• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "V. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Pembentuk Motivasi 1. Umur

Petani yang menjadi responden dalam kajian ini memiliki keragaman dalam tingkatan umur. Distribusi sebaran tingkatan umur bisa dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur No Klasifikasi Umur (Tahun) Jumlah

Responden

Persentase (%)

1 30-36 th 6 10.9

2 37-43 th 14 25.5

3 44-50 th 9 16.4

4 51-57 th 9 16.4

5 58-65 th 11 20.0

6 > 65 th 6 10.9

Jumlah 55 100.0

Sumber : Analisis Data

Berdasarkan data pada Tabel 5.1. menunjukkan bahwa responden didominasi oleh petani pada kriteria umur 37-43 tahun yaitu sebanyak 14 responden atau bila dipersentaselan maka sebesar 25.5%. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) yaitu pada rentang umur 15 hingga 60 tahun digolongkan sebagai umur produktif. Dengan hal ini maka dapat disimpulkan bahwa pada umumnya petani yang menjadi responden dalam pengkajian ini merupakan petani dalam kelompok produktif.

Usia produktif biasanya mempunyai semangat yang lebih besar dibandingkan usia yang nonproduktif, sehingga usia peroduktif sangat potensial untuk lebih meningkatkan peran sertanya dalam setiap kegiatan.

Usia nonproduktif masih aktif melakukan usahatani karena responden sudah terbiasa bekerja sejak kecil, selain itu responden juga mencari kesibukan untuk menghilangkan rasa jenuh. Kegiatan berusahatani wajar dilakukan oleh responden yang berusia nonproduktif karena sudah menjadi rutinitas sehari-hari, meskipun kegiatan yang dilakukan bersifat ringan, misalnya melaksanakan pemanenan, perawatan pemupukan dan lain-lain.

67

(2)

Berdasarkan hasil kajian di lapangan, diketahui bahwa usia petani responden didominasi pada rentang 37-43 tahun. Usia ini umumnya petani sudah berkeluarga dan sedang mempunyai tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan sedang mempunyai tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti member nafkah keluarga. Usia ini juga berhubungan dengan kondisi fisik yang masih normal untuk melakukan kegiatan usahatani.

2. Pendidikan Formal.

Pendidikan responden yang dimaksud dalam pengkajian berikut adalah pendidikan formal yang telah menjadi pengalaman oleh responden, mulai dari yang paling rendah yitu tidak tamat SD hingga yang tertinggi yaitu yang pernah menempuh tingkat perguruan tinggi. Distribusi untuk tingkat pendidikan responden terdapat pada tabel 5.2. sebagai berikut:

Tabel 5.2. Distribusi Tingkat Pendidikan Formal Responden.

No Klasifikasi Pendidikan Jumlah Responden

Persentase (%)

1 Tidak tamat SD 3 5,5

2 SD 24 43,6

3 SMP 20 36,4

4 SMA 7 12,7

5 Perguruan Tinggi 1 1,8

Jumlah 55 100.0

Sumber : Analisis Data

Berdasarkan data pada Tabel 5.2 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden didominasi pada kategori pendidikan SD sederajat dengan jumlah sebanyak 24 responden atau sebesar 43.6% dari jumlah sampel dan untuk pendidikan paling rendah yakni tidak tamat SD sebanyak 3 responden atau setara 5.5% dari jumlah sampel. Tingkat pendidikan formal pada petani dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan SD merupakan pendidikan yang telah dicapai pada responden dan mencerminkan bahwa petani kelapa di Kecamatan Karimunjawa Kabupaten Jepara pada umumnya berpendidikan SD.

(3)

Dilihat dari tabel 5.2. rata-rata responden telah mengenyam pendidikan dan mengerti akan arti penting pendidikan. Hal ini disebabkan faktor kesadaran masyarakat. Menurut Soekartawi (2005) bahwa tingkat pendidikan formal pada umumnya sangat berpengaruh terhadap praktek usahatani yang dilakukan. Semakin tinggi tingkat pendidikan petani tentunya akan semakin rasional dalam pola fikir dan juga daya nalarnya.

Pendidikan yang semakin tinggi diharapkan dapat semakin merubah sikap dan perilaku untuk bertindak lebih rasional. Seseorang lebih berpikiran rasional setelah mendapatkan ilmu-ilmu yang didapatnya dari bangku sekolah. Mereka yang berpendidikan tinggi akan relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi inovasi. Begitu pula sebaliknya mereka yang berpendidikan rendah, agak sulit melaksanakan adopsi inovasi dengan cepat. Kecenderungan bahwa petani yang mempunyai tingkat pendidikan lebih tinggi akan lebih mudah mengetahui kegunaan teknologi yang diperkenalkan dibanding petani dengan pendidikan yang rendah. Mereka yang berpendidikan lebih tinggi lebih mudah terdorong untuk menguasai dan menerapkan teknologi yang diperkenalkan yang pada gilirannya akan meningkatkan efisiensi produksi (Syafa’at, 1990).

3. Jenis Kelamin

Jenis kelamin yang dimiliki responden dapat diukur berdasarkan kriteria laki-laki dan perempuan. Distribusi untuk jenis kelamin responden terdapat pada tabel 5.3. sebagai berikut:

Tabel 5.3 Distribusi Jenis Kelamin Responden.

No Klasifikasi Jenis Kelamin

Jumlah Responden

Persentase (%) 1

2

Laki-laki 42 76.4

Perempuan 13 23.6

Jumlah 55 100.0

Sumber : Analisis Data

Berdasarkan data yang terjadi pada Tabel 5.3 menunjukkan bahwa hasil sebaran jenis kelamin responden lebih didominasi oleh kaum laki-laki, frekuensi laki-laki yaitu sebanyak 42 responden atau sebesar 76.4%. dan

(4)

jumlah sampel kaum laki-laki memiliki peran yang lebih banyak dalam hal berusahatani akan tetapi tidak semua anggota kelompok tani hanya diperankan oleh kaum laki-laki saja, di dalam penelitian ini frekuensi perempuan yang terlibat dalam berusahatani kelapa yaitu sebanyak 13 responden atau 23.6%. Hal ini dapat dikatakan bahwa para istri atau ibu rumah tangga sebagai kaum perempuan juga berperan dalam membantu usahatani kelapa.

4. Pendidikan Non Formal

Pendidikan non formal merupakan pendidikan yang diperoleh responden di luar pendidikan formal, memiliki program yang terencana, dapat dilakukan dimana saja, tidak terikat waktu, disesuaikan dengan kebutuhan sasaran peserta didik. Pendidikan non formal diukur dari frekuensi responden mengikuti kegiatan penyuluhan maupun pelatihan yang berkaitan dengan usaha pertanian yang dinyatakan dalam jumlah keikutsertaan pada satu tahun terakhir. Kegiatan pelatihan dan penyuluhan dapat membantu responden dalam meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan, khususnya dalam memperoleh informasi serta inovasi baru untuk diterapkan pada kegiatan usahatani. Distribusi pendidikan non formal responden dapat dilihat pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Non Formal Kriteria Kategori Skor Responden Persentase (%)

Tidak Pernah Tidak Pernah 1 4 7,3

1 kali Jarang 2 45 81,8

2 kali Sedang 3 5 9,1

≥ 3 kali Sering 4 1 1,8

Jumlah 55 100,00

Sumber : Analisis Data

Berdasarkan Tabel 5.4 dapat diketahui bahwa terdapat responden yang tidak pernah mengikuti kegiatan sosilaisasi maupun pelatihan dalam kurun waktu 1 tahun terakhir yaitu sebanyak 4 orang (7,3%), petani yang mengikuti kegiatan sosilaisasi maupun pelatihan sebanyak 1 kali sebanyak 45 orang (81,8%), 5 orang (9,1%) mengikuti kegiatan sosilaisasi maupun pelatihan sebanyak 2 kali, dan 1 orang (1,8%) mengikuti kegiatan sosilaisasi

(5)

maupun pelatihan sebanyak 3 kali atau lebih. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pendidikan non formal mayoritas responden di Kecamatan Karimunjawa masuk dalam kategori jarang.

Kegiatan penyuluhan, pelatihan maupun kunjungan sangat penting, karena melalui pertemuan tersebut petani dapat bertukar pikiran dalam memecahkan masalah yang dihadapi secara bersama-sama, memperoleh informasi yang berguna bagi usahataninya, bimbingan, saran bahkan petunjuk yang berkaitan dengan budidaya tanaman, sehingga dapat meningkatkan ketrampilan dalam mengelola usahataninya. Kegiatan penyuluhan diselenggarakan secara tidak rutin, biasanya tiga atau empat bulan sekali berdasarkan kebutuhan petani. Kegiatan penyuluhan biasanya dilakukan pada saat perkumpulan kelompok tani maupun gabungan kelompok tani. Akan tetapi, hanya sebagian petani yang hadir dan mengikuti kegiatan penyuluhan tersebut.

Kegiatan pelatihan merupakan kegiatan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan petani dalam menjalankan usataninya.

Kegiatan pelatihan petani dilaksanakan pada saat ada program dari pemerintah daerah, maupun pemerintah pusat dengan menunjuk beberapa petani sebagai perwakilan kelompok dan bisa dilakukan pada saat petani membutuhkan pelatihan terkait dengan kegiatan usahataninya, seperti pembuatan pupuk kompos dan lain sebagainya. Kegiatan kunjungan biasanya dilakukan oleh kelompok tani yang pertanian yang lebih baik bertujuan untuk mencari ilmu, pengetahuan maupun wawasan baru sehingga usahatani yang dilakukan petani menjadi lebih baik.

5. Luas Lahan

Luas lahan yang dimiliki maupun diusahakan setiap petani berbeda- beda. Petani di Indonesia didominasi oleh petani gurem yaitu petani yang hanya memiliki lahan sempit dalam pengelolaan usaha tani mereka. Luas lahan mempengaruhi petani dalam pemanfaatan serta pemilihan komoditas untuk ditanam, petani dengan lahan yang luas akan lebih mudah dalam memilih tanaman apa yang akan ditanam dan menjadi usahatani yang

(6)

menguntungkan. Adapun distribusi luas lahan responden dapat dilihat pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5 Distrubusi Responden Berdasarkan Luas Lahan

Kriteria Luas Lahan Skor Responden Persentase (%)

< 0,5 Ha 1 21 38,2

0,5 – 1 Ha 2 18 32,7

1,1 – 2 Ha 3 10 18,2

≥ 2,1 Ha 4 6 10,9

Jumlah 55 100,00

Sumber : Analisis Data

Berdasarkan Tabel 5.5 dapat diketahui bahwa mayoritas petani responden di Kecamatan Karimunjawa memiliki luas lahan dibawah dari 0,5 Ha sebanyak 21 orang (38,2 %), untuk petani dengan luas lahan antara 0,5 – 1 Hasebanyak 18 orang (32,7%), untuk petani dengan luas lahan antara 1,1 – 2 Ha sebanyak 10 orang (18,2%), dan untuk petani dengan luas lahan diatas 2,1 Ha sebanyak 6 orang (10,9%). Hernanto (1991) menggolongkan petani dari luas lahan yang dimiliki menjadi 4 yaitu golongan petani luas dengan luas lahan ≥ 2 Ha, golongan petani sedang dengan luas lahan 0,5-2 Ha, golongan petani sempit dengan luas lahan 0,5 Ha dan golongan buruh tani yang tidak memiliki lahan. Luas lahan petani di Kecamatan Karimunjawa rata-rata dibawah 0,5 Ha, sehingga petani kelapa di Kecamatan Karimunjawa tergolong petani lahan sempit.

Menurut Mardikanto dalam Satriani (2013) petani yang memiliki lahan sempit cenderung menerapkan usahataninya secara tidak intensif karena petani harus melakukan kegiatan diluar usahatani untuk memenuhi kebutuhannya. Hal ini menyebabkan petani tidak leluasa untuk melakukan perubahan pada usahataninya karena harus mengalokasikan waktu dan tenaganya untuk memenuhi kegiatan usahataninya maupun diluar usahataninya. Sempitnya lahan yang dimiliki petani di Kecamatan Karimunjawa dikarenakan tanah yang dimiliki petani rata-rata adalah tanah warisan yang sudah dibagi-bagi sehingga ukurannya menjadi sempit. Selain itu adanya faktor pembangunan yang menyebabkan lahan menjadi sempit.

Faktor-faktor tersebut antara lain pembangunan jalan, pembangunan rumah,

(7)

pembangunan tempat-tempat wisata dan pembangunan infrastruktur lainnya.

6. Pendapatan Petani dari Budidaya Kelapa

Pendapatan merupakan salah satu faktor terpenting dalam berusahatani. Pendapatan mempengaruhi petani dalam merencanakan usaha tani yang akan dilaksanakan. Pendapatan petani dalam penelitian ini adalah pendapatan yang diperoleh petani khusus dari budidaya kelapa yang dijalankan, pendapatan yang diperoleh bisa dari penjualan kelapa tua, kelapa muda, serabut kelapa, pelepah daun kelapa maupun dari olehan- olahan makanan yang dihasilkan dari buah kelapa itu sendiri. Pendapatan dalam penelitian ini merupakan pendapatan petani diperoleh dari hasil yang diusahakan oleh petani dalam kurun waktu 1 tahun. Adapun distribusi pendapatan responden per tahun dapat dilihat pada Tabel 5.6 sebagai berikut :

Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan Pertahun

Kriteria Pendapatan Skor Responden Persentase (%)

< Rp 2.000.000,- 1 33 60

Rp 2.000.001,- - Rp 5.000.000 2 16 29,1

Rp 5.000.000,- - Rp 8.000.000,- 3 6 10,9

≥ Rp 8.000.001,- 4 0 0

Jumlah 55 100,00

Sumber : Analisis Data

Berdasarkan Tabel 5.6 dapat diketahui bahwa petani responden mayoritas berpendapatan dibawah Rp 2.000.000,- yaitu sebanyak 33 orang (60 %), jumlah petani responden berpendapatan antara Rp 2.000.001,- - Rp 5.000.000 sebanyak 16 orang (29,1%), jumlah petani responden berpendapatan antara Rp 5.000.000,- - Rp 8.000.000,- sebanyak 6 orang (10,9 %), dan tidak terdapat petani responden yang memiliki pendapatan diatas Rp. 8.000.001,-.

Penggolongan pendapatan menurut Badan Pusat Statistik (BPS, 2008) membedakan pendapatan menjadi 4 golongan yaitu :

(8)

1) Golongan pendapatan sangat tinggi, adalah jika pendapatan rata-rata lebih dari Rp 3.500.000,00 per bulan.

2) Golongan pendapatan tinggi adalah jika pendapatan rata-rata antara Rp 2.500.000,00 s/d Rp 3.500.000,00 per bulan.

3) Golongan pendapatan sedang adalah jika pendapatan rata-rata antara Rp 1.500.000,00 s/d Rp 2.500.000,00 per bulan

4) Golongan pendapatan rendah adalah jika pendapatan rata-rata Rp1.500.000,00 per bulan.

Berdasarkan data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa petani responden di Kecamatan Karimunjawa mayoritas memiliki pendapatan yang tergolong rendah sampai sedang yaitu dibawah Rp. 2.000.000,- dari kegiatan usahatani kelapa yang dijalankan Pendapatan petani dipengaruhi oleh luas lahan yang diusahakan serta input usahatani yang dilakukan.

Semakin banyak modal dan usaha yang dilakukan maka akan menentukan tingkat pendapatan yang diperoleh.

Menurut Lionberger dalam Mardikanto (2003) tingkat pendapatan mempengaruhi seseorang untuk menerapkan suatu hal yang baru. Tingkat pendapatan petani juga akan mempengaruhi petani dalam berusahatani, petani yang berpendapatan banyak cenderung lebih menerapkan inovasi baru. Responden pada umumnya selain berusahatani juga berusaha di sektor non pertanian seperti menjadi buruh, tukang, pedagang maupun guru. Hal tersebut dilakukan untuk mencukupi kebutuhan setiap keluarga petani responden meliputi biaya usahatani, biaya konsumsi, kesehatan, pendidikan maupun lain-lain.

7. Kekosmopolitan

Kekosmopolitan adalah tingkat hubungan seseorang dengan dunia luar di luar sistem sosialnya sendiri. Kekosmopolitan dicirikan oleh frekuensi dan jarak perjalanan yang dilakukan, serta pemanfaatan media massa (Mardikanto, 1993). Adapun distribusi tingkat kosmopolitan responden setiap tahun dapat dilihat pada Tabel 5.7 sebagai berikut :

(9)

Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kosmopolitan Kriteria Kosmopolitan Skor Responden Persentase (%)

1 – 3 Kali 1 43 78,2

4 – 6 Kali 2 10 18,2

6 – 10 Kali 3 2 3,6

>10 Kali 4 0 0

Jumlah 55 100,00

Sumber : Analisis Data

Berdasarkan Tabel 5.7 diatas dapat diketahui bahwa tingkat kosmopolitan responden atau tingkatan banyak sedikitnya responden dalam mencari informasi tentang usahatani kelapa paling banyak adalah 1-3 kali dengan banyaknya responden 43 orang (78,2 %) dalam setahun, 4-6 kali terdapat 10 orang (18,2 %), 6-10 kali sebanyak 2 orang (3,6 %), sedangkan untuk yang diatas 10 kali tidak ada.

Data diatas menunjukkan bahwa cukup sedikit sekali responden melakukan kegiatan kosmopolitan untuk memperoleh informasi dalam kegiatan usahatani kelapa baik itu dengan cara mendatangi pusat-pusat informasi seperti kecamatan maupun mencari informasi melalui media massa atau media sosial yang sekarang berkembang. Fakta tersebut dapat terjadi dikarenakan banyak faktor, pertama adalah faktor jarak antara kediaman responden dengan pusat informasi yang lumayan jauh untuk dijangkau, dan faktor kedua adalah sinyal internet yang masih lumayan susah untuk diakses responden untuk menunjang pencarian informasi.

8. Peran Penyuluh

Peran penyuluhan pertanian sebagai “agen of change” memiliki tugas ganda yaitu menyampaikan informasi dan sekaligus berupaya untuk mengubah perilaku masyarakat sasaran untuk dapat berpartisipasi dalam pembangunan. Peran penyuluh pertanian dirasa sangat penting, karena penyuluh bertugas melaksanakan kegiatan penyuluhan di wilayah kerjanya dan berhubungan langsung dengan petani sehingga penyuluh dapat

(10)

mengenali masalah-masalah yang dihadapi petani serta membantu mencari cara pemecahan masalah-masalah tersebut. Adapaun distribusi tingkat peran penyuluh dalam penelitian kali ini dapat dilihat pada Tabel 5.8 sebagai berikut :

Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Peran Penyuluh

Kriteria Peran Penyuluh Skor Responden Persentase (%)

Tidak Berperan 1 2 3,6

Cukup Berperan 2 32 58,2

Berperan 3 20 36,4

Sangat Berperan 4 1 1,8

Jumlah 55 100,00

Sumber : Analisis Data

Berdasarkan Tabel 5.8 diatas menunjukkan bahwa peran penyuluh dalam kegiatan usahatani kelapa menurut responden adalah cukup berperan dengan jumlah responden 32 orang (58,2 %), 2 responden (3,6 %) memilih tidak berperan, 20 responden (36,4 %) memilih berperan, sedangkan yang memilih sangat berperan hanya 1 responden (1,8 %).

Peran penyuluh dirasa cukup berperan oleh sebagian besar responden dikarenakan banyak responden yang merasa terbantu akan adanya seorang penyuluh yang dapat membantu mereka dalam melakukan kegiatan usahataninya. Walaupun penyuluh pertanian di Kecamatan Kemojan hanya ada 1 orang saja tetapi dapat kita lihat dari data diatas bahwa kinerjanya cukup baik sehingga responden merasa penyuluh cukup berperan.

Responden hanya merasa peran penyuluh cukup berperan, belum sampai merasa berperan ataupun sangat berperan dalam kegiatan usahatani yang mereka jalani.

9. Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anggotanya. Anggota keluarga dipandang sebagai bagian yang tidak terpusahkan dalam lingkungan keluarga. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan (Friedman, 2010). Adapun

(11)

distribusi responden berdasarkan dukungan keluarga dapat dilihat pada Tabel 5.9 sebagai berikut :

Tabel 5.9 Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga

Kriteria Dukungan Keluarga Skor Responden Persentase (%)

Tidak Mendukung 1 1 1,8

Cukup Mendukung 2 25 45,5

Mendukung 3 28 50,9

Sangat Mendukung 4 1 1,8

Jumlah 55 100,00

Sumber : Analisis Data

Berdasarkan Tabel 5.9 diatas menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan dukungan keluarga terbanyak adalah dengan kriteria mendukung dengan responden sebanyak 28 orang (50,9 %), selanjutnya kriteria mendukung cukup mendukung dengan jumlah responden 25 orang (45,5 %), tidak mendukung sebanyak 1 responden (1,8 %), dan sangat mendukung 1 responden (1,8 %).

Dukungan keluarga disini diartikan bahwa dalam melakukan kegiatan pemanfaatan lahan pesisir untuk perkebunan kelapa mendapat dukungan dari keluarga terdekat dari responden seperti ayah, ibu, istri, anak atau anggota keluarga lainnya yang tinggal disekitar responden. Dukungan yang diberikan keluarga seperti membantu persiapan lahan, membantu membuat bibit, membantu membersihkan lahan dan perawatan pohon, membantu panen, membantu dalam memasarkan hasil panen, dan memberikan dukungan secara moral dan materiil dalam kegiatan usahatani mereka.

10. Peran Tokoh Masyarakat

Tokoh masyarakat merupakan seseorang yang mempunyai pengaruh besar karena peranannya yang penting dalam struktur sosial masyarakat.

Oleh karena itu, tokoh masyarakat begitu dihormati dilingkungan masyarakat. Kebijaksanaan dan pengetahuan yang dimiliki tokoh masyarakat biasanya menjadi panutan bagi orang-orang yang sesuai dengan bidangnya masing-masing. Adapun distribusi responden berdasarkan peran tokoh masyarakat dapat dilihat pada Tabel 5.10 sebagai berikut :

(12)

Tabel 5.10 Distribusi Responden Berdasarkan Peran Tokoh Masyarakat Kriteria Peran Tokoh

Masyarakat

Skor Responden Persentase (%)

Tidak Berperan 1 3 5,5

Cukup Berperan 2 15 27,3

Berperan 3 23 41,8

Sangat Berperan 4 14 25,5

Jumlah 60 100,00

Sumber : Analisis Data

Berdasarkan Tabel 5.10 diatas menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan peran tokoh masyarakat terbanyak adalah dengan kriteria berperan dengan responden sebanyak 23 orang (41,8 %), selanjutnya kriteria cukup berperan dengan jumlah responden 15 orang (27,3 %), sangat beperan sebanyak 14 responden (25,5 %), dan tidak berperan 3 responden (5,5 %).

Keberadaan peran tokoh masyarakat dalam masyarakat desa sangat dibutuhkan, hal ini sebagai wujud dari partisipasi kewargaan para tokoh masyarakat tersebut. Tokoh masyarakat sebagai titik sentral dalam perwujudan desa yang baik sudah barang tentu keberadaannya sangat dibutuhkan dalam upaya pengembangan desa yang baik. Sebab keberadaan tokoh serta perannya sangat berpengaruh dalam perkembangan sebuah wilayah desa, oleh sebab itu keberadaannya menjadi salah satu faktor penunjang dalam pengembangan sebuah desa.

Peran tokoh masyarakat sangat berkaitan erat dengan yang namanya aktivitas sosialisasi. Sejumlah sosiolog mengatakan sosialisasi adalah teori mengenai peranan (role theory). Seorang antropolog, telah mengembangkan teori peran. Teori peran menggambarkan interaksi sosial dalam terminologi aktor-aktor yang bermain sesuai dengan apa yang di tetapkan oleh budaya (Kusnadi dan Dadan, 2017). Peran tokoh masyarakat disini dimaksudkan bahwa dalam kegiatan yang dilakukan responden terkait usahatani kelapa mendapat bimbingan, pengarahan maupun bantuan dari

(13)

tokoh masyarakat sekitar sehingga memunculkan semangat dan keinginan lebih untuk responden mengembangkan usahatani kelapa mereka.

11. Jaminan Pasar

Jaminan pasar disini dimaksudkan seberapa mudahnya para petani dapat menjual hasil dari usahatani mereka, kemudahan tersebut meliputi akses, jarak, tempat dan harga. Adapun distribusi responden berdasarkan peran terjaminnya pasar dapat dilihat pada Tabel 5.11 sebagai berikut : Tabel 5.11 Distribusi Responden Berdasarkan Jaminan Pasar

Kriteria Terjaminnya Pasar Skor Responden Persentase (%)

Sulit 1 0 0

Tidak Begitu Sulit 2 4 7,3

Cukup Mudah 3 11 20,0

Mudah 4 40 72,7

Jumlah 60 100,00

Sumber : Analisis Data

Berdasarkan Tabel 5.11 diatas menunjukkan bahwa distribusi responden menganggap keterjaminan pasar di Kecamatan Karimunjawa dalam kriteria mudah dengan responden sebanyak 40 orang (72,7 %), selanjutnya cukup mudah dengan responden 11 orang (20,0 %), tidak begitu sulit 4 responden (7,3 %) dan tidak ada yang menjawab dalam kriteria sulit.

Pasar sendiri sangat penting peranannya dalam pertanian, dikarenakan jika hasil dari pertanian susah untuk menemukan pasarnya maka para petani tidak bisa mendapatkan pendapatan yang selanjutnya digunakan untuk kehidupan sehari-hari para petani dan juga digunakan sebagai modal untuk usahatani selanjutnya. Pasar tidak hanya diartikan sebagai tempat tetapi juga diartikan sebagai peluang para petani untuk memperoleh hasil dari usahataninya.

Petani kelapa di Kecamatan Karimunjawa menganggap bahwa terjaminnya pasar di wilayah mereka dalam kriteria mudah, itu dikarenakan banyaknya peluang yang dimiliki oleh para petani untuk menjual hasil perkebunan kelapa mereka. Terjaminnya pasar untuk menjual atau memasarkan hasil atau produk dari perkebunan kelapa di Kecamatan

(14)

Karimunjawa menurut responden dalam kategori mudah. Hasil dari perkebunan kelapa tidak hanya dijual dalam bentuk kelapa secara utuh tetapi petani juga mengolah menjadi berbagai macam hasil olahan kelapa.

Contoh dari hasil pengolahan buah kelapa itu sendiri seperti dibuat minyak kelapa, serundeng kelapa, dan sebagai campuran makanan-makanan tradisional lainnya. Selain menjual dalam bentuk lain, para petani juga memanfaatkan sektor pariwisata sebagai sasaran pasar buah kelapa itu sendiri. Para petani bisa menjual kelapa muda ke hotel, vila maupun resort yang banyak berada diwilayah mereka. Selain itu juga kelapa dari wilayah Kecamatan Karimunjawa menjadi salah satu pemasok kebutuhan kelapa diwilayah Kabupaten Jepara, dengan bantuan tengkulak para petani bisa menjual kelapanya keluar pulau karimunjawa ke wilayah Jepara daratan menggunakan kapal.

B. Analisis Tingkat Motivasi Petani dalam Pemanfaatan Lahan untuk Perkebunan Kelapa Di Kecamatan Karimunjawa, Kabupaten Jepara.

Setiap petani mempunyai motivasi yang berbeda dalam mendorong usahataninya. Hal ini dikarenakan setiap orang pasti memiliki tujuan tertentu dalam setiap berusaha. Motivasi adalah dorongan, tekanan yang menyebabkan seseorang untuk melakukan sesuatu kegiatan. Karena itu keputusan masyarakat untuk menerima sebuah inovasi sangat dipengaruhi oleh motivasi yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri ke arah perubahan (Mardikanto, 1997). Sesuai dengan pendapat tersebut di atas motivasi merupakan suatu proses/usaha untuk mencari kehidupan yang lebih baik kedepannya. Motivasi yang menjadi kajian disini adalah motivasi existence (Kebutuhan Hidup), motivasi Relatedness (Kebutuhan Sosial) dan motivasi growth (Kebutuhan Pertumbuhan) dalam pemanfaatan lahan pesisir untuk perkebunan kelapa di Kecamatan Karimunjawa.

Analisis hasil pengkajian ini juga merupakan penyelesaian dari hipotesis dalam pengkajian motivasi petani dalam meningkatkan produktivitas tanaman kelapa di Kecamatan Karimunjawa Kabupaten Jepara. Pengukuran motivasi ini dilakukan dengan cara menggunakan pernyataan-pernyataan positif dalam suatu kuesioner, selanjutnya dilakukan

(15)

perhitungan jumlah skor pernyataan-pernyataan tersebut. Kategori tingkat motivasi dibagi menjadi tidak ingin, kurang ingin, ingin dan sangat ingin.

Untuk mengetahui tingkat motivasi petani dalam meningkatkan produktivitas tanaman kelapa diukur dengan menggunakan skala Likert.

1. Motivasi Existence (Kebutuhan Hidup)

Berdasarkan data yang diperoleh dari 55 reponden dengan yang disebarkan melalui kuesioner, jumlah skor motivasi existence diperoleh dengan rumus lebar interval kelas yang telah dikategorikan adalah sebagi berikut.

Tabel 5.12. Distribusi Frekuensi Motivasi Existence

No Kategori Skor Frekuensi Persentase

1 Sangat Rendah 1 11 20.0

2 Rendah 2 8 14.5

3 Tinggi 3 24 43.6

4 Sangat Tinggi 4 12 21.8

Jumlah 55 100.0

Sumber : Analsis Data

Berdasar tabel 5.12. di atas dapat diketahui bahwa motivasi existence dikatakan sangat rendah jika nilai intervalnya antara 11-12, motivasi dikatakan rendah jika nilai intervalnya antara 12.1-13, motivasi dikatakan tinggi jika nilai intervalnya antara 13,1-14 dan motivasi dikatakan sangat tinggi nilai intervalnya antara 14,1-15. Dari hasil perhitungan diperoleh prosentase skor terbanyak 43.6% pada kategori ingin, maka dapat diketahui bahwa petani kelapa di Kecamatan Karimunjawa sebagian besar mempunyai motivasi tinggi melakukan kegiatan pemanfaatan lahan pesisir untuk perkebunan kelapa untuk memenuhi kebutuhan hidup (Existence), karena dengan melakukan kegiatan tersebut para petani dapat menambah taraf hidup mereka atau hanya untuk sekedar memenuhi kebutuhan primer mereka sehari-hari.

Menurut ERG dari teori dari Aldefer seorang manusia perlu untuk memenuhi kebutuhan minimalnya dalam bertahan hidup. Kebutuhan dasar yang diperlukan adalah kebutuhan untuk ada (hidup) dan agar

(16)

tetap ada. Jika kebutuhan ini tidak dipenuhi maka seseorang akan sangat stress hanya untuk sekedar hidup. Kebutuhan bertahan hidup diantaranya harus dipenuhinya kebutuhan untuk makan, minum, udara, pakaian, tempat tinggal, rasa aman dan semacamnya.

2. Motivasi Relatedness (Kebutuhan Sosial)

Berdasarkan data yang diperoleh dari 55 reponden dengan yang disebarkan melalui kuesioner, jumlah skor motivasi relatedness diperoleh dengan rumus lebar interval kelas yang telah dikategorikan adalah sebagi berikut.

Tabel 5.13. Distribusi Frekuensi Motivasi Relatedness.

No Kategori Skor Frekuensi Persentase

1 Sangat Rendah 1 16 29.1

2 Rendah 2 15 27.3

3 Tinggi 3 12 21.8

4 Sangat Tinggi 4 12 21.8

Jumlah 55 100.0

Sumber : Analisi Data

Berdasar tabel 5.13. di atas dapat diketahui bahwa motivasi relatednes dikatakan sangat rendah jika nilai intervalnya antara 11-12, motivasi dikatakan rendah jika nilai intervalnya antara 12.1-13, motivasi dikatakan tinggi jika nilai intervalnya antara 13,1-14 dan motivasi dikatakan sangat tinggi nilai intervalnya antara 14,1-15.

Melihat hasil perhitungan diperoleh presentase skor terbanyak 29.1%

pada kategori sangat rendah, maka dapat diketahui bahwa petani kelapa di Kecamatan Karimunjawa sebagian besar memiliki motivasi yang sangat rendah atau tidak termotivasi sama sekali untuk melakukan kegiatan pemanfaatan lahan pesisir untuk perkebunan kelapa hanya untuk memenuhi kebutuhan sosial (Relatedness) seperti meningkatkan hubungan kedekatan antar anggota keluarga, menjalin dan meningkatkan hubungan serta kerjasama antar tetangga, tokoh masyarakat sekitar, memperoleh relasi lebih banyak dan menjalin kerjasama lebih baik dengan petani kelapa lain. Hal ini kemungkinan

(17)

responden yang sebagai petani kelapa sudah mempunyai kepercayaan atau keyakinan bahwa mereka mampu dalam mengelola perkebunan kelapa.

3. Motivasi Growth (Kebutuhan Pertumbuhan)

Berdasarkan data yang diperoleh dari 55 reponden dengan yang disebarkan melalui kuesioner, jumlah skor motivasi growth diperoleh dengan rumus lebar interval kelas yang telah dikategorikan adalah sebagi berikut.

Tabel 5.14. Distribusi Frekuensi Motivasi Growth (Kebutuhan Pertumbuhan)

No Kategori Skor Frekuensi Persentase

1 Sangat Rendah 1 12 21.8

2 Rendah 2 16 29.1

3 Tinggi 3 14 25.5

4 Sangat Tinggi 4 13 23.6

Jumlah 55 100.0

Sumber : Analisis Data

Berdasar tabel 5.14. di atas dapat diketahui bahwa motivasi relatednes dikatakan sangat rendah jika nilai intervalnya antara 16-18, motivasi dikatakan rendah jika nilai intervalnya antara 18.1-21, motivasi dikatakan tinggi jika nilai intervalnya antara 21,1-24 dan motivasi dikatakan sangat tinggi nilai intervalnya antara 24,1-26. Dari hasil perhitungan diperoleh prosentase skor terbanyak 29.1% pada kategori rendah, maka dapat diketahui bahwa petani kelapa di Kecamatan Karimunjawa sebagian besar memilik motivasi yang rendah atau kurang termotivasi untuk melakukan kegiatan pemanfaatan lahan pesisir untuk perkebunan kelapa hanya untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan (Grwoth). Para petani kelapa di Kecamatan Karimunjawa melakukan kegiatan usahatani kelapa tidak untuk memperoleh nama baik dalam lingkungan masyarakat, menjadi petani sukses, menjadi petani yang dihormati dan dihargai, menjadi contoh dan panutan petani lain serta alasan-alasan yang lain. Hal ini kemungkinan responden yang sebagai petani kelapa sudah tidak membutuhkan suatu ruang untuk

(18)

berkembang khusus. Responden sudah merasa puas sebagai petani kelapa sehingga mereka kurang ingin dihargai lingkungannya dalam bekerja.

C. Hubungan Antara Faktor-Faktor Pembentuk Motivasi Petani Dalam Pemanfaatan Lahan Pesisir Untuk Perkebunan Kelapa Di Kecamatan Karimunjawa, Kabupaten Jepara.

Penelitian ini mengkaji tentang hubungan antara faktor-faktor pembentuk motivasi dengan motivasi petani dalam pemanfaatan lahan pesisir untuk perkebunan kelapa di Kecamatan Karimunjawa, Kabupaten Jepara. Faktor-faktor pembentuk motivasi yang diteliti adalah pendidikan non formal, luas lahan, pendapatan, kekosmopolitan, peran penyuluh, dukungan keluarga, peran tokoh masyarakat, dan terjaminnya pasar.

Motivasi petani dalam pemanfaatan lahan pesisir untuk perkebunan kelapa meliputi : motivasi existence, motivasi relatednes dan motivasi growth.

Analisis korelasi dapat didefinisikan sebagai metode statistika yang digunakan untuk mengukur keeratan hubungan antara dua variabel. Kata variabel sendiri dapat diartikan sebagai karakteristik dari objek yang diteliti.

Pada analisis korelasi peneliti mengukur keeratan hubungan antara dua variabel saja tanpa memperhatikan variabel yang dipengaruhi atau variabel yang mempengaruhi dan berapa besar pengaruh suatu variabel terhadap variabel yang lain. Dari analisis korelasi yang dilakukan didapatkan suatu nilai yang disebut sebagai koefisien korelasi. Koefsien korelasi bisa bernilai positif atau negative dan nilai koefisien korelasi berkisar antara -1 sampai dengan +1. Korelasi negatif ditunjukkan dengan koefisien korelasi yang bernilai negatif begitu juga sebaliknya korelasi positif ditunjukkan dengan koefisien korelasi yang bernilai positif. Interpretasi terhadap koefisien korelasi ditunjukkan pada tabel 5.15

(19)

Tabel 5.15 Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi

Besar Kefisien Korelasi (positif atau negatif)

Interpretasi Koefisien Korelasi

0.00 Tidak Ada Korelasi

0,01 – 0,20 Korelasi sangat lemah

0,21 – 0,40 Korelasi lemah

0,41 – 0,70 Korelasi sedang

0,71 – 0,99 Korelasi tinggi

1,00 Korelasi sempurna

Analisis hubungan antara faktor-faktor pembentuk motivasi dengan tingkat motivasi petani dalam pemanfaatan lahan pesisir untuk perkebunan kelapa menggunakan uji korelasi rank Spearman dengan program SPSS 21.0 for windows, dengan tingkat kepercayaan 95% ata α sebesar 0,05. Hasil analisis hubungan antara faktor-faktor pembentuk motivasi dengan motivasi petani dalam pemanfaatan lahan pesisir untuk perkebunan kelapa di Kecamatan Karimunjawa, Kabupaten Jepara dapat dilihat pada Tabel 5.16 sebagai berikut :

Tabel 5.16 Hubungan antara Faktor-Faktor Pembentuk Motivasi dengan Motivasi Petani dalam Pemanfaatan Lahan Pesisir Untuk Perkebunan Kelapa

(X)

Motivasi Existence (Y1) Motivasi Relatedness (Y2)

Motivasi Growth (Y3) Motivasi Petani (Ytot)

rs Sig.

(2-tailed)

thit rs Sig.

(2-tailed)

thit rs Sig.

(2-tailed)

thit rs Sig.

(2-tailed) thit

(X1) -0,138 0,315 -1,014 -0,177 0,196 -1,309 -0,139 0,313 -1,022 -0,234 0,086 -1,752 (X2) 0,036 0,792 0,262 -0,006 0,966 -0,044 0,372** 0,005 2,918 0,246 0,070 1,847 (X3) -0,068 0.623 -0,496 0,096 0,484 0,702 0,391** 0,003 3,093 0,288* 0,033 2,189 (X4) -0,229 0,092 -1,713 0,256 0,059 1,928 0,280* 0,039 2,123 0,209 0,126 1,556 (X5) -0,159 0,246 -1,172 0,077 0,574 0,562 0,142 0,303 1,044 0,069 0,615 0,503 (X6) -0,125 0,364 -0,917 -0,053 0,699 -0,386 0,030 0,830 0,219 -0,101 0,465 -0,739 (X7) 0.072 0,601 0,526 -0,009 0,949 -0,066 -0,125 0,362 -0,917 -0,075 0,586 -0,547 (X8) 0,251 0,064 1,888 0,159 0,246 1,172 -0,016 0,906 -0,116 0,191 0,163 1,416

Keterangan :

X : Faktor-faktor Pembentuk Motivasi rs : Korelasi rank Spearman X1 : Pendidikan Non Formal Sig. (2-tailed) : p value

X2 : Luas Lahan thit : t hitung

X3 : Pendapatan t tabel : 2,692 (α = 0,01) taraf kepercayaan 99%

X4 : Kekosmopolitan t tabel : 2,015 (α = 0,05) taraf kepercayaan 95%

X5 : Peran Penyuluh * : Signifikan pada α = 0,05

Sumber : Analisis Data Primer 2020

(20)

X6 : Dukungan Keluarga ** : Signifikan pada α = 0,01 X7 : Peran Tokoh Masyarakat

X8 : Terjaminnya Pasar

1. Hubungan Antara Pendidikan Non Formal Dengan Motivasi Petani Dalam Pemanfaatan Lahan Pesisir Untuk Perkebunan Kelapa Di Kecamatan Karimunjawa, Kabupaten Jepara.

Berdasarkan Tabel 5.16 dapat diketahui bahwa nilai koefisien korelasi (rs) sebesar -0,234, p value sebesar 0,086, dengan t hitung sebesar (-1,752) dan t tabel sebesar (2,015), sehingga dapat diketahui bahwa t hitung ≤ t tabel pada taraf signifikansi 95% maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan non formal dengan motivasi petani dalam pemanfaatan lahan pesisir untuk perkebunan kelapa.

Nilai koefisien korelasi antara pendidikan non formal dengan motivasi petani dalam pemanfaatan lahan pesisir untuk perkebunan kelapa menunjukkan hubungan yang tidak signifikan dan nilainya negatif (-0,234). Hubungan yang tidak signifikan dan nilai koefisien korelasi yang negatif menunjukkan bahwa motivasi petani tidak berhubungan dengan tingkat pendidikan non formal petani, yang artinya walaupun petani banyak menghadiri atau mendapatkan kegiatan pelatihan maupun penyuluhan tidak menunjukkan tinggi rendahnya motivasi petani. hasil tersebut sesuai dengan penelitian Harmoko (2017) dan Firmal et. al. (2014) bahwa pendidikan non formal seperti penyuluhan tidak berpengaruh terhadap motivasi petani.

Hasil penelitian dilapang diketahui bahwa pendidikan non formal yang didapatkan oleh petani dalam kategori yang jarang. Hal itu bisa disebabkan oleh keterbatasan tenaga penyuluh yang ada di Kecamatan Karimunjawa, pada saat penelitian dilakukan penyuluh yang bertugas di Kecamatan Karimunjawa hanya 1 orang dengan unit kerja 1 kecamatan. Fakta tersebut bisa menunjukkan bahwa kegiatan pendidikan yang harusnya bisa didapatkan oleh para petani menjadi terhambat.

(21)

2. Hubungan Antara Luas Lahan Dengan Motivasi Petani Dalam Pemanfaatan Lahan Pesisir Untuk Perkebunan Kelapa Di Kecamatan Karimunjawa, Kabupaten Jepara.

Berdasarkan Tabel 5.16 dapat diketahui bahwa nilai koefisien korelasi (rs) sebesar 0,246, p value sebesar 0,070, dengan t hitung sebesar (1,847) dan t tabel sebesar (2,015), sehingga dapat diketahui bahwa t hitung ≤ t tabel pada taraf signifikansi 95% maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara luas lahan dengan motivasi petani dalam pemanfaatan lahan pesisir untuk perkebunan kelapa.

Nilai koefisien korelasi antara luas lahan dengan motivasi petani dalam pemanfaatan lahan pesisir untuk perkebunan kelapa menunjukkan hubungan yang tidak signifikan dan nilainya positif (0,246) yang berarti memiliki tingkat keeratan hubungan yang lemah antara luas lahan dengan motivasi petani. Hubungan yang tidak signifikan, menunjukkan bahwa motivasi petani tidak berhubungan dengan luas lahan yang dimiliki oleh petani yang artinya walaupun petani memiliki lahan sempit maupun luas tidak menunjukkan tinggi rendahnya motivasi petani. Hasil penelitian ini sejalan dengan Rukka (2013) dan Firmal et. al. (2014) dimana luas lahan tidak mempengaruhi motivasi petani karena baik petani yang lahannya luas maupun sempit miliki motivasi yang sama terutama dalam memenuhi kebutuhan ekonomi.

Hasil penelitian dilapang menunjukkan bahwa luas lahan petani di Kecamatan Karimunjawa dalam kategori sempit, mayoritas responden hanya memiliki luas lahan kurang dari 0,5 Hektare, tetapi ada juga responden yang memiliki luas lahan yang luas lebih dari 2,1 Hektare.

Perbedaan luas kepemilikan lahan ini tidak berpengaruh terhadap motivasi petani dalam kegiatan usahataninya.

(22)

3. Hubungan Antara Pendapatan Dengan Motivasi Petani Dalam Pemanfaatan Lahan Pesisir Untuk Perkebunan Kelapa Di Kecamatan Karimunjawa, Kabupaten Jepara.

Berdasarkan Tabel 5.16 dapat diketahui bahwa nilai koefisien korelasi (rs) sebesar 0,288*, p value sebesar 0,033, dengan t hitung sebesar (2,189) dan t tabel sebesar (2,015), sehingga dapat diketahui bahwa t hitung > t tabel pada taraf signifikansi 95% maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan dengan motivasi petani dalam pemanfaatan lahan pesisir untuk perkebunan kelapa.

Nilai koefisien korelasi antara pendapatan dengan motivasi petani dalam pemanfaatan lahan pesisir untuk perkebunan kelapa menunjukkan hubungan yang signifikan dan nilainya positif (0,288) yang berarti memiliki tingkat keeratan hubungan yang lemah antara pendapatan dan motivasi petani. Hubungan yang signifikan, menunjukkan bahwa motivasi petani berhubungan dengan pendapatan yang diperoleh oleh petani yang artinya semakin banyak petani memperoleh pendapatan dari usahataninya maka semakin tinggi juga tingkat motivasi petani, begitu juga sebaliknya. Hal ini sesuai dengan penyataan Suprayitno dalam Dewi (2016) bahwa salah satu motif yang menjadi dorongan petani untuk meningkatkan usahatani adalah pendapatan. Menurut Yatno et. al. (2003) petani yang berpendapatan tinggi lebih leluasa dalam menjalankan usaha tani daripada petani berpendapatan rendah yang tentu tidak berani mengambil resiko karena keterbatasan modal.

Hasil penelitian dilapang menunjukkan bahwa pendapatan petani yang diperoleh dari perkebunan kelapa mayoritas cukup kecil dibawah dua juta rupiah pertahunnya. Hal itu terjadi karena memang perkebunan kelapa ini bukan merupakan penghasilan utama dari para responden, lebih banyak penghasilan utama dari para responden ini adalah menjadi nelayan, tukang bangunan maupun pekerja disektor pariwisata di wilayah karimunjawa. Walaupun bukan penghasilan

(23)

utama tetapi banyak dari responden masih mempertahankan perkebunan kelapa yang mereka miliki.

4. Hubungan Antara Kekosmpolitan Dengan Motivasi Petani Dalam Pemanfaatan Lahan Pesisir Untuk Perkebunan Kelapa Di Kecamatan Karimunjawa, Kabupaten Jepara.

Berdasarkan Tabel 5.16 dapat diketahui bahwa nilai koefisien korelasi (rs) sebesar 0,209, p value sebesar 0,126, dengan t hitung sebesar (1,556) dan t tabel sebesar (2,015), sehingga dapat diketahui bahwa t hitung ≤ t tabel pada taraf signifikansi 95% maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kekosmopolitan dengan motivasi petani dalam pemanfaatan lahan pesisir untuk perkebunan kelapa.

Nilai koefisien korelasi antara kekosmopolitan dengan motivasi petani dalam pemanfaatan lahan pesisir untuk perkebunan kelapa menunjukkan hubungan yang tidak signifikan dan nilainya positif (0,209) yang berarti memiliki tingkat keeratan hubungan yang sangat lemah anatar kekosmopolitan dengan motivasi petani. Hubungan yang tidak signifikan, menunjukkan bahwa motivasi petani tidak berhubungan dengan kekosmopolitan yang dilakukan oleh petani yang artinya sebanyak apapun petani mencari informasi dan sesesring apapun petani mengunjungi pusat informasi tidak berhubungan dengan tinggi rendahnya motivasi petani dalam pemanfaatan lahan pesisir untuk perkebunan kelapa di Kecamatan Karimunjawa.

Penelitian dilapangan menunjukkan tingkat kekosmopolitan petani cukup rendah, hal ini dapat terjadi lumayan jauhnya akses para responden ke pusat pemerintahan untuk mencari informasi tentang hal yang berkaitan dengan usahatani mereka. Salah satu desa yang menjadi sampel dari penelitian ini memiliki jarak sekitar 25km dari pusat informasi dan hanya bisa ditempuh dengan menggunakan kendaraan pribadi, dikarenakan tidak adanya angkutan umum yang bisa digunakan oleh responden. Tidak hanya persoalan jarak yang menjadikan tingkat kekosmopolitan ini rendah, tetapi persoalan

(24)

jaringan internet yang masih belum merata di wilayah Kecamatan Karimunjawa. Hanya tempat-tempat tertentu yang mendapatkan jaringan yang cukup bagus untuk responden dapat mengakses informasi soal usahatani yang mereka jalankan.

5. Hubungan Antara Peran Penyuluh Dengan Motivasi Petani Dalam Pemanfaatan Lahan Pesisir Untuk Perkebunan Kelapa Di Kecamatan Karimunjawa, Kabupaten Jepara.

Berdasarkan Tabel 5.16 dapat diketahui bahwa nilai koefisien korelasi (rs) sebesar 0,069, p value sebesar 0,615, dengan t hitung sebesar (0,503) dan t tabel sebesar (2,015), sehingga dapat diketahui bahwa t hitung ≤ t tabel pada taraf signifikansi 95% maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara peran penyuluh dengan motivasi petani dalam pemanfaatan lahan pesisir untuk perkebunan kelapa.

Nilai koefisien korelasi antara peran penyuluh dengan motivasi petani dalam pemanfaatan lahan pesisir untuk perkebunan kelapa menunjukkan hubungan yang tidak signifikan dan nilainya positif (0,069) yang berarti memiliki keeratan hubungan yang sangat lemah antara peran penyuluh dengan motivasi petani. Hubungan yang tidak signifikan, menunjukkan bahwa motivasi petani tidak berhubungan dengan peran penyuluh yang dilakukan oleh petani yang artinya setinggi apapun peran penyuluh terhadap kegiatan yang dilakukan oleh petani tidak berhubungan dengan tinggi rendahnya motivasi petani dalam pemanfaatan lahan pesisir untuk perkebunan kelapa di Kecamatan Karimunjawa. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Listiana et al (2018) yang menyatakan bahwa keberhasilan program penyuluhan pertanian sangat dipengaruhi oleh kapasitas tenaga penyuluh dalam menjalankan tugasnya. Kapasitas penyuluh yang rendah akan berdampak pada kegiatan penyuluhan terutama pelaku utama dan pelaku usaha sebagai pengguna jasa penyuluhan dan Menurut Rahmawati et al (2019), kinerja penyuluh pertanian yang baik

(25)

akan berdampak pada perbaikan kinerja petani dalam mengelola usahataninya sehingga dapat meningkatkan produksi usahatani.

Hasil penelitian dilapang menunjukkan bahwa menurut responden peran penyuluh di Kecamatan Karimunjawa adalah cukup berperan, meskipun penyuluh di Kecamatan Karimunjawa hanya 1 orang tetapi saat para petani sedang membutuhkan beliau berusaha untuk bisa membantu, walaupun memang dengan waktu yang terbatas.

6. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Motivasi Petani Dalam Pemanfaatan Lahan Pesisir Untuk Perkebunan Kelapa Di Kecamatan Karimunjawa, Kabupaten Jepara.

Berdasarkan Tabel 5.16 dapat diketahui bahwa nilai koefisien korelasi (rs) sebesar -0,101, p value sebesar 0,465, dengan t hitung sebesar (-0,739) dan t tabel sebesar (2,015), sehingga dapat diketahui bahwa t hitung ≤ t tabel pada taraf signifikansi 95% maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan motivasi petani dalam pemanfaatan lahan pesisir untuk perkebunan kelapa.

Nilai koefisien korelasi antara dukungan keluarga dengan motivasi petani dalam pemanfaatan lahan pesisir untuk perkebunan kelapa menunjukkan hubungan yang tidak signifikan dan nilainya negatif (- 0,101). Hubungan yang tidak signifikan dan bernilai negatif, menunjukkan bahwa motivasi petani tidak berhubungan dengan dukungan keluarga petani yang artinya sebanyak apapun petani mencari informasi dan sesering apapun medapat dukungan ataupun tidak mendapat dukungan dari keluarga tidak berhubungan dengan tinggi rendahnya motivasi petani dalam pemanfaatan lahan pesisir untuk perkebunan kelapa di Kecamatan Karimunjawa. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Irianti (2010) Adanya dukungan akan menumbuhkan keyakinan pada diri seseorang bahwa mereka diperhatikan, dicintai, dan dihargai orang lain.

Penelitian dilapangan menunjukkan bahwa dukungan keluarga terhadap para petani disini pada kategori mendukung. Dukungan

(26)

keluarga disini dimaksudkan bahwa keluarga memberikan dukungan seacara fisik maupun moral terhadap petani saat menjalankan kegiatan usahataninya, seperti membantu persiapan lahan, membuat bibit, membersihkan lahan dan perawatan pohon kelapa, panen dan membantu dalam hal pemasaran dari hasil usahatani tersebut. Anggota keluarga disini seperti suami/istri, anak, orang tua, maupun saudara terdekat dari responden.

7. Hubungan Antara Peran Tokoh Masyarakat Dengan Motivasi Petani Dalam Pemanfaatan Lahan Pesisir Untuk Perkebunan Kelapa Di Kecamatan Karimunjawa, Kabupaten Jepara.

Berdasarkan Tabel 5.16 dapat diketahui bahwa nilai koefisien korelasi (rs) sebesar -0,075, p value sebesar 0,586, dengan t hitung sebesar (-0,547) dan t tabel sebesar (2,015), sehingga dapat diketahui bahwa t hitung ≤ t tabel pada taraf signifikansi 95% maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara peran tokoh masyarakat dengan motivasi petani dalam pemanfaatan lahan pesisir untuk perkebunan kelapa.

Nilai koefisien korelasi antara peran tokoh masyarakat dengan motivasi petani dalam pemanfaatan lahan pesisir untuk perkebunan kelapa menunjukkan hubungan yang tidak signifikan dan nilainya negatif (-0,075). Hubungan yang tidak signifikan dan bernilai negatif, menunjukkan bahwa motivasi petani tidak berhubungan dengan peran tokoh masyarakat terhadap petani yang artinya seberapa besar peran tokoh masyarakat tidak berhubungan dengan tinggi rendahnya motivasi petani dalam pemanfaatan lahan pesisir untuk perkebunan kelapa di Kecamatan Karimunjawa.

Hasil penelitian dilapang dapat diketahui bahwa peran tokoh masyarakat menurut para responden dalam kategori berperan, itu bisa dilihat dari para tokoh masyarakat di Keacamatan Karimunjawa seperti kepala desa, ketua RT, ketua RW, kyai, dan tokoh adat daerah sekitar selalu terbuka dan bersedia setiap para petani didaerah tersebut membutuhkan bantuan maupun masukan dari para tokoh-tokoh

(27)

tersebut. Masih banyaknya kegiatan-kegiatan kemasyarakatan juga cukup berpengaruh terhadap kedekatan antar masyarakat terutama tokoh-tokoh masyarakatnya dengan masyarakat biasa.

8. Hubungan Antara Jaminan Pasar Dengan Motivasi Petani Dalam Pemanfaatan Lahan Pesisir Untuk Perkebunan Kelapa Di Kecamatan Karimunjawa, Kabupaten Jepara.

Berdasarkan Tabel 5.16 dapat diketahui bahwa nilai koefisien korelasi (rs) sebesar 0,191, p value sebesar 0,163, dengan t hitung sebesar (1,416) dan t tabel sebesar (2,015), sehingga dapat diketahui bahwa t hitung ≤ t tabel pada taraf signifikansi 95% maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jaminan pasar dengan motivasi petani dalam pemanfaatan lahan pesisir untuk perkebunan kelapa.

Nilai koefisien korelasi antara jaminan pasar dengan motivasi petani dalam pemanfaatan lahan pesisir untuk perkebunan kelapa menunjukkan hubungan yang tidak signifikan dan nilainya positif (0,191) yang berarti memiliki keeratan hubungan yang sangat lemah antara jaminan pasar dengan motivasi petani. Hubungan yang tidak signifikan, menunjukkan bahwa motivasi petani tidak berhubungan dengan terjaminnya pasar yang didapatkan oleh petani yang artinya sebarapa besar keterjaminan pasar yang didapatkan oleh petani tidak berhubungan dengan tinggi rendahnya motivasi petani dalam pemanfaatan lahan pesisir untuk perkebunan kelapa di Kecamatan Karimunjawa.

Terjaminnya pasar untuk menjual atau memasarkan hasil atau produk dari perkebunan kelapa di Kecamatan Karimunjawa menurut responden dalam kategori mudah. Hasil dari perkebunan kelapa tidak hanya dijual dalam bentuk kelapa secara utuh tetapi petani juga mengolah menjadi berbagai macam hasil olahan kelapa. Contoh dari hasil pengolahan buah kelapa itu sendiri seperti dibuat minyak kelapa, serundeng kelapa, dan sebagai campuran makanan-makanan tradisional lainnya. Selain menjual dalam bentuk lain, para petani juga

(28)

memanfaatkan sektor pariwisata sebagai sasaran pasar buah kelapa itu sendiri. Para petani bisa menjual kelapa muda ke hotel, vila maupun resort yang banyak berada diwilayah mereka. Selain itu juga kelapa dari wilayah Kecamatan Karimunjawa menjadi salah satu pemasok kebutuhan kelapa diwilayah Kabupaten Jepara, dengan bantuan tengkulak para petani bisa menjual kelapanya keluar pulau karimunjawa ke wilayah Jepara daratan menggunakan kapal.

Gambar

Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kosmopolitan  Kriteria Kosmopolitan  Skor  Responden  Persentase (%)

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan yang sangat signifikan dalam penelitian ini dapat diperkuat oleh penelitian yang pernah dilakukan oleh Wulandari (2013, h. Hal ini dapat terjadi karena

&lt; 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, yang artinya “stres kerja berpengaruh signifikan terhadap

Berdasarkan tabel Anova menunjukkan bahwa nilai signifikansi lebih kecil dari taraf signifikansi (0,000 &lt; 0,05) yang artinya tingkat suku bunga (BI Rate), inflasi dan

Dengan demikian dapat disimpulkan hipotesis yang diajukan peneliti diterima, artinya terdapat hubungan positif yang signifikan antara dukungan keluarga dengan

Hasil hipotesis penelitian yaitu ada hubungan negatif antara kecerdasan spiritual dengan penyalahgunaan narkoba dapat diterima dengan nilai sebesar - 0,535 (p&lt;0,01), artinya

Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa adanya pengaruh negatif yang signifikan, yang artinya bahwa antara premenstrual syndrome (PMS) dengan motivasi belajar

Peran penyuluh sebagai pembaharu memiliki tingkat hubungan yang Kuat terhadap tahap sadar petani tentang Pengendalian Hama Wereng Batang Coklat.. Artinya peran

Tanda koefisien yang positif (+) menunjukkan bahwa pengaruh variabel kelekatan ibu terhadap variabel imitasi keberagamaan anak adalah positif atau berbanding lurus,