• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN BEBAN KERJA TERHADAP STRES KERJA KARYAWAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN BEBAN KERJA TERHADAP STRES KERJA KARYAWAN"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN BEBAN KERJA TERHADAP STRES KERJA KARYAWAN

TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi Manajemen

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

DANIE PUSPITASARI 212013097

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA 2017

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv

(5)

v

(6)

vi MOTTO

“Sebuah tantangan hanya akan menjadi beban jika hanya dipikirkan, dan sebuah cita-cita juga adalah sebuah beban jika hanya angan-angan”.

“Lakukan yang terbaik, bersikap yang baik, maka nanti kita akan menjadi orang yang terbaik”.

“Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu”.

(Markus 11:24)

(7)

vii ABSTRACT

The world of health is increasingly competitive. This encourages hospitals to further improve its performance, such as the Ngesti Waluyo Parakan Christian Hospital. One effort that can be done is to reduce employee work stress. This study aims to analyze the influence of leadership and workload on employee work stress. This type of research is quantitative. The population of 125 employees. Samples taken as many as 60 people. Multiple linear regression analysis was used to test the hypothesis of this study. The result of F-test result obtained by Fcount 9,928> Ftable 3,16 indicates that the variable of leadership and work load variable together have positive and significant influence to job stress variable. Partially (t-test) with significance level (α) = 5% indicates that leadership positively and insignificantly influence employee's work stress, while work load positively and significantly influence to work stress of employee. Through the determination coefficient test obtained adjusted R Square (R2) 25.8%

work stress variable can be explained by the leadership variable and workload variable, while 74.2% can be explained by other variables not described in this study.

Keywords: Leadership, Workload, and Job Stress.

(8)

viii SARIPATI

Dunia kesehatan saat ini semakin kompetitif. Hal ini mendorong rumah sakit untuk lebih meningkatkan kinerjanya, seperti pada Rumah Sakit Kristen Ngesti Waluyo Parakan. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan mengurangi stres kerja karyawan. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh kepemimpinan dan beban kerja terhadap stres kerja karyawan.

Jenis penelitian ini adalah kuantitaf. Populasi sebanyak 125 orang karyawan. Sampel yang diambil sebanyak 60 orang. Analisis regresi linear berganda digunakan untuk uji hipotesis penelitian ini. Hasil penelitian berdasarkan uji-F diperoleh hasil Fhitung 9,928 > Ftabel 3,16 menunjukkan bahwa variabel kepemimpinan dan variabel beban kerja secara bersama-sama memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel stres kerja. Secara parsial (uji-t) dengan tingkat signifikansi (α) = 5% menunjukkan bahwa kepemimpinan berpengaruh secara positif dan tidak signifikan terhadap stres kerja karyawan, sedangkan beban kerja berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap stres kerja karyawan. Melalui pengujian koefisien determinasi diperoleh adjusted R Square (R2) 25,8% variabel stres kerja dapat dijelaskan oleh variabel kepemimpinan dan variabel beban kerja, sedangkan 74,2% dapat dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.

Kata Kunci : Kepemipinan, Beban Kerja, dan Stres Kerja.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Stres kerja merupakan salah satu faktor yang menyebabkan menurunnya kualitas kerja yang dimiliki oleh seseorang dalam melakukan pekerjaannya. Stres kerja merupakan hal yang hampir setiap hari dialami oleh karyawan. Penelitian tentang stres kerja memberikan bukti bahwa individu yang mengalami stres kerja yang tinggi akan berpengaruh terhadap kualitas kerja yang dimilikinya. Sifat dari pemimpin dalam sebuah organisasi akan sangat berperan dalam memepengaruhi suasana ditempat kerja yang nantinya dapat berpengaruh juga kepada stres kerja yang dialami karyawan. Faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi terjadinya stres kerja ini adalah tuntutan kerja yang berlebih.

Penelitian ini akan membahas tentang pengaruh kepemimpinan dan beban kerja terhadap stres kerja karyawan yang studi kasusnya dilakukan pada Rumah Sakit Kristen Ngesti Waluyo Parakan. Hasil penelitian ini diharapkan mampu berikan manfaat bagi pembacanya, terutama bagi pihak rumah sakit untuk dapat membantu dalam mengatasi dan mengurangi stres kerja yang dialami oleh para karyawannya.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembacanya dan menjadi bahan masukan dalam dunia ekonomi manajemen. Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan.Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan penelitian ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu dalam penelitian ini

Salatiga, Juni 2017

Penulis

(10)

x

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus karena atas berkat, kasih dan karunia-Nya yang luar biasa kepada penulis, sehingga penulis dimampukan untuk dapat menyelesaikan tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu sesuai dengan rencana-Nya.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir ini tidak terlepas dari bantuan, dukungan, bimbingan dan saran dari berbagai pihak sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar- besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan tugas akhir ini.

Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua atas kasih sayang, doa dan dukungan yang besar yang diberikan kepada penulis. Terima kasih atas usaha, cinta dan kasih serta semangat yang selalu dan yang tak pernah habis diberikan

2. Kakak-kakak tercinta yang selalu mengingatkan, mendukung, membantu dan memberikan semangat setiap harinya

3. Prof. Christantius Dwiatmadja, SE.,ME.,Ph.D, selaku pembimbing, wali studi serta Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga yang dengan segala kesabarannya, kasih dan ketulusan hati telah mengarahkan penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

4. Seluruh Dosen dan staff karyawan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.

5. Rumah Sakit Kristen Ngesti Waluyo Parakan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

6. Karyawan Rumah Sakit Kristen Ngesti Waluyo Parakan yang telah meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner penelitian

7. Chairil Armanda Chaniago yang selalu menemani, memberi semangat dan memberi arahan kepada penulis dalam penulisan tugas akhir ini.

8. Ika Wahyu Puji Susanti, Sri Rejeki Handayani dan Fransisca Damayanti Suparyono yang selalu menemani selama perkuliahan, selalu ada saat senang, sedih, bahkan saat marahan. Terima kasih untuk perhatian, dukungan dan arahannya yang diberikan kepada penulis selama ini.

9. Anisa Inggit Wijayanti yang selalu bersedia menemani kemanapun dan menjadi tempat sharing.

10. Teman-teman kos terkhusus Virnanda, Putri, Lien, Netta, terima kasih untuk kebersamaannya.

11. Teman-teman seangkatan dan kepada semua pihak yang membantu penulis dalam masa perkuliahan.

Semoga Tuhan senantiasa melimpahkan kasih, karunia, damai sejahtera dan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaiakan tugas akhir ini.

Salatiga, Juni 2017

Penulis

(11)

xi DAFTAR ISI

Pengaruh Kepemimpinan dan Beban Kerja terhadap Stres Kerja Karyawan ... i

Pernyataan Tidak Plagiat ii

Pernyataan Persetujuan Akses iii

Lembar Pengesahan iv

Pernyataan Keaslian Tugas Akhir v

Motto ... vi

Abstract ... vii

Saripati ... viii

Kata Pengantar ... ix

Ucapan Terima Kasih ... x

Daftar Tabel ... xiii

Daftar Gambar ... xiv

Daftar Lampiran ... xv

Pendahuluan ... 1

Kajian Pustaka ... 3

Stres dan Stres Kerja ... 3

Faktor Penyebab Stres Kerja (Stressor) ... 4

Gejala Stres Kerja... 5

Tingkat Stres ... 5

Dampak Stres Kerja ... 6

Kepemimpinan ... 6

Sifat Kepemimpinan ... 7

Beban Kerja ... 8

Faktor Beban Kerja ... 9

Dampak Beban Kerja ... 9

Jenis Beban Kerja ... 9

Pengembangan Hipotesis ... 10

(12)

xii

Metode Penelitian ... 11

Jenis Penelitian ... 11

Populasi dan Sampel ... 11

Metode Pengumpulan Data ... 11

Teknik Analisis Data ... 12

Definisi Operasional ... 12

Hasil Dan Pembahasan ... 14

Uji Validitas dan Reliabilitas ... 14

Hasil Uji Asumsi Klasik ... 15

Karakteristik Responden ... 16

Pengujian Hipotesis ... 18

Pengaruh Kepemimpinan dan Beban Kerja terhadap Stres Kerja Karyawan ... 19

Pembahasan... 22

Kepemimpinan ... 22

Beban Kerja ... 22

Stres Kerja ... 23

Pengaruh Kepemimpinan dan Beban Kerja Terhadap Stres Kerja Karyawan ... 24

Kesimpulan dan Implikasi ... 24

Kesimpulan... 24

Implikasi ... 25

Implikasi Teoritis ... 25

Implikasi Terapan ... 25

Keterbatasan Penelitian dan Saran Penelitian Selanjutnya ... 26

Daftar Pustaka ... 26

Lampiran ... 29

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Definisi Operasional Variabel ... 13

Tabel 2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 14

Tabel 3. Gambaran Umum Responden ... 16

Tabel 4. Tingkat Kategori Variabel ... 18

Tabel 5. Tabel ANOVA ... 20

Tabel 6. Tabel Coefficients ... 20

Tabel 7. Koefisien Korelasi ... 21

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Model Penelitian ... 10

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner... 29

Lampiran 2. Data Hasil Kuesioner... 34

Lampiran 3. Nilai Rata-rata Kepemimpinan, Beban Kerja dan Stres Kerja ... 37

Lampiran 4. Pengujian Normalitas dengan Uji Kolmogorov-Smirnov ... 38

Lampiran 5. Hasil Pengujian Linearitas... 39

Lampiran 6. Hasil Pengujian Multikolinearitas ... 40

Lampiran 7. Hasil Pengujian Heteroskedastisitas ... 41

Lampiran 8. Surat Keterangan Penelitian ... 42

(16)

1 PENDAHULUAN

Dalam dunia pekerjaan, stres kerja merupakan salah satu faktor yang menyebabkan menurunnya kualitas kerja yang dimiliki oleh seseorang dalam melakukan pekerjaannya. Stres kerja merupakan hal yang hampir setiap hari dialami oleh karyawan. Stres dapat dikatakan suatu kondisi dinamik (selalu berubah) pada individu yang diharapkan pada suatu peluang kendala dengan tuntutan yang dikaitkan dengan apa yang diinginkan serta hasilnya di persepsikan sebagai tidak pasti dan penting (Robbins, 2008). Stres menjadi sebuah pengalaman yang umum bagi setiap karyawan, bukan hanya dialami oleh karyawan level bawah tetapi juga pada level eksekutif dan manajer pun mengalaminya.

Ada beberapa gelaja stres yang dapat dilihat dari berbagai faktor yang menunjukkan adanya perubahan, baik secara fisiologis, psikologis maupun sikap. Perubahan fisiologis ditandai oleh adanya gejala-gejala seperti merasa letih, pusing, gangguan pencernaan, sedangkan perubahan psikologis ditandai dengan sulit tidur, kecemasan, dan untuk perubahan sikap ditandai dengan mudah marah, keras kepala dan rasa tidak puas (Wijono, 2010).

Dalam sebuah organisasi suatu kepemimpinan sangat diperlukan karena dengan kepemimpinan yang sesuai dengan harapan bawahan akan memudahkan dalam mengatur bawahan dan berkomunikasi dalam menyelaraskan tujuan instansi tersebut (Cahyono, 2012).

Dalam hal kepemimpinan ini banyak berhubungan dengan stres, terutama karena berkaitan dengan gaya kepemimpinan yang dapat mempengaruhi suasana. Seorang pemimpin yang memiliki sifat otokratis dapat menyebabkan suatu kondisi yang penuh stres karena hanya dapat menerima sedikit masukan dari bawahannya. Sementara itu, pemimpin yang lemah dapat mendorong bawahannya untuk berebut kekuasaan yang berakibat pada konflik internal.

Permasalahan lain yang juga dapat menimbulkan stres kerja adalah beban kerja. Beberapa pekerjaan umumnya dipersepsikan lebih sering menimbulkan stres dibandingkan dengan yang lainnya. Hal ini disebabkan karena karakteristik tugas yang harus dikerjakan serta tingkat tanggung jawab dan kontrol yang dilakukan. Sebagai contoh, pekerjaan-pekerjaan manajerial seperti melaksanakan penilaian kinerja, tanggung jawab atas karyawan, koordinasi, dan komunikasi pemutusan hubungan kerja serta konseling pengurangan karyawan dapat menyebabkan stres yang berat bagi beberapa orang (Mondy, 2008).

Suprihanto dkk (2003) mengatakan bahwa dari sudut pandang organisasi, manajemen mungkin tidak khawatir jika karyawannya mengalami stres yang ringan. Alasannya karena pada

(17)

2

tingkat stres tertentu akan memberikan akibat positif, karena hal ini akan mendesak mereka untuk melakukan tugas lebih baik. Tetapi pada tingkat stres yang tinggi atau stres ringan yang berkepanjangan akan membuat menurunnya kinerja.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sari (2014) pada sebuah rumah sakit tentang kepemimpinan, menyatakan bahwa sebuah rumah sakit akan dapat lebih memberikan pelayanan yang maksimal jika pemeliharaan hubungan antar pegawai dilakukan dengan berkelanjutan dan serasi. Salah satu hal yang penting diperhatikan dalam pemeliharaan hubungan tersebut adalah penanggulangan stres kerja. Penanggulangan terhadap stres kerja itu sendiri harus mendapat perhatian dan kesungguhan dari manajemen rumah sakit agar tujuan organisasi dapat lebih mudah dicapai. Selain itu kepemimpinan dalam sebuah rumah sakit merupakan penerapan pengaruh dan bimbingan yang ditujukan kepada semua pegawai rumah sakit untuk menciptakan kepercayaan dan ketaatan sehingga akan menimbulkan rasa ketersediaannya dalam melaksanakan tugas dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Pemimpin disini harus mampu memimpin, meminta, meyakinkan serta membujuk untuk melaksanakan tugas dengan tanggung jawab.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Suryaningrum (2015) mengenai beban kerja, menyatakan bahwa beban kerja dapat berupa tuntutan tugas atau pekerjaan, organisasi dan lingkungan kerja, dan beban kerja dapat mempengaruhi tingkat stres kerja karyawan rumah sakit.

Beban kerja yang dialami oleh karyawan rumah sakit dapat berupa beban kerja fisik maupun beban kerja mental.

Pada penelitian ini ditujukan kepada Rumah Sakit Kristen Ngesti Waluyo yang merupakan salah satu rumah sakit di Jawa Tengah yang kepemelikannya adalah milik yayasan.

Rumah sakit ini terletak di kota Parakan kabupaten Temanggung yang berfungsi untuk melayani kesehatan umum (YAKKUM) masyarakat luas. Secara keseluruh jumlah karyawan RSK Ngesti Waluyo Parakan adalah 402 orang.

Pada penelitian ini akan dilakukan kepada tiga divisi, yaitu karyawan bagian keperawatan, kebidanan, dan karyawan non medis karena pada ketiga devisi tersebut merupakan karyawan yang berada satu ruangan dengan pemimpin yang dapat melihat keseharian pemimpinan dalam bekerja dan yang selalu dapat berkomunikasi dengan pemimpin. Menurut hasil wawancara pendahuluan dengan HRD RSK Ngesti Waluyo Parakan, beberapa karyawan di rumah sakit ini sering mengeluh pusing dengan pekerjaannya yang terlalu banyak saat

(18)

3

pertengahan sampai akhir bulan sehingga tidak jarang karyawan melakukan kesalahan dalam pekerjaannya. Kemudian hasil wawancara dengan beberapa karyawan di rumah sakit ini, ada beberapa karyawan yang berpendapat bahwa pemimpin kurang memperhatikan dan kurang memberikan arahan kepada karyawan yang belum memahami pekerjaannya sehingga membuat karyawan tersebut mengalami kesulitan dalam mengerjakan pekerjaannya dan membuat mereka merasa stres. Bahkan terkadang pemimpin berlaku kurang adil dengan bawahannya, kurang tegas, kurang fokus serta bahasa verbal yang digunakannya kurang mudah dipahami. Bagi karyawan RSK Ngesti Waluyo Parakan yang memiliki frekuensi pekerjaan yang cukup padat menuntut kesadaran yang tinggi dari para karyawannya dan tidak jarang para karyawan mengalami stres kerja. Akibatnya pelaksanaan tugas tidak dapat berjalan dengan lancar dan hal ini mengharuskan pemimpin untuk terus memberikan perhatian yang lebih kepada karyawan agar kinerja karyawan tetap terjaga dan karyawan tidak mengalami stres kerja yang berat.

Berdasarkan penjabaran singkat diatas, adapun persolan penelitian ini adalah apakah ada pengaruh antara kepemimpinan terhadap stres kerja karyawan ? serta apakah ada pengaruh antara beban kerja terhadap stres kerja karyawan ? Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan terhadap stres kerja karyawan dan mengetahui pengaruh beban kerja terhadap stres kerja karyawan.

Manfaat dari penelitian ini terbagi menjadi tiga yaitu, manfaat bagi penulis yang diharapkan mampu memberikan manfaat secara teoritis dan memperluas wawasan peneliti bagi pengembangan ilmu Manajemen Sumber Daya Manusia khususnya pada studi kasus stres kerja, bagi perusahan diharapkan dapat membantu pimpinan perusahaan dalam meminimalisir tingkat stres kerja yang dialami oleh karyawan serta mencari cara yang tepat sebagai upaya untuk mengatasi stres kerja yang paling efektif untuk karyawannya, dan bagi pembaca diharapkan dapat memberikan informasi dan referensi bagi pihak-pihak yang berkepentingan terutama dalam mengetahui pengaruh kepemimpinan dan beban kerja terhadap stres kerja karyawan.

KAJIAN PUSTAKA Stres dan Stres Kerja

Pengertian stres yang dikemukakan oleh para ahli berbeda-beda. Namun dari pengertian yang berbeda-beda tersebut memiliki konsep yang sama. Menurut Ivancevich dan Matteson (Sujak, 1990), stres merupakan respon seseorang yang berupa respon emosi, fisik, dan kognitif

(19)

4

terhadap situasi tertentu, dimana situasi tersebut menuntut individu untuk melakukan tindakan dalam mengatasi tuntutan situasi tersebut. Stres juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang disebabkan adanya ketidaksesuaian antara situasi yang diinginkan dengan keadaan biologis, psikologis atau sistem sosial individu tersebut (Sarafino 2006).

Dari beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa stres adalah suatu kondisi seorang individu yang sedang terganggu dan mengalami kekacauan baik mental, emosional maupun fisik yang disebabkan karena adanya situasi yang dialami tidak sesuai dengan yang diinginkan.

Sedangkan untuk pengertian stres kerja, Beehr dan Newman (1978) menyatakan bahwa stres kerja adalah suatu keadaan yang timbul dalam interaksi diantara manusia dan pekerjaan.

Menurut Davis dan Newstrom (1985), stres kerja adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses pikiran, dan kondisi fisik seseorang yang timbul karena ketidakseimbangan antara tuntutan kerja dan kemampuan individu dalam menyelesaikan pekerjaannya. Kemudian, Robbins (2006) mendefinisikan stres kerja sebagai suatu tanggapan dalam menyesuaiksn diri yang dipengaruhi oleh perbedaan individu dan proses psikologis, sebagai konsekuensi dari tindakan.

Jadi dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa stres kerja terjadi pada suatu kondisi dimana seseorang tidak mampu berinteraksi dengan baik dengan pekerjaannya sehingga menimbulkan tekanan atau kegagalan dalam ketidakseimbangannya antara tuntutan kerja dengan kemampuan yang dimiliki dari individu tersebut. Seseorang yang mengalami stres berat atau stres tingkat tinggi akan berpengaruh pada kemampuannya dalam menghadapi lingkungan sekitar sehingga dapat mengganggu dalam penyelesaian tugas yang menjadi tanggung jawabnya.

Faktor Penyebab Stres Kerja (Stressor)

Stres tidak muncul dengan sendirinya, ada faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya stres. Faktor penyebab stres kerja itu sendiri adalah kondisi yang cenderung menyebabkan stres (Davis dan Newstrom, 1985). Pada dasarnya faktor-faktor penyebab stres kerja (stressor) sangat luas sehingga tidak mudah untuk disebutkan seluruhnya. Penyebab stres kerja merupakan hal-hal yang menyebabkan stres kerja itu terjadi atau disebut juga sumber stres. Sumber stres dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu faktor pekerjaan seperti faktor-faktor yang berkaitan dengan pekerjaan, stres peran, peluang partisipasi, tanggung jawab, serta faktor-faktor organisasi dan faktor diluar pekerjaan seperti perubahan-perubahan struktur kehidupan, dukungan sosial, locus

(20)

5

of control, kepribadian tipe A dan B, harga diri, fleksibilitas/kaku, serta kemampuannya (Wijono, 2010).

Banyak aspek-aspek pekerjaan yang berpotensi menimbulkan stres. Menurut Mondy (2008), ada beberapa stressor dalam organisasi yang dapat menimbulkan stress yaitu budaya organisasi, pekerjaan itu sendiri dan kondisi kerja secara umum. Ketiga stressor dalam organisasi tersebut dapat menjadi batasan dalam mengukur tingginya tingkat stres yang terjadi pada karyawan.

Gejala Stres Kerja

Gejala stres merupakan hasil dari stres yang dialami oleh seseorang. Robbins (2006) mengemukakan bahwa gejala stres dikategorikan menjadi tiga, yaitu:

1. Gejala Fisiologis. Gejala ini merupakan gejala awal yang dapat diamati. Terutama pada penelitian ilmu medis dan ilmu kesehatan. Gejala fisiologis ini menyebabkan perubahan pada metabolism tubuh, meningkatnya detak jantung, pernafasan, tekanan darah, sakit kepala serta yang lebih buruk lagi dapat menyebabkan serangan jantung.

2. Gejala Psikologis. Gelaja psikologis merupakan gelaja stres yang dapat menimbulkan rasa ketidakpuasan. Hal ini adalah efek yang paling sederhana, dapat dilihat dan paling jelas. Namun gejala psikologis ini dapat juga menimbulkan keadaan psikologis yang lain juga seperti ketegangan, rasa cemas, sensitif, mudah marah, bosan, dan menunda pekerjaan.

3. Gejala Perilaku. Gejala perilaku mencakup dalam perubahan perilaku seperti absensi, produktivitas, tingkat keluarnya karyawan, perubahan dalam kebiasaan makan, konsumsi alkohol, merokok, bicara cepat, gangguan tidur dan gelisah.

Tingkat Stres

Tingkat stres muncul dalam berbagai cara. Sebagai contoh, seseorang yang memilki tingkat stres kerja yang tinggi dapat menderita berbagai macam penyakit , mudah marah, sensitif, nafsu makan berkurang/berlebih, tidak fokus, sering melamun , kecelakaan dan hal-hal serupa lainnya. Menurut Robbins (2006), tingkat stres pada setiap orang akan menimbulkan dampak yang berbeda dan ada beberapa faktor penentu yang mempengaruhi tingkat stres, seperti faktor lingkungan, faktor organisasional, dan faktor individual.

(21)

6

Setiap individu memiliki cara yang berbeda dalam mengatasi stres yang dialaminya dan memiliki tingkatan stres yang berbeda pula. Individu itu sendiri yang dapat menentukan sejauh mana situasi yang dihadapinya merupakan situasi stres atau tidak. Ada individu yang cenderung selalu memikirkan masalah yang dihadapinya meskipun masalah yang dihadapi merupakan masalah kecil sehingga membuat individu tersebut mudah stres. Namun ada juga individu yang tidak terlalu memikirkan masalah yang sedang dialaminya karena adanya rasa kepercayaan diri yang tinggi dalam dirinya untuk mampu mengatasi masalahnya. Hal seperti ini lah yang membedakan tingkatan stres pada setiap individu, tergantung respon setiap individu dalam menghadapi masalah yang sedang dialaminya.

Dampak Stres Kerja

Pengaruh stres kerja tidak hanya berdampak negatif yang disebut dengan distress, tetapi juga berdampak positif atau sering disebut dengan eustress. Dampak positif dari stres kerja ini diharapkan mampu membuat seseorang terpacu untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan baik.

Reaksi dari stres kerja berupa reaksi yang bersifat psikis maupun fisik. Biasanya seorang karyawan yang sedang negalami stres akan telihat dari perubahan perilakunya.

Menurut Mirowsky dan Ross (2003), distress muncul dalam dua bentuk yaitu emosional dan fisiologis. Emosional berkaitan dengan perasaan seperti kesedihan atau kekhawatiran dalam kecemasan. Sedangkan fisiologis berkaitan dengan keadaan tubuh, seperti lesu, gelisah, sakit kepala, atau sakit perut pada kecemasan.

Quick dan Quick (1984) menyatakan bahwa eustress adalah hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif, dan konstruktif (membangun). Hal ini termasuk kesejahteraan individu dan organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibelitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi.

Kepemimpinan

Kepemimpninan merupakan aspek yang sangat penting dalam keberlangsungan sebuah organisasi, karena kepemimpinan menentukan tercapai atau tidaknya suatu tujuan organisasi.

Siagian (2002) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain (para bawahannya) sedemikian rupa sehingga orang lain itu mau melakukan kehendak pemimpin meskipun secara pribadi hal itu mungkin tidak disenanginya.

Sedangkan Kartono (2005) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk

(22)

7

memberi pengaruh yang kontruktif kepada orang lain untuk melakukan suatu usaha kooperatif mencapai tujuan yang sudah direncanakan. Kepemimpinan tidak hanya dibatasi oleh aturan–

aturan atau tata krama birokrasi, tidak harus diikat dalam organisasi tertentu, melainkan dapat terjadi dimana saja, asalkan seseorang menunjukkan kemampuannya mempengaruhi perilaku orang lain kearah tercapainya suatu tujuan tertentu (Sitanggang, 2013).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan seseorang dalam mempengaruhi seorang individu atau kelompok untuk mau melakukan suatu pekerjaan semaksimal mungkin untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan. Kepemimpinan seorang pememimpin juga akan menentukan suasana dan kenyamanan karyawan ditempat kerja.

Sifat Kepemimpinan

Menurut Kartono (2005), ada beberapa sifat kepemimpinan yang harus dimilki oleh seorang pemimpin, yaitu :

1. Kekuatan. Kekuatan ini terdiri dari kekuatan badaniah dan kekuatan rohaniah yang merupakan syarat pokok bagi pemimpin yang harus bekerja keras pada waktu-waktu yang tidak menentu serta pada situasi yang sering tidak menentu pula.

2. Stabilitas emosi. Dalam sifat ini pemimpin dituntut untuk memiliki emosi yang stabil, seperti tidak mudah marah, tidak mudah tersinggung, dan tidak meledak-ledak secara emosional.

3. Pengetahuan tentang relasi insani. Pemimpin harus mampu mengembangkan bakat serta potensi karyawannya untuk dapat bersama-sama maju dan merasakan kesejahteraan.

4. Kejujuran. Sebagai seorang pemimpin yang baik, maka haus memiliki rasa kejujuran yang tinggi baik pada diri sendiri maupun pada orang lain (karyawan).

5. Objektif. Seorang pemimpin dalam mengambil keputusan harus memiliki hati nurani yang bersih dan dapat menghargai pendapat dari karyawannya serta dalam penilaian kerja harus dapat objektif.

6. Dorongan pribadi. Keinganan menjadi seorang pemimpin harus berasal dari diri sendiri. Dorongan dari luar atau dari orang lain akan memperkuat rasa kenginan dari

(23)

8

dalam diri untuk menjadi seorang pemimpin yang bijaksana dan memberikan pengabdian kepada banyak orang.

7. Keterampilan berkomunikasi. Pemimpin harus mampu berkomunikasi dengan baik kepada semua orang. Artinya pemimpin harus mampu berbicara maupun menulis dengan baik, mudah mengerti maksud karyawan maupun orang diluar organisasi, serta dapat mengkoordinasi.

8. Kemampuan Mengajar. Sebagai seorang pemimpin harus dapat menjadi guru yang baik bagi karyawan atau bawahannya. Hal ini dimaksudkan agar para karyawan dan pengikutnya dapat memberikan loyalitas dan partisipasinya.

9. Keterampilan sosial. Seorang pemimpin yang baik adalah yang mampu menghargai pendapat orang lain agar dapat menjalin kerjasama yang baik pula dalam suasana yang rukun dan damai.

10. Cakap secara teknis atau manajerial. Pemimpin harus mampu dalam berbagai hal, tidak hanya dalam masalah teknis tetapi juga pada masalah-masalah manajerial seperti mengelola, perencanaan, membuat keputusan , menganalisis, mengontrol, memperbaiki keadaan dll.

Beban Kerja

Beban kerja seorang kayawan harus disesuaikan dengan kuantitas maupun kualitas yang mampu dikerjakan oleh karyawan. Jika banyaknya tugas yang tidak sebanding dengan kemampuan, baik fisik maupun keahlian dan waktu yang tersedia maka akan menjadi sumber stres (Ilyas, 2000). Menurut Menpan (1997) beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu Beban kerja adalah terlalu banyak pekerjaan pada waktu yang tersedia atau melakukan pekerjaan yang terlalu sulit untuk karyawan (Schultz dan Schultz 2006). Munandar (2001) mengatakan bahwa setiap beban kerja yang diterima seseorang harus sesuai dan seimbang baik terhadap kemampuan fisik, kemampuan kognitif maupun keterbatasan manusia yang menerima beban tersebut.

Dari beberapa pendapat yang dikemukakan maka dapat disimpulkan bahwa beban kerja adalah tanggungan tugas atau pekerjaan yang harus dikerjakan dan diselesaikan oleh seseorang pada waktu yang tersedia. Menurut Kusuma dan Soesatyo (2014), indikator dari beban kerja adalah waktu kerja, jumlah pekerjaan, faktor internal tubuh, dan faktor eksternal tubuh.

(24)

9

Sedangkan menurut Spector dan Jex (dalam Suryaningrum, 2015) indikator dari beban kerja adalah jumlah pekerjaan dan kecepatan.

Faktor Beban Kerja

Faktor beban kerja adalah sumber-sumber yang memperngaruhi terjadinya beban kerja.

Menurut Rodahl (1989), faktor beban kerja dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu :

1. Faktor eksternal. Faktor eksternal adalah beban kerja yang berasal dari luar pekerjaan, seperti tugas-tugas yang dilakukan secara fisik (tata ruang kerja, alat dan sarana kerja), organisasi kerja (waktu kerja/istirahat), dan lingkungan kerja baik lingkungan kerja fisik, kimiawi, biologis maupun psikologis.

2. Faktor internal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh akibat reaksi dari beban kerja eksternal. Faktor internal ini meliputi aspek somatis (jenis kelamin, umur, status gizi, ukuran tubuh, kondisi kesehatan) dan aspek psikis (kepuasan, motivasi, keinginan, persepsi dan kepercayaan).

Dampak Beban Kerja

Kelebihan maupun kurangnya beban kerja dapat menjadi pemicu stres bagi karyawan.

Beban kerja yang terlalu berat dapat mengakibatkan karyawan mengalami gangguan kesehatan atau sakit akibat pekerjaan. Sedangkan beban keja yang terlalu sedikit akan menimbulkan rasa bosan dan monoton. Manuaba (2000) menyatakan bahwa kebosanan dalam kerja sehai-hari karena pekerjaan yang terlalu sedikit mengakibatkan kurangnya perhatian pada pekerjaan sehingga secara potensial membahayakan karyawan.

Jenis Beban Kerja

Menurut Munandar (2001) beban kerja meliputi 2 jenis, yaitu:

a. Beban kerja kuantitatif, meliputi: harus melaksanakan observasi, banyaknya pekerjaan dan beragamnya pekerjaan yang harus dikerjakan, kontak langsung karyawan dengan nasabah secara terus menerus selama jam kerja, rasio karyawan dan nasabah.

b. Beban kerja kualitatif, meliputi: pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki karyawan tidak mampu mengimbangi sulitnya pekerjaan di bank, tanggung jawab yang tinggi terhadap pekerjaan, harapan pimpinan bank terhadap hasil kerja yang berkualitas, tuntutan dari nasabh terhadap pelayanan yang dilakukan.

(25)

10 Pengembangan Hipotesis

Pada sebuah penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sari (2014) pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Sumatera Utara tentang kepemimpinan dengan indikator sifat pemimpim, menemukan bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kepemimpinan terhadap stres kerja karyawan. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H1 : Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kepemimpinan terhadap stres kerja karyawan.

Kemudian pada penelitian yang dilakukan oleh Suryaningrum (2015) pada RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta tentang beban kerja dengan indikator jumlah pekerjaan dan kecepatan kerja, menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara beban kerja terhadap stres kerja karyawan. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H2 : Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara beban kerja terhadap stres kerja karyawan.

Dari penjabaran singkat kedua penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kepemimpinan dan beban kerja terhadap stres kerja karyawan.

H3 : Secara bersama-sama ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kepemimpinan dan beban kerja terhadap stres kerja karyawan.

H1

H2

H3

Gambar 1. Model penelitian

Kepemimpinan (X1)

Beban Kerja (X2)

Stres Kerja (Y)

(26)

11

Berdasarkan model penelitian diatas, maka peneliti dapat memperoleh hipotesis sebagai berikut :

H1 : Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kepemimpinan terhadap stres kerja karyawan.

H2 : Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara beban kerja terhadap stres kerja karyawan.

H3 : Secara bersama-sama ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kepemimpinan dan beban kerja terhadap stres kerja karyawan.

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

Penelitian pada RSK Ngesti Waluyo Parakan ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif ini dilakukan karena data yang digunakan untuk menganalisis pengaruh antar variabel menggunakan data numerikal atau angka yang kemudian diolah melalui perhitungan statistika.

Jenis penelitian ini ditentukan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu menjelaskan bagaimana pengaruh kepemimpinan dan beban kerja terhadap stres kerja karyawan.

Populasi dan Sampel

Populasi adalah suatu objek atau subjek yang memiliki nilai dan variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti. Populasi dari penelitian ini adalah 125 karyawan RSK Ngesti Waluyo Parakan. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah probability sampling.

Teknik probability sampling merupakan teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur dalam populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel, dikatakan disproportionate stratified random sampling karena teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel bila populasinya berstrata tetapi kurang proporsional (Sugiyono, 2010). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 60 reponden.

Metode Pengumpulan Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data primer. Jenis data primer adalah jenis sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2010). Sumber data primer ini diperoleh melalui wawancara pendahuluan untuk memperolah informasi awal terkait dengan jumlah karyawan dan masalah yang terjadi pada

(27)

12

karyawan rumah sakit. Selain itu, metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner/angket tentang kepemimpinan, beban kerja dan stres kerja karyawan.

Kuesioner atau angket adalah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam memberikan seperangkat pertanyaan-pertanyaan tertulis yang wajib dijawab (Arikunto, 2010).

Teknik Analisis Data

Untuk membuktikan hipotesis yang telah dikemukakan, penulis menggunakan metode regresi linear. Penulis akan menggunakan model regresi linear berganda untuk mengetahui hubungan dan pengaruh antara kepemimpinan dan beban kerja terhadap stres kerja serta untuk mengetahui besarnya pengaruh secara kuantitatif dari suatu perubahan (variabel X) terhadap kejadian lainnya (variabel Y). Persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:

Y’ = a + b1X1+ b2X2+…..+ bnXn Keterangan :

Y’ = variabel dependen (nilai yang diprediksi) X1 dan X2 = variabel independen

A = konstanta (nilai Y’ apabila X1, X2…..Xn = 0)

b = koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan) Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi yang memiliki indikator yang tidak nampak dimana definisi tersebut memiliki arti tunggal yang dapat diterima secara obyektif (Azwar, 2007). Suatu definisi operasional dibuat untuk merumuskan variabel berdasarkan karakteristik yang akan diamati agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam memaknai judul penelitian. Berikut tabel definisi operasional dari penelitian ini :

(28)

13 Tabel 1

Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Indikator Empirik

Kepemimpinan Kepemimpinan adalah

kemampuan untuk

memberi pengaruh yang kontruktif kepada orang lain untuk melakukan suatu usaha kooperatif mencapai tujuan yang sudah direncanakan (Kartono, 2005).

• Kekuatan,

• Stabilitas emosi

• Pengetahuan tentang relasi insani

• Kejujuran

• Objektif

• Dorongan pribadi

• Keterampilan berkomunikasi

• Kemampuan mengajar

• Keterampilan sosial

• Cakap secara teknis atau manajerial (Kartono, 2005)

Beban Kerja Beban kerja adalah terlalu banyak pekerjaan pada waktu yang tersedia atau melakukan pekerjaan yang terlalu sulit untuk karyawan (Schultz dan Schultz 2006).

Pekerjaan yang berlebih dalam volume kerja maupun kualitas kerja karyawan (Schultz dan Schultz 2006).

Stres Kerja Stres kerja sebagai suatu

tanggapan dalam

menyesuaiksn diri yang dipengaruhi oleh perbedaan individu dan proses psikologis, sebagai konsekuensi dari tindakan (Robbins, 2006).

• Gejala fisiologis

• Gejala psikologis

• Gejala perilaku (Robbins, 2006)

(29)

14 HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Validitas dan Reliabilitas

Pengukuran uji validitas pada penelitian ini menggunakan Corrected Item-Total Correlation, yaitu dengan membandingkan nilai Rhitung dan nilai Rtabel dengan signifikansi 5%

dan N = 60. Pernyataan dinyatakan valid jika nilai Rhitung lebih besar dari nilai Rtabel yaitu 0,254. Sedangkan dalam uji reliabiltas pengukuran dilakukan dengan uji statistik Cronbach Alpha, dimana jika nilai Cronbach Alpha > 0,60 atau mendekati 1 maka reliabilitas tinggi (Sugiyono, 2010).

Tabel 2

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Variabel Indikator Validitas Reliabilitas Keterangan

Kepemimpinan

X1.1 0,386

0,914

Valid

X1.2 0,480 Valid

X1.3 0,372 Valid

X1.4 0,315 Valid

X1.5 0,523 Valid

X1.6 0,434 Valid

Beban Kerja

X2.7 0,309

0,729

Valid

X2.8 0,286 Valid

X2.9 0,395 Valid

X2.10 0,308 Valid

X2.11 0,390 Valid

Stres kerja

Y1.12 0,342

0,667

Valid

Y1.13 0,653 Valid

Y1.14 0,495 Valid

Y1.15 0,284 Valid

Y1.16 0,265 Valid

Y1.17 0,285 Valid

Y1.18 0,475 Valid

Y1.19 0,590 Valid

(30)

15

Y1.20 0,411 Valid

Sumber: Hasil olah data SPSS, 2017

Berdasarkan tabel 2 diatas, dapat dilihat bahwa pada pangukuran uji validitas semua indikator pada variabel kepemimpinan, beban kerja dan stres kerja mempunyai nilai Corrected Item-Total Correlation atau Rhitung positif dikarenakan Rhitung > Rtabel sehingga indikator dari setiap variabel dinyatakan valid.

Hasil pengukuran uji reliabilitas pada tabel diatas menunjukkan bahwa variabel kepemimpinan, beban kerja dan stres kerja memiliki nilai Cronbach Alpha > 0,60, sehingga semua indikator pada ketiga variabel ini dinyatakan reliabel dan layak digunakan untuk pengujian hipotesis.

Hasil Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas

Uji normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel dependen dan variabel independen mempunyai distribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov (Suryaningrum, 2015).

Data dikatakan normal apabila nilai signifikansi > 0,05. Dari hasil pengujian menunjukkan nilai pada variabel-variabel independen dan dependen memiliki nilai Asymp. Sig. (2-tailed) > α 0,229

> 0,05 (X1) 0,223 > 0,05 (X2) dan 0,388 > 0,05 (Y), sehingga dapat disimpulkan bahwa (data) residual terdistribusi normal.

2. Uji Linearitas

Uji linearitas adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah regresi bersifat linear atau tidak. Dikatakan terdapat hubungan linear secara signifikan apabila nilai signifikansinya > 0,05. Hasil pengukuran uji linearitas dalam penelitian ini menunjukkan adanya hubungan linear yang signifikan karena nilai signifikansi pada variabel kepemimpinan sebesar 0,915 > 0,05 dan variabel beban kerja sebesar 0,111 > 0,05.

3. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya multikolinieritas atau hubungan langsung (kolerasi) yang sangat kuat antar variabel independen. Nilai yang biasanya

(31)

16

dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai Tolerance Value ≥ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≤ 10 maka tidak terjadi multikolinieritas antar variabel independennya (Ghozali, 2001). Pada hasil pengujian multikolinearitas menunjukkan tolerance value pada variabel kepemimpinan dan variabel beban kerja sebesar 0.885 > 0.10, kemudian untuk nilai VIF variabel kepemimpinan dan variabel beban kerja sebesar 1.130 < 10.00. Jadi dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas antar kedua variabel independen.

4. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Dasar pengambilan keputusan dalam uji heteroskedastisitas dengan grafis plot adalah jika tidak terdapat pola tertentu, serta titik-titik menyebar maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Dari gambar terlampir, dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar dan tidak membentuk pola tertentu yang jelas. Jadi dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas.

Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah karyawan RSK Ngesti Waluyo Parakan bagian kepala ruang keperawatan, kepala ruang kebidanan dan karyawan non medis yang seluruhnya berjumlah 60 orang. Terdapat 5 karakteristik responden dalam penelitian ini, yaitu jenis kelamin, usia, pendidikan, bagian/divisi dan lama kerja.

Tabel 3

Gambaran Umum Responden

Karakteristik Kategori Frekuensi %

Jenis Kelamin

Pria 20 33,3

Wanita 40 66,7

Jumlah 60 100,0

Usia

24-33 18 30,0

34-43 22 36,6

44-53 13 21,7

> 53 7 11,7

(32)

17

Jumlah 60 100,0

Pendidikan

SMA 10 16,7

D3 46 76,6

S1 4 6,7

Jumlah 60 100,0

Bagian/divisi

Keperawatan 20 33,3

Kebidanan 7 11,7

Non Medis 33 55,0

Jumlah 60 100,0

Lama Kerja

2-11 20 33,3

12-21 23 38,4

22-31 17 28,3

Jumlah 60 100,0

Sumber: Data Olahan Kuesioner, 2017

Dari tabel 3 diatas, menunjukkan bahwa jumlah karyawan pria di RSK Ngesti Waluyo sebanyak 20 orang atau 33,3% dan karyawan wanita sebanyak 40 orang atau 67,7%. Jadi dapat disimpulkan bahwa karyawan berjenis kelamin wanita lebih banyak dibandingkan karyawan pria. Berdasarkan usia, terdiri atas responden yang berusia 24-33 tahun sebanyak 18 orang atau 30,0%, responden berusia 34-43 tahun sebanyak 22 orang atau 36,6%, responden berusia 44-53 tahun sebanyak 13 orang atau 21,7%, dan responden berusia >53 sebanyak 7 orang atau 11,7%.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar karyawan di RSK Ngesti Waluyo Parakan masih berada pada tingkat usia yang produktif.

Berdasarkan pendidikan, reponden yang memiliki pendidikan SMA/Sederajat sebanyak 10 orang atau 16,7%, reponden yang memiliki pendidikan D3 sebanyak 46 orang atau 76,6%, dan yang memiliki pendidikan S1 sebanyak 4 orang atau 6,7%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar karyawan RSK Ngesti Waluyo memiliki latar belakang pendidikan D3.

Berdasarkan bagian/divisi kerja, reponden yang berada pada bagian keperawatan sebanyak 20 orang atau 33,3%, responden yang berada pada bagian kebidanan sebanyak 7 orang atau 11,7%, dan responden yang berada pada bagian non medis sebanyak 33 orang atau 55,0%. Berdasarkan lama bekerja, terdiri atas responden yang telah bekerja selama 2-11 tahun sebanyak 20 orang

(33)

18

atau 33,3%, responden yang bekerja selama 12-21 tahun sebanyak 23 orang atau 38,4%, dan yang telah bekerja selama 22-31 tahun sebanyak 17 orang atau 28,3%.

Pengujian Hipotesis

Dalam penelitian ini, peneliti akan menganalisis pengaruh kepemimpinan dan beban kerja terhadap stres kerja karyawan. Adapun gambaran tentang penilaian stres kerja masing- masing karyawan dengan menggunakan skala pengukuran Likert,dimana hasil jawaban didapatkan melalui pengisian kuesioner dari responden tersebut dan dapat menggunakan rumus sebagai berikut (Santoso, 2004) :

i=

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚−𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 = 5−1

5 = 0,8 Tabel 4

Tingkat Kategori Variabel

Range Keterangan

4,21-5,00 3,41-4,20 2,61-3,40 1,80-2,59 1,00-1,79

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah

1. Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah kemampuan untuk memberi pengaruh yang kontruktif kepada orang lain untuk melakukan suatu usaha kooperatif mencapai tujuan yang sudah direncanakan (Kartono, 2005). Berdasarkan hasil perhitungan, menunjukkan bahwa rata-rata tertinggi dari variabel kepemimpinan adalah indikator kedua yaitu pernyataan “Pemimpin Saya menilai kinerja saya secara objektif melalui evaluasi kerja” dengan rata-rata jawaban dari 60 responden sebesar 4,283. Dan untuk nilai rata-rata dari 6 item pernyataan variabel kepemimpinan (X1) adalah sebesar 4,167 yang artinya kepemimpinan masuk dalam kategori tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menilai bahwa pemimpin memiliki sifat kepemimpinan yang tinggi.

(34)

19 2. Beban Kerja

Beban kerja merupakan terlalu banyak pekerjaan pada waktu yang tersedia atau melakukan pekerjaan yang terlalu sulit untuk karyawan (Schultz dan Schultz 2006). Berdasarkan hasil perhitungan, menunjukkan bahwa rata-rata tertinggi dari variabel beban kerja adalah indikator ke empat yaitu pernyataan “Meskipun banyak pekerjaan, Saya jarang melakukan kesalahan dalam bekerja” dengan rata-rata jawaban dari 60 responden sebesar 3,667. Dan untuk nilai rata-rata dari 5 item pernyataan variabel beban kerja (X2) adalah sebesar 3,427 yang artinya beban kerja masuk dalam kategori tinggi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa responden memiliki beban kerja yang tinggi.

3. Stres Kerja

Stres kerja sebagai suatu tanggapan dalam menyesuaiksn diri yang dipengaruhi oleh perbedaan individu dan proses psikologis, sebagai konsekuensi dari tindakan (Robbins, 2006).

Berdasarkan hasil perhitungan , menunjukkan bahwa rata-rata tertinggi dari variabel stres kerja adalah indikator ke enam yaitu pernyataan “Saya merasa senang saat mendapat bimbingan dan dukungan dari atasan” dengan nilai rata-rata jawaban dari 60 responden sebesar 4,267. Dan nilai rata-rata dari 9 item pernyataan variabel stres kerja (Y) adalah sebesar 3,111 yang artinya stres kerja masuk dalam kategori sedang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa responden memiliki stres kerja yang sedang.

Pengaruh Kepemimpinan dan Beban Kerja terhadap Stres Kerja Karyawan

Untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan dan beban kerja terhadap stres kerja karyawan RSK Ngesti Waluyo Parakan, maka peneliti melakukan uji regresi linear berganda.

Analisis regresi linear berganda ini dilakukan dengan alat bantu program SPSS 16.0, yang hasilnya adalah sebagai berikut :

1. Uji Kelayakan Model (Uji F)

(35)

20 Tabel 5 Tabel ANOVA

ANOVAb

Model

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 230.962 2 115.481 9.928 .000a

Residual 663.038 57 11.632

Total 894.000 59

a. Predictors: (Constant), x2, x1 b. Dependent Variable: y

Sumber : Data Olahan SPSS, 2017

Berdasarkan tabel 5 diatas, dapat dilihat bahwa nilai signifikan tabel ANOVA sebesar 0.000. Menunjukkan nilai signifikan kurang dari 0,05 (0,000 < 0,05) yang artinya bahwa hubungan bersifat linear. Hal ini menunjukkan bahwa kepemimpinan dan beban kerja berpola linear terhadap stres kerja.

2. Analisis Regresi Linear Berganda

Tabel 6 Tabel Coefficients

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 8.388 5.100 1.645 .106

x1 .228 .123 .225 1.852 .069

x2 .812 .183 .538 4.441 .000

a. Dependent Variable: y

Sumber : Data Olahan SPSS, 2017

Berdasarkan tabel 6, diperoleh persamaan regresi linear berganda sebagai berikut :

(36)

21 Y = 8,388 + 0,228 X1 + 0,812 X2

Dari persamaan linear berganda diatas, diperoleh nilai konstanta (a) sebesar 8,388. Hal ini menyatakan bahwa jika kepemimpinan dan beban kerja karyawan tidak mengalami perubahan maka nilai stres kerjanya sebesar 8,388. Koefisien regresi untuk variabel independen X1 (b1) sebesar 0,228, menyatakan bahwa jika kepemimpinan meningkat maka stres kerja akan mengalami peningkatan. Nilai koefisien regresi bernilai positif, sehingga dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan berpengaruh positif terhadap stres kerja. Koefisien regresi untuk variabel X2 (b2) sebesar 0,812, menyatakan bahwa jika beban kerja bertambah maka stres kerja akan mengalami kenaikan. Nilai koefisien regresi bernilai positif, sehingga dapat disimpulkan bawa beban kerja berpengaruh positif terhadap stres kerja.

3. Uji Koefisien Regresi (Uji t)

Pada tabel coefficient menunjukkan bahwa nilai signifikansi dari variabel kepemimpinan sebesar 0,069 > 0,05, menyatakan kepemimpinan berpengaruh tidak signifikan terhadap stres kerja karyawan. Artinya jika kepemimpinan meningkat satu satuan maka stres kerja tidak akan meningkat sebesar 0,228. Sedangkan pada beban kerja nilai signifikansinya sebesar 0,000 < 0,05 yang menyatakan beban kerja berpengaruh signifikan terhadap stres kerja karyawan. Artinya jika beban kerja bertambah satu satuan maka stres kerja mengalami kenaikan sebesar 0,812.

4. Koefisien Determinasi

Tabel 7 Koefisien Korelasi

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .508a .258 .232 3.411

a. Predictors: (Constant), x2, x1 Sumber : Data Olahan SPSS, 2017

Berdasarkan tabel 7 diatas, diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,258. Arti dari koefisien ini adalah bahwa pengaruh yang diberikan oleh kombinasi variabel sebesar 25,8%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain.

(37)

22 Pembahasan

Kepemimpinan

Berdasarkan hasil penelitian ini, beberapa karyawan pada RSK Ngesti Waluyo Parakan merasa kurang menyukai dengan beberapa sifat yang dimiliki oleh pemimpinnya. Hasil ini sesuai dengan wawancara pendahuluan dan hasil dari penyebaran kuesioner yang telah dilakukan dengan karyawan di rumah sakit tersebut. Hal yang menjadi acuan untuk mengetahui sifat kepemimpinan ini adalah sifat kepemimpinan yang dikemukakan oleh Kartono (2005) seperti dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sari (2014). Menurut Kartono sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah pemimpin yang memiliki kekuatan, stabilitas emosi, pengetahuan tentang relasi insani, kejujuran, objektifitas, dorongan pribadi keterampilan berkomunikasi, kemampuan mengajar, keterampilan sosial, dan cakap secara teknis atau manajerial.

Hasil penelitian ini menujukkan bahwa ada beberapa sifat kepemimpinan yang belum dimiliki oleh pimpinan di rumah sakit ini seperti pengetahuan tentang relasi insani, keterampilan berkomunikasi, dan keterampilan sosial. Rata-rata karyawan pada tiga divisi yang diteliti menyatakan bahwa pemimpin belum mampu mengembangkan potensi lebih yang dimiliki oleh karyawannya, kurang mampu memberikan arahan kepada bahawannya yang belum memahami pekerjaannya, dan belum mampu menerima masukan atau pendapat yang diberikan oleh bawahannya. Kemudian pada divisi kebidanan dan non medis beberapa karyawan menyatakan bahwa terkadang pemimpin kurang mampu berlaku adil terhadap bahawannya dan kurang komunikatif. Nilai rata-rata yang didapat dari variabel kepemimpinan ini adalah sebesar 4,167 dimana nilai tersebut menunjukkan bahwa kepemimpinan berada pada kategori tinggi. Untuk pernyataan indikator dengan nilai rata-rata tertinggi adalah 4,283 dan yang terendah adalah 4.

Beban Kerja

Hasil penelitian untuk variabel beban kerja menunjukkan bahwa karyawan pada tiga divisi yang diteliti ini megalami beban kerja yang cukup berlebih karena beban kerja termasuk dalam kategori tinggi. Dasar yang dijadikan acuan untuk mengetahui beban kerja yang berlebih adalah pengertian beban kerja yang dikemukakan oleh Schultz dan Schultz dalam bukunya yang berjudul “Psychology Work Today” tahun 2006. Beban kerja adalah terlalu banyak pekerjaan pada waktu yang tersedia atau melakukan pekerjaan yang terlalu sulit untuk karyawan.

(38)

23

Pada penelitian ini sebagian karyawan menyatakan bahwa pekerjaan yang harus mereka kerjakan cukup banyak, terutama pada saat mendekati pertengahan sampai akhir bulan. beban kerja yang banyak ini mengharuskan mereka untuk bekerja lembur, bahkan pada saat jam istirahat mereka harus tetap bekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya. Selain itu, karyawan menyatakan bahwa pekerjaan yang menjadi beban kerja adalah adanya tantangan yang harus selalu bisa dijawab. Oleh karena itu karyawan dituntut untuk dapat menyukai dan menikmati setiap pekerjaan yang diberikan. Namun dari hasil penelitian tersebut meskipun beban kerja mereka banyak, mereka jarang melakukan kesalahan. Jadi dapat disimpulkan bahwa meskipun beban kerja mereka berat tetapi mereka tetap dapat menjaga kualitas kerjanya. Nilai rata-rata yang didapat dari variabel beban kerja ini sebesar 3,427 dimana nilai tersebut menunjukkan bahwa variabel beban kerja berada pada kategori tinggi. Untuk pernyataan indikator dengan nilai rata-rata tertinggi adalah 3,667 dan yang terendah adalah 3,067.

Stres Kerja

Dari hasil penelitian dapat menunjukkan bahwa karyawan di rumah sakit ini mengalami gejala stres kerja . Hal yang menjadi dasar untuk mengetahui gejala stres kerja adalah gejala stres kerja yang dikemukakan oleh Robbins (2006) seperti dalam penelitian yang dilakukan oleh Suryaningrum (2015). Gelaja stres dikategorikan menjadi tiga, yaitu gejala fisiologis, gejala psikologis dan gejala perilaku.

Pada penelitian ini menunjukkan hasil bahwa karyawan mengalami gejala fisiologis, gelaja psikologis dan gejala perilaku. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan dari sebagian besar karyawan yang mengalami rasa sakit kepala atau pusing saat beban kerja terlalu banyak, merasa cemas dan kecewa saat belum memahami pekerjaan, dan pekerjaan yang dikerjakan tidak selesai tepat waktu, serta mengalami susah tidur saat ada masalah yang belum selesai ditempat kerja.

Nilai rata-rata yang didapat dari variabel stres kerja ini sebesar 3,111 dimana nilai tersebut menunjukkan bahwa variabel stres kerja berada pada kategori sedang. Untuk pernyataan indikator dengan nilai rata-rata tertinggi adalah 3,767 dan yang terendah adalah 2,067.

Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan mengalami stres kerja yang berada pada kategori sedang. Meskipun stres kerja ini berada pada kategori sedang tetapi ini dapat mengganggu kinerja karyawan yang membuat kerja mereka tidak dapat maksimal.

Melalui wawancara dengan HRD RSK Ngesti Waluyo Parakan, upaya yang sudah dilakukan untuk mengurangi stres kerja para karyawannya adalah dengan melakukan senam rutin satu

(39)

24

minggu sekali untuk seluruh karyawan. Namun berdasarkan hasil penelitian ini, cara tersebut belum maksimal dalam menangani stres kerja yang terjadi.

Pengaruh Kepemimpinan dan Beban Kerja Terhadap Stres Kerja Karyawan

Hasil dari penelitian ini tidak sepenuhnya mendukung hipotesis yang telah dibuat. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sari (2014) menyatakan bahwa kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap stres kerja karyawan. Sedangkan pada penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh kepemimpinan terhadap stres kerja adalah positif dan tidak signifikan. Menurut hasil kuesioner, indikator dengan pernyataan “Pemimpin Saya memberikan arahan kepada anggotanya yang kurang mampu memahami pekerjaannya” memiliki nilai rata- rata terendah dibandingankan indikator kepemimpinan lainnya. Jadi dapat dilihat bahwa pemimpin yang selalu memberikan beban kerja yang berat namun tidak mampu melihat kemampuan karyawan yang kurang mampu memahami pekerjaannya dan membutuhkan pelatihan serta arahan dari pemimpin menjadi faktor utama penyebab mempengaruhinya dan tidak signifikannya variabel kepemimpinan terhadap stres kerja karyawan.

Namun pada penelitian ini mendukung hipotesis kedua, yang menyatakan bahwa beban kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap stres kerja karyawan. Hasil ini juga mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Suryaningrum (2015) meskipun pada penelitian ini menggunakan indikator yang berbeda tetapi menggunakan indikator yang sama dengan Setiawan (2005). Selain mendukung hipotesis kedua, penelitian ini juga mendukung hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa kepemimpinan dan beban kerja secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap stres kerja karyawan.

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan, dan beban kerja karyawan RSK Ngesti Waluyo Parakan secara umum termasuk pada kategori tinggi sedangkan stres kerja berada pada kategori sedang. Hasil dari uji-F, variabel kepemimpinan dan beban kerja secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap stres kerja karyawan. Kemudian berdasarkan uji t, variabel kepemimpinan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap stres kerja karyawan. Sedangkan variabel beban kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap stres kerja karyawan. Hasil pengujian koefisien determinasi (R2)

(40)

25

adalah sebesar 0,258, yang artinya variabel stres kerja dapat dijelaskan oleh variabel kepemimpinan dan variabel beban kerja sebesar 25,8% sedangkan sebesar 74,2% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini beban kerja lebih dominan dalam mempengaruhi stres kerja karyawan RSK Ngesti Waluyo Parakan.

Implikasi

Implikasi Teoritis

Implikasi teoritis dari penelitian ini adalah ada temuan yang dihasilkan dalam penelitian ini yang dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian-penelitian selanjutnya. Pada hasil penelitian tentang variabel kepemimpinan berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sari (2014). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemimpinan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap stres kerja karyawan. Hal ini menunjukkan bahwa variabel kepemimpinan berbanding terbalik yang berpengaruh terhadap stres kerja karyawan. Namun, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa beban kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap stres kerja karyawan. Hal ini artinya karyawan yang memiliki beban kerja yang tinggi akan diikuti oleh rasa stres kerja yang tinggi pula. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa kepemimpinan dan beban kerja secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap stres kerja karyawan. Artinya karyawan yang secara bersama-sama memiliki masalah dengan sifat pemimpin dan beban kerja yang tinggi akan diikuti oleh rasa stres kerja yang semakin tinggi.

Implikasi Terapan

Implikasi terapan dari penelitian ini adalah dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa secara umum kepemimpinan dan beban kerja termasuk masuk dalam kategori tinggi, sedangkan stres kerja pada katergori sedang. Oleh karena itu berdasarkan hasil penelitian sebaiknya pimpinan RSK Ngesti Waluyo Parakan memberikan perhatian dan arahan kepada karyawannya yang kurang mampu dalam memahami pekerjaannya serta mencari solusi yang lebih tepat dan lebih efisien dalam mengatasi stres kerja karyawan karena meskipun stres kerja yang dialami pada kategori sedang jika stres ini berkepanjangan maka akan membuat menurunnya kinerja.

Melalui upaya tersebut akan membantu karyawan dalam mengatasi dan mengurangi stres kerja yang terjadi secara lebih maksimal sehingga tujuan organisasi akan lebih mudah tercapai.

(41)

26

Keterbatasan Penelitian dan Saran Penelitian Selanjutnya

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti memiliki beberapa keterbatasan yaitu hanya menggunakan dua variabel independen yang dianggap mempengaruhi variabel dependen. Selain itu data yang didapat hanya berupa data kuantitatif, sehingga data yang didapatkan terbatas pada pernyataan dalam kuesioner.

Untuk penelitian selanjutannya masih perlu dilakukan, karena dalam penelitian ini masih terdapat perbedaan dengan peneliti sebelumnya. Penelitian selanjutnya, disarankan peneliti dapat meneliti menggunakan variabel independen yang berbeda atau lebih banyak lagi seperti faktor dari individu/pribadi yang dapat mempengaruhi stres kerja. Karena pada penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, maka untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti kembali dengan jenis penelitian kualitatif.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Renika Cipta.

Azwar, S. 2007. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Beerh, T.A, dan Newman, J.E. 1978. Job stress, Employee Healt and Organization Effectiveness: A facet Analisis Model, and Literature Review. Personal Psochology. 31, 665-669.

Cahyono, Ari. 2012. Analisis Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi dan Budaya organisasi Terhadap Kinerja Dosen dan Karyawan Di Universitas Pawyatan Daha Kediri. Jurnal Ilmu Manajemen, REVITALISASI, Vol. 1, Nomor 1.

Davis dan Newstrom. 1985. Perilaku Dalam Organisasi. Jakarta: Erlangga.

Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ilyas, Yaslis. 2002. Perencanaan Sumber Daya Manusia Rumah Sakit. Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

Kartono, Kartini. 2005. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Kusuma, Andriani Aster. dan Soestyo, Yoyok. 2014. Pengaruh Beban Kerja Terhadap Stres Kerja Dan Dampaknya Terhadap Kinerja Karyawan. Jurnal Ilmu Manajemen. Volume 2 Nomor 2. Jurusan Manajemen. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Surabaya.

(42)

27

Manuaba, A. 2000. Ergonomi Kesehatan Keselamatan Kerja. Dalam Wygnyosoebroto S &

Wiranto, S.E: Eds. Processing Seminar Nasional Ergonomi PT. Guna Widya Surabaya.

Menpan. 1997. Definisi Beban Kerja. Diakses 4 April 2017 dari http://www.bkn.go.id

Mirowsky, J. dan Ross, E.C. 2003. Social Cause Of Psychological Distress. New York: Walter de Gruyter, Inc.

Mondy, R.Wayne. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jilid 2 Edisi 10. Jakarta: Erlangga.

Munandar, A. S. 2001. Stres dan Keselamatan Kerja “Psikologi Industri dan Organisasi”.

Penerbit Universitas Indonesia.

Quick, J.C. dan Quick, J.D. 1984. Organizational Stress And Preventive Management. USA:

McGraw-Hill, Inc.

Robbins, Stephen P. 2006. Perilaku Organisasi. Edisi 10. Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia.

Robbins, Stephen P., dan Judge, Timothy. A. 2008. Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat.

Rodahl, K. 1989. The Physiologi of Work. London: Taylor & Francis.

Santoso, S. 2004. Buku Latihan SPSS Multivariat. Jakarta: Bumi Aksara.

Sarafino, E.P. 2006. Health Psychology: Biopsychosocial Interactions. Fifth Edition. USA: John Wiley & Sons.

Sari, Rinda. 2014. Pengaruh Kepemimpinan dan Konflik Terhadap Stres Kerja Karyawan Bidang Keperawatan pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara. Program Strata-1. Manajemen Ekstensi Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

Universitas Sumatera Utara.

Schultz, D., Schultz, S.E. 2006. Psychology Work Today. Nine Edition. New Jersey: Pearson Education, Inc.

Setiawan, Sapto Adi. 2005. Faktor-faktor Penyebab Stres Kerja dan Hubungannya dengan Tingkat Stres Dosen (Studi Kasus di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga).

Program Strata-1. Manajemen Sumber Daya Manusia Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

Siagian, Sondang P., 2002. Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta: Cetakan Pertama, PT. Rineka Cipta.

Gambar

Gambar 1. Model Penelitian ......................................................................................
Gambar 1. Model penelitian
Tabel 6  Tabel Coefficients  Coefficients a Model  Unstandardized Coefficients  Standardized Coefficients  T  Sig

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan Stres Kerja dan Beban Kerja Mental ditinjau dari Shift Kerja pada Perawat di RSUD Dr.. Introduction to Industrial/Organizational

Untuk melihat pengaruh penggunaan substrat yang berbeda terhadap daya tetas telur pada ikan lele sangkuriang ternyata terdapat perbedaan persentase penetasan telur, dimana

Pendidikan Islam harus melakukan berbagai inovasi dalam rangka membentuk manusia yang siap menjawab tantangan global dengan membekali ilmu pengetahuan yang mumpuni

– Contain enzymes that function in digestion of food and dead cell parts (break down &amp; worn out organelles) – Surrounded by

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan mengkaji lebih mendalam tentang Implementasi Trilogi Kepemimpinan Pendidikan Ki Hadjar Dewantara dalam pendidikan formal

(2) Kebijakan peningkatan kualitas prasarana umum, fasilitas umum dan fasilitas pariwisata untuk mendukung pertumbuhan dan daya saing destinasi pariwisata sebagaimana dimaksud

Tugas Karya Seni yang berjudul “Problematika Sepakbola Indonesia sebagai Sumber Inspirasi Lukisan” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana S-1

       Menyipat  titik­titik  yang  telah  ditentukan  tersebut  serta  titik  BM, sementara