• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi memberikan pengaruh yang besar terhadap aspek kehidupan masya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi memberikan pengaruh yang besar terhadap aspek kehidupan masya"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)

Nur AidaNur Aida

(10)
(11)
(12)

Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi memberikan pengaruh yang besar terhadap aspek kehidupan masyarakat, salah satunya dalam bidang pendidikan.

Indonesia saat ini menghadapi tantangan pandemi Covid-19 yang tidak hanya berdampak pada sektor ekonomi dan sosial, tetapi juga sektor pendidikan yang mau tidak mau harus mulai beradaptasi dengan perkembangan saat ini. Terkait hal itu dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 21 Tahun 2020 Tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam rangka percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 ( COVID-19) Pasal 4 Ayat (1) Pembatasan Sosial Berskala Besar paling sedikit meliputi a) Peliburan Sekolah dan tempat kerja, b) Pembatasan kegiatan keagamaan ; dan/ atau c) Pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum .Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran yang semula dilakukan secara tatap muka akan diubah menjadi pembelajaran non tatap muka. Program ini dikenal dengan pembelajaran online atau sistem e-learning atau pembelajaran online. Pembelajaran online merupakan pemanfaatan jaringan internet dalam proses pembelajaran (Isman, 2016: 587). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online artinya terhubung melalui jaringan komputer atau internet. Oleh karena itu, pembelajaran online merupakan upaya mendidik siswa secara tatap muka melalui jaringan atau internet yang ada.

(13)

1. QS Al-Dzariyaat/51: 56

اَم َو

ُ تْقَلَخ

ُ ن ِجْلٱ

َُسن ِْلْٱ َو

ُ لِّإ

ُِنو د بْعَيِل

Terjemahnya:

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”

2. QS Al Baqarah Ayat 286

ُفِّ لَكُي َل ُٰاللّ

اًسۡفَن َلِّا اَهَع ۡس ُو اَهَل ؕ

اَم ۡتَبَسَك اَهۡيَلَع َو اَم ۡتَبَسَت ۡكا اَنَب َر

اَن ۡذ ِّخاَؤُت َل ۡنِّا

اَنۡيِّسَن ۡوَا اَنۡاَط ۡخَا اَنَب َر ؕ

َل َو ۡلِّم ۡحَت اَن ۡيَلَع اًر ۡصِّا اَمَك هَت ۡلَمَح ىَلَع َن ۡيِّذَلا ۡنِّم اَنِّلۡبَق اَنَب َر ؕ َل َو اَن ۡلِّ مَحُت اَم َل َةَقاَط اَنَل هِّب ُف ۡعا َو اَنَع ۡرِّف ۡغا َو

اَنَل اَن ۡمَح ۡرا َو َت ۡنَا

اَنٮٰل ۡوَم اَن ۡرُصۡناَف ىَلَع

ِّم ۡوَقۡلا َنۡي ِّرِّف ٰكۡلا

Terjemahnya:

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.

Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa), "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir."

(14)

kebiasaan siswa yang semula populer, dan meskipun kegiatannya antusias karena berlangsung di rumah, lama-kelamaan siswa menjadi bosan karena melakukan rutinitas yang sama setiap hari. Selain itu, guru kurang fokus dan kecil dalam memberikan materi pada salah satu mata pelajaran. Sedikit lebih mudah menerapkan pembelajaran online jika materi yang biasanya didistribusikan di sekolah tidak disampaikan dalam format ceramah, namun di sisi lain, beberapa mata pelajaran sulit diterapkan jika tidak disebarkan dalam metode ceramah. Mungkin sulit untuk menerapkan pembelajaran online pada mata pelajaran ini, seperti ilmu sosial, untuk memahami siswa, akan tetapi siswa harus diberikan pemahaman tentang pembelajaran yang efektif.

Menurut (Rasimin, 2012: 119) dalam pembelajaran Ilmu Sosial, guru memiliki posisi tertentu seperti perannya sebagai guru Ilmu Sosial. Guru memiliki kendali penuh dalam pengkondisian kelas, penggunaan strategi, metode inovatif untuk variasi pembelajaran, dan pengaturan penyampaian materi Ilmu Sosial di kelas. Mata pelajaran Ilmu Sosial mencakup beberapa kompetensi yang memungkinkan siswa untuk menunjukkan perilaku arif, bertanggung jawab, perhatian dan santun, karena Ilmu Sosial mempunyai struktur dan hubungan yang jelas dan kuat antar konsep. Jika pelaksanaan pembelajaran online diterapkan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) maka guru sebagai penyampai materi harus memiliki pilihan lain selain ceramah dalam menyampaikan materi.

(15)

dan tidak maksimal seperti memberikan tugas kepada siswa yang tidak mengerti sama sekali tanpa menjelaskan materi dan langsung diterima. Terlepas dari kemudahan yang ada, menerapkan pembelajaran selama pandemi Covid-19 pasti memiliki beberapa keuntungan. Dalam situasi pembelajaran ini, guru perlu lebih sadar secara positif tentang bagaimana berkomunikasi dengan siswa menggunakan bahasa dan alat yang sangat berbeda. Penggunaan variasi pembelajaran online harus dimanfaatkan sebaik- baiknya oleh guru. Hal ini untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran pada saat terjadi pandemi di kurun waktu yang tidak pasti dimana penerapan pembelajaran berani ini berakhir.

.

Keterampilan mengajar adalah keterampilan yang kompleks, yang pada dasarnya merupakan integrasi lengkap dari sejumlah besar keterampilan. Seorang guru tidak hanya dibebani dengan materi pelajaran tetapi guru juga memiliki tanggung jawab yang besar, termasuk beban yang menuntut kesabaran guru, mengemban amanah dan nasehat, serta melindungi siswa. Selain guru sebagai tenaga profesional di bidang pendidikan, guru juga harus memahami hal-hal yang bersifat filosofis dan konseptual, serta mengetahui dan melaksanakan hal-hal teknis, serta bersifat teknis yang merupakan pengelolaan dan melaksanakan interaksi belajar mengajar. Dalam mengelola interaksi belajar mengajar, guru setidaknya harus memiliki dua aset dasar,

(16)

penggunaan gaya mengajar guru yang interaktif, penerapan variasi pembelajaran yang menarik sesuai dengan kultur dan karakter siswanya. Proses pembelajaran yang bervariasi akan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Perasaan senang saat siswa belajar akan mempengaruhi semangat dan motivasi belajar siswa dalam memahami suatu materi. Hal ini menjadi dorongan sehingga daya pemahaman siswa dapat meningkat. Peningkatan daya pemahaman siswa terhadap suatu materi akan berbanding lurus dengan hasil belajar siswa yang juga akan ikut meningkat. Proses pembelajaran menjadi kunci pencapaian tujuan dan tempat pertukaran ilmu pengetahuan yang memfasilitasi siswa belajar. Guru memiliki peran untuk menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan dengan mevariasikan pembelajaran. Namun berbagai faktor dapat mempengaruhi kinerja seorang guru dalam menciptakan pembelajaran yang bervariasi. Tuntutan seorang guru terkait administrasi pembelajaran pun tidak bisa dibilang sepele. Proses perencanaan, proses pelaksanaan, tahap evaluasi serta sederet tanggung jawab, keterbatasan sarana dan kesejahteraan masih menjadi beban tersendiri.

Kegiatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar yaitu guru menjelaskan materi pelajaran, siswa memperhatikan dan mencatat, guru sesekali mengajukan pertanyaan untuk memotivasi siswa melalui pembelajaran daring di SD Inpres Layang Kota Makassar. Selama pengamatan, guru di SD SD Inpres Layang Kota Makassar sudah menunjukkan adanya pemanfaatan keterampilan mengadakan variasi pembelajaran

(17)

digunakan apa adanya sesuai dengan umpan balik yang diperoleh dari siswa.

Berdasarakan wawancara yang peneliti lakukan dengan guru di SD Inpres Layang Kota Makassar, alasan guru menggunakan keterampilan dalam pembelajaran IPS melalui Daring Learning yang mengatakan bahwa untuk menjamin keberlangsungan akses pembelajaran yang berkualitas dan menambah atau menguatkan bahan materi pembelajaran bagi siswa serta melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan aplikasi Zoom Cloud Meeting yang menjadikan guru lebih mudah bertatap muka dengan siswa melalui layar kaca. Dan yang lebih penting adalah guru dapat melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan efektif seperti kegiatan mengajar dengan tatap muka di kelas. Orangtua atau wali siswa juga harus ikut memantau anaknya ketika belajar di rumah. Dengan demikian tujuan pembelajaran akan tercapai dan disiplin protokol kesehatan dapat diterapkan sehingga diharapkan terhindar dari sebaran Covid-19.

Secara umum variasi pembelajaran yang digunakan guru bertujuan untuk menarik perhatian siswa agar tetap fokus dan aktif selama pembelajaran, sehingga materi yang disampaikan guru dapat dipahami siswa. Siswa juga diajarkan budi pekerti atau sopan santun bahwa selama guru masih berbicara menjelaskan materi diharapkan siswa tidak berbicara apalagi mengganggu teman yang sedang belajar. Selain itu, secara tidak langsung siswa juga diperkenalkan variasi pembelajaran yang digunakan serta cara menggunakannya.

(18)

pembelajarn IPS yang dilakukan guru kelas IV SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58 sudah baik. Hasil observasi dan wawancara menunjukkan bahwa semua komponen keterampilan mengadakan variasi sudah nampak, kecuali komponen variasi pengimplementasian media pembelajarn audio serta audio-visual. Hasil angket menggambarkan keterampilan variasi pembelajaran IPS yang dilakukan cukup baik dengan rata-rata persentase yaitu 74.98 %. Implikasi teoritis penelitian ini yaitu hasil penelitian dapat dijadikan sebagai acuan guru untuk meningkatkan keterampilan variasi pembelajaran. Sedangkan implikasi praktis penelitian ini bagi siswa yaitu menumbuhkan antusiasme belajar dan meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. Bagi guru penelitian ini memberi implikasi untuk peluang memperbaiki keterampilan mengajar, khususnya melakukan variasi pembelajaran IPS dan bagi sekolah memberikan masukan yang positif terhadap keberhasilan sekolah menyelenggarakan pendidikan, khususnya dalam keberhasilan guru dalam meningkatkan keterampilan variasi pembelajaran.

Penelitian juga dilakukan oleh Meisendi, Dena Yemin dan Riefki Fiestawa (2019) dengan judul “Variasi pembelajaran IPS terhadap ketercapaian kompetensi inti dalam kurikulum 2013 di Kota Bandung”. Pemilihan Variasi pembelajaran ini berlandaskan manfaat dan fungsinya yakni sebagai alat komunikasi antara guru dan peserta didik.

Ketika komunikasi antara guru dan peserta didik berjalan dengan baik maka pesan dan tujuan pembelajaran lebih mudah dicapai. Penelitian ini mengkaji gambaran

(19)

terhadap ketercapaian kompetensi inti pembelajaran IPS dengan skor loading factor sebesar 0.46, baik dengan pemanfaatan media cetak, media elektronik, maupun media realita. Ini didukung hasil analisis statistik deskriptif dan uji statistik hipotesis structural equality method (SEM). Secara lebih rinci digambarkan bahwa media cetak paling sering dipergunakan guru dengan persentase sebesar 94%, sedangkan variasi yang paling berpengaruh pada ketercapaian kompetensi inti adalah media realita dengan skor loading factor sebesar 0.876. Sedangkan kompetensi inti yang paling tercapai dengan pemanfaatan variasi penggunaan media pembelajaran adalah kompetensi spiritual dengan persentasi sebanyak 97.9%, sedangkan berdasarkan pengujian statistik kompetensi keterampilanlah yang paling dipengaruhi Variasi pembelajaran, dengan skor loading factor sebesar 0.899.

Penelitian selanjutnya oleh Nanik sulistyawati, Darmiyati Zuchdi dengan judul

“Implementasi variasi pembelajaran untuk peningkatan hasil belajar di SD Negeri 2 Kalijambe. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) implementasi variasi pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa kelas IIIa. Pada pratindakan nilai rata- rata kelas 45, ketuntasan klasikal 0%. Di akhir siklus I, nilai rata-rata kelas dan ketuntasan klasikal masing-masing 64 dan 23,08%. Akhir Siklus II, 71 dan 50%.

Sedangkan pada akhir siklus III, 77 dan 88,46%. Demikian pula pada kecenderungan berperilaku sesuai nilai target pada siswa kelas IIIa terus mengalami peningkatan, (2) kendala yang dihadapi meliputi: kurang intensifnya pengorganisasian kelompok, dan

(20)

penggunaan waktu dalam mempersiapkan pembelajaran dengan memanfaatkan media informasi yang ada.

Penelitian di atas, belum menjelaskan secara spesifik tentang bagaimana cara guru dalam mengimplementasikan pembelajaran IPS melalui Daring Learning, seperti penelitian yang dilakukan oleh Bastian (2019) hanya fokus pada penjelasan keterampilan dasar mengajar guru dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah dasar, dan belum menjelaskan tentang penggunaan variasi pembelajaran, sedangkan penelitian dilakukan oleh Hilna Putria, Luthfi Hamdani Maula, dan Din Azwar Uswatun (2020) hanya fokus pada penjelasan tentang Proses Pembelajaran dalam Jaringan (DARING) Masa Pandemi COVID-19 pada Guru Sekolah Dasar, namun tidak secara spesifik menjelaskan tentang bagaimana penggunaan variasi pembelajaran di sekolah dasar. Dan penelitian selanjutnya dilakukan oleh Fredy Hermanto, Asep Ginanjar, dan Noviani Achmad Putri (2019) fokus menjelaskan implementasinya pembelajaran IPS di SD di Kabupaten Batang, namun belum menggunakan proses pembelajaran Daring.

Hal inilah yang mendorong penulis untuk melakukan melihat sejauh mana pengembangan pendidikan anak akan bergantung pada proses pembelajaran menggunakan Daring Learning yang disampaikan oleh guru. Perkembangan pembelajaran siswa di rumah dalam masa pandemi Covid-19 akan sangat berbeda dengan perkembangan pembelajaran di sekolah, guru sebagai fasilitator memiliki berbagai inovasii dengan menggunakan variasi pembelajaran. Penjelasan di atas,

(21)

Berdasarkan uraian latar belakang di atas yang telah dikemukakan, ditetapkan rumusan masalah dalam penelitian:

• Bagaimana implementasi keterampilan guru dalam pembelajaran IPS di SD Inpres Layang Kota Makassar?

• Bagaimana implementasi keterampilan guru melalui daring learning di SD Inpres Layang Kota Makassar?

• Bagaimana implementasi keterampilan guru dalam pembelajaran IPS melalui daring learning di SD Inpres Layang Kota Makassar?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian, maka penelitian ini bertujuan:

• Mengetahui implementasi keterampilan guru dalam pembelajaran IPS di SD Inpres Layang Kota Makassar.

• Mengetahui implementasi keterampilan guru melalui daring learning di SD Inpres Layang Kota Makassar.

• Mengetahui implementasi keterampilan guru dalam pembelajaran IPS melalui daring learning di SD Inpres Layang Kota Makassar.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik bersifat teoretis maupun prakmatis, adapun manfaatnya yaitu:

(22)

dunia pendidikan dan memberi kontribusi nyata sebagai sumber referensi khususnya tentang kemampuan guru dalam pembelajaran IPS melalui Daring Learning pada pembelajaran IPS di sekolah dasar.

• Untuk pembaca atau peneliti lainnya

Hasil Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan bahan referensi bagi pembaca atau peneliti lainnya yang ingin melakukan penelitian berkaitan dengan keterampilan guru dalam menerapkan keterampilan guru dalam pembelajaran IPS melalui Daring Learning pada pembelajaran IPS di sekolah dasar.

• Manfaat Praktis

• Untuk guru

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai masukan bagi guru sekolah dasar tentang pentingnya menerapkan keterampilan guru dalam pembelajaran IPS melalui Daring Learning dalam proses pembelajaran, sehingga guru dapat meningkatkan profesionalitasnya untuk memperbaiki proses pembelajaran yang lebih baik.

• Untuk siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa untuk meningkatkan partisipasi dan keaktifan di dalam kelas sehingga dapat meningkatkan kualitas dan hasil belajar siswa.

• Untuk sekolah

(23)

pembelajaran.

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Hasil Penelitian

Keterampilan guru dalam mengimplementasikan variasi Pembelajaran IPS melalui Daring Learning di SD Inpres Layang Kota Makassar diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Wedyawati (2015) berjudul “Deskripsi Analisis Keterampilan Variasi Mengajar Guru IPA di SDN 12 Jerora Sintang”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa para guru IPA kelas IV dan V telah melakukan ketiga komponen keterampilan variasi mengajar dengan kategori baik. Adapun faktor pendukung dalam mengembangkan katerampilan variasi mengajar adalah fasilitas yang tersedia di sekolah seperti media dan lingkungan sekolah. Adapun faktor penghambat dalam keterampilan variasi mengajar adalah keterbatasan penggunaan media yang tersedia di sekolah. Upaya yang dilakukan guru adalah menciptakan media pembelajaran menggunakan benda yang ada disekitar siswa berkaitan dengan materi pembelajaran, serta mengembangkan variasi mengajar dan menerapkannya dalam proses belajar mengajar.

Santi (2015) yang berjudul “Analisis Keterampilan Guru dalam Mengadakan Variasi pada Pembelajaran Tematik Kelas II di SDN Purwantoro 2 Malang”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keterampilan mengadakan variasi yang dilakukan guru dapat

13

(25)

meningkatkan hasil belajar siswa. Penggunaan variasi dalam pemanfaatan media pembelajaran lebih dapat mengarahkan siswa kepada tujuan pengajaran sehingga guru membuat siswa lebih terfokus kepada materi yang disampikan dan dapat meningkatkan hasil belajar yang baik.

Itan Tanjilurohmah (2018) yang berjudul analisis tentang penggunaan keterampilan dasar mengajar bervariasi dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar (Penelitian Deskriptif di SDN Sirnasari Kecamatan Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya). Studi Deskriptif Tentang Penggunaan Keterampilan Dasar Mengajar Bervariasi. Dilatar belakangi oleh kebosanan siswa yang diakibatkan kurangnya pemahaman guru pada keterampilan bervariasi. Rumusan masalahnya bagaimana cara guru dalam menggunakan keterampilan mengadakan variasi. Metode yang digunakan adalah metode deskripstif kualitatif yang dilakukan secara wajar, apa adanya, sesuai dengan kondisi objek. Subjek penelitian, guru yang mengajar dikelas tinggi. Pengumpulan data dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisa data dilakukan melalui 3 tahap yaitu reduksi data, display data dan verifikasi. Temuan hasil penelitian meliputi:

keterampilan mengadakan variasi sudah dikuasai oleh guru. Akan tetapi ada satu komponen yang jarang digunakan yaitu variasi dalam media dan alat peraga. Dikarenakan fasilitas yang dipakai hanyalah fasilitas yang ada disekolah saja. Tetapi secara garis besar disimpulkan penggunaan keterampilan mengadakan variasi di SDN Sirnasari dikategorikan baik.

(26)

Damayanti, Nafiah (2020) yang berjudul Pelaksanaan Pembelajaran Daring terhadap Kegiatan Belajar Mengajar Mata Pelajaran IPS pada Siswa Kelas V A di MI Asas Islam Kalibening Tahun Pelajaran 2019/2020.

Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif penelitian yang memerlukan data berupa informasi secara deskriptif dengan teori yang dibangun berdasarkan data yang diperoleh. Dimana jenis penelitian ini dimasukkan dalam kategori kualitatif dari aspek data dan analisisnya.

Sumber data dalam penelitian ini meliputi data primer yakni wawancara dengan guru wali kelas dan siswa dan data sekunder yang berupa foto dan hasil observasi non partisipan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan dokumenatsi. Hasil penelitian ini, sebagai berikut: (A) Standar pelaksanaan pembelajaran daring mata pelajaran IPS pada siswa kelas V A di MI Asas Islam Kalibening tahun pelajaran 2019/2020 yang diantaranya: (1) Dari peserta didik diberi tahu menjadi peserta didik mencari tahu. (2) Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar. (3) Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi. (4) Pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah dan di masyarakat. (5) Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru siapa saja adalah peserta didik dan dimana saja adalah kelas dan (6) Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran. (B) Realita pelaksanaan

(27)

pembelajaran daring mata pelajaran IPS pada siswa kelas V A di MI Asas Islam Kalibening tahun pelajaran 2019/2020 diantaranya: (1) keefektifan pelaksanaan pembelajaran daring mata pelajaran IPS. (2) realita pelaksanaan pembelajaran daring di mata pelajaran IPS. (C) faktor penghambat pelaksanaan pembelajaran daring mata pelajaran IPS pada siswa kelas V A di MI Asas Islam Kalibening tahun pelajaran 2019/2020 yang diantaranya: (1) Faktor internal yang terdiri dari: (a) ketepatan waktu dalam mengikuti pembelajaran, (b) cara penyampaian guru, (c) kesulitan dalam menerima dan memahami materi dan (d) waktu pengumpulan tugas. (2) Faktor eksternal, faktor yang berasal dari lingkungan tempat siswa belajar dan latar belakang keluarga siswa yang berbeda-beda.

Anisa Nursaida (2019) dengan judul “Analisis Keterampilan Guru Mengadakan Variasi Pembelajaran dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di SD Negeri Tanjung. Dengan tujuan penelitian yaitu 1) Mengetahui keterampilan guru dalam mengadakan variasi pembelajaran dan hasil belajar siswa. 2) Mengetahui faktor yang mempengaruhi guru untuk mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan model deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Keterampilan guru dalam mengadakan variasi pembelajaran di SDN Tanjung cukup baik yaitu sebesar 68%.. Berdasarkan hasil analisis, guru di SDN Tanjung masih belum merencakan pembelajaran yang bervariasi, menggunakan metode konvensional dengan kegiatan yang monoton dan penggunaan

(28)

media yang belum maksimal. Hal ini dikarenakan terdapat faktor yang menghambat guru untuk menerapkan keterampilan variasi pembelajaran.

Faktor yang menghambat guru dalam melaksanakan pembelajaran yang bervariasi adalah: (1) Waktu dan pengalaman guru (2) karakter siswa (3) kegiatan untuk meningkatkan kualitas guru (5) kesejahteraan guru yang belum diperhatikan oleh pemerintah.

B. Tinjauan Teori dan Konsep 1. Keterampilan Guru

Kata “guru”, pikiran orang biasanya tertuju pada sosok abdi negara berpakaian formal lengkap dengan sepatu hitam, mondar-mandir di dalam ruang kelas memberikan pelajaran kepada siswa. Di hadapan “penguasa kelas” ini, siswa diam tertunduk takut, dan tidak lupa melipat tangan di atas meja dengan pandangan lurus ke depan. Menjadi guru yang efektif, menjadi tantangan di tengah ironi takdir yang menyelimuti seorang guru di Indonesia (Marno, 2017: 9).

Guru merupakan orang pertama mencerdaskan manusia, orang yang memberi bekal pengetahuan, pengalaman dan menanamkan nilai- nilai, budaya,dan agama terhadap anak didik dalam proses pendidikan.

Menurut Saiful Bahri Djamarah (2008:73) secara keseluruhan guru adalah figur yang menarik perhatian semua orang, entah dalam keluarga, dalam masyarakatatau sekolah.

Guru dalam mengembangkan keterampilan mengadakan variasi pembelajaran perlu untuk memperhatikan beberapa hal seperti

(29)

penggunakan variasi dengan wajar, perubahan satu jenis variasi ke variasi lainnya harus efektif, penggunaan variasi harus direncanakan dan sesuai dengan bahan, metode dan karakteristik peserta didik. Guru memiliki tanggung jawab untuk mendesain suatu proses pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa untuk belajar sesuai dengan karakter siswa. Proses pembelajaran harus didesain dengan mengkombinasikan berbagai gaya mengajar.

Variasi gaya mengajar guru merupakan perubahan dalam gaya mengajar yang dilakukan guru pada saat pembelajaran (Handayani, 2013:7). Dalam mevariasikan gaya mengajar guru perlu untuk mempertimbangkan kecenderungan gaya belajar siswa. Menurut Gadner dalam teorinya multiple intelligences mengungkapkan bahwa ada berbagai kecerdasan yang dimiliki anak. Hal ini berpengaruh dengan kecenderungan gaya belajar setiap siswa. Oleh karenanya semakin variatif kegiatan dalam proses pembelajaran maka akan semakin bermakna dan semakin mudah anak dalam menyerap suatu materi.

Guru yang efektif memiliki kemampuan dan sikap yang sanggup memberikan yang terbaik bagi peserta didik dan menyenangkan peserta didik dalam proses belajar mengajarnya (Rachmawati, 2013: 12).

Sementara National For Exellent in Teacher Education (USA) mengungkapkan karakteristik guru efektif adalah sebagai berikut: 1) terampil dalam bidangnya, 2) mahir dalam pengajaran, 3) mengikuti perkembangan diri siswa masing-masing, 4) pengalaman tentang

(30)

psikologi kognitif, 5) mampu dalam mengikuti kemajuan teknologi.

Guru ideal dituntut memiliki kemampuan dasar mengajar.

Kemampuan dasar mengajar guru terdiri dari kemampuan akademis dan non akademis (Darmadi: 2009: 33). Kemampuan akademis terdiri daru a) memiliki sertifikasi mengajar; b) menguasai materi pembelajaran; c) mengembangkan metodologi, media, dan sumber belajar; d) ahli menyusun program; e) menilai atau mengevaluasi pembelajaran; f) mampu memberdayakan siswa; g) kesesuaian disiplin ilmu yang dimiliki dengan tugas; h) memiliki pengalaman belajar; i) mengikuti training, workshop, pelatihan, penataran dll; j) inovatif dan pro aktif; k) senang mencari informasi baru; dan l) senang membaca dan meanmbah pengetahuan.

Kemampuan non akademis meliputi: a) menguasai paradigm baru pendidikan; b) tidak buta teknologi; c) memiliki persiapan mengajar tertulis; d) memiliki persiapan mengajar tidak tertulis; e) memiliki kematangan emosi; f) dapat berkomunikasi dengan baik; g) gemar membantu sesame; h) bersikap toleransi; i) bersikap sederhana; j) tidak sombong; dan k) memiliki iman dan taqwa seimbang dunia akhirat. Dalam dunia pendidikan keterampilan guru dikenal dengan istilah keterampilan dasar mengajar (general teaching skills). Keterampilan merupakan kemampuan atau kompetensi yang dimiliki. Keterampilan adalah kapasitas khusus untuk memanipulsi objek secara fisik. (Yamin dan Maisah, 2010:3)

(31)

Mengajar adalah tugas guru untuk menuangkan sejumlah bahan pelajaran ke dalam otak anak didik. Guru yang mengajar dan anak didik yang belajar. (Djamarah, 2008:107) Oleh sebab itu keterampilan mengajar harus dikuasai guru. Menurut Baharudin (2011:34) “Keterampilan mengajar guru adalah kecakapan atau kemampuan guru dalam menyajikan materi pelajaran. Dengan demikian seorang guru harus mempunyai persiapan mengajar antara lain, guru harus menguasai bahan pengajaran mampu memilih metode yang tepat dan penguasaan kelas yang baik”

Menurut Mulyasa (2008:69) mengungkapkan bahwa “Keterampilan mengajar merupakan kompetensi profesional yang cukup kompleks, sebagai integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh”. Berdasarkan hal tersebut Mulyasa (2008:69) mengungkapkan, “Delapan keterampilan mengajar yang berperan dan menentukan kualitas pembelajaran, yaitu:Keterampilan membuka dan menutup pelajaran, Keterampilan menjelaskan, Keterampilan bertanya mengadakan variasi, Keterampilan memberi penguatan, Keterampilan mengadakan variasi, Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, Keterampilan mengelola kelas, Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan.

Mudyahardjo (2014:87) menyebutkan bahwa keberhasilan sebagai guru sangat didukung oleh kepribadian yang meliputi rasa percaya diri, tanggung jawab, volume dan keindahan suara, serta kesehatan pribadi.

(32)

Karakteristik professional meliputi:kejelasan dalammenyampaikan pelajaran, mengorganisasi mata pelajaran secara sistematis, kemampuan berekspresi, mampu membangkitkan minat dan motivasi peserta didik, dan menyusun perencanaan sebagai persiapan pembelajaran secara baik. Selain itu, berhubungan dengan latar belakang dan keahlian akademik, guru harus mempunyai pengetahuan yang tepat tentang mata pelajaran serta memiliki kemampuan untuk menyesuaikan mata pelajaran dengan tingkat kemampuan peserta didik.

Banyak peranan yang diperlukan guru sebagai pendidik. Menurut Djamarah (2010: 43) semua peranan guru dapat diuraikan dibawah ini:

a) Guru sebagai demonstrator

Guru harus menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkan dan meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya untuk membantu hasil belajar yang dicapai siswa.

b) Guru sebagai pengelola kelas

Guru harus mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi.

c) Guru sebagai mediator

Guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik mengenai media pembelajaran agar proses pembelajaran lebih efektif. Selain itu, guru juga harus memiliki keterampilan untuk memilih, menggunakan, dan mengusahakan media tersebut dengan baik.

(33)

d) Guru sebagai fasilitator

Guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang efektif dan menunjang pencapaian tujuan dan proses pembelajaran.

e) Guru sebagai evaluator

Guru harus memiliki kemampuan untuk menilai prestasi siswa.

Sudah seharusnya guru mengikuti terus menerus hasil belajar siswa dari waktu ke waktu untuk mendapatkan umpan balik yang dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran selanjutnya.

f) Guru sebagai korektor

Guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik dan mana nilai yang buruk. Semua nilai yang baik harus guru pertahankan, dan nilai yang buruk harus guru singkirkan dari jiwa dan watak anak didik.

g) Guru sebagai supervisor

Guru hendaknya dapat membantu, memperbaiki, dan menilai secara kritis terhadap proses pengajaran.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa guru memiliki peran penting dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru mengemban tanggungjawab dalam menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Guru harus menguasai bahan ajar, mengelola kelas, pemilihan media pembelajaran, mampu memilih sumber belajar yang efektif dan menyenangkan bagi siswa. Guru sebagai tenaga profesional di bidang kependidikan, guru juga harus memahami hal-hal

(34)

yang bersifat filosofis dan konseptual, juga harus mengetahui dan melaksanakan hal-hal yang bersifat teknis. Yang termasuk bersifat teknis adalah mengelola dan melaksanakan interaksi belajar mengajar. Dalam mengelola interaksi belajar mengajar guru paling tidak harus memiliki dua modal dasar yakni kemampuan mendesain program dan keterampilan mengajar dalam mengkomunikasikan pelajaran kepada siswa.

2. Hakikat Variasi Pembelajaran a. Pengertian Variasi Pembelajaran

Sanjaya (2011: 38) variasi pembelajaran adalah keterampilan guru untuk menjaga agar iklim pembelajaran tetap menarik perhatian, tidak membosankan sehingga siswa antusias dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Mengadakan variasi dalam pembelajaran ditunjukkan untuk mengatasi kejenuhan dan kebosanan siswa karena pembelajaran yang monoton. Dengan mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran diharapkan pembelajaran lebih bermakna dan optimal, sehingga siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, antusias serta penuh partisipasi dalam kegiatan pembelajaran (Rusman, 2014: 85).

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa keterampilan variasi merupakan keterampilan yang harus dikuasai guru dalam pembelajaran sebagai upaya untuk mengatasi kebosanan peserta didik. Kegiatan pembelajaran lebih bermakna dan optimal dengan ketekunan, antusias, serta penuh partisipasi peserta didik.

(35)

Sehingga hasil pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai dengan baik dan memuaskan.

b. Prinsip Mengadakan Variasi Pembelajaran

Rusman (2014: 86) ada tiga prinsip penggunaan keterampilan mengadakan variasi (variation skills) yang perlu diperhatikan guru, yaitu: 1) Variasi hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relevan dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan; 2) Variasi harus digunakan secara lancar dan berkesinambungan, sehingga tidak akan merusak perhatian siswa dan tidak mengganggu kegiatan pembelajaran; 3) Direncanakan secara baik dan secara eksplisit dicantumkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Agar variasi dapat berfungsi secara efektif, guru perlu memperhatikan prinsip penggunannya sebagai berikut: 1) variasi yang dibuat harus mengandung maksud dan tujuan yang ingin dicapai, karakteristik kemampuan siswa, latar belakang sosial budaya, materi yang sedang disajikan, dan kemampuan guru menciptakan variasi tersebut; 2) variasi harus terjadi secara wajar, tidak berlebihan sehingga tidak mengganggu terjadinya proses belajar; 3) variasi harus berlangsung secara lancar dan berkesinambungan, hingga tidak merusak suasana kelas, dan tidak mengganggu jalannya kegiatan belajar; 4) komponen-komponen variasi yang memerlukan pengorganisasian dan perencanaan yang baik perlu dirancang secara cermat dan dicantumkan dalam rencana pembelajaran (Anitah, 2008:

(36)

7.47).

Djamarah (2010: 125) prinsip penggunaan variasi yaitu: 1) dalam menggunakan keterampilan variasi sebaiknya semua jenis variasi digunakan; 2) menggunakan variasi secara lancar dan berkesinambungan; 3) penggunaan komponen variasi harus benar- benar terstruktur dan direncanakan oleh guru.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa prinsip penggunaan keterampilan variasi adalah mengandung maksud tertentu, terjadi secara wajar, berlangsung secara lancar dan berkesinambunga, penggunaan komponen variasi harus benar-benar terstruktur dan direncanakan oleh guru. Direncanakan secara baik dan secara eksplisit dicantumkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.

c. Macam-macam Mengadakan Variasi Pembelajaran

Sanjaya (2011: 39) ada tiga jenis variasi yang dilakukan oleh guru, antara lain sebagai berikut:

a) Variasi pada waktu melaksanakan proses pembelajaran

Untuk menjaga agar proses pembelajaran tetap kondusif, ada beberapa teknik yang dapat dilakukan sebagai berikut:

(1) Penggunaan variasi suara (teacher voice), dalam suatu proses pembelajaran terkadang terjadi kurangnya perhatian siswa, dan hal ini disebabkan oleh suara guru. Terkadang suara guru terlalu lemah, sehingga sulit ditangkap oleh siswa. Atau pengucapan

(37)

kalimat yang kurang jelas. Guru yang baik akan terampil mengatur volume suaranya, sehingga pesan akan mudah ditangkap dan dipahami oleh seluruh siswa. Guru harus mempu mengatur suara, kapan ia harus mengeraskan atau melemahkan suaranya. Melalui intonasi dan pengaturan suara yang baik dapat membuat siswa bergairah dalam belajar, sehingga proses pembelajaran menjadi tidak membosankan.

(2) Pemusatan perhatian (focusing), memusatkan perahatian siswa pada hal-hal yang dianggap penting dapat dilakukan oleh guru untuk memfokuskan perahtian siswa. Pemusatan perahatian diperlukan untuk meminta perhatian khusus dari siswa terhadap hal-hal yang spesifik;

(3) Kebisuan guru (teacher silence), ada kalanya guru dituntut untuk tidak berkata apa-apa. Teknik ini bisa digunakan untuk menarik perhatian siswa. Dengan kebiasaan guru dapat menarik perhatian siswa. Dengan kebisuan guru dapat menarik perahatian siswa.

Oleh sebab itu, teknik “diam” dapat digunakan sebagai alat untuk menstimulasi ketenangan dalam belajar.

(4) Mengadakan kontak pandang (eye contact) setiap siswa membutuhkan perhatian dan penghargaan. Guru yang baik akan memberikan perhatian kepada siswa melalui kontak mata. Kontak mata yang terjaga terus dapat menumbuhkan kepercayaan diri siswa.

(38)

(5) Gerakan guru (teacher movement) gerakan guru di dalam kelas dapat menjadi daya tarik tersendiri untuk merebut perhatian siswa.

Guru yang baik akan terampil mengekspresikan wajah sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan. Gerakan-gerakan guru dapat membantu untuk kelancaran berkomunikasi, sehingga pesan yang disampaikan mudah dipahami dan diterima oleh siswa.

b) Variasi dalam penggunaan media dan alat pembelajaran

Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Namun yang menjadi permasalahan adalah bagaimana agar proses komunikasi itu berjalan dengan efektif, dan pesan yang ingin disampaikan dapat diterima dengan utuh. Untuk kepentingan tersebut, guru perlu menggunakan variasi dalam penggunaan media dan alat pembelajaran. Secara umum ada tiga bentuk media, yaitu media yang dapat didengar, dilihat, dan dapat diraba. Untuk bisa mempertinggi perhatian siswa, guru perlu menggunakan setiap media sesuai dengan kebutuhan.

Variasi penggunaan media dan alat pembelajaran dapat dilakukan sebagai berikut: 1) variasi media dapat dilihat (visual) seperti menggunakan gambar. Slide, foto, bagan, dan lain-lain; 2) variasi alat atau media yang bisa didengar (audio) seperti menggunakan radio, musik, deklamasi, pusisi, dan lain sebagainya;

3) variasi alat atau bahan yang dapat diraba, dimanipulasi, dan

(39)

digerakkan (motorik). Pemanfaatan media semacam ini dapat menarik perhatian siswa, sebab siswa dapat secara langsung membentuk dan memperagakan kagiatannya, baik secara perorangan ataupun kelompok. Termasuk dalam alat dan media ini adalah berbagai macam peragaan, model, dan lain sebagainya.

c) Variasi dalam berinetraksi

Pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya. Guru perlu membangun interaksi secara penuh dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk berinterkasi dengan lingkungannya. Kesalahan yang sering terjaadi selama proses pembelajaran berlangsung adalah guru hanya menggunakan pola interkasi satu arah, yaitu guru ke siswa.

Pola interaksi yang demikian bukan dapat membuat iklim pembelajaran menjadi statis, tapi dapat menjunjung kreatifitas siswa. Oleh sebab itu, guru perlu menggunakan variasi interkasi dua arah, yaitu pola interaksi siswa-guru-siswa, bahkan pola interaksi yang multiarah.

3. Pembelajaran IPS Sekolah Dasar a. Pengertian Pembelajaran

Istilah pembelajaran sering diidentikkan dengan pengajaran, seperti dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 20 (tentang standar proses) dinyatakan bahwa “Perencanaan proses pembelajaran

(40)

meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar dan penilaian hasil belajar.” Kata atau sitilah pembelajaran masih terbilang baru semenjak lahirnya Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

(Susanto, 2013:19) dalam bukunya menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Menurut Dimyati dan Mudjiono dalam (Sagala, 2011:62) pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat belajar secara efektif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Menurut Budimansyah dalam (Hayati, 2017:2) pembelajaran adalah sebagai perubahan dalam kemampuan, sikap, atau perilaku siswa yang relatif permanen sebagai akibat dari pengalam atau pelatihan. Perubahan kemampuan yang hanya berlangsung sekejab kemudian kembali ke perilaku semula menunjukkan belum terjadi pembelajaran meskipun terjadi pengajaran.

(Dasopang, 2017:337) mengemukakan pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar peserta didik sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong peserta didik melakukan proses belajar.

Pembelajaran juga diartikan sebagai proses memberikan bimbingan atau bantuan kepada peserta didik dalam melakukan proses belajar.

(41)

Pembelajaran merupakan keseluruhan proses pendidikan di sekolah.

Berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan bergantung pada bagaimana pembelajaran yang dialami siswa. Dalam hal ini (Sugandi, 2008:9) mengartikan pembelajaran yaitu usaha guru untuk membentuk tingkah laku yang didinginkan dengan menyediakan lingkungan, agar terjadi hubungan stimulus (lingkungan) dengan tingkah laku si belajar.

Sedangkan (Anni, 2011:192) pembelajaran adalah serangkaian peristiwa eksternal siswa yang dirancang untuk mendukung peristiwa internal belajar.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan sebuah usaha sadar yang guru dalam membantu peserta didik sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong peserta didik melakukan proses belajar.

b. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial

Somantri (Sapriya, 2009:56), Pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/ psikologis untuk tujuan pendidikan.

Menurut Hamid dan Tuti Astianti (2016:12) mengemukakan materi pengetahuan sosial merupakan wahana pembelajaran dan membangun pengetahuan yang diharapkan tumbuh seiring dengan perkembangan siswa dalam melihat diri dan lingkungannya.

(42)

Ilmu pengetahuan sosial merupakan perpaduan dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan, antara lain seperti ekonomi, sejarah, geografi, dan sosiologi yang disusun secara sistematis dan terpadu yang kemudian menjadi suatu disiplin ilmu yang tidak dapat dipecah-pecah lagi karena telah terintegrasi dalam ilmu pengetahuan sosial. (Kasihani, 2007:88) menyatakan bahwa “Pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan dikaji secara ilmiah dan pedagogis atau psikologis untuk tujuan pendidikan.”

Pendapat serupa dikemukakan oleh Huda (2011: 34) menyatakan bahwa: “Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial. Ilmu-ilmu sosial yang dimaksud seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial masyarakat yang diwujudkan dalam satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial tersebut”.

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu komponen pendidikan yang menekankan pada pembentukan aspek kepribadian dan tingkah laku siswa dalam kehidupan sosialnya. Melalui ilmu pengetahuan sosial, anak didik dan dibina kualitas kemanusiaannya selaras dengan nilai-nilai dalam masyarakat, sehingga dapat dijadikan dasar bagi anak dalam segala kepribadian dan tingkah lakunya (Sapriya, 2009:1).

(43)

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial adalah kegiatan dasar manusia secara sosial yang disajikan secara ilmiah yang tumbuh sesuai dengan perkembangan siswa di lingkungannya. Melalui mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial diharapkan siswa memiliki kesadaran dalam kehidupan sosial di lingkungan masyarakat serta dapat terbina menjadi warga negara yang baik.

c. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar

Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya. Sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik (Jailani dan Muhsini, 2006:119).

Nursid Sumaatmadja (Supriatna, 2008:1) mengemukakan bahwa

“Secara mendasar pengajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya”. IPS berkenaan dengan kehidupan manusia menggunakan usaha memenuhi kebutuhan materinya, memenuhikebutuhan budayanya, kebutuhan kejiwaannya, pemanfaatan sumber yang ada dipermukaan bumi, mengatur kesejahteraan dan pemerintahannya, dan lain sebagainya yang mengatur serta mempertahankan kehidupan masyarakat manusia. Sedangkan menurut Leonard (Kasim, 2008:4) mengemukakan bahwa IPS menggambarkan interaksi individu atau kelompok dalam masyarakat baik

(44)

dalam lingkungan mulai dari yang terkecil misalnya keluarga, tetangga, rukun tetangga atau rukun warga, desa atau kelurahan, kecamatan, kabupaten, provinsi, Negara dan dunia.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan IPS adalah disiplin-disiplin ilmu sosial ataupun integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial seperti:

sosialogi sejarah, geografi, ekonomi, dan antropologi yang mempelajari masalah-masalah sosial.

Sedangkan tujuan khusus pengajaran IPS disekolah dapat dikelompokkan menjadi empat komponen yaitu:

1) Memberikan kepada siswapengetahuan tentang pengalaman manusia dalm kehidupan bermasyarakat pada masa lalu, sekarang dan masa akan datang.

2) Menolong siswa untuk mengembangkan keterampilan (skill) untuk mencari dan mengelola informasi.

3) Menolong siswa untuk mengembangkan nilai atau sikap demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat.

4) Menyediakan kesempatan kepada siswa untuk mengambil bagian atau berperan serta dalam bermasyarakat.

Pada ruang lingkup mata pelajaran IPS Sekolah Dasar meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1. Manusia, tempat dan lingkungan.

2. Waktu, keberlanjutan dan perubahan.

(45)

3. Sistem Sosial dan Budaya.

4. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan.

Pendidikan IPS di Sekolah Dasar telah mengintegrasikan bahan pelajaran dalam satu bidang studi. Hingga sekarang, bahwa buku-buku IPS untuk Sekolah Dasar telah memasukkan setidaknya lima sub bidang studi, yakni Sejarah, Geografi, Politik, Hukum, dan Ekonomi. Tujuan mata pelajaran IPS disekolah dasar merupakan program pengajaran yang bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi dimasyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa masyarakat. tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pelajaran IPS disekolah diorganisasikan secara baik.

4. Tinjauan Daring Learning

Daring Learning atau yang lebih dikenal dengan nama online learning merupakan pembelajaran yang dilakukan dengan bantuan internet ataupun jaringan. Di bawah ini ada beberapa pengertian pembelajaran daring menurut para ahli, antara lain:

a. (Harjanto dan Sumunar, 2018:25) menyatakan bahwa pembelajaran daring merupakan proses transformasi pendidikan konvensional ke dalam bentuk digital sehingga memiliki tantangan dan peluang tersendiri.

(46)

b. Menurut Mulyasa dalam (Syarifudin, 2020:33) memberikan argumen pembelajaran daring pada dasarnya adalah pembelajaran yang dilakukan secara virtual yang tersedia. Meskipun demikian, pembelajaran daring harus tetap memperhatikan kompetensi yang akan diajarkan.

c. (Syarifudin, 2020:33) juga menjelaskan bahwa pembelajaran daring adalah bentuk pembelajaran yang mampu menjadikan siswa mandiri tidak bergantung pada orang lain.

d. (Ramadhan, 2018:37) pembelajaran daring atau online adalah salah satu model pembelajaran berteknologi untuk melengkapi pembelajaran tatap muka.

e. (Isman, 2016:587) menjelaskan bahwa pembelajaran daring merupakan pemanfaatan jaringan internet dalam proses pembelajaran.

f. (Bilfaqih, 2015:77) pembelajaran daring dapat diartikan sebagai suatu pembelajaran yang dalam pelaksanaannya menggunakan jaringan internet, intranet dan ekstranet atau komputer yang terhubung langsung dan cakupannya global (luas).

Berdasarkan beberapa paparan pengertian pembelajaran daring di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang dilakukan tanpa tatap muka dan melalui jaringan atau internet yang telah tersedia.

Pembelajaran daring untuk saat ini dapat menjadi sebuah solusi pembelajaran jarak jauh ketika terjadi bencana alam atau keadaan seperti

(47)

social distancing. Kegiatan diaplikasikannya pembelajaran daring menjadikan kegiatan belajar mengajar dalam konteks tatap muka dihentikan sementara, dan diganti dengan system pembelajaran daring melalui aplikasi yangs udah tersedia (Syarifudin, 2020:31). Pembelajaran daring mengedepankan akan interaksi dan pemberian informasi yang mempermudah peserta didik meningkatkan kualitas belajar. Selain itu, pembelajaran berbasis daring mempermudah satu sama lain meningkatkan kehidupan nyata dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu sangat bermanfaat pembelajaran daring untuk kalangan pendidik dan peserta didik. Pembelajaran daring untuk saat ini telah menjadi populer karena itu potensi yang dirasakan untuk menyediakan layanan akses konten lebih fleksibel, sehingga memunculkan beberapa keuntungan dalam penerapannya.

Menurut (Aldya, 2020:131) ada beberapa keuntungan dalam pelaksanaan pembelajaran daring, antara lain:

a. Meningkatkan ketersediaan pengalaman belajar secara fleksibel sesuai dengan gaya belajarnya.

b. Efisiensi dalam menyusun dan menyebarluaskan konten instruksional.

c. Menyediakan dan mendukung kemudahan pembelajaran yang bersifat kompleks.

d. Mendukung pembelajaran secara partisipatif.

e. Memberikan instruksi individual dan berbeda melalui berbagai mekanisme umpan balik.

(48)

Sedangkan menurut (Ghirardi, 2011:45), ada beberapa keuntungan dalam pelaksanaan pembelajaran daring, antara lain:

a. Dapat diikuti semua lapisan masyarakat.

b. Tetap mengikuti pembelajaran tanpa meninggalkan rumah dan sekolahan.

c. Dapat menghemat waktu dan tenaga.

d. Lebih menghemat biaya.

Menurut (Roman Andrianto, 2019:57) kelemahan pembelajaran daring yaitu:

a. Kurang cepatnya umpan balik yang dibutuhkan dalam kegiatan belajar mengajar.

b. Pengajar perlu waktu lebih lama untuk mempersiapkan diri.

c. Terkadang membuat beberapa orang merasa tidak nyaman.

d. Adanya kemungkinan muncul perilaku frustasi kecemasan dan kebingungan.

Pembelajaran daring dilakukan melalui berbagai aplikasi yang dapat menunjang proses pembelajaran seperti google classroom, whatsapp group, zoom dan lain sebagainya (Idad Suhada, 2019:2). Pembelajaran daring ini akan membentuk pembelajaran yang menjadikan siswa mandiri dan tidak bergantung pada orang lain. Hal ini karena siswa akan fokus pada gawai untuk menyelesaikan tugas ataupun mengikuti diskusi yang sedang berlangsung. Semua yang didiskusikan dalam proses belajar mengajar lewat daring penting untuk menuntaskan kompetensi yang akan

(49)

dicapai. Oleh karena itu, melalui pelaksanaan pembelajaran daring ini siswa diharapkan mampu mengkonstruk ilmu pengetahuan (Syarifudin, 2020:113).

5. Keterampilan mengajar guru pada pembelajaran IPS di SD

Beberapa keterampilan dasar mengajar yang harus dikuasai oleh guru dalam pembelajaran IPS antara lain keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan menjelaskan, keterampilan bertanya, keterampilan memberi penguatan, keterampilan mengadakan variasi, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, keterampilan mengelola kelas, serta keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan.

(Mulyasa, 2008:69)

a. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran 1) Membuka pelajaran

Membuka pelajaran adalah kegiatan guru menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar berpusat pada hal-hal yang akan dipelajari: (Mulyasa, 2008:84)

a) Menarik perhatian siswa

Yaitu meliputi gaya mengajar guru, penggunaan alat bantu mengajar dan pola interaksi yang bervariasi.

b) Menimbulkan motivasi siswa

Yaitu dengan kehangatan dan antusias, dengan menimbulkan rasa ingin tahu, mengemukakan ide yang bertentangan, dengan memperhatikan minat siswa.

(50)

c) Memberi acuan

Yaitu mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas, menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan, mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas, mengajukan pertanyaan-pertanyaan.

d) Membuat kaitan

Yaitu antar aspek yang relevan dari bidang studi yang telah dikenal siswa, dengan membandingkan dan mempertentangkan pengetahuan baru dengan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki, dengan menjelaskan konsepnya atau pengertiannya lebih dahulu sebelum menyajikan bahan secara terinci.

2) Menutup pelajaran

Menutup pelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk mengetahui pencapaian tujuan dan pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah dipelajari, serta mengakhiri kegiatan pembelajaran.

(Mulyasa, 2008:84)

a) Meninjau kembali yaitu merangkum inti pelajaran dan membuat ringkasan.

b) Mengevaluasi yaitu menndemonstrasikan keterampilan menutup pelajaran, mengaplikasikan ide baru pada situasi lain, mengekspresikan pendapat siswa sendiri, soal-soal tertulis.

b. Keterampilan Menjelaskan

Keterampilan menjelaskan adalah keterampilan menyajikan informasi lisan yang diorganisasikan secara sistematik untuk menunjukkan,

(51)

misalnya hubungan sebab akibat, hubungan antara apa yang diketahui dengan apa yang belum diketahui, hubungan antara dalil, definisi, rumus dengan bukti, contoh sehari- hari. (Mulyasa,2008:80)

1) Menganalisis dan merencanakan\

a) Isi pesan (materi)

Secara menyeluruh isi pesan dianalisis atau diidentifikasi unsur- unsurnya yang akan dihubungkan dalam penjelasan, menemukan jenis hubungannya, menentukan hukum, dalil, rumus, generalisasi yang akan digunakan untuk menghubungkan unsur-unsur isi pesan.

b) Penerimaan pesan (siswa)

Sehubungan dengan siswa sebagai penerima penjelasan, guru perlu mempertimbangkan yaitu: relevansi penjelasan dengan pertanyaan siswa atau dengan situasi yang membingungkan siswa, daya serap atau tingkat pemahaman siswa sesuai dengan apa yang telah diketahui, kesesuaian penjelasan dengan tingkat khasana pengetahuan siswa.

2) Menyajikan suatu penjelasan

a) Kejelasan penjelasan yaitu jelas kata-katanya, ungkapan kalimatnya lengkap, volume suaranya jelas terdengar oleh siswa, istilah teknis dan asing perlu disampaikan dengan waktu diam atau senyap untuk memberikan kesempatan siswa dapat menangkap artinya.

(52)

b) Konsep baru atau yang sulit perlu diberi contoh dan ilustrasi sesuai dengan tingkat pemahaman dan pengertian siswa.

menghubungkan dalil, rumus, dan contoh dengan pola yaitu induktif: khusus ke umum dan deduktif: umum ke khusus

Memberi tekanan pada hal-hal yang penting dengan cara yaitu:

tekanan suara pada bagian penting, membuat ikhtisar dan pengulanggan, memparafrase (mengatakan dengan kalimat lain), memberi tanda isyarat seperti “pertama”, “kedua” dll.

Memberi kesempatan kepada siswa, memberi balikan. Misalnya, dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa. balikan berupa sikap dan mimik siswa pada saat menerima penjelasan juga merupakan relevan tidaknya penjelasan guru.

c. Keterampilan Bertanya

Keterampilan bertanya sangat perlu dalam proses belajar mengajar, untuk menciptakan pembelajaran efektif dan menyenangkan, karena hampir dalam setiap tahap pembelajaran guru dituntut untuk mengajukan pertanyaan, kualitas pertanyaan yang diajukan guru akan menentukan kualitas jawaban peserta didik. (Mulyasa,2008:70)

1) Komponen keterampilan bertanya

a) Pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat, caranya yaitu gunakan kata-kata yang dapat dipahami siswa, dan susunan kata- kata dalam pertanyaan perlu disesuaikan dengan usia dan tingkat perkembangan siswa

(53)

b) Pemberi acuan yaitu dengan mengajukan pertanyaan pada permulaan pelajaran atau saat pelajaran berlangsung.

c) Pemusatan yaitu gunakanlah pertanyaan dengan memulai pertanyaan yang berfokus luas kemudian diikuti pertanyaan yang lebih khusus yang berfokus sempit.

d) Pemindahan giliran yaitu ajukan pertanyaan kepada seluruh siswa dalam kelas kemudian pilih beberapa siswa untuk menjawab dengan menyebutkan nama mereka.

e) Pemberian waktu berpikir yaitu sesudah mengajukan satu pertanyaan keseluruh siswa, guru perlu memberikan waktu beberapa detik untuk berpikir sebelum menunjuk salah seorang siswa untuk menjawabnya.

f) Pemberian tuntunan yaitu mengulangi penjelasan-penjelasan sebelumnya Keterampilan Memberi Penguatan

Penguatan adalah respon positif terhadap suatu tingkah laku tertentu dari siswa yang memungkinan tingkah tersebut timbul kembali. (Alma dkk, 2009:30). Penguatan berupa penghargaan dapat berpengaruh positif dalam kehidupan seseorang, yaitu mendorong seseorang memperbaiki tingkah laku dan meningkatkan usahanya.

Memberi penguatan dalam kegiatan belajar mengajar merupakan tanda persetujuan guru terhadap tingkah laku siswa yang dinyatakan dalam bentuk kata-kata membenarkan, pujian, senyuman, atau anggukan.

(54)

2) Komponen keterampilan memberi penguatan a) Penguatan verbal

Penguatan verbal dapat dinyatakan dalam bentuk, (a). Kata- kata seperti: bagus, benar, hebat, tepat (b) kelompok kata seperti:

bagus sekali, sangat benar, hebat sekali, sangat hebat, (c) kalimat seperti: pekerjaanmu bagus sekali

b) Penguatan cara mendekati

Penguatan dengan cara mendekati adalah mendekatnya guru kepada siswa untuk menyatakan perhatian dan kesenangannya terhadap pekerjaan, tingkah laku atau penampilan siswa. Penguatan ini berfungsi sebagai usaha memperkuat penguatan verbal.

c) Penguatan dengan sentuhan

Guru dapat menyatakan persetujuan dan penghargaan terhadap usaha dan penampilan siswa dengan menepuk-nepuk bahu atau menjabat tangan siswa yang berprestasi. Cara ini harus digunakan dengan pertimbangan yang seksama sesuai usia, jenis kelamin dan latar belakang kebudayaan setempat.

d) Penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan.

Tugas dan kegiatan yang menyenangkan tersebut harus berhubungan dengan penampilan yang diberi penguatan.

(55)

e) Penguatan berupa simbol atau benda

Penguatan berupa simbol seperti tanda (V), komentar tertulis kepada siswa. Penguatan berupa benda seperti rencana.

Penguatan ini sesekali saja agar siswa tidak terlalu mengharapkan sesuatu.

f) Penguatan tak penuh

Komponen ini dilakukan bila siswa memberi jawaban yang hanya sebagian saja yang benar. Hindari respon negatif terhadap jawaban tersebut.

d. Keterampilan Mengadakan Variasi

Keterampilan mengadakan variasi adalah keterampiln guru dalam proses belajar-mengajar (PBM) dengan menggunakan variasi atau proses perubahan dalam pengajaran untuk mengatasi kebosanan siswa.

(Mulyasa, 2008:78)

1) Variasi dalam gaya mengajar, mencakup hal-hal berikut ini.

a) Penggunaan variasi suara

Guru memberi variasi dalam nada suara dengan jelas sehingga siswa mudah memahami dan volume suara dengan lantang atau keras sehingga siswa dapat mendengarkannya apa yang di sampaikan oleh guru.

b) Mimik dan gerak

Guru mengadakan perubahan mimik dan gerak (tangan dan badan) untuk memperjelas perjanjiannya.

(56)

c) Kontak pandang

Guru melayangkan pandangan dan melakukan kontak pandang dengan siswanya.

d) Perubahan posisi

Guru bergerak dalam kelas untuk maksud yang berbeda- beda. Guru memberikan tekanan pada butir-butir penting dari penyajiannya dengan menggunakan bahasa lisan dan isyarat yang cocok.

2) Variasi penggunaan media a) Variasi visual

Guru menggunakan alat bantu yang dapat dilihat.

b) Variasi oral

Guru menggunakan berbagai suara langsung atau rekaman dalam penyajiannya.

c) Variasi alat bantu yang dapat dipegang dan dimanipulasi

Guru memberikan kesempatan kepada siswa memegang atau memanipulasi benda-benda atau alat bantu pengajaran.

3) Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa.

Guru memperkenalkan perubahan dalam pola interaksi antara dia dengan siswa dan menganekaragamkan kegiatan belajar siswa yang terlibat.

(57)

e. Keterampilan Memimpin Diskusi Kelompok Kecil

Diskusi kelompok kecil adalah proses percakapan yang teratur dari sekelompok kecil orang (3-9 orang) dalam interaksi tatap muka yang informal dengan tujuan membagi pengalaman atau informasi, mengambil keputusan atau menyelesaikan suatu masalah. (Mulyasa, 2006:79).

1) Memusatkan perhatian

Yaitu merumuskan tujuan diskusi dan mengenalkan topik masalah dalam bentuk pertanyaan, menyatakan masalah-masalah khusus terutama jika terjadi penyimpangan, menandai dengan cermat perubahan yang tidak relevan dan menyimpang dari tujuan atau masalah diskusi, merangkum hasil pembicaraan pada tahap-tahap tertentu sebelum melajutkan pada tahap berikutnya.

2) Memperjelas masalah dan urunan pendapat

Yaitu menguraikan kembali atau merangkum hingga jelas, meminta komentar siswa atau mengajukan pertanyaan untuk menperjelaskan ide, menguraikan gagasan siswa dengan memberi informasi tambahan atau contoh yang sesuai hingga jelas.

3) Menganalisis pandangan siswa

Yaitu meneliti apakah alasan yang dikemukakan mempunyai dasar yang kuat, memperjelas hal yang disepakati dan yang tidak 4) Meningkatkan urunan siswa

Yaitu mengajukan pertanyaan kunci yang menantang siswa untuk berpikir, memberi contoh verbal dan nonverbal yang sesuai

(58)

pada saat yang tepat, cerita, gambar atau diagram, menghangatkan suasana, memberi waktu yang cukup, memberi dukungan terhadap urunan siswa dengan penuh perhatian, komentar positif atau mimik serta sikap yang bersahabat.

5) Menjelaskan kesempatan berpartisipasi

Yaitu memancing urunan siswa, mencegah terjadinya pembicaraan serentak dengan memberi giliran, mencegah adanya dominasi pembicaraan, mendorong siswa mengomentari urunan siswa, meminta persetujuan siswa bila terjadi jalan buntu.

6) Menutup diskusi

Yaitu membuat rangkuman hasil diskusi, memberi bayangan tentang tindak lanjut dikusi atau topik diskusi yang akan datang, mengajak siswa menilai hasil diskusi atau proses diskusi.

f. Keterampilan Mengelola Kelas

Keterampilan mengelola kelas dengan tingkat kekompakan siswa, intesitas mengelola kelas adalah keterampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal serta mengembalikan kondisi belajar yang optimal bila ada gangguan (mendesiplinkan kelas).

1) Penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal menunjukkan sikap tanggap dengan cara memandang seksama, gerak mendekati siswa secara wajar dan memberikan pernyataan guru mulai kegiatan dan merespon siswa.

a) membagi perhatian siswa dengan cara visual, memandang

(59)

kesemua bagian kelas dan verbal, memberi komentar kepada semua balikan siswa

b) memusatkan perhatian kelompok terhadap tugas-tugasnya dengan cara memusatkan perhatian siswa terhadap tugas, menuntut tanggung jawab siswa terhdap tugasnya.

c) Memberi petunjuk yang jelas dan singkat tentang aspek pelajaran ataupun tugas yang diberikan kepada siswa.

d) Menegur secara efektiif dengan cara jelas dan tegas kepada siswa yang menggangu dan perilaku yang harus dihentikan, menghindari cara kasar dan menghindari ejekan yangg berlebihan atau berkepanjangan.

e) Memberi penguatan terhadap tingkah laku siswa yang positif agar terulang lagi dan negtif agar ditinggalkan

2) Pengendalian kondisi belajar yang optimal

a) Memodifikasi tingkah laku dengan merinci tingkah laku yang menimbulkan gangguan, guru bekerja sama dengan rekan, orang tua, konselor untuk mengoranisasi pengamatan dan pegukuran tingkah laku, guru memilih tingkah laku yang akan diubah dan guru harus mempunyai cara yang luas untuk mengubah tingkah laku b) Pengelolaan kelompok yaitu memperlancarkan tugas dengan cara

mengusahaka terjadinya kerja sama, dan memelihara kegiatan kelompok dengan cara memelihara semangat siswa dan meminimalkan masalah

(60)

c) Hal-hal yang harus dihindari yaitu campur tangan yang berlebihan, kelenyapan yang tidak jelas, ketidak tepatan memulai dan mengakhiri kegiatan, bertele-tele dan pengulangan penjelasan yang tidak perlu.

g. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan

Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan adalah kecakapan menanamkan pengetahuan yang dilakukan pada sekelompok siswa dan pada siswa secara individu. (Khotimah dkk, 2013:56) Secara fisik bentuk pengajaran ini ialah berjumlah terbatas, yaitu berkisar antara 3-8 orang untuk kelompok kecil, dan seorang untuk perseorangan.

Pengajaran kelompok kecil dan perorangan memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dan siswa dengan siswa. (Khotimah dkk, 2013:56)

Mengajar kelompok kecil dan perorangan merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap peserta didik, dan menjalin hubungan yang lebih akrab antara guru dengan peserta didik maupun antara peserta didik dengan peserta didik.

Komponen keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan yaitu keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi, menunjukkan kehangatan dan kepekaan terhadap kebutuhan siswa, memberi respon positif terhadap buah pikiran siswa dan mengendali situasi sehingga siswa merasa aman, penuh pengertian, merasa dibantu, serta merasa dapat

Referensi

Dokumen terkait

Dengan kehadiran internet di negara manapun di berbagai belahan dunia sudah tidak ada lagi batas dalam memperoleh informasi dalam waktu yang sama di tempat berbeda dengan jarak