• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Kelapa Sawit 2.1.1 Botani Kelapa Sawit

Sawit termasuk ke dalam tanaman monokotil. Menurut Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2010) secara taksonomi kelapa sawit dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Ordo : Palmales

Famili : Palmaceae Sub–family : Cocoideae Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guineensis Jacq

2.1.2 Morfologi Kelapa Sawit a. Akar (Radix)

Kecambah kelapa sawit yang baru tumbuh memiliki akar tunggang, tetapi akar ini mudah mati dan segera diganika dengan akar serabut. Akar serabut memiliki sedikit percabangan, membentuk anyaman rapat dan tebal. Sebagian akar serabut tumbuh lurus ke bawah (vertikal) dan sebagian tumbuh mendatar ke arah samping (horizontal).

Jika aerisasi cukup baik, akar tanaman kelapa sawit dapat menembus kedalaman 8 meter di dalam tanah, sedangkan yang tumbuh kesamping bisa mencapai radius 16 meter. Keadaan ini tergantung pada umur tanaman,

(2)

sistem pemeliharaan, dan aerisasi tanah. Sistem perakaran seperti ini menyebabkan tanaman tidak mudah tumbang.

Disela-sela sel parenkim pada akar,ada ruangan-ruangan yang berisi udara dan saling dihubungkan oleh akar-akar udara. Di sekitar pangkal batang keluar akar-akar adventif yang menggantung. Jika sudah mencapai tanah, akar-akar adventif akan berubah menjadi akar biasa. Akar kelapa sawit mudah membusuk jika terlalu lama terendam air (Sastrosayono,2008).

b. Batang (Caulis)

Bakal batang disebut plumula (seperti tombak kecil), tanaman kelapa sawit berbatang lurus, dan tidak bercabang. Pada tanaman dewasa diameter kelapa sawit 45–60 cm. Bagian bawah batang biasanya lebih gemuk, disebut bonggol dengan diameter 60–100 cm. Sampai tanaman berumur 3 tahun batang belum terlihat karena masih tertutup pelepah yang belum ditunas. Kemudian batang mulai meninggi dengan kecepatan tumbuh 35–70 cm/tahun.

Batang kelapa sawit memiliki tiga lapisan:

1) Lapisan kulit luar, yang dibentuk perpanjangan basis daun dan terdiri dari jaringan fibrosa padat. Hal ini cukup tipis dan berwarna krem;

2) Lapisan perikel, ditemukan di dalam kulit dan berwarna keabu-abuan.

Ini adalah jaringan dari mana akar dibentuk pada pangkal batang dan di dalam lubang tanam; dan

3) Pusat silinder atau inti, yang terdiri dariikatan pembuluh padat terdiri dari jaringan floem dan xylem di sekitar parenkim.

Batang, tegak lurus dan terlihat seragam, apalagi jika bekas tunas daun danpendek akan menjadi pandangan yang indah. Putaran letak daun jelas terlihat pada tanaman yang tingginya diatas 1m diatas batang tumbuh tunas dan primorida daun dan bunga. Pada “giant tree” ukuran batang menjadi besar tapi tidak normal, bakal buah selalu aborsi, jika tidak perlu dirawat

(3)

lebih lanjut. Arah putaran pelepah ada yang ke kanan ada pula yang ke kiri.

Pangkal batang tempat akar tumbuh sampai ketinggian sekitar 25 cm diatas tanah. Batang aslinya tidak terlihat karena masih ditutupi oleh potongan pangkal pelepah. Namun sering juga dijumpai pada tanaman diatas 20 tahun, batang aslinya terlihat karena potongan pelepah mulai lapuk dan biasanya dibagian atas atau tengah (Hakim, 2007).

c. Daun (Folium)

Daun kelapa sawit terdiri dari beberapa bagian, sebagai berikut:

 Kumpulan anak daun (leaflets) yang mempunyai helaian (lamina) dantulang anak daun (midrib).

 Rachis yang merupakan tempat anak daun melekat.

 Tangkai daun (petiole) yang merupakan bagian antara daun dan batang.

 Seludang daun (sheath) yang berfungsi sebagai perlindungan dari kuncupdan memberikan kekuatan pada batang.

Dalam satu bulan akan terbentuk dua sampai tiga pelepah daun pada tanaman produksi sedang, sedangkan pada tanaman yang berproduksi tinggidalam waktu yang sama terbentuk tiga sampai empat pelepah daun. Untuk tanaman yang normal terdapat 45 sampai 55 pelepah daun, kadang-kadang sampai 60 pelepah jika tidak dipotong. Sisa pelepah yang dipotong akan melekat pada batang minimal 12 tahun. Umur daun dari mulai terbentuk sampai tua sekitar enam hingga tujuh tahun.

Letak pelepah daun pada batang menurut garis spiral yang bergerak dari kanan atas ke kiri bawah. Letak daun 1 hampir tepat sejajar pada spiral daun

(4)

ke-9,17, 25, 33 dan seterusnya atau spiral lain daun ke-2, 10, 18, 26, 34 dan seterusnya. Pola ini berlaku untuk daun ke-3,.4, 5 dan seterusnya.

d. Bunga (Flos)

Bunga kelapa sawit merupakan karangan bunga (inflorescence) yang berkelamain tunggal (uni sexual) dan berumah satu. Karangan bunga jantan dan betina terdapat pada ketiak daun (leaf axil). Bunga ini letaknya pada satu tandan yang disebut tandan bunga. Tandan bunga muncul sekitar tanaman berumur 3–4 tahun.

Setiap tandan bunga dibungkus oleh s

eludang, dan lapisan luar akan pecah lebih awal sebelum bunga membuka, sedangkan lapisan dalam membuka 1 –2 minggu sebelum bunga berkembang.

Tangkai bunga jantan cukup panjang, sehingga seluruh karangan bunga terletak diatas ketiak daun, sedangkan tangkai bunga betina agak pendek sehingga terjepit oleh ketiak daun.

e. Buah (Fructus)

Secara botani, buah kelapa sawit digolongkandari pericarp yang terbungkus oleh exocarp (atau kulit), mesocarp (yang secara salah kaprah biasa disebut pericarp) dan endocarp (cangkang) yang membungkus 1 –4 inti/karnel (umumnya hanya satu). Inti memiliki testa (kulit), endosperm yang padat, dan sebuah embrio. Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelepah. Kandungan minyak bertambah sesuai dengan kematangan buah. Setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan buah akan rontok dengan sendirinya.

(5)

Buah memiliki 3 lapisan:

 Eksoskarp, bagian kulit buah yang berwarna kemerahan dan licin.

 Mesoskarp, serabut buah.

 Endoskarp, cangkang pelindung inti.

Inti kelapa sawit merupakan endosperm dan embrio dengan kandungan minyak inti berkualitas tinggi. Berdasarkan tebal tipisnya tempurung sangat tebal, dibedakan menjadi 3, yaitu:

1) Dura, yaitu kelapa sawit yang memiliki cangkang tebal, sekitar 3-5 mm

2) Tenera, yaitu kelapa sawit memiliki tebal cangkang sedang, sekitar 2-3 mm

3) Pisifera, yaitu kelapa sawit yang memilki cangakang yang tipis

f. Biji

Biji terdiri dari atas beberapa bagian penting. Biji merupakan bagian yang telah terpisah dari daging buah dan sering disebut sebagai noten atau nut yang memiliki berbagai ukuran tergantung tipe tanaman. Biji terdiri atas cangkang embryo dan inti atau Endosperm. Embrio panjangnya 3 mm berdiameter 1,2 mmberbentuk silinderis seperti peluru dan memiliki 2 bagian utama. Bagian tumpul permukaannya berwarna kuning dan bagian lain agak tajam berwarna putih. Pada proses perkecambahan embrio ini diperiksa dilabolatorium sebelum perlakuan pemanasan untuk melihat persentase normal (Lubis, 2008).

2.2 Syarat Tumbuh

Kelapa Sawit adalah tanaman hutan yang dibudidayakan sehingga tanaman ini memiliki daya adaptasi dan respon yang baik sekali terhadap kondisi lingkungan hidup, kultur teknis ataupun perlakuan yang diberikan. Seperti tanaman budidaya lainnya maka kelapa sawit membutuhkan kondisi tumbuh yang baik agar potensi produksi dapat dikeluarkan secara maksimal.

(6)

2.2.1 Iklim

Kelapa sawit dapat tumbuh demgam baik pada daerah tropika basah kawasan khatulistiwa di sekitar 12 derajat lilntang Utara – Selatan dengan kelas iklim Af dan Am menurut sistem klasifikasi Koppen, maupun kelas iklim A, B dan C menurut sistem klasifikasi Schmidith & Ferguson pada ketinggian (evalasi) 0 – 500 m dari atas permukaan laut (dpl). Pengetahuan tentang persyaratan iklim untuk tanaman kelapa sawit telah diketahui dari berbagai pustaka yang dideduksi dari observasi selama bertahun-tahun pada berbagai lokasi. Jumlah curah hujan yang baik (optimum) untuk tanaman kelapa sawit adalah 2.000 – 2.500 mm/tahun, hal yang terpenting adalah tidak terdapat defisit air 250 mm asal saja jumlah hari hujan setahun tidak terlalu banyak misalnya tidak lebih dari 180 hari.

2.2.2 Tanah

Kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti podsolik, latosol, hidromorfik kelabu (HK), regosol, andosol, organosol, dan alluvial. Sifat fisik tanah yang baik untuk kelapa sawit adalah (Kudadiri dkk, 1982;Pengudijatno dan Purba, 1987;Purba dan Lubis, 1977a) :

- Solum tebal 80 cm. Solum yang tebal merupakan media yang baik bagi

perkembangan akar sehingga efisiensi penyerapan hara tanaman akan lebih baik.

- Tekstur ringan, dikehendaki memiliki pasir 20 – 60 %, debu 10 – 40%, liat 20 – 50%.

- Perkembangan struktur baik, konsistensi gembur sampai agak teguh dan permeabilitas sedang.

- pH tanah sangat terkait pada ketersediaan hara yang dapat diserap oleh akar.

Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH 4,6 – 6,0 namun yang terbaik adalah 5 – 5,5.

- Kandungan unsur hara tinggi.

(7)

2.2.3 Potensi Lahan

Dari berbagai unsur kemampuan lahan yang terpenting adalah iklim topografi, keadaan fisik dan kimia lahan, erosi, drainase, dan faktor penting lainnya disusun suatu klasifikasi kemampuan lahan. Tujuan disusunnya klasifikasi ini adalah :

- Agar sebelum maupun sesudah operasi pembukaan lahan, telah diketahui hambatan-hambatan yang akan timbul (berasal dari sumber daya alam)

- Agar pengusaha mengetahui potensi lahannya untuk penyusunan perencanaan produksi, perencanaan pabrik, pemasaran dan lain-lain.

2.3 Pembibitan

Pembibitan merupakan awal kegiatan lapangan yang harus dimulai setahun sebelum penanaman di lapangan. Penjadwalan yang tepat perlu dilakukan karena keterbatasan yang mungkin dialami seperti kesedian kecembah oleh pemasok, musim tanam, ketersediaan tenaga lain-lain. Namun jika kesiapan ini masih diragukan dalam pembibitan maka dapat dipillih model “double stage”karena dengan cara ini kita masih ada peluang menyiapakannya 3 – 4 bulan lagi asal persiapan “Pre Nursery” sudah lengkap. Jadwal ini harus dijaga seketat mungkin agar bibit tidak terlambat ditanam pertumbuhannya normal dan bibit dalam kondisi prima ketika akan dipindah tanam ke lapangan. Baik pembibitan pendahuluan (awal) maupun pembibitan utama memerlukan lokasi yang baik dan aman. Hal-hal berikut perlu mendapat perhatian.

- Dekat dari sumber air, tersedia sepanjang tahun namun tidak kebanjiran waktu musim hujan.

- Dekat dari pengawasan dan mudah dikunjungi. Harus bebas dari gangguan ternak, hewan liar dan lain-lain.

- Areal datar dan tidak tergenang air.

2.3.1 Pembibitan Awal (Pre Nursery)

(8)

Agar bibit dapat diletakan dengan baik dan teratur maka perlu dibuat bedengan berpagar kayu, bambu, papan dengan lebar 1,60 m x 20 m tiap bedengan dan jarak tiap bedengan 0,80 m yang akan dipergunakan sebagai jalan atau parit drainase. Letak bedengan harus lebih tinggi dari permukaan tanah agar air dapat mengalir ketempat pembuangan. Tiap bedengan dengan ukuran tersebut dapat memuat 20x200 = 4.000 kantong. Cara lainnya adalah dengan secara bertahap mengurangi naungan agar bibit tersebut pada umur 2,5 bulan mampu menahan cahaya matahari.

Untuk mempermudah pergerakan pekerja maka atap pelindung hendaknya diletakkan lebih tinggi (1,76 m dari atas tanah). Sebelum bahan atap pelindung (daun kelapa, kelapa sawit, aren, nipah, alang dan sebagainya) dipergunakan perlu dibersihkan atau dibebaskan dari hama atau penyakit yang dapat menular pada bibit kelapa sawit di bawahnya.

Bibit ditanam pada kantong plastik kecil yang telah diisi tanah. Kantong ini berukuran 14 x 22 cm rata denga tebal 0,10 mm. Bagian bawah diberi berlobang beberapa jenis mulai dari bagian tengah mengelilingi kantong tersebut. Kecambah ditanam dengan plumula ke atas dan radikula ke bawah sedalam 2 – 3 cm ditengah kantong dan kemudian ditutup kembali. Biasanya 7 - 10 hari plumula sudah muncul. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari pagi dan petang dimana diperlukan air 0,25 – 0,50 liter/bibit. Penyiraman dilakukan dengan hati-hati agar kecambah atau bibit tidak terbongkar. Bibit muda ini memerlukan pupuk agar tumbuh lebih baik.

2.3.2 Pembibitan Utama (Main Nursery)

Pembibitan ini memerlukan lahan yang lebih luas karena bibit ditanam pada jarak yang lebih besar. Pembibitan harus terbuka bebas dari gulma dan tertawakal dari gangguan hewan liar, ternak dan lain-lain. Sistem penyiraman

(9)

apa yang harus digunakan perlu dipertimbangkan sebaik-baiknya sebelum diputuskan. Hal tersebut antara lain:

- Berapa luas pembibitan yang akan dibangun dan berapa lama atau berapa tahun akan digunakan.

- Keadaan areal pembibitan tersebut apakah rata atau bergelombang.

- Berapa jauh sumber air (sungai atau kolam air) dari pembibitan. Jika cukup dekat penggunaan sprinkler mungkin lebih baik.

- Adanya persediaan tenaga yang ada.

- Berapa debit air yang tersedia terutama pada musim kemarau.

- Selanjutnya tentu akan perlu diperhitungkan berapa biaya perpokok bibit, dengan memperhitungkan jenis sprinkler yang akan digunakan beserta pompa dan jaringannya, tenaga kerja, perawatan, penyusutan dan lain-lain.

Bibit ditanam pada kantong plastic khusus (black polythene) yang tebalnya 0,20 m yang diberi berlobang berkeliling mulai dari bagian tengah sebnayak 3 baris berjarak 5 cm. Lobang ini berdiameter 0,30 cm diperlukan untuk mengalirkan air yang berlebihan sewaktu penyiraman agar tidak menggenang dalam kantongan plastic. Mutunya harus baik dan diperhitungkan harus tahan 10 – 12 bulan. Jarak tanam (jarak peletakan antar kantongan) yang umum dipakai adalah 90 x 90 x 90 cm atau dalam 1 ha berisi sebanyak 12.000 bibit.

Hal ini dapat dipakai jika bibit akan ditanam lebih muda (10 bulan) dan persiapan dilapangan dapat dijamin tepat waktunya (Lubis, 2008).

2.3.3 Pemeliharaan Pembibitan

Pemeliharaan dalam pembibitan kelapa sawit adalah faktor penting untuk menentukan keberhasilan yang dapat dilakukan meliputi sebagai berikut : a. Penyiraman

Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Jika air penyiraman mengandung banyak endapan, gunakan bak pengendapan dan peralatan penyaringan yang sesuai.

(10)

b. Pengendalian Gulma

Gulma yang tumbuh di kantong polybag perlu disiang secara manual dengan rotasi 2 minggu sekalil. Penyiangan juga ditujukan untuk mencegah pengerasan permukaan.

c. Pemupukan

Pemupukan dilakukan menggunakan urea atau pupuk majemuk dengan konsentrasi 0,2% atau 2 g/l air. Frekuensi pemberian pupuk seminggu sekali (PPKS).

2.4 Biochar

Biochar merupakan bahan padatan kaya karbon yang terbentuk melalui proses pembakaran bahan organik atau biomassa tanpa atau dengan sedikit oksigen (pyrolisis) pada temperatur 250-500°C. Berbeda dengan bahan organik, biochar stabil selama ratusan hingga ribuan tahun bila dicampur ke dalam tanah dan mampu mensekuestrasi atau mengikat karbon dalam tanah (Lehmann 2007;

Renner 2007; Fraser 2010;).

Sumber bahan baku biochar terbaik adalah limbah organik khususnya limbah pertanian. Potensi bahan baku biochar tergolong melimpah yaitu berupa limbah

sisa pertanian yang sulit terdekomposisi atau dengan rasio C/N tinggi.

Di Indonesia, potensi penggunaan biochar sangat besar mengingat bahan bakunya seperti tempurung kelapa, sekam padi, kulit buah kakao, tempurung kelapa sawit, tongkol jangung, dan bahan lain yang sejenis, banyak tersedia.

Beberapa sumber biochar (1) proporsi sekam padi adalah 16-28% dari jumlah gabah kering giling; (2) proposi tempurung dari buah kelapa sebesar 15-19%; (3) proporsi tempurung kelapa sawit 6,4% dan produksi tandan buah segar (TBS);

dan (4) proposi tongkol jagung 21% dari bobot tongkol kering (Nurida,dkk., 2015).

2.4.1 Pembuatan Biochar

(11)

Kayu dan limbah pertanian yang mengalami pembakaran tanpa oksigen akan menghasilkan biogas dan hydrogen (keduanya dapat dijadikan bahan bakar), bio-oil yang dapat diperbaharui, dan arang (char) yang sebagian besar terdiri atas karbon. Arang yang dihasilkan ini disebut biochar atau arang hayati yang sebagian besar dihasilkan dari limbah pertanian atau perkebunan.

Biochar dapat dihasilkan dari sistem pyrolisis atau gasifikasi. Pada sistem pyrolysis biochar yang dihasilkan sebagian besarnya dalam ketiadaan oksigen dan paling sering dengan sumber panas dari luar, sedangkan pada gasifikasi hanya sedikit biochar yang dihasilkan. Produksi biochar yang optimal adalah pada keadaan tanpa oksigen.

Berbagai cara pembuatan biochar telah tersedia dari yang tradisional sampai yang paling maju. Bahkan pengintegrasian pembuatan biochar dari produksi bioenergi dan bio-oil akan meningkatkan nilai tambah dari pemanfaatan biomassa tanaman, termasuk residu tanaman dan limbah pertanian. Cara mana yang paling baik digunakan bergantung pada sumber daya yang tersedia dan skala usaha di daerah pengembangan (Gani, 2009).

2.4.2 Manfaat Biochar

Penambahan biochar juga dilaporkan mampu meningkatkan pH tanah dan kapasitas tukar kation (KTK) tanah. Peningkatan KTK tanah dengan penambahan biochar akan meminimalkan resiko pencucian kation seperti K+

dan NH4 + (Yamatodkk, 2006; Novak dkk. 2009).

Hasil penelitan Santi (2017), biochar asal cangkang kelapa sawit memiliki kadar C-organik 30,4% dengan pH 7,3 dan kadar logam berat yang dikatagorigan rendah, di bawah ambang baku mutu standardisasi biochar yang ditetapkan oleh Internasional Biochar Initiative (IBI). Aplikasi biochar dapat meningkatkan

(12)

pertumbuhan bibit kelapa sawit pada media tanam Lithuc Hapludults. Biochar dapat meretensi hara, karbon organik, serta meningkatkan nilai KTK. Kombinasi pemberian biochar sebanyak 150 gram per bibit dengan 75% dosis pupuk NPK- Mg menghasilkan bobot kering bibit dan kadar hara N paling tinggi. Perlakuan ini juga mampu mempertahankan kadar C-organik dan KTK dalam tanah Lithuc Hapludults lebih baik dari pada perlakuan pupuk NPK-Mg saja (kontrol).

Beberapa manfaat biochar antara lain :

1. Sebagai bahan ameliorasi ke dalam tanah dapat meningkatkan total organik karbon.

2. Dapat memperbaiki sikurlasi air dan udara di dalam tanah.

3. Dapat merangsang pertumbuhan akar, dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan hayati tanah.

4. Membantu menurunkan kekerasan tanah-tanah berliat dan mempertinggi kemampuan pengikat air tanah, sehingga berpengaruh terhadap peningkatan aktivitas mikroorganisme tanah.

5. Dalam tanah, biochar berperan sebagai rumah untuk mikroorganisme.

6. Dapat meningkatkan nilai pH (bila tanah asam) dan menurunkan pH (bila tanah basa), meningkatkan KTK tanah, dan populasi mikroba pendegradasi pencemar.

7. Biochar tempurung kelapa, sekam padi, tongkol jagung dan tandan kosong kelapa sawit yang diketahui memiliki daya serap tinggi dan mampu menyerap/mengikat pencemar residu pestisida.

8. Biochar yang berasal dari tempurung kemiri sebagai komponen media tumbuh dapat meningkatkan secara nyata pertumbuhan tinggi, diameter batang, dan biomassa tanaman kelapa dan kemiri yang dapat dimanfaatkan sebagai briket atau arang.

(13)

9. Begitu juga dengan cangkang biji karet, mengingat komponen kendaga tersusun oleh selulosa yang memiliki kandungan karbon yang cukup dan dapat dijadikan sebagai biochar (Hutapea, dkk, 2015).

2.5 Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS)

Limbah padat tandan kosong kelapa sawit (TKKS) di Indonesia diperkirakan mencapai 2,7 juta ton pada tahun 1999, limbah ini berpotensi untuk bermanfaatan menjadi produk-produk yang bernilai ekonomi lebih tinggi. Salah satu pemanfaatan TKKS adalah sebagai pupuk (bahan pembenah tanah).

Aplikasi TKKS secara langsung sebagai mulsa di perkebunan kelapa sawit secara umum dapat meningkatkan kadar N, P, K, Ca, Mg, C-organik, dan kapasitas tukar kation (KTK) tanah. Peningkatan hara tanah ini diikuti dengan peningkatan produksi tandan buah segar (TBS). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa peningkatan produksi TBS yang diperoleh dari aplikasi TKKS sebagai mulsa pada beberapa jenis tanah berkisar antara 10 – 34% (Darmosarkoro dan Rahutomo, 2000). Secara ekonomis, aplikasi TKKS sebagai mulsa di perkebunan kelapa sawit memberikan tambahan pendapatan sekitar 34% dibandingkan dengan pemupukan biasa. Salah satu kendala aplikasi TKKS secara langsung adalah biaya transportasi per unit hara yang cukup tinggi.

Dalam aplikasi TKKS, dosis pemupukan pupuk konvensional tetap dilakukan sesuai standart. Penentuan dosis pemupukan pada tahun kedua yang didasarkan pada beberapa faktor, diantaranya kadar hara daun dan kondisi tanaman yang secara tidak langsung mencerminkan efektivitas aplikasi TKKS yang telah dilakukan. Besarnya pengurangan dosis pupuk yang diberikan pada tahun berikutnya mencapai 25 – 40% tergantung pada londisi lahan dan tanamannya.

Pengurangan dosis ini terlihat pada dosis rekomendasi (PPKS).

(14)

2.6 Zeolit

Zeolit merupakan material yang memiliki banyak kegunaan. Batuan zeolit adalah mineral alami berbahan dasar kelompok alumunium silikat yang berwarna abu- abu sampai kebiru-biruan. Zeolit alam terbetuk karena adanya proses kimia dan fisika yang kompleks dari batu-batuan yang mengalami berbagai macam perubahan di alam. Para ahli geokimia dan mineralogy memperkirakan bahwa zeolit merupakan produk gunung berapi yang membeku menjadi batuan vulkanik, batuan sedimen dan batuan metamorfosa yang selanjutnya mengalami proses pelapukan karena pengaruh panas dan dingin sehingga akhirnya terbentuk mineral-mineral zeolit (Setyawan, 2002).

Jenis zeolit alam dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu :

a. Zeolit yang terdapat diantara celah–celah batuan atau diantara lapisan batuan zeolit.

b. Zeolit yang berupa batuan hanya sedikit jenis zeolit yang berbentuk batuan.

Manfaat zeolit pada tanah dapat membenahi kondisi tanah (fisik, kimia, dan biologi tanah), meningkatkan hara tanaman dan KTK, peningkatan kalsium (Cu), kalium (K), dan penurunan alumunium (Al). Zeolit dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas produk, mempercepat pertumbuhan tanaman, meningkatkan ketahanan tanaman terdapat hama dan penyakit, mengefisienkan penggunaan pupuk (Al-Jabri, 2008).

Hasil penelitian penggunaan zeolit lainnya, aplikasi zeolit pada tanaman kelapa sawit menunjukkan bahwa pemberian zeolit umumnya mampu meningkatkan kandungan hara dalam tanah dan kapasitas tukar kation tanah (Gusyana, 2011)

Penggunaan zeolit di perkebunan yaitu permberian zeolit dalam dosis tinggi. Di atas 1 ton per hektar, dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.

Aplikasi zeolit yang diikuti pemberian pupuk anorganik dan organik. Areal

(15)

pertanaman sawit paling banyak mengalami degradasi tingkat kesuburan tanah dapat disebabkan oleh tingginya produktivitas sawit, juga disebabkan oleh nutrisi pupuk yang hilang karena terlarut melalui resapan air. Dapat juga terjadi karena perubahan cuaca, tanah tidak terawat, aerasi tanah tidak diperbaiki, dan tanah tidak lagi mengandung umsur mikro (Nursanti dan Qamaruddin, 2018).

Referensi

Dokumen terkait

Hasan Sadikin Bandung penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang  pemeriksaan  Ankle joint  pada kasus trauma dan patah tulang terbuka yang akan disajikan dalam

Penelitian yang dilakukan oleh Rescyana pada tahun 2012 dengan judul “ Pengaruh Dividend Per Share, Return On Equity, dan Net Profit Margin Terhadap Harga Saham Perusahaan

Meskipun KLBF dapat mempertahankan margin laba kotor di kisaran 30%, laba kotor divisi distribusinya turun 9% dari Rp488 miliar pada 2Q16 menjadi Rp442 miliar pada

Penting untuk diingat bahwa mingguan Alkitab sebagai sebuah unit waktu yang ditetapkan di dalam kitab Kejadian pasal 1, hanya terdiri dari tujuh hari: enam hari kerja diikuti

Dengan hanya melibatkan sebagian saja maka ada dua hal terkait dengan analisis yang kurang menguntungkan yaitu (1) tidak semua pengaruh utama dan interaksi dapat

keuangan dan akibat dari kebijakan pemerintah Belanda yang melarang terbitnya majalah Pembela Islam. 6 Walaupun majalah Pembela Islam dilarang terbit kembali, namun

Statistik inferensial digunakan untuk membuktikan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini. Pada tahap ini akan dilakukan uji perbedaan dan pengaruh rata-rata

Saya menjadikan Laptop Acer sebagai pilihan pertama saya dalam memilih Laptop dibandingkan dengan produk lain yang sejenis.. Saya merasa