• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

5 A. Definisi dan Pengertian

Stroke adalah keadaan dengan onset mendadak yang disebabkan oleh lesi-lesi vascular akut otak, seperti infark akibat pendarahan embolisme atau thrombosis, atau pecahnya aneurisma (Dorland, 2002). Stroke merupakan penyakit akibat gangguan peredaran darah otak yang dipengaruhi oleh banyak faktor risiko terdiri dari yang tidak dapat diubah berupa usia dan jenis kelamin dan yang dapat diubah seperti hipertensi, peningkatan kadar gula darah, dislipidemia, dan pekerjaan (Agreayu, et al 2012).

Stroke adalah gangguan aliran darah ke otak, mungkin hasil dari aneurisma, emboli atau thrombosis. Terjadi kecelakaan secara tiba-tiba pada pembuluh darah di otak, dapat dihasilkan gejala seperti hilangnya sensasi, fungsi motorik, gangguan bicara dan bahasa, masalah penglihatan dan intelektual atau gangguan emosional (Nicolosi, Harryman dan Kresheck, 2004).

Berdasarkan AHA (American Heart Association) (2015), stroke berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 yaitu: stroke hemoragik yaitu merupakan stroke yang disebabkan oleh pendarahan intraserebral atau perdarahan subarakhniod karena pecahnya pecahnya pembuluh darah otak pada area tertentu sehingga darah memenuhi jaringan otak. Stroke iskemik atau non hemoragik merupakan stroke yang disebabkan oleh suatu gangguan peredaran darah otak berupa obstruksi atau sumbatan yang menyebabkan hipoksia pada otak tetapi tidak sampai terjadi perdarahan.

Stroke mempunyai berbagai akibat, karena terdapat kontrol silang pada bagian hemisfer kiri dan hemisfer kanan maka stroke yang terdapat pada hemisfer kiri akan menyebabkan gangguan pada anggota badan sebelah kanan. Pada umumnya, kerusakan pada hemisfer kiri dapat mengakibatkan munculnya gangguan bahasa.

Gangguan yang timbul ditentukan oleh tempat dimana kerusakan terjadi. Gangguan bahasa yang disebabkan oleh stroke dinamakan Afasia (Bakti, 2013).

(2)

Gejala yang dapat ditimbulkan oleh Stroke salah satunya adalah Afasia. Menurut Dharmaperwira-Prins (2002) Afasia adalah gangguan bahasa perolehan yang disebabkan oleh cedera otak dan ditandai oleh gangguan pemahaman serta gangguan pengutaraan bahasa lisan maupun tertulis yang disebabkan oleh kerusakan pada otak yang mengganggu kemampuan seseorang untuk memahami, memproduksi, dan menggunakan bahasa. Hal ini mengimplikasikan bahwa daya ingat non verbal dan pemikiran pada dasarnya masih tetap utuh, tetapi pengungkapan pemikirannya melalui bahasa terganggu. Dalam arti yang lebih umum dapat mengganggu kemampuan untuk menghasilkan dan menggunakan sistem symbol (LaPointe, 2005).

Afasia tidak hanya berdampak pada kemampuan menulis, kemampuan berbicara, dan bahasa tubuh, akan tetapi juga notasi music, menceritakan atau menjelaskan waktu, operasi matematika, dan bahkan membedakan makna dari sumber yang menginformasikan melalui simbol seperti isyarat lalu lintas, sirine peringatan bahaya, atau hal-hal yang berhubungan dengan uang, mata uang, dan lain-lain (LaPointe, 2005).

Dapat dikatakan Afasia adalah kerusakan atau gangguan modalitas dan fungsi bahasa yang disebabkan karena luka di otak bagian hemisfer dominan bahasa yang berdampak pada komunikasinya, fungsi sosialnya, serta kualitas hidup diri dan kerabatnya. Afasia juga berkaitan dengan area sistem saraf yang berhubungan dengan pikiran, ingatan, proses kontrol informasi dan fungsi kognitif lainnya (Papathanasiou, Coppens & Potagas, 2013).

Salah satu jenis Afasia adalah Afasia Broca. Pada Afasia Broca penderitanya mengalami kesulitan dalam berbicara tidak lancar, ucapannya pendek, atau kata per kata. Keadaan tersebut dapat muncul dengan bermacam-macam gangguan seperti tidak dapat bicara sepenuhnya sampai kehilangan karakter (huruf) yang membuat mereka kesulitan mencari dan menemukan kata (Papathanasiou, Coppens & Potagas, 2013).

B. Etiologi

(3)

Afasia mempunyai berbagai faktor penyebab, antara lain:

Gangguan Peredaran Darah Otak (GPDO), penyebab GPDO ialah penghentian pengaliran darah ke sebagian otak. Penghentian ini dapat disebabkan oleh emboli, trombosis atau pendarahan. Karena itu bagian otak yang tidak memperoleh darah lagi lalu mati (nekrosis), mencair dan meninggalkan rongga yang dikelilingi jaringan parut yang dibentuk oleh sel-sel glia. Ganagguan Peredaran Darah Otak (GPDO) meliputi hemoragik dan non hemoragik. Hemoragik meliputi CVA (Cerebrovascular accident) sedangkan non hemoragik meliputi emboli,perdarahan otak dan trombosis (Darmaperwiraprins, 2002).

1. Hemoragik

Cerebrovascular accident (CVA)

Cerebrovascular accident (CVA) atau sejauh ini merupakan penyebab utama afasia. CVA atau serangan otak adalah gangguan peredaran darah di otak.

Otak harus mendapatkan perfusi oksigen dan glukosa secara kontinyu dari aliran darah. Jika nutrisi sel otak terganggu selama paling tidak 4 menit, kematian permanen neuron atau kerusakan neuron dapat terjadi. Bekuan darah, perdarahan, dan konstriksi pembuluh darah yang mencukupi kebutuhan otak merupakan tipe CVA yang sering terjadi. Penyebab penting kerusakan otak lainnya yang dapat menyebabkan afasia adalah traumatic brain injury (TBI).Pada afasia broca yang menyebabkan afasia broca meliputi operkulum frontal broadman 44 dan 45 (Satyanegara, 2010).Sedangkan menurut (ASHA, 2017) hemoragik yaitu pembuluh darah yang pecah yang merusak jaringan otak sekitarnya.

2. Non Hemoragik a. Emboli

Emboli yaitu penggumpalan darah yang terjadi di sistem peredaran darah, lalu terbawa ke otak dan kemudian menyumbat pembuluh darah di otak.

Gejala neurologis dapat terjadi secara mendadak dan tanpa peringatan.

b. Perdarahan Otak

Pendarahan otak biasanya disebabkan oleh tekanan darah tinggi, aneurisma yang pecah atau malformasi pembuluh darah, tetapi bisa juga disebabkan oleh pemakaian obat antikoalguan. Biasanya ada perdarahan intraserebral pendarahan dalam otak. Perdarahan pada umumnya terjadi

(4)

secara mendadak, tanpa ada peringatan, sering sewaktu bekerja.Gejala-gejala lain perdarahan itu adalah sakit kepala, rasa mual, muntah dan banyak yang pingsan.

c. Trombosis

Trombosis, penyumbatan pembuluh darah yang diakibatkan oleh perubahan dinding pembuluh, merupakan penyebab GPDO yang paling sering terjadi. Kejadian ini sering disebabkan oleh arteriosklerosis, tetapi juga oleh gangguan lain (misalnya peradangan). Trombus dapat terbentuk dalam beberapa menit, tetapi bisa juga dalam beberapa minggu, gejala klinis bisa muncul mendadak atau bertambah berat secara perlahan. Terkadang keadaan tadi dapat didahului oleh suatu serangan iskemia sepintas (SIS), yaitu penghentian aliran darah sementara, seolah sebagai tanda peringatan, melihat kembar atau ada perasaan mau jatuh, ataupun ada gangguan bicara dan gangguan motorik atau sensorik satu sisi.

3. Non Ganguan Peredaran Darah Otak (GPDO) a. Trauma

Trauma sering di klasifikasikan sebagai terbuka atau tertutup, tergantung dari rusak tidaknya tengkorak. Tingkat kehilangan kesadaran dan kurun waktu amnesia post-traumatik (APT) merupakan ukuran penting untuk menilai keparahan kerusakan otak.

Sebuah pukulan pada tengkorak dapat menyebabkan suatu kerusakan tepat di bawahnya, tetapi karena isi tengkorak terbentuk pada sisi lain (efek

‘contre-coup), maka di tempat itu pun sering terjadi kerusakan. Akibat luka tembakan atau bom telah di pelajari dengan cermat sejak Perang Dunia ke-2 dan telah banyak menyumbangkan teori-teori lokalisasi. Disini pun sering timbul akibat-akibat yang meluas di otak. Trauma dapat juga makin dikomplikasikan oleh perdarahan (hematom ekstra atau intraserebral).

b. Tumor Otak

Tumor otak (neoplasma kranial) sering berkembang dengan perlahan, sedangkan jaringan otak menyesuaikan diri dengan perubahan ini sehingga sering tumor itu baru menyebabkan gangguan pada stadium yang berikut.

(5)

Tumor dapat menyebabkan gangguan edema dan dapat menekan pembuluh darah.

c. Infeksi

Infeksi dengan akibat dari meningitis atau ensefalitis bisa mengakibatkan kerusakan otak. Dalam hal ini kehilangan daya ingat seringkali menutupi kemungkinan adanya afasia. Infeksi virus lain, seperti AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome), dapat juga menjadi penyebabnya.

C. Prevalensi

Dalam Tugas Akhir ini, penulis mengkaji tentang Afasia Broca dikarenakan prevalensi Afasia Broca terus meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh stroke. Insiden aphasia mengacu pada jumlah kasus baru yang diidentifikasi dalam periode waktu tertentu. Diperkirakan ada 80.000 kasus baru aphasia per tahun di Amerika Serikat (National Stroke Association, 2008). Aphasia mengacu pada jumlah orang yang hidup dengan afasia dalam periode waktu tertentu. National Institute of Neurological Gangguan dan Stroke (NINDS) memperkirakan bahwa sekitar 1 juta orang, atau 1 di 250 di Amerika Serikat saat ini, menderita afasia (NINDS, nd). Lima belas persen dari individu-individu di bawah usia 65 dengan aphasiapersentase ini meningkat menjadi 43% bagi individu usia 85 tahun dan lebih tua (Engelter et al, 2006). Tidak ada perbedaan yang signifikan telah ditemukan dalam kejadian afasia pada pria dan wanita. Namun, beberapa data menunjukkan perbedaan yang mungkin ada menurut jenis dan tingkat keparahan aphasia. Misalnya, Wernicke dan aphasia global lebih sering terjadi pada wanita dan aphasia Broca lebih sering terjadi pada pria (Hier, Yoon, Mohr, & Harga, 1994 National Aphasia Association, 2011).

Menurut American Heart Association (2013), pada tahun 2010, Stroke menduduki peringkat ke-3 sebagai penyebab kematian setelah jantung dan kanker. Di Amerika Serikat setiap 40 detik satu orang mengalami serangan stroke dan setiap 4 menit terdapat orang yang meninggal karena stroke. ASEAN Neurogical Association (ASNA) di tujuh negara ASEAN menunjukan hanya 15% dari penderita stroke di ASEAN yang mengalami afasia. Sedangkan sisanya, 95% mengalami gangguan fungsi motorik atau kelumpuhan. Di indonesia, jumlah penderita stroke 2013 diperkirakan sebanyak 12,1% (Kementrian Kesehatan RI, 2014). Berdasarkan Riskesdes (2018) prevalensi stroke 10,9 per mil, tertinggi di Provisi Kalimantan Timur (14,7 per mil),

(6)

terendah di Provinsi Papua (4,1 per mil). Adapun prevalensi kasus Afasia dalam kurun waktu bulan Januari-Maret pada tahun 2020 sebanyak 6 kasus kejadian, sehingga penulis mengambil judul Tugas Akhir Penatalaksanaan Terapi Wicara Pada Kasus Afasia Broca Post Stroke di RSUD Dr.Soetomo Surabaya pada tahun 2019 sebanyak 27 dari 275 pasien sehingga prevalensi pasien afasia sebanyak 12%.

D. Karakteristik

 Adapun karakteristik dari afasia menurut (ASHA, 2017) berikut ini:

1. Gangguan Pemahaman Verbal

a. Kesulitan menemukan kata-kata (anomia).

b. Berbicara dengan terbata-bata.

c. Berbicara dalam kata-kata tunggal (misalnya, nama benda).

d. Berbicara singkat, frase terfragmentasi.

e. Menghilangkan kata-kata yang lebih kecil seperti "dari" dan "itu" (bicara telegraphic).

f. Menempatkan kata-kata dalam urutan yang salah.

g. Mengganti suara dan atau kata-kata (misalnya, tidur disebut "tabel" atau pencuci piring ).

h. Membuat kata-kata (misalnya, jargon).

2. Gangguan Pendengaran Pemahaman a. Kesulitan memahami ucapan lisan.

b. Tidak bisa memberikan jawaban ya/tidak pada pertanyaan yang diberikan.

c. Gagal untuk memahami tata bahasa yang kompleks (misalnya, Anjing itu dikejar oleh kucing).

d. Membutuhkan waktu ekstra untuk memahami pesan-pesan lisan (misalnya, seperti menerjemahkan bahasa asing).

e. Sulit menemukan dan mengikuti bicara yang cepat (misalnya, radio atau berita televisi).

f. Salah menafsirkan tata bahasa (misalnya, mengambil makna literal dari bahasa kiasan seperti "Ini hujan kucing dan anjing").

g. Kurang menyadari akan kesalahan yang dilakukan.

3. Gangguan Pemahaman Membaca (Alexia) a. Kesulitan memahami bahasa tulis.

(7)

b. Kesultan mengenali beberapa kata dengan penglihatan.

c. Ketidakmampuan untuk mengucapkan kata-kata.

d. Mengganti kata-kata yang terkait untuk kata.

e. Kesulitan membaca kata (misalnya, kata-kata fungsi seperti untuk, dari).

4. Gangguan menulis (Agraphia)

a. Kesulitan menulis atau menyalin huruf, kata, dan kalimat.

b. Menulis satu kata saja.

c. Mengganti huruf atau kata-kata yang salah.

d. Menulis ejaan suku kata atau kata-kata yang tidak bermakna.

e. Menulis kalimat yang tidak masuk akal.

f. Menulis kalimat dengan tata bahasa yang salah

Dari karakteristik afasia diatas, dapat diketahui karakteristik Afasia Broca seperti; afasia yang timbul akibat kerusakan di daerah fronto-parietal di hemisfer kiri (daerah suprasylvis, baik operculum maupun insula). Afasia Broca ditandai dengan bicara spontan tidak lancar, kemampuan hubungan gramatikal terganggu, terdapat kesulitan dalam menemukan kata. Kemampuan meniru ucapan terganggu, mengulangi kata bersegmen satu atau dua mungkin masih bisa,tetapi mengulangi perkataan yang lebih sukar dan kalimat lengkap sangat terganggu. Membaca sambil bersuara menjadi sulit, terutama huruf, kata fungsi, kata panjang, kata yang jarang dipakai dan kalimat yang lengkap. Kemampuan menulis juga sangat terganggu. Pemahaman auditif dan membaca dengan pemahaman cenderung normal.

Afasia Broca mungkin adalah yang paling sering terjadi dan secara luas dikenal sebagai sindrom Afasia (Kertesz, 1982). Ciri utama pada penderita Afasia Broca meliputi ketidaklancaran, panjangnya ucapan yang berkurang/pendek, gangguan prosodi, dan artikulasi yang kaku/aneh.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis meneliti yakni: 1) Motivasi Yudas Iskariot dalam mengikut Yesus berdasarkan Injil Sinoptik. 2) Kerasulan Yudas ada

Untuk meningkatkan lingkungan kerja yang lebih baik pada PT Dhanarmas Concern, sebaiknya perusahaan memperhatikan semua hal yang berhubungan dengan lingkungan kerja

Setelah penulis melakukan penelitian tentang nilai-nilai pendidikan multikultural dalam kearifan lokal masyarakat Maluku berdasarkan hasil pengadaan atau pengumpulan

Selain mitos, ritual-ritual dan simbol-simbol yang mereka kenal, masyarakat primitif atau leluhur telah mengambil tindakan yang tepat dalam membangun

Sudirman (Pintu Tol Serang Timur) No. Pangeran Diponegoro No. Otto Iskandardinata No.. 307 Sukabumi Jawa Barat Hermina Sukabumi, RS Jl. Oen Solo Baru, RS Komp. Perumahan Solo

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah layanan Bimbingan Kelompok dengan teknik bermain peran dapat meningkatkan ketrampilan berbicara siswa kelas XI

Dalam tugas akhir ini penulis akan membahas perilaku yang digambarkan oleh tokoh-tokoh dalam komik Doraemon, baik yang mengandung nilai positif maupun sikap agresif anak yang

Hak keuangan dan Administratif Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Jeneponto telah diatur dengan Peraturan daerah Kabupaten Jeneponto