• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PERSEDIAAN

Persediaan merupakan seluruh barang yang menjadi milik perusahaan pada waktu tertentu serta bertujuan untuk melakukan penjualan kembali atau diproses pada kegiatan operasi perusahaan sebagai barang perusahaan untuk dijual. Segala barang yang memiliki bentuk dapat disebut sebagai persediaan, tergantung dari jenis usaha dan sifat perusahaan. Menurut Koher, Eric L.A. (2007), persediaan merupakan bahan baku dan penolong, barang jadi dan barang dalam proses produksi, dan barang-barang yang tersedia, yang dimiliki dalam perjalanan dalam tempat penyimpanan atau konsinyasikan kepada pihak lain pada akhir periode. Menurut Soemarso (1999), persediaan merupakan seluruh barang yang dimiliki perusahaan untuk dijual kembali atau digunakan dalam kegiatan perusahaan.

Sementara Zulfikarijah (2005) mengartikan persediaan sebagai stock yang digunakan untuk menjalankan operasi atau untuk memenuhi permintaan konsumen.

Persediaan yang dimiliki oleh perusahaan harus dikelola dan dikendalikan sedemikian rupa agar dapat digunakan secara optimal untuk memenuhi kebutuhan, tidak terlalu banyak ataupun tidak terlalu sedikit. Apabila persediaan yang dimiliki perusahaan terlalu banyak maka dapat menyebabkan timbulnya biaya pengelolaan yang semakin besar, sebaliknya apabila persediaan milik perusahaan terlalu sedikit juga dapat menyebabkan kerugian karena proses produksi terganggu dan perusahaan tidak dapat memenuhi kebutuhan yang ada. Selain itu, dengan adanya pengendalian produksi yang baik diharapkan perusahaan dapat memperoleh jumlah dan kualitas persediaan yang tepat pada saat dibutuhkan dengan biaya yang minimum. Menurut Handoko (2000), pengendalian persediaan merupakan fungsi manajerial yang sangat penting karena persediaan fisik perusahaan banyak melibatkan investasi rupiah terbesar dalam pos aktiva lancar. Menurut Bahagia (2006), persediaan tidak dapat dihindarkan dalam kegiatan usaha. Alasannya dikarenakan persediaan tidak dapat diadakan begitu saja, tetapi melalui tahapan- tahapan dengan selang waktu tertentu untuk memperolehnya. Selang waktu tersebut dimulai saat melakukan pemesanan hingga barang tersebut siap digunakan. Interval

(2)

commit to user

waktu antara saat pemesanan dilakukan sampai dengan barang siap digunakan disebut sebagai waktu tunggu.

2.2 KOMPONEN BIAYA PERSEDIAAN

Nasution & Prasetyawan (2008) mengungkapkan bahwa pada umumnya biaya inventaris merupakan segala bentuk pengeluaran dan kerugian yang muncul sebagai akibat adanya persediaan. Biaya inventaris terdiri dari biaya beli, biaya pesan, biaya simpan dan biaya kekurangan persediaan. Dalam membuat keputusan yang akan mempengaruhi besarnya kuantitas persediaan, berikut biaya variabel yang harus dipertimbangkan adalah :

1. Biaya simpan (carrying costs atau holding costs)

Biaya simpan terdiri dari berbagai biaya yang bervariasi secara langsung dengan jumlah persediaan. Biaya simpan tiap periode akan menjadi lebih besar jika kuantitas bahan yang dipesan semakin besar, atau tingkat rata-rata persediaan semakin besar. Macam biaya yang termasuk dalam biaya simpan adalah :

a. Biaya fasilitas simpan (gudang).

b. Biaya modal c. Biaya barang usang.

d. Biaya penghitungan fisik dan konsiliasi laporan.

e. Biaya asuransi inventaris.

f. Pajak inventaris.

g. Biaya kehilangan dan kerusakan.

h. Biaya penanganan persediaan, dan lain-lain.

Macam biaya ini merupakan variabel bila bervariasi mengikuti dengan tingkat persediaan. Jika biaya fasilitas penyimpanan (gudang) bukan merupakan variabel, namun tetap; maka tidak termasuk dalam biaya simpan perunit. Biaya simpan persediaan pada umumnya senilai antara 12% hingga 40% dari harga barang. Untuk perusahaan manufacturing, biasanya rata–rata biaya simpan secara konsisten sebesar 25%.

2. Biaya pesan (beli).

Ketika suatu bahan dipesan, perusahaan akan menanggung biaya pesan

(3)

commit to user

(procurement costs atau order cost). Biaya pesan terdiri atas : a. Biaya ekspedisi dan proses pemesanan.

b. Upah/gaji.

c. Biaya komunikasi.

d. Biaya administrasi.

e. Biaya packaging.

f. Biaya inspeksi.

g. Biaya transportasi ke gudang.

h. Biaya hutang lancar, dan lainnya.

Pada umumnya, biaya pesan (di luar biaya pembelian dan potongan jumlah) turun apabila, jumlah pesanan meningkat. Namun, jika semakin besar kuantitas komponen produk yang dipesan, kuantitas pesanan tiap periode menurun, maka total biaya pesan akan turun. Hal ini menunjukkan, total biaya pesan tiap periode (tahunan) adalah sama dengan kuantitas pesanan yang terjadi setiap periode dikalikan dengan biaya yang dikeluarkan setiap kali melakukan pemesan.

3. Biaya setup

Biaya setup muncul ketika bahan produksi diproduksi sendiri oleh perusahaan. Biaya terdiri dari biaya :

a. Mesin menganggur b. Tenaga kerja langsung c. Penjadwalan

d. Ekspedisi, dan lainnya.

Seperti biaya pesan, total biaya setup tiap periode adalah sama dengan biaya setup dikalikan kuantitas persiapan produksi tiap periode. Karena konsep biaya ini sejalan dengan biaya pesan, maka untuk selanjutnya akan digunakan istilah biaya pesan yang dapat berarti keduanya.

4. Shortage cost

Dari seluruh biaya yang berkaitan dengan tingkat persediaan, shortage costs adalah biaya yang sulit diperkirakan besarnya. Biaya ini timbul ketika inventaris tidak dapat memenuhi permintaan. Berikut macam biaya yang termasuk dalam Shortage cost :

(4)

commit to user a. Kehilangan permintaan

b. Kehilangan pelanggan c. Pesanan khusus d. Ekspedisi e. Selisih harga f. Gangguan operasi

g. Pengeluaran tambahan menajerial, dan lainnya

Shortage cost tidak dapat diukur dengan mudah dalam praktek, karena kenyataannya biaya tersebut sering beruapa dalam opportunity costs, yang tidak mudah untuk ditentukan.

2.3 SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

Supply chain management atau pengendalian rantai pasok merupakan bagian penting dalam berjalannya kegiatan bisnis perusahaan. Pengelolaan supply chain yang terus berkembang hingga saat ini menjadi indikator penting dalam ketatnya persaingan di dunia industri. Supply chain didefinisikan sebagai pengelolaan sebuah aktivitas rantai pasok untuk memaksimalkan customer value dan mencapai keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Menurut Christhoper (1992), Supply chain management adalah Jaringan organisasi yang terlibat, melalui hubungan hulu dan hilir, dalam berbagai proses dan kegiatan yang menghasilkan nilai dalam bentuk produk dan layanan di tangan konsumen utama.

Menurut Berry, dkk. (1994), Manajemen rantai pasokan bertujuan untuk membangun kepercayaan, bertukar informasi tentang kebutuhan pasar, mengembangkan produk baru, dan mengurangi basis pemasok menjadi OEM (original equipment manufacturer) tertentu sehingga dapat menghasilkan sumber daya manajemen pengembangan yang bermutu dan berjangka panjang. Menurut Kopczak (1997), supply chain management merupakan himpunan entitas, termasuk pemasok, penyedia layanan logistik, produsen, distributor, dan pengecer, melalui aliran bahan, produk, dan informasi. Menurut Tan, dkk. (1998), Manajemen rantai pasok mencakup manajemen material/pasokan dari pasokan bahan baku dasar ke

"produk akhir (dan kemungkinan daur ulang dan penggunaan kembali). Manajemen rantai pasokan berfokus pada bagaimana perusahaan memanfaatkan proses,

(5)

commit to user

teknologi, dan kemampuan pemasok mereka untuk meningkatkan keunggulan kompetitif. Ini adalah filosofi manajemen yang memperluas kegiatan intra- perusahaan tradisional dengan menyatukan mitra dagang bersama dengan tujuan bersama yaitu optimasi dan efisiensi. The Council of Supply Chain Management Professionals menyebutkan bahwa manajemen rantai pasok merupakan kegiatan yang mencakupi perencanaan dan manajemen dari semua aktivitas yang terlibat baik di dalam pengadaan, konversi, sumber daya dan semua kegiatan manajemen logistik.

2.3.1 Sistem Rantai Pasok Tertutup

Sistem rantai pasok tertutup mengintegrasikan setiap unsur sistem menjadi suatu infromasi dengan beberapa tahapan dimulai dari input hingga output melalui koordinasi pengendalian sistem. Dengan merancang rantai pasokan yang forward dan reverse, perusahaan dapat memperoleh keuntungan dari setiap pengembalian produk. Pendekatan siklus hidup dapat memberi penekanan kepada perusahaan untuk menemukan cara yang lebih baik dalam rangka mengelola rantai pasok.

Menurut Likovou dan Xanthopoulos (2009), mempromosikan pembangunan berkelanjutan melalui penanganan produk end-of-life yang efisien dan menguntungkan menjadi tujuan reverse logistics.

Blumberg (2003), suatu kerangka Closed Loop Supply Chain yang lengkap meliputi 3 hal berikut : 1). Forward logistics dan manajemen rantai pasok langsung.

2). Logistik Berkebalikan (Reverse logistics). 3). Perbaikan depot, pengolahan, diagnosis dan pembuangan. Hal ini melibatkan jasa yang berhubungan dengan daur ulang produk dari lapangan melalui proses logistik berkebalikan dan kemudian dibutuhkan untuk mendiagnosis, mengevaluasi, memperbaiki dan/atau membuang unit 3 pengembalian, produk, suku cadang, sub rakitan dan material baik langsung ke foward logistics atau pasar sekunder atau pembuangan penuh.

2.4 INFLUENCE DIAGRAM

Influence diagram merupakan suatu diagram yang digunakan untuk menunjukkan suatu sistem dengan menghubungkan elemen-elemen yang ada berdasarkan sebab akibat yang ditimbulkannya serta menggambarkan proses transformasi sistem (Daellaenbach & Mc Nickle, 2005).

(6)

commit to user

Influence diagram digunakan untuk memudahkan dalam proses penyusunan model matematis suatu sistem.

Gambar 2.1 Kaidah Influence Diagram Sumber: Daellenbach & Mc Nickle (2005)

Berikut merupakan keterangan pada gambar 2.3 :

: Menyatakan input yang dapat dikendalikan

: Menyatakan input yang tidak dapat dikendalikan

: Menyatakan proses yang terjadi

: Menyatakan kriteria performansi

2.5 EFEK LEARNING-FORGETTING

Investigasi awal learning difokuskan pada perilaku subyek individu.

Investigasi ini mengungkapkan bahwa waktu yang diperlukan untuk melakukan tugas menurun pada tingkat yang menurun karena pengalaman dengan tugas meningkat (Thorndike, 1898; Thurstone, 1919). Perilaku seperti itu direkam secara eksperimental, dengan datanya dilengkapi dengan persamaan yang cukup menggambarkan garis tren dan titik-titik yang tersebar di sekitarnya. Upaya pertama yang dibuat untuk merumuskan hubungan antara variabel learning dalam bentuk kuantitatif adalah oleh Wright (1936), dan menghasilkan teori "learning curve."

(7)

commit to user

Representasi learning curve paling awal adalah perkembangan geometris yang menyatakan penurunan biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan operasi berulang. Teori ini menyatakan bahwa ketika jumlah total unit yang diproduksi berlipat ganda, biaya per unit menurun dengan persentase konstan. Wright’s Learning Curve (WLC). Formulasi fungsi-fungsi yang direpresentasikan sebagai berikut :

di mana Tx adalah waktu untuk menghasilkan unit x, T1 waktu untuk memproduksi unit pertama, x jumlah produksi, dan b eksponen kurva belajar. Dalam praktiknya, nilai parameter b sering diganti dengan nomor indeks lain yang memiliki daya tarik lebih intuitif.

Learning atau memperoleh pengetahuan atau keterampilan dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu: (1) panjangnya materi yang dipelajari, (2) kebermaknaan dari materi yang dipelajari, dan (3) kesulitan materi yang dipelajari.

Berlawanan dengan kebanyakan literatur tentang learning curve, ada sedikit literatur tentang kurva yang terlupakan. Kurangnya penelitian ini telah dikaitkan mungkin dengan kesulitan praktis yang terlibat dalam memperoleh data mengenai forgetting level sebagai fungsi waktu (Globerson dkk., 1989). Secara umum, mereka berasumsi bahwa forgetting curve adalah bayangan cermin dari learning curve (Globerson dkk., 1989), yaitu, dari bentuk kekuatan, kecuali bahwa itu adalah ke atas daripada ke bawah. Formulasi fungsi-fungsi yang direpresentasikan sebagai berikut :

di mana Ṫx adalah waktu untuk pengulangan ke-X dari pengalaman yang hilang pada forgetting curve, Ṫ1 mencegat kurva lupa, dan untuk eksponen forgetting.

Psikolog mengungkapkan bahwa melupakan terjadi dalam situasi berikut: (1) ketika tidak ada cukup kesamaan antara kondisi pengkodean dan retensi materi yang dipelajari, (2) ketika pembelajaran lama mengganggu pembelajaran baru, dan (3) ketika ada adalah gangguan dalam proses pembelajaran untuk jangka waktu tertentu (jeda produksi).

(8)

commit to user 2.6 KEBIJAKAN KOSINYASI

Kebijakan konsinyasi merupakan kebijakan yang melakukan penjualan dengan menitipkan barang tersebut pada distributor atau retailer yang nantinya akan dibayar setelah barang tersebut laku terjual pada konsumen. Simamora (2005) mengatakan bahwa penjualan konsinyasi. Dalam praktiknya melibatkan dua pihak yaitu, pihak penjual barang. disebut komisioner (consignee) dan pihak pemilik barang atau pengamanat (consignor). Ketentuan. dalam penjualan konsinyasi umumnyaberbentuk tertulis dan mengutamakan hubungan kerjasama antar pihak.

Yendrawati (2008) mengungkapkan.konsinyasi merupakan bentuk penjualan di mana pemilik menitipkan barang kepada pihak lain untuk dijual dengan harga dan syarat sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati keduabelah pihak. Isi dalam perjanjian konsinyasi merupakan hak dan kejawiban dari kedua.belah pihak.

Utoyo (1991) menjelaskan beberapa keuntungan bagi consignee dan consignor. Keuntungan bagi consignor sebagai berikut:

1. Memperluas pemasaran produk.

2. Harga jual terkendali oleh pengamat.

3. Minimnya risiko kerugian akibat biaya penjualan yang dapat diamati.

4. Mendapatkan spesialisasi penjualan produk.

Sedangkan keuntungan bagi consignee adalah sebagai berikut:

1. Tidak memiliki risiko kerugian akibat rusaknya barang.

2. Minimnya biaya operasional karena ditanggung pihak consignor.

3. Komisioner tidak bertanggung jawab atas barang rusak dan fluktuasi harga.

4. Modal kerja lebih terjangkau.

5. Mendapat komisi hasil kesepakatan.

2.7 SURVEI LITERATUR

Menurut Giri (2017), efek learning yang tinggi dalam produksi dan inspeksi menyebabkan tingkat pemulihan yang tinggi dari used item. Di samping keuntungan ekonomi, hal tersebut juga memiliki efek positif pada lingkungan dengan mengurangi limbah. Tingkat learning yang tinggi juga memungkinkan perusahaan untuk menawarkan harga yang lebih tinggi untuk used item di pasar,

(9)

commit to user

yang memberikan insentif yang jelas kepada konsumen untuk mendaur ulang produk yang tidak lagi dibutuhkan. Menurut Guo (2015), Saat daur ulang, jika quality levelnya terlalu tinggi, tingkat daur ulang akan sangat rendah dan

sebaliknya. Untuk biaya remanufaktur, jika quality level produk daur ulang tinggi, kesulitan remanufaktur berkurang dan biaya remanufaktur berkurang dan sebaliknya. Untuk buyback cost, jika kualitas produk daur ulang tingkat tinggi, perusahaan bersedia menggunakan harga yang relatif lebih tinggi untuk mendaur ulang dan sebaliknya.

Berikut merupakan tabel perbandingan antara model-model persediaan yang telah dijelaskan di atas dengan model persediaan yang dikembangkan dalam penelitian ini :

Tabel 2.1 Perbandingan Model Persediaan

2.8 MODEL ACUAN PENELITIAN

2.8.1 An Integrated Supply Chain Model with Errors in Quality Inspection and Learning in Production(Khan dkk., 2014)

Model ini mengembangkan Huang (2002) yaitu tentang integrasi hubungan vendor-buyer melalui model persediaan dengan kualitas yang tidak sempurna. Pada Khan (2010) menggunakan efek learning-forgetting yang telah diciptakan oleh Wright (1936) dalam biaya penyimpanan.

Demand Deterministik Deterministik Deterministik Deterministik Deterministik Deterministik Model Usulan

Pihak yang

terlibat Vendor, Buyer Vendor, Buyer

Supplier, Vendor,

Buyer

Manufacturer Retailer

Manufacturer, Retailer

Ya Ya

Tidak Ya

Tidak

Tidak Guo dan Ya

(2015)

Manufacturer, Consumen

CLSC Tidak

Zanoni, dkk.

(2012)

Khan, dkk.

(2014)

Zanoni, dkk.

(2016)

Giri dan Glock (2017)

Quality Level Tidak Tidak Ya Tidak

Ya Parameter

Consignment

policy Ya Tidak Tidak Ya Tidak

Ya Learning

Effect Ya Ya Tidak Tidak Ya Ya

(10)

commit to user

Wright mengungkapkan representasi learning curve paling awal adalah perkembangan geometris yang menyatakan penurunan biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan operasi berulang. Teori ini menyatakan bahwa ketika jumlah total unit yang diproduksi berlipat ganda, biaya per unit menurun dengan persentase konstan. Formulasi fungsi-fungsi yang direpresentasikan sebagai berikut :

(2.1) di mana Tx adalah waktu untuk menghasilkan unit x, T1 waktu untuk memproduksi unit pertama, x jumlah produksi, dan b eksponen kurva belajar. Dalam praktiknya, nilai parameter b sering diganti dengan nomor indeks lain yang memiliki daya tarik lebih intuitif.

Dengan menggunaka formula kurva learning di atas maka jumlah rata-rata penyimpanan dapat diestimasikan dengan rumus :

𝐼𝑇𝑑𝑖 = (𝑛 ∗ T1∗ 𝑄2−l1

1 − l1 ∗ ((𝑛 ∗ k𝑖+ 1)1−𝑙1− (𝑛 ∗ k𝑖)1−𝑙1) − 𝑇1∗ (𝑛 ∗ 𝑄)2−𝑙1 (1 − 𝑙1) ∗ (2 − 𝑙1)

∗ ((k𝑖+ 1)1−l1− k𝑖1−l1

) +𝑛 ∗ (𝑛 − 1) ∗ 𝑄2 2 ∗ 𝐷 )

(2.2) Model biaya penyimpanan dapat ditulisakan sebagai berikut:

𝑇𝑑𝑖 = ℎ𝑣∗ (𝑛∗T1∗𝑄2−l1

1−l1 ∗ ((𝑛 ∗ k𝑖+ 1)1−𝑙1− (𝑛 ∗ k𝑖)1−𝑙1) − 𝑇1∗(𝑛∗𝑄)2−𝑙1

(1−𝑙1)∗(2−𝑙1) ((k𝑖+ 1)1−l1− k𝑖1−l1) +𝑛∗(𝑛−1)∗𝑄2

2∗𝐷 ) (2.3)

Keterangan :

𝑛 : Jumlah pengiriman per pemesanan 𝑄 : Kuantitas pengiriman (unit) ℎ𝑇𝑑𝑖 : Model biaya penyimpanan ($) hv : biaya simpan vendor ($)

ITdi : rata-rata persediaan vendor selama periode non-produksi dalam satu siklus (unit)

T1 : waktu produksi pertama tanpa efek learning l1 : learning exponent pada produksi

i : tahun ke-i ki : i - 1

(11)

commit to user

2.8.2 Optimal Strategies for Manufacturing/Remanufacturing System with The Consideration of Recycled Products, Jianquan Guo and Gao Ya (2015)

Berdasarkan asumsi yang digunakan Guo dan Ya (2015), tingkat remanufaktur, buyback cost dan biaya remanufacturing tergantung pada quality level dari produk used item. Saat proses remanufaktur, jika niali quality level terlalu tinggi, tingkat remanufaktur akan sangat rendah dan sebaliknya. Untuk biaya remanufaktur, jika nilai quality level produk daur ulang tinggi, kesulitan remanufaktur berkurang dan biaya remanufaktur berkurang. Untuk buyback cost, jika kualitas produk daur ulang tingkat tinggi, perusahaan bersedia menggunakan harga yang relatif lebih tinggi untuk mendaur ulang dan sebaliknya. Untuk menemukan formulasi model tersebut, digunakan modifikasi fungsi eksponensial negatif (Vörös, 2002).

Guo dan Ya mendefinisikan laju remanufaktur sebagai 𝑑 = 𝛼𝐷 dan untuk tingkat permintaan konstan D dan 𝛼 = 𝑏𝑒−𝜑𝑞. Lalu Guo dan Ya mendefinisikan buyback cost pada biaya produksi karena used item dianggap sama dengan bahan baku. Jika kita menaikkan quality level yang disyaratkan, rasio buyback cost akan meningkat, begitupula sebaliknya. Jadi buyback cost rata-rata adalah

𝑑(𝐶𝑀 + 𝐶𝑟𝑎𝑤)𝐸(𝑝) = 𝛼𝐷(𝑝)(𝐶𝑀+ 𝐶𝑟𝑎𝑤) 𝑎𝜆

𝜃 − 𝜆(𝑒−𝜆− 𝑒−𝜃+(𝜃−𝜆)𝑞) (2.4) Guo dan Ya mendefinisikan rasio biaya produksi ulang (cr) (terkait dengan quality level yang berbeda) dengan biaya produksi (CM) sebagai:

𝐶𝑟 = 𝑐𝑒𝛿(1−𝑥), 𝑥 𝜖 [𝑞, 1]

(2.5) Jadi biaya remanufaktur rata-rata adalah

𝑑𝐶𝑀𝐸(𝐶𝑟) =𝛼𝐷𝐶𝑀

𝑐𝜆

𝛿 + 𝜆(𝑒𝛿−(𝛿+𝜆)𝑞− 𝑒−𝜆)

(2.6)

2.8.3 Comparing Different Coordination Scenarios in A Three-Level Supply Chain System, S.K. Zahran, M.Y. Jaber, S. Zanoni (2016)

Zahran dkk. (2016) melakukan skenario perbandingan tiga level supply chain yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini :

(12)

commit to user

Tabel 2.2 Distribusi biaya penyimpanan dan biaya penyimpanan keuangan di antara para pemain untuk empat skenario

Empat skenario berbeda dikembangkan, yaitu:

1. Ada perjanjian pengiriman antara pemasok dan penjual, dan antara penjual dan pembeli; Skenario C-C.

2. Tidak ada perjanjian pengiriman antara pemasok dan penjual, tetapi antara penjual dan pembeli; Skenario NC-C.

3. Ada perjanjian konsinyasi antara pemasok dan penjual, tetapi tidak antara penjual dan pembeli; Skenario C-NC.

4. Tidak ada perjanjian konsinyasi antara pemasok dan penjual, atau antara vendor dan pembeli; Skenario NC-NC.

2.8.4 A Closed-Loop Supply Chain With Stochastic Product Returns and Worker Experience under Learning and forgetting, B.C. Giri & Christoph H.

Glock (2017)

Giri dan Glock (2017) mengatakan bahwa item yang dikembalikan yang lulus inspeksi diteruskan ke remanufaktur setelah pembersihan dan pemulihan. inventori awal yang diharapkan dari barang yang dikembalikan adalah E[α]nQ, dan habis pada tingkat produksi saat ini sampai waktu τri. Pada titik ini, tingkat persediaan turun karena (1-β)E[α]nQ unit barang bekas yang dinilai tidak dapat diterima untuk remanufaktur dihilangkan dari persediaan. Asumsikan persediaan habis pada saat Tri. Kemudian, tingkat inventaris barang yang dikembalikan di pabrikan saat t selama rentang waktu [0, Tri] seperti sebagai berikut :

Iri (t) = E [α]nQ − Q(t ), 0 ≤ t < τri

= β E [α]nQ − Q(t ), τri ≤ t ≤ Tri

(2.7)

(13)

commit to user Sekarang Iri (Tri) = 0, maka :

T𝑟𝑖= T1

1 − l1∗ ((k𝑖+ 1)1−l1− k𝑖1−l1) ∗ (𝛽 ∗𝛼∗ 𝑛 ∗ 𝑄)1−l1

(2.8) Oleh karena itu, biaya penyimpanan yang diharapkan dari barang yang dikembalikan di pabrik adalah

(2.9) Keterangan :

𝑛 : Jumlah pengiriman per pemesanan 𝑄 : Kuantitas pengiriman (unit) ℎ𝑇𝑑𝑖 : Model biaya penyimpanan ($) hrm2 : biaya simpan vendor ($)

T1 : waktu produksi pertama tanpa efek learning l1 : learning exponent pada produksi

i : tahun ke-i ki : i – 1

α : fraksi tingkat used item, 0 ≤ α ≤ 1

β : fraksi penerimaan used item yang diinspeksi, 0 <β ≤ 1

Gambar

Gambar 2.1 Kaidah Influence Diagram  Sumber: Daellenbach &amp; Mc Nickle (2005)
Tabel 2.1 Perbandingan Model Persediaan
Tabel 2.2 Distribusi biaya penyimpanan dan biaya penyimpanan keuangan di antara para  pemain untuk empat skenario

Referensi

Dokumen terkait

Pada intinya keputusan-keputusan tsb hanya mengikat anggota-anggota dari organisasi tsb saja, namun dalam beberapa hal, ada juga keputusan-keputusan yang berlaku umum. • Salah

Persamaan regresi digunakan untuk mengetahui pengaruh bersama-sama antara variabel dependen dengan variabel independen secara serempak menggunakan analisis

 Apabila tugas yang memenuhi ceklis modul dikumpulkan lebih dari 30 menit sesudahnya, maka hasil produk adalah B (setara dengan nilai 61-70). Pengumpulan Modul 3

Sekiranya ruang makan khusus tidak dapat disediakan, ruang yang sesuai di luar bangunan seperti di serambi boleh dijadikan sebagai ruang makan dengan dibina 2

(4) Terhadap alat UTTP yang ditera ulang atas permintaan sendiri atau berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dikenakan Retribusi

Alhamdulillah serta puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

Manusia pada dasarnya diciptakan oleh Allah sebagai makhluk yang sempurna yang diberikan berbagai kelebihan seperti dianugrahi aspek jasmani yang paling sempurna daripada

Sejak dulu sampai sekarang telah berlalu empat belas abad lebih, kisah kisah Alquran yang diungkapkan dalam bahasa Arab itu mendapat tempat dan hidup dihati umat, padahal