• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keterkaitan antara Variabel Perceived Value, Customer Satisfaction, dan Corporate Image dengan Brand Loyalty, Repurchase Intention, dan Word of Mouth

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keterkaitan antara Variabel Perceived Value, Customer Satisfaction, dan Corporate Image dengan Brand Loyalty, Repurchase Intention, dan Word of Mouth"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

Keterkaitan antara Variabel

Perceived Value, Customer Satisfaction,

dan

Corporate Image

dengan

Brand Loyalty, Repurchase Intention,

dan

Word of Mouth

(Studi Kasus pada pengguna handphone Blackberry di Kota Surakarta)

Skripsi

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Fakultas

Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh :

WAHYU WIDIARSO

F1206126

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

(3)

commit to user

(4)

commit to user

iv

HALAMAN MOTTO

Serahkanlah perbuatan_mu kepada Tuhan, maka

terlaksanalah segala rencana_mu ”

(Amsal 16 : 3)

Ada hal-hal yang bisa kita kendalikan, dan ada hal-hal yang tidak bisa kita

kendalikan. “HASIL” adalah hal yang diluar kuasa kita,

tapi “USAHA” adalah hal yang sangat bisa kita kendalikan

(Brian Tracy)

Untuk mencapai kesuksesan, kita jangan hanya bertindak, tapi juga perlu bermimpi,

jangan hanya berencana, tapi juga perlu untuk percaya

(Anatole France)

Jangan pernah bilang ‘tidak bisa’ sebelum kamu mencobanya sendiri

(5)

commit to user

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Sebuah karya kecil yang kupersembahkan untuk:

þ Ibuku tercinta.

þ Keluarga besarku.

þ Sahabat dan teman-teman Manajemen Non

Reguler Angkatan ’06.

þ Almamaterku.

(6)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, yang telah memberikan berkat dan

bimbingan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul

Keterkaitan antara Variabel Perceived Value, Customer Satisfaction,dan Brand

Loyalty dengan Corporate Image, Repurchase Intention, dan Word of Mouth

(Studi Kasus pada pengguna handphone Blackberry di Kota Surakarta). Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari

bantuan, dorongan, petunjuk, bimbingan, dan saran dari berbagai pihak. Sehingga

dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com, Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Dra. Endang Suhari, M.Si selaku Ketua Jurusan Manajeman.

3. Drs. Wiyono, MM selaku Sekretaris Jurusan Program Studi Non Reguler

Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

4. Drs. Karsono, M.Si selaku pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu,

tenaga, dan pikiran dalam memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi

kepada penulis.

5. Drs. Bambang Sarosa, M.Si pembimbing akademik yang telah memberikan

(7)

commit to user

vii

6. Amina Sukma Dewi, SE, MSc yang bersedia dimintai bimbingan dan pengarahan

7. Seluruh Dosen dan Staf Administrasi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

8. Seluruh responden yang telah meluangkan waktunya dan bersedia dengan ikhlas

menjadi bagian penting dalam penelitian ini.

9. Orang tua dan keluargaku tercinta, terima kasih atas dukungannya baik secara

moril maupun materiil, serta doa Ibu yang tidak pernah putus.

10.Fransiska Yulita, cemplukq yang selalu ada saat susah maupun senang semoga

kita berjodoh. Love you

11.Aninda Putri Miranti a.k.a Boy, Warieh Sulistyani, Budi Setyawan, Reisya Ibtida,

M. Galih Kesit, dan Adintya Dwinando B. yang sangat berjasa dalam proses

penulisan skripsi ini, tanpa kalian saya tidak tahu akan jadi apa skripsi ini. Terima

kasih sebesar-besarnya buat kalian dan semoga Tuhan membalas berlipat-lipat

suatu saat nanti

12.Temen-temen Manajemen Nonreg 2006 : Tim Berlian Dan Klompencapir (cak

Danang, Wawan, Reffy, Galih, Topan, Tepe, Rian, Agung Radepta, Agung

Duwur, Nando, Indra), Mbak Ida, Denny Ayu (katanya sendiri), P Karta, P Isrori,

Sandrut, Budi, Menyink, Robi, JoSe, JoSum, Habib, Komarul, Hendro, Dita,

Adhe, Ririn Titi, Herin, Ririn Mariana, Hermawan, Fauzi Idol, Asep, Adit,

Yudha, Putri, Endah, Drajad, Dita, Risqi, Deni Agung, Mo’ong, Ventri, Fitri,

(8)

commit to user

viii

Dedi, Saiful Sandy, Putri, Ika, Nina, Ayu, Nuri, Ima, dan semuanya yang blum

ksebut.

13.iMManent Band : Bdoel, Wawan, Bayu, Fiat..Mari berkarya dengan musik kita

14.Hanip yang setiap saat selalu mengajak untuk bilyard dan badminton, salut sama

stamina anda bung hehehe…

15.Ghanie yang selalu memberikan semangat dan mendengar keluh kesahku..gud

luck buat kamu ya, berkah dalem ;)

16.Heppy, adek tingkatku yang paling narsis tapi ngangenin hehe..nyebut hep nyebut

;p

17.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu

dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak

kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan masukan dan kritikan yang

membangun. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

membutuhkan.

Surakarta, Februari 2011

(9)

commit to user

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Landasan Teori ... 11

1. Perceived Value ... 11

(10)

commit to user

x

1. Brand Loyalty ... 18

2. Corporate Image ... 22

3. Repurchase Intention ... 23

4. Word of Mouth ... 23

B. Penelitian Terdahulu ... 25

C. Kerangka Pemikiran ... 26

D. Pengembangan Hipotesis ... 27

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 33

B. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ... 34

1. Populasi ... 34

2. Sampel ... 34

3. Teknik Sampel ... 35

C. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 35

1. Pengukuran Variabel ... 35

2. Definisi Operasional ... 36

D. Sumber Data ... 40

E. Metode Pengumpulan Data ... 41

F. Metode Analisis Data ... 42

1. Analisis Deskriptif ... 42

2. Pengujian Instrumen Penelitian ... 42

a. Uji Validitas ... 42

b. Uji Reliabilitas ... 43

(11)

commit to user

xi

a. Asumsi Kecukupan Sampel ... 44

b. Uji Normalitas ... 44

c. Asumsi Outliers ... 45

d. Uji Multikolinearitas ... 45

2. Pengujian Hipotesis ... 45

a. Analisis Kesesuaian Model (Goodness-of-Fit) ... 46

1) Chi Square (X²) ... 46

2) Goodness of Fit Index (GFI) ... 46

3) The Root Mean Square of Approximation (RMSEA) ... 47

4) Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) ... 47

5) Tucker Lewis Index (TLI) ... 47

6) Normed Fit Index (NFI) ... 48

7) Comparative Fit Index (CFI) ... 48

8) Normed Chi-Square (CMIN/DF) ... 48

b. Analisis Koefisien Jalur ... 49

BAB IV ANALISIS DATA A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 50

1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ... 50

2. Info yang Berkaitan dengan Perusahaan ... 53

B. Analisis Deskriptif Responden ... 53

C. Tanggapan Responden ... 57

D. Tabulasi Respon Responden terhadap Open Questionnaire ... 64

E. Analisis Data ... 65

1. Uji Validitas ... 65

2. Uji Reliabilitas ... 69

(12)

commit to user

xii

1. Asumsi Kecukupan Sampel ... 71

2. Normalitas Data ... 72

3. Evaluasi Outlier ... 73

4. Uji Hipotesis ... 74

a. Analisis Kesesuaian Model (Goodness of Fit) ... 74

b. Analisis Koefisien Jalur ... 79

c. Analisis Direct, Indirect, dan Total Effect ... 83

A. Interpretasi Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 87

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 92

B. Keterbatasan ... 94

C. Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 97

(13)

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

II.1. Tingkat Kepuasan Konsumen ... 13

II.2. Piramida Loyalitas Merk ... 20

II.3. Kerangka Pemikiran ... 26

IV.1. Model Struktural Sebelum Modifikasi ... 75

IV.2. Model Struktural Setelah Modifikasi ... 76

(14)

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

III.1 Ringkasan Indeks Goodness of Fit ... 49

IV.1 Deskripsi Responden Berdasarkan Usia ... 55

IV.2 Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 55

IV.3 Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 56

IV.4 Deskripsi Responden Berdasarkan Pendapatan ... 56

IV.5 Tanggapan Responden terhadap Brand Loyalty ... 57

IV.6 Tanggapan Responden terhadap Word of Mouth ... 59

IV.7 Tanggapan Responden terhadap Repurchase Intention ... 60

IV.8 Tanggapan Responden terhadap Customer Satisfaction ... 61

IV.9 Tanggapan Responden terhadap Perceived Value ... 62

IV.10 Tanggapan Responden terhadap Corporate Image ... 63

IV.11 Tanggapan Responden terhadap Pertanyaan Terbuka (open questionnaire) ... 65

IV.12 KMO and Bartlett’s test ... 67

IV.13 Hasil Uji Validitas ... 68

IV.14 Hasil Uji Reliabilitas ... 69

IV.15 Hasil Uji Normalitas ... 72

IV.16 Hasil Uji Outlier ... 74

IV.17 Hasil goodness of Fit Model Struktural Sebelum Modifikasi ... 74

IV.18 Hasil goodness of Fit Model Struktural Sesudah Modifikasi ... 76

IV.19 Regression Weight ... 80

IV.20 Standardized Direct Effect ... 83

IV.21 Standardized Indirect Effect ... 84

IV.22 Standardized Total Effect ... 85

(15)

commit to user

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Kuesioner Pretest 1 ... 101

Input Pretest 1 ... 104

Output Factor Analysis Pretest 1 ... 105

Kuesioner Pretest 2 ... 107

Input Pretest 2 ... 110

Output Factor Analysis Pretest 2 ... 111

Input Sampel Besar ... 116

Output Factor Analysis Sample Besar ... 120

(16)

commit to user ABSTRAK

KeterkaitanantaraVariabelPerceived Value, Customer Satisfaction,dan Corporate Imageterhadap Brand Loyalty, Repurchase Intention, dan Word of Mouth

(Studi Kasus pada pengguna handphone Blackberry di Surakarta)

WAHYUWIDIARSO F1206126

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keterkaitan antara variabel perceived value

,

customer satisfaction

,

corporate image, brand loyalty, repurchase intention, dan word of mouth melalui studi kasus pada pengguna handphone Blackberry. Rumusan masalah yang diteliti adalah

apakah perceived value berpengaruh terhadap customer satisfaction, dan corporate image,

apakah customer satisfaction berpengaruh terhadap corporate image dan brand loyalty, serta

apakah brand loyalty berpengaruh terhadap repurchase intention dan word of mouth.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode purposive sampling. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah masyarakat kota Surakarta yang menggunakan handphone Blackberry lebih dari satu tahun. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 150 orang.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Structural Equation

Modeling (SEM) dengan bantuan program AMOS 4.01. Hasil analisis menunjukkan bahwa perceived value berpengaruh positif terhadap customer satisfaction dan corporate image, customer satisfaction berpengaruh positif terhadap corporate image dan brand loyalty, dan brand loyalty berpengaruh positif terhadap repurchase intention dan word of mouth.

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dari setiap

hubungan variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Hal ini sesuai dengan hipotesis yang

dibuat dan jurnal yang dijadikan sebagai acuan dalam penelitian ini. Saran untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan obyek penelitian yang lainnya dan menambahkan hubungan

antara corporate image dan brand loyalty. Bagi pemasar diharapkan lebih tanggap dalam

merespon keluhan yang sering dialami oleh pelanggannya dengan tujuan mempertahankan tingkat loyalitas yang dimiliki pelanggan saat ini dan lebih memfokuskan promosi melalui media cetak mengacu pada mayoritas jawaban responden pada bagian open kuesioner.

Kata kunci : PerceivedValue

,

Customer Satisfaction

,

CorporateImage

,

Brand Loyalty

,

RepurchaseIntention

,

dan WordofMouth

(17)

commit to user ABSTRACT

Relationship betweenPerceived Value, Customer Satisfaction,and Corporate Imageto Brand Loyalty, Repurchase Intention, and Word of Mouth

(Case Study of Customer Handphone Blackberry in Surakarta)

WAHYUWIDIARSO F1206126

The purpose of this study was to determine whether there is relationship between the perceived value, customer satisfaction, corporate image, brand loyalty, repurchase intention, and word of mouth through case study of costumer Blackberry brand handphone. Researchers saw that the growth of handphone products at this time quite rapidly and affected more and more consumer choice on the brand - a brand handphone on the market.

This study is causal with a survey method. The target population of this study were people who had used the Blackberry brand handphone in Surakarta. Samples taken from 150 respondents in which the sample is urban community in Surakarta who had used the Blackberry brand handphone more than one years.

Based on the analysis of structural models (SEM) to test the hypothesis in this study concluded that the perceived value has positive influence on customer satisfaction and corporate image, customer satisfaction has positive effect on the corporate image and brand loyalty, and brand loyalty influence positive effect on repurchase intention and word of mouth.

From the result of this research that there are positice relationship between each variable used in this research. This matter as according to hypothesis made and journal taken as reference in this research. Suggestion for the next research can be done by doing research with the other object and enhance the relationship between corporate image and brand loyalty. Expected for the marketers to listen more carefully when receive costumer complaint with a purpose to maintain the customer loyalty in this time and more focussed the promotion through the magazine to relate at majority of responder answer of open questionnaire.

Keyword : Perceived Value, Customer Satisfaction, Corporate Image, Brand Loyalty,

(18)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Persaingan bisnis yang dihadapi perusahaan-perusahaan pada saat

ini semakin ketat, sehingga menuntut manajemen perusahaan untuk lebih

cermat dalam menentukan strategi bersaingnya, agar dapat memenangkan

persaingan yang dihadapi.

Dari perspektif pemasaran; pada situasi persaingan yang demikian,

maka agar dapat keluar sebagai pemenang, manajemen perusahaan

dituntut untuk dapat mendesain dan mengimplementasikan strategi

pemasaran yang mampu menciptakan, mempertahankan, dan

meningkatkan kepuasan konsumennya, sehingga pada akhirnya dapat

tercipta loyalitas yang tinggi dari konsumennya terhadap produk yang

ditawarkan perusahaan.

Tjiptono (1997:24) menyatakan bahwa terciptanya kepuasan

pelanggan dapat memberikan beberapa manfaat di antaranya: 1) hubungan

antara perusahaan dan pelanggannya menjadi harmonis, 2) memberikan

dasar yang bagi pembelian ulang dan terciptanya loyalitas, serta

terbentuknya rekomendasi dari mulut ke mulut (word of mouth) yang

dapat menguntungkan bagi perusahaan.

Selanjutnya karena tingkat kepuasan tersebut dapat menimbulkan

loyalitas pelanggan, maka loyalitas sebagai variabel endogenous

(19)

commit to user

2 (switching barrier), pemasok, dan keluhan Bagi perusahaan, salah satu

faktor penentu kesuksesan dalam menciptakan kesetiaan merk pada

pelanggannya adalah kepuasan terhadap kualitas yang diberikan. Dengan

demikian, kualitas produk yang baik akan menciptakan, mempertahankan

kepuasan, serta menjadikan konsumen yang loyal. Karakteristik konsumen

yang loyal salah satunya adalah selalu melakukan pembelian ulang secara

terus menerus.

Aaker (1996:5) menyatakan bahwa kesetiaan merk (brand loyalty)

adalah sebagai suatu faktor yang penting dalam menetapkan nilai dari

suatu merk. Nilai penting dari merk tersebut dapat meliputi kualitas,

bentuk, serta kegunaan dari barang atau jasa yang ditawarkan lebih baik

dari yang ditawarkan para pesaing. Lebih jauh dari itu, Aaker berpendapat

bahwa kesetiaan pelanggan terhadap merk (brand loyalty) memiliki nilai

strategik bagi perusahaan, antara lain mengurangi biaya pemasaran,

keuntungan dalam trade leverage, menarik minat konsumen, dan dapat

memberikan keuntungan waktu untuk merespon terhadap pesaing.

Loyal tidaknya konsumen terhadap suatu merk perusahaan sangat

tergantung pada kemampuan manajemen perusahaan dalam mengelola

faktor-faktor yang mempengaruhi kesetiaan merk. Aaker (1991:6),

mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kesetiaan merk

adalah: 1) variabel satisfaction atau kepuasan yang didapatkan dari

pengguna suatu produk yang meliputi kesesuaian antara kebutuhan dan

keinginan, kesesuaian dengan manfaat, gambar dan tulisan, desain warna

(20)

commit to user

3

habitual behavior ata kebiasaan dalam menggunakan suatu produk

meliputi proses pengambilan keputusan dan kesukaan, 3) variabel

commitment, yaitu kepercayaan dalam menggunakan suatu produk yang

meliputi rekomendasi dan kepercayaan, 4) variabel liking of the brand

yaitu tingkat kesukaan pada suatu produk meliputi keterikatan dan

pengalaman.

Upaya penciptaan kepuasan dan loyalitas konsumen harus selalu

diikuti dengan evaluasi terhadap tingkat kepuasan dan loyalitas yang

dicapai oleh konsumen. Hal ini sangat diperlukan karena denga

mengetahui tingkat kepuasan atau loyalitas konsumennya, manajemen

perusahaan akan dapat menentukan strategi pemasaran yang aan

digunakan pada masa yang akan datang dengan baik.

Berikutnya adalah upaya membangun corporate image. Variabel

ini dibangun melalui pemberian pelayanan yang baik dan menjunjung

tinggi aspek moral dan etika yang pada gilirannya berimplikasi pada

tingginya perceived image konsumen. Pendapat yang mengacu pada studi

yang dilakukan oleh Zeithaml dan Bitner (1996) menjelaskan bahwa

konsumen melakukan pembelian produk berdasarkan kesesuaian antara

citra perusahaan dengan nilai-nilai yang melekat pada konsumen yang

bersangkutan.

Mencermati nilai konsumen bagi perusahaan sebelum menciptakan

berbagai macam produk atau jasa dapat membantu perusahaan dalam

mengoptimalkan penggunaan sumber daya perusahaan disekitarnya serta

(21)

commit to user

4 keinginan konsumen. Studi sebelumnya mengindikasi bahwa negara

Swedia dan Denmark menghubungkan studi customer satisfaction pada

tingkat industri maupun nasional.

Kebanyakan perhatian perusahaan tertuju pada peningkatan

kepuasan untuk memprediksi nilai pasar perusahaan (Lihat Anderson et

al., 1994, 1997; Eklof et al., 1999; Ittner and Larcker, 1996). Beberapa

studi mengungkapkan bahwa pengawasan terhadap faktor-faktor yang

mempengaruhi customer satisfaction dapat memberikan informasi yang

sangat bernilai bagi sebuah bisnis.

Perusahaan difasilitasi dengan informasi dan pemahaman persepsi

dari konsumen yang memiliki pengaruh lebih besar dalam pengambilan

keputusan secara tepat, menciptakan hasrat konsumen untuk menggunakan

berbagai produk atau jasa serta menyampaikan nilai sebenarnya kepada

konsumen lain melalui word of mouth. (Lihat Winnie and Kanji, 2001)

Customer satisfaction merupakan isu yang dipertimbangkan penting oleh

pemasar untuk mempertahankan konsumen dalam konteks loyalitas dan

meningkatkan keuntungan perusahaan. Akan tetapi, isu ini masih menjadi

perdebatan dalam studi-studi di bidang pemasaran.

Perdebatan yang terjadi dapat dijelaskan melalui divergensi hasil

yang dikarenakan oleh pendapat yang belum konklusif dari peneliti

terhadap permasalahan, obyek studi, variabel dan metode yang digunakan

untuk menjustifikasi studinya. Kajian literatur mengindikasi bahwa

keragaman permasalahan kemungkinan dikarenakan oleh obyek amatan

(22)

commit to user

5

yang digunakan untuk memecahkan problem risetnya (Lihat Tharau et al.,

2004).

Selanjutnya dari kajian literatur tersebut, terdapatnya keragaman

pengertian dan pengukuran terhadap variabel – variabel yang digunakan.

Berikut adalah penjelasan dari keragaman yang dimaksud.

Corporate Image. Citra perusahaan adalah seperangkat keyakinan,

ide dan kesan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu perusahaan

(Lihat Kotler, 1997). Citra perusahaan diidentikkan dengan nama merk

dan bagian dari asosiasi tentang apa yang mereka dapatkan dari

perusahaan, hal tersebut membantu konsumen dalam mengevaluasi

kualitas produk atau jasa. Ketika konsumen memandang perusahaan

dengan citra yang baik maka mereka cenderung memiliki persepsi nilai

yang tinggi terhadap produk atau jasa perusahaan sehingga konsumen

mendapatkan kepuasan.

Perceived Value. Perceived value adalah nilai yang diterima

konsumen terhadap suatu produk/ jasa yang merupakan trade off antara

benefit yang diterima suatu produk yang diwujudkan dalam perceived

quality dan perceived sacrifice yang harus dilakukan untuk memperoleh

barang tersebut (Dodds, Monroe, Grewal, 1991). Sedangkan menurut

Hellier et al. 2003, perceived value merupakan penilaian konsumen

terhadap manfaat produk secara keseluruhan berdasarkan penilaian

konsumen mengenai keuntungan yang diperoleh dari produk dan biaya

(23)

commit to user

6 Customer Satisfaction. Menurut Tse dan Wilton dalam Fandy

Tjiptono (2006 : 349) kepuasan pelanggan merupakan respon pelanggan

terhadap evaluasi ketidakpuasan yang dipersepsikan antara harapan awal

sebelum pembelian dan kinerja aktual produk yang dipersepsikan setelah

pemakaian atau konsumsi produk yang bersangkutan.

Brand loyaly. Pengertian brand loyalty (loyalitas merek) adalah

ukuran keterikatan seorang pelanggan pada sebuah merek (Susanto dan

Wijanarko, 2004:127). Menurut Giddens dan Hofmann (2002) Loyalitas

merek adalah suatu pilihan konsumen untuk membeli merek tertentu dalam

suatu kategori produk. Hal ini terjadi karena para konsumen memiliki

persepsi bahwa merek menawarkan fitur produk yang tepat,citra atau tingkat

kualitas pada harga yang tepat. Persepsi ini menjadi dasar pada kebisaan

pembelian yang baru. Pada dasarnya, para konsumen pada awalnya akan

membuat percobaan pembelian suatu merek . Dan setelah merasa puas

cenderung membentuk kebiasaan dan melanjutkan pembelian merek yang

sama karena produk tersebut telah familiar dan dirasa aman untuk

mengkonsumsinya.

Repurchase Intention. Variabel ini didefinisi sebagai pertimbangan

individu mengenai pembelian ulang suatu produk dari suatu perusahaan, yang

dipengaruhi oleh kondisi sekitarnya (Lihat Hellier et al., 2003; Spais dan

Vasileiou, 2006; Atchariyachanvanich et al., 2006). Selanjutnya variable

tersebut diukur dengan niat untuk melanjutkan atau menghentikan pembelian

produk melalui internet dan pemberian prioritas utama pada pembelian

melalui internet (Atchariyachanvanich et al., 2006). Studi yang dilakukan

(24)

commit to user

7

pada toko tertentu. Sedangkan penelitian yang berbeda menjelaskan bahwa

repurchase intention merupakan variabel tujuan yang dipengaruhi oleh

cumulative satisfaction dan individual episodic satisfaction yang diproxykan

dengan repeat purchase intention dan repurchase probability (Lihat Yi dan

La, 2004).

Word of Mouth. Word of mouth (WOM) merupakan ukuran

kinerja penting lainnya. Word of mouth adalah komunikasi interpersonal

antara dua atau lebih individu, seperti referensi grup atau konsumen dan

salesperson. Semua orang mendesak mempengaruhi pembelian dengan

komunikasi. Konsumen secara aktif memberikan informasi atau

pengalamannya kepada konsumen lainnya, atau mereka selalu mendengar

dari konsumen lain yang telah mempunyai pengalaman konsumsi

sebelumnya (Lewis, Chambers, & Chacko, 1995 dalam Kim et. al., 2001).

Akhir-akhir ini handphone Blackberry menjadi sebuah fenomena

bagi masyarakat Indonesia. Koneksi internet yang mudah dan cepat

menjadi alasan produk handphone Blackberry berkembang dengan pesat di

Indonesia, selain itu adanya fitur Blackberry Messenger yang

memudahkan para pengguna handphone Blackberry untuk bisa saling

bertukar informasi semakin membuat Blackberry menjadi referensi

handphone terbaik bagi masyarakat Indonesia. Selain koneksi internet dan

fitur Blackberry Messenger, para pengguna handphone Blackberry

mempunyai kebanggaan tersendiri menggunakan produk tersebut. Mulai

dari anak SMP sampai dengan orang tua menggunakan handphone

(25)

commit to user

8 Hal inilah yang mendorong penulis untuk menyelidiki pengaruh

corporate image, perceived quality, perceived value, costumer

satisfaction, dan brand loyalty terhadap repurchase intention dan word of

mouth. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian dengan judul : “ KETERKAITAN ANTARA

VARIABEL PERCEIVED VALUE, CUSTOMER SATISFACTION,

DAN BRAND LOYALTY TERHADAP CORPORATE IMAGE,

REPURCHASE INTENTION, DAN WORD OF MOUTH (STUDI

KASUS PADA PENGGUNA HANDPHONE BLACKBERRY DI

KOTA SURAKARTA)

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan,

maka dapat diidentifikasi beberapa hal yang menjadi permasalahan antara

lain sebagai berikut:

1) Apakah terdapat pengaruh perceived value terhadap customer

satisfaction?

2) Apakah terdapat pengaruh customer satisfaction terhadap brand

loyalty?

3) Apakah terdapat pengaruh antara perceived value terhadap corporate

image?

4) Apakah terdapat pengaruh antara customer satisfaction terhadap

(26)

commit to user

9

5) Apakah terdapat pengaruh antara brand loyalty terhadap repurchase

intention?

6) Apakah terdapat pengaruh antara brand loyalty terhadap word of

mouth?

C. TUJUAN PENELITIAN

Berkaitan dengan perumusan masalah tersebut, maka tujuan

penelitian ini adalah :

1) Untuk mengetahui hubungan perceived value terhadap corporate

image.

2) Untuk mengetahui pengaruh customer satisfaction terhadap corporate

image.

3) Untuk mengetahui pengaruh perceived value terhadap customer

satisfaction .

4) Untuk mengetahui pengaruh customer satisfaction terhadap brand

loyalty

5) Untuk mengetahui pengaruh brand loyalty terhadap repurchase

intention

6) Untuk mengetahui pengaruh brand loyalty terhadap word of mouth

D. MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai

(27)

commit to user

10

1. Bagi Perusahaan

Studi ini diharapkan memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai

kepuasan konsumen handphone Blackberry terhadap kualitas produk

sehingga nantinya dapat membantu perusahaan dalam meningkatkan

penjualan varian produk yang ditawarkan, dan menjaga konsumennya agar

tetap loyal pada Blackberry.

2. Bagi Peneliti

Penelitian ini sangat bermanfaat sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan

dapat menerapkan ilmu yang telah dipelajari selama ini terutama yang

berhubungan dengan corporate image, perceived value, costumer

satisfaction, brand loyalty, repurchase intention, dan word of mouth.

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Hal ini diduga menjadikan studi ini mempunyai daya terap model yang

bersifat terbatas. Keterbatasan ini mengisyaratkan perlunya studi lanjutan

untuk menggeneralisasi hasil-hasil yang diperoleh pada konteks yang

berbeda dan luas, sehingga konsep-konsep yang diuji dalam model dapat

(28)

commit to user

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

A. LANDASAN TEORI

1. PERCEIVED VALUE

Perceived value adalah nilai yang diterima konsumen terhadap

suatu produk/ jasa yang merupakan trade off antara benefit yang diterima

suatu produk yang diwujudkan dalam perceived quality dan perceived

sacrifice yang harus dilakukan untuk memperoleh barang tersebut (Dodds,

Monroe, Grewal, 1991).

Perceived value menurut Chapmann (1999:55) adalah selisih

antara total perceived benefits yang ditawarkan dan perceived sacrifice.

Di mana perceived benefits adalah kumpulan manfaat yang diharapkan

diperoleh pelanggan dari produk atau jasa tertentu. Konsumen sering

memandang harga sebagai indikator nilai bilamana harga tersebut

dihubungkan dengan manfaat yang dirasakan atas suatu barang atau jasa.

Nilai dapat didefinisikan antara manfaat yang dirasakan terhadap

harga. Berdasarkan tersebut diatas maka perceived value adalah nilai yang

diterima konsumen terhadap suatu produk/ jasa yang merupakan trade off

antara benefit yang diterima suatu produk yang diwujudkan dalam

perceived quality dan perceived sacrifice yang harus dilakukan untuk

memperoleh barang tersebut. Perceived value setiap orang berbeda –

(29)

commit to user

12 lingkungan, tujuan hidup, cita-cita, dan lain sebagainya (sifatnya sangat

individual).

2. CUSTOMERSATISFACTION

Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang

membandingkan antara persepsi, kinerja, atau hasil suatu kinerja suatu

produk dengan harapan- harapannya. Sesuai dengan definisi tersebut,

kepuasan merupakan fungsi dari persepsi atau kesan atas kinerja dan

harapan. Jika kinerja dibawah harapan, konsumen akan tidak puas. Jika

kinerja memenuhi harapan, maka konsumen puas. Jika kinerja melebihi

harapan, konsumen sangat puas atau senang (Lihat Kotler, 2002).

Kepuasan konsumen merupakan tujuan dari semua strategi

pemasaran, sehingga konsumen menjadi loyal terhadap produk yang

dibeli. Tingkat kepuasan consume tinggi dapat dicapai melalui marketing

relationship strategy (Lihat Gravensen, 2002). Menurut Gerson (2004)

kepuasan konsumen adalah persepsi konsumen bahwa harapannya telah

terpenuhi atau terlampaui. Semakin puas konsumen, maka semakin banyak

uang yang dibelanjakannya.

Kepuasan konsumen adalah target yang berubah-ubah,

masing-masing konsumen memiliki situasi jual beli dengan serangkaian kebutuhan

dengan tingkat yang berbeda-beda. Ketika konsumen berinteraksi dengan

para pelaku bisnis, mereka mempunyai harapan tentang beberapa aspek

dari interaksi tersebut dan juga apa yang ditransaksikan. Konsumen dalam

(30)

commit to user

13 berupa uang, waktu, dan energi untuk membandingkan produk atau jasa

sebelum melakukan pembelian.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan adalah

kebutuhan konsumen, harapan- harapan yang terselubung, pelayanan yang

mengejutkan membedakan anda pada sentuhan emosional dan zona

toleransi (Lihat Barnes, 2003). Setiap orang melakukan pembelian dengan

harapan tertentu sesuai apa kebutuhan dan keinginan mereka saat

menggunakan produk atau jasa tersebut (Lihat Eglel et al., 1994).

Penilaian kepuasan atau ketidakpuasan kosumen terhadap suatu

perusahaan berkaitan erat dengan konsep kepuasan konsumen dapat dilihat

di Gambar II.1.

Gambar II.1

(31)

commit to user

14

a) Elemen Program Kepuasan Pelanggan

Pada umumnya program kepuasan pelanggan meliputi beberapa

elemen utama, diantaranya sebagai berikut :

1) Barang dan jasa berkualitas

Perusahaan yang ingin menerapkan program kepuasan

pelanggan harus memiliki produk berkualitas yang tinggi dan

pelayanan yang prima. Biasanya perusahaan yang tingkat kepuasan

pelanggannya tinggi, juga menyediakan tingkat pelayanan

pelanggan yang tinggi pula.

2) Relation Marketing

Kunci pokok dalam setiap program promosi loyalitas adalah

upaya menjalin relasi jangka panjang dengan para pelanggan.

Asumsinya adalah bahwa relasi yang kokoh dan saling

menguntungkan antara penyedia jasa dan pelanggan dapat

membangun bisnis yang berulang-ulang dan menciptakan loyalitas

pelanggan.

3) Program promosi loyalitas

Program promosi loyalitas banyak diterapkan untuk menjalin

relasi antara perusahaan dan pelanggan. Program ini biasanya

berupa pemberian penghargaan khusus (hadiah yang dikaitkan

dengan frekuensi pembelian atau pemakaian produk / jasa

perusahaan ) kepada pelanggan agar tetap loyal pada produk

(32)

commit to user

15

4) Fokus pada pelanggan terbaik (best customers)

Pelanggan terbaik merupakan pelanggan yang menggunakan

jasa dan fasilitas-fasilitas yang ada. Kriteria lainnya menyangkut

masalah pembayaran yang lancar dan tepat waktu, tidak terlalu

banyak membutuhkan pelayanan tambahan dan relatif tidak sensitif

terhadap harga.

5) Sistem penanganan komplain secara efektif

Perusahaan harus memastikan bahwa barang dan jasa yang

dihasilkannya benar-benar berfungsi sebagaimana mestinya sejak

awal. Apabila ada suatu masalah, perusahaan segera berusaha

memperbaikinya lewat sistem penanganan komplain, sehingga

jaminan kualitas harus mendahului penanganan komplain.

6) Unconditional quarantees / garansi tanpa syarat

Garansi tanpa syarat dibutuhkan untuk mendukung

keberhasilan program kepuasan pelanggan. Garansi merupakan

janji eksplisit yang disampaikan kepada para pelanggan mengenai

tingkat kinerja yang dapat diharapkan akan mereka terima. Garansi

bermanfaat dalam mengurangi resiko pembelian produk dan

perusahaan bertanggung jawab atas produk dan jasa yang

dihasilkan.

7) Program Pay for Performance

Program kepuasan tidak akan terlaksana tanpa adanya

(33)

commit to user

16 yang berinteraksi langsung dengan para pelanggan dan

berkewajiban memuaskan mereka, karyawan juga harus dipuaskan

kebutuhannya.

b) Metode pengukuran kepuasan pelanggan

Philip Kotler (2005) dalam Fandy Tjiptono (2006 : 367),

mengemukakan bahwa terdapat 4 metode dalam pengukuran kepuasan

pelanggan:

1) Sistem keluhan dan saran

Setiap perusahaan yang berorientasi pada pelanggan (customer

oriented) akan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada

para pelangganya untuk menyampaikan saran, pendapat dan

keluhan.

2) Ghost Shopping

Metode ini dilaksanakan dengan cara memperkerjakan

beberapa orang (ghost shopper) untuk berperan atau bersikap

sebagai pelanggan atau pembeli potensial produk perusahaan dan

pesaing.

3) Lost Customer Analysis

Pihak perusahaan berusaha menghubungi para pelanggannya

yang telah berhenti atau yang telah beralih pemasok yang

diharapkan adalah akan diperoleh informasi penyebab terjadinya

(34)

commit to user

17

4) Survei Kepuasan Pelanggan

Umumnya banyak penelitian mengenai kepuasan pelanggan

dilakukan dengan menggunakan metode survei baik melalui pos,

telepon maupun wawancara pribadi (Neal dan Lamb dalam

Tjiptono 2002 : 148)

c) Faktor Pembentuk Kepuasan Pelanggan

Menurut Irawan (2003 : 16), kepuasan pelanggan merupakan salah

satu alat ukur untuk melihat daya saing suatu perusahaan. Tentang

kepuasan pelanggan, terdapat lima faktor utama yang menentukan tingkat

kepuasan pelanggan:

1) Kualitas produk.

Konsumen atau pelanggan akan merasa puas bila hasil

evaluasi menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan

berkualitas. Beberapa dimensi yang berpengaruh dalam

membentuk kualitas produk adalah performance, features,

reliability, conformance to spesification, durability, serviceability,

estetika, dan perceived quality.

2) Kualitas pelayanan.

Pelanggan akan merasa puas apabila mereka mendapatkan

pelayanan yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan. Dimensi

kualitas pelayanan sudah banyak dikenal yang meliputi reliability

(35)

commit to user

18

3) Faktor emosional.

Konsumen merasa bangga dan mendapatkan kepercayaan

bahwa orang lain akan kagum terhadap dia apabila menggunakan

produk dengan merek tertentu. Kepuasan ini bukan semata-mata

karena kualitas produk tersebut, tetapi social value yang membuat

pelanggan menjadi puas terhadap merek produk tertentu.

4) Harga.

Produk yang mempunyai kualitas yang sama, tetapi

menetapkan harga yang relatif murah akan memberikan nilai yang

lebih tinggi kepada pelanggan. Di sini jelas bahwa faktor harga

juga merupakan faktor yang penting bagi pelanggan untuk

mengevaluasi tingkat kepuasannya.

5) Biaya dan kemudahan untuk mendapatkan produk atau jasa.

Pelanggan yang tidak perlu mengeluarkan suatu biaya

tambahan atau tidak perlu membuang waktu untuk mendapatkan

suatu produk atau jasa akan cenderung puas terhadap produk atau

(36)

commit to user

19

3. BRANDLOYALTY

Menurut Duriantoo, Sugiarto, dan Sitinjak (2001:126) Brand

Loyalty merupakan suatu ukuran keterkaitan pelanggan kepada sebuah

merk. Ukuran ini mampu memberikan gambaran tentang mungkin ada

tidaknya seorang pelanggan beralih ke merk produk yang lain, terutama

jika merk tersebut didapati adanya perubahan, baik menyangkut harga

ataupun atribut lain.

Seorang pelanggan yang loyal kepada suatu merk tidak akan

dengan mudah memindahkan pembeliannya ke merk lain, apapun yang

terjadi dengan merk tersebut. Bila loyalitas pelanggan terhadap suatu merk

meningkat, kerentanan keompok pelanggan tersebut dari ancaman dan

serangan merk produk pesaing dapat dikurangi.

Dengan demikian, brand loyalty merupakan salah satu indicator

inti dari brand equity yang jelas terkait dengan peluang penjualan yang

berarti pula jaminan perolehan laba perusahaan di masa mendatang.

Pelanggan yang loyal pada umumnya akan melanjutkan pembelian merk

tersebut walaupun dihadapkan pada banyak alternatif merk produk pesaing

yan menawarkan karakteristik produk yang lebih unggul dipandang dari

berbagai sudut atributnya. Bila banyak pelanggan dari suatu merk masuk

dalam kategori ini berarti merk tersebut memiliki brand equity yang kuat.

Menurut Rangkuti (2004:60) Loyalitas merk adalah ukuran dari kesetiaan

(37)

commit to user

20

a) Tingkatan Loyalitas Merk

Menurut Aaker (1997:57) terdapat lima tingkatan loyalitas merk :

Gambar II.2 Piramida Loyalitas Merk

(Sumber : Aaker, 1997)

Keterangan :

1. Tingkat loyalitas yang paling dasar adalah pembeli tidak

loyal/sama sekali tidak tertarik pada merk apapun yang ditawarkan.

Dengan demikian merk memainkan peran yang sangat kecil dalam

keputusan pembelian. Jenis konsumen seperti ini suka

berpindah-pindah merk atau disebut tipe konsumen switcher atau price buyer,

di mana konsumen lebih memperhatikan harga dalam pembelian.

2. Tingkat kedua adalah pembeli merasa puas dengan produk yang

dia gunakan, atau minimal konsumen tidak kecewa dengan produk

tersebut. Dengan kata lain, tidak terdapat dimensi ketidakpuasan

(38)

commit to user

21 apabila pergantian ke merk lain memerlukan suatu tambahan biaya.

Pembeli/konsumen tipe ini dapat disebut pembeli tipe kebiasaan.

3. Tingkat ketiga adalah konsumen yang merasa puas, namun

kepuasan tersebut memerlukan suatu tambahan biaya peralihan.

Kelompok ini biasanya disebut dengan konsumen loyal yang

merasa adanya suatu pengorbanan bila dia berpindah ke merk yang

lain. Tipe pembeli seperti ini disebut dengan satisfied buyer.

4. Tingkat keempat adalah konsumen benar-benar menyukai merk

tersebut. Pilihan mereka terhadap suatu merk dilandasi pda suatu

asosiasi, simbol, rangkaian pengalaman dalam menggunakan merk

tersebut. Tipe pembeli seperti ini disebut dengan sahabat merk,

sebab terdapat perasaan emosional dalam menyukai merk (liking

the brand).

5. Tingkat teratas adalah para pelanggan yang setia. Konsumen tipe

ini memiliki kebanggaan dalam menemukan atau menjadi

pengguna suatu merk. Merk tersebut sangat penting bagi mereka

baik dari segi fungsinya, maupun sebagai ekspresi mengenai siapa

mereka sebenarnya (commited buyer).

b) Strategi yang dilakukan untuk menciptakan dan memelihara

loyalitas merk

Beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

(39)

commit to user

22

1) Memperlakukan pelanggan dengan layak

Menjaga hubungan yang saling menguntungkan dengan pelanggan,

dengan cara memelihara relationship marketing yang baik dengan

pelanggan

2) Menjalin kedekatan dengan pelanggan

Menjaga kedekatan secara berkesinambungan, misalnya dengan

membentuk suatu keanggotaan

3) Mengelola keputusan pelanggan

Menciptakan biaya peralihan yang tinggi yang mampu

menyulitkan konsumen untuk berpindah merk. Langkah ini untuk

‘mengikat’ konsumen agar tidak beralih ke merk lain

4) Menciptakan biaya peralihan

Memberikan imbalan atas loyalitas pelanggan. Misalnya dengan

memberikan hadiah/reward kepada pelanggan.

5) Memberikan ekstra

Memberikan pelayanan ekstra kepada pelanggan

4. CORPORATE IMAGE

Citra perusahaan adalah seperangkat keyakinan, ide dan kesan

yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu perusahaan (Lihat Kotler,

1997). Citra perusahaan diidentikkan dengan nama merk dan bagian dari

asosiasi tentang apa yang mereka dapatkan dari perusahaan, hal tersebut

membantu konsumen dalam mengevaluasi kualitas produk atau jasa.

(40)

commit to user

23 mereka cenderung memiliki persepsi nilai yang tinggi terhadap produk

atau jasa perusahaan sehingga konsumen mendapatkan kepuasan.

Citra perusahaan tidak bisa direkayasa, artinya citra tidak datang

dengan sendirinya melainkan dibentuk oleh masyarakat, dari upaya

komunikasi dan keterbukaan perusahaan dalam usaha membangun citra

positif yang diharapkan. Upaya membangun citra tidak bisa dilakukan

secara serampangan pada saat tertentu saja, tetapi merupakan suatu proses

yang panjang. Karena citra merupakan semua persepsi atas objek yang

dibentuk oleh konsumen dengan cara memproses informasi dari berbagai

sumber sepanjang waktu.

5. REPURCHASEINTENTION

Pembelian ulang adalah suatu ukuran penting kinerja. Sebagai

contoh nilai dari sebuah kerjasama antara hotel dan pelanggannya

diasumsikan berakar dari kontinuitasnya. Kontinuitas sama dengan

bagian dari keinginan untuk memperpanjang kerjasama atau persetujuan

untuk bekerjasama dalam sebuah periode waktu yang terbatas maupun

tidak terbatas (Heide & George, 1990).

6. WORDOFMOUTH

Word of mouth (WOM) merupakan ukuran kinerja penting lainnya.

Word of mouth adalah komunikasi interpersonal antara dua atau lebih

individu, seperti referensi grup atau konsumen dan salesperson. Semua

(41)

commit to user

24 Konsumen secara aktif memberikan informasi atau pengalamannya

kepada konsumen lainnya, atau mereka selalu mendengar dari

konsumen lain yang telah mempunyai pengalaman konsumsi

sebelumnya (Lewis, Chambers, & Chacko, 1995 dalam Kim et. al., 2001).

WOM mempunyai dua konsekuensi yaitu pengaruh negatif

melalui kesadaran publik dan WOM yang positif. Konsumen yang

tidak puas cenderung menceritakan pada orang lain tentang

ketidaksukaannya pada perusahaan. Hal ini tentu saja membahayakan

nama baik dari perusahaan yang bersangkutan. Hal ini tentu saja

membahayakan nama baik dari perusahaan yang bersangkutan.

Komunikasi WOM dapat menjadi negatif dalam dua cara (Assael, 1998):

1. Direct Experience

Hal ini terjadi ketika konsumen tidak puas, maka mereka akan

mengadu pada teman atau kerabat yang merasa puas.

2. Rumors

Tipe komunikasi WOM yang negatif yaitu melalui desas-desus

(rumors) yang memberitahukan tentang kejelekan perusahaan atau

produk. Sebaliknya WOM yang positif akan lebih bermanfaat untuk

pemasaran produk atau jasa perusahaan (Sweeney et. al., 2005 dalam

Hughes, 2007).

a) Kondisi dari WOM

WOM tidak dominan untuk setiap kategori produk. WOM menjadi

penting ketika kelompok referensi menjadi sumber informasi dan

(42)

commit to user

25

1. Produknya nyata dan terlihat adanya perilaku pembelian.

2. Produknya berbeda dan dapat dengan mudah diidentifikasi dengan

mode, rasa, dan norma personal lainnya.

3. Produk telah dikenal dan konsumen tidak membentuk kesan dan

sikap tentang produk.

4. Produk penting bagi norma kelompok referensi dan system

keyakinan.

5. Konsumen terlibat dalam keputusan pembelian dan sebagai

hasilnya, mereka mengkomunikasikan tentang produk dan

mempengaruhi orang lain.

B. PENELITIAN TERDAHULU

Beberapa penelitian terdahulu yang penulis jadikan bahan referensi

yaitu :

1. Hsin-Hui (Sunny) Hu, Jay Kandampully, and Thanika Devi

Juwaheer dengan judul : “Relationships and impacts of service

quality, perceived value, customer satisfaction, and image: an

empirical study”, menganalisa tentang dampak image sebuah

perusahaan terhadap kualitas, kepuasan konsumen, dan loyalitas

konsumen untuk konsumen dengan tingkatan yang tinggi.Hasilnya

adalah image perusahaan memiliki dampak yang lebih besar

daripada kepuasan konsumen sebagai alat peramal dari loyalitas

(43)

commit to user

26

2. Spiros P. Gounaris, Nektarinos A. Tzempelikos, dan Kalliopi

Chatzipanagiotou (2007) dengan judul “The Relationships of

Customer-Perceived Value, Satisfaction, Loyalty and Behavioral

Intentions”, yang meneliti tentang pengaruh Penelitian ini

menganalisa tentang hubungan perceived value pada kepuasan dan

loyalitas pelanggan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa

perceived value yang terdiri dari enam dimensi yang mana lima

dimensi antara lain product value, procedural value, personnel

value, emotional value, social value berpengaruh positif pada

kepuasan pelanggan. Sedangkan untuk dimensi perceived

sacrifices berpengaruh negatif pada kepuasan pelanggan.kepuasan

pelanggan berpengaruh positif terhadap loyalitas pelanggan.

(44)

commit to user

27 VARIABEL PENELITIAN

Variabel Independen : Perceived Value dan Brand Loyalty

Variable Mediasi : Customer Satisfaction

Variabel Dependen :Corporate Image, Repurchase Intention, dan

WOM

D. PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Perceived value adalah penilaian konsumen terhadap kualitas

barang atau jasa secara keseluruhan atas keunggulan produk atau jasa

seringkali tidak konsisten sehingga konsumen menggunakan isyarat

intrinsik (output dan penyampaian jasa) dan isyarat ektrinsik

(unsur-unsur pelengkap jasa) sebagai acuan (Lihat Tjiptono, 2003).

Kotler, (1997) menyatakan bahwa pembeli atau konsumen akan

membeli dari perusahaan yang menawarkan customer delivery value

(nilai yang diterima konsumen) yang tertinggi. Nilai ini diperoleh dari

selisih antara total nilai bagi konsumen dikurangi biaya total yang

dikeluarkan konsumen. Jumlah nilai bagi konsumen adalah kumpulan

manfaat yang diharapkan diperoleh konsumen dari produk atau jasa

tertentu. Sedangkan biaya total konsumen adalah kumpulan

pengorbanan yang diperkirakan konsumen akan terjadi dalam

mengevaluasi, memperoleh dan menggunakan produk dan jasa

tersebut.

Konsumen puas adalah konsumen yang merasa mendapatkan

(45)

commit to user

28 produk, pelayanan, sistem atau sesuatu yang bersifat emosi. Kalau

konsumen mengatakan bahwa value adalah produk yang berkualitas,

maka kepuasan terjadi jika konsumen mendapatkan produk yang

berkualitas. Sebagai contoh jika value bagi konsumen adalah

kenyamanan maka kepuasan akan datang apabila pelayanan yang

diperoleh benar-benar nyaman, jika value dari konsumen adalah harga

yang murah maka konsumen akan puas kepada produsen yang

memberikan harga yang paling kompetitif.

Nilai bagi konsumen ini dapat diciptakan melalui atribut-atribut

pemasaran perusahaan dapat menjadi stimuli bagi perusahaan untuk

mempengaruhi konsumen dalam pembelian. Jika pembelian yang

dilakukan mampu memenuhi kebutuhan dan keinginannya atau

mampu memberikan kepuasan, maka di masa datang akan terjadi

pembelian ulang, bahkan lebih jauh lagi, konsumen yang puas akan

menyampaikan rasa kepuasannya kepada orang lain, baik dalam

bentuk cerita (word of mouth), atau memberikan rekomendasi.

Dalam studi ini, fenomena yang dijelaskan adalah semakin

tinggi perceived value, semakin tinggi tingkat kepuasan konsumen.

Dengan demikian hipotesis yang dirumuskan adalah:

H1: Perceived Value berpengaruh positif terhadap Costumer

Satisfaction

Hubungan antara satisfaction dengan brand loyalty, Band dalam

Herizon (1991:80) menyatakan bahwa customer satisfaction merupakan

(46)

commit to user

29

akan dapat terpenuhi atau terlampaui melalui suatu transaksi yang akan

mengakibatkan terjadinya pembelian ulang atau kesetiaan yang terus

berlanjut. Samuel dan Foedjiawati (2004) meneliti pengaruh atribut

kepuasan konsumen terhadap kesetiaan merek.

Kepuasan konsumen diukur dengan atribut-atribut kepuasan

konsumen yang meliputi atribut related to the product, atribut related to

the service, dan atribut related to the purchase. Kesetiaan merek diukur

melalui habitual behavior, satisfaction, liking of the brand, dan switching

cost. Penelitian tersebut mengungkapkan adanya hubungan positif antara

kepuasan konsumen dengan kesetiaan merek.

H2: Customer Satisfaction berpengaruh positif terhadap Brand

Loyalty.

Image didefinisikan sebagai pengetahuan yang subjektif,

sebagai sebuah perilaku, dan sebagai kombinasi karakteristik produk

yang berbeda dari penampilan fisik sebuah produk, tetapi meskipun

demikian tetap digunakan untuk mengidentifikasi sebuah produk

(Nguyen dan LeBlanc, 1998). Image juga didefinisikan sebagai kesan

secara keseluruhan yang tersimpan dalam benak konsumen (Zimmer

dan Golden,1988). MacInnis dan Price (1987) mendefinisikan formasi

image sebagai prosedur di mana ide, perasaan, dan pengalaman

sebelumnya dengan sebuah organisasi tersimpan dalam sebuah memori

dan diubah menjadi sesuatu yang berarti berdasarkan kategori yang

(47)

commit to user

30 Dari beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa

corporate image menggambarkan sebuah kesan dan asosiasi,

kepercayaan dan perilaku yang ada dalam benak konsumen disertai

penghargaan terhadap perusahaan (Barich dan Kotler, 1991).

Berdasarkan Gronroos (1984), corporate image didefinisikan sebagai

filter yang mempengaruhi persepsi terhadap kinerja sebuah

perusahaan. Keseluruhan image pada perusahaan jasa dipengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu service quality, perceived value, dan customer

satisfaction.

Gronroos(1984) berpendapat bahwa corporate image dibangun

berdasarkan kualitas tehnik tentang apa yang konsumen dapat dari

pengalaman servis perusahaan tersebut dan fungsional kualitas yaitu

bagaimana cara servis diberikan dari perusahaan kepada konsumennya.

Barich dan Kotler (1991) mengusulkan bahwa perusahaan akan

memiliki image yang kuat jika konsumen percaya bahwa mereka akan

mendapatkan nilai atau keuntungan yang besar ketika mereka membeli

barang dari perusahaan tersebut.

Sejak customer satisfaction didefinisikan sebagai penilaian

yang dibuat berdasarkan servis yang ditemukan secara spesifik (Cronin

dan Taylor, 1992), tingkat kepuasan yang berasal dari tiap servis yang

ditemukan akan dilihat seperti memiliki efek terhadap taksiran pada

image suatu perusahaan (Nguyen dan LeBlanc, 1998).

Peran dari Corporate image sama pentingnya dengan faktor

(48)

commit to user

31

berpengaruh terhadap pembelian berulang (Andreassen dan Lindestad,

1998; Dick dan Basu, 1994). Nguyen dan LeBlanc meneliti tentang

efek customer satisfaction, service quality, dan value terhadap persepsi

dari corporate image dan customer loyalty. Hasil dari penelitian

mereka menunjukkan bahwa konsumen yang menerima service quality

dengan tingkatan yang tinggi akan membentuk sebuah corporate

image yang bagus dan menguntungkan.

Terlebih lagi, Swait, Erdem, Louviere, dan Dubelaar (1993)

mengestimasi pengeluaran konsumen yang menunjukkan pentingnya

merk dari sebuah produk. Estimasi tersebut menunjukkan konsumen

rela untuk membayar dengan harga yang lebih tinggi untuk merk yang

lebih berkualitas, dan merk yang kuat dapat membuat harga menjadi

lebih tinggi. Berdasarkan literature di atas, dapat diajukan beberapa

hipotesis berikut :

H3: Perceived Value berpengaruh positif terhadap Corporate Image

H4: Customer Satisfaction berpengaruh positif terhadap Corporate

Image

Law et al. (2004) menjelaskan bahwa keputusan pembelian

ulang yang dilakukan konsumen dipengaruhi oleh pengalaman

konsumen dalam pembelian produk sebelumnya. Dimana

perbandingan antara kinerja aktual produk dengan kinerja yang

diharapkan merupakan faktor yang mempengaruhi keputusan

pembelian ulang. Konsumen yang loyal pastinya akan melakukan

(49)

commit to user

32

Loyalitas konsumen pada sebuah brand nantinya akan

membuat konsumen mau melakukan pembelian ulang terhadap produk

yang diyakini memiliki kualitas yang baik menurut konsumen tersebut,

dan konsumen yang loyal akan memberikan informasi yang positif

atau positive word of mouth kepada orang lain yang nantinya akan

berguna bagi pemasaran produk sebuah perusahaan.

H5: Brand Loyalty berpengaruh positif terhadap Repurchase

Intention

(50)

commit to user

33

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini mengungkap desain metode penelitian yang bertujuan untuk

membangun keyakinan terhadap kebenaran hasil-hasil penelitian yang

diperoleh. Hal ini menjadi pertimbangan yang penting untuk dibahas, sebab

pembahasannya mengungkap prosedur metode penelitian dan proses

pengujian yang dilalui untuk menjelaskan fenomena yang diteliti. Berkaitan

dengan hal ini, ada beberapa bahasan yang dikemukakan, berikut ini adalah

penjelasannya.

A. DESAIN PENELITIAN

Menurut Cooper dan Schindler (2006) berbagai pendekatan yang

dilakukan dalam penelitian ini adalah formal study (diawali dengan adanya

hipotesis dan bertujuan unutk menguji hipotesis tersebut melalui penelitian

ini), communication study (Penelitian menanyai subyek dan mengumpulkan

respon mereka), ex post facto design (peneliti hanya melaporkan apa yang

sudah dan sedang terjadi secara apa adanya), casual study (berusaha

menerangkan hubungan antar variabel), cross-section study (hanya melakukan

penelitian pada suatu waktu), statistical study (berusaha menangkap

karakteristik-karakteristik suatu populasi, menguji hipoteis secara kuantitatif

dan melakukan generalisasi) , serta field setting (penelitian dilakukan dalam

(51)

commit to user

34 Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah survei konsumen.

Survei dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner kepada responden, yaitu

seluruh konsumen yang menggunakan handphone Blackberry.

B. POPULASI, SAMPEL DAN TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

1. Populasi

Menurut Djarwanto dan Pangestu Subagyo (1993:107),

“populasi adalah jumlah dari keseluruhan obyek

(satuan-satuan/individu-individu) yang karakteristiknya hendak diduga”.

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat kota Surakarta yang

menggunakan produk Blackberry.

2. Sampel

Sampel menurut Djarwanto dan Pangestu Subagyo

(1993:108) adalah “sebagian dari populasi yang karakteristiknya

hendak diselidiki, dan dianggap bisa mewakili keseluruhan populasi

(jumlahnya lebih sedikit dari pada jumlah populasi)”. Sampel dalam

penelitian ini adalah masyarakat kota Surakarta yang menggunakan

produk handphone Blackberry lebih dari 1 tahun, karena sampel

dianggap dapat merepresentasikan dari keseluruhan populasi. Pedoman

dalam penentuan jumlah sampel menurut Ferdinand (2002) yaitu :

a) 100 – 200 sampel untuk teknik maximum Likelihood Estimation.

b) Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi. Pedomannya

(52)

commit to user

35

c) Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh

variabel laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5 – 10

d) Bila sampel sangat besar, maka dapat memilih teknik estimasi.

Dari dasar penentuan jumlah sampel menurut Ferdinand

(2002), maka besarnya sampel yang digunakan dalam penelitian ini

sebanyak 150 sampel.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini digunakan teknik nonprobability

sampling, yaitu convenience sampling. Peneliti menggunakan

nonprobability sampling karena peneliti tidak mengetahui jumlah

keseluruhan anggota populasi yang diteliti. Metode purposive

sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana para peneliti

memiliki criteria dalam menentukan responden yang akan digunakan.

(Cooper dan Emory, 1996). Sampel dalam penelitian ini adalah

masyarakat kota Surakarta yang menggunakan handphone Blackberry

C. DEFINISI OPERASIONAL DAN PENGUKURAN VARIABEL

1. Pengukuran Variabel

Penelitian ini menjelaskan tentang hubungan antara perceived

value,customer satisfaction, corporate image, brand loyalty,

repurchase intention, dan WOM. Skala yang digunakan dalam

penelitian adalah skala itemized rating scale (Sekaran, 2003), yaitu

skala interval dengan rentang poin satu sampai empat (setuju, cukup

(53)

commit to user

36

2. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi yang dengan jelas

mengartikan suatu variabel dengan menetapkan kegiatan-kegiatan atau

tindakan-tindakan yang perlu untuk mengukur variabel tersebut.

Berikut ini adalah definisi operasional dari variabel-variabel dalam

penelitian ini :

a. Corporate Image.

Variabel ini dikonseptualisasikan sebagai persepsi

konsumen terhadap organisasi yang direfleksikan ke dalam asosiasi

memori konsumen (Lihat Hsun et al., 2006). Image corporate

dioperasionalisasi sebagai tingkatan kesesuaian antara image

perusahaan handphone Blackberry dan konsumen yang berkaitan

dengan aspek sebagai berikut:

1) penekanan layanan pada kepentingan publik,

2) tingkat kepercayaan pada perusahaan handphone Blackberry ,

3) kepedulian kepada konsumen.

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah itemized

rating scale dengan rentang poin satu sampai empat (tidak setuju,

kurang setuju, cukup setuju, setuju).

Skala 1 = Tidak Setuju (TS)

Skala 2 = Kurang Setuju (KS)

Skala 3 = Cukup Setuju (CS)

(54)

commit to user

37 b. Perceived value.

Variabel ini dikonseptualisasikan sebagai gap antara

pengorbanan (sacrifice) yang diberikan terhadap keuntungan

(benefit) yang diperoleh konsumen untuk mendapatkan pelayanan

terbaik (Lihat Hsun et al., 2006). Perceived value

dioperasionalisasikan sebagai tingkatan kesesuaian antara image

perusahaan handphone Blackberry dan konsumen yang berkaitan

dengan aspek sebagai berikut:

1) kesesuaian antara harga yang dibayar dengan kualitas yang

didapat,

2) kesesuaian antara harga yang dibayar dengan manfaat yang

didapat.

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah itemized

rating scale dengan rentang poin satu sampai empat (tidak setuju,

kurang setuju, cukup setuju, setuju).

Skala 1 = Tidak Setuju (TS)

Skala 2 = Kurang Setuju (KS)

Skala 3 = Cukup Setuju (CS)

Skala 4 = Setuju (S)

c. Customer satisfaction.

Variabel ini dikonseptualisasikan sebagai pengukuran

sejauh mana suatu tingkatan produk yang dipersepsikan sesuai

(55)

commit to user

38 diukur dengan menggunakan indikan-indikan yang menjelaskan

aspek:

1) kepuasan secara menyeluruh,

2) perbandingan tingkat kepuasan dengan harapan konsumen,

3) perbandingan tingkat kepuasan dengan persepsi handphone

yang ideal.

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah itemized

rating scale dengan rentang poin satu sampai empat (tidak setuju,

kurang setuju, cukup setuju, setuju).

Skala 1 = Tidak Setuju (TS)

Skala 2 = Kurang Setuju (KS)

Skala 3 = Cukup Setuju (CS)

Skala 4 = Setuju (S)

d. Brand Loyalty.

Variabel dikonseptualisasikan sebagai pengukuran

keterkaitan pelanggan kepada sebuah merk (lihat Lau and Lee,

1999). Indikator dari Brand Loyalty adalah :

1) Tingkat keterikatan konsumen terhadap pembelian ulang,

2) Tingkat keterikatan konsumen terhadap kesiapan membayar

tinggi,

3) Tingkat keterikatan terhadap pembelian jika di suatu tempat

Gambar

Gambar II.1
Gambar II.2 Piramida Loyalitas Merk
Tabel IV.1
Tabel IV.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

berpengaruh tidak signifikan terhadap Customer Loyalty, Experiential Marketing berpengaruh signifikan positif terhadap Customer Loyalty melalui Customer Satisfaction,

4.4.6 Pengaruh Brand Image Terhadap Customer Loyalty melalui Customer Satisfaction pada pelanggan Top Noodle House Express di Surabaya

Pengaruh yang besar pada model ini adalah pengaruh langsung brand awareness (0.434), brand preference (0.807), customer perceived value (0.464), satisfaction (0.740),

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Service Quality berpengaruh positif terhadap customer loyalty, Service Quality berpengaruh positif terhadap Customer Satisfaction,

Oleh karena itu penelitian ini menguji pengaruh brand love , brand image dan perceived value terhadap customer loyalty dan worth of mouth pada pengguna smartwatch Xiaomi

perceived switching cost, trust tidak berpengaruh positif terhadap customer loyalty, corporate image berpengaruh positif terhadap customer loyalty, perceived service

In addition, the Self Image Congruity, Customer Perceived Service Quality, and Customer satisfaction variables also have an influence on Repurchase Intention simultaneously; partially

Analisis Pengaruh Brand Identity, Brand Image, Brand Interaction, dan Brand Personality Terhadap Customer Satisfaction dan Pengaruhnya Terhadap Repurchase Intention Pada Kosmetik