• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dukungan

2.1.1 Definisi

Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2016 dalam jurnal menilik ulang arti keluarga pada masyarakat indonesia Wiratri, 2018 keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dalam keadaan saling ketergantungan satu sama lain. Dukungan sosial merupakan sumber daya sosial yang dapat membantu individu dalam menghadap suatu kejaidan menekan (mauaba, 2009). Menurut Siegel, dukungan sosial adalah informasi dari orang lain bahwa ia dicintai dan diperhatikan, memiliki harga diri dan dihargai, serta merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan kewajiban bersama. “Social support is informaion frrom other that one is loved and cares for, esteemed and valued, and part of a netwok of communication and mutual obligation” (Ely, dkk, 2009) dalam (Indriyani &

Asmuji, 2014). Dukungan suami adalah komunikasi verbal dan non-verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh suami terhadap ibu hamil didalam lingkungan sosialnya (Friedman, 2010).

Dukungan suami merupakan suatu bentuk wujud dari sikap perhatian dan kasih sayang.

2.1.2 Dukungan Suami

Dukungan suami suatu bagian dari dukungan sosial, dukungan sosial merupakan suatu kenyataan, perhatian, penghargaan atau menolong orang dengan sikap menerima kondisi yang diperoleh dari individu atau kelompok Sarafino, 2010 dari jurnal (Anisafitri, Suryawati, & Sulistyawati, 2016).

Dukungan suami adalah upaya dan bantuan yang diberikan oleh suami baik secara fisik, mental dan sosial. Dukungan suami sangat diperlukan bagi ibu yang sedang mengkonsumsi tablet besi (Fe). Hal ini dikarenakan dalam mengkonsumsi tablet besi (Fe) ibu hamil sangat memerlukan perhatian

(2)

suami, dukungan suami, motivasi suami, dan juga pujian ketika ibu hamil berhasil mengkonsumsi tablet besi (Fe) (Anisafitri, Suryawati, &

Sulistyawati, 2016).

2.1.3 Macam-Macam Bentuk Dukungan

Taylor (1999) dalam (Indriyani & Asmuji, 2014) membagi dukungan sosial ke dalam empat bentuk, yaitu sebagai berikut.

a. Dukungan instrumental

Bentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi dapat memberikan pertolongan langsung, seperti pinjaman uang, pemberian barang, makanan, serta pelayanan. Suaminya harus mengetahui jika istri dapat bergantung padanya dan jika istri memerlukan bantuan.

Bantuan mencangkup memberikan bantuan yang nyata dan pelayanan yang diberikan secara langsung bisa membantu seseorang yang membutuhkan. Bentuk dukungan ini juga dapat berupa pemeriksaan kesehatan secara rutin bagi ibu serta mengurangi atau menghindari perasaan cemas dan stress. Bentuk dukungan ini dapat mengurangi stres karena individu dapat langsung memecahkan masalahnya yang berhubungan dengan materi. Dukungan instrumental sangat di perlukan terutama dalam mengatasi masalah dengan lebih muda.

Contohnya adalah suami menyediakan makanan yang bergizi bagi ibu hamil, serta memilihkan makanan yang mengandung zat besi tinggi.

b. Dukungan informasional

Bentuk dukungan ini melibatkan pemberian informasi, saran, atau umpan balik tentang situasi dan kondisi individu. Dukungan informasional yaitu memberikan penjelasan tentang situasi dan gejala sesuatu yang berhubungan dengan masalah yang sedang dihadapi oleh individu. Dukungan ini mencangkup; pemberian nasihat, saran, pengetahuan, dan informasi serta petunjuk. Maka suami berfungsi sebagai sebuah kolektor dan disseminator (penyebar) informasi tentang dunia. Memberitahu saran dan sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini

(3)

ialah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang terkhusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini ialah nasehat, usulan, kritik, saran, petunjuk dan pemberian informasi. Contohnya adalah suami memberi tahu ibu hamil bahaya jika tidak mengkonsumsi tablet besi (Fe) secara tidak teratur.

c. Dukungan emosional

Bentuk dukungan seperti ini dapat membuat individu memilikin perasaan nyaman, yakin, dipedulikan, dan dicintai oleh sumber dukungan sosial sehingga individu dapat menghadapi masalah dengan lebih baik. Dukungan emosional mencakup ungkapan empati, kepedulian, dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan. Suami sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta mambantu pengeuasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan, dan didengarkan. Dukungan ini sangat penting dalam menghadapi keadaan yang dianggap tidak dapat dikontrol. Contohnya adalah suami memberikan motivasi dalam mengkonsumsi tablet besi (Fe), serta memberikan perhatian dengan menanyakan keluhan yang dirasakan ibu.

d. Dukungan penilaian dan penghargaan

Terjadi lewat ungkapan hormat atau penghargaan positif untuk orang lain itu, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan perasaan individu dan perbandingan positif orang dengan orang lain misalnya orang itu kurang mampu atau lebih buruk keadaanya atau menambah harga diri. Suami bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing, dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator identitas anggota suami diantaranya memberikan support, penghargaan, dan perhatian. Contohnya adalah suami memberikan penghargaan berupa ucapan kepada ibu hamil ketika berhasil mengkonsumsi tablet besi (Fe) secara rutin.

(4)

2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Suami

Menurut Bobak (2010), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dukungan suami dapat dijelaskan di bawah ini :

a. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan akan mempengaruhi wawasan dan pengetahuan suami sebagai kepala rumah tangga semakin rendah pengetahuan suami maka akses terhadap informasi kesehatan istrinya akan berkurang sehingga suami akan kesulitan mengambil keputusan secara cepat dan efektif. Akhirnya pandangan baru yang perlu diperkenalkan dan disosialisasikan kembali untuk memberdayakan kaum suami berdasarkan pada pengertian bahwa suami memainkan peranan yang sangat penting, terutama dalam pengambilan keputusan berkenan dengan kesehatan pasanganya.

b. Pendapatan

Pada masyarakat kebanyakan 75%-100% pengahasilannya digunakan untuk membiayai keperluan hidupnya bahkan banyak keluarga rendah yang setiap bulan bersaldo rendah sehingga pada akhirnya ibu hamil tidak diperiksakan ke pelayanan kesehatan karena tidak mempunyai kemampuan unuk membiayai. Atas dasar faktor tersebut diatas maka diprioritaskan kegiatan Gerakan Sayang Ibu (GSI) ditingkat keluarga dalam pemberdayaan suami tidak hanya terbatas pada kegiatan yang bersifat anjuran saja seperti yang selama ini akan tetapi akan bersifat holistik. Secara kongkrit dapat dikemukakan bahwa pemberdayaan suami perlu dikaitkan dengan pemberdayaan ekonomi keluarga sehingga kepala keluarga tidak mempunyai alasan untuk tidak memperhatikan kesehatan karena masalah finansial. 15

c. Budaya

Diberbagai wilayah Indonesia terutama di dalam masyarakat yang masih tradisional menganggap istri adalah konco wingking, yang artinya bahwa kaum wanita tidak sederajat dengan kaum pria, dan wanita hanyalah bertugas untuk melayani kebutuhan dan

(5)

keinginan suami saja. Anggapan seperti ini mempengaruhi perlakuan suami terhadap kesehatan reproduksi istri, misalnya kualitas dan kuantitas makanan suami yang lebih baik, baik dibanding istri maupun anak karena menganggap suamilah yang mencari nafkah dan sebagai kepala rumah tangga sehingga asupan zat gizi mikro untuk istri berkurang, suami tidak empati dan peduli dengan keadaan ibu.

d. Status Perkawinan

Pasangan dengan status perkawinan yang tidak sah akan berkurang bentuk dukunganya terhadap pasangannya, dibanding dengan pasangan yang status perkawinan yang sah.

e. Status Sosial Ekonomi

Suami yang mempunyai status sosial ekonomi yang baik akan lebih mampu berperan dalam memberikan dukungan pada istrinya.

2.2 Konsep Kepatuhan

2.2.1 Pengertian Kepatuhan

Kepatuhan berasal dari kata dasar patuh yang berarti taat. Kepatuhan adalah tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan prilaku yang disarankan dokteratau oleh orang lain (Fuady, 2013). Kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe sering menjadi masalah karena patuh sangat sulit untuk ditanamkan pada diri sendiri, apalagi untuk orang lain (Hernawati, 2013).

2.2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Ibu Hamil dalam Mengkonsumsi Tablet besi (Fe)

a. Faktor predisposisi (Predisposing Factor) 1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan terjadi setelah melakukan penginderaan suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar yaitu didapat melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2011) dalam (Kamidah, 2015).

(6)

a) Tahu (Know) : diartikasn sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu ang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b) Memahami (comprehension) : diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasi materi tersebut secara benar.

c) Aplikasi (aplication) : diartikan sebabai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

d) Analisis (analysis) : suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e) Sintesis (synthesis) : menunjuk kepada suatu kemmpuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f) Evaluasi (evaluation) : kemampuan untuk justifikasi atau penilian terhadap suatu materi atau objek suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2. Sikap

Merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Sikap ada berbagai tingkatan, yaitu:

a) Menerima (receiving) : diartikan bahwasannya subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan.

(7)

b) Merespons (responding) : memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.

c) Menghargai (valuing) : mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah.

d) Bertanggung jawab (responsible) : bertanggung jawab atas sesuatu yyang telah dipilihnya dengan segala resiko.

3. Efek Samping Tablet Fe

Efek samping setelah mengonsumsi tablet Fe yang dialami oleh sebagian ibu hamil telah lama diyakini sebagai salah satu faktor utama penyebab rendahnya kepatuhan ibu. Sebagian ibu hamil melaporkan bahwa mereka mengalami mual dan muntah setelah mengonsumsi tablet Fe sehingga membuat mereka tidak mau melanjutkan untuk mengonsumsi tablet Fe (Achadi, 2013) dalam (Kamidah, 2015).

b. Faktor pendukung (Reinforcing Factor) 1. Motivasi

Motivasi adalah keinginan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk berperilaku. Motivasi yang baik dalam mengkonsumsi tablet Fe karena keinginan untuk mencegah anemia dan menjaga kesehatan ibu hamil dan janinnya, namun keinginan ini biasanya hanya pada tahap anjuran dari petugas kesehatan, bukan atas keinginan diri sendiri. Semakin baik motivasi maka semakin patuh ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe karena motivasi merupakan kondisi internal manusia seperti keinginan dan harapan yang mendorong individu untuk berperilaku agar mencapai tujuan yang dikehendakinya (Budiarni, 2012) dalam (Kamidah, 2015).

2. Dukungan Keluarga

Keluarga mempunyai peran yang signifikan dalam mendukung ibu untuk mengonsumsi tablet Fe secara rutin. Ibu seringkali lupa untuk minum tablet Fe secara rutin bahkan berhenti untuk mengonsumsinya bila tidak ada dukungan dari keluarganya (Wiradyani,2013) dalam (Kamidah, 2015).

(8)

c. Faktor pemungkin (Enabling Factor) 1. Kunjungan Antenatal Care.

Menurut Ikatan Bidan Indonesia, untuk mendeteksi anemia pada kehamilan dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin ibu hamil. Pemeriksaan dilakukan pertama sebelum minggu ke 12 dalam kehamilannya dan minggu ke 28. Pemeriksaan kadar hemoglobin yang dianjurkan pada trimester pertama dan trimester ketiga kehamilan, sering hanya dapat dilaksanakan pada trimester ketiga karena kebanyakan wanita hamil baru memeriksakan kehamilannya pada trimester kedua kehamilan sehingga pemeriksaan hemoglobin pada kehamilan tidak berjalan dengan seharusnya (Asyirah, 2012) dalam (Kamidah, 2015).

2. Peran petugas kesehatan

Petugas kesehatan dapat mempengaruhi perilaku pasien dengan cara menyampaikan antusiasnya terhadap tindakan tertentu dari pasien dan secara terus menerus memberikan penghargaan yang positif bagi pasien yang mampu beradaptasi dengan progam pengobatannya.

2.3. Konsep Tablet Zat Besi (Fe) 2.3.1 Definisi

Zat besi (Fe) merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh. Zat ini terutama diperlukan dalam hemopoboesis (pembentukan darah) yaitu sintesis hemoglobin (Hb). Hemoglobin yaitu metaloprotein (protein yang mengandung zat besi) di dalam sel darah merah yang berfungsi untuk mengangkut oksigen (O2) dari paru-paru kesuruh tubuh (Susiloningtyas, 2016). Sumber zat besi terdapat pada makanan hewani, seperti daging, ayam dan ikan. Sumber baik lainnya terdapat pada telur, sereal tumbuk, kacang- kacangan, sayuran hijau dan beberapa jenis buah.

Besarnya angka kematian ibu di Indonesia, membuat pemerintah untuk memikirkan strategi dalam menurunkan angka kematian ibu hamil (AKI).

(9)

Suplementasi tablet besi (Fe) merupakan salah satu progam pencegahan dan penanggulangan yang dibuat oleh pemerintah untuk mengatasi anemia defisiensi besi. Karena progam suplementasi tablet besi (Fe) ini yang paling efektif meningkatkan kadar hemoglobin pada ibu hamil dan dapat menurunkan prevalensi angka kematian ibu hamil sebesar 20-25% (Rizky, Lipoeto, & Ali, 2017)

Upaya dalam suplementasi tablet besi (Fe) ini adalah diberikannya setiap ibu hamil mendapatkan tablet besi (Fe) 90 tablet (Fe3) selama kehamilannya. Dalam setiap tablet besi (Fe) mengandung FeSO4 250 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 0,25 mg. Pada ibu hamil yang kekurangan zat besi (Fe) kemungkinan besar akan mengalami anemia defisiensi zat besi yang akan menyebabkan ibu hamil kelelahan. Maka pemberian tablet zat besi (Fe) merupakan salah satu pelayanan yang diberikan pada kunjungan kehamilan (Antenatalcare).

Tabel 2.3.1 Informasi Angka Kematian Ibu ASEAN 2015

Sumber : ASEAN Secretariat, 2017

2.3.2 Klasifikasi

Untuk menanggulangi masalah AKI di Indonesia, pemerintah sudah merencanakan progam pemerataan pendistribusian tablet Fe ke pelayanan- pelayanan kesehatan secara merata untuk dibagikan kepada ibu hamil secara gratis. Progam ini termasuk dalam salah satu target dalam Asuhan Antenatal Care (ANC), 4 kali kunjungan selama kehamilan. Salah satu yang ada

0 50 100 150 200 250 300 350 400

Laos Indonesia Filipina Myanmar Cambodia Vietnam Malaysia

AKI di beberapa negara ASEAN 2015

Indonesia : 305

(10)

didalam kunjungan ANC adalah cakupan pemberian Fe-1 dan Fe-3.

Pemberian tablet besi dibedakan menjadi Fe-1 yaitu ibu hamil yang mendapatkan tablet Fe sebanyak 30 tablet. Dan pemberian Fe-3 yaitu ibu hamil yang mendapatkan tablet besi (Fe) sebanyak 90 tablet (Depkes, 2015).

2.3.3 Kandungan

Dalam setiap tablet besi (Fe) mengandung fero sulfat (FeSO4) 250 miligram (zat besi 60 miligram) dan asam folat 0,25 mg. Dikonsumsi 1 tablet sehari selama 90 hari berturut-turut.

2.4.4 Indikasi

Untuk pemberian suplemen Fe disesuaikan dengan usia kehamilan atau kebutuhan zat besi tiap trimester, yaitu sebagai berikut :

a. Trimester I : kebutuhan zat besi kurang lebih 1mg/hari, (kehilangan basal 0,8 mg/hari) di tambah 30-40 mg untuk janin dan sel darah merah.

b. Trimester II : kebutuhan zat besi kurang lebih 5mg/hari, (kehilangan basal 0,8 mg/hari) ditambah kebutuhan sel darah merah 300 mg dan conceptus 115 mg.

c. Trimester III : kebutuhan zat besi 5 mg/hari, ditambah kebutuhan sel darah merah 150 mg dan conceptus 223 mg (Susiloningtyas, 2016).

2.3.5 Kontraindikasi

a. Kelebihan zat besi, misalnya kondisi hemokromatosis, hemosiderosis.

Hemokromatosis yaitu gangguan fungsi hati sebagai akibat daripenimbunan zat besidan saturasi transferin. Ketika penderita hemokromatosis primer mengonsumsi bahan pangan dengan kandungan zat besi tinggi atau berlebih, maka zat besi berlebih inipun akan diserap dari saluran pencernaan dan disimpan di dalam jaringan dan organ tubuh, umumnya hati. Hasilnya tentu saja adalah pembengkakan hati (Indrianingrum, 2013). Hemosiderosis sebagai akibat dari transfusi berulang-ulangkarena dalam 1 liter darah terkandung 750 mikrogram zat besi. Besi dalam plasma berada dalam bentuk tidak terikat atau NTBI (non-transferrin bound plasma iron) yang dapat menyebabkan

(11)

pembentukan radikal bebas hidroksil dan mempercepat peroksidasi lipid membran in vitro. Kelebihan zat besi terbanyak terakumulasi dalam hati, namun paling fatal adalah akumulasi di jantung karena menyebabkan hemosiderosis miokardium dan berakibat gagal jantung yang berperan pada kematian awal penderita. Penimbunan besi di hati yang berkelebihan berakibat pada gangguan fungsi hati .

b. Gangguan pada utilisasi zat besi, misalnya kondisi lead anemia, dan thalasemia. Lead anemia adalah defisiensi besi dan keracunan timbal sering terjadi, dimana kedua konsisi ini sering berhubungan dan terjadi secara bersamaan menyebabkan anemia dan menunjukkan anemia berat.

Kondisi ini menyebabkan kejaidan kerajunan timbal karena timbal dan besi mempunyai reseptor ang sama yaitu Divalent Metal Transporter 1(DMT 1) (Sari & Lubis, 2014). Anemia Thalasemia merupakan penyakit hemolitik atau kurangnya kadar hemoglobin yang disebabkan oleh defisiensi pembentukan rantai globin Alpha dan Betha yang menyusun hemoglobin (Suryani, Wiharto, & Wahyudiani, 2015).

c. Anemia yang tidak disebabkan oleh defisiensi zat besi misalnya anemia hemolitik. Anemia hemolitik auto imun (AHAI) merupakan salah satu penyakit imunologi didapat yang mana eritrosit pasien diserang oleh autoantibody yang diproduksi sistem imun tubuh pasien sendiri, sehingga mengalami hemolisis (Rajabto, Atmakusuma, & Setiati, 2016).

d. Hipersensitif/alergi terhadap salah satu komponen dalam tablet besi (Fe) seperti polymaltose atau komponen lain yang terdapat dalam suplemen tablet besi (Fe).

2.3.6 Dosis

a. Dosis pencegahan yakni pemberian sehari 1 tablet (60 mg besi dan 0,25 mg asam folat) berturut-turut selama 90 hari masa kehamilannya hingga 42 hari setelah melahirkan.

b. Dosis pengobatan yakni pemberian tiga tablet sehari selama 90 hari masa kehamilan hingga 42 hari setelah melahirkan (Swamilaksita, 2016).

(12)

c. Pemberian zat besi selama kehamilan merupakan salah satu cara yang palingg cocok bagi ibu hamil untuk meningkatkan kadar Hemoglobin sampai tahap yang diinginkan, karena sangat efektif dimana satu tablet mengandung 60 miligram Fe. Setiap tablet setara dengan 250 miligram ferrosulfat. Selama kehamilan minimal di berikan 90 tablet sampai 42 minggu setelah melahirkan di berikan sejak pemeriksaan ibu hamil pertama.

1) Pemberian tablet zat besi lebih bisa ditoleransi jika dilakukan pada saat sebelum tidur malam.

2) Pemberian zat besi harus dibagi serta di lakukan dengan interval sedikitnya 6-8 jam, dan kemudian interval ini ditingkatkan hinga 12 atau 24 jam jika timbul efek samping.

3) Muntah dan kram perut merupakan efek samping dan sekaligus tanda dini toksitasi zat besi, keduanya ini menunjukkan perlu mengubah (menurunkan) dosis zat besi dengan segera.

4) Minum tablet za besi pada saat makan atau segera sesudah makan dapat mengurangi gejala mual yang menyertaina tetapi juga akan menurunkan jumlah zat besi yang diabsorpsi (Lambogia, 2017).

2.3.7 Sediaaan

Besi dalam bentuk fero lebih mudah diabsorbsi maka preparat besi untuk pemberian oral tersedia dalam berbagai beentuk berbagai garam fero seperti fero sulfat, fero glukanat, dan fero fumarat. Ketiga preparat ini umumnya efektif dan tidak mahal. Di Indonesia, pil besi yang umum digunakan dalam suplementasi zat besi adalah ferrosus sulfat, senyawaa ini tergolong murah dan dapat di absorbsi sampai 20% (Susiloningtyas, 2016).

Kebutuhan zat besi selama kehamilan yaitu rata-rata 800 mg-1040 mg. Kebutuhan ini diperlukan untuk :

a. 300 mg diperlukan untuk pertumbuhan janin.

b. 50-75 mg untuk pembentukan plasenta.

(13)

c. 500 mg digunakan untuk meningkatkan massa hemoglobin maternal/sel darah merah.

d. 200 mg lenyap ketika melahirkan.

Perhitungan makan 3 kali sehari atau sama dengan 1000-2500 kalori akan menghasilkan sekitar 10-15 mg zat besi perhari, namun dari semua dari yang kita makan hanya 1-2 mg yang di absorpsi. Jika ibu mengkonsumsi 60 mg zat besi, maka diharapkan 6-8 mg zat besi dapat diabsorpsi, jika dikonsumsi selama 90 hari, maka total zat besi yang diabsorpsi kurang lebih sebesar 720 mg dan 120 mg dari konsumsi harian ibu hamil (Susiloningtyas, 2016).

2.3.8 Sumber Zat Besi

Sumber-sumber zat besi dibagi menjadi dua, sumber zat besi hewani dan sumber zat besi nabati. Sumber zat besi hewani terdiri dari daging, ayam dan ikan. Sumber zat besi nabati seperti sereal, kacang-kacangan, sayuran hijau, dan beberapa jenis buah. Untuk konsumsi sehari-hari sebaiknya harus memperhatikan kombinasi makanan yang terdiri atas campuran sumber besi yang berasal dari hewani maupun nabati serta gizi lain yang dapat membantu sumber absorpsi. Dan normalnya orang indonesia bisanya terdiri atas nasi, daging/ayam/ikan, kacang-kacangan, serta sayuran dan buah-buahan yang kaya akan vitamin C, karena vitamin C dapat menghambat penyerapan besi supaya tidak terjadi Hemokromatosis, Hemosiderosis dan lain-lain. Berikut sumber makanan sumber besi :

Tabel 2.3.8 Makanan Sumber Besi Bahan

Makanan

Kandungan Besi (mg)

Daging 23,8

Sereal 18,0

Kedelai 8,8

(14)

Kacang 8,3

Beras 8,0

Bayam 6,4

Hamburger 5,9

Hati sapi 5,2

Susu formula 1,2

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa walaupun kandungan besi dalam sereal dan kacang-kacangan yang cukup tinggi, namun oleh karena bahan makanan tersebut mengandung bahan yang dapat menghambat absorpsi dalam usus, maka sebagian besi tidak akan diabsorpsi dan dibuang bersama feses (Susiloningtyas, 2016).

2.4 Konsep Ibu Hamil

2.4.1 Definisi Ibu Hamil

Ibu hamil adalah seorang wanita yang mengalami perubahan anatomi dan fisiologis dimulai segera setelah fertilisasi (proses bertemuya sel telur dengan sperma) dan terus berlanjut selama kehamilan diakhiri dengan proses persalinan (Fathonah, 2016).

2.4.2 Perubahan Fisiologis Pada Ibu Hamil

a) Trimester I (Minggu 1-15) berat badan naik tiap minggu 0,5 kg.

1) Perubahan payudara: rasa nyeri, lembek, dan rasa geli 2) Sering kencing dan tidak bisa di tunda

3) Rasa letih, lesu dan lemah 4) Mual dan muntah

5) Hidung tersumbat dan kadang-kadang terjadi mimisan 6) keputihan.

b) Trimester II (Minggu 16-27) berat badan naik tiap minggu 1 kg 2) Pigmentasi bertambah, jerawat dan kulit berminyak

3) Tai lalat bertambah di leher, dada, wajah, dan lengan.

4) kedua telapak tangan memerah

(15)

5) Sering pingsan.

6) Perubahan kulit pada abdomen: linea nigra dan striae gravidarum

7) Sembelit

8) Varices pada tungkai, nyeri sampai vulva dan hemoroid.

c) Trimester III berat badan nail tiap 1 kg selaam 3-4 minggu 2) Sesak nafas

3) Insomnia

4) Rasa khawatir dan lemas

5) Rasa tidak nyaman dan tertelan pada perineum 6) Kontraksi braxton his

7) Kram betis

8) Edema kaki sampai tungkai (Lambogia, 2017).

2.4.3 Perubahan Psikologi Pada Ibu Hamil a. Trimester I: menerima kehamilan.

Pada wanita di pengaruhi oleh usia, suasana dalam pernikahannya, sertaa kultur untuk melangkah atau menerima ke kehidupan lebih lanjut. Kadang-kadang kehamilan ini tidak di rencanakan atau tidak diperkirakan, sehingga wanita ini tidak memiliki rencana. Tidak banyak wanita yang percaya diri bahwa dirinya dapat melewati fase ini sampai akhir. Apabila wanita ini sadar adanya perubahan yang terjadi, seperti mual-muntah, nyeri pada payudara, dan memiliki perasaan bahwa dirinya pasti akan hamil, wanita ini akan segera mengkonfirmasi keadaannya ke pelayanan kesehatan. Petugas kesehatan sebaiknya memberikan dukungan dengan ikut merasakan gerakan bayi sehingga calon ibu ini pun dapat mengubah perilakunya selama hamil ke arah yang lebih positif. Pada Pria, ada perasaan bangga dan gembira, memiliki perasaan yang sama dengan wanita; membayangkan role model sebagai ayah. Menerima kehamilan tidak hanya berarti menerima kehamilan saja dan adanya kehadiran seorang anak, tetapi menerima perubahan keadaan status wanita tersebut.

(16)

b. Trimester II: menerima bayi.

“Quickening” atau gerakan bayi yang dirasakan ibu, menambah keyakinan ibu akan kehadiran bayi yang berkembang dan merasa nyaman di dalam dibandingkan di luar tubuhna. Petugas kesehatan yang memberikan informasi bayi ibu laki-laki atau perempuan, membuat ibu membayangkan dirinya sebagai seorang ibu, berharap mungkin kelak dapat bermain bersama, seperti bermain sepeda atau belajar bersama. Hal itu ternyata membantu ibu menyyadarkan bahwa ada bayi di dalam tubuhnya. Pada pria, merasakan gerakan bayi dalam perut pasangannya membuat yakin bahwa ada bayi daam perut yang hidup, berkembang, bertumbuh, dan aktif.

c. Trimester III: persiapan menjadi orang tua.

Pasangan ini akan melakukan aktivitas seperti merencanakan kamar, memebli baju, memilih nama, dan meyakinkan diri bahwa dapat melahirkan dengan normal. Pasangan akan tertarik untuk datang pada kelas antenatal, seperti: senam hamil, dan pijat bayi (Novita, 2011).

2.4.4 Tanda dan Gejala Kehamilan

a. Amenorea (terlambat datang bulan). Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentikan folikel de Graaf dan ovulasi.

Dengan mnegetahui hari pertama haid terakhir dapat ditentuka perkiraan persalinan.

b. Mual dan muntah (Emesis), pengaruh esterogen dan progesteron menyebabkan pengeluaran asam lambung yang berlebihan. Mual dan muntah yang terjadi pada pagi hari disebut morning sickness.

c. Ngidam, wanita hamil sering menginginkan makanan tertentun, keinginan yang demikian disebut ngidam.

d. Sinkope atau pingsan, terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan iskemia sususnan saraf pusat dan menimbulkan sinkope atau pinsan. Keadaan ini menghilang setelah usia kehamilan 16 minggu.

(17)

e. Payudara tegang, pengaruh hormon estrogen dan progesteron dan somatomatrofin menimbulkan deposit lemak, air dan garam pada payudara. Payudara membesar dan tegang.

f. Sering miksi, desakan rahim kedepan menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh dan sering miksi

g. Konstipasi atau obstipasi, pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus, menyebablan kesulitan BAB.

h. Pigmentasi kulit, pigmentasi disekitar pipi (kloasma gravidarum) pada dinding perut (striae lividae, striae nigra, line alba makin hitam) dan daerah sekitar payudara (hiperpigmentasi aerola).

i. Epulis, hipertrofi gusi yang disebut epulis dapat terjadi bila hamil.

j. Varises atau penampakan pembuluh darah vena, karena pengaruh dari estrogen dan progesteron terjadi penumpukan pembuluh darah, biasanya terjadi di bagian ekstremitas bawah, payudara, genetalia eksterna (Yulizawati, 2017).

Gambar

Tabel 2.3.1 Informasi Angka Kematian Ibu ASEAN 2015
Tabel 2.3.8 Makanan Sumber Besi  Bahan  Makanan  Kandungan Besi (mg)  Daging  23,8  Sereal  18,0  Kedelai  8,8

Referensi

Dokumen terkait

Ada hubungan antara sikap dengan kepatuhan ibu hamil minum tablet zat besi. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan ibu

Rendahnya pengetahuan ibu hamil tentang zat besi (Fe) dan karakteristik ibu hamil sangat mempengaruhi dalam hal kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet zat besi

Purna I, 2019 : Pengaruh Penyuluhan Gizi Dengan Media Video Tentang Tablet Tambah Darah Fe-Folat Terhadap Pencegahan Anemia Gizi Besi Pada Remaja Putri Di SMA Negeri

Latar Belakang: Manfaat pemberian tablet besi folat secara gratis untuk pencegahan anemia defisiensi besi pada kehamilan sering dihambat oleh kepatuhan ibu hamil dalam

Depresi pada masa nifas adalah depresi berat yang terjadi 7 hari. setelah melahirkan dan berlangsung selama 30 hari. Depresi

a. Hipertermi berhubungan dengan infeksi virus. Tujuan: Suhu tubuh dapat kembali normal selama 2-3 hari berturut-turut. 4) Anjurkan menggunakan pakaian tipis. 5)

5) Kegiatan dasar hidup sehari-hari (BADLs) termasuk tugas-tugas perawatan pribadi sehari-hari yang berkaitan dengan kebersihan, nutrisi, dan eliminasi. tetap independen dalam

Konsumsi vitamin C 600 mg per hari dapat mencegah terjadinya infeksi pada individu dengan aktivitas fisik yang tinggi; dengan mengonsumsi suplemen vitamin C 600 mg per