• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENILAIAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEJAHTERAAN HEWAN PETUGAS DAN PELAKSANA PEMOTONGAN DI RUMAH POTONG HEWAN KOTA SALATIGA RIAN ADHIWIARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENILAIAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEJAHTERAAN HEWAN PETUGAS DAN PELAKSANA PEMOTONGAN DI RUMAH POTONG HEWAN KOTA SALATIGA RIAN ADHIWIARTA"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

PENILAIAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEJAHTERAAN HEWAN PETUGAS DAN PELAKSANA PEMOTONGAN DI

RUMAH POTONG HEWAN KOTA SALATIGA

RIAN ADHIWIARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2016

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penilaian Tingkat Pengetahuan Kesejahteraan Hewan Petugas dan Pelaksana Pemotongan di Rumah Potong Hewan Kota Salatiga adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2016 Rian Adhiwiarta NIM B04100181

(4)

ABSTRAK

RIAN ADHIWIARTA. Penilaian Tingkat Pengetahuan Kesejahteraan Hewan Petugas dan Pelaksana Pemotongan di Rumah Potong Hewan Kota Salatiga.

Dibimbing oleh SRI MURTINI dan FADJAR SATRIJA.

Penelitian ini dilaksanakan untuk menilai tingkat pengetahuan kesejahteraan hewan petugas dan pelaksana pemotongan di rumah potong hewan (RPH) Kota Salatiga. RPH Kota Salatiga ini merupakan RPH milik pemerintah yang mulai meningkatkan kesadaran dalam penerapan kesejahteraan hewan.

Wawancara dilakukan terhadap 7 orang pedagang sapi, 12 orang pengendali hewan, dan 2 orang juru sembelih dengan menggunakan kuesioner. Selain wawancara dilakukan pula pengamatan langsung di lokasi. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa sebagian besar orang memiliki tingkat pengetahuan kesejahteraan hewan yang tinggi. Namun penerapanya masih belum terlihat dalam kerja mereka terutama peternak dan pengendali hewan. Sarana penunjang kesejahteraan hewan di RPH Kota Salatiga ini hampir memenuhi standard RPH yang telah ditentukan. Namun secara kualitatif masih kurang serta penggunaan sarana belum maksimal.

Kata kunci: Rumah potong hewan, Kesejahteraan hewan, Pengetahuan

ABSTRACT

RIAN ADHIWIARTA. Assessment of Animal Welfare Knowledge of Butcher and Employee Salatiga’s Slaughterhouse. Supervised by SRI MURTINI and FADJAR SATRIJA.

This study was conducted to assess the level of animal welfare knowledge of butcher and employee on Salatiga’s Animal Slaughterhouse, a government’s slaughterhouse that recently started to raise it’s awareness in animal welfare issue.

Seven farmers, twelve animal handlers, and two butchers were interviewed based on related questionnaire. A direct observation also has been done at the slaughterhouse facilities. The result showed that most of the people have high knowledge of animal welfare theories but it was still not shown in their works especially farmer and animal handler. The facilities almost met the requirement for standard slaughterhouse concept though its still lack of quality and not functioned properly.

Keywords: Slaughterhouse, Animal welfare, Knowledge

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

PENILAIAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEJAHTERAAN HEWAN PETUGAS DAN PELAKSANA PEMOTONGAN DI

RUMAH POTONG HEWAN KOTA SALATIGA

RIAN ADHIWIARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2016

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan april 2015 dengan judul Penilaian Tingkat Pengetahuan Kesejahteraan Hewan Petugas dan Pelaksana Pemotongan di Rumah Potong Hewan Kota Salatiga.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Drh Sri Murtini, M.Si selaku pembimbing skripsi pertama sekaligus pembimbing akademik, Drh Fadjar Satrija, MSc, Ph.D selaku pembimbing skripsi kedua. Di samping itu terimakasih dan penghargaan penulis samapaikan kepada kepala beserta staf unit pelaksana teknis daerah rumah potong hewan Kota Salatiga atas kesediaannya memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian di unit pelaksana teknis daerah rumah potong hewan Kota Salatiga. Terimakasih juga penulis sampaikan kepada pedagang ternak yang ada di sekitar Kota Salatiga dan pembantu jagal selaku pengendali hewan atas bantuan dan kesediaannya untuk menjadi responden.

Ungkapan terima kasih yang terdalam disampaikan kepada kedua orang tua dan seluruh keluarga atas segala doa dan dukungannya selama penulisan skripsi.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2016

Rian Adhiwiarta

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA 3

Rumah Potong Hewan (RPH) 3

Penerapan Kesrawan di RPH 3

METODE PENELITIAN 4

Waktu dan Tempat Penelitian 4

Alat dan Bahan 4

Pengambilan Data 5

Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Profil UPTD RPH Kota Salatiga 5

Fasilitas UPTD RPH Kota Salatiga 6

Personalia 13

KESIMPULAN 15

SARAN 15

DAFTAR PUSTAKA 15

LAMPIRAN 17

RIWAYAT HIDUP 23

(10)

DAFTAR TABEL

1 Karakteristik responden 14

2 Persentase kategori tingkat pengetahuan kesrawan responden 14

3 Nilai tingkat pengetahuan kesrawan 15

DAFTAR GAMBAR

1 Struktur kepengurusan RPH Kota Salatiga 6

2 Area unloading 1 7

3 Area unloading 2 8

4 Kandang penampungan 9

5 Gangway 10

6 Fasilitas restraint box di UPTD RPH Kota Salatiga 11

7 Area pemotongan tradisional 12

8 Lubang pembuangan darah 12

9 Pintu samping gangway 13

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuesioner penilaian tingkat pengetahuan kesejahteraan hewan bagi

pedagang sapi 17

2 Kuesioner penilaian tingkat pengetahuan kesejahteraan hewan bagi

pengendali hewan 19

3 Kuesioner penilaian tingkat pengetahuan kesejahteraan hewan bagi juru

sembelih 21

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peningkatan populasi penduduk dan tingkat pendapatan masyarakat memberikan dampak pada peningkatan kebutuhan akan protein hewani di Indonesia. Produk pangan asal ruminansia besar, misalnya daging sapi, semakin banyak diminati sebagai alternatif dari produk pangan asal unggas yang selama ini menjadi sumber utama protein hewani karena harganya yang lebih terjangkau dan mudah diperoleh.

Tingginya permintaan daging sapi di pasaran telah memicu para pedagang dan peternak untuk menyediakan barang dalam jumlah besar dan cepat untuk memperoleh keuntungan yang tinggi. Dalam menyediakan produk pangan asal hewan tersebut, penyembelihan ternak merupakan suatu proses yang harus dilampaui. Proses penyembelihan ini sering dianggap remeh oleh peternak maupun pedagang karena mereka kurang memahami pentingnya proses penyembelihan untuk mendapatkan daging yang aman sehat utuh dan halal (ASUH). Penyediaan produk asal hewan yang ASUH melibatkan banyak hal seperti transportasi ternak menuju rumah potong, proses pemotongan dan proses penanganan setelah pemotongan. Proses transportasi dan pemotongan yang baik harus memperhatikan kondisi kesejahteraan hewan yang akan dipotong, seperti yang sudah ditetapkan OIE pada article 7.1.1 (OIE 2015).

Aspek kesejahteraan hewan di tataran global telah berkembang pesat dengan konsekuensi yang dapat berdampak terhadap kebijakan perdagangan nasional dan tatanan hubungan antar bangsa. Secara legalitas aspek kesejahteraan hewan di Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan jo Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2014. Undang-Undang Nomor 18 tahun 2009 pasal 1 mendefinisikan kesejahteraan hewan sebagai segala urusan yang berhubungan dengan keadaan fisik dan mental hewan menurut ukuran perilaku alami hewan yang perlu diterapkan dan ditegakkan untuk melindungi hewan dari perlakuan setiap orang yang tidak layak terhadap hewan yang dimanfaatkan manusia.

Kesejahteran hewan pada ternak yang akan dipotong sangat penting diperhatikan karena perlakuan pada hewan sebelum dan selama proses pemotongan berpotensi untuk melanggar kesejahteraan hewan dan menyebabkan penurunan mutu produk hewan hasil pemotongan. Menurut Ferguson dan Warner (2008) stress sebelum proses pemotongan mempengaruhi kualitas daging sapi dan domba secara signifikan, karena stress sebelum pemotongan menyebabkan penurunan pH akhir daging dan juga mempengaruhi keempukan serta kemampuan daging dalam menahan air. Tindakan yang memperhatikan kesejahteraan hewan sangat diperlukan untuk menjamin tersedianya produk asal hewan yang aman dikonsumsi masyarakat. Terdapat hubungan erat antara kesejahteraan hewan dan kesehatan hewan karena tingkat kesejahteraan hewan sangat mempengaruhi munculnya penyakit pada hewan. Hewan yang tidak/kurang sejahtera akan mengalami stress yang berkepanjangan dan akan mengurangi kondisi kesehatannya. Penurunan kondisi kesehatan dapat diamati dari timbulnya penyakit atau adanya luka-luka pada tubuhnya (Broom 1988).

(12)

2

Rumah potong hewan menjadi fasilitas tersedianya pangan asal hewan yang aman, sehat, utuh, dan halal. Kegiatan pemotongan hewan mempunyai risiko penyebaran dan penularan penyakit zoonotik. Penerapan kesejahteraan hewan di rumah potong hewan sangat diperlukan sehingga hewan yang akan dipotong dapat dijamin kesehatannya dan menurunkan risiko penyebaran penyakit zoonotik.

Peeling dan Appleby (2013) melaporkan bahwa di Inggris pemeliharaan sapi yang kurang memperhatikan kesejahteraan hewan seperti pemeliharaan intensif di feedlod-feedlod dalam kondisi kandang penuh sesak menyebabkan peningkatan kasus infeksi E coli strain EHEC. Infeksi EHEC pada sapi tersebut menyebabkan peningkatan sekresi bakteri dari feses sapi terinfeksi selama menunggu masa pemotongan karena adanya kondisi stress di rumah potong hewan. Hal tersebut menjadi faktor utama kontaminasi EHEC pada daging sapi dan infeksi bakteri pada pekerja rumah potong hewan.

Penerapan kesejahteraan hewan di rumah potong hewan masih mengalami kendala yang terkait dengan pengetahuan masyarakat, pola pikir, maupun kebutuhan ekonomi yang mendesak. Hal ini ditunjukkan dalam proses pemotongan hewan yang terkesan tergesa-gesa dan hanya berorientasi pada keuntungan, seperti pemotongan hewan pada dini hari, pemisahan bagian tubuh hewan tanpa menungu hewan benar-benar mati, bahkan pemaksaan masuknya air ke dalam tubuh hewan (gelonggong) untuk meningkatkan bobot karkas.

Pemerintah daerah sudah mulai mengadakan sosialisasi dan peningkatan fasilitas penunjang penerapan kesejahteraan hewan pada rumah potong hewan di wilayahnya. Namun masih sering ditemukan kasus penyimpangan kesejahteraan hewan. Berdasarkan kondisi tersebut, maka diperlukan pengamatan lebih lanjut terhadap penerapan kesejahteraan hewan di rumah potong hewan. Kesejahteraan hewan di rumah potong hewan dapat diterapkan dengan baik bila orang-orang yang terlibat dalam proses pemotongan hewan memiliki pengetahuan yang cukup tentang kesejahteraan hewan, serta didukung sarana dan prasarana yang memadai di RPH.

Perumusan Masalah Perumusan masalah pada penelitian ini antara lain :

1. Apakah fasilitas penunjang kesejahteraan hewan di rumah potong hewan sudah dimanfaatkan dengan baik?

2. Apakah pengetahuan kesejahteraan hewan sudah dimiliki oleh orang-orang yang terlibat dalam proses pemotongan hewan di rumah potong hewan?

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk

1. Mengamati ketersediaan dan pemanfaatan fasilitas penunjang kesejahteraan hewan di Unit Pelaksana Teknis Daerah Rumah Potong Hewan (UPTD RPH) Kota Salatiga.

(13)

3 2. memberikan gambaran tingkat pengetahuan kesejahteraan hewan pada orang-orang yang terlibat dalam proses pemotongan hewan di UPTD RPH Kota Salatiga.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai pertimbangan dinas terkait dalam upaya memperbaiki penerapan kesejahteraan hewan di rumah potong hewan.

TINJAUAN PUSTAKA

Rumah Potong Hewan (RPH)

Rumah potong hewan adalah adalah suatu bangunan atau kompleks bangunan dengan desain dan syarat tertentu yang digunakan sebagai tempat memotong hewan bagi konsumsi masyarakat umum. Rumah potong hewan merupakan unit pelayanan masyarakat dalam penyediaan daging yang aman, sehat, utuh, dan halal. Rumah potong hewan juga berfungsi sebagai sarana untuk melaksanakan pemotongan hewan sesuai dengan persyaratan kesehatan masyarakat veteriner, kesejahteraan hewan, dan syariah agama (Kementan 2010).

Penerapan Kesrawan di RPH

Kesejahteraan hewan dalam UU No.18 Tahun 2009 didefinisikan sebagai segala urusan yang berhubungan dengan keadaan fisik dan mental hewan menurut ukuran perilaku alami hewan yang perlu diterapkan dan ditegakkan untuk melindungi hewan dari perlakuan setiap orang yang tidak layak terhadap hewan yang dimanfaatkan manusia. Penerapan kesejahteraan hewan di RPH dilakukan di tempat penerimaan hewan, tempat penampungan, saat penggiringan hewan, saat perobohan maupun pemingsanan, dan saat penyembelihan hewan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya aturan tentang persyaratan minimal terhadap tersedianya fasilitas pada RPH. RPH harus memiliki fasilitas untuk menurunkan ternak dari atas kendaraan angkut ternak yang didesain sedemikian rupa sehingga ternak tidak cidera akibat melompat atau tergelincir, ketinggian tempat penurunan ternak harus disesuaikan dengan ketinggian kendaaraan angkut ternak, lantai sejak dari tempat penurunan ternak sampai kandang penampungan harus tidak licin dan dapat meminimalisasi terjadinya kecelakaan, serta harus memenuhi aspek kesejahteraan hewan. Kandang penampungan juga harus memenuhi persyaratan berupa bangunan kandang penampungan paling kurang berjarak 10 meter dari bangunan utama, memiliki daya tampung 1,5 kali dari rata-rata jumlah pemotongan hewan setiap hari, ventilasi dan penerangan harus baik, tersedia tempat air minum, lantai tidak licin, atap yang dapat melindungi ternak dari panas dan hujan, terdapat jalur penggiringan hewan dari kandang menuju tempat penyembelihan yang dilengkapi pagar yang kuat di kedua sisinya dan lebarnya

(14)

4

hanya cukup satu ekor, serta area sepanjang jalur penggiringan didesain sedemikian rupa sehingga tidak terjadi kontras warna dan cahaya yang dapat menyebabkan hewan stres dan takut (Kementan 2010).

Penerapan kesejahteraan hewan di RPH sangat dipengaruhi oleh orang- orang yang terlibat dalam proses pemotongan hewan. Pada prinsipnya kesejahteraan hewan adalah tanggungjawab manusia selaku pemilik atau pengelola hewan untuk memastikan hewan memenuhi lima asas kesejahteraan hewan. Orang yang terlibat dalam proses penurunan dari alat angkut, penggiringan, penampungan, perawatan, pengekangan, pemingsanan, dan penyembelihan hewan yang akan dipotong harus sabar, peka, kompeten, dan memahami konsep penerapan kesejahteraan hewan baik secara global maupun yang telah diatur oleh pemerintah. Selain itu diperlukan pula peran dokter hewan sebagai pengawas penerapan kesejahteraan hewan di RPH. Setiap RPH harus dibawah pengawasan dokter hewan berwenang di bidang kesehatan masyarakat veteriner. Jaminan daging halal yang dihasilkan oleh RPH harus terpenuhi sehingga setiap RPH wajib mempekerjakan paling kurang satu orang juru sembelih halal. Juru sembelih halal yang dipekerjakan harus memiliki sertifikat sebagai juru sembelih halal yang dikeluarkan lembaga berwenang. Sebagai upaya peningkatan kompetensi sumber daya manusia yang terlibat dalam proses pemotongan hewan di RPH maka manajemen RPH, gubernur, maupun menteri pertanian menyelenggarakan pelatihan yang mengacu kepada pedoman yang ditetapkan oleh direktur jenderal peternakan bekerjasama dengan badan sumber daya manusia, kementerian pertanian.

Penerapan kesejahteraan hewan tidak dapat dilakukan dengan baik oleh salah satu pihak saja, melainkan harus melibatkan berbagai pihak, oleh karena itu perlu adanya kerjasama dan koordinasi yang baik antara pemerintah, swasta, dan semua pihak untuk penerapan kesejahteraan hewan yang baik. Pemerintah mempunyai kewenangan terhadap perlindungan peternak, perusahaan peternakan, hewan ternak dan konsumen sehingga semua aspek yang ada di dalamnya mendapat kesejahteraan. Guna mendapat jaminan kesejahteraan tersebut pemerintah mengatur kewenangan tersebut dalam undang-undang peternakan dan kesehatan hewan tahun 2009. Hal-hal yang mengatur tentang kesejahteraan hewan tertuang pada pasal 61 yang berbunyi, pemotongan hewan yang dagingnya diedarkan harus dilakukan di RPH dan mengikuti cara penyembelihan yang memenuhi kaidah kesehatan masyarakat veteriner dan kesejahteraan hewan. Bagi yang melanggar atau mengabaikan dikenakan sanksi administratif berupa peringatan secara tertulis, penghentian kegiatan, pencabutan izin, dan pengenaan denda paling sedikit Rp 5.000.000,00 dan paling banyak Rp 500.000.000,00.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama bulan April 2015 di Unit Pelaksana Teknis Daerah Rumah Potong Hewan (UPTD RPH) Kota Salatiga jalan Imam Bonjol 111 A Salatiga.

(15)

5 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh Windiana (2015) dengan responden 7 orang pedagang sapi, 12 orang pengendali hewan, dan 2 orang juru sembelih. Kamera yang digunakan sebagai alat dokumentasi.

Pengambilan Data

Pengambilan data diperoleh dengan cara wawancara terhadap 7 orang pedagang sapi, 12 orang pengendali hewan, dan 2 orang juru sembelih dengan menggunakan kuesioner. Selain wawancara pengambilan data juga melalui pengamatan langsung di lokasi.

Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil wawancara dilakukan skoring dengan perhitungan Skala Likert kemudian dikelompokkan dalam kategori kurang (x<55,55%), cukup (55,55%≥x>77,77%), dan baik (x≥77,77%). Hasil pengamatan langsung dijabarkan secara deskriptif dan dilakukan penilaian secara kualitatif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Profil Unit Pelaksana Teknis Daerah Rumah Potong Hewan Kota Salatiga

Rumah pemotongan hewan Kota Salatiga berada di Jalan Imam Bonjol no.

111A Salatiga. Pembangunan dilakukan mulai tahun 1984 dan selesai pada tahun 1985 di atas lahan seluas 13.000m2 dan luas bangunan 785m2. RPH Kota Salatiga merupakan Unit Pelaksana Teknis dari Dinas Pertanian dan Perikanan Pemerintah Kota Salatiga. Pada tahun 1993 RPH Kota Salatiga ditetapkan oleh Direktur Jenderal Peternakan sebagai RPH (RPH) tipe B dan memperoleh sertifikat NKV dengan nomor B-337314-39. RPH Kota Salatiga ini ditetapkan sebagai salah satu pemasok daging ke luar provinsi Jawa Tengah antara lain ke DKI Jakarta dan Jawa Barat. Penetapan tersebut berdasarkan penilaian higiene dan sanitasi oleh tim auditor dari pemerintah pusat.

Fasilitas yang tersedia di RPH Kota Salatiga saat ini meliputi bangunan kantor, gedung rumah potong hewan sapi, gedung rumah potong hewan kambing dan domba, gedung rumah potong hewan babi, gedung laboratorium kesehatan masyarakat veteriner (kesmavet). Fasilitas yang dimiliki dalam area rumah potong adalah area unloading, kandang penampungan sapi, gang way, restraint box, kandang karantina, kandang penampungan kambing domba, kandang penampungan babi, tempat pembakaran limbah (incinerator), tempat pendinginan

(16)

6

karkas (chilling room), tempat pemisahan daging dari tulang (boning room), alat pembekuan daging (air blast freezer), tempat penyimpanan daging beku (cold storage), lemari pendingin (freezer), mushola, kantin, mobil boks berpendingin, garasi mobil boks berpendingin, area parkir. Struktur organisasi di RPH Kota Salatiga disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Struktur Kepengurusan RPH Kota Salatiga

Fasilitas Unit Pelaksana Teknis Daerah Rumah Potong Hewan Kota Salatiga

Fasilitas penunjang kesejahteraan hewan pada rumah potong hewan ini yang diamati adalah di area penerimaan hewan, tempat penampungan, penggiringan hewan, perobohan atau pemingsanan, dan penyembelihan hewan.

Rumah potong hewan Kota Salatiga memiliki dua area penerimaan hewan. Area pertama (Area 1) digunakan untuk menerima hewan yang akan diistirahatkan terlebih dahulu di kandang penampungan yang ditunjukan pada Gambar 2. Area kedua (Area 2) digunakan untuk menerima hewan yang akan langsung dipotong

Kepala UPT RPH

Koordinator Pengawas Daging Masuk Kota dan Retribusi

Staf Penarik Retribusi Sapi,

Kambing/Domba, Babi, Daging Masuk

Kota

Staf Administrasi dan Keuangan

Staf Penarik Restribusi Mobil

Staf Keamanan

Sopir Mobil Boks

Staf Kebersihan

Pengawas Kesehatan Daging RPH

Juru Sembelih Halal

Keurmaster

Paramedis dan Staf Pemeriksa Sapi

Betina

(17)

7 sesampainya di rumah potong hewan seperti tampak pada Gambar 3. Area pertama menyatu dengan kandang penampungan dan terletak di belakang kandang penampungan sedangkan area kedua terletak di antara kandang penampungan dan gedung utama, hal ini ditujukan agar ternak yang akan langsung dipotong lebih cepat untuk digiring ke dalam gedung utama.

Area penerimaan tersebut didesain sedemikian rupa sehingga memiliki tinggi yang sesuai dengan kendaraan angkut yang biasa digunakan untuk mengangkut ternak yaitu truk pick up (Gambar 2). Lantai area penerimaan terbuat dari beton dengan permukaan yang sedikit bergelombang agar hewan tidak mudah tergelincir. Kondisi lantai penerimaan hewan ini sangat penting sebab menurut Grandin (2010) dan OIE (2015) lantai yang licin menyebabkan tingginya kasus jatuhnya ternak yang akan dipotong saat diturunkan dari kendaraan maupun di alley atau menuju tempat pemotongan. Tergelincirnya sapi yang diturunkan dari kendaraan pengangkut dapat disebabkan karena licinnya lantai area unloading.

Gregory (2007) melaporkan bahwa 40% RPH di Inggris memiliki lantai yang licin yang menyebabkan terjadinya kecelakaan/jatuhnya sapi yang akan dipotong ketika sapi berjalan menuju area pemotongan. Lantai penerimaan hewan maupun area jalan menuju tempat pemotongan yang baik kondisinya tidak menyebabkan sapi jatuh saat melewati area tersebut. Angka tertinggi kejatuhan sapi harus kurang dari 1% bila kondisi lantainya dikategorikan tidak licin.

Gambar 2 Area unloading 1

(18)

8

Gambar 3 Area unloading 2

Kandang penampungan di area 1 posisinya lebih rendah dibandingkan area penerimaan hewan, sehingga area penerimaan pertama didesain sedikit landai sedangkan pada area kedua tidak landai karena memiliki ketinggian yang sama dengan gedung utama (Gambar 3). Kandang penampungan di rumah potong hewan Kota Salatiga memiliki daya tampung 20 ekor dengan struktur bangunan atap terbuat dari asbes, dinding, lantai yang terbuat dari beton dengan permukaan yang sedikit bergelombang agar tidak licin, tempat air minum menyatu dengan dinding, dan pagar pembatasnya berfungsi juga sebagai gangway. Tempat air minum pada kandang penampungan ini kurang dimanfaatkan. Hal ini tampak pada saat sapi yang ada di penampungan diikat pada pagar pembatas sehingga membelakangi tempat air minum (Gambar 4). Tindakan pengikatan sapi yang diturunkan dari kendaraan pengangkut pada posisi tidak tepat ini akibat tidak adanya pengawasan saat sapi tiba oleh petugas RPH. Proses unloading sapi sampai penempatan di kandang penampungan hanya dilakukan oleh kurir yang mengantarkan ternak ke RPH.

(19)

9

Gambar 4 Kandang penampungan

Jalur penggiringan hewan dari kandang penampungan menuju gedung utama (gangway) didesain untuk langsung menuju restraint box. Lantai sepanjang jalur penggiringan terbuat dari beton dengan permukaan yang sedikit bergelombang dan pagar di kedua sisi yang dibentuk sedemikian rupa sehingga tidak memiliki sudut yang tajam. Tinggi dari pagar pembatas sudah cukup mengimbangi rata-rata tinggi ternak yang biasa dipotong, namun jarak kedua sisi masih terlalu lebar sehingga memungkinkan ternak untuk memutar badan (Gambar 5). Ukuran gangway yang terlalu lebar akan menyebabkan kesulitan ketika proses penggiringan sapi menuju restraint box, karena ada kemungkinan sapi berbalik arah dan menghambat jalannya penggiringan sapi yang ada di belakangnya. Terlepas dari kesesuaian konstruksi jalur penggiringan, fasilitas ini masih belum digunakan sesuai fungsinya. Ternak masih digiring dengan cara menarik tali kekang dari depan dan masih menggunakan cara kasar bila tidak mau bergerak. Perlakuan kasar pada saat penggiringan ini menimbulkan lebam-lebam pada tubuh sapi akibatnya daging yang dihasilkan dari sapi tersebut akan diafkir.

Pengafkiran ini tentunya akan merugikan pemilik sapi.

(20)

10

Gambar 5 Gangway

Proses perobohan hewan di rumah potong hewan Kota Salatiga sudah difasilitasi dengan pengadaan restraint box sebagai upaya penerapan kesejahteraan hewan (Gambar 6). Restraint box ini didesain untuk penyembelihan tanpa pemingsanan. Peralatan ini digerakan dengan sistem hidrolik pada pengoperasiannya , ternak yang akan dipotong diikat dengan tali pada salah satu dinding yang dapat direbahkan. Restraint box tersebut dapat menahan kecepatan perebahan dinding sehingga ternak tidak terbanting dan berfungsi pula untuk mengembalikan dinding ke posisi awal setelah penyembelihan berakhir dan karkas dipindahkan. Namun proses pemasangan tali cukup sulit dan membutuhkan waktu cukup lama, sehingga restraint box tersebut hanya digunakan saat pemotongan ternak dengan bobot 300kg atau lebih, sedangkan ternak dengan bobot dibawah 300kg dianggap lebih cepat dan mudah bila dirobohkan tanpa menggunakan restraint box.

(21)

11

Gambar 6 Fasilitas restraint box di UPTD RPH Kota Salatiga

Menanggapi permintaan konsumen RPH yang masih enggan menggunakan restraint box karena waktu pemotongan yang lebih lama maka pihak RPH masih menyediakan area pemotongan tradisional (tanpa menggunakan restraint box) (Gambar 7). Area pemotongan tradisional menggunakan sebagian besar area gedung utama. Area pemotongan tradisional ini difasilitasi lubang pembuangan darah sejumlah 7 lubang yang berada pada sisi gedung utama dengan ukuran sekitar 50cm x 50cm (Gambar 8). Fasilitas ternak pemotongan secara tradisional tanpa menggunakan restraint box maupun ternak yang pemotongannya langsung tanpa istirahat terlebih dahulu juga difasilitasi oleh pihak RPH dengan menyediakan jalur yang dapat mengakses langsung masuk ke gedung utama yaitu melalui pintu penghubung antara gedung utama dan area pengolahan jeroan hijau (Gambar 9).

(22)

12

Gambar 7 Area pemotongan tradisional

Gambar 8 Lubang pembuangan darah

(23)

13

Gambar 9 Pintu samping gangway

Personalia

Data personalia pelaksana kegiatan di RPH Salatiga menunjukan mayoritas pekerja maupun pengusaha yang terkait dalam kegiatan penyembelihan di RPH Salatiga berusia tua dengan mayoritas tingkat pendidikan SD (Tabel 1).

Sebagian besar pekerja maupun pengusaha yang terkait dalam kegiatan penyembelihan di RPH Salatiga memiliki pengalaman kerja kurang dari 12 tahun.

Keseluruhan pekerja maupun pengusaha yang terkait dalam kegiatan penyembelihan di RPH Salatiga belum pernah mengikuti pelatihan kesrawan. Hal ini diduga karena pengalaman personalia tersebut cukup lama dalam menangani hewan yang akan dipotong, sehingga mereka sudah cukup pemahaman tentang cara menangani hewan dengan baik. Hasil wawancara ini juga menunjukan bahwa juru sembelih memiliki tingkat pengetahuan mengenai kesrawan yang paling baik, dengan persentase 100% dari seluruh sampel termasuk dalam kategori baik (Tabel 2) dan memiliki skor tertinggi yaitu 95 ± 0,79 (Tabel 3). Hal ini dikarenakan juru sembelih merupakan pegawai RPH yang dalam perekrutannya sudah disyaratkan pengalaman dan pengetahuan tentang penanganan hewan yang baik.

(24)

14

Tabel 1 Karakteristik responden

Karakteristik responden

responden total

Juru sembelih

Pengendali hewan

Pedagang sapi

n % n % n % N %

Umur

< 40 1 50 3 25 2 28,47 6 28,57

>= 40 1 50 9 75 5 71,43 15 71,43

Total 2 100 12 100 7 100 21 100

Pendidikan

Tidak sekolah 0 0 0 0 3 42,86 3 14,29

SD 0 0 6 50 1 14,29 7 33,33

SMP 0 0 3 25 2 28,57 5 23,81

SMA 2 100 2 16,67 0 0 4 19,05

Perguruan tinggi

0 0 1 8,33 1 14,29 2 9,52

Total 2 100 12 100 7 100 21 100

Lama usaha/kerja

<12 1 50 8 66,67 3 42,86 12 57,14

>=12 1 50 4 33,33 4 57,14 9 42,86

Total 2 100 12 100 7 100 21 100

Pelatihan kesrawan

Tidak pernah 2 100 12 100 7 100 21 100

Pernah 0 0 0 0 0 0 0 0

Total 2 100 12 100 7 100 21 100

Tabel 2 Persentase kategori tingkat pengetahuan kesrawan responden

Tingkat pengetahuan

kesrawan

Responden Total

Juru sembelih

Pengendali Hewan

Pedagang sapi

n % n % n % N %

Kurang 0 0 0 0 0 0 0 0

Cukup 0 0 1 8,33 1 14,29 2 9,52

Baik 2 100 11 91,67 6 85,71 19 90,48

Total 2 100 12 100 7 100 21 100

(25)

15 Tabel 3 Nilai tingkat pengetahuan kesrawan

Responden n Nilai tingkat pengetahuan

Juru sembelih 2 95 ± 0,79

Pengendali hewan 12 84,72 ± 5,49

Pedagang 7 80,16 ± 2,83

KESIMPULAN

Sarana penunjang kesrawan pada proses pemotongan hewan secara kuantitatif sudah terpenuhi. Namun secara kualitatif masih belum memenuhi standard teknis serta penggunaan sarana belum maksimal. Pemahaman sumber daya manusia di rumah potong hewan terhadap kesrawan sudah baik. Namun kesadaran pelaku usaha baik pedagang ternak maupun pengendali hewan terhadap kesrawan masih perlu ditingkatkan.

SARAN

Perlu peningkatan sosialisasi tentang kesrawan kepada pedagang ternak dan pengendali hewan serta pengawasan secara berkelanjutan. Diperlukan penyempurnaan sarana kesrawan utamanya pada gangway dan restraint box.

Pengendali hewan dan juru sembelih perlu mengikuti pelatihan penerapan kesrawan pada pemotongan hewan terutama tata cara merobohkan hewan pada pemotongan tanpa menggunakan restraint box. Diperlukan peningkatan pengawasan oleh pihak terkait pada setiap kegiatan yang dilakukan di RPH.

DAFTAR PUSTAKA

Broom DM. 1988. The scientific assessment of animal welfare. Appl Anim Behav Sci. 20:5-19.

Ferguson DM, Warner RD. 2008. Have we uderestimated the impact of pre- slaughter stress on meat quality in ruminant?. Meat Sci. 80(1):12- 19.doi:10.1016/j.meatsci.2008.05.004.

Grandin T. 2010. Auditing animal welfare in slaughter plants. Meat Sci. 86(1):56- 65. doi:10.1016/j.meatsci.2010.04.022.

Gregory NG. 1998. Animal Welfare and Meat Science. Wallingford (GB): CABI.

[OIE] Office International des Epizooties (FR). 2015. Introduction to the recomendations for animal welfare. Terrestrial Animal Health Code [Internet]. [diunduh 2016 Juni 10]. Tersedia pada:

www.oie.int/index.php?id=169&L=0&htmfile=chapitre_aw_introduction.

htm.

(26)

16

[OIE] Office International des Epizooties (FR). 2015. Slaughter of animals.

Terrestrial Animal Health Code [Internet]. [diunduh 2016 Juni 10].

Tersedia pada:

www.oie.int/index.php?id=169&L=0&htmfile=chapitre_aw_slaughter.htm.

Peeling D, Appleby MC. 2013. Zoonotic diseases, human health and animal walfare. Zoonotic disease: the dire consequences of factor farming [Internet]. [diunduh 2016 Juni 10]. Tersedia pada:

live2.ciwf.org.uk/research/food-and-human-health/zoonotic-diseases.

Pemerintah Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Nomor 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan. Jakarta (ID): Sekretariat Negara.

[Kementan] Kementerian Pertanian. 2010. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 13/Permentan/OT.140/1/2010 tentang Persyaratan Rumah Potong Hewan Ruminansia dan Unit Penanganan Daging (Meat Cutting Plant). Jakarta (ID): Kementan.

Windiana D. 2015. Pengembangan Rancang Bangun Pelatihan untuk Meningkatkan Kompetensi Sumber Daya Manusia Dalam Menerapkan Kesejahteraan Hewan di Rumah Potong Hewan Ruminansia (RPH-R).

Balai Besar Pelatihan Kesehatan Hewan Cinagara-Bogor, Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian, Kementerian Pertanian. Bogor. 42 hal.

(27)

17 LAMPIRAN

1. Kuesioner penilaian tingkat pengetahuan kesejahteraan hewan bagi pedagang sapi.

I. BIODATA

a. Nama :

b. Umur :

c. Pendidikan terakhir :

d. Lokasi RPH :

e. Alamat RPH :

f. Nama :

g. Nomor kontak :

h. Lama sebagai pedagang : i. Jumlah ekor yang :

disembelih rata-rata /hari

j. Asal ternak :

k. Apakah Saudara pernah mengikuti pelatihan/workshop/sosialisasi tentang kesejahteraan hewan ?

1). Tidak

2) Ya, bila jawaban Saudara ya, isilah kolom dibawah ini

No Judul Pelatihan/

Workshop/Sosiualisasi

Bulan/

Tahun

Lama (hari)

Tempat Penyelenggara

I. PETUNJUK :

a. Jawablah pertanyaan berikut ini dengan memberi tanda silang (X) pada jawaban BENAR, SALAH atau TIDAK TAHU.

NO PERNYATAAN KONDISI

Benar Salah Tidak Tahu 1. Hewan akan ragu-ragu untuk jalan/turun dari alat

angkut bila fasilitas penurunan terlalu curam

2. Hewan harus diberi pakan dan minum setelah tiba di RPH

3. Selama di kandang penampungan hewan harus mendapatkan minum sepuasnya

4. Hewan boleh diikat dengan tali yang pendek di leher 5. Cara menggiring hewan adalah dengan cara memukul

bagian belakangnya

6. Hewan akan berhenti jalan bila ada lantai yang berlubang/rusak

7. Hewan akan berhenti berjalan jika suasana gelap 8. Hewan mudah bergerak bila petugas berteriak 9. Hewan berhenti jalan jika ada orang di depannya 10. Sebelum disembelih, hewan sebaiknya diberi minum

saja

(28)

18

11. Hewan sakit, diperbolehkan untuk disembelih

12. Diperbolehkan merobohkan sapi untuk disembelih dengan cara menarik ekornya

13. Hewan boleh melihat sesamanya yang sedang disembelih

14. Hewan harus disembelih dengan pisau yang tajam 15. Hewan boleh disiram dengan air setelah disembelih 16. Penyembelihan hewan yang dilakukan dengan cara

yang baik akan menghasilkan mutu daging yang baik 17. Darah akan keluar sempurna bila hewan disembelih

dengan memutuskan tiga saluran

18. Darah keluar sempurna jika hewan yang disembelih dalam kondisi sakit

19. Hewan boleh dikuliti sebelum mati

20. Perlakuan kasar pada hewan menurunkan mutu daging

b. Jawablah pertanyaan berikut ini dengan memberi tanda silang (X) pada jawaban SETUJU, TIDAK SETUJU atau TIDAK TAHU.

NO PERNYATAAN KONDISI

Setuju Tidak setuju

Tidak Tahu 1. Bak air di kandang penampungan harus selalu penuh

2. Hewan sakit di kandang penampungan, harus diobati 3. Hewan yang cedera/luka boleh didiamkan

4. Hewan akan merasa takut bila jalan dari daerah terang ke daerah gelap

5. Pergerakan hewan akan terhambat karena lampu yang menyilaukan pandangan

6. Hewan harus dipuasakan sebelum disembelih

7. Pisau harus diasah terlebih dahulu sebelum melakukan penyembelihan

8. Hewan dikatakan mati sempurna jika tidak ada refleks kornea

9. Pengeluaran darah yang sempurna pada saat penyembelihan menghasilkan daging yang baik 10. Daging yang mengalami memar-memar akan lebih

cepat busuk

(29)

19 2. Kuesioner penilaian tingkat pengetahuan kesejahteraan hewan bagi

pengendali hewan.

II. BIODATA

a. Nama :

b. Umur :

c. Pendidikan terakhir :

d. Lokasi RPH :

e. Alamat RPH :

f. Nomor kontak :

g. Lama sebagai sebagai : tenaga handling

h. Jumlah ternak yang : ditangani /hari

i. Apakah Saudara pernah mengikuti pelatihan/workshop/sosialisasi tentang kesejahteraan hewan ?

1). Tidak

2) Ya, bila jawaban Saudara ya, isilah kolom dibawah ini

No Judul Pelatihan/

Workshop/Sosiualisasi

Bulan/

Tahun

Lama (hari)

Tempat Penyelenggara

j. Jelaskan, uraian tugas Saudara di RPH

...

...

...

...

...

...

II. PETUNJUK :

a. Jawablah pertanyaan berikut ini dengan memberi tanda silang (X) pada jawaban BENAR, SALAH atau TIDAK TAHU.

NO PERNYATAAN KONDISI

Benar Salah Tidak Tahu 1. Hewan akan ragu-ragu untuk jalan/turun dari alat

angkut bila fasilitas penurunan terlalu curam

2. Hewan harus diberi pakan dan minum setelah tiba di RPH

3. Selama di kandang penampungan hewan harus mendapatkan minum sepuasnya

4. Hewan boleh diikat dengan tali yang pendek di leher 5. Bila hewan tak mau makan, maka harus dipaksa makan 6. Jika ada hewan luka, maka harus diobati

7. Kebersihan lantai kandang bukan merupakan hal yang

(30)

20

perlu diperhatikan

8. Cara menggiring hewan adalah dengan cara memukul bagian belakangnya

9. Hewan akan berhenti berjalan bila ada lantai yang berlubang/rusak

10 Hewan akan berhenti berjalan jika suasana gelap 11. Hewan akan mudah bergerak bila petugas berteriak 12. Hewan akan berhenti jalan, jika ada orang di depannya 13. Diperbolehkan merobohkan sapi yang akan disembelih

dengan menarik ekornya

14. Sebelum disembelih, sebaiknya hewan diberi minum saja

15. Hewan sakit, diperbolehkan untuk disembelih

16. Hewan harus disembelih dengan menggunakan pisau yang tajam

17. Hewan boleh melihat sesamanya yang sedang disembelih

18. Hewan boleh disiram dengan air setelah disembelih 19. Darah akan keluar sempurna bila hewan disembelih

dengan memutus tiga saluran 20. Hewan boleh dikuliti sebelum mati

b. Jawablah pertanyaan berikut ini dengan memberi tanda silang (X) pada jawaban SETUJU, TIDAK SETUJU atau TIDAK TAHU.

NO PERNYATAAN KONDISI

Setuju Tidak setuju

Tidak Tahu 1. Hewan harus segera mungkin dikeluarkan dari

kendaraan setibanya di Rumah Potong Hewan 2. Bak air di kandang penampung harus selalu penuh 3. Jika ada hewan sakit di kandang penampungan, harus

diobati

4. Hewan yang cedera/luka boleh didiamkan

5. Hewan akan merasa takut bila jalan dari daerah terang ke daerah gelap

6. Pergerakan hewan terhambat karena lampu yang menyilaukan pandangan

7. Hewan harus dipuasakan sebelum disembelih 8. Pisau diasah sebelum melakukan penyembelihan 9. Mata hewan ditekan agar tak bergerak saat disembelih 10. Hewan dikatakan mati sempurna jika tidak ada refleks

kornea

(31)

21 3. Kuesioner penilaian tingkat pengetahuan kesejahteraan hewan bagi juru

sembelih.

III. BIODATA

a. Nama :

b. Umur :

c. Pendidikan terakhir :

d. Lokasi RPH :

e. Alamat RPH :

f. Nama :

g. Nomor kontak :

h. Lama bekerja sebagai

Juru sembelih :

i. Jumlah ekor yang : disembelih rata-rata /hari

j. Asal ternak :

k. Apakah Saudara pernah mengikuti pelatihan/workshop/sosialisasi tentang kesejahteraan hewan ?

1). Tidak

2) Ya, bila jawaban Saudara ya, isilah kolom dibawah ini

No Judul Pelatihan/

Workshop/Sosiualisasi

Bulan/

Tahun

Lama (hari)

Tempat Penyelenggara

III. PETUNJUK :

a. Jawablah pertanyaan berikut ini dengan memberi tanda silang (X) pada jawaban BENAR, SALAH atau TIDAK TAHU.

NO PERNYATAAN KONDISI

Benar Salah Tidak Tahu 1. Hewan harus diberi pakan dan minum setelah tiba di

RPH

2. Bak air di kandang penampungan harus selalu penuh 3. Hewan akan berhenti berjalan bila ada lantai yang

berlubang/rusak

4. Hewan akan berhenti berjalan jika suasana gelap 5. Hewan mudah bergerak bila petugas berteriak 6. Hewan sakit, diperbolehkan untuk disembelih

7. Diperbolehkan merobohkan sapi untuk disembelih dengan cara menarik ekornya

8. Sebelum disembelih, hewan sebaiknya diberi minum saja

9, Pisau harus diasah setiap kali sebelum penyembelihan 10. Pisau untuk menyembelih harus bersih

11. Hewan harus disembelih dengan menggunakan pisau yang tajam

12. Penyembelihan artinya memutus tiga saluran di leher dan kepala tidak terputus

13. Lokasi penyembelihan hewan, jauh dari pangkal leher

(32)

22

14. Hewan boleh melihat sesamanya yang sedang disembelih

15. Hewan boleh disiram air setelah disembelih

16. Hewan dikatakan mati sempurna jika tidak ada refleks kornea

17. Hewan boleh dikuliti sebelum mati

18. Penyembelihan hewan yang dilakukan dengan baik akan menghasilkan mutu daging yang baik

19. Perlakuan kasar pada hewan akan menurunkan mutu daging

20. Darah keluar sempurna jika hewan yang disembelih dalam kondisi sakit

b. Jawablah pertanyaan berikut ini dengan memberi tanda silang (X) pada jawaban SETUJU, TIDAK SETUJU atau TIDAK TAHU.

NO PERNYATAAN KONDISI

Setuju Tidak setuju

Tidak Tahu 1. Hewan harus segera mungkin dikeluarkan dari

kendaraan setibanya di Rumah Potong Hewan 2. Hewan akan ragu-ragu untuk jalan/turun dari alat

angkut bila fasilitas penurunan terlalu curam 3. Hewan yang cedera/luka, boleh didiamkan

4. Hewan akan merasa`takut bila jalan dari daerah terang ke daerah gelap

5. Pergerakan hewan akan terhambat karena lampu yang menyilaukan pandangan

6. Cara menggiring hewan adalah dengan cara memukul bagian belakangnya

7. Salah satu tanda hewan stres adalah dengan mengeluarkan suara

8. Hewan harus dipuasakan sebelum disembelih

9, Penyembelihan hewan dilakukan dengan sekali goresan pisau secara cepat dan mendalam serta tidak terputus 10. Pengeluaran darah yang sempurna pada saat

penyembelihan menghasilkan daging yang baik

(33)

23

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ungaran Kabupaten Semarang pada tanggal 31 Mei 1992. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara putra pasangan Bapak Dadang Wahyudin dan Ibu Martini.

Penulis menyelesaikan jenjang pendidikan sekolah menengah pertama pada tahun 2007 di SMP Semesta Boarding School Semarang dan pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke SMAN 1 Ungaran hingga lulus pada tahun 2010. Penulis melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri pada tahun 2010.

Gambar

Gambar 1 Struktur Kepengurusan RPH Kota Salatiga
Gambar 2 Area unloading 1
Gambar 3 Area unloading 2
Gambar 4 Kandang penampungan
+6

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

diet di majalah juga dapat memengaruhi perilaku diet, sebesar 44% remaja putri tingkat menengah yang membaca artikel tentang diet akan menunjukkan perubahan perilaku

Selanjutnya setelah tipe belajar sudah sesuai, maka langkah selanjutnya adalah menghindarkan atau meminimalisir hal-hal yang dapat menghambat proses belajar, sehingga tidak

Sedangkan remaja pedesaan lebih terbuka dan tidak membeda bedakan , Dari aspek menolong pada remaja kota dan desa terdapat perbedaan, untuk remaja yang berada di desa

Dalam hal ini, likuiditas saham diproksikan dengan besarnya aktivitas volume perdagangan atau trading volume activity (TVA) saham di sekitar kejadian pengumuman

Tapi kalau kita ingat kembali kekayaan yang luar biasa yang Tuhan anugerahkan dalam hidup Saudara dan saya maka hal ini seharusnya tidak menggoncangkan kita karena kekayaan

Algoritma Caesar cipher akan mengenkripsi plainteks dengan cara menggeser posisi plainteks sebanyak jumlah kunci yang biasanya menggunakan huruf alfabetik dari A ± Z

Dengan demikian kecepatan dan kelincahan merupakan bagian komponen kondisi fisik yang diperlukan untuk menunjang keterampilan dalam olahraga sepakbola,