A
AN
NA
AL
LI
IS
SI
IS
S
H
HI
IE
E
RA
R
AR
RK
KI
I
K
KO
OT
T
A
A
K
KE
E
CA
C
AM
MA
AT
T
AN
A
N
D
DA
AL
LA
AM
M
P
PE
EN
NG
GE
EM
MB
BA
AN
NG
GA
AN
N
W
WI
IL
LA
AY
Y
AH
A
H
K
KA
AB
BU
U
PA
P
A
TE
T
EN
N
L
LA
AB
BU
UH
HA
AN
N
BA
B
AT
TU
U
S
SK
K
RI
R
IP
PS
SI
I
D
Diiaajjuukkaann UUnnttuukk MMeemmeennuuhhii S
Seebbaaggiiaann PPeerrssyyaarraattaann
MMeemmppeerroollaahh GGeellaarr SSaarrjjaannaa PPeennddiiddiikkaann
O Olleehh::
PUTRI RAHMI DESWINA HASIBUAN PUTRI RAHMI DESWINA HASIBUAN
N
NIIMM:: 330099333311004400
J
JU
U
R
R
U
U
SA
S
AN
N
P
P
EN
E
N
D
D
ID
I
D
IK
I
K
A
A
N
N
G
GE
EO
OG
GR
R
AF
A
F
I
I
F
F
A
A
K
K
U
U
LT
L
TA
A
S
S
I
IL
LM
MU
U
S
SO
OS
SI
IA
A
L
L
U
UN
N
IV
I
V
ER
E
R
S
S
IT
I
TA
A
S
S
N
N
EG
E
GE
ER
RI
I
M
ME
ED
D
A
A
N
N
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Putri Rahmi Deswina Hasibuan
NIM : 309331040
Jurusan : Pendidikan Geografi
Fakultas : Ilmu Sosial
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya
sendiri. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan hasil jiplakan
atau plagiasi, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Medan, Desember 2013 Penulis,
Putri Rahmi Deswina Hasibuan NIM. 309331040
ABSTRAK
Putri Rahmi Deswina Hasibuan, NIM. 309331040. Analisis Hierarki Kota Kecamatan dalam Pengembangan Kabupaten Labuhanbatu. Skripsi. Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hierarki kota-kota kecamatan dilihat dari: 1) potensi sumber daya meliputi jumlah penduduk, tingkat pendidikan, tenaga kerja, dan mata pencaharian; 2) pelayanan fasilitas meliputi fasilitas ekonomi, sosial, dan pemerintahan. Populasi dalam penelitian ini adalah potensi sumber dan pelayanan fasiltas di Kabupaten Labuhanbatu pada tahun 2008 dan 2011. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 9 (sembilan) kecamatan yaitu: kecamatan Bilah Barat, kecamatan Bilah Hilir, kecamatan Bilah Hulu, kecamatan Panai Hilir, kecamatan Panai Hulu, kecamatan Panai Tengah, kecamatan Pangkatan, kecamatan Rantau Selatan, dan kecamatan Rantau Utara. Teknik pengumpulan data menggunakan studi dokumenter. Teknis analisis data yang digunakan yaitu teknik deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Hierarki kota-kota Kecamatan di Kabupaten Labuhanbatu berdasarkan sumber daya yang meliputi data jumlah penduduk, tingkat pendidikan dan angkatan kerja pada tahun 2008 dan 2011, menunjukkan bahwa Kecamatan Rantau Utara sebagai pusat pengembangan wilayah di Kabupaten Labuhanbatu; (2) Hierarki kota-kota Kecamatan di Kabupaten Labuhanbatu berdasarkan pelayanan fasilitas, dari hasil analisis dengan metode Skalogram Guttman dan Indeks Sentralitas Marshall selama tahun 2008 dan 2011 terdapat pengelompokkan wilayah atas 3 (tiga) kelompok (hierarki). Kecamatan Rantau Utara berada pada tingkat atau hierarki pertama sebagai pusat pengembangan utama dengan fasilitas pelayanan terlengkap dibandingkan Kecamatan lainnya. Hal ini dapat dilihat dari tersedianya fasilitas pelayanan seperti perhotelan (penginapan), air bersih (PDAM), sarana transportasi dan fasilitas pemerintahan (Kantor Bupati dan Kantor DPRD). Fasilitas pelayanan di sektor transportasi yang dimiliki oleh Kecamatan Rantau Utara dan tidak dimilki wilayah lain adalah terminal bus dan stasiun kereta api. Kecamatan Rantau Selatan, kecamatan Bilah Hulu dan kecamatan Bilah Hilir berada pada tingkat hirarki II (kedua) sedangkan kecamatan Panai Hilir, kecamatan Panai Tengah, kecamatan Bilah Barat, kecamatan Pangkatan, dan kecamtan Panai Hulu berada pada tingkat hirarki III (ketiga) sebagai sub wilayah pengembangan.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt atas segala karunia dan rahmat-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga dengan ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul skripsi ini adalah Analisis Hierarki Kota Kecamatan Dalam Pengembangan Wilayah Kabupaten Labuhanbatu. Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dalam Program Studi Pendidikan Geografi Universitas Negeri Medan.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak menerima bimbingan, arahan dan dorongan dari berbagai pihak, untuk itu penulis dalam satu kesempatan ini ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Pd., Rektor Universitas Negeri Medan. 2. Bapak Dr. Restu, M.S., Dekan Fakultas Ilmu Sosial.
3. Bapak Drs. W. Lumbantoruan, M.Si., Ketua Jurusan Pend. Geografi.
4. Ibu Dra. Asnidar, M.Si., Sekretaris Jurusan Pend. Geografi.
5. Bapak Drs. Maringan Sirait, SU., Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
banyak membantu dengan memberikan bimbingan, motivasi, arahan dan memberikan ilmu yang tidak ternilai harganya.
6. Bapak Drs. Julismin M.Pd., Dosen Pembimbing Akademik yang telah
membimbing, memotivasi selama penulis menjadi mahasiswa.
7. Bapak Drs. Kamarlin Pinem, M.Si., dan Ibu Dra. Minah Sinuhaji, M.Si.,
Dosen Penguji yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
8. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pend. Geografi yang telah memberikan ilmu
yang sangat berharga selama perkuliahan.
9. Bapak Hajat Siagian, staf pegawai di Jurusan Pendidikan Geografi yang telah banyak membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.
10. Bapak Sunanto, SE., Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Labuhanbatu
yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan informasi dan ijin penelitian kepada penulis.
11. Teristimewa dan terkasih kedua orang tuaku yang sangat saya hormati dan sayangi, Ayahanda Hasayangan Hasibuan dan Ibunda Rahma Rambe, yang telah setia memberikan doa, motivasi serta materi sehingga penulis dapat menjalani pendidikan untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan.
12. Teristimewa untuk adikku Atika Ning Tias Hasibuan yang telah memberikan
doa dan motivasi kepada penulis.
13. Saudara-saudaraku yang sangat kusayangi, abangku Saipul Siagian, M.Si.,
Andi Kustanto, ST., Efdi Munthe dan kakakku Rohanna Harahap, S.Pd.I., Masita Rambe, SE., Irma dewi S.Pd., serta saudara-saudaraku yang namanya tidak mungkin dituliskan satu per satu yang telah memberikan motivasi kepada penulis.
14.Sahabat-sahabat terbaikku Siti Afrina Tambunan, Sri Guna Febriani
Dongoran, Ayunda Dewi, Susilawati, Dewi Kurniaty, Lydia Jahraini Matondang, Farisatul Akmalia, Faizun Masyiah Ulya, Nur Fatima Rani, Azura Sandra Devi, Sridariaty dan Efrida Yasni yang selalu membantu dan memberikan motivasi kepada penulis, semoga kebersamaan kita tidak pernah berakhir.
15. Seluruh teman-teman seperjuangan di Jurusan Pend. Geografi khususnya
Kelas AB Ekstensi stambuk 2009 serta teman-teman yang namanya tidak mungkin dituliskan satu per satu.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu baik secara langsung maupun tidak langsung, yang namanya tidak dapat disebutkan dalam ucapan ini. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari, tidak luput dari kesalahan dan kesilapan, baik dalam penulisan maupun penyajian. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para penimba ilmu dan demi perkembangan pendidikan umumnya khususnya pada pendidikan geografi.
Medan, Desember 2013 Penulis,
Putri Rahmi Deswina Hasibuan NIM. 309331040
DAFTAR ISI
Hal
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
ABSTRAK ... v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Pembatasan Masalah ... 6
D. Perumusan Masalah... 7
E. Tujuan Penelitian... 7
F. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9
A. Kerangka Teori... 9
B. Penelitian Relevan ... 21
C. Kerangka Berpikir ... 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 26
A. Lokasi Penelitian ... 26
B. Populasi dan Sampel ... 26
C. Variabel dan Defenisi Operasional ... 26
D. Teknik Pengumpulan Data ... 27
E. Teknik Analisis Data... 28
BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN ... 29
A. Kondisi Fisik ... 29
B. Kondisi Non Fisik ... 33
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42
A. Hasil Penelitian ... 42
B. Pembahasan ... 57
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 63
A. Kesimpulan ... 63
B. Saran ... 64
DAFTAR PUSTAKA ... 66
LAMPIRAN ... 68
DAFTAR GAMBAR
No Uraian Hal
1. Kerangka Berpikir Penelitian ... 25
2. Peta Administrasi Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2011... 30
3. Kurva Lorenz Kepadatan Penduduk Tahun 2011 ... 36
4. Peta Tingkat Hierarki Kepadatan Penduduk Kabupaten Labuhanbatu
Tahun 2011 ... 45
5. Tingkat Hierarki Pusat Pelayanan Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2011 ... 55
DAFTAR TABEL
No Uraian Hal
1. Luas Wilayah Kabupaten Labuhanbatu Pada Tahun 2011 ... 29
2. Rata-Rata Jumlah Hujan dan Curah Hujan Setiap Bulan di Kabupaten
Labuhanbatu Pada Tahun 2011 ... 32
3. Penyebaran Penduduk Kabupaten Labuhanbatu Pada Tahun 2011 ... 36
4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan di
Kabupaten Labuhanbatu Pada Tahun 2011 ... 37
5. Penyebaran Penduduk Menurut Agama dan Kecamatan di Kabupaten
Labuhanbatu Pada Tahun 2011 ... 38
6. Data Luas Wilayah, Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut
Kecamatan di Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2008 dan 2011 ... 43
7. Data Pendidikan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten
Labuhanbatu Pada Tahun 2008 dan 2011 ... 47
8. Data Angkata Kerja Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten
Labuhanbatu Pada Tahun 2008 dan 2011 ... 48
9. Data Jenis Mata Pencaharian Penduduk Menurut Kecamatan di
Kabupaten Labuhanbatu Pada Tahun 2008 dan 2011 ... 49
10.Pengelompokkan Pusat Pelayanan di Kabupaten Labuhanbatu
Berdasarkan Skalogram Guttman Tahun 2008 dan 2011 ... 52
11.Pengelompokkan Pusat Pelayanan di Kabupaten Labuhanbatu
Berdasarkan Indeks Sentralitas Marshall Tahun 2008 dan 2011 ... 54
12.Pengelompokan Pusat-Pusat Pelayanan Berdasarkan Metode
Skalogram Guttman dan Indeks Sentralitas Marshall ... 56
DAFTAR LAMPIRAN
No Uraian Hal
1. Potensi Sumber Daya Manusia Setiap Kota Kecamatan di Kabupaten
Labuhanbatu Pada Tahun 2008 dan 2011 ... 68
2. Data Luas Daerah, Penduduk, Banyaknya Rumah Tangga, Rata-Rata
dan Kepadatan Penduduk per Km2 Menurut Kecamatan di Kabupaten
Labuhanbatu ... 69
3. Data Persentase Penduduk Kabupaten Labuhanbatu Usia 7-18 Tahun
Menurut Status Pendidikan dan Kecamatan ... 70
4. Data Persentase Penduduk Kabupaten Labuhanbatu Usia 15 Tahun Ke
Atas Menurut Status Pekerjaan dan Kecamatan ... 71
5. Data Persentase Penduduk Kabupaten Labuhanbatu Menurut Lapangan
Pekerjaan (Mata Pencaharian) dan Kecamatan ... 72
6. Data Fasilitas Ekonomi, Sosial dan Pemerintahan Menurut Kecamatan
di Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2008 ... 73
7. Data Fasilitas Ekonomi, Sosial dan Pemerintahan Menurut Kecamatan
di Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2011 ... 74
8. Analisis Skalogram Guttman Tingkat Hirarki Fasilitas Ekonomi, Sosial, dan Pemerintahan Menurut Kecamatan di Kabupaten Labuhanbatu Berdasarkan Jumlah Fasilitas (JU) dan Jumlah Unit
Fasilitas (JUF) ... 75
9. Analisis Indeks Sentralitas Marshall (ISM) Berdasarkan Jumlah Unit Fasilitas (JUF) Ekonomi, Sosial, dan Pemerintahan Menurut
Kecamatan di Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2008 ... 80
10.Analisis Indeks Sentralitas Marshall (ISM) Berdasarkan Jumlah Unit Fasilitas (JUF) Ekonomi, Sosial, dan Pemerintahan Menurut
Kecamatan di Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2011 ... 81
11.Pengelompokan/Hirarki Pusat Pelayanan Kecamatan di Kabupaten
Labuhanbatu Berdasarkan Indeks Sentralitas Marshall ... 82
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hierarki perkotaan sangat terkait dengan hierarki fasilitas kepentingan
umum yang ada di masing-masing kota, sehingga dapat membantu untuk
menentukan fasilitas apa yang harus ada atau perlu di bangun. Fasilitas
kepentingan umum bukan hanya menyangkut jenisnya, tetapi juga kapasitas
pelayanan dan kualitasnya. Jenis fasilitas yang ada mulai dari kota kecil sampai
kota besar, tetapi kapasitas pelayanan harus berbeda demikian juga kualitasnya.
menurut buku tarigan (2003. Perencanaan Pengembangan Wilayah) tujuan
penentuan hierarki kota kecamatan dan pengaturan adalah agar terdapat efesiensi,
biaya pembangunan dan perawatan fasilitas tidak berlebihan (mubazir), namun
masyarakat pun dapat terlayani tanpa mengorbankan biaya yang berlebihan untuk
mendatangi fasilitas yang letaknya jauh. Terkadang, tanpa perencanaan pun hal
ini terkadang sudah terjadi karena pengaruh mekanisme pasar. Namun bila di
barengi dengan pengetahuan yang baik tentang hal ini akan mempercepat
pengaturan keberadaan dari fasilitas tersebut.
Dalam suatu Negara atau wilayah akan ada terjadi kota yang sangat besar
sehingga terbentuk berupa kota metropolitan, ada kota yang cukup besar, ada kota
sedang, dan ada pula kota kecil. Misalnya, di Indonesia kota ranking pertamayang
paling besar adalah kota Jakarta, yang daerah pengaruhnya meliputi seluruh
Indonesia. Di bawah kota Jakarta ada beberapa kota besar ranking kedua seperti
kota Surabaya, kota Medan, kota Bandung, dan kota Semarang, sedang kota-kota
sedang, berupa kota ranking ketiga seperti: Palembang, Padang, Solo, Ujung
andang, dan lainnya (Tarigan, 2003).
2
Jakarta dikatakan kota ranking pertama karena memiliki ruang lingkup
pengaruh tuntuk seluruh Indonesia, kota ranking kedua seperti Medan memiliki
ruang lingkup pengaruh untuk beberapa propinsi di pulau Sumatra bagian utara.
kota ranking ketiga memiliki ruang lingkup pengaruh untuk beberapa kabupaten
di sekitarnya dan ruang lingkup pengaruhnyapun semakin sempit (Tarigan, 2003).
Tempat-tempat konsentrasi yang umumnya berupa daerah perkotaan
tersebar di suatu wilayah dengan penduduk dan besar kota yang tidak sama.
Setiap kota berpengaruh pada daerah sekitarnya. Makin besar suatu kota makin
beragam fasilitas sosial, ekonomi, pemerintahan yang disediakan sehingga makin
luas pengaruhnya terhadap wilayah sekitarnya. Suatu kota yang besar sangat
berpengaruh terhadap wilayah sekitarnya. Daerah pertanian juga memiliki kota
kecil. Apabila kota kecil banyak tergantung dari kota besar maka kota kecil
termasuk di dalam daerah pengaruh dari kota yang lebih besar. Misalnya kota
kecil membeli berbagai keperluan dari kota besar dan kota kecil juga menjual
berbagai hasil produksinya ke kota besar. Demikian juga banyak penduduk dari
kota kecil yang pergi bekerja, mencari tempat pendidikan, dan berbagai urusan
lainya ke kota besar. Dengan demikian akan lebih mudah dibedakan kota mana
yang lebih tergantung terhadap kota lainnya sehingga mudah menetapkan
perbedaan rangkingnya. Kota yang paling besar wilayah pengaruhnya, diberikan
rangking satu atau kota orde kesatu, yang lebih kecil berikutnya diberi rangking
dua dan seterusnya (Tarigan, 2003).
Berdasarkan hierarkinya, kota juga dapat diklasifikasikan atas: (1)
Klasifikasi hierarki kota atas dasar jumlah penduduknya, klasifikasi ini banyak di
anut oleh ‘planners’. Di samping di dasarkan adanya kenyataan bahwa cara ini
3
erat dengan usaha-usaha penyidikan perkembangan suatu wilayah. Banyak
sedikitnya penduduk suatu wilayah tertentu mempunyai kaitan yang sangat erat
dengan lajunya perkembangan suatu wilayah. Khususnya mengenai klasifikasi
hierarki kota atas dasar jumlah penduduknya, suatu kota akan berubah-ubah. Hal
ini sejalan dengan perubahan jumlah penduduknya baik yang di sebabkan oleh
perubahan alami (natural change) maupun oleh adanya proses perpindahan
penduduk dari daerah lain ke kota yang bersangkutan. Dua penyebab tersebut
memberi cirikhas sendiri-sendiri pada suatu kota sehingga masing-masing kota
mempunyai ciri-ciri yang berbeda satu sama lain; (2) Klasifikasi hierarki kota atas
dasar perbandingan jumlah penduduk kota tertentu dengan kota prima, cara
berikut ini dapat di katakan lebih smooth di bandingkan dengan cara yang telah di
bicarakan terdahulu, karena posisi rank kota-kota tertentu akan di cerminkan
sampai ke angka pecahannya di bandingkan kota yang di anggap prima. Sebagai
contoh, untuk kota Surabaya dengan penduduk 2.027.913 pada tahun 1980
tidaklah berstatus ranking ke-2, walaupun kota ini mempunyai jumlah penduduk
yang besarnya nomor dua sesudah kota Jakarta sebagai kota prima. Tapi jika
perhitungan rank kota-kota tersebut di bandingkan dengan kota prima, maka kota
Surabaya mempunyai status rank ke-3; (3) Klasifikasi hierarki kota atas dasar
tingkat pertumbuhan penduduknya, sebagaimana klasifikasi kota atas dasar
jumlah penduduknya, klasifikasi atas dasar tingkat pertumbuhan jumlah penduduk
ini pun menggunakan 2 cara, yaitu penggolongan atas dasar interval tertentu dan
tanpa interval tertentu. Hal ini memang sangat penting untuk di ketahui dalam
rangka mempelajari sistem kota-kota pada suatu wilayah. Adanya gambaran
mengenai lajunya pertumbuhan penduduk suatu kota mempunyai kaitan yang
4
urbanisasi, kondisi sosial-ekonomi, kepincangan sosial desa-kota dan masih
banyak aspek-aspek lain; (4) Klasifikasi hierarki kota atas dasar fungsi politik
administratif, dalam hal ini, fungsi suatu “settlement” dalam kaitannya dengan
administrasi pemerintahan menjadi bahan pertimbangan. Makin rendah
rankingnya makin sempit wilayah yang di liput dalam kegiatannya, berikut ini
contoh di Indonesia. Order 1. Kota kecamatan, order 2. Kota kabupaten, order 3.
Kota provinsi, order 4. Ibu kota Negara., dalam suatu studi kota, pengertian rank
harus dibedakan dengan order. Ada pun yang di maksudkan dengan rank adalah
status suatu kota secara individual dalam sistem kota-kota, sedangkan yang di
maksudkan order adalah kota-kota dalam hierarki yang ada. Order pertama berarti
kelompok kota-kota yang paling kecil dan sementara itu yang di maksudkan
dengan rank pertama adalah kota yang paling besar pada seluruh wilayah, dan (5)
Klasifikasi hierarki kota atas dasar sifat pengelompokkan kota-kotanya, dalam
sistem kota-kota, terdapat gejala pengelompokkan pusat-pusat kegiatan tertentu.
Kondisinya sangat bervariasi dari suatu wilayah ke wilayah yang lain. Hal ini di
sebabkan adanya variasi potensi serta latar belakang politik, ekonomi,
sosio-kultural yang berbeda-beda. (Hadi Sabari Yunus 2009).
Kabupaten Labuhanbatu adalah salah satu kabupatenyang ada di provinsi
Sumatera Utara, Indonesia. Ibukota kabupaten ini terletak di Rantauprapat.
Kabupaten Labuhanbatu terkenal dengan hasil perkebunan kelapa sawit dan karet.
Pada mulanya luas kabupaten ini adalah 922.381 Ha dengan jumlah penduduknya
sebanyak 832.450 jiwa pada tahun 2007.
Pada tahun 2008 Kabupaten Labuhanbatu mengalami pemekaran wilayah
menjadi tiga kabupaten yaitu: (1) Kabupaten Labuhanbatu (kabupaten inti/lama),
5
Dengan terbentuknya Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan Kabupaten
Labuhanbatu Utara, maka luas kabupaten ini menjadi 256.138 Ha dan jumlah
penduduknya 832.450 jiwa pada tahun 2008 (Labuhanbatu Dalam Angka, 2009).
Pada mulanya jumlah kecamatan di kabupaten ini adalah 22 kecamatan.
Dengan dibentuknya Kabupaten Labuhanbatu Utara dan Kabupaten Labuhanbatu
Selatan, maka jumlah kecamatan di kabupaten ini menjadi 9 kecamatan. Berikut
nama-nama kecamatan tersebut: (1) Bilah Barat, (2) Bilah Hilir, (3) Bilah Hulu,
(4) Panai Hilir, (5) Panai Hulu, (6) Panai Tengah, (7) Pangkatan, (8) Rantau
Selatan, dan (9) Rantau Utara.
Dalam pengembangan kabupaten Labuhanbatu, 9 Kecamatan yang ada di
Kabupaten Labuhanbatu sangat berperan penting (berpengaruh) dalam
pengembangan wilayah Kabupaten Labuhanbatu. Potensi, fasilitas dan aksebilitas
yang dimiliki setiap kecamatan tentu berbeda dengan kecamatan yang lainnya
seperti perbedaan potensi alam dan potensi manusia, perbedaan fasilitas meliputi
fasilitas sosial, fasilitas ekonomi dan pemerintahan, dan tingkat aksebilitas.
Perbedaan potensi sumber daya alam yang di miliki setiap kecamatan seperti
topografi, ketinggian wilayah. Perbedaan potensi manusia meliputi jumlah
penduduk, tingkat pendidikan, tenaga kerja, mata pencaharian. Perbedaan fasilitas
ekonomi meliputi fasilitas pelayanan pasar, toko, kios atau warung, reperasi
sepeda motor/mobil, hotel/penginapan, wartel/warnet. Fasilitas sosial meliputi
fasilitas pendidikan/sekolah negeri dan swasta, kesehatan (rumah sakit,
puskesmas, posyandu, pustu, apotek, toko obat), perumahan, air bersih, jaringan
listrik, rumah ibadah, sarana tranportasi, kantor pos. Fasilitas pemerintahan
meliputi kantor bupati, kantor DPRD, kantor camat, kantor lurah/desa. Tingkat
6
perbedaan potensi yang di miliki terjadi perbedaan perkembangan antar kota
kecamatan mengakibatkan ketimpangan pembangunan di setiap kecamatan yang
ada di Kabupaten Labuhanbatu.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah
dalam penelitian ini adalah: perbedaan potensi meliputi potensi alam dan potensi
manusia, perbedaan fasilitas meliputi fasilitas sosial dan fasilitas ekonomi,
pemerintahan dan tingkat aksebilitas. Perbedaan potensi sumber daya alam yang
dimiliki setiap kecamatan meliputi topografi, ketinggian wilayah. Perbedaan
potensi manusia meliputi jumlah penduduk, tingkat pendidikan, tenaga kerja, mata
pencaharian. Perbedaan fasilitas ekonomi meliputi: fasilitas pelayanan pasar, toko,
kios atau warung, reperasi sepeda motor/mobil, hotel/penginapan, wartel/warnet.
Fasilitas sosial meliputi: fasilitas pendidikan/sekolah negeri dan swasta, kesehatan
(rumah sakit, puskesmas, posyandu, pustu, apotek, toko obat), perumahan, air
bersih, jaringan listrik, rumah ibadah, sarana tranportasi, kantor pos. Fasilitas
pemerintahan meliputi: kantor Bupati, kantor DPRD, kantor Camat, kantor
lurah/desa. Tingkat aksebilitas meliputi jarak kecamatan ke kabupaten, kualitas
jalan.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, serta mengingat luasnya
permasalahan yang membutuhkan pembahasan yang lebih lanjut, maka peneliti
membatasi masalah yaitu: Perbedaan potensi manusia meliputi jumlah penduduk,
7
meliputi: fasilitas pelayanan pasar, toko, kios atau warung, reperasi sepeda
motor/mobil, hotel/penginapan, wartel/warnet. Fasilitas sosial meliputi: fasilitas
pendidikan/sekolah negeri dan swasta, kesehatan (rumah sakit, puskesmas,
posyandu, pustu, apotek, toko obat), perumahan, air bersih, jaringan listrik, rumah
ibadah, sarana tranportasi, dan kantor pos. Fasilitas pemerintahan meliputi: kantor
Bupati, kantor DPRD, kantor Camat, kantor lurah/desa pada tahun 2008-2011.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana hierarki kota kecamatan di
Kabupaten Labuhanbatu dilihat dari perbedaan potensi manusia meliputi jumlah
penduduk, tingkat pendidikan, tenaga kerja, dan mata pencaharian, serta
pelayanan fasilitas meliputi fasilitas ekonomi, sosial, dan pemerintahan.
E. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
hierarki kota-kota kecamatan di Kabupaten Labuhanbatu, dilihat dari:
1. Potensi sumber daya meliputi jumlah penduduk, tingkat pendidikan, tenaga
kerja, dan mata pencaharian.
2. Pelayanan fasilitas meliputi fasilitas ekonomi, sosial, dan pemerintahan.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat:
1. Memberikan gambaran tentang hierarki kota kecamatan di kabupaten
Labuhanbatu dan pengaruhnya dalam pengembangan wilayah Kabupaten
8
2. Sebagai bahan pertimbangan pemerintah dalam menentukan fasilitas apa yang
harus ada atau perlu di bangun agar tidak terjadi ketimpangan pembangunan
di Kabupaten Labuhanbatu sesuai dengan hierarki kota kecamatan di
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data hasil penelitian, analisis dan pembahasan yang telah
dikemukakan, menunjukkan bahwa:
1. Hierarki kota-kota Kecamatan di Kabupaten Labuhanbatu berdasarkan sumber
daya yang meliputi data jumlah penduduk, tingkat pendidikan dan angkatan
kerja pada tahun 2008 dan 2011, menunjukkan bahwa Kecamatan Rantau
Utara merupakan tingkat atau hierarki pertama dalam pengembangan
Kabupaten Labuhanbatu sebagai pusat pengembangan wilayah. Kecamatan
Rantau Utara merupakan wilayah dengan jumlah penduduk terbanyak, yaitu
pada tahun 2008 berjumlah 79.070 jiwa dan pada tahun 2011 meningkat
menjadi 83.605 jiwa, serta menduduki urutan kedua dengan penduduk terpadat
yaitu pada tahun 2008 dengan kepadatan penduduk sebesar 703,03 jiwa/Km2
dan pada tahun 2011 meningkat menjadi 743 jiwa/Km² (luas wilayah 112,47
Km2). Ditinjau dari pendidikan (bersekolah) dan angkatan kerja penduduknya
hingga tahun 2011, Kecamatan Rantau Utara merupakan wilayah dengan
urutan pertama dengan persentase penduduk yang bersekolah yaitu sebesar
97,99% dan penduduk angkatan kerja yang termasuk kategori bekerja sebesar
75,30%. Kecamatan Rantau Utara sebagai Ibukota Kabupaten Labuhanbatu,
mayoritas penduduknya bekerja atau bermata pencaharian di bidang non
pertanian yaitu sebesar 90,80%.
2. Hierarki kota-kota Kecamatan di Kabupaten Labuhanbatu berdasarkan
pelayanan fasilitas, dari hasil analisis dengan metode Skalogram Guttman dan
64
Indeks Sentralitas Marshall selama tahun 2008 dan 2011 terdapat
pengelompokkan wilayah atas 3 (tiga) kelompok (hierarki) di Kabupaten
Labuhanbatu. Kecamatan Rantau Utara berada pada tingkat atau hierarki
pertama sebagai pusat pengembangan utama dengan fasilitas pelayanan
terlengkap dibandingkan Kecamatan lainnya. Hal ini dapat dilihat dari
tersedianya fasilitas pelayanan seperti perhotelan (penginapan), air bersih
(PDAM), sarana transportasi dan fasilitas pemerintahan (Kantor Bupati dan
Kantor DPRD). Fasilitas pelayanan di sektor transportasi yang dimiliki oleh
Kecamatan Rantau Utara dan tidak dimilki wilayah lain adalah terminal bus
dan stasiun kereta api.
B. Saran
Berdasarkan hasil kajian dan kesimpulan di atas, maka terdapat beberapa
saran atau rekomendasi, antara lain:
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kecamatan Rantau Utara merupakan
tingkat atau hierarki pertama dalam pengembangan Kabupaten Labuhanbatu
sebagai pusat pengembangan wilayah berdasarkan sumber daya yang meliputi
data jumlah penduduk, tingkat pendidikan dan angkatan kerja. Oleh karena itu
diharapkan kepada pemerintah khususnya pemerintah daerah agar dapat
menggunakan hasil studi ini sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan
pusat pengembangan kota kecamatan terutama dengan mengedepankan skala
prioritas pengembangan pada wilayah atau kecamatan dengan sumber daya
manusianya sebagai subjek pembangunan dan sebagai sasaran yang harus
65
2. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa Kecamatan Rantau Utara berada
pada tingkat atau hierarki pertama sebagai pusat pengembangan utama dengan
fasilitas pelayanan terlengkap dibandingkan Kecamatan lainnya. Dengan
otonomi daerah, wilayah atau kecamatan khususnya pada tingkat hierarki
kedua seperti Rantau Selatan, Kecamatan Bilah Hulu dan Kecamatan Bilah
Hilir seharusnya mampu menyediakan berbagai fasilitas pelayanan yang
selama ini belum dapat dikembangkan. Untuk itu diharapkan adanya
intervensi dari Pemerintah Daerah (Kabupaten) dalam menyediakan berbagai
fasilitas pelayanan yang lebih memadai guna mendukung perkembangan
sektor-sektor yang menjadi unggulan di kecamatan-kecamatan tersebut. Selain
itu, juga diperlukan intervensi pemerintah daerah baik tingkat Kabupaten
maupun Kecamatan untuk menciptakan pusat-pusat pengembangan atau pusat
pertumbuhan yang baru sehingga kebutuhan akan fasilitas pelayanan mampu
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2012. Kabupaten Labuhanbatu 2012. Labuhanbatu: Badan Pusat Statistik
Situmorang, Eksar. 2012. Analisis Ketersediaan Fasilitas Pelayanan Ekonomi di Kecamatan Tanjung Morawa. Skripsi. Medan: Jurusan Pendidikan Geografi FIS-UNIMED
Koestoer, Raldi Hendro, dkk. 2001. Dimensi Keruangan Kota Teori dan Kasus. Jakarta: UI Press.
Laiko, Firman. 2010. Mengembangan Permukiman Berdasarkan Aspek Kemampu an Lahan Pada Satuan Wilayah Pengembangan I Kabupaten Gorontalo.
Tesis. Semarang: Program Pascasarjana Magister Teknik Pembangunan
Wilayah Dan Kota Universitas Diponegoro, Diakses 29 Mei 2013, 16.15
Maringan. 2010. Tehnik Analisis Regional. Medan: FIS-UNIMED
Mujahit, Sukri.2011.Analisis Potensi Kecamatan Sipirok Sebagai Ibukota Kabupaten Tapanuli Selatan. Skripsi.Medan:Jurusan Pendidikan Geografi FIS-UNIMED
Tarigan, Robinson. 2005. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta: Bumi Aksara
Tampubolon. 2012. Analisis Ketersediaan Fasilitas Pelayanan Ekonomi di Kecamatan Tanjung Morawa. Skripsi. Medan: Jurusan Pendidikan Geografi FIS-UNIMED
Sadyohutomo Mulyono. 2009. Manajemen Kota dan Wilayah. Jakarta: Bumi Aksara
Sitompul, Kholila. 2012. Analisis Kota Potensi Kota Pinang Sebagai Ibukota Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Skripsi. Medan: Jurusan Pendidikan Geografi FIS-UNIMED
Sugiharto. 2008. Pembangunan dan pengembangan wilayah. Medan: USU Press
Yunus, Sabari. 2009. Klasifikasi Kota. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
http://id.shvoong.com/socialsciences/education/2069530-pengertian hierarki/#ixzz2TuhciHOU, Diakses 21 Mei 2013, 15.23
http://kiky-rns4ever.blogspot.com/2013/01/definisi-kota-perkotaandesadan.html, diakses 21 Mei 2013, 15.42
67
http://id.wikipedia.org/wiki/Kecamatan, Diakses 21 Mei 2013, 15:45
http://www.datastatistikindonesia.com/portal/index.php?option=com_content&tas k=view&id=721&Itemid=721, Diakses 29 Mei 2013, pukul 16.00
http://ppwunhas.irsyadi.com/beritadetail.php?recordID=7, Diakses 18 Juni 2013, 20:15