• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II: TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja

2.1.1 Visi Museum Batik Indonesia

Mewujudkan pelestarian warisan dan identitas budaya bangsa Indonesia untuk kesejahteraan masyarakat.

2.1.2 Misi Museum Batik Indonesia

a. Menjadi pusat informasi batik Indonesia.

b. Menjadi pusat pelestarian koleksi dan budaya batik Indonesia.

c. Menjadi pusat penelitian mengenai sejarah, pengetahuan dan budaya serta lingkungannya.

d. Menjadi agen perubahan yang berkorelasi dengan daerah penghasil batik.

e. Menjadi pusat pengembangan desain dan seni motif batik untuk mendukung sektor industry kreatif.

f. Menjadi media peragaan batik yang fashionable dari berbagai perancang dan rumah mode yang berpengaruh di Indonesia maupun dunia internasional.

2.1.1 Tujuan Museum Batik Indonesia

a. Menyajikan dan menginterpretasikan koleksi batik yang relevan dengan masa kini untuk khususnya masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia pada umumnya.

b. Mendidik masyarakat melalui koleksi batik.

c. Mengadakan komunikasi antara masyarakat lokal, regional, nasional dan internasional tentang batik sebagai warisan dunia tak benda.

d. Mengkaji sejarah batik, cara pembuatan, filosofi dan identitas melalui koleksi.

(2)

2.2. Kerangka Berpikir

(3)

2.2. Deskripsi Proyek

Secara umum, proyek ini dapat dideskripsikan sebagai berikut:

1 Judul : Museum Batik Indonesia

2 Tema : Never Ending Experience

3 Lokasi : Taman Mini Indonesia Indah   Jl. Raya Taman Mini, Jakarta Timur

4 Luas Tapak : 6.451 m2

5 KDB : 30% ‐ 1.935 m2

6 KLB : 1,2 ‐ 7.741 m2

7 KTB : 40% ‐ 2.580 m2

8 KDH : 45% ‐ 2.803 m2

9 Ketinggian Bangunan : Maksimum 4 lantai

Gambar 1. Lokasi TMII. Sumber: https://www.google.co.id/maps/

Gambar 2. Lokasi Proyek di TMII. Sumber: https://kabar1981.wordpress.com/

(4)

Di dalam area Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Museum Batik Indonesia (MBI) berada dalam satu area dengan Museum Pusaka, Museum Serangga dan Museum Air Tawar. Keempat museum ini memiliki satu gerbang masuk dan dihubungkan dengan plaza. MBI sendiri berbatasan langsung dengan Museum Serangga, Museum Pusaka dan Museum Keprajuritan. Walaupun Museum Keprajuritan tidak berada dalam satu area dengan keempat museum tersebut, tetapi terdapat jalan penghubung berupa jalan setapak yang terdapat di bagia belakang antara Museum Pusaka dan MBI.

Gambar 3. Area Museum Batik Indonesia. Sumber: Pribadi.

(5)

2.3. Museum

2.3.1 Pengertian Museum

Menurut Permen Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: PM.45/UM.001/MKP/2009 tentang Pedoman Permuseuman, museum adalah lembaga penyimpanan, perawatan, pengamanan, dan pemanfaatan benda-benda materiil hasil budaya manusia serta alam lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa. Sedang menurut International Council of Museums (ICOM), museum adalah institusi atau lembaga permanen non profit yang melayani masyarakat, terbuka untuk umum, dimana berkewajiban untuk mengambil alih, melestarikan, meneliti, menyampaikan dan memamerkan bukti-bukti penginggalan manusia dan lingkungannya, baik yang berwujud maupun tidak, untuk keperluan penelitian, edukasi dan rekreasi (a museum is a non-profit making permanent institution in the service of society and of its development, open to the public, which acquires, conserves, researches, communicates and exhibits, for purpose of study, education and enjoyment, the tangible and intangible evidence of people and their environment). Setiap koleksi yang disimpan di museum dicatat dalam buku registrasi dan buku inventarisasi yang memuat:

a. Pemilik koleksi

b. Nama dan nomor koleksi c. Asal usul koleksi

d. Keterangan lain yang dianggap perlu, misalnya cara perolehan.

Koleksi yang disimpan pada ruang penyimpanan koleksi dilakukan pada koleksi:

a. Sifatnya unik, langka, nilai ekonomi tinggi dan mudah lapuk b. Sudah dilakukan konservasi dan perawatan

c. Sudah memiliki informasi

d. Tidak sedang dilakukan penelitian.

2.3.2 Fungsi Museum

Tujuan museum secara umum menurut ICOM (International Council of Museums) yaitu untuk memelihara, menyelidiki dan memperbanyak. Sedangkan secara khusus

(6)

yaitu memamerkan kepada khalayak ramai guna pendidikan, pengajaran, dan penikmat akan bukti-bukti nyata berupa benda-benda- dari manusia dan lingkungannya.

Selain itu, masih menurut ICOM, 9 fungsi museum yang lain adalah sebagai berikut :

a. Tempat pengumpulan dan pengamanan warisan budaya dan alam.

b. Tempat dokumentasi dan penelitian ilmiah.

c. Konservasi dan preservasi.

d. Media penyebaran dan penyerataan ilmu untuk umum.

e. Tempat pengenalan dan penghayatan kesenian.

f. Visualisasi warisan budaya dan alam.

g. Media perkenalan budaya antar daerah dan antar bangsa.

h. Cermin pertumbuhan peradaban umat manusia.

i. Pembangkit rasa bertaqwa dan bersyukur kepada Tuhan YME.

2.3.3 Klasifikasi Museum

Museum yang terdapat di Indonesia dapat dibedakan menjadi beberapa jenis klasifikasi (Ayo Kita Mengenal Museum, 2009):

a. Museum berdasarkan koleksi yang dimiliki

 Museum Umum

museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia dan atau lingkungannya yang berkaitan dengan berbagai cabang seni, disiplin ilmu dan teknologi. Contoh museum umum adalah Museum Nasional di Jakarta yang koleksinya mencakup kekayaan budaya dari seluruh pelosok Indonesia.

 Museum Khusus

museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia atau lingkungannya yang berkaitan dengan satu cabang seni, satu cabang ilmu atau satu cabang teknologi. Contoh museum khusus adalah Museum IPTEK, Museum Serangga dan Kupu-kupu, Museum Reptil, Museum Air Tawar, dan berbagai museum lainnya di Taman Mini Indonesia Indah yang koleksinya terbatas pada tema tertentu.

(7)

b. Museum berdasarkan kedudukannya

 Museum Nasional

museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal, mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia dan atau lingkungannya dari seluruh wilayah Indonesia yang bernilai nasional.

 Museum Propinsi

museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal, mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia dan atau lingkungannya dari wilayah propinsi dimana museum berada.

 Museum Lokal

museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal, mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia dan atau lingkungannya dari wilayah kabupaten atau kotamadya dimana museum tersebut berada.

2.3.4 Kegiatan Dalam Museum

Meunurut Sutarga (1989) secara garis besar kegiatan yang ada di museum adalah:

a. Pengumpulan Koleksi

kegiatan ini antara lain operasi lapangan, pemotretan lapangan, pembuatan film dokumenter dan lain-lain.

b. Penyimpanan dan Pengelolaan Koleksi

kegiatan ini antara lain penampungan, penyimpanan, penelitian dan penggandaan (reproduksi)

Selain itu, kegiatan-kegiatan museum yang lainnya adalah:

c. Preservasi

Meliputi kegiatan reproduksi, penyimpanan dan regestrasi.

 Reproduksi, sebagai cadangan koleksi untuk menyelamatkan koleksi aslinya.

 Penyimpanan, untuk penyelamatan koleksi asli dari faktor yang merugikan

 Registrasi, merupakan pemberian dan penyusunan keterangan.

(8)

d. Observasi

Merupakan suatu penyelidikan benda-benda calon koleksi untuk disesuaikan dengan persyaratan koleksi.

 Penelitian baik luar maupun dalam (laboratorium)

 Perawatan dan perbaikan untuk melestarikan benda koleksi e. Apresiasi

 Pendidikan, menunjang fungsi museum sebagai sarana pendidikan bagi masyarakat yang bersifat non normal.

 Rekreatif, museum sebagai objek rekreasi yang menyajikan hiburan edukatif.

f. Komunikasi

 Pameran, ruang pamer merupakan sarana komunikasi antara masyarakat (pengunjung) dengan materi koleksi, yang dibantu dengan guide.

 Pertemuan, antara perngelola dengan masyarakat sebagai penunjang kegiatan

 Administrasi 2.3.5 Pengguna Museum

Terdapat dua kategori pengguna dalam sebuah museum (Pedoman Museum Indonesia, 2008):

a. Pengelola

Pengelola museum adalah petugas yang berada dan melaksanakan tugas museum dan dipimpin oleh seorang kepala museum. Kepala museum membawahkan dua bagian yaitu:

 Bagian Administrasi

petugas administrasi mengelola ketenagaan, keuangan, surat-menyurat, kerumahtanggaan, pengamanan, dan registrasi koleksi.

 Bagian Teknis

(9)

bagian teknis terdiri dari tenaga pengelola koleksi yang bertugas melakukan inventarisasi dan kajian setiap koleksi museum, tenaga konservasi bertugas melakukan pemeliharaan dan perawatan koleksi, tenaga preparasi bertugas menyiapkan sarana dan prasarana serta menata pameran, dan tenaga bimbingan dan humas yang bertugas memberikan informasi dan mempublikasikan koleksi untuk dimanfaatkan oleh masyarakat..

b. Pengunjung

Berdasarkan intensitas kunjungannya dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :

 Kelompok orang yang secara rutin berhubungan dengan museum seperti kolektor, seniman, desainer, ilmuwan, mahasiswa, dan pelajar.

 Kelompok orang yang baru mengunjungi museum.

Berdasarkan tujuanya pengunjung dibedakan menjadi tiga kelompok:

 Pengunjung pelaku studi

 Pengunjung bertujuan tertentu

 Pengunjung pelaku rekreasi 2.3.6 Persyaratan Museum

Menurut J. De Chiara dan J.H. Callendar dalam Time Saver Standards for Building Types (1983), persyaratan untuk sebuah museum harus mempertimbangkan faktor- faktor sebagai berikut :

a. Pemilihan Tapak

Lokasi tapak tidak harus berada di pusat kota dengan pertimbangan sudah tersedianya jaringan dan fasilitas transportasi untuk mencapai suatu lokasi ke lokasi lainnya.

b. Ruang Service

Pertimbangan jumlah luasan ruang yang diperlukan untuk kegiatan service dan kegiatan penunjang lainnya. Penentuan kebutuhan ruang ini berkaitan

(10)

dengan tujuan dan fungsi museum, sehingga kegiatan-kegiatan yang ada di dalamnya dapat berlangsung dengan baik.

c. Perencanaan Ruang Luar

Sebuah museum yang dibangun di lingkungan yang padat, seperti daerah pusat kota maupun luar kota, penataan ruangnya harus menciptakan suasana yang terlingkupi.

d. Penerangan Alami

Penerangan alami dari cahaya matahari memiliki aspek ekonomis yang tinggi, namun juga memiliki efek yang buruk. Karena itu, keberadaan penerangan alami harus ditata sedemikian rupa agar tidak ada lubang cahaya yang mengganggu.

e. Bentuk Ruang

Dalam mendesain sebuah museum perlu penataan ruang yang baik dan fleksibel. Hal tersebut disebabkan karena fungsi galeri yang temporer dan berubah tema dan isinya.

f. Pembagian Ruang

Pembagian ruang dalam museum ditujukan untuk memenuhi kebutuhan materi pameran, tentunya berkaitan erat dengan sistem penyinaran dan pemanfaatan penerangan alami.

g. Pintu Masuk

Di lokasi, pengunjung sudah diarahkan dan diberi pilihan-pilihan untuk menjelajahi ruang-ruang pamer yang ada. Penempatan pintu ini juga memudahkan pengawasan dan pelayanan terhadap pengunjung.

h. Ruang Pamer

Museum dengan dimensi dan bentuk ruang yang sama akan menciptakan kesan monoton. Dengan membuat variasi antara ketinggian plafon dan lebar rung, didukung dengan perbedaan warna dan bahan dari dinding dan lantai akan membuat perhatian spontan dari pengunjung. Kesan monoton terjadi bila banyak ruang yang memiliki dimensi dan bentuk yang sama disusun dalam satu garis.

(11)

2.3.7 Tata Cara Penyajian Koleksi

Penyajian koleksi merupakan salah satu cara berkomunikasi antara pengunjung dengan benda-benda koleksi yang dilengkapi dengan teks, gambar, foto, ilustrasi dan pendukung lainnya (Pedoman Museum Indonesia, 2008).

a. Prinsip-prinsip Penyajian Koleksi

Penataan koleksi di ruang pameran museum harus memiliki:

 Sistematika atau alur cerita pameran, sangat diperlukan dalam penyajian koleksi di ruang ameran, karena akan mempermudah komunikasi dan penyampaian informasi koleksi museum kepada masyarakat.

 Koleksi yang mendukung alur cerita, yang disajikan di ruang pameran harus dipersiapkan sebelumnya, agar sajian koleksi terlihat hubungan dan keterkaitan yang jelas antar isi materi pameran.

b. Jenis Pameran

Jenis pameran di museum dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

 Pameran Tetap

pameran yang diadakan dalam jangka waktu 2 sampai dengan 4 tahun. Tema pameran sesuai dengan jenis, visi dan misi museum.

Idealnya, koleksi pameran yang disajikan adalah 25 sampai dengan 40 persen dari koleksi yang dimiliki museum, dan dilakukan penggantian koleksi yang dipamerkan dalam jangka waktu tertentu.

 Pameran Khusus/Temporer

pameran koleksi museum yang diselenggarakan dalam waktu relatif singkat. Fungsi utamanya adalah untuk menunjang pameran tetap, agar dapat lebih banyak mengundang pengunjung datang ke museum.

c. Metode Pameran

Metode dan teknik penyajian koleksi di museum terdiri dari :

 Metode pendekatan intelektual

adalah cara penyajian benda-benda koleksi museum yang mengungkapkan informasi tentang guna, arti dan fungsi benda koleksi museum.

(12)

 Metode pendekatan romantik (evokatif)

adalah cara penyajian benda-benda koleksi museum yang mengungkapkan suasana tertentu yang berhubungan dengan benda- benda yang dipamerkan.

 Metode pendekatan estetik

dalah cara penyajian benda-benda koleksi museum yang mengungkapkan nilai artistik yang ada pada benda koleksi museum.

 Metode pendekatan simbolik

adalah cara penyajian benda-benda koleksi museum dengan menggunakan simbol-simbol tertentu sebagai media interpretasi pengunjung.

 Metode pendekatan kontemplatif

adalah cara penyajian koleksi di museum untuk membangun imajinasi pengunjung terhadap koleksi yang dipamerkan.

 Metode pendekatan interaktif

Adalah cara penyajian koleksi di museum dimana pengunjung dapat berinteraksi langsung dengan koleksi yang dipamerkan. Penyajian interaktif dapat menggunakan teknologi informasi.

d. Penataan Koleksi

Penataan dalam suatu pameran dapat disajikan secara:

 Tematik, yaitu dengan menata materi pameran dengan tema dan subtema.

 Taksonomik, yaitu menyajikan koleksi dalam kelompok atau sistem klasifikasi.

 Kronologis, yaitu menyajikan koleksi yang disusun menurut usianya dari yang tertua hingga sekarang.

e. Panil-panil Informasi

Panil-panil informasi atau label secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

 Teks dinding (introductory label) yang memuat informasi awal/pengenalan mengenai pameran yang diselenggarakan, tema dan subtema pameran, kelompok koleksi.

(13)

 Label individu yang berisi nama dan keterangan singkat mengenai koleksi yang dipamerkan. Informasi yang disampaikan berisi keterangan yang bersifat deskriptif, dan informasi yang dibutuhkan sesuai dengan alur cerita.

2.3.8 Persyaratan Berdirinya Museum

Persyaratan museum menurut Pedoman Pendirian Museum (1999/2000), terdapat beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam perencanaan suatu museum, antara lain :

a. Lokasi Museum

 Lokasi yang strategis

Lokasi yang dipilih bukan untuk kepentingan pendirinya, tetapi untuk masyarakat umum, pelajar, mahasiswa, ilmuwan, wisatawan, dan masyarakat umum lainnya.

 Lokasi harus sehat

Lokasi sehat diartikan lokasi yang tidak terletak di daerah industri yang banyak pengotoran udara, bukan daerah yang berawa atau tanah pasir, elemen iklim yang berpengaruh pada lokasi itu antara lain kelembaban udara setidaknya harus terkontrol mencapai netral, yaitu 55-65%.

b. Persyaratan Bangunan

Persyaratan umum yang mengatur bentuk ruang museum yang bisa dijabarkan sebagai berikut :

 Bangunan dikelompokkan dan dipisahkan sesuai fungsi dan aktivitas, ketenangan dan keramaian, dan keamanan.

 Pintu masuk (main entrance) utama diperuntukkan bagi pengunjung.

 Pintu masuk khusus (service utama) untuk bagian pelayanan, perkantoran, rumah jaga serta ruang-ruang pada bangunan khusus.

 Area semi publik terdiri dari bangunan administrasi termasuk perpustakaan dan ruang rapat.

(14)

 Area privat terdiri dari laboratorium konservasi, studio preparasi dan storage.

 Area public atau umum terdiri dari bangunan utama yang meliputi pameran tetap, pameran temporer, dan peragaan, dan Auditorium, keamanan, gift shop, cafetaria, ticket box, penitipan barang, lobby/ruang istirahat, dan tempat parkir.

Persyaratan khusus

 Bangunan utama, yang mewadahi kegiatan pameran tetap dan temporer, harus dapat memuat benda-benda koleksi yang akan dipamerkan, mudah dalam pencapaiannya baik dari luar atau dalam, merupakan bangunan penerima yang harus memiliki daya tarik sebagai bangunan utama yang dikunjungi oleh pengunjung museum, serta memiliki sistem keamanan yang baik, baik dari segi konstruksi, spesifikasi ruang untuk mencegah rusaknya benda-benda secara alami ataupun karena pencurian.

 Bangunan Auditorium, harus dapat dengan mudah dicapai oleh umum, dan dapat dipakai untuk ruang pertemuan, diskusi, dan ceramah.

 Bangunan Khusus, harus terletak pada tempat yang kering, mempunyai pintu masuk yang khusus, dan memiliki sistem keamanan yang baik (terhadap kerusakan, kebakaran, dan pencurian).

 Bangunan Administrasi, harus terletak di lokasi yang strategis baik dari pencapaian umum maupun terhadap bangunan lainnya.

2.3.9 Persyaratan Ruang

Persyaratan ruang pada ruang pamer sebagai fungsi utama dari museum. Beberapa persyaratan teknis ruang pamer sebagai berikut:

a. Pencahayaan dan Penghawaan

Pencahayaan dan penghawaan merupakan aspek teknis utama yang perlu diperhatikan untuk membantu memperlambat proses pelapukan dari koleksi.

(15)

Untuk museum dengan koleksi utama kelembaban yang disarankan adalah 50% dengan suhu 210C – 260C. Intensitas cahaya yang disarankan sebesar 50 lux dengan meminimalisir radiasi ultra violet. Beberapa ketentuan dan contoh penggunaan cahaya alami pada museum sebagai berikut:

Gambar 4. Pencahayaan Alami

b. Ergonomi dan Tata Letak

Untuk memudahkan pengunjung dalam melihat, menikmati, dan mengapresiasi koleksi, maka perletakan peraga atau koleksi turut berperan.

Berikut standar-standar perletakan koleksi di ruang pamer museum.

Gambar 5. Perletakan Panil Koleksi

c. Jalur Sirkulasi di Dalam Ruang Pamer

Jalur sirkulasi di dalam ruang pamer harus dapat menyampaikan informasi, membantu pengunjung memahami koleksi yang dipamerkan. Penentuan jalur sirkulasi bergantung juga pada runtutan cerita yang ingin disampaikan dalam

(16)

Gambar 6. Sirkulasi Ruang Pamer

Menurut (Pickard, 2002), sebuah pameran museum atau gallery terdiri dari ruang pamer permanen dan ruang pamer temporer dalam bentuk dan ukuran yang berbeda. Ruang pamer temporer dapat memperkuat dan memperluas ruang pamer permanen dan memberikan kesempatan benda pamer yang biasanya tersimpan di dalam ruang penyimpanan.

Pedoman dasar merancang ruang pamer :

a. Dinding

permukaan dinding harus padat dan dilindungin oleh bahan yang mudah untuk diperbaiki secara langsung. Material harus berpori sehingga dapat membantu mengontrol kelembaban ruang pamer dengan menyerap dan melepaskan kelembaban.

b. Lantai

tenang, nyaman, menarik, awet, dapat merefleksi cahaya, dan mampu menahan beban berat. Biasanya kayu, batu, dan karpet merupakan material yang cocok untuk lantai pada ruang pamer.

c. Objek pamer

yang terpenting, setiap benda harus ditempatkan di tempat yang memiliki sudut pandang yang tepat dengan pencahayaan yang cukup. Setiap objek harus diberikan konteks visual. Penyajian informasi tentang masing-masing objek harus di buat dalam konteks strategi informasi keseluruhan seperti surat, penjelasan, nama, dll.

d. Bentuk media pamer

(17)

tampilan media pamer dapat menjadi sangat penting dalam bagian hiasan museum. Masalah bentuk dan tampilan harus di pertimbangkan seperti, latar belakang, yang sangat penting bagi media pamer dan ruang pamer serta objek lain disekitarnya. Media pamer juga harus di desain untuk berbagai macam aspek akses pemeliharaan termasuk objek lain didalamnya seperti pencahayaan, perlengkapan kelembabab, serta media pamer itu sendiri.

e. Penghawaan

tidak ada acuan yang mutlak tentang kontrol pemanasan dan kelembaban.

Pengontrolan koleksi tertentu tergantung pada keadaan museum dan kondisi sebelum objek-objek tersebut disimpan.

 Suhu, adalah faktor paling sedikit penyebab kerusakan lingkungan tapi penting dalam mengontrol tingkat kelembaban. Suhu rendah dapat menolong dalam mengurangi pembusukan secara kimiawi dan biologis, tapi suhu yang di inginkan sering di atur oleh permintaan kenyamanan manusia yang harusnya tidak boleh lebih dari 19°C.

 Tingkat kelembaban, adalah faktor yang lebih penting dari suhu didalam suatu konservasi, semakin tinggi kelembaban, maka semakin besar resikonya. Kondisi kering dapat menghambat terjadinya korosi, namun bahan organik seperti kayu dan tekstil dapat menyusut dan mungkin menjadi rapuh. Dalam kondisi masal, korosi terjadi pada beberapa material yang tidak stabil, dan kebanyakan material organik beresiko diserang oleh serangga dan jamur. Beberapa jamur dapat menyebar dalam tingkat kelembaban serendah 60%, tapi yang benar- benar berbahaya bermulai pada tingkat 75%. Umumnya tingkat kelembababn yang dapat diterima untuk objek yang sensitif dan halus adalah 55,5%. Fluktuasi jangka pendek pada tingkat kelembaban secara khusus dapat merukan artefak-artefak. Kebanyakan artefak akan lebih aman jika di tempatkan pada ruangan dengan kelambaban 45%-60%.

f. Pencahayaan

biasanya tampilan pencahayaan bertujuan untuk menyajikan pameran secara akurat dalam hal seluruh objek dan rinciannya serta membuat tampilan objek menjadi lebih menarik. Umumnya hal ini membutuhkan combinasi dari lingkungan dan aksen pencahayaan. Sehingga lampu mendapatkan tampilan

(18)

warna yang baik . faktor-faktor yang harus diprtimbangkan dalam mendesain tampilan skema pencahayaan adalah:

 Secara psikologi, bagaimana pameran terlihat, persepsi tentang bangunan, suasana dalam ruang publik, rute pencahayaan, dll.

 Secara fisiologis, pencahayaan, kontras, relektansi cahaya, efisiensi, keseragaman, kesilauan, warna, dan degradasi foto.

Gambar 7. Teknik Pencahayaan Pameran. Sumber: The architect’s handbook.

2.3.10 Elemen Pengisi Ruang Pamer

Menurut (Dean, 1996), yang menjadi pengisi ruang dalam pameran selain benda koleksi adalah sarana yang digunakan untuk menampilkan benda koleksi tersebut.

Manusia juga dapat dikatakan sebagai pengisi ruang karena ruang dibuat untuk manusia berkegiatan didalamnya. Sarana untuk menampilkan benda koleksi menyesuaikan dengan sifat benda yang ingin ditampilkan untuk menonjolkan kualitas benda yang diinginkan. Berikut adalah beberapa dasar bentuk sarana untuk menampilkan koleksi benda dalam museum :

a. Vitrine

Kata Vitrine berasal dari bahasa perancis kuno vitre yang berarti lembaran kaca. Vitrine merupakan kotak kaca tempat untuk menyimpan benda koleksi yang tidak boleh disentuh secara fisik oleh dunia luar. Vitrine menjamin keamanan koleksinya tanpa membatasi pengunjung untuk mengamati benda koleksi didalamnya. Bentuk Vitrine disesuaikan dengan kebutuhan dimensi benda koleksi dan dimensi manusia yang akan mengamatinya sehingga bentuk dan letaknya pun dapat beragam.

b. Panel

(19)

Panel merupakan sebuah bidang yang dapat terletak di tengah ruangan sebagai pembatas atau melekat pada dinding. Panel tidak selalu berupa bidang persegi yang kaku tetapi panel dapat berupa bidang lengkung yang menarik. Panel dapat digunakan sebagai sekat ruang, papan informasi atau sarana memamerkan benda koleksi.

c. Panggung atau Kotak Alas

Benda koleksi yang dipamerkan di atas lantai yang ditinggikan atau diletakkan diatas kotak yang berfungsi sebagai panggung bagi benda tersebut, memberikan keleluasaan bagi pengunjung dalam mengamatinya.

Bentuk tampilan ini tidak memberikan perlindungan dari debu terhadap benda koleksi, tetapi tetap berusaha menghindari kemungkinan pengunjung menyentuh benda. Perbedaan ketinggian yang ada secara tidak langsung memberikan batasan secara visual. Untuk mencegah pengunjung berdiri terlalu dekat dengan panggung dan bersandar padanya, bisa diletakkan pagar pembatas disekelilingnya.

Elemen pengisi ruang perlu diatur agar sesuai dengan dimensi manusia karena jika manusia merasa tidak nyaman saat mengamati benda tersebut maka proses penerimaan informasi tidak akan berjalan dengan baik. Sebagai contoh, tinggi letak benda disesuaikan dengan tinggi mata manusia rata-rata sehingga pengunjung tidak perlu mendongak atau menunduk yang membuat badan cepat lelah dan tidak nyaman.

Gambar 8. Tinggi benda dan jarak vertikal yang nyaman untuk melihat. Sumber : Dean, David. 1996.

(20)

2.3.11 Koleksi Museum

Menurut Sutaarga (1999), koleksi adalah benda atau kumpulan benda yang berguna bagi suatu cabang kesenian, disiplin ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikumpulkan, dirawat, dipelihara, diteliti, dikaji dan dikomunikasikan serta dipamerkan sebagai bukti material dari manusia dan lingkungannya untuk tujuan studi, pendidikan dan hiburan.

a. Persyaratan Koleksi

Berdasarkan (ICOM, 2004), persyaratan koleksi museum antara lain:

 Koleksi museum haruslah mempunyai nilai sejarah dan ilmiah, serta nilai estetika.

 Dapat diidentifikasikan wujudnya (morfologi), tipenya (tipologi), gayanya (style), fungsinya, maknanya, asalnya secara historis, geografis genus (orde biologi), ataupun periodenya (dalam geologi khususnya untuk benda-benda sejarah alam dan teknologi).

 Harus dapat dijadikan dokumen, sebagai bukti kenyataan dan kehadirannya (realitas dan ekstensinya) bagi penelitian ilmiah.

 Dapat dijadikan suatu dokumen atau cikal bakal monumen dalam sejarah alam atau budaya.

 Merupakan benda asli.

b. Jenis Koleksi

Menurut Sutaarga (1989) jenis koleksi museum terdiri dari benda-benda realita, replica, reproduksi, miniatur, diorama dan hasil abstraksi.

Berdasarkan wujud keaslian dan jenisnya, koleksi museum dapat digolongkan seperti:

 Arkeologika

 Historika

 Naskah

 Keramik Asing

 Buku/ Majalah Antikuariat

 Karya Seni dan Senikrika

 Benda Grafika

 Diorama

(21)

 Benda sejarah alam, berupa flora, fauna, batuan dan mineral

 Replika

 Miniatur

 Koleksi hasil abstrak c. Perawatan Koleksi

Menurut Sutaarga (1989), beberapa faktor yang dapat merubah kondisi atau keutuhan koleksi dan dapat menjad gangguan, bahkan mengakibatkan kerusakan pada berbagai benda koleksi museum, antara lain suhu dan kelembaban udara, iklim, pencemaran udara, cahaya, serangga, mikroorganisme, penanganan koleksi, pencemaran atmosferik, bahaya api dan sebagainya.

2.3.12 Pengamanan Dalam Museum

menurut Soekono (1996), pengamanan museum dapat dikelompokkan menjadi:

a. Pengamanan umum melalui tata kerja dan tata ruang

Pengamanan lebih pada benda-benda koleksi yang disimpan di ruang koleksi. Koleksi yang sedang digunakan biasanya mendapat perhatian khusus sehingga keamanannya lebih terjamin. Tidak demikian dengan koleksi yang ada di ruang penyimpanan. Ruang penyimpanan sangat luas dan jumlah koleksinya banyak, jumlah petugasnya kurang memadai, sedangkan pemeriksaan harus dilakukan secara rutin. Pengamanan melalui tata ruang dapat dilakukan dengan merencanakan hubungan antar ruang penyimpanan dengan bagian bangunan lainnya agar tidak memudahkan terjadinya pencurian atau perusakan oleh tangan jahil. Pengunjung ke ruang penyimpanan harus diantar oleh petugas kurator dan harus melalui ruang registrasi yang merupakan ruang pengawasan.

b. Pengamanan terhadap pencurian dan tangan jahil

Ada 2 jenis alat pengamanan yang sebaiknya digunakan di seluruh bangunan. Alat yang dimaksud, yaitu:

 Sistem Perlindungan Sekitar (Perimeter Protection Systems)

 Sistem Perlindungan Dalam (Interior Protection Systems)

(22)

Kedua alat diatas banyak pua ragamnya. Bagi museum yang telah memiliki sistem alarm, dapat melengkai dengan peralatan dibawah ini, yaitu:

 Sensor pemberitahuan apabila kaca pecah (Glass Breaking Sensors)

 Kamera Pemantau (Photoelectronic Eyes) / perangkat CCTV, mengkap dan menampilkan gambar yang diteruskan ke monitor.

Perangkat CCTV ini terdiri dari camera, monitor, video recorder, control processor.

c. Pengamanan Terhadap Kebakaran

Pengamanan terhadap kebakaran umumnya tidak dapat diperbaiki, sehingga sedapat mungkin bencana ini dapat dicegah. Mengenai kebakaran itu sendiri diadakan pembagian tingkat sesuai dengan penyebabnya:

 Tingkat satu, disebabkan oleh terbakarnya bahan kertas, tekstil, kayu dll.

 Tingkat dua, disebabkan oleh terbakarnya bahan seperti minyak, bahan pelumas, cat, cairan yang mudah terbakar, dll.

 Tingkat Tiga, disebabkan oleh adanya konsleting pada alat-alat listrik.

Pemasangan alat pendeteksi dan pemadam kebakaran, sangat membantu dalam menanggulangi kebakaran sedini mungkin. Ada 2 macam sistem pendeteksi:

 Pendeteksi panas (Thermal Detector)

 Pendeteksi asap (Smoke Detector)

Alat pemadam kebakaran terdapat dalam berbagai bentuk dengan karakteristik bahan pemadam api dan sistem pemadam yang berbeda, yaitu:

 Sistem penyemprotan (Sprinkler System)

 Sistem pemadam dengan gas (Gas System)

 Tabung pemadam api (Portable Fire Extinguisher) d. Pengamanan didalam ruang penyimpanan

Pengamanan ini biasanya luput dari perhatian , sebab proses perusakan terjadi dengan memakan waktu atau proses yang cukup lama. Beberapa bentuk pengamanan yang dapat dilakukan di dalam ruang penyimpanan adalah sebagai berikut:

 Pengaturan terhadap suhu dan kelembaban udara

 Pencahayaan/ penerangan

(23)

2.4. Batik

2.4.1 Pengertian Batik

Menurut SNI (Standar Nasional Indonesia) Batik adalah “Bahan tekstil hasil pewarnaan secara perintangan dengan menggunakan lilin batik sebagai zat perintang, berupa batik tulis, batik cap, dan batik kombinasi tulis & cap”. Sedang menurut Djumena (1990:IX) Seni batik adalah salah satu kesenian khas Indonesia yang telah ada sejak berabad-abad lamanya hidup dan berkembang, sehingga merupakan salah satu bukti peninggalan sejarah budaya bangsa Indonesia.

2.4.2 Sejarah Batik

Ada dua pandangan mengenai sejarah asal-usul batik di Indonesia.

a. Pandangan pertama mengenai asal-usul batik berasal dari luar, yang dalam hal ini batik bukan asli kebudayaan Indonesia adalah pendapat dari G.P.

Rouffaer memaparkan bahwa seni batik yang ada di Indonesia berasal dari India yang dibawa oleh orang-orang Kalingga-Koromandel (India) yang beragama Hindhu ke Jawa pada abad 4 M, sebagai akibat dari adanya kontak perdagangan. Perkembangan batik dari Kalingga-Koromandel berjalan sampai pada periode pengaruh Hindhu berakhir, yaitu pada jaman kerajaan Daha di Kediri. Sudarsono mengatakan bahwa warna batik klasik yang terdiri dari tiga warna (coklat identik dengan merah, biru identik dengan hitam dan kuning atau coklat muda identik dengan warna putih), ketiga warna ini mempunyai alegori sesuai dengan tiga konsep dewa Hindhu yaitu Trimurti.

Menurut Kuswadji Kawindrosusanto menuturkan bahwa, warna coklat atau merah merupakan lambang Dewa Brahma atau lambang keberanian, biru atau hitam merupakan lambang Dewa Wisnu atau lambang ketenangan, dan kuning atau putih lambang dewa Siwa. Hal ini menunjukkan peran orang- orang India (Hindhu) dalam keberadaan batik di Indonesia. Sementara itu, Pigeaut mencatat, bahwa perihal pembuatan batik tidak disebut-sebut dalam naskah-naskah Jawa pada abad XIV, kemungkinan batik pada waktu itu diimpor secara langsung dari India.

(24)

b. Pandangan kedua mengganggap bahwa seni batik memiliki akar sejarah yang sangat kuat di Indonesia, yakni batik merupakan kebudayaan asli Indonesia (cultural Identity). Dr. J.L.A. Brandes dalam teorinya “Brandes ten is point” menempatkan batik sebagai kebudayaan pra-sejarah yang sejaman dengan kebudayaan seperti gamelan, wayang, syair, barang-barang dari logam, pelayaran, ilmu falak dan pertanian. Wirjosaputro menyatakan bahwa bangsa Indonesia sebelum mendapat pengaruh dari kebudayaan India telah mengenal aturan-aturan menyulam untuk teknik membuat kain batik, industri logam dan penanaman padi. Temuan teknik membuat batik semakin menguatkan betapa batik sudah menjadi milik kebudayaan Indonesia jauh sebelum bersentuhan dengan India. Di tinjau dari desainnya batik India mencapai puncaknya pada abad XVII M sampai XIX M, sedangkan di Indonesia batik mencapai puncaknya pada abad XIV M sampai XV M, selain itu juga motif-motif seperti kawung, ceplok dan cinde tidak terdapat di Kalingga-Koromandel (India).(www.wikipedia.com)

2.4.3 Jenis & Corak Batik

a. Jenis Batik

Berbagai macam batik dapat dijumpai di Indonesia. Apabila ditinjau dari cara dan teknik pembuatannya, batik dapat dibedakan menjadi batik tulis, batik cap dan batik kombinasi tulis dan cap.

 Batik Tulis

Batik tulis adalah jenis batik yang dihasilkan melalui pemberian malam pada kain dengan menggunakan alat yang benama canting. Canting terbuat dari tembaga yang berbentuk seperti corong untuk menampung malam (lilin batik) dan mempunyai lubang pada salah satu sisinya yang berupa pipa kecil sebagai saluran keluarnya malam.

Canting tulis terdiri dari berbagai jenis dan ukuran yang disesuaikan dengan fungsinya. Karena batik ini ditulis maka bentuk gambar atau desain batik tulis tidak ada pengulangan yang jelas sehingga tampak luwes. Setiap potongan gambar yang diulang pada lembar kain biasanya tidak akan pernah sama bentuk dan ukurannya.

 Batik Cap

(25)

Batik cap adalah batik yang dihasilkan dengan cara membasahi salah satu permukaan bagian cap dengan malam yang kemudian dicapkan pada kain. Cap tersebut membentuk rangkaian motif atau corak. Motif atau corak batik cap selalu ada pengulangan yang jelas sehingga bentuknya sama. Garis motif mempunyai ukuran yang lebih besar dari batik tulis dan proses pembuatan batik cap lebih cepat dibandingkan dengan proses pembuatan batik tulis.

b. Corak Batik

 Batik pedalaman (batik tradisional)

Batik corak pedalaman (tradisional) adalah motif batik yang berkembang di daerah sekitar Surakarta Hadiningrat (Solo) dan Yogyakarta Hadiningrat (Yogya) seiring dengan berpindahnya pusat pemerintahan Jawa dari Demak ke Pajang/Mataram. Meskipun batik init hanya didominasi oleh corak warna putih, coklat, dan hitam, namun motifnya sudah mengalami perkembangan yang sangat beragam. Berikut ini adalah beberapa motif batik pedalaman.

 Batik Pesisiran

Batik pesisiran yaitu batik yang berkembang diluar keraton.

Pertumbuhan pesisir jawa bagian timur dimulai sejak masa pra islam abad ke 15 M dan 16 M. Orientasi pengembangan seni batik pesisiran juga dipengaruhi oleh budaya keraton yang saait itu menjadi pusat pemerintahan.

Dalam sejarah batik pesisir, seperti batik pekalongan, batik tegal, batik indramayu, dan batik cirebon. Pilihan warna yang mencolok pada batik pesisiran dipengaruhi warna keramik pada masa dinasti Ming yang hanya diproduksi pada abad ke – 17 M sampai abad ke – 18 M.

Warna yang dominan selain warna biru dan putih juga berbagai warna.

 Batik Kontemporer

Batik kontemporer berarti memiliki mkna batik masa kini yang proses penciptaannya lebih banyak dibuat oleh para seniman batik atau desainer batik itu sendiri. Motif-motif yang dipilih bergaya bebas tidak terikat oleh bentuk-bentuk sebelumnya yang terikat oleh aturan atau

(26)

sendiri cenderung seperti apa yng dilakukan oleh seorang pelukis, tidak terikat pada canting yang biasa digunakan dalam proses pembuatan batik. Menurut S.priyadi (1979), batik kontemporer cenderung berpola bebas. Biasanya motif yang dipilih mengambil dari bentuk-bentuk seni primitif seperti bntuk-bentuk patung manusia, hewan, alam tumbuh-tumbuhan, roh, dan bentuk-bentuk abstrak.

2.4.4 Alat & Bahan Pembuatan Batik

Dibawah ini merupakan alat dan bahan pembuatan batik tulis dan batik cap:

a. Alat dan bahan pembuatan batik tulis adalah :

 Kain Mori

Mori adalah bahan baku batik dari katun atau sutra. kwalitas mori bermacam-macam, dan jenisnya sangat menentukan baik dan buruknya kain batik yang dihasilkan.

 Canting

Canting adalah alat yang dipakai untuk mengambil cairan. canting untuk membatik terbuat dari tembaga dan bambu sebagai pegangannya.

 Gawangan

Gawangan adalah perkakas untuk menyangkutkan dan membentangkan mori sewaktu dibatik. gawangan terbuat dari bahan kayu atau bamboo.

 Bandul

Bandul dibuat dari timah atau kayu dan bata yang dikantongi.

fungsinya adalah untuk menaruh mori yang baru dibatik agar tidak mudah tergeser tertiup angin, atau tarikan si pembatik secara tidak sengaja.

 Lilin (malam yang dicairkan)

Lilin atau malam adalah bahan yang dipergunakan untuk membatik, sebenarnya malam tidak habis, karena akhirnya diambil kembali pada proses mbabar, proses pengerjaan dari membatik sampai batikan menjadi kain. Malam untuk membatik bersifat menyerap pada kain.

(27)

 Wajan

Wajan adalah perkakas untuk mencairkan “Malam”. Wajan dibuat dari logam baja atau tanah liat. Wajan sebaiknya bertangkai supaya mudah diangkat dan diturunkan dari pengapian tanpa pakai alat lain.

 Kompor

Kompor adalah alat untuk membuat api. Kompor ini bahan bakar minyak.

 Saringan Malam

Saringan adalah alat untuk menyaring malam panas yang banyak kotorannya. Jika malam disaring, maka kotoran dapat dibuang sehingga tidak mengganggu dalam proses membatik.

b. Alat dan bahan pembuatan batik cap

Bila pada batik tulis, proses pembuatannya memakai canting, maka pada batik cap, proses pembuatannya memakai alat yaitu stempel besar yang terbuat dari tembaga yang sudah di desain dengan desain tertentu. Dimensi yang digunakan adalah 20cmx20cm. Selebihnya, peralatan dan bahan yang dibutuhkan tidak jauh beda dengan perlengkapan membuat batik tulis seperti:

 Kain mori

 Malam

 Kompor

 Gawangan

 Bandul

 Wajan

 Pewarna alami 2.4.5 Proses Pembuatan Batik

Adapun tahan/proses membatik adalah sebagai berikut :

a. Pembuatan Batik Tulis

 Pencucian mori

tahap pertama adalah pencucian kain mori untuk menghilangkan kanji, dilanjutkan dengan pengloyoran (memasukkan kain ke minyak jarak/ minyak kacang dalam abu merang/ londo agar kain menjadi

(28)

lemas), dan daya serap terhadap zat warna lebih tinggi. Agar susunan benang tetap baik, kain kanji kemudian dijemur, selanjutnya dilakukan pengeplongan (kain mori dipalu untuk menghaluskan lapisan kain agar mudah dibatik).

 Menyorek/ mola

pola diatas kain dengan cara meniru pola yang sudah ada (ngeblat).

Contoh pola biasanya dibuat diatas kertas dan kemudian dijiplak sesuai pola diatas kain. Proses ini bisa dilakukan dengan membuat pola diatas kain langsung dengan canting maupun dengan menggunakan pensil. Agar proses pewarnaan bisa berhasil dengan bagus atau tidak pecah, perlu mengulang batikan di kain sebaliknya.

Prosesnya ini disebut gagangi.

 Membatik/ nyanting

menorehkan malam batik ke kain mori yang dimulai dengan nglowong (menggambar garis luar pola dengan isen-isen). Didalam proses isen-isen terdapat istilah nyecek yaitu membuat isian di dalam pola yang sudah dibuat, misalnya titik-titik. Adapula istilah nruntum yang hampir sama dengan isen-isen namun lebih rumit. Lalu dilanjurkan dengan nembok (mengeblok bagian pola yang tidak akan diwarnai atau akan diwarnai dengan warna yang lain).

 Medel

pencelupan kain yang sudah dibatik ke cairan warna secara berulang kali hingga mendapatkan warna yang dikehendaki.

 Ngerok dan Nggirah

malam pada kain mori dikerok dengan lempengan logam dan dibilas dengan air bersih, kemudian diangin-anginkan hingga kering.

 Mbironi

menutup warna biru dengan isen pola berupa cecek atau titik dengan malam.

 Nyoga

pencelupan kain untuk memberi warna coklat pada bagian-bagian yang tidak ditutup malam.

 Nglorot

(29)

melepaskan malam dengan memasukan kain ke dalam air mendidih yang sudah dicampuri bahan untuk mempermudah lepasnya lilin.

Kemudian dibilas dengan air dan diangin-anginkan.

b. Pembuatan Batik Cap

 Kain mori diletakkan diatas meja dengan alas dibawahnya menggunakan bahan yang empuk.

 Malam direbus hingga suhu 60-70 derajat celcius.

 Cap dicelupkan ke malam yang telah mencair tadi tetapi hanya 2cm saja dari bagian bawah cap.

 Kemudian kain mori di cap dengan tekanan yang cukup supaya rapih.

Pada proses ini, cairan malam akan meresap ke dalam pori-pori kain mori.

 Selanjutnya adalah proses pewarnaan dengan cara mencelupkan kain mori yang sudah di cap tadi kedalam tangki yang berisi cairan pewarna.

 Kain mori direbus supaya cairan malam yang menempel hilang dari kain

 Proses pengecapan>pewarnaan>penggodongan diulangi kembali jika ingin diberikan kombinasi beberapa warna.

 Setelah itu, proses pembersihan dan pencerahan warna dengan menggunakan soda.

 Penjemuran, kemudian disetrika rapih.

2.4.6 Cara Perawatan Batik

Setelah proses pembuatan batik, berikut ini merupakan cara untuk merawat batik.

Cara ini dapat dari beberapa sumber saat survey, adalah:

a. Kain batik jangan dicuci menggunajan dtergen, shampoo, atau pembersih tekstil yang mengandung bahan kimia. Bahan-bahan tersebut akan merusak dan memudarkan warna kain. Sebaiknya untuk mencuci gunakan buah lerak sabun cair yang terbuat dari buah lerak. Buah ini berguna untuk mneguatkan dan memelihara warna kain agar tetap cemerlang. Gunakan air hangat saat

(30)

merendam kain batik, dan rendam selama 5 menit sambil hilangkan bagian yang kotor secara perlahan.

b. Batik yang sudah dicuci dan dibilas, jangan dikeringkan dengan cara diperas.

Ini akan menyebabkankain kusut dan sulit rapi walaupun sudah disetrika.

c. Menjemur batik cukup dengan cara diangin-anginkan, tidak perlu sampai terkena sinar matahari secara langsung karena akan memudarkan warna kain batik.

d. Simpan kain batik secara terpisah dengan jenis kain lainnya. Bau akar wangi atau rempah-rempah segar seperti cengkeh dan merica utuh, untuk mengusir ngengat atau semut yang sering mengigiti kain batik.

e. Sebulan sekali keluarkan batik dari dalam lemari penyimpanan. Buka lipatannya, kibas-kibaskan untuk menghilangkan debu juga mungkin ngengat yang sudah terlanjur hinggap. Kemudian, angin-anginkan selama 1 jam.

Bersihkan lemari penyimpanan dan ganti alas lemari. Gunakan kertas roti sebagai alas lemari, bukan kertas koran yang tintanta bisa merusak motif batik.

f. Agar kain batik senantiasa harum, sebulan sekali ratus dengan akar wangi.

Buat bara api dengan menggunakan akar wangi, kemudian masukkan ke dalam sangkar ayam, lalu bentangkan kain batik diatasnya. Biarkan 35 menit.

2.5. Studi Banding Dengan Fungsi Yang Sama

Museum Tekstil Jakarta, Museum Batik Yogyakarta dan Museum Batik Pekalongan memiliki fungsi yang sama yaitu museum yang memamerkan kain tradisional Indonesia. Berikut adalah perbandingan dari ketiga museum tersebut:

No Perbandingan Museum Tekstil Jakarta

Museum Batik Yogyakakarta

Museum Batik Pekalongan

1 Lokasi Jl. Aida KS Tubun No.

24, Jakarta Pusat

Jl. Dr. Sutomo 13A, Bausasran, Danurejan Yogyakarta

Jl. Jatayu No. 3 Pekalongan

(31)

2 Sejarah

Bangunan Dibangun pada awal abad 19. Merupakan bagunan cagar budaya yang dialih fungsikan menjadi museum pada tahun 1976.

Museum dikelola oleh pemerintah

Merupakan rumah pribadi tokoh batik Yogyakarta, Hadi Nugroho dan istri, Dewi Sukaningsih. Museum ini resmi dibuka pada tahun 1979.

Museum dikelola oleh swasta.

Bangunan peninggalan Belanda yang dibangun pada tahun 1906.

Merupakan bangunan cagar budaya yang dialih fungsikan menjadi museum pada tahun 2006. Luas bangunan sekitar 2.500 m2 dengan luas lahan 3.675 m2.

Museum dikelola oleh pemerintah.

3 Fasilitas Bangunan utama (ruang pamer sementara) Galeri Batik (area pamer permanen) Ruang demo &

workshop

Taman pewarnaan batik alami Perpustakaan Gudang penyimpanan dan konservasi Toko suvenir & kantin Auditorium

Musholla Kebun serat Ruang tenun Mini theater Area parkir Fasilitas penunjang

Lobby

Ruang display batik Ruang display bordir/sulaman Ruang demo &

workshop Toko suvenir Hotel Area parkir Fasilitas penunjang

Lobby Area display Ruang demo &

workshop Ruang seminar Perpustakaan Gudang penyimpanan

& konservasi Toko suvenir Telecenter Taman Area parkir Fasilitas penunjang

(32)

4 Alur Pengunjung Menggunakan pola Network. Pemgunjung bisa mengawali perjalan dengan rute yang berbeda dimana rute masing-masing ruang display dan fasilitas lain saling bertemu di beberapa titik.

Menggunakan pola Linier. Pengunjung hanya bisa masuk dari satu pintu entrance untuk mengawali perjalanan dengan rute yang menerus hingga keluar ruang display.

Menggunakan pola Linier. Pengunjung hanya bisa masuk dari satu pintu entrance untuk mengawali perjalanan dengan rute yang menerus hingga keluar ruang display.

5 Pencahayaan Menggunakan pencahayaan buatan berupa lampu fluorescent dan down light untuk penerangan general dan spotlight untuk menyorot display. Terdapat juga pencahayaan alami yang berasal dari bukaan di atas jendela dan pintu.

Menggunakan kombinasi antara penerangan alami dan buatan. Penerangan alami menggunakan bouvenlicth yang berada pada bagian atas pintu atau jendela, sedang penerangan buatan menggunakan lampu fluorescent untuk penerangan general.

Terdapat juga spotlight untuk menerangi display.

Menggunakan kombinasi antara penerangan alami dan buatan. Penerangan alami menggunakan bouvenlicth yang berada pada bagian atas pintu atau jendela, sedang penerangan buatan menggunakan lampu fluorescent untuk penerangan general. Terdapat juga spotlight untuk menerangi display.

6 Penghawaan Penghawaan menggunakan AC split. Untuk mendapatkan suhu ruang yang

diharapkan, agar tidak merusak display, digunakan alat pengukur suhu ruangan

Untuk menjaga ruangan agar tidak lembab, museum batik Yogyakarta hanya menggunakan kipas angina yang digantung di ceiling dan exhaust fan yang dipasang pada atap bangunan.

Penghawaan

menggunakan AC split.

Untuk mendapatkan suhu ruang yang diharapkan, agar tidak merusak display, digunakan alat pengukur suhu ruangan

(33)

7 Display

Untuk display permanen

menggunakan lemari kaca untuk keamanan, sedang untuk display temporary

menggunakan penggantung kain dan di beri pembatas agar tidak disentuh oleh pengunjung.

Hanya terdapat display permanen. Kain-kain batik ditempatkan pada vitrin yang dilindungi oleh kaca dan plastic.

Display ini sekaligus juga sebagai area penyimpanan karena terbatasnya area museum.

Display pada museum batik pekalongan cukup beragam. Ada yang disimpan pada box acrylic dan digantung dari langit-langit, dililitkan pada tabung besar yang menyerupai kolom dan juga digantung di dinding.

8 Kesimpulan Museum Tekstil Jakarta memiliki fasilitas yang cukup lengkap. Walaupun menempati bangunan heritage, tetapi pembagian ruangnya cukup bagus.

Bangunan-bangunan yang terpisah membuat pengunjung tidak merasa bosan.

Hanya saja diperlukan alur yang jelas atau map urutan perjalanan sehingga pengunjung tidak merasa bingung harus mulai perjalanan dari mana. Display koleksi kurang menarik dan cenderung monoton. Tidak terdapat teknologi kekinian yang digunakan di dalam museum. Dengan penataan yang smart dan kreatif, museum ini berpotensi untuk menjadi museum yang lebih baik, dapat menarik minat

Museum batik yang dikelola oleh swasta ini kondisinya cukup mempihatinkan.

Museum ini meiliki koleksi yang cukup banyak dan sangat berharga, tetapi karena ruang yang kurang mencukupi sehingga display kurang maksimal dan terlihat terlalu padat. Hal ini sangat mempengaruhi kesan pengunjung museum. Untuk sebuah museum yang tidak besar, museum ini mempunyai alur pengunjung yang cukup baik. Ditambah lagi dengan adanya guide yang siap sedia dengan pengetahuan yang luas mengenai batik, memberi nilai plus pada museum ini. Karena luasannya yang terbatas, museum ini menggunakan sistem pengunjung secara bertahap dengan

Museum Batik

Pekalongan ini memiliki display yang beragam sehingga membuat pengunjung tidak merasa bosan.

Sebagai museum yang tidak terlalu besar dan menempati bangunan heritage, museum ini memiliki fasilitas yang cukup lengkap seperti ruang seminar, perpustakaan dan telecenter. Telecenter ini menyedakan informasi mengenai batik dan hal-hal yang berhubungan dengan batik dalam bentuk digital. Tersedia guide yang siap sedia dengan pengetahuan yang luas mengenai batik yang akan menemani pengunjung dan menjelaskan koleksi secara detail.

Karena luasannya yang terbatas, museum ini menggunakan sistem pengunjung secara

(34)

pengunjung yang lebih

banyak. dipandu oleh guide. Hal ini juga bertujuan supaya guide dapat memantau pengunjung agar tidak berperilaku yang dapat

membahayakan koleksi.

bertahap dengan dipandu oleh guide. Hal ini juga bertujuan supaya guide dapat memantau pengunjung agar tidak berperilaku yang dapat

membahayakan koleksi.

Kesimpulan studi banding:

1. Display yang beragam akan membuat pengunjung tidak merasa bosan.

2. Fasilitas-fasilitas penunjang yang lengkap dan juga penerapan teknologi pada display dan bangunan akan membuat pengunjung merasa nyaman dan tertarik untuk datang kembali.

3. Selain dilengkapi dengan point 2, diperlukan juga sesuatu yang akan menarik pengunjung untuk datang kembali.

4. Museum harus mempunyai kontrol suhu yang baik agar tidak merusak koleksi.

5. Alur pengunjunga sebaiknya diperhatikan agar pengunjung tidak merasa bingung pada saat mengunjungi museum.

2.6. Tinjauan Tema

Taman Mini Indonesia Indah (TMII) adalah suatu kawasan wisata bertema budaya Indonesia. Tempat ini menjadi salah satu tujuan wisata keluarga di akhir pekan maupun karya wisata para siswa. Berbagai macam tempat dapat kita temui disini, seperti anjungan rumah adat seluruh Indonesia, berbagai macam museum, water park dan juga theater. Selain itu kawasan ini juga dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas umum yang lengkap seperti tempat peribadatan, kereta gantung, taman dan lain-lain.

Sebagai salah satu kawasan wisata dan edukasi terkemuka di ibukota, pengunjung mengharapkan sesuatu yang berbeda ketika mengunjungi tempat ini. Sesuatu yang lain dari apa yang kita temui di kehidupan sehari-hari. Tempat untuk mendapatkan pengalaman baru bagi setiap anggota keluarga, baik anak-anak, remaja, orang dewasa dan juga orang tua.

Salah satu tempat yang dapat kita kunjungi di kawasan ini adalah museum. Pada saat mengunjungi museum, tiga pengalaman dasar yang akan dialami oleh

(35)

A. Hiburan (Entertainment)

Sebuah museum harus menarik untuk dapat minat pengunjung. Hal-hal yang dapat menarik minat pengunjung diantaranya adalah bangunannya, display yang ditampilkan, cara pengelola mengemas museum, fasilitas yang terdapat pada museum atau acara-acara yang diselenggarakan secara periodic di museum tersebut. Dengan hal-hal yang menghibur dan menarik perhatian, pengunjung diharapkan mendapatkan pengalaman baru dan merasa terhibur sehingga terhindar dari rasa bosan.

Gambar 9. Salah satu display di Biomuseo, Panama.

B. Belajar (Education)

Sebgai fungsi utama, museum harus dapat menyajikan informasi-informasi yang jelas, lengkap dan valid bagi para pengunjung. Informasi ini tidak hanya berupa display tetapi juga dapat berupa diorama, pemutaran video, seminar, informasi yang disampaikan oleh guide dan masih banyak lagi. Fasilitas penunjang kegiatan tersbeut berupa ruang pamer, auditorium, ruang audio visual, ruang demo, amphitheater dan lain-lain.

(36)

Gambar 10. Tour Guide Memberikan Penjelasan Kepada Pengunjung Museum.

C. Bermain (Playing)

Untuk menghindari rasa bosan pengunjung, museum dapat juga menyediakan area bermain atau area dimana pengunjung dapat dengan bebas berinteraksi dengan hal-hal yang berhubungan dengan museum tanpa mengganggu display utama. Area ini biasanya dapat digunakan pengunjung untuk bermain game, berphoto, atau mengakses informasi dengan mnggunakan teknologi terkini dimana pengunjung harus menggerakkan atau menekan sesuatu terlebih dahulu.

(37)

Gambar 11. Seorang Pengunjung Museum Berada di Interactive Area

Dari ketiga aktivitas tersebut di atas, dimana masing-masing aktivitas saling berhubungan dengan aktivitas lainnya untuk menciptakan sebuah museum yang menarik minat pengunjung secara berkelanjutan, maka desain banguan Museum Batik Indonesia ini mengambil tema “Never Ending Experience” atau “Pengalaman Tanpa Henti” dimana pengunjung akan merasakan pengalaman yang beragam dari sejak membeli tiket hingga pulang meninggalkan museum.

Gambar

Gambar 1. Lokasi TMII. Sumber: https://www.google.co.id/maps/
Gambar 3. Area Museum Batik Indonesia. Sumber: Pribadi.
Gambar 5. Perletakan Panil Koleksi
Gambar 6. Sirkulasi Ruang Pamer
+6

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan Temporer (Temporary Differences) adalah antara jumlah tercatat aktiva atau kewajiban dengan DPP-nya. Perbedaan temporer dapat berupa. 1.) Perbedaan temporer kena

Museum adalah gedung yang digunakan sebagai tempat untuk. pameran tetap benda-benda yang patut mendapat perhatian

Benda-benda koleksi yang dipamerkan merupakan hasil karya. reproduksi at au penggandaan dari hasil karya-karya asli

Jadi pengertian GDO Expo and Convention Centre adalah sebuah bangunan yang menjadi wadah pusat koordinasi kegiatan yang berhubungan dengan pameran dan konvensi (MICE) yang berada

Suatu mall pada umumnya harus memiliki penampilan yang indah, unik dan mudah diingat agar dapat menarik pengunjung, mewadahi kenyamanan untuk berbelanja dan

adalah Jalan dan Jembatan, Bangunan Air, Instalasi, dan jaringan. 5) Aset Tetap Lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam Tanah, Peralatan dan Mesin,

Luas tanah 10.441 M2 dan luas bangunan 4075 M2 yang terdiri ruang pameran tetap, ruang pameran temporer, ruang perpustakaan ruang laboratorium, ruang

Prioritas Utama, yaitu wilayah yang memuat variabel-variabel yang dianggap penting oleh pelanggan tetapi pada kenyataannya variabel-variabel ini belum sesuai seperti