• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian Pembelajaran Keterampilan Berbahasa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian Pembelajaran Keterampilan Berbahasa"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

8 2.1 Pembelajaran Keterampilan Berbahasa

2.1.1 Pengertian Pembelajaran Keterampilan Berbahasa

Kelas berbahasa distrukturkan dengan cara-cara yang memberikan berbagai kesempatan kepada para peserta didik untuk berinteraksi dan belajar bahasa dan berlatih secara mekanis hingga situasi otentik (Ghazali, 2010: 1). Keterampilan berbahasa peserta didik biasanya dimulai dengan cara berinteraksi dengan guru atupun dengan teman.

Guru dapat merencanakan aktivitas-aktivitas bahasa sehingga para peserta didik dapat berpartisipasi dalam macam-macam situasi interaksi, dengan melaksanakan sejumlah fungsi-fungsi bahasa yang mencerminkan komunikasi pengajaran dan komunikasi alami (Van Lier, 1982: 10). Peserta didik dapat terlibat dalam percakapan dengan temannya dan guru memberikan topik kepada peserta didik, yang memungkinkan peserta didik bekerja berdasarkan teks, berpartisipasi dalam situais bermain peran, serta dalam aktivitas pemecahan permasalahan. Dalam pembelajaran keterampilan berbahasa tugas guru juga dapat mengarahkan seluruh kelas dengan memilih topik, dengan mengendalikan dan mengelola jalannya percakapan, atau dengan mengarahkan latihan-latihan komunikasi untuk mengilustrasikan masalah tata bahasa (Savignon dalam Ghazali, 2010: 11).

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran keterampilan berbahasa merupakan suatu proses peserta didik untuk

(2)

harus memiliki kesempatan berani mengungkapkan perasaan pribadi, memberikan dan memperoleh informasi, dan meminta para peserta didik lain untuk mengadopsi jalannya tindakan. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk merumuskan, memperkuat, dan menolak hipotesis-hipotesis tentang struktur gramatikal dan makna bahasa yang dipelajari.

Rencana kegiatan pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbicara yang diperoleh dari guru berupa bahan pengajaran yang dirancang dan disusun oleh guru itu sendiri yang paling mengetahui kemampuan, bakat, minat, dan kebutuhan peserta didiknya (Djago Tarigan dan Tarigan, 1998: 87). Materi yang dipersiapkan juga dilengkapi pula dengan tuntutan kurikulum. Kemudian perlu pula menelaah berbagai buku teks sebagai sumber penyusunan bahan pengajaran.

Rencana pembelajaran bahan harus relevan dengan tujuan pengajaran yang menarik dan merangsang kreatifitas peserta didik. Sebelum disampaikan ke peserta didik bahan itu disusun secara sistematis, bertahap, berjenjang. Bahan yang dimaksud juga melalui perkembangan dari bahan yang sebelumnya agar terciptanya inovasi baru, menyeluruh dan utuh sesuai kemampuan peserta didik.

Hubungan teori keterampilan berbahasa dan rancangan pelaksanaan pembelajaran berbahasa berkaitan dengan aspek berbicara sehingga digunakan untuk proses pembelajaran berbicara di sekolah.

2.1.2 Macam-macam Pembelajaran Keterampilan Berbahasa

Pembelajaran keterampilan berbahasa, terbagi menjadi empat keterampilan yaitu keterampilan menyimak, berbicara, menulis, dan membaca (Saddhono dan Slamet, 2014: 5). Sehubungan dengan penggunaan bahasa, dari keempat

(3)

keterampilan yang disebutkan memang saling berhubungan. Dalam kegiatan belajar mengajar, pengajar diharuskan untuk mampu berinovasi dan menciptakan hal baru untuk kegiatan pembelajaran agar peserta didik dapat berkomunikasi dengan baik.

a. Keterampilan Menyimak

Keterampilan menyimak adalah kegiatan pertama saat pemerolehan bahasa.

Hal ini dikarenakan seseorang mulai memahami apa yang akan dilakukan dengan cara mendengarkan kemudian menyimak. Dari keempat keterampilan berbahasa tersebut, selalu urutdan dimulai dari kegiatan menyimak, kemudian dapat membaca dan menulis, dan yang tahap terahir yaitu mampu berbicara.

b. Keterampilan Membaca

Keterampilan membaca adalah kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu dengan beberapa tahap (Burns dalam Saddhono, 2014: 7). Seorang pembaca juga terampil untuk memahami suatu gagasan, dan informasi yang disajikan dalam bentuk lisan.

c. Keterampilan Menulis

Keterampilan menulis yaitu menggambarkan lambang grafis dari suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang grafis tersebut dalam bentuk tulisan (Bryne dalan Saddhono, 2014: 8).

Dalam kegiatan menulis, pengarang menggunakan bahasa tulis sebagai ungkapan perasaan dan pikiran secara menarik sehingga mampu memikat para pembaca.

Dari kegiatan menulis, maka seseorang dapat mengaplikasikan pemahaman dalam bentuk yang tertulis sehingga dapat dibaca orang banyak.

(4)

d. Keterampilan Berbicara

Keterampilan berbicara yaitu suatu proses berkomunikasi, dan terjadi pemindahan pesan dari satu pihak (komunikator) ke pihak yang lain (komunikan).

Pesan yang akan disampaikan kepada komunikan lebih dahulu diubah ke dalam simbol-simbol yang dipahami oleh kedua belah pihak (Abd. Ghofur dalam Ghazali, 2014: 10). Keterampilan menyimak dan berbicara yaitu dua kegiatan komunikasi yang berkaitan dan terjadi langsung karena terdapat proses mendengarkan kemudian menyimak dan merespon menggunakan tutur kata.

Sujanto (1988: 189) menyatakan bahwa, keterampilan berbicara adalah salah satu bentuk komunikasi yang berbeda dan keguanaannya penting dalam kehidupan bermasyarakat karena interaksi langsung dengan orang banyak. Keterampilan berbicara berfungsi sebagai alat untuk berkomunikasi lawan bicaranya mengenai topik pembahasan.

2.2 Pembelajaran Keterampilan Berbicara

2.2.1 Pengertian Pembelajaran Keterampilan Berbicara

Menurut M. Bygate dalam Ghazali (2010: 247) keterampilan berbicara mengharuskan seseorang menggagas apa yang akan dikomunikasikan, dengan cara yang dipahami oleh lawan biacaranya dengan maksud yang akan disampaikan. Pembelajaran keterampilan berbicara tidak dapat dimiliki semua orang, ada beberapa orang yang kurang beruntung sehingga tidak dapat terampil dalam berbicara. Untuk mencapai tujuan dan dapat terampilan berbicara, seseorang harus berlatih dan mendapatkan pengarahan sehingga terbiasa (Maidar G. Arsjad dan Mukti U.S, 1998: 1).

(5)

Peserta didik dalam menuntut pelajarannya dituntut juga untuk mampu berbicara, mereka harus dapat menyatakan dan mengutarakan pernytaan- pernyataan. Peserta didik haru sdapat mengutarakan kemampuannya dalam berbagai hal melalui berbagai cara pula, antar lain melalui berbicara (Djago Tarigan dan Tarigan, 198: 87).

Pembelajaran keterampilan berbicara yaitu mengasah kemampuan peserta didik untuk mampu mengungkapkan perasaan dan pikiran, selain itu juga bertujuan untuk berani berinteraksi antar teman atau dengan guru. Sekolah memberikan fasilitas berupa kebebasan kepada guru untuk melatih dan mengolah pembelajaran yang menarik sehingga peserta didik dengan mudah mengikuti kegiatan proses belajar mengajar.

2.2.2 Tujuan Pembelajaran Keterampilan Berbicara

Tujuan dari pembelajaran keterampilan berbicara yaitu melatih peserta didik agar mampu berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku baik secara lisan maupun tulisan. Dalam berbicara kita harus menetapkan tujuan yang ingin dicapai setelah kegiatan berbicara selesai (Depdikbud dalam Faizah, 2016: 8).

Pembelajaran keterampilan berbicara pada dasarnya adalah untuk melatih peserta didik mampu berbicara atau mengungkapkan gagasan dan ide di depan umum serta berdiskusi dengan cara bertukar pikiran antar peserta didik. Henry Guntur Tarigan (2008: 17) menyatakan bahwa pembicara mempunyai beberapa maksud, yaitu: memberitahukan, melaporkan, menjamu, dan mengajak.

(6)

Berkomunikasi dengan tujuan agar dapat mengutarakan oposisi yang ada, sehingga seseorang dapat memahami maksud yang disampaikan terhadap lawan bicaranya dan harus mengetahui prinsip yang melatarbelakangi adanya topik pembicaraan dalam komunikasi dua orang maupun lebih . Mudini, dkk (2009: 4) berpendapat bahwa “secara umum tujuan pembicaraan adalah sebagai berikut: 1) mendorong atau menstimulasi. 2) meyakinkan, 3) menggerakan, 4) menginformasikan dan 4) menghibur”. Dari pernyataan di atas tujuan dari berbicara yaitu untuk menyampaikan informasi kepada penyimak.

Kegiatan berbicara yaitu menjelaskan intisari yang disampaikan untuk memahami maksud tertentu kepada lawan bicaranya secara langsung (Mulgrave dalam Suharyanti, 2011: 6). Jadi berbicara bukan hanya pengucapan bunyi atau rangkaian kata untuk menyampaikan pesan kepada pendengar yang disusun sedemikian rupa agar pendengar paham apa yang kita sampaikan. Dapat disimpulkan bahwa tujuan dari aspek berbicara untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara lisan. Dalam pembelajaran aspek berbicara peserta didik didorong untuk berlatih membangun makna dan mengkomunikasikannya secara lisan.

2.2.3 Indikator Pembelajaran Keterampilan Berbicara

Maidar G. Arsjad, Mukti U.S (1998:1) mengatakan bahwa kemampuan berbicara secara formal tidak dimiliki oleh semua individu. Dalam kegiatan pembelajaran keterampilan berbicara ada tujuh indikator pencapaian kompetensi yaitu sebagai berikut.

a. Mengidentifikasi rancangan permasalahan

(7)

b. Mengembangkan permasalahan/isu dari sudut pandang yang dilengkapi dengan argumen dalam berdebat

c. Memberikan tanggapan baik berupa kelebihan atau kekurangan terhadap pihak- pihak pelaksana debat

d. Menyatakan pernyataan sikap (mendukung atau menolak) dengan pihak pelaksana debat

e. Menarik kesimpulan dari topik permasalahan yang perdebatkan f. Mengevaluasi pelaksanaan debat

2.3 Metode dan Langkah-langkah Pembelajaran Keterampilan Berbicara 2.3.1 Metode Pembelajaran Keterampilan Berbicara

Menurut Tarigan (2008: 26-28) menyatakan bahwa metode pembelajaran merupakan upaya guru dalam proses pembelajaran agar peserta didik mampu memahami dan mencapai tujuan pembelajaran. Dari pengertian tersebut, metode dalam penyampaian keterampilan berbicara terdiri dari empat metode.

a. Penyampaian Mendadak

Penyampaian secara mendadak adalah metode penyampaian dari seseorang yang bukan salah satu bagian yang mengikuti kegiatan bericara tapi diizinkan untuk menyatakan gagasan.

b. Penyampaian Tanpa Persiapan

Penyampaian tanpa persiapan adalah metode penyampaian seseorang tanpa perisapan khusus tetapi hanya beberapa ide-ide utama yang dibantu oleh catatan- catatan kecil. Dalam hal ini berbicara tidak hanya terpaku pada catatan, tetapi dapat mengembangkan penyajian dengan bahasa yang baik dan mudah dipahami.

(8)

c. Penyampaian dari Naskah

Penyampaian dari naskah adalah metode penyampaian seseorang melalui naskah. Tetapi penyaji harus sesedikit mungkin untuk melihat naskah dan melihat kearah pendengar sesering mungkin. Penyampaian melalui naskah biasanya digunakan oleh penyiar radio dan televisi.

d. Penyampaian dari Ingatan

Penyampaian dari ingatan adalah metode penyampaian seseorang dengan lengkap dan memusatkan seluruh perhatian pada ide sehingga dapat komunikasi langsung dari pikiran dan perasaannya.

2.3.2 Langkah-langkah Pembelajaran Keterampilan Berbicara

Menurut Tarigan (2008: 32-33) menyatakan bahwa keterampilan berbicara harus melalui persiapan dan perencanaan agar isi pembicara dapat tersampaikan dengan baik. Adapun langkah-langkah yang harus dipersiapkan berdasarkan rumusan masalah dan direncanakan sesuai dengan kurikulum 2013 yaitu sebagai berikut.

a. Mengidentifikasi rancangan permasalahan, yang dilihat dari sudut pandang penyampaian, diperkuat dengan adanya opini atau argumen, pelaksana debat, sikap, pemilihan mosi yang akan diperdebatkan, dan menarik kesimpulan dari kegiatan debat yang menimbulkan pro dan kontra yang diperankan oleh peserta didik.

b. Melaksanakan debat berdasarkan dengan tujuan pembelajaran yaitu memilih pokok pembicaraan yang menarik agar menarik perhatian peserta didik sebagai pendengar.

(9)

c. Memberikan tanggapan baik berupa pertanyaan, sanggahan atau dukungan, serta membatasi permasalahan yang mencakup bidang tertentu secara santun sesuai dengan metode dan langkah-langkah pembelajaran.

d. Membuat evaluasi kesimpulan mengenai topik permasalahan yang diperdebatkan.

2.4 Evaluasi Pembelajaran Keterampilan Berbicara 2.4.1 Pengertian Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi pembelajaran adalah suatu kegiatan untuk mempertimbangkan dan mendapatkan evaluasi yang meyakinkan secara objektif dimulai dari informasi- informasi kuantitatif dan kualitatif (Sugiyono, 2011: 9). Peneliti menyimpulkan bahwa evaluasi pembelajaran merupakan proses kegiatan yang berkenaan dengan mengumpulkan berbagai informasi tentang suatu hal, kemudian informasi terebut difungsikan sebagai alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan tentang bagaimana berbuat baik pada waktu-waktu mendatang sesuai dengan yang telah direncanakan.

2.4.2 Tujuan Evaluasi Pembelajaran

Berdasarkan pendapat Burhan Nurgianto (dalam Saddhono dan Slamet, 2014: 245) salah satu materi keterampilan berbicara kelas X sesuai dengan standar kompetensi yaitu penyampaian laporan dengan diskusi. Penilaian diskusi terbentuk rubrik pengamatan yang meliputi beberapa aspek. Secara umum, dalam bidang pembelajaran evaluasi bertujuan untuk hal-hal sebagai berikut.

(10)

a. Memperoleh hasil berupa data yang digunakan sebagai petunjuk untuk mengukur kemampuan dan keberhasilan peserta didik.

b. Mengukur dan menilai keberhasilan kegiatan belajar mengajar dengan cara yang diterapkan oleh pendidik.

2.4.3 Teknik Evaluasi Pembelajaran

Teknik evaluasi yaitu alat yang digunakan untuk proses evaluasi (Sugiyono, 2011: 297). Dalam hal evaluasi, sekolah diberikan wewenang untuk melakukan evaluasi sebagai tolak ukur keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik untuk peserta didik. Evaluasi diri dilakukan oleh pihak sekolah untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran dan menilai hasil program yang akan dicapai. Dalam kegiatan evaluasi pembelajaran, terdiri dari dua yaitu teknik tesdan teknik non tes.

a. Teknik tes

Teknik tes adalah alat untuk pengukuran dan penilaian dalam proses pembelajaran (Iskandarwassid dan Sunendar, 2013: 179). Wujud tes tersebut berbentuk pemberian tugas baik berupa pertanyaan atau perintah atas wewenang guru sehingga mendapatkan hasil berupa nilai untuk menunjukan tingkah laku dengan nilai yang diperoleh lalu dibandingkan dengan nilai standar tertentu.

Adanya tes tersebut bertujuan untuk menunjukkan kesiapan program pembelajaran, mengklasifikasi kelas bahasa, mendiagnosis kekurangan dan kelebihan, mengukur prestasi, dan mengevaluasi efektifitas pembelajaran.

(11)

b. Teknik non tes

Teknik non tes adalah evaluasi dari hasil peserta didik dengan cara tanpa menguji, tetapi dengan melalui lima tahap, diantara: (1) skla bertingkat, yaitu menunjukan hasil dalam bentuk angka, (2) angket yaitu terdiri dari beberapa pertanyaan untuk responden, (3) daftar cocok yaitu beberapa pertanyaan mengenai responden dan terbagi menjadi dua pilihan antara iya dan tidak (4) wawancara yaitu kegiatan tanya jawab antara narasumber dan responden (5) pengamatan yaitu teknik yang dilakukan peneliti untuk mendapatkan hasil secara sistematis.

Referensi

Dokumen terkait

Lebih lanjut dia berpendapat bahwa pada umumnya individu yang mengalami post power syndrome adalah pejabat-pejabat yang memiliki kekuasaan yang berlebih yang biasa disanjung

Pengabdian pada masyarakat ini dilaksanakan untuk meningkatkan ketrampilan para guru Taman Kanak Kanak dan Raudhatul Athfal kecamatan Bantur, Kabupaten Malang

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut dengan penyuluhan menggunakan media permainan ular tangga pada anak

Dari data yang diambil, kesalahan ejaan bahasa Indonesia yang digunakan oleh media massa daring Detikcom sebagian besar adalah penggunaan huruf miring dalam

Dengan menggunakan model inquiry, peserta didik mampu menjelaskan sistem persamaan linier dua variabel yang dihubungkan dengan masalah kontekstual ,

Kata Kunci : Hasil Belajar, IPA, dengan Model Pembelajaran jigsaw. Penelitian ini di latar belakangi oleh rendahnya kualitas program pembelajaran di Madrasah, sering kali

Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa siswa kelas OTKP 1 yang berjumlah 34 orang siswa memiliki kemampuan pemecahan masalah yang berbeda-beda, dalam