• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR FRAUD PENTAGON TERHADAP KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Sub Sektor Makanan Dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENGARUH FAKTOR-FAKTOR FRAUD PENTAGON TERHADAP KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Sub Sektor Makanan Dan "

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR FRAUD PENTAGON TERHADAP KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Sub Sektor Makanan Dan

Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2017-2021)

SKRIPSI

Oleh :

FITRIANA NIM. 11870320271

PROGRAM STUDI AKUNTANSI S1 FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2023

(2)

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR FRAUD PENTAGON TERHADAP KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Sub Sektor Makanan Dan

Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2017-2021)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Akuntansi (S.Ak) Pada Program Studi Akuntansi S1 Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial

Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim

Oleh :

FITRIANA NIM. 11870320271

PROGRAM STUDI AKUNTANSI S1 FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2023

(3)
(4)
(5)
(6)

i ABSTRAK

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR FRAUD PENTAGON TERHADAP KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2017-2021)

OLEH : FITRIANA NIM. 11870320271

Fraud Pentagon Theory merupakan teori faktor-faktor yang dapat menimbulkan kecurangan laporan keuangan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh financial stability, financial target, external pressure, institutional ownership, nature of industry, ineffective monitoring, quality of external audit, change in auditor, change in director, dan frequent number of CEO picture terhadap kecurangan laporan keuangan. Metode yang digunakan untuk mengukur kecurangan adalah metode Fraud Score (F-score). Populasi dalam penelitian ini adalah 72 perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2017-2021. Pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling dan sampel terpilih sebanyak 14 perusahaan. Metode analisis data dengan cara dokumentasi data sekunder yang telah dikumpulkan. Teknik analisis data menggunakan regresi data panel. Hasil penelitian ini menunjukkan secara parsial financial stability dan financial target berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. Sedangkan external pressure, institutional ownership, nature of industry, ineffective monitoring, quality of external audit, change in auditor, change in director, frequent number of CEO picture secara parsial tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. Secara simultan seluruh variabel berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan.

Kata Kunci : Fraud Pentagon Theory, Financial Stability, Financial Target, Kecurangan Laporan Keuangan, F-score.

(7)

ii ABSTRACT

THE EFFECT OF PENTAGON FRAUD FACTORS ON FRAUD OF FINANCIAL REPORTS (EMPIRICAL STUDY OF FOOD AND BEVERAGE

SUB-SECTOR COMPANIES LISTED ON THE INDONESIA STOCK EXCHANGE FOR THE 2017-2021 PERIOD)

BY : FITRIANA NIM. 11870320271

Fraud Pentagon Theory is a theory of factors that can lead to fraudulent financial statements. This research is a quantitative research that aims to find out how the effect of financial stability, financial targets, external pressure, institutional ownership, nature of industry, ineffective monitoring, quality of external audit, change in auditor, change in director, and frequent number of CEO pictures on financial statement fraud. The method used to measure fraud is the Fraud Score (F-score) method. The population in this study were 72 food and beverage sub-sector companies listed on the Indonesia Stock Exchange for the 2017-2021 period. The sample selection used a purposive sampling method and 14 companies were selected as samples. Methods of data analysis by means of secondary data documentation that has been collected. The data analysis technique uses panel data regression. The results of this study show that partially financial stability and financial targets have an effect on fraudulent financial reporting. While external pressure, institutional ownership, nature of industry, ineffective monitoring, quality of external audit, change in auditor, change in director, frequent number of CEO pictures partially have no effect on fraudulent financial statements. Simultaneously all variables influence fraudulent financial statements.

Keyword : Fraud Pentagon Theory, Financial Stability, Financial Target, Fraudulent Financial Statement, F-score.

(8)

iii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta‟ala yang telah memberikan rahmat, taufik, hidayah, kesehatan, kemudahan, kegigihan dan kasih sayang-Nya. Shalawat beserta salam penulis ucapkan kepada Baginda Nabi Muhammad Shallallahu „Alaihi Wasallam yang telah menjadi suri tauladan bagi seluruh umat muslim di dunia ini. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi sebagai tugas akhir kuliah yang berjudul

“Pengaruh Faktor-faktor Fraud Pentagon Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan (Studi Empiris Pada Perusahaan Sub Sektor Makanan dan Minuman Yang Terdaftar di Bursa efek Indonesia Periode 2017-2021)”.

Adapun penulisan skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Studi Program S1 pada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Jurusan Akuntansi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak oleh karena itu untuk yang pertama kali penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terimakasih kepada kedua orangtua, Ayahanda tercinta Ndemo dan Ibunda tercinta Saini yang tidak pernah lelah merawat, membesarkan dan tiada henti memberikan kasih sayang, nasihat, motivasi, doa serta dukungan untuk keberhasilan penulis hingga saat ini. Semoga Allah Subhanahu Wa Ta‟ala selalu merahmati dan menyayangi Ayahanda dan

(9)

iv

Ibunda tercinta., Aamiin. Selanjutnya kepada adik-adikku tercinta yaitu Gema Afriadi, Desi Mayang Sari, Safana Nur Afni dan Azmi Alhafiz serta seluruh keluarga besar penulis yang telah memberikan perhatian dan dukungan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis juga ingin menyampaikan rasa hormat dan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Khairunnas, M.Ag selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau beserta Staf.

2. Ibu Dr. Hj. Mahyarni, SE,MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

3. Bapak Kamaruddin, S.Sos, M.Si selaku Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

4. Bapak Dr. Mahmuzar, M.Hum selaku Wakil Dekan II Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

5. Ibu Dr. Juliana, SE, M.Si selaku Wakil Dekan III Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

6. Ibu Faiza Muklis, SE, M.Si, Ak selaku Ketua Jurusan S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

7. Bapak Nasrullah Djamil, SE, M.Si, Ak. CA, selaku Penasehat Akademik, terimakasih atas waktu, nasehat, masukan dan motivasi yang diberikan kepada penulis selama masa perkuliahan ini.

8. Bapak Andri Novius, SE, M.Si. Ak, CA selaku Pembimbing Proposal dan Skripsi yang telah meluangkan waktu dan memberikan arahan, masukan

(10)

v

dan sumbangan pikiran kepada penulis untuk menyusun dan menyelesaikan penulisan skripsi ini.

9. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang berharga kepada penulis selama perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.

10. Biro administrasi, staff dan seluruh pegawai yang telah membantu penulis dalam mengurus segala surat yang diperlukan selama perkuliahan di Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

11. Sahabat-sahabat terbaik penulis yaitu Nurhafizah, Mia Marlisa, Dwi Indah Sari, Tania, Riska Jayadi, Nurul Aysa, Salindri, Siti Aisyah. Terima kasih atas waktu, tenaga, pikiran serta selalu memberikan dukungan dan motivasi ketika penulis mulai patah semangat dalam mengerjakan skripsi.

12. Teman-teman Akuntansi S1 terutama kelas B angkatan 2018 dan Kelas A konsentrasi Akuntansi Audit serta teman-teman KKN Desa Mahato Rokan Hulu yang selalu memberi bantuan dan informasi selama kuliah di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

13. Teman seperbimbingan Putriani, Teman seperkajian Anjelina, Senior terbaik Mutia Merantika Deditya yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

14. Seluruh pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini.

(11)

vi

Semoga segala bantuan dari berbagai pihak mendapat imbalan disisi Allah SWT sebagai amal ibadah. Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kepada pembaca skripsi ini agar memberikan kritik dan saran yang membangun, penulis harapkan untuk perbaikan-perbaikan kedepannya. Semoga tugas akhir ini dapat membantu dan bermanfaat.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Pekanbaru, 10 Januari 2023 Penulis

Fitriana

(12)

vii DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Manfaat Penelitian ... 12

1.5 Sistematika Penulisan ... 13

BAB II LANDASAN TEORITIS ... 15

2.1 Landasan Teori ... 15

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) ... 15

2.2 Fraud (Kecurangan) ... 16

2.3 Kecurangan Laporan Keuangan ... 18

2.4 Fraud Pentagon ... 21

2.5 Pandangan Islam Terhadap Kecurangan ... 32

2.6 Penelitian Terdahulu ... 35

2.7 Kerangka Pemikiran ... 39

2.8 Hipotesis Penelitian ... 40

BAB III METODE PENELITIAN ... 52

3.1 Desain Penelitian ... 52

3.2 Variabel Penelitian ... 52

3.2.1 Variabel Dependen ... 53

3.2.2 Variabel Independen ... 55

3.3 Definisi Operasional Variabel ... 56

(13)

viii

3.4 Populasi dan Sampel... 64

3.5 Jenis dan Sumber Data ... 67

3.6 Metode Pengumpulan Data ... 68

3.7 Teknik Analisis Data ... 68

3.7.1 Statistik Deskriptif ... 68

3.7.2 Uji Asumsi Klasik ... 68

3.7.3 Pemilihan Regresi Model Data Panel ... 71

3.7.4 Uji Hipotesis ... 75

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 80

4.1 Gambaran Umum Perusahaan Sub Sektor Makanan dan Minuman pada Bursa Efek Indonesia ... 80

4.2 Analisis Statistik Deskriptif ... 81

4.3 Uji Asumsi Klasik ... 88

4.3.1 Uji Multikolinieritas ... 88

4.3.2 Uji Heteroskedastisitas ... 88

4.4 Pemilihan Regresi Model Data Panel ... 90

4.4.1 Model Data Panel... 91

4.4.2 Pemilihan Model ... 94

4.5 Uji Hipotesis ... 97

4.5.1 Analisis Regresi Data Panel ... 97

4.5.2. Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t) ... 101

4.5.3 Uji Signifikan Keseluruhan (Uji Statistik F) ... 106

4.5.4 Analisis Koefisien Determinasi (R2) ... 106

4.6 Pembahasan ... 107

4.6.1 Pengaruh Financial Stability Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan ... 107

4.6.2 Pengaruh Financial Target Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan ... 109

4.6.3 Pengaruh External Pressure Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan ... 110

(14)

ix

4.6.4 Pengaruh Institutional Ownership Terhadap Kecurangan

Laporan Keuangan ... 112

4.6.5 Pengaruh Nature of Industry Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan ... 113

4.6.6 Pengaruh Ineffective Monitoring Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan ... 114

4.6.7 Pengaruh Quality of External Audit Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan ... 115

4.6.8 Pengaruh Change in Auditor Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan ... 116

4.6.9 Pengaruh Change in Director Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan ... 117

4.6.10 Pengaruh Frequent Number of CEO Picture Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan ... 118

BAB V PENUTUP ... 120

5.1 Kesimpulan ... 120

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 121

5.3 Saran ... 122

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(15)

x

DAFTAR TABEL

2.6.1 Penelitian Terdahulu ... 35

3.3.2 Definisi Operasional Variabel ... 63

3.4.1 Jumlah Populasi ... 64

3.4.2 Kriteria Penentuan Sampel Penelitian ... 66

3.4.3 Jumlah Sampel Penelitian ... 67

4.1 Sampel Penelitian ... 81

(16)

xi

DAFTAR GAMBAR

2.4.1 Fraud Pentagon ... 22

2.7.1 Kerangka Pemikiran ... 39

4.1 Hasil Statistik Deskriptif ... 81

4.2 Hasil Uji Multikolinieritas ... 88

4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 90

4.4 Hasil Uji Common Effect Model ... 91

4.5 Hasil Uji Fixed Effect Model ... 92

4.6 Hasil Uji Random Effect Model ... 93

4.7 Hasil Uji Chow ... 95

4.8 Hasil Uji Hausman ... 97

4.9 Model Regresi Data Panel Terpilih Fixed Effect Model ... 98

(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Laporan keuangan merupakan catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang berguna untuk menunjukan baik atau tidaknya kinerja perusahaan tersebut. Berdasarkan PSAK No.1 menjelaskan bahwa laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas dengan tujuan untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomis (Alfarizy, 2020). Laporan keuangan yang dihasilkan suatu perusahaan harus akurat dan andal (reliable) agar para pemakai laporan keuangan seperti stakeholders, investor, dan kreditor dapat mengambil keputusan ekonomi dan kinerja perusahaan dapat dinilai baik oleh para pemakai laporan keuangan.

Manajemen perusahaan merupakan salah satu pihak yang terlibat dalam pembuatan laporan keuangan. Manajemen perusahaan juga merupakan pihak yang terlibat dalam menjalankan kegiatan bisnis seorang pemegang saham seperti investor. Dalam menjalankan kegiatan bisnis, investor membutuhkan pihak atau agen yang dapat menjalankan kegiatan operasional perusahaan. Sebagai pemegang saham, para investor akan menunjuk manajemen sebagai pihak untuk menjalankan kegiatan bisnisnya.

(18)

2

Hubungan antara manajemen dan pemegang saham (principal) dijelaskan dalam teori agensi. Teori agensi menjelaskan tentang hubungan yang timbul dari kontrak kerja antara principals (pemegang saham) dan agen (manajemen perusahaan). Principals mendelegasikan beberapa wewenang kepada manajemen untuk menjalankan perusahaan dan memaksimalkan keuntungan pemegang saham. Selain dapat memaksimalkan laba perusahaan, manajemen juga dituntut mengungkapkan keadaan sebenarnya suatu perusahaan. Dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan, perusahaan tidak selamanya mengalami laba. Hal tersebut dapat terjadi disebabkan keadaan eksternal seperti kebijakan pemerintah yang merugikan perusahaan, atau keadaan internal perusahaan. Kemudian agar kinerja perusahaan terlihat baik, hal ini memicu manajemen (agen) untuk melakukan kecurangan atas laporan keuangan (fraud) dengan memberikan informasi yang tidak wajar, tidak relevan dan tidak valid, sehingga laporan tidak disajikan sesuai dengan keadaan sebenarnya suatu entitas. Padahal, pemegang saham (principals) membutuhkan informasi yang sebenarnya sesuai dengan realita, supaya dapat mengambil keputusan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan.

Menurut Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), kecurangan (fraud) merupakan tindakan penipuan atau kekeliruan yang dilakukan seseorang atau badan yang mengetahui sesungguhnya bahwa kekeliruan dapat mengakibatkan timbulnya manfaat yang tidak baik kepada individu atau entitas atau pihak lain. Kecurangan dalam laporan keuangan

(19)

3

menyebabkan laporan keuangan tersebut tidak dapat diandalkan karena penyajiannya yang tidak jujur dan terdapat unsur yang menyesatkan para pemakai laporan keuangan dalam mengambil keputusan ekonomi.

Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) adalah lembaga yang melakukan survey dan penelitian mengenai kasus penipuan dan kecurangan dalam dunia bisnis di seluruh Negara yang mana anggota asosiasi ini terdiri dari para auditor yang memiliki kualifikasi tertentu dari seluruh Negara.

Menurut survey fraud Indonesia 2019 yang dilakukan ACFE menyatakan bahwa jenis Fraud yang paling merugikan Negara adalah korupsi (69,9%) sebesar Rp373.650.000.000, penyalahgunaan aset (20,9%) sebesar Rp257.520.000.000 dan kecurangan laporan keuangan (9,2%) sebesar Rp242.260.000.000. ACFE juga menyatakan bahwa salah satu media utama ditemukannya fraud disebabkan oleh laporan keuangan (38,9%) dan audit internal (23,4%). Meskipun persentase fraud yang disebabkan oleh kecurangan laporan keuangan tergolong kecil, namun kerugiannya cukup besar yaitu mencapai lebih dari Rp 242 Miliar (ACFE Indonesia, 2020).

Kasus kecurangan laporan keuangan telah banyak terjadi di Indonesia. Contohnya pada kasus perusahaan sub sektor makanan dan minuman yaitu pada PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (PT TPS Food).

Dilansir dari CNBC Indonesia, pada tahun 2017 PT Tiga Pilar Sejahtera diduga melakukan penggelembungan laporan keuangan perusahaan. PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) merupakan perusahaan yang bergerak dibidang produksi barang-barang consumer good. Dalam Rapat

(20)

4

Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada tanggal 30 Juli 2018, investor dan pemegang saham menolak laporan keuangan tahun buku 2017 karena ada dugaan penyelewengan dana. Hingga pada Oktober 2018 pemegang saham mengajukan investigasi pada laporan keuangan tahun 2017 yang diduga ada penyelewengan dana tersebut bersamaan dengan agenda penggantian direksi baru yang diadakan oleh komisaris dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB). Dalam laporan Hasil Investigasi Berbasis Fakta PT Ernst & Young Indonesia (EY) kepada manajemen baru AISA pada tanggal 12 Maret 2019, terdapat dugaan penggelembungan yang terjadi pada akun piutang usaha, persediaan dan aset tetap Grup AISA. Ditemukan fakta bahwa direksi lama melakukan penggelembungan dana senilai Rp4.000.000.000.000 kemudian ada juga temuan dugaan penggelembungan pendapatan senilai Rp662.000.000.000 dan penggelembungan lain senilai Rp329.000.000.000 pada pos EBITDA (laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi) (Monica Wareza, 2019).

Hingga akhirnya dilansir dari Kontan.co.id, pada tanggal 5 Agustus 2021 Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan memvonis dengan hukuman penjara 4 tahun dan denda Rp2.000.000.000 subsider tiga bulan penjara kepada dua mantan direksi PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.

Keduanya dinyatakan bersalah karena telah melakukan manipulasi laporan keuangan 2017 dengan tujuan untuk mengerek harga saham perseroan (Sugeng Adji Soenarso, 2021)

(21)

5

Dari kasus kecurangan laporan keuangan tersebut, ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kecurangan dalam laporan keuangan.

Faktor-faktor tersebut ada dalam teori yang menjelaskan penyebab terjadinya kecurangan laporan keuangan yaitu yang pertama teori fraud triangle oleh Cressey (1953). Pada teori fraud triangle dijelaskan bahwa faktor kecurangan laporan keuangan disebabkan oleh 3 faktor, yaitu tekanan (pressure), kesempatan (opportunity), dan rasionalisasi (rationalization), kemudian teori fraud triangle dikembangkan lagi oleh Wolfe dan Hermanson (2004) menjadi fraud diamond dengan menambahkan satu faktor yaitu kemampuan (capability), kemudian Crowe (2011) mengembangkan teori fraud diamond menjadi teori fraud pentagon dengan mengubah satu faktor berupa kemampuan (capability) menjadi kompetensi (competence) dan menambahkan satu faktor yaitu arogansi (arrogance) (Rahman Siddiq et al., 2017).

Berdasarkan kasus kecurangan laporan keuangan dan teori penyebab kecurangan laporan keuangan diatas maka dilakukan penelitian ini dengan melakukan pengujian untuk mendeteksi kecurangan laporan keuangan dengan menggunakan teori fraud pentagon. Ada 5 faktor dalam teori fraud pentagon yang dapat menyebabkan kecurangan, yang pertama yaitu tekanan (pressure). Tekanan dapat diartikan sebagai dorongan seseorang untuk melakukan tindakan kecurangan, tekanan yang terjadi pada setiap orang bisa berbagai macam seperti gaya hidup yang berlebihan, tuntutan keuangan, dan permasalahan keluarga yang berhubungan dengan ekonomi. Kemudian

(22)

6

faktor yang kedua yaitu kesempatan (opportunity) adalah peluang yang dapat dilakukan seseorang dalam melakukan kecurangan. Kemudian faktor yang ketiga yaitu rasionalisasi (rationalization) artinya seseorang mencari cara untuk membenarkan apa yang ia lakukan meskipun mengandung fraud.

Kemudian faktor yang keempat yaitu kompetensi (competence) artinya seseorang memiliki kemampuan untuk melakukan kecurangan. Yang terakhir faktor kelima yaitu arogansi (arrogance) adalah sifat serakah dan jiwa superioritas hak yang dimiliki seseorang dan menganggap pengendalian internal dan kebijakan tidak berlaku untuknya dalam melakukan kecurangan.

Penelitian yang berkaitan dengan kecurangan laporan keuangan telah banyak dilakukan beberapa tahun belakangan dan menjadi referensi penelitian ini. Salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Helda F.

Bawekes, Aaron M.A., Simanjuntak, SE., M.Si, CBV, CMA, dan Sylvia Christina Daat, SE., M.Sc. Ak (2018). Hasil penelitiannya adalah financial target berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap fraudulent financial reporting, financial stability berpengaruh positif dan signifikan terhadap fraudulent financial reporting, external pressure berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap fraudulent financial reporting, institutional ownership berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap fraudulent financial reporting, ineffective monitoring berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap fraudulent financial reporting, kualitas auditor eksternal berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap fraudulent

(23)

7

financial reporting, changes in auditor berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap fraudulent financial reporting, pergantian direksi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap fraudulent financial reporting, dan frequent number of CEO picture berpengaruh positif dan signifikan terhadap fraudulent financial reporting.

Selain itu ada juga penelitian yang dilakukan oleh Fitri Damayani, Tertiarto Wahyudi, dan Emylia Yuniate (2017). Hasil penelitiannya adalah secara parsial sifat industri berpengaruh positif terhadap kecurangan laporan keuangan, sedangkan stabilitas keuangan berpengaruh negatif terhadap kecurangan laporan keuangan, target keuangan berpengaruh negatif terhadap kecurangan laporan keuangan, tekanan pihak luar berpengaruh negatif terhadap kecurangan laporan keuangan, kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap kecurangan laporan keuangan, pengawasan yang tidak efektif berpengaruh negatif terhadap kecurangan laporan keuangan, pergantian auditor berpengaruh negatif terhadap kecurangan laporan keuangan, pergantian dewan direksi berpengaruh negatif terhadap kecurangan laporan keuangan, dan frekuensi kemunculan gambar CEO berpengaruh negatif terhadap kecurangan laporan keuangan dan secara simultan seluruh variabel berpengaruh positif terhadap kecurangan laporan keuangan.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Mutiara Deditya Merantika (2019). Hasil penelitiannya adalah variabel financial stability, financial target, external pressure, personal financial need, institutional

(24)

8

ownership, ineffective monitoring, quality of external audit, change in auditor, change in director, dan frequent number of CEO secara parsial maupun simultan tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan.

Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh Helda F. Bawekes, Aaron M.A., Simanjuntak, SE., M.Si, CBV, CMA, dan Sylvia Christina Daat, SE., M.Sc. Ak (2018) yang peneliti jadikan sebagai jurnal acuan. Perbedaan dan keterbaruan penelitian ini dengan penelitian tersebut yang membuat penelitian ini layak diteliti yaitu pada variabel dependen peneliti menambah variabel Nature of Industry dalam penelitian. Nature of industry merupakan suatu keadaan ideal dari perusahaan dalam lingkungan industri. Peraturan industri tempat perusahaan beroperasi menjadi salah satu celah bagi perusahaan untuk melakukan tindakan kecurangan laporan keuangan. Munculnya celah tersebut disebabkan peraturan industri yang menuntut perusahaan untuk mempunyai keahlian dalam melakukan estimasi terhadap akun-akun yang nilainya dihitung berdasarkan penilaian subjektif. Tiffani & Marfuah (2015) menjelaskan bahwa terdapat akun-akun tertentu dalam laporan keuangan yang saldonya ditentukan oleh perusahaan berdasarkan suatu estimasi, misalnya akun piutang tak tertagih. Disinilah dapat timbul kesempatan untuk melakukan kecurangan laporan keuangan. Penelitian yang dilakukan oleh Sihombing & Rahardjo (2014) menunjukkan bahwa sifat industri yang diproksi dengan rasio perubahan piutang berpengaruh secara signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. Mereka menjelaskan bahwa

(25)

9

peningkatan jumlah piutang perusahaan dari tahun sebelumnya dapat menjadi indikasi bahwa perputaran kas perusahaan tidak baik. Banyaknya piutang usaha yang dimiliki perusahaan akan mengurangi jumlah kas yang dapat digunakan perusahaan untuk kegiatan operasionalnya. Terbatasnya kas dapat menjadi dorongan bagi manajemen untuk memanipulasi laporan keuangan. Hal ini menjadi alasan peneliti menambahkan variabel tersebut untuk melakukan penelitian ulang pada objek penelitian yang berbeda.

Kemudian yang menjadi objek penelitian ini yaitu perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI sesuai dengan fenomena yang terjadi serta pada penelitian ini periode pengamatan dilakukan pada periode 2017-2021. Pengujian variabel dependen pada penelitian ini juga dilakukan dengan pengujian menggunakan pengukuran Fscore dan pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi data panel. Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk mengangkat judul penelitian yaitu

“Pengaruh Faktor-faktor Fraud Pentagon Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan” dengan melakukan studi empiris pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2017-2021.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah financial stability berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2017-2021?

(26)

10

2. Apakah financial target berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2017-2021?

3. Apakah external pressure berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2017-2021?

4. Apakah institutional ownership berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2017-2021?

5. Apakah nature of industry berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2017-2021?

6. Apakah ineffective monitoring berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2017-2021?

7. Apakah quality of external audit berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2017-2021?

8. Apakah change in auditor berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2017-2021?

(27)

11

9. Apakah change in director berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2017-2021?

10. Apakah frequent number of CEO picture berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2017-2021?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh financial stability terhadap kecurangan laporan keuangan pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2017-2021.

2. Untuk mengetahui pengaruh financial target terhadap kecurangan laporan keuangan pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2017-2021.

3. Untuk mengetahui pengaruh external pressure terhadap kecurangan laporan keuangan pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2017-2021.

4. Untuk mengetahui pengaruh institutional ownership terhadap kecurangan laporan keuangan pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2017-2021.

5. Untuk mengetahui pengaruh nature of industry terhadap kecurangan laporan keuangan pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2017-2021.

(28)

12

6. Untuk mengetahui pengaruh ineffective monitoring terhadap kecurangan laporan keuangan pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2017-2021.

7. Untuk mengetahui pengaruh quality of external audit terhadap kecurangan laporan keuangan pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2017-2021.

8. Untuk mengetahui pengaruh change in auditor terhadap kecurangan laporan keuangan pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2017-2021.

9. Untuk mengetahui pengaruh change in director terhadap kecurangan laporan keuangan pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2017-2021.

10. Untuk mengetahui pengaruh frequent number of CEO picture terhadap kecurangan laporan keuangan pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2017-2021.

1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Sebagai pengembangan ilmu akuntansi khususnya pada bidang akuntansi forensik tentang faktor-faktor yang bisa mempengaruhi perusahaan untuk melakukan kecurangan terhadap laporan keuangan menggunakan elemen indikator yang berasal dari fraud pentagon theory.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Perusahaan

(29)

13

Sebagai pertimbangan bagi manajemen sebagai penanggung jawab serta agen dalam melindungi pemegang saham. Manajemen juga harus mengetahui faktor-faktor yang dapat menyebabkan kecurangan serta dampak yang ditimbulkan agar tidak terdapat kesalahan dalam pengambilan keputusan serta menjaga nama baik perusahaan.

b. Bagi Investor

Sebagai pertimbangan bagi investor untuk lebih berhati-hati dalam menilai dan menganalisis suatu perusahaan terhadap kemungkinan terjadinya suatu kecurangan agar investasinya berada di perusahaan yang tepat.

1.5 Sistematika Penulisan

Agar pembahasan ini lebih sistematis dan terarah, maka penulis membagi pembahasan dalam 5 (lima) bab. Masing-masing bab akan membahas masalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORITIS

Bab ini membahas landasan teori yang digunakan sebagai dasar dan bahan acuan dalam penelitian, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran dan pengembangan hipotesis.

BAB III : METODE PENELITIAN

(30)

14

Pada bab ini menjelaskan bagaimana tentang desain penelitian, variabel-variabel penelitian, penentuan populasi dan sampel, jenis dan sumber data, dan metode analisis data.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini menjelaskan tentang analisis hasil penelitian dan pembahasan.

BAB V : PENUTUP

Pada bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dari hasil dan pembahasan, keterbatasan penelitian serta saran yang diberikan berhubungan dengan pembahasan penelitian.

(31)

15

BAB II

LANDASAN TEORITIS 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan (agency theory) merupakan suatu kontrak dimana satu atau lebih orang (principal) memerintah orang lain (agent) untuk dapat melakukan suatu jasa atas nama principal dan memberikan wewenang kepada agent agar dapat membuat keputusan yang terbaik untuk principal (Jensen dan Meckling, 1976 dalam Rahman Siddiq et al., 2017). Principal adalah pemegang saham dan agent adalah manajemen perusahaan. Manajemen sebagai pihak yang dikontrak pemegang saham harus bekerja menjalankan kegiatan operasional perusahaan demi kepentingan pemegang saham. Manajemen juga telah diberi kekuasaan untuk membuat keputusan terbaik bagi pemegang saham. Oleh karena itu manajemen wajib mempertanggungjawabkan semua upayanya dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan kepada pemegang saham.

Dalam menjalankan operasional perusahaan, manajemen dituntut untuk dapat mempertahankan laba perusahaan atau meningkatkan laba perusahaan. Padahal kinerja perusahaan tidak selalu berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Namun demi menjaga laba perusahaan dan nama baik perusahaan serta untuk tetap mendapatkan kepercayaan pemegang saham, manajemen sering sekali berusaha melakukan yang terbaik dengan segala

(32)

cara. Hal ini menimbulkan conflict of interest antara manajemen dengan pemegang saham. Demi memenuhi tuntutan pemegang saham agar perusahaan mencapai target laba perusahaan dan tidak merugi, akhirnya hal ini membuat manajemen dapat melakukan kecurangan laporan keuangan perusahaan agar kinerja perusahaan yang dijalankan dinilai baik.

2.2 Fraud (Kecurangan) a. Definisi Fraud

Menurut Association of Certified Fraud Examiners (ACFE, 2016 dalam Merantika, 2019) fraud merupakan perbuatan-perbuatan yang dilakukan dengan sengaja yang melawan hukum untuk suatu tujuan tertentu yaitu memanipulasi atau memberikan laporan keliru kepada pihak lain dan dilakukan oleh orang-orang dari luar atau dalam suatu organisasi demi mendapatkan keuntungan pribadi atau kelompok dengan secara langsung maupun tidak langsung merugikan pihak lain. Fraud (kecurangan) merupakan penipuan yang disengaja yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang menimbulkan kerugian tanpa diketahui oleh pihak yang dirugikan tersebut dan memberikan keuntungan bagi pihak yang melakukan kecurangan tersebut. Kecurangan sering kali terjadi karena adanya tekanan dalam diri individu atau kelompok untuk melakukan penyelewengan atau dorongan untuk memanfaatkan kesempatan yang ada dan juga dikarenakan adanya pembenaran (diterima secara umum) terhadap tindakan kecurangan tersebut (Putri, 2012).

(33)

Fraud sering terjadi dalam sebuah organisasi perusahaan maupun pemerintahan. Pada intinya fraud dalam perusahaan merupakan perbuatan kecurangan yang disengaja yang dilakukan dengan ketidakjujuran. Fraud dapat dilakukan oleh siapa saja, baik karyawan maupun pimpinan perusahaan yang dapat mengakibatkan kerugian perusahaan, baik kerugian secara financial maupun non-financial. Tindakan fraud yang merugikan perusahaan juga dapat membawa perusahaan menuju kebangkrutan (Putri, 2012).

b. Tipologi Fraud

Association of Certified Fraud Examiners (ACFE, 2018 dalam Merantika, 2019) membagi fraud dalam 3 tipologi tindakan, yaitu :

1) Penggelapan aset (asset missapropriation), meliputi tindakan penyalahgunaan atau pencurian aset atau harta milik perusahaan atau pihak lain dan mempunyai sifat tangible atau dapat dilakukan perhitungan

2) Korupsi (corruption), merupakan salah satu bentuk kecurangan yang sudah sering terjadi akibat lemahnya supremasi hukum, tata kelola yang belum memadai serta kurangnya kesadaran dari pelaku korupsi secara moral. Jenis fraud ini sulit untuk dideteksi perbuatannya karena pihak-pihak yang melakukan korupsi sama-sama menikmati keuntungan. Termasuk didalamnya juga terdapat penyalahgunaan

(34)

jabatan, hak dan wewenang, politik dan konflik kepentingan, penyuapan, penerimaan yang tidak sah, serta pemerasan.

3) Kecurangan Laporan Keuangan (fraudulent financial statement), adalah kecurangan yang dilakukan dengan cara merekayasa laporan keuangan agar mendapat keuntungan. Laporan keuangan yang dibuat tidak berdasarkan keadaan yang sebenarnya.

2.3 Kecurangan Laporan Keuangan

Australian Auditing Standard (ASS) mengartikan kecurangan laporan keuangan adalah perbuatan yang disengaja ataupun kelalaian dalam hal penyajian pelaporan keuangan yang digunakan untuk mengecoh para pengguna laporan keuangan, sedangkan menurut American Institute of Certified Public Accountant (AICPA, 2002 dalam Herviana, 2017) kecurangan laporan keuangan merupakan suatu kesengajaan atau kelalaian yang menyebabkan laporan keuangan tersebut salah saji sehingga menyesatkan para pemakainya. Berdasarkan uraian tentang pengertian kecurangan laporan keuangan diatas dapat disimpulkan bahwa melakukan kecurangan adalah suatu perbuatan yang disengaja maupun tidak disengaja dalam penyajian pelaporan keuangan, sehingga menyesatkan pemakai laporan keuangan dalam mengambil keputusan serta menetapkan kebijakan bagi entitas.

Berdasarkan SAS No. 99, salah saji yang muncul dari kecurangan laporan keuangan adalah salah saji yang disengaja atau penghilangan jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan dimana akibatnya

(35)

menyebabkan laporan keuangan tidak disajikan, dalam semua hal, yang sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum (GAAP). Ada beberapa cara yang dilakukan dalam melakukan kecurangan pelaporan keuangan, antara lain :

a. Manipulasi, pemalsuan, atau perubahan catatan akuntansi atau dokumen pendukung dari mana laporan keuangan disiapkan.

b. Kesalahan penyajian atau penghilangan yang disengaja dari laporan keuangan tentang peristiwa, transaksi, atau informasi penting lainnya.

c. Kesalahan dalam penerapan prinsip akuntansi terkait dengan jumlah, klasifikasi, cara penyajian, atau pengungkapan.

Pelaporan keuangan yang memiliki unsur kecurangan didalamnya dapat mengakibatkan turunnya suatu integritas atau keandalan dari informasi keuangan tersebut dan dapat mempengaruhi berbagai pihak yang bersangkutan.

Menurut Purba (2015 dalam Badrus, 2017), ada beberapa alasan yang menyebabkan manajemen melakukan tindakan fraud atas laporan keuangan, antara lain untuk:

a. Meningkatkan kinerjanya dimata stakeholders yang meminta pertanggungjawabannya.

b. Menutupi ketidakmampuan manajemen dalam menghasilkan target/laba yang dibebankan kepadanya.

(36)

c. Memperoleh bonus atau kenaikan gaji karena adanya kenaikan kinerja perusahaan/organisasi/unitnya.

d. Menghilangkan persepsi yang negatif dari pemakai laporan dan pasar.

e. Memperoleh keuntungan dari penjualan saham atau dividen perusahaan/organisasi yang lebih tinggi.

f. Membayar jumlah pajak yang lebih kecil.

g. Memperoleh kredit atau sumber pembiayaan lainnya yang lebih menguntungkan.

Adapun Priantara (2013:90 dalam Badrus, 2017) menjelaskan teknik financial number game yang biasa digunakan oleh manajemen untuk memperindah laporan keuangan, antara lain sebagai berikut:

a. Aggressive Accounting: Penerapan dan pemilihan prinsip akuntansi yang dilakukan agar laba tahun berjalan lebih tinggi (higher current earnings), terlepas dari apakah praktik tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau tidak.

b. Earnings Management: Manipulasi laba secara aktif untuk target yang sebelumnya telah ditentukan, untuk proyeksi keuangan yang sebelumnya telah dibuat, atau untuk mendapatkan angka yang konsisten dengan arus kas dan tren laba yang tidak fluktuatif dan lebih berkelanjutan (smoother, more sustainable earnings stream).

(37)

c. Income Smoothing: Merupakan bentuk earnings management yang didesain untuk menghilangkan aliran laba yang fluktuatif, termasuk cara-cara untuk mereduksi dan “menyimpan” laba pada saat kinerja keuangan sedang membaik supaya laba tersebut dapat dimanfaatkan ketika kinerja keuangan sedang mengalami penurunan.

d. Fraudulent Financial Reporting: Penyajian keliru (misstatement) yang disengaja atau penyembunyian (omission) atas suatu angka atau pengungkapan didalam laporan keuangan yang bertujuan untuk memperdayai pemakai laporan keuangan.

e. Creative Accounting: Setiap langkah yang digunakan untuk memainkan angka-angka laporan keuangan, yang meliputi aggressive accounting, fraudulent financial reporting, income smoothing, earnings management.

2.4 Fraud Pentagon

Fraud pentagon adalah pengembangan dari fraud triangle yang dikembangkan oleh Cressey (1953) kemudian dikembangkan lagi oleh Wolfe dan Hermanson (2004) menjadi fraud diamond, kemudian Crowe (2011) mengembangkan teori fraud triangle dan fraud diamond menjadi fraud pentagon dengan mengubah faktor risiko fraud berupa capability menjadi competence yang memiliki pengertian yang sama dan Crowe juga menambahkan satu faktor risiko yaitu arrogance (Rahman Siddiq et al., 2017). Menurut Aprilia (2017) fraud pentagon memiliki skema

(38)

kecurangan yang lebih luas dan melibatkan manipulasi yang dilakukan oleh CEO atau CFO. Hal ini diakibatkan oleh banyaknya manipulasi laporan keuangan yang dilakukan oleh pejabat internal perusahaan karena memiliki wewenang dan akses informasi yang mudah atas laporan keuangan. Marks (2012 dalam Agustina & Pratomo, 2019) menjelaskan bahwa arogansi atau keserakahan sebanyak 70% dilakukan oleh CEO dan CFO didalam perusahaan karena mereka berpikir dengan memiliki jabatan, mereka memiliki kemampuan untuk dapat menghindari pengendalian internal dan tidak ada sanksi yang akan menjeratnya. ACFE Report to the Nation (2016:49 dalam Agustina & Pratomo, 2019) juga memperoleh bukti bahwa akibat dari jabatan CEO dan CFO ini perusahaan mengalami kerugian yang paling signifikan. Atas dasar ini , Crowe Howard menambah faktor arogansi didalam faktor-faktor pemicu fraud.

Gambar 2.4.1

Fraud pentagon theory by Crowe (2011, dalam Rahman Siddiq et al., 2017)

(39)

Berikut ini merupakan penjelasan dari faktor-faktor fraud pentagon yang dapat berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan, antara lain:

a. Tekanan (pressure)

Tekanan adalah dorongan bagi entitas untuk melakukan manipulasi laporan keuangan yang muncul saat terjadinya penurunan atau ketidakstabilan dalam prospek keuangan entitas, yang disebabkan oleh kondisi ekonomi, industri, ataupun operasi entitas (Hery, 2016:200 dalam Agustina & Pratomo, 2019).

Berdasarkan SAS No. 99, ada beberapa situasi yang mengakibatkan terjadinya tekanan (pressure) untuk melakukan tindakan kecurangan, antara lain:

1) Stabilitas Keuangan (financial stability)

Menurut SAS No. 99, Financial stability merupakan suatu keadaan yang menunjukkan stabilitas keuangan perusahaan dalam kondisi stabil. Keuangan perusahaan bisa dikatakan stabil dengan mengukur pertumbuhan keuangannya melalui penjualan perusahaan, nilai laba perusahaan per tahun dan pertumbuhan aset perusahaan. Apabila stabilitas keuangan perusahaan mengalami goncangan terhadap keadaan ekonomi, entitas yang beroperasi, dan industri maka manajer menghadapi tekanan sehingga terdorong dalam melakukan kecurangan laporan keuangan (Skousen et al., 2009, dalam Rahman Siddiq et al., 2017)

(40)

2) Target Keuangan (financial target)

Target keuangan merupakan keadaan yang membuat manajemen harus menerima tekanan dari perusahaan untuk dapat mencapai target perusahaan, target perusahaan yang ditekankan pada manajemen bisa berupa target keuangan, penjualan, atau return yang tinggi. Dalam hal ini, pihak manajemen akan berusaha untuk meningkatkan kinerjanya agar mencapai target perusahaan.

3) Tekanan Eksternal (external pressure)

Tekanan eksternal merupakan tekanan yang timbul dari pihak ketiga yang diterima oleh manajemen dalam memenuhi harapan mereka.

Harapan tersebut bisa berupa tuntutan dalam mencari tambahan modal atau tambahan utang. Sehingga membuat manajemen mencari cara agar dapat memenuhi harapan tersebut dengan kemungkinan melakukan kecurangan.

4) Kepemilikan Institusional (institutional ownership)

Kepemilikan institusional mempunyai kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen secara efektif melalui proses monitoring sehingga mengurangi terjadinya tindakan manajemen dalam melakukan manajemen laba. Persentase yang dimiliki institusi bisa mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai dengan kepentingan pihak manajemen. Apabila perusahaan dimiliki oleh lembaga keuangan yang disponsori oleh bank maka nilai perusahaan akan

(41)

menjadi lebih tinggi. Dalam hal ini, bank sebagai sebuah instansi serta pemilik dari perusahaan akan menjalankan fungsi monitoringnya atau pengawasan terhadap perusahaan dengan lebih baik dan investor percaya bahwa bank tidak akan melakukan kecurangan (Merantika, 2019).

b. Kesempatan (opportunity)

Kesempatan merupakan peluang seseorang untuk melakukan kecurangan. Peluang untuk melakukan kecurangan muncul ketika pengawasan yang tidak efektif dimana sistem pengendalian internal tidak berjalan secara efektif sehingga memberikan kesempatan untuk melakukan kecurangan (ACFE, 2016 dalam Merantika, 2019). Menurut Priantara (2013:46 dalam Ulfah et al., 2017) Opportunity adalah kesempatan yang memungkinkan terjadinya fraud. Para pelaku fraud mempercayai bahwa perbuatan mereka tidak akan terdeteksi.

Berdasarkan SAS No. 99 (2002, dalam Badrus, 2017) dalam faktor opportunity ada beberapa hal yang memotivasi terjadinya fraud antara lain:

1) Sifat Industri (nature of industry)

Nature of industry menyajikan peluang untuk kecurangan laporan keuangan, yang disebabkan oleh keadaan-keadaan sebagai berikut: (SAS No. 99, 2002:1750 dalam Badrus, 2017)

a) Transaksi signifikan dengan pihak yang berelasi yang tidak dilakukan dalam kondisi dan ketentuan bisnis normal atau

(42)

dengan entitas yang berelasi yang tidak diaudit atau diaudit oleh KAP lain.

b) Keadaan atau kemampuan keuangan yang kuat untuk mendominasi suatu sektor industri tertentu yang memungkinkan entitas untuk mendikte keadaan atau ketentuan kepada pemasok atau pelanggan, yang bisa mengakibatkan transaksi yang tidak semestinya atau transaksi yang tidak dilakukan dengan pihak yang tidak berelasi.

c) Aset, liabilitas, pendapatan atau biaya yang didasarkan pada estimasi signifikan yang melibatkan pertimbangan subjektif atau ketidakpastian yang sulit untuk mendukung hasil yang disajikan.

d) Transaksi yang signifikan, tidak dapat atau mengandung kompleksitas yang tinggi, terutama yang terjadi menjelang akhir periode pelaporan, yang menimbulkan pertanyaan sulit tentang “substansi melebihi bentuk”.

e) Operasi signifikan yang berlokasi atau dilakukan di lintas batas internasional dalam yurisdiksi yang mempunyai perbedaan lingkungan dan budaya bisnis.

f) Rekening bank, atau anak perusahaan atau kantor cabang yang signifikan di yurisdiksi yang merupakan tax-haven yang tampaknya tidak dilandasi oleh pertimbangan bisnis yang jelas.

(43)

Dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan adanya fraudulent financial statement dalam nature of industry berkaitan dengan lingkungan bisnis dari perusahaan itu dan operasional bisnis tersebut serta hubungannya dengan pihak-pihak yang berelasi dengan perusahaan. Keadaan-keadaan seperti itu memungkinkan adanya fraud dalam perusahaan.

2) Pengawasan Yang Tidak Efektif (ineffective monitoring)

Dalam SAS No. 99, menyatakan bahwa pengawasan yang tidak efektif (ineffective monitoring) oleh pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola proses pelaporan keuangan dan pengendalian intern yang tidak efektif dapat memotivasi adanya fraud. Jika pengendalian intern suatu perusahaan berjalan baik maka dapat mengurangi fraud, salah satunya melalui dewan komisaris independen. Komisaris independen merupakan anggota dewan komisaris yang tidak mempunyai hubungan afiliasi baik dengan pihak pemegang saham, direktur atau komisaris lainnya. Komisaris independen juga tidak bekerja rangkap dengan perusahaan namun memahami peraturan perundang-undangan serta kebijakan perusahaan. keberadaan dewan komisaris dapat meningkatkan pengawasan terhadap kinerja manajemen perusahaan, sehingga dapat mengurangi terjadinya fraud. Tetapi, jika pengawasan perusahaan terhadap manajemen lemah, maka akan memberikan

(44)

kesempatan kepada manajemen untuk melakukan perbuatan menyimpang sehingga terjadi fraud (Norbarani, 2012).

3) Kualitas Audit Eksternal (quality of external audit)

Kualitas auditor merupakan kemampuan dalam memperkirakan maupun menemukan serta melaporkan hasil dari proses audit yang dilakukan. Untuk mencapai kualitas audit yang baik pada prinsipnya auditor harus menerapkan standar dan prinsip audit, independen, patuh kepada hukum, dan mentaati kode etik profesi.

Auditor eksternal tergabung dalam sebuah perkumpulan atau organisasi yang disebut Kantor Akuntan Publik (KAP). Dalam menjalankan pekerjaannya, auditor eksternal mengaudit secara umum, keseluruhan atas laporan keuangan dan mereview kinerja laporan keuangan prospektif. Audit yang dilakukan oleh auditor, harus dilakukan oleh orang yang profesional, independen, dan kompeten dengan standar profesional akuntan yang berlaku.

Dengan demikian, hal yang dilarang dapat dihindari oleh akuntan publik serta memberikan opini yang sesuai dengan hasil audit (Merantika, 2019).

c. Rasionalisasi (Rationalization)

Rasionalisasi merupakan suatu sikap pembenaran seseorang terhadap perbuatan fraud yang sudah dilakukan. Sikap pembenaran tersebut mengartikan bahwa perbuatan fraud yang dilakukan bukanlah

(45)

suatu pelanggaran (Rahman Siddiq et al., 2017). Menurut Priantara (2013:47 dalam Ulfah et al., 2017) rasionalisasi terjadi karena seseorang mencari pembenaran atas tindakannya yang mengandung fraud. Para pelaku fraud meyakini bahwa perbuatannya bukan merupakan fraud melainkan suatu hal yang memang haknya, bahkan kadang pelaku merasa sudah berjasa karena sudah berbuat banyak untuk organisasi.

Rasionalisasi diproksikan dengan perubahan Kantor Akuntan Publik yang melakukan audit yang bertujuan mengupayakan penghapusan jejak audit supaya tidak ditemukan adanya fraud pada audit sebelumnya dan untuk menutupi risiko kecurangan yang dilakukan sehingga kemungkinan kecil untuk diketahui oleh auditor karena auditor baru belum sepenuhnya memahami keadaan perusahaan dengan baik (Rahman Siddiq et al., 2017). Perusahaan yang melakukan fraud akan lebih sering melakukan pergantian auditor karena untuk mengurangi kemungkinan pendeteksian tindak kecurangan laporan keuangan yang dilakukan oleh perusahaan serta perusahaan mempunyai kuasa untuk menekan auditor supaya mengubah pendeteksian kecurangan laporan keuangan yang dilakukan oleh auditor (Rachmawati, 2014).

d. Kemampuan (competence)

Kemampuan adalah keahlian yang dimiliki karyawan untuk mengabaikan kontrol internal, mengembangkan strategi penyembunyian, dan mengamati kondisi sosial untuk memenuhi kepentingan pribadinya.

(Crowe, 2011 dalam Rahman Siddiq et al., 2017). Kemampuan diartikan

(46)

sebagai posisi atau fungsi seseorang dalam organisasi (K et al., 2015 dalam Agustina & Pratomo, 2019). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Annisya et al., (2016) menyatakan bahwa posisi kecurangan yang dimaksud adalah CEO, direksi, dan kepala divisi lainnya.

Kemampuan individu adalah sifat dan keterampilan pribadi seseorang yang memegang peran besar dalam mencapai keterjadian dari suatu tindakan. Individu tersebut harus mempunyai kemampuan untuk mengenali peluang sebuah kesempatan dan pengambilan keputusan tersebut. Kemampuan menjadi kontribusi utama yang dianggap sebagai penyebab terjadinya fraud (Priantara, 2013 dalam Badrus, 2017).

Kemampuan dapat terjadi akibat adanya perubahan direksi.

Perusahaan yang melakukan fraud sering melakukan pergantian direksi karena pada masa ini terjadi stress period dimana kondisi perusahaan sedang tidak stabil. Selain itu, pergantian direksi yang sering dilakukan mencerminkan adanya kepentingan politik pada jajaran direksi dan sebagai upaya dalam mengurangi efektivitas kinerja manajemen karena harus beradaptasi dengan budaya kerja direksi yang baru (Septriani, 2018).

e. Arogansi (arrogance)

Arogansi adalah sikap superioritas atas hak yang dimiliki dan merasa bahwa kontrol internal dan kebijakan perusahaan tidak berlaku untuk dirinya (Crowe, 2011 dalam Rahman Siddiq et al., 2017).

Sedangkan menurut Aprilia (2017) menjelaskan bahwa arogansi adalah

(47)

sifat kurangnya hati nurani yang merupakan sikap superioritas atau adanya sifat congkak pada seseorang yang percaya bahwa kontrol internal tidak dapat diberlakukan secara pribadi. Tingkat arogansi yang tinggi bisa mengakibatkan terjadinya kecurangan karena arogansi yang dimiliki CEO bisa membuatnya melakukan cara apapun untuk mempertahankan posisi dan kedudukan yang dimilikinya sekarang.

Oleh sebab itu, frequent number of CEO picture adalah jumlah penggambaran seorang CEO dalam suatu perusahaan dengan menampilkan display picture ataupun profil, prestasi, foto, ataupun informasi lainnya mengenai track of record CEO yang dipaparkan secara berulang-ulang didalam laporan keuangan tahunan perusahaan (Crowe, 2011 dalam K et al., 2015 dalam Agustina & Pratomo, 2019). Banyaknya foto CEO yang terpampang dalam sebuah laporan keuangan perusahaan dapat menunjukkan tingkat arogansi dan superioritas yang dimiliki CEO tersebut (Rahman Siddiq et al., 2017)

Crowe (2011 dalam Yusuf, 2015 dalam Badrus, 2017) menyatakan bahwa ada lima unsur arogansi perspektif CEO, antara lain:

1) Mempunyai ego yang besar, CEO cenderung dipandang sebagai seorang selebriti daripada seorang pengusaha.

2) Mereka menghindari kontrol internal dan tidak bisa terjebak.

3) Mereka mempunyai sikap yang suka bullying.

4) Mereka berlatih gaya manajemen otokratis.

5) Mereka takut jika kehilangan posisi dan status mereka.

(48)

2.5 Pandangan Islam Terhadap Kecurangan

Dalam Islam perbuatan curang adalah perbuatan yang dilarang karena perbuatan curang bukanlah perbuatan yang terpuji justru perbuatan yang merugikan orang lain. Islam sangat melaknat perbuatan jinayah, dzalim dan tidak terpuji tersebut. Ada beberapa bentuk tindakan jinayah dalam bidang ekonomi yang dikenal dalam islam, yaitu Risywah (penyuapan), Ghulul (mengambil paksa hal orang lain), Sariqah (pencurian), Hirabah (perampokan), Al-maks (pungutan liar), Al-ikhtilas (pencopetan), dan Al-ihtihab (perampasan). Dari beberapa bentuk tindakan jinayah tersebut salah satu diantaranya seperti Ghulul (penggelapan) adalah bentuk kejahatan yang terbagi kedalam 4 macam, antara lain yaitu mencuri harta rampasan perang, menggelapkan uang kas Negara, menggelapkan zakat, dan hadiah untuk pejabat. Selanjutnya Risywah (penyuapan), bentuk kejahatan yang sering terjadi dalam bidang ekonomi seperti tender fiktif, pemilihan pemimpin suatu perusahaan atau institusi.

Adapun pelaku dalam tindakan kecurangan ini disebut dengan tathfif.

Dalam Al-Qur‟an pada surah Al-Muthaffifin, surah ke-83 ayat 1-6, Allah SWT berfirman :

{١}لا َيْيِفِّفَطُوْلِّل ٌلْيَو

{٣}ےلق َى ْوُزِظْخُي ْنُهْىًَُسَّوْوَا ْن ُه ْىُلبَكاَذِاَو{٢}ےلص َى ْىُف ْىَتْظَي ِضٌَّلا َلَع ْىُلَتْكا اَذِا َيْيِذـّلا

{٦}ےلق َيْيِوَلَعلا ِّةَزِل ُصبٌَّلا ُمْىُقَي َمْىَي{٥}لا ٍنْيِظَع ٍمْىَيِل{٤}لا َى ْىُثْىُعْبَّه ْنُهًََّا َكِئَلوُا ُّيُظَي َلاَا

(49)

1) Celakalah bagi orang-orang yang curang (dalam menakar dan menimbang).

2) (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka meminta dicukupkan.

3) Dan apabila mereka menakar atau menimbang (untuk orang lain), mereka mengurangi.

4) Tidaklah mereka itu mengira, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan.

5) Pada suatu hari yang besar.

6) (yaitu) pada hari (ketika) semua orang bangkit menghadap Tuhan seluruh alam.

Ayat ini menerangkan bahwasannya Allah SWT sangat membenci dan melaknat perbuatan curang, perbuatan tercela dan jinayah yang bisa merugikan orang lain, dzalim terhadap orang lain dan mementingkan diri sendiri. Allah SWT bahkan akan mengazab orang yang melakukan perbuatan tersebut dihari Pembalasan. Untuk itu, didalam kehidupan sehari-hari dibutuhkan lembaga yang bisa memberikan pengawasan dan jaminan keamanan dari tindakan keji tersebut.

Dalam islam terdapat istilah Hisbah dan Muhtasib. Hisbah merupakan suatu lembaga yang bertugas menjadi pengawas dalam kegiatan pasar. Namun, definisi tentang hisbah mulai berkembang seiring waktu berjalan. Di zaman modern ini, hisbah tidak hanya dikenal sebagai lembaga yang bertugas melakukan pengawasan terhadap pasar, tetapi juga

(50)

dikenal sebagai lembaga yang bertugas melakukan pengawasan terhadap kegiatan ekonomi, menetapkan aturan dalam pengawasan, mencegah segala bentuk kecurangan dan penipuan, serta mencegah kegiatan ekonomi dari monopoli. Hisbah sendiri dapat bersifat lembaga yang independen atau lembaga yang berada dibawah pemerintah. Dalam penelitian ini, hisbah sangat berperan penting dalam memberikan pengawasan yang memadai agar publik terlindungi dari tindakan kecurangan dan penipuan, atau dapat mencegah para pelaku ekonomi melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan nilai moral, baik berdasarkan syariat islam maupun nilai yang berkembang ditengah masyarakat. Dinegara kita sendiri bentuk dari hisbah ini adalah OJK (Otoritas Jasa Keuangan), KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), Pengadilan, Kepolisian, ICW (Indonesian Corruption Watch), Inspektorat, BPK (Badan Pemeriksaan Keuangan), BPKAD (Badan Keuangan dan Pembangunan), dan KAP (Kantor Akuntan Publik).

Hisbah sebagai lembaga yang melakukan pengawasan, maka diperlukan orang-orang yang menjalankan tugas dari lembaga hisbah tersebut. Orang yang menjalankan tugas hisbah tersebut disebut dengan muhtasib. Untuk menjadi seorang muhtasib harus dapat berlaku adil, merdeka, memiliki pandangan atau wawasan luas dan tajam pemikirannya, teguh dalam pendirian agama, dan mempunyai pengetahuan tentang perbuatan-perbuatan kemungkaran yang terjadi dalam masyarakat. Dalam tatanan Negara kita yang dapat dikatakan muhtasib adalah seorang auditor,

(51)

polisi, dan hakim. Oleh karena itu peran hisbah sangat dibutuhkan dalam menjalankan roda ekonomi, supaya seluruh kebutuhan umat tercapai dan terlindungi, mengantarkan pada kemaslahatan dan mencegah pada kemungkaran. Hal ini sesuai dengan firman Allah :

َىْوُزُهْأَيم

ْعََ ُُءَيِلْوَا ْنُهُُْعََ ٌَِِِه ُْْوْلاَو َىْىٌُِه ُْْوْلاَوٍ

ُطَرَو َ َّاللَّ َىْىُعْيِطُيَو َةىَكَّشلا َىْىُت ُْْيَو َةىَلَّصلا َى ْىُوْيِقُيَو ْزَـكٌُْوْلا ِيَع َىْىَهٌَْيَو َفْوُزْعَوْلبَِ

ُُ َلْى

ےلق

{١١}نْيِكَح ٌشْيِشَع َ َّاللَّ َّىِا ےلق ٌٌ َُّاللَّ ُنُهُوَح ْزَـيَط َكِئَلوُا

Artinya : “Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka yang menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh berbuat yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, melaksanakan shalat, menunaikan zakat, dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah SWT. Sungguh, Allah maha perkasa lagi maha bijaksana.” (QS At-Taubah ayat 71)

2.6 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.6.1 No Nama dan

Tahun

Judul

Penelitian Persamaan Perbedaan Hasil penelitian 1 Merantika,

Mutiara Deditya (2019)

Pengaruh Faktor-faktor Fraud

Pentagon Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan Menggunakan Metode F- Score

Menggunakan variabel Financial Stability, Financial Target, External Pressure, Personal Financial Need, Institutional

Menambahkan variabel Nature of Industry.

Sampel dan periode meneliti berbeda.

Hasil

penelitiannya adalah seluruh variabel secara parsial maupun simultan tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan

(52)

Ownership, Ineffective Monitoring, Quality of External Audit, Change in Auditor, Change in Director, Frequent Number of CEO Picture.

Metode penelitian sama.

2 Helda F.

Bawekes, Aaron M.A.

Simanjuntak, SE., M.Si, CBV, CMA, dan Sylvia Christina Daat, SE., M.Sc. Ak (2018)

Pengujian Teori Fraud Pentagon Terhadap Fraudulent Financial Reporting (Studi Empiris Pada

Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011- 2015)

Menggunakan Variabel yang sama yaitu Financial Stability, Financial Target, External Pressure, Institutional Ownership, Ineffective Monitoring, Kualitas Auditor Eksternal, Change in Auditor Pergantian Direksi, Frequent Number of CEO Picture.

Menggunakan metode F-score untuk

mengukur kecurangan, menambahkan variabel baru yaitu Nature of Industry serta teknik analisis data berbeda.

Hasil penelitian ini adalah financial stability, kualitas auditor eksternal, change in auditor,

frequent number of CEO picture berpengaruh positif, sedangkan financial target, external

pressure, institutional ownership, ineffective monitoring, dan pergantian direksi berpengaruh negatif.

3 Pungky Aji Pamungkas (2018)

Analisis Faktor Risiko

Kecurangan Teori Fraud Pentagon Dalam Mendeteksi

Menggunakan variabel yang sama yaitu stabilitas keuangan, target keuangan,

Menambahkan institutional ownership.

Teknik analisis data berbeda.

Hasil penelitian ini adalah tekanan eksternal, stabilitas

keuangan, target keuangan, dan

(53)

Financial Statement Fraud

tekanan eksternal, kebutuhan uang pribadi, ketidakefektif pengawasan, sifat industri, kualitas audit eksternal, pergantian auditor, pergantian direksi, frekuensi jumlah foto yang

terpampang.

Menggunakan F-score sebagai pengukuran kecurangan laporan keuangan.

pengaruh sifat industri berpengaruh positif signifikan.

Sedangkan kebutuhan keuangan pribadi,

ketidakefektifan pengawasan, kualitas auditor eksternal, pergantian auditor, pergantian direksi, dan jumlah foto yang terpampang tidak

berpengaruh.

4 Fitri Damayani, Tertiarto Wahyudi, dan Emylia Yuniate (2017)

Pengaruh Fraud Pentagon Terhadap Kecurangan Laporan

Keuangan pada Perusahaan Infrastruktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014- 2016

Menggunakan variabel yang sama yaitu stabilitas keuangan, target keuangan, tekanan pihak luar,

kepemilikan manajerial, pengawasan yang tidak efektif, sifat industri, pergantian auditor, pergantian dewan direksi, dan frekuensi kemunculan gambar CEO.

Menambah variabel baru yaitu kualitas auditor eksternal.

Teknik analisis data berbeda.

Hasil penelitian ini adalah secara parsial nature of industry

berpengaruh positif, sedangkan variabel lainnya berpengaruh negatif. Secara simultan seluruh variabel

berpengaruh positif.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

“Kecurangan Laporan Keuangan: Analisis Pengaruh Fraud Pentagon Menggunakan Beneish Model Pada Perusahaan Yang Menerapkan Asean Corporate Governance Scoreboard” Jurnal

Pengaruh Fraud Triangle terhadap Kecurangan Laporan Keuangan ( Studi Empiris Pada Perusahaan Sektor Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode

Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kecurangan Laporan Keuangan dengan Perspektif Fraud Diamond (Studi Empiris pada Perusahaan LQ-45 yang Terdaftar di BEI Tahun

Bagaimana faktor arrogance berpengaruh secara parsial terhadap kecurangan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang tercatat

“Pengaruh Perspektif Fraud Diamond Terhadap Kecenderungan Terjadinya Kecurangan (Fraud) dalam Pengelolaan Keuangan Desa (Studi Empiris pada Desa di Kabupaten Lombok

Analisis Pengaruh Fraud Pentagon Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan Menggunakan Beneish Model (Studi Empiris Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Dalam BEI

Pada mekanisme proteksi dengan menggunakan ekstrak bahan alam terhadap besi atau baja dari serangan korosi, reaksi yang terjadi yaitu antara logam Fe 2+ dengan medium korosif

Besar kecilnya nilai rasio tanggungan (DR) mempengaruhi kemampuan daerah tersebut dalam menghadapi bencana. Semakin besar DR, maka semakin besar risiko yang