• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBUATAN DAN PENGUJIAN KARAKTERISTIK GENTENG BETON DENGAN PENAMBAHAN SERAT SABUT KELAPA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBUATAN DAN PENGUJIAN KARAKTERISTIK GENTENG BETON DENGAN PENAMBAHAN SERAT SABUT KELAPA."

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBUATAN DAN PENGUJIAN KARAKTERISTIK GENTENG BETON DENGAN PENAMBAHAN SERAT SABUT KELAPA

Oleh :

Ita Sari M Simbolon NIM 409240016 Program Studi Fisika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sain

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

iii

PEMBUATAN DAN PENGUJIAN KARAKTERISTIK GENTENG BETON DENGAN PENAMBAHAN SERAT SABUT KELAPA

Ita Sari M Simbolon (409240016) ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk; (1) mengetahui pengaruh penambahan serat sabut kelapa terhadap karakteristik genteng beton, (2) mengetahui hasil pengujian mekanik dan fisis pada genteng beton dengan variasi campuran serat sabut kelapa terhadap massa pasir, (3) mengetahui kualitas genteng beton dengan penambahan serat sabut kelapa dan genteng beton normal.

Genteng beton dibuat berbentuk balok sesuai standart ASTM D-790 untuk pengujian kekuatan lentur dan ASTM D-256 untuk pengujian impak, sedangkan untuk pengujian daya serap air dibuat sesuai standart SNI 0096:2007. Pada penelitian ini perbandingan persentase komposisi bahan-bahan campuran semen : pasir yaitu 1 : 3 dengan variasi komposisi serat sabut kelapa yaitu 0%; 1,5%; 3%; 4,5%; 6%; dan 7,5%. Setelah genteng beton berumur 28 hari, maka dapat dilakukan pengujian kekuatan lentur, impak, dan daya serap air.

Dari hasil pengujian kuat lentur diperoleh nilai yang memenuhi standart ASTM D-790 pada komposisi serat 3% dan 4,5% dengan UFS rata-rata, yaitu (13,33±0,07)N.mm-2 dan (10,18±0,27)N.mm-2. Pada uji impak nilai yang memenuhi syarat mutu ASTM D-256 yaitu pada kekuatan impak rata-rata dengan komposisi serat 6% dan 7,5% yaitu (4816,66±812,91)Joule/m2 dan (6833,33±256800,80)Joule/m2. Pada uji daya serap air nilai optimal yang memenuhi syarat SNI 0096:2007 pada 0% yaitu ( ± 0,40) ; 1,5% yaitu ( ± 0,54) ; 3% yaitu ( ± 0,21) ; 4,5% yaitu ( ± 0,71)%; 6% yaitu ( ± 0,99) . Hal ini merupakan bahwa penambahan serat sabut kelapa ke dalam adukan genteng beton dapat menghasilkan genteng beton yang berkualitas dibandingkan dengan genteng beton normal.

(4)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar pengesahan ... i

Riwayat Hidup ... ii

Abstrak ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vi

Daftar Gambar ... ix

Daftar Tabel ... x

Daftar Lampiran ... xi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Batasan Masalah ... 3

1.3. Perumusan Masalah ... 3

1.4. Tujuan Penelitian ... 4

1.5. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Pengertian Genteng ... 5

2.2. Genteng Beton ... 6

2.3. Beton Komposit ... 8

2.4. Semen ... 9

2.4.1. Semen Portland Pozzolan (PPC) ... 10

2.4.2. Jenis-jenis Semen ... 10

2.4.3. Paduan Serat dengan Semen ... 10

2.5. Pasir ... 11

2.5.1. Pengujian Pasir ... 12

2.6. Air ... 14

2.7. Serat Sebagai Penguat ... 14

(5)

vii

2.8.1. Pengaruh Panjang Serat Sabut Kelapa ... 17

2.8.2. Proses Produksi Serat Sabut Kelapa ... 17

2.8.3. Sifat Fisis dan Sifat Mekanik Serat Sabut Kelapa ... 18

2.8.4. Analisis Sifat Kimia dan Komposisi Serat Sabut Kelapa .... 19

2.8.5. Analisis Sifat Fisis dan Morfologi Serat Sabut Kelapa ... 20

2.9. Perendaman Dengan Larutan NaOH ... 21

2.10. Kualitas Genteng Beton ... 22

2.10.1.Syarat Mutu Menurut SNI ... 22

2.10.2.Syarat Mutu Menurut PUBI ... 23

2.10.3.Bentuk dan Ukuran Menurut PUBI ... 23

2.11. Pengujian Kekuatan Lentur ... 24

2.12. Pengujian Impak ... 25

2.13. Pengujian Penyerapan Air ... 27

2.14. Kerangka Konseptual ... 28

BAB III. METODE PENELITIAN ... 29

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

3.2. Alat dan Bahan ... 29

3.2.1. Alat ... 29

3.2.2. Bahan ... 30

3.3. Variabel dan Parameter ... 30

3.4. Prosedur Penelitian ... 31

3.4.1. Pembuatan Serat Sabut Kelapa ... 31

3.4.2. Pembuatan Sampel ... 31

3.4.3. Bentuk Sampel Uji ... 33

3.4.4. Pengujian Benda Uji Genteng Beton ... 34

3.4.4.1. Prosedur Pengujian Kekuatan Lentur Geteng Beton ... 34

3.4.4.2. Pengujian Impak Genteng Beton ... 35

3.4.4.3. Pengujian Daya Serap Air Genteng Beton ... 36

(6)

viii

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38

4.1. Hasil Penelitian ... 38

4.2. Kekuatan Lentur ... 38

4.3. Kekuatan Impak ... 40

4.4. Daya Serap Air ... 42

4.5. Berat Genteng Beton dengan Serat Sabut Kelapa ... 44

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 46

5.1. Kesimpulan ... 46

5.2. Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 48

LAMPIRAN ... 50

(7)

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Jenis-jenis Semen Sesuai SNI ... 10

Tabel 2.2. Batas-batas Gradasi Agregat Halus ... 13

Tabel 2.3. Sifat Kimia dan Komposisi Serat Sabut Kelapa ... 19

Tabel 2.4. Sifat Fisis dan Morfologi Serat Sabut Kelapa ... 20

Tabel 2.5. Ukuran Bagian Genteng Beton ... 22

Tabel 2.6. Karakteristik Beban Lentur Genteng Minimal ... 23

Tabel 3.1. Alat-alat Yang Digunakan ... 29

Tabel 3.2. Bahan-bahan Yang Digunakan ... 30

Tabel 3.3. Perbandingan Persentase Komposisi Semen:Pasir: Serat Sabut Kelapa... 31

Tabel 3.4. Rancangan Sampel Dengan Serat Sabut Kelapa dan Tanpa Serat ... 32

Tabel 4.1. Pengujian Kekuatan Lentur ... 38

Tabel 4.2. Pengujian Kekuatan Impak ... 41

Tabel 4.3. Pengujian Daya Serap Air ... 43

(8)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Perhitungan Kekuatan Lentur (UFS) ... 50

Lampiran 2. Perhitungan Kekuatan Impak ... 83

Lampiran 3. Perhitungan Daya Serap Air ... 114

(9)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan sarana dan prasarana fisik, terutama perumahan ataupun

gedung tentu membutuhkan penutup atap. Pengertian umum tentang atap adalah

suatu bahan yang menutupi bagian atas perumahan dan berfungsi sebagai

pelindung bangunan terhadap pengrusakan yang disebabkan oleh siraman air

hujan, terpaan sinar matahari, serta tiupan angin. Oleh karena itu sangat

dibutuhkan bahan penutup atap yang baik, yaitu penutup atap yang memenuhi

persyaratan kuat, ringan dan kedap air. Atap rumah biasanya menggunakan seng

atau genteng. Genteng merupakan bahan bangunan sebagai alternatif pengganti

seng yang dibuat dari campuran, semen, pasir dan air dengan komposisi tertentu.

Pemakaian genteng beton oleh masyarakat cukup beralasan karena hanya

membutuhkan sedikit pemeliharaan, mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan

konstruksi, mampu memikul beban yang berat, tahan terhadap temperatur yang

tinggi dan tahan terhadap serangan api serta tahan korosi.

Genteng beton termasuk penutup atap yang cukup berat, sehingga

memerlukan konstruksi rangka atap yang kuat agar dapat menahan beban genteng

yang berat ini. Oleh karena itu para peneliti mencoba memperbaiki sifat kurang

baik pada genteng beton agar dapat diminati oleh masyarakat, para peneliti

mencoba melakukan penelitian dengan menambahkan serat ke dalam adukan

genteng beton agar genteng beton dapat dicetak menjadi lebih ringan dari berat

bobot genteng beton normal yang mencapai 4,4 kg per buahnya. Sehinggga dapat

meringankan konstruksi rangka atap, tetapi tetap mempunyai kekuatan yang sama

dengan genteng yang sesuai dengan persyaratan SNI.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Deli Natalia Saragih

(2007) yaitu genteng beton yang dicampur dengan serat daun nenas dengan variasi

(10)

2

1 : 3. Dari hasil pengujian sifat mekanis kuat lentur yang optimal didapat pada

variasi 0,15% sebesar 131,5 kg/cm2. Sedangkan sifat fisis kuat pukul yang optimal

terdapat pada variasi 0,30% sebesar 8,13 KJ/m2.

Wiyadi (1991) tentang pembuatan genteng beton menggunakan serat ijuk

dengan persentase penambahan serat 0 %, 1 %, 2 %, 3%, 4%, 5% dengan

perbandingan komposisi semen : pasir yaitu 1:3 memiliki berat genteng 4.936;

4.727; 4.696; 4.625; 4.563 dan 4.554 gram dengan berat genteng rata-rata 4.683,5

gram.

Roshadan (2000) yaitu genteng beton dengan bahan tambah serat sabut

kelapa, dengan variasi penambahan serabut kelapa 100, 200, 300, 400, 500 gram,

pada perbandingan semen : kapur : pasir = 1 : 2 : 3. Menghasilkan berat genteng

beton dengan bobot masing-masing variasi yaitu 4.501; 4.440; 4.377; 4.285; 4.141

gram. Sehingga berat genteng yang dihasilkan rata-rata 4.348,8 gram.

Dari hasil penelitian tersebut genteng beton yang dihasilkan masih

memiliki bobot yang berat. Itu dapat dilihat dari jenis serat yang digunakan.

Dimana penggunaan serat sabut kelapa yang memiliki massa jenis 1,125 gr/cm3

menghasilkan genteng beton yang lebih ringan dibanding dengan penggunaan

serat ijuk yang memiliki massa jenis 1,136 gr/cm3. Sehingga penulis tertarik untuk

membuat genteng beton dengan campuran serat sabut kelapa untuk meningkatkan

karakteristik genteng beton dan menghasilkan genteng yang lebih ringan.

Adapun penulis memilih serat sabut kelapa sebagai bahan tambah dalam

adukan genteng beton, karena serat sabut kelapa merupakan serat yang cukup

kuat, bersifat ringan, dan mempunyai kuat tarik yang baik. Selain itu serat sabut

kelapa juga memiliki kandungan Lignin (14,12 %), dan Selulosa (78,14%),

dimana lignin berfungsi sebagai perekat untuk mengikat sel bersama-sama

sedangkan selulosa berfungsi memberikan ketegaran pada sel sehingga dapat

meningkatkan kekuatan tarik dan kelenturan bahan. Dalam penelitian ini,

kegunaan serat yaitu untuk mengurangi komposisi pasir dari yang sebelum

dilakukan penambahan serat (pada genteng normal), dan juga memberikan nilai

(11)

3

oleh limbah sabut kelapa. Dengan penambahan serat sabut kelapa ke dalam

adukan, genteng beton diharapkan dapat menjadi alternatif untuk menghasilkan

genteng beton yang kuat dan ringan dan juga menambah kekuatan genteng beton,

kelenturan serta kedap air, sesuai dengan persyaratan SNI.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul : “Pembuatan dan Pengujian Karakteristik Genteng Beton dengan Penambahan Serat Sabut Kelapa”.

1.2. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini dilakukan batasan masalah, agar dalam melakukan

pengujian genteng beton dapat menghasilkan kualitas genteng beton yang baik.

Adapun batasan masalahnya yaitu :

1. Bahan yang digunakan dalam campuran pembuatan genteng beton adalah

serat sabut kelapa sebagai penguat dengan pasir dan semen sebagai matrik.

2. Membuat genteng beton normal (tanpa campuran serat) sebagai

pembanding.

3. Pengujian yang akan dilakukan adalah pengujian sifat fisis meliputi uji

daya serap air, pengujian sifat mekanik yang meliputi uji impak dan kuat

lentur.

1.3. Perumusan Masalah

Dengan penambahan serat sabut kelapa ke dalam adukan genteng beton,

maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh penambahan serat sabut kelapa terhadap karakteristik

genteng beton?

2. Bagaimana hasil pengujian fisis dan mekanik pada genteng beton dengan

variasi campuran serat sabut kelapa terhadap massa pasir?

3. Bagaimana kualitas genteng beton dengan penambahan serat sabut kelapa

(12)

4

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui pengaruh penambahan serat sabut kelapa terhadap

karakteristik genteng beton.

2. Mengetahui hasil pengujian mekanik dan fisis pada genteng beton dengan

variasi campuran serat sabut kelapa terhadap massa pasir?

3. Mengetahui kualitas genteng beton dengan penambahan serat sabut kelapa

dan genteng beton normal.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yaitu :

1. Dapat menjadi informasi tentang pemanfaatan limbah serat sabut kelapa

sebagai penguat dalam campuran pembuatan genteng beton serta

mengurangi limbah buangan yang dihasilkan produksi kelapa.

2. Dapat menghasilkan kualitas genteng beton serat sabut kelapa yang lebih

baik dibandingkan genteng beton normal.

3. Sebagai solusi alternatif terhadap permasalahan genteng beton yang

(13)

46

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari data dan pembahasan di atas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:

1. Pengaruh penambahan serat sabut kelapa terhadap karakteristik genteng

beton yaitu pada uji lentur diperoleh bahwa semakin besar penambahan

komposisi serat sabut kelapa maka kekuatan lentur genteng beton yang

dihasilkan menurun. Pada uji impak, semakin besar penambahan

komposisi serat sabut kelapa pada genteng beton maka kekuatan impak

genteng beton yang dihasilkan semakin besar pula. Dan pada pengujian

daya serap air diperoleh bahwa semakin besar penambahan komposisi

serat sabut kelapa maka semakin besar penyerapan air pada genteng.

2. Hasil pengujian mekanik yaitu kekuatan lentur genteng beton serat sabut

kelapa yang tertinggi terdapat pada komposisi penambahan serat 3%

dengan UFS rata-rata yaitu 13,33 N.mm-2, sedangkan nilai terendah UFS

rata-rata yaitu 3,70N.mm-2 pada penambahan serat 7,5%. Hasil pengujian

mekanik yaitu kekuatan impak yang tertinggi yaitu 6833,3 (joule/m2) pada

penambahan serat 7,5% dan nilai terendah yaitu 1883,3 (joule/m2) pada

penambahan serat 1,5%. Hasil pengujian fisis yaitu daya serap air yang

tertinggi pada komposisi serat 4,5% dengan daya serap air rata-rata 4,05%

dan daya serap air yang terendah yaitu 10,62% pada komposisi serat 7,5%.

3. Kualitas genteng beton dengan penambahan serat sabut kelapa

menghasilkan kualitas genteng beton yang lebih baik dari genteng normal,

dan menghasilkan karakteristik pengujian kuat lentur yang sesuai ASTM

D-790 yaitu pada penambahan serat 3% dan 4,5%, pengujian impak yang

sesuai ASTM D-256 yaitu pada penambahan serat 6% dan 7,5%, dan

pengujian daya serap air yang memenuhi syarat SNI 0096:2007 yaitu pada

variasi 0%; 1,5%; 3%; 4,5%; 6% kecuali pada 7,5%; serta menghasilkan

(14)

47

5.2. Saran

1. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya mencoba menggunakan serat alam

yang lain untuk menghasilkan karakteristik genteng beton yang lebih baik.

2. Untuk melengkapi penelitian genteng beton ini, perlu ditambahkan

pengujian lebih lanjut seperti pengujian termal atau penyerapan panas.

3. Selain penambahan serat, sebaiknya peneliti selanjutnya mencoba

menambahkan bahan pengisi dalam pencampuran bahan genteng beton

seperti Polipropilena (PP) atau bahan polimer lain untuk menghasilkan

(15)

48

DAFTAR PUSTAKA

Awang, (1991), Kelapa, Kajian Sosial dan Ekonomi, Penerbit Aditya Media,

Yogyakarta

Bukit, N., (1988), Beberapa Pegujian Sifat Mekanik Dari Komposit Yang

Diperkuat Dengan Serat Gelas, Skripsi, FMIPA, Universitas Sumatera Utara (USU), Medan

Cahyani, Saktianawati TH., (2011), Analisis Kualitas Genteng Beton Dengan

Penambahan Serat Agel Dan Pengurngan Pasir, Skripsi, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta

Diharjo, Kuncoro., (2006), Pengaruh Perlakuan Alkali Terhadap Sifat Tarik

Bahan Komposit Serat Rami-Polyester, Fakultas Teknik, Universitas

Kristen Petra, Jakarta

Djoehana, (1995), Sifat Fisis Serat Sabut Kelapa. http://djoehana.wordpress.com/

DPU, (1982), Persyaratan Umum Bahan Bangunan (PUBI-1982). Pusat

Penelitian dan Pengembangan Pemukiman, Badan Penelitian dan

Pengembangan P.U, Bandung

DPU, (2000), Tata Cara Pembuatan Genteng Semen Cetak Tangan. Bandung

Hidayati, Apriliana., (2008), Kuat Lentur, Daya Serap, Rembesan air, Frekuensi

Alami dan Rasio Rendaman pada Genteng Beton Serat Serabut Kelapa dengan Variasi Tipe dan Panjang Genteng, Tesis, Teknik Sipil, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta

Hutabarat, Grace D., (2010), Pembuatan dan Karakteristik Papan Partikel dari

Serat Sabut Kelapa Menggunakan Polyester, Skripsi, Jurusan Fisika, Universitas Negeri Medan (UNIMED), Medan

Mulyono, Tri, (2003), Teknologi Beton, Andi, Yogyakarta

Pambudi, Warih., (2005), Pengaruh Penambahan Serat Ijuk dan Pengurangan

(16)

49

Pratiwi, Yunita., (2009), Pemanfaatan Serat Sabut Kelapa dan Limbah Serbuk

Kaca dalam Pembuatan Genteng Beton Serat, Tesis, Program Pascasarjana, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta

Rosadhan, Y., (2000), Pengaruh Penambahan Serat Sabut Kelapa dan Serbuk

Sampah Terhadap Kuat Lentur dan Daya Serap Air, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Gajah Mada (UGM), Yogyakarta

Saragih, Deli Natalia., (2007), Pembuatan Dan Karakteristik Genteng Beton Yang

Dibuat Dari Pulp Serat Daun Nenas-Semen Portland Pozolan, Skripsi, Jurusan Fisika, Universitas Sumatera Utara (USU), Medan

SNI 0096-2007. Genteng Beton. Jakarta

Supatmi, (2011)., Analisis Kualitas Genteng Beton Dengan Bahan Tambah Serat

Ijuk Dan Pengurangan Pasir, Skripsi, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta

Tjokrodimuljo, K., (1996), Teknologi Beton, Penerbit Nafiri, Yogyakarta

Widodo, Slamet., (2007), Struktur Beton. Yogyakarta: Universitas Negeri

Referensi

Dokumen terkait

Cacing tanah sangat sensitif terhadap keasaman tanah, karena itu pH merupakan faktor pembatas dalam menentukan jumlah spesies yang dapat hidup pada tanah

Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh- tumbuhan (Soerianegara, 2005). Analisis

Pengelolaan sampah yang baik, bukan untuk kepentingan kesehatan saja, tetapi juga untuk keindahan lingkungan (Soekidjo Notoatmodjo, 2007: 191).. Dari hasil

PROGRAM SARJANA TERAPAN AKUNTANSI MANAJERIAL FORM PEMBIMBING. NAMA MAHASISWA

Dengan metode ekstraksi fitur pada Citra SAR, dilakukan penelitian di daerah Perairan Tenggara Sumenep dengan membandingkan hasil pengukuran dari citra satelit SAR

Kalau diperhatkan bahwa alofon merupakan realisasi dari fonem maka dapat dikatakan bahwa fonem bersifat abstrak karena fonem itu hanyalah abstraksi dari alofon atau

Fausti, SA, Wilmington, DJ, Helt, PV, Helt, WJ & Martin DK 2005, ‘Hearing health and care: The need for improved hearing loss prevention and hearing conservation practices’,