• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI DESEMBER 2017 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS PEMBELAJARAN TERHADAP NILAI INDEKS PRESTASI KUMULATIF (IPK) MAHASISWA ANGKATAN 2014-2016 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN TAHUN 2017.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI DESEMBER 2017 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS PEMBELAJARAN TERHADAP NILAI INDEKS PRESTASI KUMULATIF (IPK) MAHASISWA ANGKATAN 2014-2016 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN TAHUN 2017."

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS

PEMBELAJARAN TERHADAP NILAI INDEKS PRESTASI KUMULATIF (IPK) MAHASISWA ANGKATAN 2014-2016 FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN TAHUN 2017.

OLEH :

AINAAFFINA BINTI SUHAIMI C 111 4840

Pembimbing :

Dr. dr. Noro Waspodo, Sp.M

DIBAWAKAN SEBAGAI SALAH SATU PERSYARATAN PENYELESAIAN PENDIDIKAN SARJANA (S1) KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UMUM FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2017

(2)
(3)
(4)
(5)

Dengan ini saya menyatakan bahwa seluruh skripsi ini adalah hasil karya saya.

Apabila ada kutipan atau pemakaian dari hasil karya orang lain baik berupa tulisan, data, gambar atau ilustrasi baik yang telah dipublikasi atau belum dipublikasi , telah direferensi sesuai dengan ketentuan akademis.

Saya menyadari plagiarisme adalah kejahatan akademik, dan melakukannya akan menyebabkan sanksi yang berat berupa pembatalan skripsi dan sanksi akademik yang lain.

(AINAAFFINA BINTI SUHAIMI) NIM C11114840

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan doa yang tulus kami kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat merampungkan skripsi ini, sebagai salah satu syarat dalam penyelesaian tugas Mata Kuliah Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, dengan judul “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS PEMBELAJARAN TERHADAP NILAI INDEKS PRESTASI KUMULATIF (IPK) MAHASISWA ANGKATAN 2014- 2016 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN TAHUN 2017”.

Keberhasilan penyusunan skripsi ini adalah berkat bimbingan, kerja sama serta bantuan moral dari berbagai pihak yang telah diterima penulis sehingga segala rintangan yang dihadapi selama penelitian dan penyusunan ini dapat terselesaikan dengan baik.

Pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan secara tulus dan ikhlas kepada yang terhormat :

1. Dr. dr.Noro Waspodo selaku pembimbing yang dengan kesediaan, keikhlasan, dan kesabaran meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada saya mulai dari penyusunan proposal sampai pada penulisan skripsi ini. 


2. Dr. Adelina Titirina Poli, Sp.M, M.Kes , dr. Ririn Nislawati Sp.M, M.Kes, dr. Muh. Abrar Ismail Sp.M(K), M.Kes selaku penguji bermula dari ujian proposal hingga ke ujian akhir yang sudi

(7)

memberikan tunjuk ajar dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

3. Ketua bagian dan seluruh staf dosen matakuliah Skripsi yang memberikan bimbingan selama penelitian. 


4. Bapa saya, Suhaimi bin Mohamed dan ibu saya, Robiah binti Awang Senek serta saudara dan keluarga tercinta yang selalu memberikan dorongan dan bantuan moral maupun material selama penyusunan skripsi ini. 


5. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu. 


Saya menyadari bahwa apa yang telah dibuat ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga saya mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak demi penyempurnaan skripsi ini.


Saya berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi semua pembaca. Amin.

Makassar, 17 Desember 2017

(AINAAFFINA BINTI SUHAIMI) NIM C11114840

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……… i

HALAMAN PENGESAHAN …..………..ii

ANTI PLAGIAT…...……….…...v

KATA PENGANTAR…...………..vi

DAFTAR ISI………..…………viii

DAFTAR GAMBAR………x

DAFTAR TABEL………xi

ABSTRAK………xii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ………...………….. 1

1.2 Rumusan Masalah ………... 3

1.3 Tujuan Penelitian ………... 3

1.4 Manfaat Penelitian ………...4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Pembelajaran ………...6

2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Pembelajaran 2.2.a Faktor Internal ………..9

2.2.b Faktor Eksternal ………...11

2.3 Indeks Prestasi Kumulatif. ... ……….15

BAB III. KERANGKA KONSEP 3.1 Dasar Pemikiran Variabel Konsep... ………...19

3.2 Kerangka Konsep……….20

BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ………...21

4.2 Tempat Dan Waktu Penelitian……….21

4.3 Populasi dan Sampel………....21

4.4 Kriteria Sampel………....22

4.5 Definisi Operasional....………...24

4.6 Pengumpulan dan pengolahan...27

4.7 Teknik Pengolahan dan Hasil Data ……….…29

4.8 Etika Penelitian ………...29

4.9 Alur Penelitian ………....30

4.10 Etika Penelitian………...31

4.11 Jadwal Penelitian………31

(9)

BAB V. HASIL PENELITIAN

5.1 Validitas dan Reabilitas………...32 5.2 Data Umum………..34 5.3 Data Khusus ………35 BAB VI. PEMBAHASAN

6.1 Pembahasan ……….41 6.2 Kelebihan Penelitian ………....51 6.3 Keterbatasan Penelitian ………...51 BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan ………. 52 7.2 Saran ………52 DAFTAR PUSTAKA………53 LAMPIRAN

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.2:Kerangka konsep Gambar 4.11: Jadwal penelitian

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.3.1: Nilai angka, nilai mutu dan nilai konversi pada program diploma sarjana

Tabel 2.3.2 : Nilai IPK mengikut mengikut predikat kelulusan Tabel 4.5.1 : Nilai angka, nilai mutu, nilai konversi bagi S1 Tabel 5.1.1 : Hasil Uji Validitas pada Item Kuesioner Tabel 5.1.2 : Hasil Uji Reliabilitas pada Item Kuesioner

Tabel 5.2 : Distribusi frekuensi respoden berdasarkan Angkatan, Kelas dan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)

Table 5.3.1: Distribusi Frekuensi Kinerja Dosen Table 5.3.2 ; Distribusi Frekuensi Sarana dan Prasarana Table 5.3.3 : Distribusi Frekuensi Kesehatan Fisik dan Psikis Table 5.3.4 : Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar

Tabel 5.3.5 : Hubungan kinerja dosen, sarana dan prasarana, kesehatan fisik dan psikis dan motivasi belajar dengan nilai IPK mahasiswa kedokteran Unhas.

Tabel 5.3.6 :Rekapitulasi hasil Uji Statistik Hubungan Variabel Bebas dengan Variabel terikat

(12)

SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN Desember 2017 Ainaaffina binti Suhaimi (C111 14 840)

Dr. dr. Noro Waspodo, Sp.M

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS

PEMBELAJARAN TERHADAP NILAI INDEKS PRESTASI KUMULATIF (IPK) MAHASISWA ANGKATAN 2014-2016 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN TAHUN 2017

ABSTRAK

Latar Belakang: Kualitas pembelajaran merupakan faktor yang menentukan peningkatan mutu pendidikan. Hal ini dapat dipengaruhi oleh intensitas keterkaitan sistemik dan sinergis oleh kinerja dosen,sarana dan prsarana

linkungan, kesehatan dan motivasi. Ini menghasilkan proses dan hasil belajar yang optimal kerana ia mempengaruhi prestasi belajar seseorang itu. Prestasi belajar yang baik menjamin kesenangan hidup seseorang itu untuk mendapatkan kerjaya dan kehidupan yang diingini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor- faktor yang faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pembelajaran terhadap nilai indeks prestasi kumulatif (ipk).

(13)

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan rancangan cross- sectional yang dilakukan pada bulan Oktober hingga November 2017 menggunakan kuesioner angket kinerja dosen, sarana dan prasarana, kesehatan fisik dan psikis dan motivasi belajar. Sampel sebanyak 90 orang dipilih secara random dari mahasiswa angkatan 2014-2016 Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Hasil: Sebanyak 90% kinerja dosen di Unhas adalah baik, saranayang disediakan di sekitar universitas adalah baik sebanyak 61,1%, kesehatan dalam kalangan mahasiswa agak rendah yaitu sebanyak 35,6% dan pelajar yang bermotivasi baik sebanyak 66,7% yang berada di Unhas. Bedasarkan hasil analisis uji chi square, diketahui bahawa kinerja dosen, sarana dan prasarana, kesehatan fisik dan psikis, motivasi belajar tidak mempengaruhi nilai IPK mahasiswa yang masing-masing dengan nilai p 0,698, 0,145, 0,552,0,304.

Kesimpulan: Faktor kinerja dosen, sarana dan prasarana, kesehatan fisik dan psikis serta motivasi belajar tidak berpengaruh terhadap nilai indeks prestasi kumulatf (IPK).

Kata Kunci: kualitas pembelajaran, nilai IPK, kinerja dosen, kesehatan, saranaa,motivasi

(14)

SKRIPSI FACULTY OF MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY December 2017

Ainaaffian binti Suhaimi (C111 14 840) Dr.dr. Noro Waspodo Sp.M

Factors that affect learning quality to the cumulative achievement index batch 2014-2016 medicine faculty of Hasanuddin University on 2017.

ABSTRACT

Background: The quality of learning is the determining factor to improve the quality of education. This can be affected by the intensity of systemic and synergic linkages of lecturer’s performances, facilities, health and motivation.

This results in optimal learning outcomes because it can affect one’s learning achievements. It can guarantee one’s career and its desirable life. This study aims to determine the factors that affect learning quality to the cumulative achievement index

(15)

Method: This was an analytical study with cross-sectional design conducted from October to November 2017 using questionnaire that questioning the lecturer’s performances, facilities, health and motivation. The sample of 90 people was chosen randomly from the students of class of 2014-2016 Faculty of Medicine, Hasanuddin University.

Results: Around 90% students said that lecturer’s performance at Unhas are good,

facilities that has been provided are good (61.1%), students’ health were lower which around 35.6% and motivational students around 66.7%. From the chi square analysis, it stated that the lecturer’s performances, facilities, health and motivation does not affecting the cumulative achievement value with p 0.698, 0.145, 0.552, 0.304.

Conclusion: Lecturer performances, facilities and infrastructure, physical and

psychology health and motivation do not affect the cumulative achievement index of a student.

Keyword: learning quality, cumulative achievement index, lecturer’s performances, health, facilities, motivation

(16)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia terkenal di mata dunia dengan sifat kompetitf terhadap pelajaran dan berani untuk menegakkan kebenaran. Antara bidang dan profesi yang terkenal di kalangan pelajar dan anak-anak kecil adalah bidang kedokteran. Ini dikatakan hampir separuh daripada pelajar ingin melanjutkan pelajarannya ke bidang kedokteran, tetapi tidak semudah itu untuk memasuki di dalam bidang ini. Terdapat pelbagai kriteria-kriteria untuk memasuki bidang kedokteran. Bahkan, kebanyakan universitas hanya membuka sedikit kemasukan dalam bidang ini.

Mahasiswa kedokteran mempunyai penuh cabaran dan dugaan untuk melengkapkan studinya dan akibatnya terdapat sebagian kecil yang tidak sanggup untuk menghadapi cabaran tersebut. Hal ini kerana pihak universitas ingin melahirkan dokter yang berkualitas dan bertaraf dunia. Oleh itu, hampir semua universitas memonitoring mahasiswanya berdasarkan prestasi belajar .

Kualitas pembelajaran merupakan faktor yang menentukan peningkatan mutu pendidikan. Kualitas pembelajaran dapat dilihat pada intensitas keterkaitan sistemik dan sinergis antara perilaku pembelajaran guru, perilaku dan dampak belajar siswa, materi, media, dan iklim pembelajaran dalam menghasilkan proses dan hasil belajar yang optimal. Oleh karena itu, peningkatan kualitas pembelajaran harus diperhatikan dengan seksama karena merupakan salah satu faktor untuk meningkatkan prestasi belajar.

(17)

Prestasi belajar merupakan salah satu bentuk evaluasi hasil belajar di perguruan tinggi. Prestasi belajar merupakan hasil suatu penilaian dibidang pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai. Dalam institusi pendidikan tinggi, prestasi keberhasilan belajar mahasiswa ditentukan oleh angka indeks prestasi yang ditentukan pada setiap semester yaitu dalam bentuk Indeks Prestasi Semester (IPS) dan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)

Dalam buku Peraturan Akademik UNHAS Pasal 34 ayat 1, disebutkan tentang indeks prestasi bahwa keberhasilan studi mahasiswa program diploma dan sarjana dinyatakan dengan indeks prestasi (IP) yang dihitung melalui nilai konversi, seperti yang tercantum pada Pasal 31 ayat (4). Pasal 34 ayat (2) disebutkan indeks prestasi kumulatif (IPK) dihitung dari semua nilai mata kuliah dari semua semester yang sudah diikuti oleh mahasiswa.

Untuk saat ini pendidikan seseorang dianggap berhasil jika memiliki nilai IPK atau Indeks Prestasi Komulatif tinggi. Namun tidak sedikit tetapi sebagian mahasiswa yang malah menganggap nilai IPK ini tidak penting dan tidak perlu dikejar terlalu tinggi. Pernyataan tersebut memang ada benarnya namun tidak sepenuhnya, tentu mendapatkan nilai IPK tinggi akan membawa kemudahan dalam berbagai hal seperti melanjutkan studi di tingkat yang lebih tinggi, melamar kerja dan lain sebagainya. Oleh itu , kualitas pembelajaran amat penting untuk memastikan mahasiswa dapat belajar dengan optimal dan berkesan.

(18)

Dari hasil observasi dan wawancara prapenelitian secara acak dengan mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, beberapa mahasiswa mengaku mengalami kesulitan dalam beradaptasi mempelajari sesuatu dengan ilmu dengan lebih mendalam dengan perbedaan bahasa dan referensi dan sosialisasi yang mana menyebabkan individu mengalami rasa bingung, cemas, kurang mengerti dengan aturan dan norma untuk berperilaku di lingkungan baru serta masalah kesihatan akibat stress yang berpanjangan.

Kondisi ini mempengaruhi proses pembelajaran dan seterusnya mempengaruhi pemahaman terhadap ilmu dan sekaligus mempengaruhi hasil ujian.

Untuk mengelakkan daripada masalah ini dari terus berlaku dan menjamin masa hadapan mahasiswa kedokteran Universitas Hasanuddin, dilakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pembelajaran terhadap nilai IPK mahasiswa kedokteran Universitas Hasanuddin angkatan 2014-2016.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka disusunlah rumusan masalah yaitu:

Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pembelajaran terhadap nilai IPK mahasiswa angkatan 2014-2016 fakultas kedokteran Universitas Hasnuddin tahun 2017 ?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

(19)

Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pembelajaran terhadap nilai indeks prestasi kumulatif (IPK) mahasiswa kedokteran Unhas.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui distribusi IPK pada mahasiswa angkatan 2014-2016 Fakultas kedokteran Universitas Hasanuddin.

2. Mengetahui faktor eksternal dan faktor internal yang bisa mempengaruhi kualitas pembelajaran mahasiswa kedokteran Unhas

3. Mengetahui distribusi dari faktor kinerja dosen, sarana dan prasarana, kesihatan fizik dan psikis, motivasi belajar baik di kalangan mahasiswa.

4. Mengetahui hubungan di antara faktor eksternal dan faktor internal terhadap nilai indeks prestasi kumulatif (IPK).

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis penelitian ini adalah memperkaya kajian bidang ilmu kedokteran, khususnya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pembelajaran terhadap nilai indeks prestasi kumulatif pada mahasiswa kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Sebagai bahan masukan bagi mahasiswa dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nilai indeks prestasi kumulatif

(20)

(IPK) pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, maka diharapkan dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan keberhasilan belajar dan mengurangkan masalah pelajar DO (drop out)

2. Sebagai bahan kajian bagi Fakultas Kedokteran di Indonesia, khususnya Universitas Hasanuddin, dalam upaya meningkatkan kualitas lulusan di masa mendatang.

(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualitas pembelajaran

Kualitas pembelajaran adalah suatu titik tolak ukur yang dapat menentukan berhasil atau tidaknya proses pembelajaran. ukuran berkualitas atau tidaknya suatu sekolah adalah relatif, karena tolak ukur yang digunakan terus menerus akan senantiasa mengalami perubahan sesuai dengan perubahan tantangan era atau zaman. (A., 2004)

Konsep peningkatan kualitas pendidikan merupakan salah satu unsur dari paradigma baru pengelolaan pendidikan di Indonesia. Paradigma tersebut mengandung atribut pokok yaitu relevan dengan kebutuhan masyarakat pengguna lulusan, suasana akademik yang kondusif dalam penyelenggaraan program studi, adanya komitmen kelembagaan dari para pimpinan dan staf terhadap pengelolaan organisasi yang efektif dan produktif, keberlanjutan program studi, serta efisiensi program secara selektif berdasarkan kelayakan dan kecukupan. Dimensi-dimensi tersebut mempunyai kedudukan dan fungsi yang sangat strategis untuk merancang dan mengembangkan usaha penyelenggaraan pendidikan yang berorientasi kualitas pada masa yang akan datang.

Kualitas pembelajaran secara operasional dapat diartikan sebagai intensitas keterkaitan sistemik dan sinergis guru, siswa, materi, iklim pembelajaran, dan media dalam menghasilkan proses dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan tuntutan kurikuler

(22)

Mutu sama dengan arti kualitas dapat diartikan sebagai kadar atau tingkatan dari sesuatu, oleh karena itu kualitas mengandung pengertian:

1. Tingkat baik dan buruknya suatu kadar

2. Derajat atau taraf (kepandaian, kecakapan, dan sebagainya);

mutu.

Menurut Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry bahwa kualitas adalah kualitas/mutu; baik buruknya barang. Dari pengertian tersebut maka kualitas atau mutu dari sebuah pendidikan harus ditingkatkan baik itu sumber daya manusia, sumber daya material, mutu pembelajaran, kualitas lulusan dan sebagainya. Dari berbagai pengertian yang ada, pengertian kualitas pendidikan sebagai kemampuan lembaga pendidikan untuk menghasilkan proses, hasil, dan dampak belajar yang optimal.

Dari sisi guru, kualitas dapat dilihat dari seberapa optimal guru mampu memfasilitasi proses belajar siswa. Bahwa setiap guru atau tenaga pengajar memiliki tanggung jawab terhadap tingkat keberhasilan siswa belajar dan keberhasilan guru mengajar. Belajar hanya dapat terjadi apabila murid sendiri telah termotivasi untuk belajar. Guru harus secara bertahap dan berencana memperkenalkan manfaat belajar sebagai sebuah nilai kehidupan yang terpuji, sehingga murid belajar karena didasari oleh nilai yang lebih tinggi bagi kehidupan murid sendiri. Walaupun proses ini tidak sederhana, guru harus tetap berusaha menanamkan sikap positif dalam belajar, karena ini merupakan bagian yang sangat penting didalam proses belajar untuk mampu belajar.

(23)

Sementara itu dari sudut kurikulum dan bahan belajar kualitas dapat dilihat dari seberapa relevan kurikulum dan bahan belajar mampu menyediakan aneka stimulus dan fasilitas belajar secara berdiversifikasi (dengan penganekaragaman, penerapan beberapa cara, perbedaan) Dari aspek iklim pembelajaran, kualitas dapat dilihat dari seberapa besar suasana belajar mendukung terciptanya kegiatan pembelajaran yang menarik, menantang, menyenangkan dan bermakna bagi pembentukan profesionalitas kependidikan.

Dari sisi media belajar kualitas dapat dilihat dari seberapa efektif media belajar digunakan oleh guru untuk meningkatkan intensitas belajar siswa. Dari sudut fasilitas belajar kualitas dapat dilihat dari seberapa kontributif (memberi sumbangan) fasilitas fisik terhadap terciptanya situasi belajar yang aman dan nyaman. Sedangkan dari aspek materi, kualitas dapat dilihat dari kesesuainnya dengan tujuan dan kompetensi yang harus dikuasi siswa.

Oleh karena itu kualitas pembelajaran secara operasional dapat diartikan sebagai intensitas keterkaitan sistemik dan sinergis guru, mahasiswa, kurikulum dan bahan ajar, media, fasilitas, dan sistem pembelajaran dalam menghasilkan proses dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan tuntutan kurikuler. (Mariani, 2009)

2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pembelajaran

Hasil belajar sebagai salah satu indikator pencapaian tujuan pembelajaran di kelas tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi

(24)

hasil belajar itu sendiri. Faktor- faktor tersebut menurut Dalyono (2005) adalah :

a. Faktor Internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu sedang belajar, meliputi :

1. Kesehatan

Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Bila seseorang selalu tidak sehat, sakit kepala, demam, pilek, batuk dan sebagainya, dapat mengakibatkan tidak bergairahnya belajar. Karena itu, pemeliharaan kesehatan sangat penting bagi setiap orang baik fisik maupun mental agar badan tetap kuat, pikiran selalu segar dan bersemangat dalam melakukan kegiatan belajar. . Seseorang dalam keadaan segar jasmaninya akan berbeda menerima proses belajarnya dari orang yang ada dalam keadaan lelah. Seseorang yang kekurangan gizi ternyata kemampuannya berada dibawah mereka yang tidak kekurangan gizi. Mereka yang kurang gizi mudah lelah, mudah mengantuk, dan tidak mudah menerima pelajaran. (Daryanto, 2010) (Dalyono, 2005)

2.Kondisi panca indera

Disamping kondisi fisiologis umum, hal yang tak kalah pentingnya adalah kondisi panca indera terutama penglihatan dan pendengaran. Sebagian besar yang dipelajari manusia diterima menggunakan penglihatan dan pendengaran. Seseorang belajar

(25)

dengan membaca, melihat contoh atau model, melakukan observasi, mengamati hasil eksperimen, mendengarkan keterangan guru dan orang lain,mendengarkan ceramah, dan lain sebagainya.

(Daryanto, 2010) 3. Inteligensi dan bakat

Inteligensi dan bakat besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Orang yang memiliki inteligensi baik umumnya mudah belajar dan hasilnya cenderung baik. Sebaliknya orang yang inteligensi rendah cenderung mengalami kesulitan dalam belajar, lambat berpikir sehingga prestasinya rendah. Bakat juga besar pengaruhnya dalam menentukan keberhasilan belajar. Orang yang mempunyai inteligensi tinggi dan bakatnya ada dalam bidang yang dipelajari, maka proses belajarnya akan lancar dan sukses.

(Dalyono, 2005) 4. Minat dan motivasi

Minat dan motivasi adalah dua aspek psikis yang juga besar pengaruhnya terhadap pencapaian prestasi belajar. Minat dapat timbul dari ada daya tarik dari luar dengan juga datang dari hati dalam diri. Motivasi merupakan daya penggerak atau pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan. Minat dan motivasi merupakan modal yang besar untuk mencapai cita-cita atau memperoleh benda dan tujuan yang ingin dicapai. (Dalyono, 2005) 5. Cara belajar

(26)

Cara belajar juga mempengaruhi pencapaian hasil belajar. Belajar tanpa memperhatikan teknik dan faktor-faktor fisiologis, psikologis, ilmu kesehatan akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan. Belajar secara teratur setiap hari, pembagian waktu yang baik, cara memilih belajar yang tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan hasil belajar. (Daryanto, 2010)

b. Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar individu, meliputi : 1. Keluarga

Keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak serta kerabat yang menjadi penghuni rumah. Faktor orang tua dan faktor keadaan rumah sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan seseorang dalam belajar. (Daryanto, 2010)

Sebagai contoh, mahasiswa yang berkuliah di wilayah diluar atau wilayah asalnya mempengaruhi nilai hasil pembelajaran. Hal ini kerana mahasiswayang tinggal bersama orang tuanya akan mendapat layanan dan bantuan dalam menguruskan seharian, manakala pelajar yang tinggal bersendirian harus menguruskan dengan sendiri. Dan ini akan menyebabkan mahasiswa yang berjauhan dengan keluarga akan tercicir di dalam pembelajarannya.

Tetapi ini tidak berlaku pada semua mahasiswayang tinggal berasingan dengan orang tuanya, bahkan sebagian dari mereka menjadikan ini sebagai motivasi mereka dan pengalaman mereka untuk belajar dengan lebih bersungguh-sungguh dan akhirnya

(27)

mendapat prestasi yang lebih cemerlang dari mahasiswa yang tinggal bersama orang tua. Oleh itu, pentingmnya mahasiswa itu untuk mencari semangat dan motivasi untuk terus belajar walaupun apa jua keadaan yang dihadapi. Biasanya dukungan yang diberikan keluarga, teman, dukungan dari orang-orang di sekitarnya biasa disebut sebagai dukungan sosial.

2. Sekolah

Keadaan tempat belajar turut mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar. Kualitas guru, metode mengajarnya, keadaan fasilitas atau perlengkapan sekolah, keadaan ruangan, jumlah mahasiswa dalam satu kelas, pelaksanaan tata tertib sekolah, semua ini mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang. (Dalyono, 2005). Baik buruknya kondisi lingkungan fisik juga akan berpengaruh terhadap prestasi belajar peserta didik kondisi lingkungan yang gaduh, kotor, panas, belajarnya menjadi kurang efektif. Sebaliknya kondisi yang tenang dan bersih, sejuk, segar akan membantu meningkatkan konsentrasi dalam belajar. Lingkungan non fisik memiliki peran yang besar juga dalam pengaruhnya terhadap kondisi belajar terutama pengaturan lingkungan belajar, penampilan, sikap pendidik, hubungan yang harmonis antara pendidik dan peserta didik dan antara sesama peserta didik itu sendiri, serta organisasi dan bahan pembelajaran secara tepat, sesuai dengan kemampuan dan perkembangan peserta didik.

(28)

Kemudian dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) lebih berorientasi kepada proses bukan berorientasi kepada materi.

(Yamin, 2007). Menurut Soedomo, bahwa semakin menyenangkan tata lingkungan fisik, akan memberi dampak positif bagi proses belajar (Mulyasa,2005) (Udiyono, 2011)

3. Masyarakat

Keadaan masyarakat menentukan prestasi belajar. Apabila disekitar tempat tinggal keadaan rumah masyarakat dari orang- orang yang berpendidikan, anak-anaknya rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya baik maka akan mendorong anak lebih baik belajar. Tetapi sebaliknya, apabila tempat tinggal di lingkungan masyarakat banyak anak-anak nakal, tidak bersekolah dan pengangguran maka akan mengurangi semangat belajar sehinga minat untuk belajar pun berkurang. (Dalyono, 2005)

4. Lingkungan sekitar

Keadaan tempat tinggal misalnya keadaan lingkungan, bangunan rumah, suasana rumah sekitar, keadaan lalu lintas, iklim dan sebagainya dapat mempengaruhi prestasi belajar. Pendapat lain tentang faktor yang mempengaruhi hasil belajar, sebagai berikut:

(Daryanto, 2010) 5. Faktor Instrumental

Faktor-faktor instrumental adalah yang penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini

(29)

diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan yang telah dirancang. Faktor-faktor ini dapat berupa (Daryanto, 2010) :

a. Perangkat keras /hardware misalnya gedung, perlengkapan belajar,

alat-alat praktikum, dan sebagainya.

b. Perangkat lunak /software seperti kurikulum, program, dan

pedoman belajar lainnya 6. Kurikulum

Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan dirancangkan secara sistematik atas dasar norma- norma yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Ketentuan umum pasal 1 menyebutkan kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. (Sigit, 2009)

(30)

7. Faktor Dosen

Dosen sebagai tenaga berpendidikan memiliki tugas menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar, membimbing, melatih, mengolah, meneliti dan mengembangkan serta memberikan penalaran teknik karena itu setiap dosen harus memiliki wewenang dan kemampuan profesional, kepribadian dan kemasyarakatan Mengenai tenaga kependidikan, standar pengetahuan dan kompetensi guru atau dosen menjadi tolok ukur semua pihak yang berkepentingan di bidang pendidikan dalam rangka pembinaan. Peningkatan kualitas dan menuju pada jenjang karir bagi seorang guru atau dosen dalam hal ini mengacu pada standar kompetensi guru. Kemampuan mengajar merupakan penentu keberhasilan proses pembelajaran. Guru atau dosen harus dapat mengembangkan potensi dirinya dalam hal pengetahuan dan ketrampilan, serta menguasai akademiknya. Dosen juga menunjukkan flesibilitas yang tinggi dan gaya memimpin kelas yang selalu disesuaikan dengan keadaan, situasi kelas yang diberi pelajaran, sehingga dapat menunjang tingkat prestasi. (Sigit, 2009)

2.3 Indeks prestasi kumulatif

Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) merupakan angka yang menunjukkan prestasi atau kemajuan belajar mahasiswa secara kumulatif mulai dari semester pertama sampai dengan semester paling akhir yang telah ditempuh. .

(31)

Dalam buku Peraturan Akademik UNHAS Pasal 34 ayat 1, disebutkan tentang indeks prestasi bahwa keberhasilan studi mahasiswa program diploma dan sarjana dinyatakan dengan indeks prestasi (IP) yang dihitung melalui nilai konversi, seperti yang tercantum pada Pasal 31 ayat (4). Pasal 34 ayat 2 disebutkan indeks prestasi kumulatif (IPK) dihitung dari semua nilai mata kuliah dari semua semester yang sudah diikuti oleh mahasiswa. (Hasanuddin, 2009)

Dosen hanya dapat memberikan nilai hasil belajar suatu matakuliah apabila telah menyelenggarakan sekurang-kurangnya 80 % materi rancangan pembelajaran. Mahasiswa yang berhak mendapat nilai hasil belajar adalah mereka yang telah mengikuti kegiatan pembelajaran sekurang-kurangnya 80%. Penilaian hasil belajar akan diberikan dalam bentuk nilai mutu berdasarkan kesetaraan dari nilai angka, dan untuk kepentingan penetapan IPK nilai mutu disetarakan ke nilai konversi.

Kesetaraan nilai angka, nilai mutu, dan nilai konversi untuk program diploma dan sarjana (S-1) diberikan dalam tabel berikut (Hasanuddin, 2009):

Nilai Angka Nilai Mutu Nilai Konversi

>85 A 4,00

81-85 A- 3,75

76-80 B+ 3,50

71-75 B 3,00

(32)

66-70 B- 2,75

61-65 C+ 2,50

51-60 C 2,00

45-50 D 1,00

<45 E 0,00

Tabel 2.3.1 Nilai angka, nilai mutu dan nilai konversi pada program diploma sarjana

Selain nilai A sampai dengan E, juga digunakan nilai K (kosong) diberikan kepada mahasiswa yang mengundurkan diri secara sah dan tertulis atas persetujuan dekan/ direktur. Nilai T adalah nilai yang ditunda karena belum semua tugas akademik diselesaikan oleh mahasiswa pada waktunya. Batas waktu berlakunya nilai T adalah ujung akhir semester bersangkutan, saat semester berikutnya dimulai dan mahasiswa tidak menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen maka nilai T berubah secara otomatis menjadi nilai E. Penetapan nilai hasil belajar dilakukan oleh dosen pengampu matakuliah; nilai A, B, C, dan D adalah nilai lulus, sedangkan E adalah nilai tidak lulus. Nilai lulus tidak dapat diulangi pada semester selanjutnya kecuali:

a. Nilai D, b. Nilai C

Syarat telah melulusi minimal 110 sks dan sementara IPK < 3,0.

(33)

Nilai hasil belajar pada akhir semester adalah gabungan nilai dari semua bentuk penilaian selama semester berjalan. Pembobotan setiap bentuk penilaian untuk memperoleh nilai kumulatif pada akhir semester dan nilai lulus ditetapkan oleh dosen dan tercantum dalam GBRP. Nilai hasil belajar mahasiswa dicantumkan pada kartu hasil studi (KHS). Pasal 34 Indeks Prestasi (IP). Indeks prestasi semester (IPS) dihitung dari nilai ujian dan bobot kredit setiap matakuliah yang tercantum dalam KRS dengan rumus sebagai berikut dan Indeks prestasi kumulatif (IPK) dihitung dari semua nilai matakuliah dari semua semester yang sudah diikuti oleh mahasiswa dengan menggunakan rumus ini:

IPS =

Ki = bobot sks matakuliah ke-i dalam satu semester

Ni = nilai mutu setelah disetarakan ke nilai konversi matakuliah ke-i

Akhirnya, nilai IPK akan dikeluarkan dan predikat kelulusan yang akan menjadi penunjuk hasil pembelajaran seseorang itu.

Tabel 2.3.2 Nilai IPK mengikut mengikut predikat kelulusan

Nilai Angka

Cumlaude (Dengan Pujian) 3,51-4,00 Sangat Memuaskan 2,76-3,50

Memuaskan 2,00-2,75

(34)

BAB III

KERANGA KONSEP

3.1 Dasar Pemikiran Variabel Penelitian

Kualitas pembelajaran adalah suatu titik tolak ukur yang dapat menentukan berhasil atau tidaknya proses pembelajaran

.

Proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor dan berbeda di antara mahasiswa. Faktor-faktor tersebut adalah faktor dari individu (internal) dan dari luar individu (eksternal). Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu yang mencakup kesehatan, intelegensi dan bakat, minat dan motivasi serta gaya belajar. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu yang mencakup keluarga, lembaga pendidikan, masarakat dan lingkungan sekitar. Jika mahasiswa dapat menangani faktor ini dengan baik, maka terbentuklah mahasiswa yang berdaya saing dan berpresatasi cemerlang, (Mariani, 2009) .

Jadi berdasarkan daripada permasalahan tersebut, faktor-faktor yang akan diteliti dan dibahas adalah:

2.1.1 Kinerja dosen

2.1.2 Sarana dan prasarana 2.1.3 Kesihatan fizik dan psikis 2.1.4 Motivasi belajar

2.1.5 Faktor ekonomi

(35)

3.2 Kerangka Konsep

Gambar 3.2. Kerangka Konsep Variabel Independen

Kinerja dosen

Sarana dan prasarana Kesihatan fizik dan

psikis Motivasi belajar

Variabel Dependen

IPK Sangat Memuaskan

(2,76-3,50)

Memuaskan (2,00-2,75) Dengan Pujian

(3,51-4,00)

(36)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah penelitian yang bertujuan untuk mencari hubungan antara variable satu dengan variable lainnya. Metode yang digunakan adalah metode penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Teknik yang akan digunakan adalah penelitian survei yang bersifat kuantitatif untuk meneliti perilaku suatu individu atau kelompok.

Penelitian survei ini akan menggunakan kuesioner sebagai alat pengambil data. Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. (Hasibuan, 2007)

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai tanggal Oktober 2017 sehingga November 2017.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi Penelitian

(37)

1. Populasi Target

Mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin dari angkatan 2014-2016.

4.3.2 Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini dipilih dari populasi yang telah memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi yang telah ditetapkan.

4.4 Kriteria Sampel 4.4.1 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Unhas angkatan 2014-2016.

2. Mahasiswa yang menulis nilai indeks prestasi kumulatif (IPK) 3. Mahasiswa yang bersedia menjadi respoden

4.4.2 Kriteria Eksklusi

Kriteria ekslusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Mahasiswa yang tidak mengisi kuesioner dengan lengkap.

2. Mahasiswa yang tidak mengembalikan kuesioner.

3. Mahasiswa yang tidak menulis nilai indeks prestasi kumulatif (IPK)

4.4.3 Besar sampel

Besar sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin sebagai berikut:

(38)

Keterangan : n = jumlah sampel N= jumlah populasi

d = tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan (0,05-0,1) Populasi dalam penelitian ini berjumlah 952 orang dan presisi yang ditetapkan atau tingkat signifikansi adalah 0.1, maka besarnya sampel pada penelitian ini adalah:

dibulatkan menjadi 91

Jadi, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 91 sampel

4.4.4 Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel adalah Quota Sampling di mana teknik ini menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-

(39)

ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Oleh kerana sampel pada penelitian ini dilakukan secara kelompok yaitu dari angkatan 2014, 2015, dan 2016, maka pengambilan sampel dibagi rata sehingga mencukupi jumlah (kuota) yang diinginkan yaitu sebanyak 90 sampel.

4.5 Definisi Operasional 4.5.1 Kualitas pembelajaran

Dalam konteks pendidikan pengertian mutu, dalam hal ini mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan. Dalam "proses pendidikan" yang bermutu terlibat berbagai input, seperti; bahan ajar (kognitif, afektif, atau psikomotorik), metodologi (bervariasi sesuai kemampuan guru) atau kinerja dosen, sarana dan prasarana, kesihatan psikis dan psikis , motivasi belajara mahasiswa dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif. Kualitas pembelajaran ini dapat dinilai berdasarkan nilai yang diperolehi daripada ujian yang telah dilaksanakan.

Nilai Angka Nilai Mutu Nilai Konversi

>85 A 4,00

81-85 A- 3,75

76-80 B+ 3,50

71-75 B 3,00

(40)

66-70 B- 2,75

61-65 C+ 2,50

51-60 C 2,00

45-50 D 1,00

<45 E 0,00

Tabel 4.5.1 Nilai angka, nilai mutu, nilai konversi bagi S1 4.5.2 Pencapaian Indeks Prestasi Kumulatif

Angka yang menunjukkan keberhasilan studi atau prestasi belajar mahasiswa pada semester pertama dan semester kedua yang telah ditempuh dan dihitung secara kumulatif.

Hasil Ukur : 3,51-4,00 = Cumlaude (Dengan Pujian) 2,76-3,50 = Sangat Memuaskan

2,00-2,75 = Memuaskan

4.5.3 Kinerja Dosen

Cara dosen dan tenaga kependidikan, standar pengetahuan dan kompetensi guru atau dosen menjadi tolok ukur semua pihak yang berkepentingan di bidang pendidikan dalam rangka pembinaan.

Dosen juga menunjukkan flesibilitas yang tinggi dan gaya memimpin kelas yang selalu disesuaikan dengan keadaan, situasi kelas yang diberi pelajaran, sehingga dapat menunjang tingkat prestasi siswa semaksimal mungkin. Selaian itu, kehadiran dosen di kelas, kaedah pembawakan materi, membawakan materi sesuai

(41)

dengan `kompetensi, pembelajaran dua arah dan pemberian tugasan kepada mahasiswa juga salah satu kinerja dosen yang boleh memberi factor kepada mahasiswa untuk meningkatkan prestasi belajar.

4.5.4 Sarana dan prasarana

Kemudahan dan tempat yang telah disediakan oleh pihak universitas sepanjang sesi pembelajaran sedang dan selepas berlangsung terutama ruangan pembelajaran dan latihan yang memainkan peranan yang sangat penting. Selain itu, berupa media atau alat bantu belajar serta bahan baku penunjang. Alat bantu belajar merupakan semua alat yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam melakukan perbuatan belajar.

4.5.5 Kesihatan fizik dan psikis

Keadaan fisik menunjukkan pada tahap pertumbuhan, kesehatan jasmani, keadaan alat-alat indera, pemakanan harian, kadar stress, pola tidur, Keadaan psikis menunjuk pada keadaan stabilitas atau labilitas mental siswa, keadaan fisik dan psikis yang sehat sangat berpengaruh positif terhadap kegiatan belajar mengajar dan sebaliknya.Sebagai contoh, hubungan antara keluarga,ekonomi dan rakan sekelas.

4.5.6 Motivasi belajar

Motivasi adalah dorongan yang menyebabkan seseorang melakukan suatu tindakan belajar. Seseorang melakukan suatu tindakan apabila tindakan itu menarik perhatian dan minatnya didasarkan sebagai

(42)

suatu kebutuhan sebagai contoh untuk mendapat lamaran kerja yang bagus atau untuk mendapatkan biasiswa didalam pembelajaran.

4.6 Pengumpulan dan pengolahan data

4.6.1 Sumber dan Cara Pengumpulan Data

Jenis sumber data yang dikumpulkan adalah data primer. Data primer ini dikumpul dengan menggunakan kuisioner. Kuisioner ini digunakan untuk seluruh variabel penelitian, yang terdiri dari variabel bebas (kinerja dosen, sarana dan prasarana, kesihatan fizik dan psikis dan motivasi belajar) dan variabel terikat (nilai IPK mahasiswa).

4.6.2 Instrumen Pengumpulan Data a. Kinerja dosen

Skala : Nominal

Alat Ukur : Kuesioner Ya/Tidak dan komentar

Cara Ukur :Responden mengisi 8 pernyataan terkait kinerja dosen adakah baik atau tidak. Jika dijawab Ya diberikan skor 1 dan Tidak diberikan skor 0.

Hasil Ukur : Kinerja dosen baik: Jika jawaban yang diperoleh ≥ 4 Ya

Kinerja dosen kurang baik: Jika jawaban diperoleh < 4 Ya

(43)

b. Sarana dan prasarana

Skala : Nominal

Alat Ukur : Kuesioner Ya/Tidak dan komentar

Cara Ukur :Responden mengisi 9 pernyataan terkait sarana dan prasarana adakah baik atau tidak.

Jika dijawab Ya diberikan skor 1 dan Tidak diberikan skor 0.

Hasil Ukur : Sarana yang lengkap Jika jawaban diperoleh ≥ 5 Ya

:Sarana yang tidak lengkap Jika jawaban diperoleh < 5 Ya

c. Kesihatan fizik dan psikis Skala : Nominal

Alat Ukur : Kuesioner Ya/Tidak dan komentar.

Cara Ukur :Responden mengisi 10 pernyataan terkait kesihatan fizik dan psikis. Jika dijawab Ya diberikan skor 1 dan Tidak diberikan skor 0.

Hasil Ukur : Kesihatan yang bagus. Jika jawaban diperoleh ≥5 Ya

:Kesihatan yang kurang bagus Jika jawaban diperoleh <5 Ya

(44)

d. Motivasi belajar

Skala : Nominal

Alat Ukur : Kuesioner Ya/Tidak dan komentar.

Cara Ukur :Responden mengisi 8 pernyataan terkait kesihatan fizik dan psikis. Jika dijawab Ya diberikan skor 1 dan Tidak diberikan skor 0.

Hasil Ukur :Bermotivasi. Jika jawaban diperoleh ≥4 Ya

:Tidak bermotivasi. Jika jawaban diperoleh

<4 Ya

4.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah menggunakan komputer.

Peneliti menggunakan software SPSS 22 untuk mengolah data dan melakukan analisis statistik di mana bagi analisis hubungan antara variabel, peneliti menggunakan Uji Pearson Chi-Square dan bagi menentukan korelasi antara variabel pula, peneliti menggunakan uji bivariat korelasi Spearman Rho.

4.8 Etika penelitian

Semua data yang telah diberikan oleh responden di atas kuisioner adalah untuk kegunaan peneliti sahaja dalam menyelesaikan tugas penelitian ini.

Sebarang bentuk fotokopi data oleh pihak yang tidak berkepentingan

(45)

adalah tidak dibenarkan. Kerahasiaan data adalah di pertanggungjawabkan sepenuhnya ke atas peneliti.

4.9 Alur penelitian

Populasi

(Mahasiswa angkatan 2014-2016 di Fakultas Kedokteran Unhas)

Sampel

(20 mahasiswa angkatan 2104-2016 secara random di Fakultas Kedokteran Unhas)

Kriteria

(Inklusi: Mahasiswa yang melengkapi kuesioner) (Ekslusi: Mahasiswa yang tidak melengkapi kuesioner)

Persetujuan Etik

Kuesioner

Input data di computer

Data dianalisa menggunakan Microsoft Excel dan SPSS IBM

Mengeluarkan hasil penilitian Gambar 4.9 Alur penelitian

(46)

4.10.1 ETIKA PENELITIAN

Penelitian ini akan dilakukan setelah memperoleh ethical clearance dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan (KEPK) Fakultas Kedokteran Universias Hasanuddin serta dengan terlebih dahulu meminta izin dan kesediaan dari responden untuk mengisi kuesioner yang ada.

4.11 JADWAL PENELITIAN Minggu

I II III IV V VI VI I

VI

II IX X XI XI I

XI II

XI V

X V

X Kegiatan VI

Pengambi lan data Pengolaha n dan analisis data Seminar hasil Ujian akhir Skripsi

Gambar 4.11 Jadwal Penelitian

(47)

BAB V

HASIL PENELITIAN 5.1 Validitas dan Reabilitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui ketepatan instrument yang digunakan sebagai alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu item dikatakan memiliki nilai validitas yang baik apabila memiliki nilai Pearson correlation (r hitung) lebih dari r table. (Murti, 2011)

Tabel 5.1.1 Hasil Uji Validitas pada Item Kuesioner

No Variabel Range R hitung

1 Kinerja dosen 0,394-0,627

2 Sarana dan Prasarana 0,290-0,656

3 Kesehatan fisik dan psikis 0,112-1,564*

4 Motivasi belajar 0,439-0,681

Sumber: Data primer

* pada variabel kesehatan fisik dan psikis terdapat 3 soalan yang kurang validitasnya, hal ini kerana kalimat atau perkataan yang sulit dipahami yaitu pada soalan 4,7 dan 9.

Uji reabilitas dilakukan untuk mengetahui kehandalan instrument penelitian menghasilkan ukuran yang konsisten apabila digunakan untuk melakukan

(48)

pengukuran berkali-kali. (SR, n.d.) (Murti, 2011)Terdapat dua aspek realibilitas alat ukur: Konsistensi internal/homogenitas (dengan homogen mengukur berbagai aspek yang berbeda dari satu variabel yang sama) dan stabilitas/reprodusibilitas (stabil untuk mengukur variabel subjek peneitian pada kondisi yang identic.

Cronbach’s a alpha merupakan koefisien konsistensi internal yang paling sering digunakan untuk analisis reabilitas. Menilai reabilitas suatu instrumen juga dapat dilakukan dengan melihat nilai Cronbach alpha, berikut interpretasi nilai Cronbach alpha:

1. Kurang reliabel: 0,00-0,20 2. Agak reliable: 0,21-0,40 3. Cukup reliable: 0,41-0,60 4. Reliabel: 0,61-0,80 5. Sangat reliable: 0,81-1,0

Tabel 5.1.2 Hasil Uji Reliabilitas pada Item Kuesioner

No Variabel Cronbach alpha

1 Kinerja dosen 0,610

2 Sarana dan prasarana 0,733

3 Kesehatan fisik dan psikis 0,005**

4 Motivasi belajar 0,700

Sumber: Data primer

(49)

** pada variabel kesehatan fisik dan psikis kurang variabelnya, ini karena kurang valid kuesionernya sehingga harus diubah sebelum digunakan untuk penelitian yang selanjutnya.

5.2 Data Umum

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi respoden berdasarkan Angkatan, Kelas dan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)

Karakteristik N Persentase %

Angkatan

2013 30 33,3

2014 30 33,3

2015 30 33,3

Total 90 100

Kelas

A 19 21,2

B 39 43,3

C 32 35,6

Total 90 100

Indeks Prestasi Kumulatif

0,00-2,75 14 15,6

(50)

2,76-4,00 76 84,4

Total 90 100

Sumber: Data primer

Karakteristik respoden berdasarkan angkatan terbagi kepada tiga yaitu angkatan 2014, 2015 dan 2016. Setiap angkatan diambil sebanyak 30 orang dan total respoden yang diperolehi adalah 90 orang. Dilihat dari segi kelas, respoden dibagi kepada tiga kelas yaitu kelas A seramai 19 orang (21,2%), kelas B seramai 39 orang (43,3%) dan kelas C seramai 32 orang (35,6%). Indeks prestasi kumulatif terbagi kepada dua kelas iaitu kelas 0-2,75 seramai 14 orang (15,6%) dan kelas 2,76-4,00 seramai 76 orang (84,4%).

5.3 Data khusus

Table 5.3.1 Distribusi Frekuensi Kinerja Dosen Frekuensi Persentase %

Baik 81 90

Kurang Baik 9 10

Total 90 100

Sumber: Data primer

Berdasarkan table 5.3.1 menunjukkan bahwa sebagian besar kinerja dosen menurut mahasiswa adalah baik yaitu 81 mahasiswa (90%).

(51)

Table 5.3.2 Distribusi Frekuensi Sarana dan Prasarana Frekuensi Persentase %

Baik 55 61,1

Kurang Baik 35 38,9

Total 90 100

Sumber: Data primer

Berdasarkan table 5.3.2 menunjukkan bahwa sebagian besar sarana dan prasarana yang disediakan menurut mahasiswa adalah baik yaitu 55 mahasiswa (61,1%) Table 5.3.3 Distribusi Frekuensi Kesehatan Fisik dan Psikis

Frekuensi Persentase %

Baik 32 35,6

Kurang Baik 58 64,4

Total 90 100

Sumber: Data primer

Berdasarkan table 5.2.3 menunjukkan bahwa sebagian besar kesehatan fisik dan psikis mahasiswa adalah kurang baik yaitu 58 mahasiswa (64,4%).

Table 5.3.4 Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Frekuensi Persentase %

Baik 60 66,7

(52)

Kurang Baik 30 33,3

Total 90 100

Sumber: Data primer

Berdasarkan table 5.3.4 menunjukkan bahwa sebagian besar motivasi belajar mahasiswa adalah baik yaitu 60 mahasiswa (66,7%).

Untuk mengetahui pengaruh hubungan variable bebas (kinerja dosen, sarana dan prasarana, kesehatan fisik dan psikis dan motivasi belajar) terhadap variable terikat (nilai IPK), terlebih dahulu dilakukan analisis chi square untuk menganalisis hubungan antara variable bebas (kinerja dosen, sarana dan prasarana, kesehatan fisik dan psikis dan motivasi belajar) dengan variable terikat (nilai IPK), dengan hasil:

Tabel 5.3.5 Hubungan kinerja dosen, sarana dan prasarana, kesehatan fisik dan psikis dan motivasi belajar dengan nilai IPK mahasiswa kedokteran Unhas.

No Variabel

Nilai IPK

P value

Kurang baik Baik

n=1 0-2,75

% n=2

2,76- 4,00

%

Kinerja Dosen

(53)

1 Baik 13 16,0 68 84,0

0,698

2 Kurang baik 1 11,1 8 88,9

Sarana dan Prasarana

1 Baik 11 20,0 44 80,0

0,145

2 Kurang baik 3 8,6 32 91,4

Kesehatan fisik dan psikis

1 Baik 4 12,5 28 87,5

0,552

2 Kurang baik 10 17,2 48 82,8

Motivasi Belajar

1 Baik 11 18,3 49 81,7

0,304

2 Kurang baik 3 10,0 27 90,0

Sumber: Data primer

Berdasarkan hasil analisis bivariate pada table 5.3.5, diketahui bahawa variabel kinerja dosen tidak ada hubungan yang bermakna antara faktor kinerja dosen dengan nilai indeks prestasi kumulatif (IPK) yang ditunjukkan dengan p=0,698. Sebanyak 68 mahasiswa yang mempunyai nilai IPK kelas dua dan 13 orang mahasiswa yang mempunyai nilai IPK kelas satu menyatakan faktor kinerja dosen bagi pendapat mereka adalah baik. Sebanyak 8 mahasiswa nilai IPK kelas dua dan 1 mahasiswa nilai IPK kelas satu menyatakan faktor kinerja dosen menurut mereka adalah kurang baik.

(54)

Variabel sarana dan prasarana diketahui tidak mempunyai hubungan yang bermakna antara faktor sarana dan prasarana dengan nilai IPK dengan nilai p=

0,145. Sebanyak 11 orang mahasiswa dengan nilai IPK kelas satu dan 44 mahasiswa nilai IPK kelas dua menyatakan bahawa sarana dan prasarana yang disediakan oleh pihak universitas adalah dalam keadaan yang baik. Manakala, 3 mahasiswa dengan nilai IPK kelas satu dan 32 mahasiswa IPK kelas dua, menurut mereka sarana dan prasarana yang disediakan kurang baik.

Variabel ketiga yaitu kesehatan fisik dan psikis diketahui tidak mempunyai hubungan yang bermakna antara faktor kesehatan dengan nilai IPK dengan nilai p= 0,552. Sebanyak 4 mahasiswa dengan nilai IPK kelas satu dan 28 mahasiswa IPK kelas dua mempunyai kesehatan fisik dan psikis yang baik. Selain itu, 10 mahasiswa,IPK kelas satu dan 48 mahasiswa IPK kelas dua mempunyai kesehatan fisik dan psikis kurang baik.

Variabel keempat adalah motivasi belajar. Hubungan antara faktor motivasi belajar dengan nilai IPK adalah tidak ada hubungan yang bermakna dengan nilai p= 0,304. Sebanyak 11 mahasiswa IPK kelas satu dan 49 mahasiswa IPK kelas dua menunjukkan mereka mempunyai motivasi belajar yang baik.

Sebaliknya,3 mahasiswa IPK kelas satu dan 27 mahasiswa IPK kelas dua tidak mempunyai motivasi belajar yang baik sepanjang perkuliahan berlangsung.

Tabel 5.3.6 Rekapitulasi hasil Uji Statistik Hubungan Variabel Bebas dengan Variabel terikat

(55)

No Variabel Bebas P Kesimpulan

1 Kinerja dosen 0,698 Tidak ada hubungan

2 Sarana dan Prasarana 0,145 Tidak ada hubungan

3 Kesehatan fisik dan

psikis

0,552 Tidak ada hubungan

4 Motivasi Belajar 0,304 Tidak ada hubungan

Sumber: Data primer

(56)

BAB VI

6.1- Pembahasan

Responden pada penelitian ini adalah golongan mahasiswa kedokteran Universitas Hasanuddin sebanyak 90 orang yang didistribusikan berdasarkan angkatan, kelas dan nilai indeks prestasi kumulatif (IPK). Pada Tabel 5.2 dapat dilihat bahawa setiap angkatan masing-masing terdiri daripada 30 orang mahasiswa yang menjadi respoden bagi penelitian ini. Seterusnya, mahasiswa dari kelas B (43,6%) yang banyak menjadi respoden berbanding dari kelas A (21,2%) dan kelas C (35,6%). Hal ini karena pada angkatan 2014 hanya terdapat 2 kelas yaitu kelas A dan Kelas B yang terdiri dari rata-rata 150 orang per kelas.

Angkatan 2015 dan angkatan 2016 masing-masing mempunyai tiga kelas yaitu Kelas A,B,C yang rata-rata mempunyai bilangan mahasiswa sebanyak 55 orang per kelas. Nilai indeks prestasi kumulatif yang paling banyak adalah kelas dua sebanyak 76 mahasiswa (84,4%) dan kelas satu 14 mahasiswa (15,6%).

Penelitian ini menggunakan random total sampling, jadi nilai IPK yang diperoleh kurang menepati sasaran kerana sasaran penelitian ini adalah untuk meneliti mahasiswa yang rendah nilai IPK yaitu nilai IPK di kelas satu.

Pada Tabel 5.3.1 menunjukkan bahwa sebagian besar kinerja dosen menurut mahasiswa adalah baik yaitu sebanyak 81 orang mahasiswa (90%). Hal ini menunjukkan bahwa kinerja dosen sepanjang pembelajaran adalah baik dan menggalakkan mahasiswa untuk lebih fokus dan ini menyebabkan mahasiswa mudah mengerti apa yang telah diajari. Pada analisis hubungan antara kinerja

(57)

dosen dengan nilai IPK, menunjukkan hasil p=0,698yang berarti tidak ada hubungan antara kinerja dosen dengan nilai IPK mahasiswa.

Dosen sebagai tenaga berpendidikan memiliki tugas menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar, membimbing, melatih, mengolah, meneliti dan mengembangkan serta memberikan penalaran teknik karena itu setiap dosen harus memiliki wewenang dan kemampuan professional, kepribadian dan kemasyarakatan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Stikes Insan SeAgung Bangkalan menunjukkan bahawa kinerja dosen mempunyai pengaruh terhadap nilai IPK mahasiswa. Jadi, apabila kinerja dosen semakin membaik maka nilai IPK mahasiswa akan semakin membaik. (Hikmah, 2015)

Menurut penelitian ini, kinerja dosen tidak mempengaruhi nilai IPK mahasiswa kedokteran Universitas Hasanuddin dan dapat dilihat apabila sebagian besar mahasiswa menyatakan bahwa kinerja dosen adalah baik. Ini bermaksud dosen yang mengajar mempunyai target dan cara mengajar yang efektif untuk menarik perhatian mahasiswa ketika mengajar.Ini dapat dilihat dengan kebanyakan mahasiswa memperolehi nilai IPK kelas dua dan hanya sebagian sedikit saja yang memperolehi nilai IPK kelas satu. Dengan zaman yang semakin canggih dengan teknologi, kebanyakan mahasiswa belajara secara mandiri dan berkelompok di rumah tanpa hanya menunggu materi dari dosen sahaja. Jadi, sistem pembelajaran kini sudah berubah dengan konsep diskusi. Ruang kuliah hanya membahas tentang apa yang tidak difahami dan bukan untuk mencari ilmu.

Dosen hanya mengubah dan memandu mahasiswa dengan ilmu yang betul. Ini bertepatan dengan penelitian ini apabila tidak ada hubungan antara faktor kinerja dosen dengan nilai IPK.

(58)

Bagi sebagian pelajar yang menyatakan bahawa kinerja dosen adalah kurang baik rata-rata menyatakan bahwa dosen hadir ke kelas tidak tepat waktu dan juga kurang memberikan tugas kepada mahasiswa berkenaan pelajaran yang diajar. Ini penting karena dengan tugasan dapat memandu mahasiswa dengan lebih betul agar ilmu yang dipelajari dan difahami terkini dan betul agar mahasiswa tidak mempelajari ilmu kedokteran di sumber-sumbr yang salah. Jadi, kinerja dosen tidak mempengaruhi nilai IPK mahasiswa kerna bukan dipengaruhi oleh cara dosen itu mengajar secara keseluruhan.

Kuesioner kinerja dosen yang yang dipilih yang menyebabkan hasil yang didapat tidak sesuai dengan harapan. Hal ini karena soalannya yang tidak spesifik dan sensitive serta jawaban yang tidak bervariasi yang menyebabkan respoden kurang jujur terhadap diri sendiri. Masalah yang seterusnya adalah berkemungkinan kuesioner yang diberikan mempunyai kata-kata atau bahasa yang tidak dipahami respoden dan ini menyulitkan respoden untuk menjawab kuesioner. Seterusnya, kemungkinan suasana universitas di Unhas berbeda dengan lokasi yang lain yang menyebabkan hasil yang didapat adalah tidak sesuai dengan harapan yaitu tidak ada hubungan antara faktor kinerja dosen dengan nilai IPK respoden. Oleh itu, kuesioner kinerja dosen haruslah diubah dan dibaiki sebelum digunakan untuk meneliti yang selanjutnya.

Pada table 5.3.2 menunjukkan bahwa sebagian besar sarana dan prasaran yang disediakan oleh pihak fakultas adalah baik yaitu sebanyak 55 mahasiswa (61,1%). Hal ini menunjukkan bahawa sarana dan prasarana yang disediakan cukup dan memudahkan aktivitas pembelajaran mahasiswa Unhas. Pada analisis hubungan antara sarana dan prasarana dengan nilai IPK mahasiswa menunjukkan

(59)

bahwa p= 0,145, yang artinya tidak ada hubungan antara sarana dan prasarana dengan nilai IPK mahasiswa. Penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh yang menyatakan sarana dan prasarana yang bersih dan aman akan memberikan dampak positif kepada prestasi belajar. (Saleh, Oktober 2014)

Pada penelitian ini menyatakan bahawa sarana dan prasarana tidak berpengaruh terhadap nilai IPK, ini karena dengan meningkatnya tahun maka sarana yang disediakan oleh pihak universitas bertambah baik. Ini dibuktikan pada angkatan 2015 dan 2016 yang dipecahkan kepada 3 kelas yang terdiri daripada 55 orang mahasiswa per kelas ,ini menyebabkan mahasiswa dapat belajar dengan keadaan yang tenang dan tidak bising di dalam kelas berbanding pada angkatan 2014 yang mempunyai dua kelas yang terdiri daripada 155 orang mahasiswa per kelas begitu juga angkatan diatasnya.

Dengan pengurusan yang baru, pihak universitas juga telah membaiki bangunan terutama ruang perkuliahan, kemudahan awam, ketersediaan internet percuma untuk kegunaan mahasiswa. Hal ini menjadikan para mahasiswa dapat belajar dengan mudah. Mahasiswa juga dibekali dengan suasana ruang perkuliahan dengan kemudahan pendingin ruangan dan layar yang baru yang memudahkan pembelajaran mahasiswa. Internet percuma membolehkan mahasiswa akses internet dengan mudah karena sebagian besar alat belajar dimuat naik di portal pendidikan Unhas. Kemudahan lif juga memudahkan dosen untuk tiba ke ruang perkuliahan karena terdapat ruang perkuliahan sehingga di lantai lima.

(60)

Terdapat juga sejumlah mahasiswa yang mengatakan bahwa sarana dan prasarana kurang baik, ini karena rata-rata menyatakan masalah internet, kamar kecil dan suasana ruangan. Ini karena internet yang digunakan di kampus tidak dapat mencakup di seluruh tempat,maka pihak universitas bisa membaikinya karena pada zaman yang canggih ini internet semakin penting karena segala urusan harus menggunakan internet. Masalah kedua yaitu kamar kecil adalah kurang air dan kurang bersih serta masalah ketiga yaitu ruangan yang mengalami gangguan elektrik pada satu-satu masa. Mahasiswa akan memilih untuk menahan dari pergi ke kamar kecil karena kurang bersih dan ini akan menyebabkan mahasiswa untuk tidak memberikan kosentrasi sepenuhnya di dalam kelas.

Ruangan yang mengalami gangguan eletrik secara tiba-tiba akan menyebabkan ruangan menjadi tidak kondusif untuk belajar dan mengajar. Dosen juga memilih untuk tidak mengajar karena ruangan yang menjadi lebih sesak dan panas dan mahasiswa tidak lagi berkosentrasi di dalam ruangan. Maka pihak haruslah mengambil tindakan untuk mengendali masalah ini untuk memudahkan mahasiswa untuk belajar. Kesimpulannya, sarana dan prasaraan tidak berpengaruh terhadap nilai IPK karena rata-rata kemudahan yang disediakaan mencukupi bagi mahasiswa . Ini karena sebarang masalah dan tanggapan dan keluhan bisa dihubungi langsung kepada pihak pengurusan fakultas.

Kuesioner sarana dan prasarana yang yang dipilih yang menyebabkan hasil yang didapat tidak sesuai dengan harapan. Hal ini karena soalannya yang tidak spesifik dan sensitif serta jawaban yang tidak bervariasi yang menyebabkan responden kurang jujur terhadap diri sendiri. Masalah yang seterusnya adalah berkemungkinan kuesioner yang diberikan mempunyai kata-kata atau bahasa yang

(61)

tidak dipahami respoden dan ini menyulitkan responden untuk menjawab kuesioner. Seterusnya, kemungkinan suasana universitas di Unhas berbeda dengan lokasi yang lain yang menyebabkan hasil yang didapat adalah tidak sesuai dengan harapan yaitu tidak ada hubungan antara faktor sarana prasarana dengan nilai IPK respoden. Oleh itu, kuesioner saran dan prasarana haruslah diubah dan dibaiki sebelum digunakan untuk meneliti yang selanjutnya.

Pada Tabel 5.3.3 menunjukkan bahwa sebagian besar kesehatan fisik dan psikis mahasiswa angkatan 2014-2016 dalam keadaan kurang baik sebanyak 58 orang mahasiswa (64,4%) dan mahasiswa dalam keadaan baik sebanyak 32 orang mahasiswa (35,6%). Pada analisis hubungan antara kesehatan fisik dan psikis mahasiswa dengan nilai IPK adalah p= 0,552, yang artinya tidak ada hubungan antara kesehatan fisik dan psikis dengan nilai IPK. Ini karena kesehatan fisik dan psikis tidak mempengaruhi nilai IPK tetapi ia mempengaruhi kualitas belajar itu sendiri. Menurut penelitian oleh didapatkan bahawa kesehatan tidak mempengaruhi prestasi belajar dan ini bertentangan dengan hipotesisnya. Hal ini karena untuk mendapatkan hasil yang bagus diperlukan respoden secara populasi dan soalan yang lebih spesifik agar subyek memahami dan tidak lupa akan riwayat penyakitnya yang sebelum. (Riyalini, Februari 2012)

Secara umumnya kesehatan adalah faktor yang berasal dari faktor internal seseorang yang sangat berpengaruh terhadap kualitas belajar, kondisi tubuh yang kurang sehat dapat menyebabkan mahasiswa melalaikan tugas yang diberikan oleh dosen. Badan yang kurang sehat akan menyebabkan mahasiswa memilih untuk beristirahat sepanjang hari. Jadi, jika seseorang mahasiswa itu sakit ia akan mempengaruhi dan menganggu pelajarannya. Sama halnya dengan kesehatan

(62)

jasmani, kondisi panca indera juga harus dalam keadaan baik sehingga pencapaian prestasi belajar dapat diperoleh secara maksimal, jika dibandingkan dengan alat indera yang tidak berfungsi. Mahasiswa yang cacat tubuh juga mempengaruhi belajar dan haruslah menggunakan alat untuk mengurangi pengaruh kecacatannya itu. (Slamento, 2010)

Berdasarkan penelitian ini, dapat diketahui bahawa walaupun sebagian besar mahasiswa mempunyai kesehatan fisik dan psikis yang kurang baik rata-rata mempunyai nilai IPK yang tinggi iaitu IPK kelas dua. Ini mungkin disebabkan sistem pembelajaran yang baru dengan menggunakan konsep diskusi di ruang kuliah. Dosen hanya mengajar pengantar dan menjawab ketidakpahaman mahasiswa. Jadi, mahasiswa yang sakit tidak mengalami kerugian jika tidak hadir ke kuliah karena rata-rata dosen memberikan email atau nombor telefon untuk dihubungi jika terdapat sebarang kesulitan yang dialami. Mahasiswa juga bisa mendapatkan materi kuliah di ruang portal pendidikan dengan percuma jadi mereka tidak mengalami kerugian yang besar. Kesehatan kurang baik disini bukan bermaksud mahasiswa mengalami sakit secara fisikal dan mental tetapi cara gaya hidup mahasiswa yang kurang sehat seperti istirahat, makan dan bersenam yang cukup. Jika ini berlanjutan, akan memberikan dampak kepada mahasiswa kedepannya karena mahasiswa berpikiran bahwa apa yang dilakukakan adalah baik kerna tidak memberikan dampak negatif terhadap dirinya.

Oleh itu, mahasiswa harus menjaga kesehatan dan mengamalkan hidup sehat agar minda dan badan agar terus aktif . Mahsiswa juga harus mengelakkan dirinya dari terpapar dengan perkara-perkara yang bisa memudaratkan dirinya sendiri. Pada penelitian ini tidak dapat meghasilkan hasil yang diharapkan karena

(63)

kebanyakan mahasiswa sering lupa akan kesihatan dirinya dan ini mengakibatkan recall bias yang akan mempengaruhi nilai penelitian dan soalan kuesioner yang kurang spesifik yang menyebabkan kuesioner ini kurang validitas dan reabilitasnya berdasarkan tabel 5.1 dan 5.2. Hal ini karena soalannya yang tidak spesifik dan sensitif serta jawaban yang tidak bervariasi yang menyebabkan respoden kurang jujur terhadap diri sendiri. Masalah yang seterusnya adalah berkemungkinan kuesioner yang diberikan mempunyai kata-kata atau bahasa yang tidak dipahami respoden dan ini menyulitkan respoden untuk menjawab kuesioner. Seterusnya, kemungkinan suasana universitas di Unhas berbeda dengan lokasi yang lain yang menyebabkan hasil yang didapat adalah tidak sesuai dengan harapan yaitu tidak ada hubungan antara faktor kesehatan fisikal dan psikis dengan nilai IPK respoden.

Pada Tabel 5.3.4 menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa mempunyai motivasi belajar yang baik yaitu 60 orang mahasiswa (66,7%) dan 30 orang mahasiswa (33,3%) mempunyai motivasi yang kurang baik. Pada analisis hubungan antara motivasi belajar dengan nilai IPK adalah p=0,304, yang berarti tidak ada hubungan antara motivasi belajar dengan nilai IPK. Penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang menyatakan bahwa motivasi belajar berpengaruh pada prestasi belajar. (Saleh, Oktober 2014)

Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat dicapai. Berdasarkan penelitian ini didapatkan bahwa motivasi belajar tidak mempengaruhi nilai IPK karena bilangan

Referensi

Dokumen terkait

Bentuk pola asuh yang diterapkan orang tua penyandang tunagrahita dalam kemandirian anak tunagrahita di Bungo Pasang Painan mengarah pada bentuk pola asuh

Gejala pertama yang paling lama muncul adalah pada interaksi TV-T1sk dengan semua jenis pisang, ini disebabkan oleh TV-T1sk mampu mengkolonisasi akar bibit pisang dengan baik yang

Setelah persamaan untuk fluks neutron baru dan koefisien difusi diperoleh maka dilakukan pembacaan data penampang lintang makroskopik untuk 70 grup energi dan

Berdasarkan beberapa penelitian di atas, belum disentuh aspek tentang kontribusi Sultan Muhamad Idrus Kaimuddin di bidang peradaban Islam di Buton, yang

Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh lama fermentasi dan konsentrasi madu terhadap pH, total asam, gula reduksi dan potensi antibakteri pada kefir air leri.. Penelitian

j るF]eckやWeeg及びPerrin et Perrotの結果を広げることを

Surat permohonan izin Studi Pendahuluan RSUD Kota Yogyakarta dari Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta... Surat izin Studi Pendahuluan RSUD

Dengan hal ini pula diharapkan dapat terungkapnya kasus-kasus kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang yang dipandang memiliki pengaruh yang sangat besar di dalam