan Minimal/Kategori Formal Standar

a. Sekolah ini biasanya letaknya daerah pedesaan, kondisi ekonomi orang tua siswa homogen tidak mampu/miskin, dengan layanan sekolah relatif kurang berkualitas dengan biaya relatif lebih terjangkau bagi siswa miskin.

b. Orang tua siswa miskin masih kesulitan untuk memenuhi tagihan biaya pendidikan yang disyaratkan sehingga walaupun mampu bersekolah namun belum dapat mengakses layanan pendidikan yang berkualitas.

c. Sekolah dengan kondisi seperti ini apabila menerima dana program ini, maka wajib membebaskan dan/atau membantu tagihan biaya sekolah bagi siswa miskin yang berada di sekolah tersebut sesuai dengan kriteria siswa miskin yang ditetapkan.

(16)

Halaman 11

Gambar 4. Ilustrasi Pemanfaatan Dana Untuk Sekolah Standar Pelayanan Minimal / Kategori Formal Standar

Ilustrasi pada gambar 3 ini menggambarkan peman-faatan dana R-BOS SM untuk sebuah sekolah Kategori Formal Standar dengan jumlah siswa sebanyak 800 orang dan iuran sekolah per siswa per bulan sebesar Rp. 50.000 atau per tahun sebesar Rp. 600.000.

Berdasarkan jumlah siswa dan unit cost R-BOS SM, sekolah mendapat alokasi dana Rintisan BOS SM sebesar Rp. 96.000.000 per tahun. Kepala Sekolah mempunyai kewenangan (diskresi) untuk menentukan jumlah siswa yang dibebaskan dan / atau dibantu iuran sekolahnya. Pada ilustrasi ini, dari sisi penerimaan, dana R-BOS SM digunakan untuk membebaskan iuran sekolah (diskon 100%) bagi 79 siswa, memberikan diskon iuran sekolah sebesar 75% bagi 68 siswa, dan memberikan diskon iuran sekolah sebesar 50% bagi 60 siswa. Total siswa yang dibebaskan dan / atau dibantu dari iuran sekolahnya sebanyak 207 siswa. Untuk semester pertama siswa kelas X, XI, dan XII yang dibebaskan sebanyak 104 siswa dan untuk semester kedua sebanyak 103 siswa.

(17)

Halaman 12

2. Sekolah Standar Nasional (SSN)

a. Sekolah ini letaknya bervariasi baik di wilayah perkotaan dan pedesaan, kondisi ekonomi orang tua siswa heterogen mampu/kaya dan tidak mampu/miskin, layanan sekolah yang standar dengan biaya relatif cukup mahal bagi orang tua siswa yang tidak mampu.

b. Orang tua siswa miskin kesulitan untuk memenuhi tagihan biaya pendidikan yang disyaratkan sehingga tidak memiliki kesempatan mendapatkan layanan pendidikan yang ditawarkan.

c. Sekolah dengan kondisi seperti ini apabila menerima dana program ini, maka wajib membebaskan dan/atau membantu tagihan biaya sekolah bagi siswa miskin yang berada di sekolah tersebut sesuai dengan kriteria siswa miskin yang ditetapkan. d. Sekolah memfasilitasi konsep subsidi silang, dimana sumber dana

sejenis dan/atau sumbangan sukarela dari orang tua siswa mampu/kaya dialokasikan untuk membebaskan dan/atau membantu tagihan biaya pendidikan bagi siswa miskin.

(18)

Halaman 13

3. Sekolah Unggulan(SBI/R-SBI)

a. Sekolah ini biasanya terletak di kota besar dengan layanan pendidikan yang bermutu dan berbiaya mahal. Kondisi ekonomi orang tua siswa homogen mampu/kaya, dengan layanan sekolah yang berkualitas dengan biaya sangat mahal bagi orang tua siswa yang tidak mampu. Sekolah ini biasanya diminati oleh orang tua siswa mampu/kaya.

b. Orang tua siswa miskin kesulitan untuk memenuhi tagihan biaya pendidikan yang disyaratkan sehingga tidak memiliki kesempatan mendapatkan layanan pendidikan yang berkualitas.

c. Sekolah dengan kondisi seperti ini apabila menerima dana program ini, maka wajib mengidentifikasi dan merekrut siswa

miskin yang memiliki minat dan kemampuan untuk mengikuti pendidikan di sekolah ini (ramah sosial).

d. Sekolah memfasilitasi konsep subsidi silang, dimana sumber dana sejenis dan/atau sumbangan sukarela dari orang tua siswa mampu/kaya dialokasikan untuk membebaskan dan/atau membantu tagihan biaya pendidikan bagi siswa miskin.

e. Apabila skenario ini berjalan dengan baik maka sekolah tidak lagi menjadi sekolah eksklusif yang hanya akan dihuni oleh siswa mampu/kaya. Siswa-siswa terbaik (the best students) dapat mengakses layanan pendidikan bermutu tanpa melihat latar belakang ekonomi.

Ilustrasi pada gambar 4 ini menggambarkan pemanfaatan dana R-BOS SM untuk sebuah sekolah Standar Nasional dengan jumlah siswa sebanyak 800 orang dan iuran sekolah per siswa per bulan sebesar Rp. 100.000 atau per tahun sebesar Rp. 1.200.000. Berdasarkan jumlah siswa dan unit cost R-BOS SM, sekolah mendapat alokasi dana Rintisan BOS SM sebesar Rp. 96.000.000 per tahun. Kepala Sekolah mempunyai kewenangan (diskresi) untuk menentukan jumlah siswa yang dibebaskan dan / atau dibantu iuran sekolahnya. Pada ilustrasi ini, dari sisi penerimaan, dana R-BOS SM digunakan untuk membebaskan iuran sekolah (diskon 100%) bagi 40 siswa, memberikan diskon iuran sekolah sebesar 75% bagi 34 siswa, dan memberikan diskon iuran sekolah sebesar 50% bagi 30 siswa. Total siswa yang dibebaskan dan / atau dibantu dari iuran sekolahnya sebanyak 104 siswa. Untuk semester pertama siswa kelas X, XI, dan XII yang dibebaskan sebanyak 52 siswa dan untuk semester kedua sebanyak 52 siswa. Total dana yang dibutuhkan untuk membebaskan dan membantu memberikan diskon biaya sekolah sebesar Rp. 96.600.000 jika dibandingkan dengan dana R-BOS yang diterima terdapat ada kekurangan sebesar Rp. 600.000. Kekurangan dana tersebut diharapkan dapat dipenuhi sekolah melalui mekanisme subsidi silang.

(19)

Halaman 14

Gambar 6. Ilustrasi Pemanfaatan Dana Untuk Sekolah SBI / R-SBI

Pengaturan jumlah siswa miskin yang dibantu untuk pembebasan dan/atau pengurangan tagihan biaya pendidikannya menjadi diskresi/kewenangan sekolah disesuaikan dengan kondisi yang ada pada masing-masing sekolah. Ilustrasi pada gambar 4 ini menggambarkan pemanfaatan dana R-BOS SM untuk sebuah sekolah SBI/R-SBI dengan jumlah siswa sebanyak 800 orang dan iuran sekolah per siswa per bulan sebesar Rp. 250.000 atau per tahun sebesar Rp. 3.000.000. Berdasarkan jumlah siswa dan unit cost R-BOS SM, sekolah mendapat alokasi dana Rintisan BOS SM sebesar Rp. 96.000.000 per tahun. Sekolah SBI/R-SBI tersebut, apabila kondisi ekonomi keluarga siswa homogen kaya maka sekolah mempunyai kewajiban untuk mengidentifikasi dan merekrut siswa miskin yang memiliki minat dan kemampuan untuk mengikuti pendidikan di sekolah tersebut.

Kepala Sekolah mempunyai kewenangan (diskresi) untuk menentukan jumlah siswa yang direkrut. Pada ilustrasi ini, dari sisi penerimaan, dana R-BOS SM digunakan untuk merekrut dan membebaskan iuran sekolah (diskon 100%) bagi 5 siswa dan merekrut dan memberikan diskon iuran sekolah sebesar 50% bagi 5 siswa. Total siswa direkrut untuk kemudian dibebaskan dan / atau dibantu dari iuran sekolahnya sebanyak 10 siswa. Pada semester kedua direkrut siswa kelas X yang kemudian dibebaskan dan diberikan keringanan biaya sekolah sebanyak 10 Siswa. Total dana yang dibutuhkan untuk membebaskan dan membantu memberikan diskon biaya sekolah sebesar Rp. 97.500.000 jika dibandingkan dengan dana R-BOS yang diterima terdapat ada kekurangan sebesar Rp. 1.500.000. Kekurangan dana tersebut diharapkan dapat dipenuhi sekolah melalui mekanisme subsidi silang.

(20)

Halaman 15

BAB. III

IMPLEMENTASI PROGRAM RINTISAN

BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH MENENGAH

(R-BOS SM)

A. SEKOLAH PENERIMA PROGRAM RINTISAN BOS SM

1. Penerima dana program ini adalah SMA & SMK Negeri dan Swasta di seluruh Indonesia.

2. Sekolah penerima program ini menggunakan penerimaan dana tersebut (revenue) untuk membebaskan (fee waive) dan/atau membantu (discount fee) siswa miskin dari kewajiban membayar tagihan biaya sekolah dan penggunaannya (expediture) untuk biaya operasi non personalia yang berhubungan dengan peningkatan mutu, antara lain: biaya alat tulis (ATS), biaya bahan dan alat habis pakai (BAHP), biaya pemeliharaan dan perbaikan ringan, biaya daya dan jasa, biaya trasportasi/perjalanan dinas, biaya konsumsi, biaya asuransi, biaya pembinaan siswa/ekstra kurikuler, biaya uji kompetensi, biaya praktek kerja industri dan biaya pelaporan (Permendiknas Nomor 69 Tahun 2009).

3. Sekolah Negeri penerima program ini menerapkan mekanisme subsidi silang dan/atau mencari sumber dana sejenis dari pemerintah daerah dan swasta bagi siswa miskin untuk memenuhi tagihan biaya sekolah lainnya yang belum bisa dipenuhi melalui program ini.

4. Sekolah yang menolak menerima dana program ini harus melalui persetujuan orang tua siswa melalui komite sekolah dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota serta tetap menjamin kelangsungan pendidikan siswa miskin di sekolah tersebut.

5. Sekolah Negeri dengan kategori RSBI dan SBI penerima dana R-BOS SM wajib melaksanakan program ramah sosial dengan cara mengidentifikasi dan merekrut siswa miskin yang memiliki minat dan potensi untuk mengikuti pendidikan di sekolah yang bersangkutan.

6. Semua sekolah yang menerima dana R-BOS SM harus mengikuti pedoman R-BOS SM yang telah ditetapkan oleh Pemerintah.

B. KRITERIA SISWA MISKIN YANG DIBEBASKAN DAN/ATAU DIBANTU DARI

TAGIHAN BIAYA SEKOLAH

Kriteria siswa miskin sangat sulit didefinisikan. Hal tersebut dikarenakan adanya perbedaan ukuran miskin berdasarkan kondisi daerah dan kondisi sekolah masing-masing. Sebagai contoh siswa miskin di sekolah “A” belum tentu miskin di sekolah “B” dan sebaliknya. Oleh karena itu, kriteria siswa

(21)

Halaman 16

miskin yang dibebaskan dan/atau dibantu melalui program ini ditentukan oleh sekolah dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Siswa yang tingkat kemampuan ekonomi orang tuanya paling rendah disekolah sehingga tidak mampu membayar tagihan biaya sekolah. 2. Siswa SMA & SMK yang terancam putus sekolah karena tidak mampu

membayar tagihan biaya sekolah.

Dalam hal kemampuan ekonomi orang tua siswa di suatu sekolah dipandang secara keseluruhan mampu/kaya, maka sekolah wajib mengidentifikasi dan merekrut siswa miskin yang mempunyai minat dan kemampuan untuk mengikuti pendidikan disekolah yang bersangkutan. Sebagai contoh jika dana R-BOS SM yang diterima oleh sekolah misalnya hanya cukup untuk membiayai 7 orang siswa, maka sekolah harus mencari 7 siswa miskin yang dimaksud.

C. PERUNTUKAN DANA RINTISAN BOS SM

Panduan menegaskan kembali penggunaan dana R-BOS SM, yaitu dari sisi penerimaan (revenue) dialokasikan untuk membebaskan (fee waive) dan/atau membantu (discount fee) tagihan biaya sekolah bagi siswa miskin. Sedangkan dari sisi pengeluaran (expenditure), sekolah dapat menggunakan dana untuk biaya operasional sekolah non personalia (Permendiknas No. 69 Tahun 2009) yang bertujuan untuk peningkatkan mutu sekolah antara lain:

1. Pembelian/penggandaan buku teks pelajaran;

2. Pembelian alat tulis sekolah yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran; 3. Penggandaan soal dan penyediaan lembar jawaban siswa dalam kegiatan

ulangan dan ujian;

4. Pembelian alat dan bahan habis pakai seperti: bahan praktikum;

5. Biaya pembinaan siswa/ekstrakulikuler seperti Pramuka, Palang Merah Remaja (PMR), Unit Kesehatan Sekolah (UKS), Karya Ilmiah Remaja (KIR) olah raga, kesenian, lomba bidang akademik, dan pembinaan keagamaan. 6. Biaya uji kompetensi bagi siswa SMK yang akan lulus;

7. Biaya praktek kerja industri untuk siswa SMK;

8. Biaya pemeliharaan dan perbaikan ringan sarana prasarana sekolah; 9. Biaya daya dan jasa sekolah seperti internet, listrik, dan telepon, air; 10. Biaya penyusunan dan pengiriman laporan;

11. Penggandaan formulir penerimaan siswa baru.

Khusus untuk SMK, penggunaan dana Rintisan BOS SM diprioritaskan untuk peruntukkan pada butir 3,4 dan 5 diatas serta pembelian alat ringan (hand tools) dan bahan praktek.

(22)

Halaman 17

BAB. IV

MEKANISME PENYALURAN DANA

RINTISAN

BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH

MENENGAH (R-BOS SM)

A. ALOKASI DANA RINTISAN BOS SM

1.

Pemerintah pusat menentukan alokasi dana nasional berdasarkan jumlah siswa SMA & SMK di seluruh Indonesia, kemudian menetapkan alokasi Rintisan BOS SM provinsi berdasarkan jumlah siswa SMA & SMK per Provinsi.

2.

Provinsi menetapkan alokasi dana per kabupaten/kota berdasarkan jumlah siswa SMA & SMK per Kabupaten/Kota.

3.

Kabupaten/Kota menetapkan alokasi dana sekolah sesuai dengan jumlah siswa SMA & SMK per sekolah.

B. PENGAJUAN SEKOLAH CALON PENERIMA RINTISAN BOS SM

1. Mekanisme pengajuan sekolah calon penerima dana program ini diawali oleh sekolah dengan menyusun dokumen Format Penjaringan Data Individual Sekolah Menengah sebagai kelengkapan persyaratan (Lampiran 1). Dokumen yang disusun sekolah tersebut dikirim ke dinas pendidikan provinsi dengan tembusan ke Dinas Pendidikan Kab/Kota. 2. Berdasarkan data Individual Sekolah Menengah tersebut baik Dinas

Pendidikan Kab/Kota dan Propinsi melakukan verifikasi untuk menentukan keakuratan alokasi dana per Kab/Kota dan per sekolah.

C. PENETAPAN SEKOLAH PENERIMA RINTISAN BOS SM

1. Pendataan Sekolah

Sebelum ditetapkan sebagai sekolah penerima Rintisan BOS SM, dinas pendidikan provinsi melakukan verifikasi data jumlah siswa di setiap sekolah yang diajukan oleh sekolah. Hal ini sangat penting, karena nilai bantuan sangat ditentukan oleh jumlah siswa.

Jika dari hasil verifikasi ditemukan data-data yang tidak sesuai dengan dipersyaratkan, maka sekolah dan dinas pendidikan kabupaten/kota mereviewnya.

2. Penetapan sekolah Penerima Dana Rintisan BOS SM

Kepala dinas pendidikan provinsi menerbitkan Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi tentang sekolah penerima Rintisan BOS SM

(23)

Halaman 18

tahun anggaran 2012. Keputusan ini menjadi dasar untuk memulai proses pencairan dana Rintisan BOS SM.

Tembusan surat keputusan kepala dinas pendidikan provinsi dikirim ke Direktorat Pembinaan SMA & SMK serta Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.

D. PENYALURAN DANA PROGRAM RINTISAN BOS SM

1. Syarat Penyaluran Dana Rintisan BOS SM

a. SK Kepala Dinas Pendidikan Provinsi tentang daftar sekolah penerima dana program Rintisan BOS SM.

b. Dokumen lainnya yang terkait dengan penyaluran dana Rintisan BOS SM.

2. Batas Waktu Penyaluran Dana Rintisan BOS SM

Dana Rintisan BOS SM akan disalurkan dalam dua tahap penyaluran yaitu pada bulan minggu ke-3 Februari dan Agustus 2012. Waktu penyaluran dana program ini akan tepat waktu sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan, apabila seluruh pihak terkait secara tepat waktu mengikuti timeline yang telah ditetapkan.

Timeline Penyaluran Dana Rintisan BOS SM 2012 (Tahap I)

(24)

Halaman 19

Timeline Penyaluran Dana Rintisan BOS SM 2012 (Tahap II)

3. Penyaluran Dana Rintisan BOS SM

a. Penyaluran dana Rintisan BOS SM dilakukan dua tahap. Jumlahnya sesuai dengan dana yang tercantum dalam alokasi masing-masing sekolah dan unit cost yang sudah ditetapkan.

b. Untuk memperlancar penyaluran dana R-BOS SM, Dinas Pendidikan Propinsi dapat bekerjasama dengan Bank Pemerintah atau Bank Pemerintah Daerah sebagai Bank Penyalur.

c. Kerjasama dengan Bank Pemerintah atau Bank Pemerintah Daerah sebagai Bank Penyalur harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (1) Bank tidak memungut biaya administrasi dalam proses penyaluran dana Rintisan BOS SM ke Rekening Sekolah; (2) Bank mempunyai sistem perbankan on-line sampai dengan cabang Kecamatan; (3) Dalam jangka waktu 3 (tiga) hari setelah dana dari KPPN diterima oleh Bank, dana tersebut harus dikirimkan ke rekening sekolah.

d. Penyaluran dana Rintisan BOS SM diterima oleh sekolah tanpa

potongan atau biaya apa pun.

E. WAKTU PELAKSANAAN PROGRAM RINTISAN BOS SM

Setelah dana diterima, maka sekolah perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Waktu pelaksanaan program Rintisan BOS SM terhitung dari Januari sampai Desember 2012 atau mengikuti berakhirnya tahun anggaran. 2. Apabila dana tersisa sampai dengan Desember 2012, maka sekolah

(25)

Halaman 20

BAB. V

PENGELOLAAN PROGRAM RINTISAN

BANTUAN

OPERASIONAL SEKOLAH MENENGAH (BOS SM)

A. PRINSIP PENGELOLAAN RINTISAN BOS SM

Pengelolaan program Rintisan BOS SM mengacu pada konsep Manajemen Berbasis Sekolah (School Based Management), yang mengandung arti, yaitu:

1. Swakelola dan Partisipatif

Pelaksanaan program ini dilakukan secara swakelola (direncanakan, dikerjakan dan diawasi sendiri) dengan melibatkan warga sekolah dan masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif dalam memberikan dukungan terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan program sesuai dengan peraturan yang berlaku.

2. Transparan

Pengelolaan dana program ini harus dilakukan secara terbuka agar warga sekolah dan masyarakat dapat memberikan saran, kritik, serta melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan program.

3. Akuntabel

Pengelolaan dana program ini harus dapat dipertanggungjawabkan, sesuai dengan pedoman pelaksanaan yang sudah disepakati.

4. Demokratis

Penyusunan perencanaan, pengambilan keputusan dan pemecahan masalah dalam program ini selalu ditempuh melalui jalan musyawarah/mufakat dengan memberikan kesempatan kepada setiap individu untuk mengajukan saran, kritik atau pendapat.

5. Efektif dan Efisien

Pemanfaatan dana program ini harus efektif dan efisien. Siswa yang dibebaskan dan/atau dibantu biaya sekolahnya harus diseleksi secara seksama dan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.

6. Tertib Administrasi dan Pelaporan

Sekolah penerima dana program ini harus menyusun dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan kegiatan dan pertanggungjawaban keuangan sesuai ketentuan yang dipersyaratkan.

(26)

Halaman 21

7. Saling Percaya

Pemberian dana melalui program ini berlandaskan pada rasa saling percaya (mutual trust) antara pemberi dan penerima dana. Oleh Karena itu, penting bagi kita untuk menjaga kepercayaan tersebut dengan memegang amanah dan komitmen yang ditujukan semata-mata hanya untuk membangun pendidikan yang lebih baik.

B. PENGELOLAAN PROGRAM RINTISAN BOS SM

1. Program Rintisan BOS SM dikelola oleh Dinas Pendidikan Propinsi melalui mekanisme dekonsentrasi. Bantuan disalurkan langsung ke sekolah oleh 33 Dinas Pendidikan Propinsi di seluruh Indonesia.

2. Pada tingkat sekolah, pengelolaan program ini dilakukan oleh panitia yang dibentuk oleh Kepala Sekolah. Panitia terdiri dari unsur kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru dan komite sekolah yang dibentuk secara musyawarah. Susunan adalah sebagai berikut:

a. Penanggung jawab program, diketuai oleh Kepala Sekolah;

b. Ketua panitia pelaksana, dijabat oleh Wakil Kepala Sekolah atau guru yang relevan;

c. Penanggungjawab pada setiap kegiatan, oleh para guru;

d. Pengelola keuangan, oleh Bendahara Rutin sekolah atau bendahara yang ditunjuk khusus oleh kepala sekolah.

3. Pengelolaan Program Rintisan BOS SM memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Komite sekolah berperan dalam memberikan pertimbangan, untuk menentukan siswa miskin yang dibebaskan dan/atau dibantu biaya sekolahnya dan memberikan dukungan dalam wujud finansial, memberikan bantuan tenaga maupun pemikiran, pengontrol kualitas pelaksanaan program, dan sekaligus sebagai mediator antara pemerintah dengan masyarakat.

b. Program kerja yang sudah direview dan disetujui oleh pemberi bantuan menjadi acuan dalam pelaksanaan program bantuan.

c. Mematuhi ketentuan dan peraturan yang berlaku berkenaan dengan pelaksanaan program bantuan.

d. Informasi pengelolaan program ini harus mudah diketahui oleh warga masyarakat dan sekolah melalui papan pengumuman dalam pengelolaan dengan menempelkan laporan pelaksanaan kegiatan dan laporan keuangan.

4. Kepala sekolah bertanggungjawab terhadap seluruh pengelolaan dana Rintisan BOS SM. Apabila terjadi pergantian kepala sekolah pada saat pelaksanaan program sedang berjalan, maka pelaksanaan pekerjaan dan pengelolaan dana sebelumnya menjadi tanggung jawab pejabat lama. Pejabat lama wajib menyerahkan dan mempertanggungjawabkan seluruh pekerjaan yang sudah dilakukan yang dituangkan dalam berita acara serah terima pekerjaan. Pejabat baru wajib meneruskan seluruh program dan kegiatan sesuai ketentuan yang sudah disepakati dengan pemberi bantuan.

(27)

Halaman 22

BAB. VI

PERAN INSTANSI TERKAIT

A. TINGKAT PUSAT (DIREKTORAT PEMBINAAN SMA & SMK)

Pengelola Rintisan BOS SM tingkat Pusat adalah Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah. Pelaksanaan tugas sehari-hari dilaksanakan oleh Direktorat Pembinaan SMA & SMK.

1. Melakukan pendataan individual sekolah tingkat nasional

2. Menyusun kebijakan teknis pelaksanaan dan pedoman pelaksanaan Rintisan BOS SM;

3. Menetapkan kuota/alokasi Rintisan BOS SM nasional dan propinsi sesuai dengan jumlah siswa SMA & SMK di seluruh Indonesia dan per propinsi. 4. Melaksanakan rapat koordinasi dan sinkronisasi program pembangunan

Sekolah Menengah Atas dengan dinas pendidikan propinsi;

5. Melakukan sosialisasi program dan mekanisme pelaksanaan Rintisan BOS SM; 6. Menyiapkan perangkat monitoring dan evaluasi Rintisan BOS SM;

7. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan Rintisan BOS SM;

8. Mengolah, menganalisis dan menyusun laporan hasil pemantauan dan evaluasi pelaksanaan Rintisan BOS SM;

B. TINGKAT PROPINSI (DINAS PENDIDIKAN PROPINSI)

Pengelola Rintisan BOS SM tingkat propinsi adalah dinas pendidikan propinsi. Pelaksana tugas sehari-hari oleh sub dinas pendidikan yang menangani pembinaan SMA & SMK atau satuan kerja Perluasan dan Peningkatan Mutu SMA & SMK propinsi.

1. Melakukan pendataan individual sekolah tingkat propinsi

2. Mengikuti kegiatan rapat koordinasi dan sinkronisasi program dan kegiatan pembinaan tingkat pusat;

3. Menetapkan alokasi Rintisan BOS SM per kabupaten/kota berdasarkan proporsi jumlah siswa per sekolah per kabupaten/kota.

4. Menginformasikan pedoman pelaksanaan Rintisan BOS SM kepada kabupaten/kota;

5. Menandatangani Pakta Integritas Pelaksanaan Rintisan BOS SM dengan sekolah penerima Rintisan BOS SM;

6. Menerbitkan surat keputusan penetapan sekolah-sekolah penerima Rintisan BOS SM serta menyampaikan ke Direktorat Pembinaan SMA untuk SMA dan Direktorat Pembinaan SMK untuk SMK;

(28)

Halaman 23

8. Melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan Rintisan BOS SM.

9. Melaporkan hasil pelaksanaan monitoring dan evaluasi kepada Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas.

C. TINGKAT KABUPATEN/KOTA (DINAS PENDIDIKAN KAB/KOTA)

Pengelola Rintisan BOS SM tingkat kabupaten/kota adalah dinas pendidikan kabupaten/kota.

Tugas-tugas yang dilaksanakan adalah:

1. Melaksanakan pendataan individual sekolah tingkat kabupaten/kota; 2. Menentukan alokasi Rintisan BOS SM per sekolah;

3. Melakukan verifikasi data individual sekolah;

4. Menginformasikan kepada sekolah tentang alokasi Rintisan BOS SMsekolah 5. Menghimpun dan daftar sekolah penerima Rintisan BOS SM kepada dinas

pendidikan propinsi.

D. TINGKAT SEKOLAH

Pengelola Rintisan BOS SM tingkat sekolah adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru yang ditunjuk dan komite sekolah.

Tugas-tugas yang dilaksanakan adalah

1. Menyebarluaskan informasi penerimaan Rintisan BOS SM kepada warga sekolah, seperti dengan menempelkan informasi program dan keuangan di papan pengumuman sekolah, atau menyampaikan informasi dalam forum rapat dewan guru dengan komite sekolah/orang tua siswa;

2. Mematuhi pedoman pelaksanaan Rintisan BOS SM

3. Menyusun Surat Keputusan tentang siswa miskin yang dibebaskan dan/atau dibantu biaya sekolahnya berserta lampiran.

4. Mengisi dan mengirimkan format data individual sekolah ke propinsi.

5. Mengelola dana Rintisan BOS SM berdasarkan prinsip-prinsip MBS dan pengelolaan keuangan negara ;

6. Menggunakan dana sesuai dengan ketentuan program Rintisan BOS SM;

7. Menyusun laporan pelaksanaan program Rintisan BOS SM di tingkat sekolah, dan disampaikan kepada Dinas Pendidikan Propinsi dengan tembusan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.

(29)

Halaman 24

BAB. VII

PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN

A. PEMANTAUAN PELAKSANAAN PROGRAM RINTISAN BOS SM

Dalam rangka mewujudkan akuntabilitas dan transaparansi pelaksanaan program Rintisan BOS SM, pemantauan dan supervisi. Pemantauan bertujuan untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Rintisan BOS SM apakah pelaksanaan sesuai dengan pedoman pelaksanaan Rintisan BOS SM. Sedangkan supervisi ditujukan untuk mengetahui sampai seberapa besar manfaat Rintisan BOS SM bagi sekolah, mengidentifikasi berbagai macam masalah/hambatan yang dialami serta mencarikan solusi pemecahan masalah.

Hasil pemantauan dan supervisi selanjutnya akan dijadikan bahan perumusan perencanaan program Rintisan BOS SM di masa yang akan datang. Pelaksanaan pemantauan dan supervisi dilakukan secara internal oleh komite sekolah dan dinas pendidikan kabupaten/kota melalui pengawas sekolah dan eksternal oleh Direktorat Pembinaan SMA dan SMK serta dinas pendidikan propinsi.

1. Pemantauan Internal

a. Tingkat Sekolah melalui Komite Sekolah

Pemantauan di tingkat ini adalah Komite Sekolah. Komite sekolah melakukan pemantauan terhadap program-program yang dilaksanakan di sekolahnya secara periodik dan hasilnya dicatat sebagai dokumen. Dokumen tersebut dapat digunakan sebagai bahan masukan kepada sekolah dalam penyusunan laporan pertengahan dan laporan akhir program/kegiatan sekolah serta untuk bahan konsultasi ketika ada pemantauan dari instansi lain yaitu Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Dinas Pendidikan Propinsi, atau Direktorat Pembinaan SMA/SMK.

b. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota melalui Pengawas Sekolah

Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota melaksanakan pemantauan sebagai bagian tugas rutinitas pembinaan sekolah. Dengan demikian pemantauan yang dilaksanakan oleh dinas pendidikan kabupaten/kota mencakup seluruh aspek kegiatan sekolah, termasuk pelaksanaan program Rintisan BOS SM.

(30)

Halaman 25 2. Pemantauan Eksternal

a. Pusat

Direktorat Pembinaan SMA & SMK, melaksanakan pemantauan ke pengelola program di dinas pendidikan propinsi dalam rangka memantau pelaksanaan program Rintisan BOS SM, mengetahui hasil yang sudah dicapai, dan mencatat masalah yang menjadi hambatan pelaksanaan program Rintisan BOS SM.

b. Dinas Pendidikan Propinsi

Dinas Pendidikan Propinsi melalui melakukan pemantauan sekolah sampel untuk memastikan akuntabilitas dari keterlaksanaan/ ketercapaian program di sekolah.

3. Waktu Pelaksanaan Pemantauan

a. Pemantauan internal oleh kepala sekolah dan dinas pendidkan kabupaten/kota sekolah dilaksanakan sepanjang pelaksanaan kegiatan. Dengan demikian diharapkan kepala sekolah menyadari dan mengetahui betul perkembangan pelaksanaan program yang sedang berjalan dan sedini mungkin mengetahui kendala yang muncul sehingga dapat mengatasi berbagai persoalan yang ada.

b. Pemantauan dinas pendidikan propinsi dilaksanakan pada saat program kegiatan sedang berlangsung dan pada akhir kegiatan agar dapat mengetahui proses dan hasil pelaksanaan kegiatan.

c. Pemantauan oleh Direktorat Pembinaan SMA & SMK atau instansi lain dari Pusat dapat dilaksanakan pada saat program/kegiatan sedang berlangsung dan/atau setelah program/kegiatan selesai dilaksanakan.

4. Aspek-aspek pemantauan:

a.

Alokasi dana sekolah penerima bantuan yang ditentukan berdasarkan jumlah siswa;

b.

Kriteria siswa miskin yang dibebaskan dan/atau dibantu biaya sekolahnya;

c.

Data siswa miskin yang dibebaskan dan/atau dibantu biaya sekolahnya;

d.

Pelaporan pelaksanaan kegiatan monitoring.

B. PENGAWASAN PROGRAM RINTISAN BOS SM

Pengawasan terhadap pelaksanan program Rintisan BOS SM dilakukan oleh lembaga-lembaga meliputi:

1. Pengawasan internal dilakukan oleh komite sekolah dan dinas pendidikan kabupaten/kota melalui pengawas sekolah.

2. Tim monitoring independen yang terdiri dari unsur Direktorat Pembinaan SMA & SMK, Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah.

(31)

Halaman 26

3. Instansi pengawas Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Inspektorat Jenderal (Itjen) Kementerian Pendidikan Nasional, dan Badan Pengawasan Daerah (Bawasda) Propinsi dan Kabupaten/ Kota.

C. DAFTAR LARANGAN

Pemberian Rintisan BOS SM adalah amanah dan kepercayaan, sehingga penting bagi kita secara bersama-sama menjaga amanah tersebut. Agar terhindar dari segala macam bentuk manipulasi dan penyimpangan keuangan negara, dilarang melakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Disimpan dengan maksud dibungakan; 2. Dipinjamkan kepada pihak lain;

3. Mengalokasikan dana Rintisan BOS SM yang tidak sesuai dengan pedoman pelaksanaan;

4. Membiayai kegiatan yang diselenggarakan oleh UPTD Kecamatan/Kabupaten/Kota/Provinsi/Pusat, atau pihak lainnya,

5. Menanamkan saham;

6. Membiayai kegiatan dalam rangka mengikuti pelatihan/sosialisasi/ pendampingan terkait program Rintisan BOS SM/perpajakan program Rintisan BOS SM yang diselenggarakan lembaga di luar SKPD Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

D. SANKSI

Apabila berdasarkan hasil evaluasi institusi pemeriksa (Inspektorat Jenderal/BPK/ Bawasda), penerima bantuan terbukti secara sah melakukan kekeliruan/kesalahan/kesengajaan dalam melaksanakan program dan pengelolaan keuangan yang merugikan keuangan negara, Dinas Pendidikan Propinsi memberi peringatan/teguran secara lisan dan tertulis kepada Kepala Sekolah dengan tembusan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.

Sanksi kepada oknum yang melakukan pelanggaran dapat diberikan dalam berbagai bentuk:

1. Penerapan sanksi kepegawaian sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, seperti penurunan pangkat, mutasi kerja dan pemberhentian.

2. Penerapan tuntutan perbendaharaan dan ganti rugi.

3. Pemblokiran dana dan penghentian sementara seluruh bantuan pada tahun berikutnya kepada kabupaten/kota, atau sekolah, bilamana terbukti melakukan pelanggaran yang dilakukan secara sengaja dan sistematik untuk memperoleh keuntungan pribadi, kelompok atau golongan.

4. Sekolah yang melakukan penyalahgunaan dana Rintisan BOS SM masuk dalam daftar hitam (black list) sekolah yang tidak akan mendapat bantuan dari Direktorat Pembinaan SMA & SMK

5. Menyampaikan penyalahgunaan dana tersebut kepada Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota setempat untuk menegur sekolah.

(32)

Halaman 27

E. UNIT PELAYANAN MASYARAKAT (UPM)

Dalam rangka memfasilitasi penyelesaian atau jalan keluar atas pengaduan masyarakat tentang pelaksanaan program Rintisan BOS SM serta memberikan informasi tentang mekanisme Rintisan BOS SM, Direktorat Pembinaan SMA & SMK membentuk unit pelayanan masyarakat (UPM).

Pelayanan informasi dan pengaduan masyarakat sangat penting bagi pengelola program dalam rangka transparansi/keterbukaan terhadap masyarakat sebagai komponen turut serta mengawasi pelaksanaan program sesuai prinsip Rintisan BOS SM dan MBS, yang berfungsi sebagai: 1) Mediator antara masyarakat dengan pengelola Rintisan BOS SM; 2) Pusat pelayanan masyarakat (internal dan eksternal); 3) Pusat informasi umum pemberian Rintisan BOS SM.

(33)

Halaman 28

BAB. VIII

PELAPORAN

Sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban dalam pelaksanaan program Rintisan BOS SM, sekolah, pengelola Propinsi, dan Pusat menyusun laporan hasil pelaksanaan program ke pihak terkait.

A. LAPORAN SEKOLAH

Secara umum laporan yang harus disiapkan oleh sekolah penerima dana Rintisan BOS SM, terdiri atas laporan per semester (laporan semester I dan laporan semester II) yang berisi tentang pelaksanaan program serta laporan penggunaan dana baik dari sisi penerimaan dan pembelanjaan. Laporan tersebut harus siap untuk diperiksa setiap saat oleh tim audit/pemeriksa. Laporan sekurang-kurangnya berisi informasi yang mencakup, antara lain:

1. Narasi Laporan

Narasi laporan memuat informasi-informasi sebagai berikut: (1) jumlah siswa; (2) jumlah dana yang diterima, (3) kapan dana diterima sekolah, (3) mekanisme seleksi siswa miskin yang dibebaskan dan/atau dibantu biaya sekolahnya; (4) penggunaan dana dari sisi pendapatan yaitu untuk membebaskan dan/atau membantu siswa miskin dari biaya sekolah; (5) penggunaan dana dari sisi pengeluaran/pembelanjaan yaitu untuk membiayai operasional sekolah.

2. Isian Data Individual Sekolah tahun pelajaran 2012/2013 kondisi bulan Agustus 2012 khusus untuk laporan semester 2 menggunakan format pada Lampiran 1.

3. SK Kepala Sekolah

Tentang penetapan siswa miskin yang dibebaskan dan/atau dibantu biaya sekolahnya dengan lampiran format data identitas siswa miskin yang dibebaskan dan/atau dibantu biaya sekolahnya (Lampiran 2).

4. Tanda Bukti Siswa telah dibebaskan dan/atau dibantu biaya sekolahnya Berisi rekapitulasi nama siswa miskin yang dibebaskan dan/atau dibantu biaya sekolahnya, jumlah bantuan, dan tanda tangan siswa sebagai bukti pembebasan dan/atau pemberian keringanan biaya sekolah.

5. Penggunaan dana dari sisi pembelanjaan (expenditure)

Berisi tentang rincian penggunaan/pembelanjaan dana untuk membiayai kebutuhan operasional sekolah (Lampiran 3)

(34)

Halaman 29

6. Foto Dokumentasi

Berisi informasi yang menggambarkan kegiatan sekolah dalam menggunakan dana baik dari sisi penerimaan (revenue) yaitu untuk membebaskan dan/atau membantu siswa miskin dari tagihan biaya sekolah dan dari sisi pembelanjaan (expenditure) yaitu untuk membiayai kebutuhan operasional sekolah.

B. LAPORAN PROPINSI

Pengelola Propinsi menyusun laporan laporan per semester (laporan semester I dan laporan semester II) pelaksanaan program Rintisan BOS SM. Hal-hal yang perlu dilaporkan oleh pengelola program Rintisan BOS SM propinsi meliputi:

1. Besar dana yang dialokasikan.

2. Besar dana yang tidak terserap berdasarkan laporan dari sekolah

3. Data identitas sekolah penerima bantuan, meliputi: (1) nama sekolah; (2) Nomor Induk Sekolah Nasional (NISN); (3) alamat lengkap; (4) status sekolah; dan (5) jumlah siswa dan alokasi dana per Kab/Kota, per Sekolah penerima.

4. Data identitas siswa miskin yang dibebaskan dan/atau dibantu biaya pendidikannya per kab/kota per sekolah (Lampiran 4).

5. Laporan pemantauan pelaksanaan program. Laporan ini berisi tentang jumlah responden, kesesuaian penggunaan dana baik dari sisi penerimaan dan pembelanjaan dengan pedoman yang ditetapkan, kesimpulan, saran, dan rekomendasi.

6. Laporan Akhir pada akhir pelaksanaan program, Pengelola propinsi melaporkan semua kegiatan yang berkaitan dengan perencanaan dan pelaksanaan program, meliputi: (1) sejauh mana pelaksanaan program berjalan sesuai dengan yang direncanakan; (2) apa yang telah dikerjakan dan apa yang tidak dikerjakan; (3) hambatan apa saja yang terjadi dan mengapa hal tersebut dapat terjadi; (4) upaya apa yang diperlukan untuk mengatasi hambatan tersebut; dan (5) rekomendasi untuk perbaikan program dimasa yang akan datang, baik program yang sama maupun program lain yang sejenis.

C. LAPORAN PUSAT

Pengelola pusat menyusun laporan akhir pelaksanaan program Rintisan BOS SM. Hal-hal yang perlu dilaporkan oleh pengelola program Rintisan BOS SM pusat meliputi:

1. Besar dana yang dialokasikan

2. Besar dana yang tidak terserap berdasarkan laporan dari pengelola propinsi.

(35)

Halaman 30

3. Data identitas sekolah penerima bantuan, meliputi: (1) nama sekolah; (2) Nomor Induk Sekolah Nasional (NISN); (3) alamat lengkap; (4) status sekolah; dan (5) jumlah siswa dan alokasi dana per Propinsi, per Kab/Kota, per Sekolah penerima.

4. Data identitas siswa miskin yang dibebaskan dan/atau dibantu biaya pendidikannya per Propinsi, per Kab/Kota, per sekolah.

5. Laporan pemantauan pelaksanaan program. Laporan ini berisi tentang kesesuaian penggunaan dana baik dari sisi penerimaan dan pembelanjaan dengan pedoman yang ditetapkan, kesimpulan, saran, dan rekomendasi. Ketentuan pelaporan adalah sebagai berikut:

1.

Laporan semester I dan laporan semester II dari sekolah dikirim ke pengelola propinsi paling lambat 15 (lima belas) hari setelah akhir waktu pelaksanaan jatuh tempo.

2.

Laporan pelaksanaan program pengelola Propinsi dikirim ke pengelola Pusat paling lambat 15 (lima belas) hari setelah akhir waktu pelaksanaan jatuh tempo.

3.

Laporan pelaksanaan program dari sekolah dibuat minimal rangkap 3 (tiga), masing-masing untuk:

a.

Sekolah (dokumen asli)

b.

Dinas pendidikan kabupaten/kota (dokumen salinan)

c.

Dinas pendidikan propinsi (dokumen salinan)

Laporan tersebut dinyatakan sah apabila sudah ditandatangani oleh ketua komite sekolah, kepala sekolah, dan bendahara rutin sekolah serta dilengkapi dengan stempel sekolah dan stempel komite sekolah.

(36)

Halaman 31

(37)

FORMAT LEMBAR INFORMASI DATA INDIVIDUAL SMA

Tahun Pelajaran ……… / ………

KONDISI DATA INDIVIDU SMA PER-TANGGAL 31 AGUSTUS TAHUN

TANGGAL PENGISIAN DATA : Tanggal Bulan Tahun

I. KABUPATEN/KOTA :

II. PROVINSI :

A. IDENTITAS SEKOLAH

1. Nama Sekolah/Instansi :

2. Nomor Statistik Sekolah (NSS) NSS :

NPSN :

3. Alamat a. Jalan :

b. : Kode Pos:

c. : 1 = Kabupaten 2 = Kota d. Daerah : 1 = Desa 2 = Kota

e. :

f. :

g. :

4. a. Klasifikasi Letak Geografis Sekolah : 1 = Terpencil 2 = Daerah Sulit Diakses 3 = Pedesaan 4 = Perkotaan

b. Kategori Wilayah Khusus : 1 = Daerah Terpencil 2 = Daerah Perbatasan Negara 3 = Daerah Transmigrasi 4 = Bukan Semua

c. Posisi Geografis : 0 ' , " LU

0 ' , " BT

5. a. Kode Area, Telepon : Kode area ( ) No Telp. :

b. Kode Area, Faximile : Kode area ( ) No Fax. :

c. Handphone Yang Bisa Dihubungi :

6. a. Akses Internet : 1 = Tidak Ada 2 = Jardiknas 3 = Telkom 4 = Lainnya, sebutkan ...

b. Alamat Email :

c. Website http:// :

d. Nama Pimpinan :

7. a. Status Sekolah : 1 = Negeri 2 = Swasta b.Sekolah Dibuka Tahun :

c. Status Kepemilikan : 1 = Pemerintah Pusat 2 = Pemerintah Daerah 3 = Yayasan

d. SK / Izin Pendirian Sekolah : No. Tgl. -

-e. SK Status Sekolah Terakhir : No. Tgl. -

-f. Keterangan SK Status : 1 = Pemutihan 2 = Penegerian 3 = Alih Fungsi 4 = Sekolah Baru 5 = Perubahan Nama

g. Bila sekolah mengalami perubahan (sebelum SK pada butir 8c atau 8d), maka isi butir pertanyaan berikut:

g.1 Nama Sekolah (sebelumnya) :

g.2 Status Sekolah (sebelumnya) : 1 = Negeri 2 = Swasta

g.3 Alamat Sekolah : g.4 Kecamatan : g.5 Kabupaten/Kota : RW RT RT RW Desa / Kelurahan Wilayah Kecamatan Kabupaten/Kota Provinsi

Bila sekolah mempunyai data/informasi

(38)

8. a. Akreditasi : 1 = A 2 = B 3 = C 4 = Belum Diakreditasi 5 = Tidak Terakreditasi

b. SK Terakhir Akreditasi : No. Tgl. -

-9. Status Mutu : 1 = Pra SPM 2 = SPM 3 = Pra SSN 4 = SSN 5 = RSBI 6 = SBI

10. Sertifikasi ISO : 1 = 9001:2000 2 = 9001:2008 3 = Proses Sertifikasi 4 = Belum Bersertifikat

11. Waktu Penyelenggaraan : 1 = Pagi 2 = Siang 3 = Kombinasi (Pagi dan Siang)

12. Sistem Penyelenggaraan : 1 = Sekolah Umum/Konvensional 2 = Sekolah Berasrama/Boarding School

13. :

14. :

15. :

16. :

17. Apakah Sekolah ini telah melaksanakan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) : 1 = Ya 2 = Tidak

18. Khusus untuk SMA Swasta/Yayasan

a Nama Yayasan :

b. :

c Alamat Yayasan

c.1 Desa / Kelurahan :

c.2 Kecamatan : Kode Pos:

c.3 Kabupaten/Kota *) :

c.4 Provinsi :

g. Akte Pendirian Yayasan : No. Tgl. -

-h. Kelompok Yayasan : 1 = Aisyiah 2 = MPK Muhammadiyah 3 = LP Ma'arif 4 = ML Taman Siswa 10 = Lainnya, sebutkan:

5 = MPPK 6 = MNPK 7 = Perwari 8 = Dharma Pertiwi 9 = YPLP PGRI ……… B. SISWA, KELAS (ROMBONGAN BELAJAR), DAN NILAI UJIAN NASIONAL (NILAI UN)

1. Rata-rata Nilai Ujian Nasional (UN) / Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) dari Siswa Baru Tingkat I yang diterima : ,

2. Rencana pendaftar dan siswa yang diterima menurut jenis kelamin dan asal sekolah:

3. Siswa menurut Program Pengajaran dan Kelas/Rombongan Belajar dan Agama:

Laki-Laki Perempuan

Tingkat dan Program Pengajaran Kelas X Kelas XI IPA Kelas XI IPS Kelas XI Bahasa Kelas XII IPA Kelas XII IPS Kelas XII Bahasa

Total Rencana Penerimaan

(orang)

RT RW

Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan

Nama Pimpinan Yayasan Nomor Rekening Bank Nama Bank

Rekening Sekolah Atas Nama

SMP MTs Paket B

Pendaftar (orang) Jumlah Siswa Menurut Asal Total Siswa Baru Tingkat I (orang) Laki-Laki Perempuan

Jumlah Rombongan Belajar

L + P

Laki-Laki Perempuan

Jumlah Siswa (orang) Jumlah siswa menurut agama

Islam Protestan Katholik Hindu Budha Khonghuchu

Rombel Rombel Rombel Rombel Rombel Rombel Rombel Rombel Cabang/Unit

(39)

4. Siswa Mengulang, Putus Sekolah, dan Mutasi menurut Program Pengajaran :

5. Peserta Ujian Nasional dan Lulusan Tahun Ajaran Lalu menurut Jenis Kelamin Tiap Program Pengajaran :

6. Nilai Ujian Nasional (UN) tiap Mata Pelajaran Tahun Lalu : (lanjutan No. 8 …..)

, , , , , , , , , , , , C. FASILITAS

1. Luas Tanah yang Dikuasai Sekolah menurut Status Kepemilikan : 2. Jika Tanah Hak Milik Statusnya Belum Sertifikat,

No. maka status tanah tersebut adalah :

1 Meter Persegi (M²)

Meter Persegi (M²)

Meter Persegi (M²) 3. Jika Tanah Bukan Hak Milik,

2 Bukan Milik Meter Persegi (M²) maka kondisi tanah tersebut adalah : Meter Persegi (M²)

4. Kondisi Lahan Hak Milik Sekolah :

Meter Persegi (M²) Meter Persegi (M²) Jenis Lahan 10 11 12 Biologi Status Kepemilikan Milik Sertifikat Belum Sertifikat Total Luas Tanah Hak Milik

Total Luas Tanah Seluruh

Luas Tanah Seluruhnya

Kondisi Lahan Hak Milik Terbangun

Belum Terbangun Luas Lahan Kelas XI IPS Kelas XI Bahasa P Jumlah Sastra Indonesia Matematika Geografi

Fisika Bahasa Asing pilihan

Kimia Sejarah Budaya (Antropologi)

Mata Pelajaran 1 2 3 4 5 6 No. 7 8 9

Bahasa Indonesia Ekonomi

Bahasa Inggris Sosiologi

Mata Pelajaran L L + P L P L + P L P L P L P L No. Program Pengajaran IPA IPS Bahasa Jumlah Nilai Rata2 UN

Kelas XII Bahasa

Total Kelas XII IPA

Kelas XII IPS

Putus Sekolah Tahun Ajaran Sebelumnya Peserta P Nilai Rata2 UN L P

Tingkat dan Program Pengajaran

Kelas X Kelas XI IPA

Mengulang

Mutasi Tahun Ajaran Sebelumnya Masuk dari Kab/Kota sama Masuk dari Kab/Kota lain Keluar ke Kab./Kota lain L P Lulusan

1 = Akte Jual Beli 4 = Hak Guna Pakai 2 = Girik 5 = Lainnya, ... 3 = Surat Hibah ...

Jenis Lahan:

1 = Diatas lahan terdapat bangunan 2 = Berupa tanah padat/siap bangun 3 = Berupa taman/tanah lapang 4 = Berupa sawah/kebun 5 = Berupa semak/hutan/rawa/padas 6 = Lainnya, ... 1 = Sewa 2 = Pinjaman

3 = Lainnya, ...

(40)

5. Buku dan Alat Pendidikan :

6. Perlengkapan :

a. Perlengkapan Kegiatan Administrasi ;

unit unit unit unit

unit unit unit unit

unit unit unit unit

unit unit unit unit

unit unit unit unit

unit unit unit unit

unit unit unit unit

unit unit unit unit

unit unit unit unit

unit unit unit unit

unit unit unit unit

unit unit unit unit

unit unit unit unit

unit unit unit unit

unit unit unit unit

unit unit unit unit

unit unit unit unit

unit unit unit unit

6 7 8 2 3 4 5 6

Rusak Sedang Rusak Berat

11 12

c. Pentium 3 / kurang Notebook / Laptop

a. Core Duo / lebih b. Pentium 4 c. Pentium 3 / kurang Komputer Server Printer Scanner Telepon Faximile Fotokopi Mesin Stensil Mesin Ketik Kamera Digital Kamera Video / handycam 10

11 12 13 15

a. Core Duo / lebih b. Pentium 4 14 No. No. 1 Jumlah Total Jenis Perlengkapan Komputer Desktop 1 2 3 4 5 9 Media Pembelajaran Elektronik (judul/set) Mata Pelajaran PPKn Pendidikan Agama . Bahasa dan Sastra Indonesia Bahasa Inggris

Sejarah Nasional dan Umum

Jumlah Jumlah Judul Jumlah Eksemplar Jumlah Judul Alat Pendidikan Jumlah Alat Peraga (set) Jumlah Alat Praktik (set) Teks Siswa 7 8 9 10 Kondisi Baik Jumlah Eksemplar Jumlah Judul Buku Pelajaran

Pegangan Guru Penunjang

c. Geografi d. Sejarah Budaya e. Tata Negara f. Antropologi Pendidikan Seni Bahasa Asing Lain Bimbingan dan Penyuluhan Muatan Lokal

Buku Lainnya, ………. Kerajinan dan Kesenian Pendidikan Jasmani Matematika IPA a. Fisika b. Biologi c. Kimia IPS a. Ekonomi b. Sosiologi

Gambar

Gambar  2.  Konsep  Fee  Waive  &  Discount  Fee  Untuk  Sekolah  Dengan  Kondisi  Tingkat Ekonomi Siswa Heterogen / Bervariasi
Gambar 3. Skenario Pembiayaan Pendidikan Menengah
Gambar 5. Ilustrasi Pemanfaatan Dana Untuk Sekolah Standar Nasional
Gambar 6. Ilustrasi Pemanfaatan Dana Untuk Sekolah SBI / R-SBI

Referensi

Dokumen terkait

5. Surat keterangan dipidana karena kealpaan ringal] lculpa leuis) atau alasan politik berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dari

M edia pembelajaran ini akan mengemas pelajaran gaya dan tekanan pada fisika untuk anak SM P menjadi lebih interaktif dan menarik, dimana pemain terlibat aktif dalam

Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat yang mengatur tentang Pengadaan Perumahan Melalui Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera Dengan Dukungan Bantuan

Pada tahun 2015, Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular memiliki 1 Indikator Kinerja Utama, yaitu Persentase penurunan prevalensi merokok pada usia ≤ 18 tahun dengan

Berdasarkan perbedaan metode pembelajaran antara pesantren salaf dan modern tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS PENGARUH

Pengertian anak dan batas umur tentang anak telah diatur dalam Undang- undang sebagai berikut : Pengertian anak menurut pasal 1 ayat 2 Undang - Undang No 4 Tahun 1979

Peraturan Daerah ini mengatur lebih lanjut persyaratan teknis tata bangunan dan keandalan bangunan gedung, agar masyarakat di dalam mendirikan bangunan

1. Mengucapkan materi hiwar tentang ةسردملا يف تاطاشنلا setelah guru dengan tepat. Mendemonstrasikan hiwar tentang ةسردملا يف تاطاشنلا secara