• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPUTUSAN KETUA ASOSIASI HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA INDONESIA WILAYAH DKI JAKARTA No: 001/SK/AHKKIDKI/VII/2021 TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KEPUTUSAN KETUA ASOSIASI HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA INDONESIA WILAYAH DKI JAKARTA No: 001/SK/AHKKIDKI/VII/2021 TENTANG"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

KEPUTUSAN

KETUA ASOSIASI HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA INDONESIA WILAYAH DKI JAKARTA

No: 001/SK/AHKKIDKI/VII/2021

TENTANG

PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA KERJA

ASOSIASI HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA INDONESIA WILAYAH DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

KETUA

ASOSIASI HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA INDONESIA WILAYAH DKI-JAKARTA

Menimbang : a. bahwa Pengurus Asosiasi Hiperkes dan Keselamatan Kerja Indonesia (AHKKI) Wilayah DKI Jakarta telah dibentuk melalui Musyawarah Wilayah dan telah ditetapkan dengan Keputusan Ketua Umum Asosiasi Hiperkes dan Keselamatan Kerja Indonesia;

b. bahwa dalam rangka melaksanakan kegiatan yang diamanatkan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga AHKKI diperlukan struktur organisasi dan tata kerja sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan organisasi.

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, maka diperlukan Surat Keputusan Ketua AHKKI DKI Jakarta tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 tahun 2020 Tentang Cipta Kerja;

2. Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan;

3. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan

4. Peraturan Pemerintah Nomor 88 Tahun 2019 Tentang Kesehatan Kerja;

5.

6.

Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2018 Tentang Badan Nasional Sertifikasi Profesi;

Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional

7.

8.

9.

Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja;

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 10 Tahun 2016 Tentang Tata Cara Pemberian Program Kembali Kerja Serta Kegiatan Promotif dan Kegiatan Preventif Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja;

Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor Kep.

209/Men/X/2008 Tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Ketenagakerjaan Bidang Higiene Industri;

(2)

10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 52 Tahun 2018 tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan;

11. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga AHKKI;

12. Keputusan Ketua Umum AHKKI Nomor KEP.03/AHKKI/ tentang Penetapan Pengurus Asosiasi Hiperkes dan Keselamatan Kerja Indonesia (AHKKI) Wilayah DKI Jakarta.

M E M U T U S K A N:

Menetapkan : KEPUTUSAN KETUA ASOSIASI HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA INDONESIA WILAYAH DKI JAKARTA TENTANG PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA KERJA ASOSIASI HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA INDONESIA WILAYAH DKI JAKARTA.

KESATU : Pedoman Organisasi dan Tata Kerja AHKKI Wilayah DKI Jakarta adalah sebagaimana tercantum dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam lampiran keputusan ini;

KEDUA : Seluruh biaya yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan yang tercantum dalam lampiran keputusan ini dibebankan kepada anggaran AHKKI Wilayah DKI Jakarta.

KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan apabila di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapannya akan diubah dan diperbaiki sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di: Jakarta pada tanggal:

KETUA

Drg. Arwita Mulyawati MHKes Tembusan :

1. Ketua Umum AHKKI Pusat;

2. Dewan Pembina;

(3)

PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA KERJA

ASOSIASI HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA INDONESIA WILAYAH DKI JAKARTA PERIODE 2021-2024

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Pedoman ini yang dimaksud dengan:

1. Asosiasi Hiperkes dan Keselamatan Kerja Indonesia yang dalam bahasa lnggris di tulis The lndonesian lndustrial Hygiene, Occupational Health And Safety Association dan selanjutnya disingkat AHKKI adalah organisasi kemasyarakatan di Indonesia yang bersifat ilmiah dan keahlian dibidang hiperkes dan kesehatan kerja yang menekankan pada profesi higiene industri serta terbuka bagi profesi kesehatan kerja keselamatan Kerja dan ergonomi.

2. Asosiasi Hiperkes dan Keselamatan Kerja Indonesia Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang disingkat AHKKI-DKI Jakarta merupakan organisasi tingkat kewilayahan dari AHKKI tingkat Pusat dan berkedudukan di Jakarta dengan cakupan wilayah DKI Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi.

3. Ketua adalah pimpinan tertinggi AHKKI-DKI Jakarta.

4. Tenaga Kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang/jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk mesyarakat.

5. Pelaku Usaha adalah orang perseorangan atau badan usaha yang melakukan usaha dan atau kegiatan pada bidang tertentu.

6. Tempat Kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, letak pekerja bekerja, atau yang sering dimasuki pekerja untuk keperluan suatu usaha dan terdapat sumber bahaya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

7. Perusahaan adalah:

a. setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik swasta maupun milik negara yang mempekerjakan pekerja/buruh dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain;

b. usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.

8. Higiene adalah usaha kesehatan preventif yang menitikberatkan kegiatannya kepada usaha kesehatan individu maupun usaha pribadi hidup manusia.

9. Lingkungan Kerja adalah aspek higiene di tempat kerja yang didalamnya mencakup faktor fisika, kimia, ergonomi, biologi dan psikologi yang keberadaannya di Tempat Kerja dapat mempengaruhi keselamatan dan kesehatan Tenaga Kerja.

10. Keselamatan dan kesehatan kerja yang selanjutnya disingkat K3 adalah segala kegiatan untuk mcnjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan Tenaga Kerja mclalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

11. Masyarakat Industri adalah suatu kelompok orang yang tinggal di suatu wilayah, bekerjasama dan saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan hidup mereka melalui lembaga dan organisasi yang tersedia dan mempunyai keterlibatan dalam kaitan teknologi, ekonomi, dan perusahaan di sentra-sentra produksi.

12. Profesi adalah bidang pekerjaan yang memiliki kompetensi yang diakui oleh masyarakat.

13. Sumberdaya Manusia yang disingkat SDM adalah individu yang bekerja untuk AHKKI-DKI Jakarta.

(4)

BAB II

MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 2

(1) Pedoman Organisasi dan Tata Kerja ini dibuat dengan maksud sebagai regulasi dalam penyelenggaraan organisasi AHKKI-DKI Jakarta.

(2) AHKKI-DKI Jakarta mempunyai tujuan yaitu tercapainya Tempat Kerja dan Lingkungan Kerja yang memenuhi standar higiene industri dan K3 guna mewujudkan masyarakat industri yang produktif di wilayah DKI Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi.

(3) Untuk dapat mencapai tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) AHKKI-DKI Jakarta melakukan berbagai upaya sebagai berikut:

a. revitalisasi organisasi agar tercipta organisasi yang tangguh, dan dinamis yang mempunyai tata nilai profesional, berintegritas, komitment dan teamwork;

b. meningkatkan kesadaran dan tanggungjawab pelaku usaha dan tenaga kerja dalam bidang hiperkes dan K3;

c. mengupayakan terintegrasinya manajemen hiperkes dan K3 dalam sistem manajemen perusahaan;

d. berpartisipasi aktif dalam memberikan rekomendasi kepada semua pihak baik pemerintah maupun swasta dalam bidang hiperkes dan K3 melalui standar dan pedoman baku yang dapat dilaksanakan sesuai dengan kondisi dan situasi yang ada di wilayah;

e. mengembangkan kemitraan yang harmonis dan produktif dalam pengelolaan hiperkes dan K3 antara pelaku usaha, tenaga kerja, masyarakat dan pemerintah sehingga mendapatkan pengakuan yang positif dari masyarakat industri;

f. membudayakan Hiperkes dan K3 dengan mengadakan konsultasl advokasi dan promosi dalam bentuk pendidikan dan latihan, kemitraan, penelitian dan pengembangan serta pengabdian kepada masyarakat; dan

g. meningkatkan dan mengembangkan mutu program dalam rangka menyongsong revolusi indutri 5.0 dan 6.0.

Pasal 3 (1) AHKKI-DKI Jakarta mempunyai tugas:

a. menyusun dan melaksanakan program kerja yang berpedoman pada Anggaran Dasar dan Hasil Musyawarah Nasional AHKKI sesuai dengan kepentingan wilayah DKI Jakarta;

b. membimbing dan membantu masyarakat industri dalam meningkatkan higiene industri dan K3 melalui survei, pendidikan, pelatihan, akreditasi dan sertifikasi;

c. menyusun pedoman untuk mengidentifikasi, menilai risiko dan bahaya di tempat kerja dan lingkungan kerja;

d. menyusun pedoman untuk memantau K3 dan lingkungan kerja;

e. menyusun pedoman dalam menciptakan desain, metode, prosedur, dan program pengendalian bahaya ;

f. memberi saran tentang perencanaan, proses pengorganisasian, desain tempat kerja, dan implementasi pekerjaan;

g. memberi saran tentang informasi, pendidikan, serta pelatihan higiene industri dan K3;

h. menilai efektivitas langkah-langkah pengendalian bahaya dan program pengendalian bahaya; dan

i. melakukan analisa dan evaluasi serta melaporkan hasil kegiatan dalam Musyawarah Kerja Nasional.

(2) Dalam melaksanakan tugasnya, AHKKI-DKI Jakarta mempunyai fungsi:

(5)

a. sebagai organisasi sosial kemasyarakatan yang menekankan pada profesi higiene industri dan terbuka bagi profesi K3 dan ergonomi;

b. sebagai penyalur tenaga profesi dan aspirasi anggota; dan c. merupakan sarana komunikasi sosial kemasyarakatan.

(3) AHKKI-DKI Jakarta bertanggungjawab membina integritas anggota sesuai dengan kode etik yang telah ditetapkan oleh Pengurus Pusat AHKKI.

BAB III PENGORGANISASIAN

Bagian Kesatu Organisasi

Pasal 4 (1) Organisasi AHKKI-DKI Jakarta terdiri atas:

a. Ketua merangkap anggota;

b. Wakil Ketua merangkap anggota;

c. Sekretaris merangkap anggota;

d. Bendahara merangkap anggota;

e. Bidang-bidang merangkap anggota; dan f. Anggota.

(2) Bidang-bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e terdiri atas:

a. Bidang Akreditasi, Penelitian, Pengembangan dan SDM.

b. Bidang Pengabdian dan Hubungan Masyarakat; dan

c. Bidang Pendidikan , Pelatihan dan Hubungan Internasional.

(3) Masing-masing Bidang dipimpin oleh Ketua Bidang.

(4) Untuk meningkatkan kinerja organisasi, AHKKI-DKI Jakarta dapat:

a. mengusulkan Dewan Pembina kepada Pengurus Pusat;

b. membentuk Tim;

(5) Bagan Struktur Organisasi dan susunan pengurus AHKKI-DKI Jakarta merupakan lampiran dan bagian yang tidak terpisahkan dari Pedoman ini.

Bagian Kedua Ketua dan Wakil Ketua

Pasal 5 (1) Ketua bertugas:

a. menyusun dan menetapkan rencana strategis dan rencana tahunan sesuai dengan Anggaran dasar dan Anggaran Rumah Tangga AHKKI;

b. memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan seluruh kegiatan organisasi dan pelaksanaan program kerja;

c. memimpin rapat-rapat baik rapat pimpinan harian, rapat paripurna pengurus maupun musyawarah wilayah AHKKI DKI Jakarta;

d. mewakili organisasi untuk menghadiri acara tertentu atau agenda lainnya;

e. bersama-sama pengurus merancang agenda mengupayakan pencarian dan penggalian sumber dana bagi aktifitas operasional dan program organisasi;

f. memberikan pokok-pokok pikiran yang merupakan strategi dan kebijakan organisasi dalam rangka pelaksanaan program kerja maupun dalam menyikapi reformasi diseluruh tatanan kehidupan demi pencapaian cita-cita dan tujuan organisasi; dan

(6)

g. melaporkan kegiatan kepada Pengurus Pusat secara berkala.

(2) Ketua bertanggung jawab terhadap:

a. tata kelola, keutuhan dan kekompakan organisasi;

b. seluruh Keputusan Musyawarah Wilayah serta mempertanggungjawabkan pada akhir masa baktinya; dan

c. mengoptimalkan fungsi dan peran bidang-bidang agar tercapai efisiensi dan efektivitas kerja organisasi.

(3) Ketua mempunyai wewenang:

a. membuat dan mengesahkan keputusan-keputusan dan kebijakan-kebijakan organisasi baik bersifat ke dalam maupun ke luar melalui kesepakatan dalam Rapat Paripurna Pengurus;

b. mewakili organisasi membuat persetujuan/kesepakatan dengan pihak lain setelah mendapatkan kesepakatan dalam Rapat Paripurna Pengurus;

c. mengusulkan penggantian pengurus kepada Ketua Umum AHKKI;

d. memberikan persetujuan atau penolakan terhadap keluar atau masuknya anggota; dan

e. menunjuk pengurus untuk menggantikan bila Ketua berhalangan.

Pasal 6 (1) Wakil Ketua bertugas:

a. membantu pelaksanaan tugas Ketua dalam menyusun rencana kegiatan , penyusunan program kerja dan mengkordinasikan seluruh kegiatan;

b. menjalankan peran Ketua saat ketua berhalangan;

c. membantu kinerja bidang-bidang;

d. membantu Ketua menyusun laporan pelaksanaan kegiatan ; e. bersama-sama Ketua dan pengurus merancang agenda

mengupayakan pencarian dan penggalian sumber dana bagi aktifitas operasional dan program organisasi; dan

f. memberikan pokok-pokok pikiran yang merupakan strategi dan kebijakan Organisasi dalam rangka pelaksanaan program kerja maupun dalam menyikapi reformasi diseluruh tatanan kehidupan demi pencapaian cita-cita dan tujuan organisasi.

(2) Wakil Ketua bertanggung jawab membantu Ketua dalam:

a. melaksanakan tata kelola dan menjaga keutuhan dan kekompakan organisasi;

b. mempertanggungjawabkan seluruh Keputusan Musyawarah Wilayah pada akhir masa baktinya; dan

c. mengoptimalkan fungsi dan peran bidang-bidang agar tercapai efisiensi dan efektivitas kerja organisasi.

(3) Wakil Ketua mempunyai wewenang:

a. memeriksa dan menyetujui atau menolak seluruh surat-surat yang akan diajukan kepada ketua;

b. mengusulkan pengesahan keputusan-keputusan dan kebijakan- kebijakan organisasi baik bersifat ke dalam maupun ke luar melalui kesepakatan dalam Rapat Paripurna Pengurus kepada Ketua;

c. mengusulkan kepada Ketua untuk melakukan kerjasama dengan pihak lain setelah mendapatkan kesepakatan dalam Rapat Paripurna Pengurus;

d. atas persetujuan Ketua mewakili organisasi dalam rangka menyelesaikan perselisihan hukum dengan pihak lain di dalam maupun di luar pengadilan;

e. mengusulkan penggantian pengurus kepada Ketua; dan

f. mengusulkan persetujuan atau penolakan terhadap keluar atau masuknya anggota.

(7)

Bagian Ketiga Sekretaris dan Bendahara

Pasal 7 (1) Sekretaris bertugas:

a. mengelola administrasi umum;

b. mengkoordinasikan kegiatan pengelolaan dan pengembangan sistem informasi dan kehumasan;

c. mengatur agenda kegiatan organisasi;

d. membantu kinerja pengurus lain;

e. membuat konsep perjanjian kerjasama;

f. mengkoordinasikan laporan dari bidang- bidang;

g. membantu Ketua dalam membuat laporan pertanggungjawaban kinerja organisasi;

h. mewakili Ketua bila Wakil Ketua berhalangan hadir;

i. menyampaikan kebijakan organisasi yang perlu diketahui oleh anggota baik secara lisan, tertulis maupun media sosial; dan j. menyampaikan kritik, saran atau aspirasi dari anggota kepada

pengurus lainnya melalui Ketua atau Wakil Ketua.

(2) Sekretaris bertanggung jawab atas:

a. tata tertib organisasi dan kepastian kelancaran kegiatan sesuai dengan progam yang dicanangkan; dan

b. terselenggaranya legalitas organisasi.

(3) Sekretaris mempunyai wewenang:

a. atas sepengetahuan Ketua/dan atau Wakil Ketua mengadakan dan membina hubungan dengan para pihak sebagai upaya membangun kerjasama yang harmonis dan produktif dalam pengelolaan hiperkes dan keselamatan kerja antara pengusaha, pekerja, masyarakat dan pemerintah;

b. atas persetujuan Ketua memberikan keterangan pers mengenai kebijakan organisasi;

c. atas persetujuan Ketua mewakili organisasi dalam rangka menyelesaikan perselisihan hukum dengan pihak lain di dalam maupun di luar pengadilan;

d. mengusulkan pertimbangan kepada Ketua dalam merumuskan suatu peraturan atau kebijakan; dan

e. mengusulkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh organisasi dan merekomendasikan spesifikasi teknis perangkat keras dan perangkat lunak komputer yang digunakan oleh organisasi.

(4) Sekretaris dibantu oleh tenaga sekretariat.

(5) Tenaga Sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak berstatus sebagai anggota AHKKI.

Pasal 8 (1) Bendahara bertugas:

a. merumuskan dan mengusulkan regulasi di bidang pengelolahan keuangan;

b. menyusun rencana anggaran berdasarkan program kerja;

c. menerima, menyimpan, menatausahakan, dan membukukan keuangan organisasi;

d. mengatur dan mengelola bukti transaksi;

e. menyusun laporan keuangan organisasi secara periodik;

f. melakukan analisa dan evaluasi anggaran untuk membuat perencanaan berikutnya;

g. memfasilitasi kebutuhan pembiayaan program kerja dan kebutuhan barang organisasi bersama sekretaris;

(8)

h. mewakili Ketua apabila berhalangan hadir terutama untuk setiap aktivitas di bidang pengelolahan keuangan organisasi; dan

i. mengkoordinasikan seluruh aktivitas pengelolaan keuangan dan kekayaan organisasi.

(2) Bendahara bertanggungjawab terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan.

(3) Bendahara mempunyai wewenang:

a. meneliti usulan pembayaran dan menolak bila usulan pembayaran dianggap tidak memenuhi persyaratan untuk dibayarkan;

b. memberikan informasi kondisi keuangan organisasi kepada pengurus; dan

c. melakukan koordinasi dengan pihak terkait untuk mendapatkan informasi tentang keluar atau masuknya uang organisasi.

Bagian Keempat Bidang-Bidang

Pasal 9

(1) Bidang Akreditasi, Penelitian dan Pengembangan dan SDM bertugas:

a. menyiapkan rumusan kebijakan yang terkait dengan program akreditasi, penelitian, pengembangan dan SDM serta mengusulkan konsep kerjasama dengan pihak-pihak;

b. menyelenggarakan manajemen program akreditasi yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta pelaporan;

c. melakukan koordinasi dan kerjasama dengan Instansi Pemerintah/Swasta/Badan/Lembaga/Institusi/Organisasi

terkait;

d. menyelenggarakan program penelitian dan pengembangan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta pelaporan program kegiatan;

e. melakukan rekrutment dan pengendalian SDM untuk dijadikan anggota AHKKI-DKI Jakarta termasuk tenaga alih daya;

f. membuat data base SDM;

g. mengisi dan memperbaharui konten promosi dan publikasi organisasi di website organisasi;

h. meningkatkan dan mengembangkan mutu bimbingan program akreditasi; dan

i. mewakili Ketua pada saat berhalangan hadir sesuai dengan bidang tugasnya.

(2) Bidang Akreditasi, Penelitian dan Pengembangan dan SDM bertanggungjawab terhadap:

a. terwujudnya program akreditasi yang berkualitas;

b. terselenggaranya program penelitian dan pengembangan yang komprehensif;

c. melakukan promosi dan publikasi program di media sosial atasnama organisasi atas persetujuan pengurus; dan

d. terhimpunnya SDM yang kompeten dan profesional agar dapat bermanfaat bagi terselenggaranya program kegiatan organisasi.

(3) Bidang Akreditasi, Penelitian dan Pengembangan dan SDM mempunyai wewenang melakukan penilaian terhadap persyaratan, kompetensi dan profesionalisme SDM.

(9)

Pasal 10

(1) Bidang Pengabdian dan Hubungan Masyarakat bertugas:

a. menyiapkan rumusan kebijakan yang terkait dengan program pengabdian dan hubungan masyarakat;

b. menyelenggarakan manajemen program pengabdian kepada masyarakat yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan program;

c. menggali permasalahan yang terjadi pada masyarakat industri selanjutnya mencarikan solusi untuk mewujudkan tempat kerja dan lingkungan kerja yang sehat aman, nyaman dan masyarakat industri yang produktif;

d. membantu Ketua melakukan koordinasi dalam menjalin kemitraan bersama Instansi Pemerintah, Swasta, BPJS Ketenagakerjaan, Pelaku Usaha, Institusi dan Organisasi yang terkait;

e. melakukan negosiasi dengan pihak-pihak yang akan melaksanakan kegiatan akreditasi, survey, pemeriksaan- pemeriksaan dan kegiatan lainnya;

f. mengendalikan administrasi keuangan, perlengkapan, dan SDM yang diperlukan dalam kegiatan sebagaimana dimaksud pada huruf e;

g. mewakili Ketua pada saat berhalangan hadir sesuai dengan bidang tugasnya; dan

h. memberikan saran kepada Ketua tentang relevansi kerjasama dengan pihak-pihak.

(2) Bidang Pengabdian dan Hubungan Masyarakat bertanggung jawab terhadap mutu dan relevansi program yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat industri, tenaga kerja dan pelaku usaha.

(3) Bidang Pengabdian dan Hubungan Masyarakat mempunyai wewenang melakukan koordinasi dengan sponsor atas sepengetahuan Ketua.

Pasal 11

(1) Bidang Pendidikan , Pelatihan dan Hubungan Internasional bertugas:

a. menyiapkan rumusan kebijakan yang terkait dengan program Pendidikan , Pelatihan dan Hubungan Internasional;

b. menyelenggarakan manajemen program pendidikan dan pelatihan higiene industri dan K3 sesuai dengan kebutuhan masyarakat industry yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta pelaporan;

c. menyelenggarakan program yang mendorong dan mengembangkan potensi organisasi untuk berpartisipasi aktif baik di forum tingkat nasional maupun internasional;

d. melaksanakan koordinasi pembinaan hubungan kerjasama internasional;

e. melakukan promosi, publikasi dan dokumentasi kegiatan;

f. mengendalikan administrasi keuangan, perlengkapan dan DSM yang diperlukan dalam melaksanakan kegiatan; dan

g. mewakili Ketua pada saat berhalangan hadir sesuai dengan bidang tugasnya.

(2) Bidang Pendidikan, Pelatihan dan Hubungan Internasional bertanggungjawab terhadap:

a. peningkatan kualitas dan kuantitas kegiatan pendidikan dan pelatihan hygiene industri dan K3 dalam rangka mewujudkan tempat kerja dan lingkungan kerja yang sehat aman, nyaman dan masyarakat industri yang produktif; dan

b. terjalinnya kerjasama internasional.

(10)

(3) Bidang Pendidikan , Pelatihan dan Hubungan Internasional mempunyai wewenang memberikan saran kepada Ketua tentang relevansi kerjasama dengan pihak-pihak.

Bagian Kelima Anggota Paragraf 1 Keanggotaan

Pasal 12 . (1) Keanggotaan AHKKI-DKI terdiri atas:

a. Anggota perorangan; dan b. Anggota Badan/Institusi.

(2) Anggota perorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan praktisi pemerintah dan/atau ilmuwan hiperkes dan keselamatan kerja yang memenuhi ketentuan sebagai berikut:

a. Warga Negara Indonesia;

b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia;

c. sehat jasmani dan rohani;

d. berkelakuan baik;

e. meyakini azas dan tujuan AHKKI-DKI Jakarta sebagai organisasi yang mengabdi di bidang profesi;

f. memiliki pengetahuan dan ketrampilan profesi yang relevan dengan hiperkes dan K3;

(3) Anggota Badan/Institusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan institusi atau perusahaan atau organisasi yang meyakini azas dan tujuan AHKKI, bersedia aktif dalam kegiatan organisasi serta mempunyai legalitas sesuai peraturan-perundang undangan.

Paragraf 2 Anggota Perseorangan

Pasal 13 (1) Setiap anggota perseorangan bertugas:

a. turut serta dalam pelaksanaan program kegiatan organisasi sesuai dengan kompetensinya;

b. melakukan koordinasi dengan pengurus AHKKI-DKI Jakarta yang terkait sesuai dengan bidang tugasnya; dan

c. menghadiri musyawarah dan rapat organisasi.

(2) Setiap anggota perseorangan bertanggungjawab dan berkomitmen untuk mempertahankan integritas, cita-cita luhur pengabdian profesi.

(3) Setiap anggota perseorangan mempunyai wewenang:

a. membuat materi kegiatan sesuai kompetensinya;

b. melakukan monitoring, pemeriksaan, pengujian, analisa, evaluasi dan pembinaan yang terkait dengan hiperkes dan keselamatan kerja terhadap perusahaan atau institusi yang dilayani.

Paragraf 3

Anggota Badan/Institusi Pasal 14

(1) Setiap Anggota Badan/Institusi mempunyai tugas:

(11)

a. melakukan identifikasi masalah dan penyebab yang berkaitan dengan potensi bahaya dan penyakit akibat kerja yang terjadi di tempat kerja serta mencari solusi dan penyelesaian masalah;

b. menyelenggarakan manajemen hiperkes dan K3 di tempat kerja guna melindungi tenaga kerja melalui berbagai upaya keamanan bekerja meliputi perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program serta pencatatan dan pelaporan;

c. menyiapkan sumberdaya manusia, sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk terlaksananya manajemen hiperkes dan K3 di tempat kerja;

d. secara proaktif melakukan koordinasi bersama pengurus AHKKI- DKI Jakarta terkait penyelenggaraan program kegiatan; dan

e. menghadiri musyawarah dan rapat organisasi AHKKI-DKI Jakarta.

(2) Setiap Anggota Badan/Institusi mempunyai tanggungjawab terhadap:

a. tercapainya standar hiperkes dan K3 bagi para tenaga kerja untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan menjamin keamanan para tenaga kerja; dan

b. terintegrasinya manajemen hiperkes dan K3 dengan sistem manajemen Anggota Badan/Institusi sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas Anggota Badan/Institusi.

(3) Setiap Anggota Badan/Institusi mempunyai wewenang;

a. menyusun dan menetapkan kebijakan yang terkait dengan hiperkes dan K3; dan

b. melakukan monitoring, pemeriksaan, pengujian, analisa, evaluasi dan pembinaan yang terkait dengan hiperkes dan K3 di tempat kerja.

Paragraf 4

Berakhirnya Keanggotaan Pasal 15

(1) Anggota Perseorangan berakhir karena:

a. meninggal dunia;

b. atas permintaan sendiri;

c. dikeluarkan karena melakukan sesuatu tindakan yang merugikan organisasi dan/atau melanggar ketentuan yang mendasar dari organisasi.

(2) Anggota Badan/Institusi berakhir karena:

a. Atas permintaan badan/institusi yang bersangkutan;

b. dikeluarkan karena melakukan sesuatu tindakan yang merugikan organisasi dan/atau melanggar ketentuan yang mendasar dari organisasi.

Bagian Keenam Dewan Pembina

Pasal 16

(1) Dewan Pembina AHKKI-DKI Jakarta terdiri atas:

a. Ketua Umum AHKKI Pusat;

b. Wakil Ketua Umum AHKKI Pusat;

c. Kepala Balai K3 DKI Jakarta;

d. Kepala Pusat Hiperkes dan Keselamatan Kerja Kementerian Tenaga Kerja RI.

(2) Dewan Pembina sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekaligus berfungsi sebagai Pelindung AHKKI-DKI Jakarta.

(12)

(3) Dewan Pembina mempunyai tugas memberikan saran, nasehat dan pertimbangan kepada Ketua AHKKI-DKI Jakarta baik diminta atau tidak diminta mengenai pokok-pokok pikiran yang merupakan strategi dan kebijakan organisasi dalam rangka pelaksanaan program kerja maupun dalam menyikapi reformasi diseluruh tatanan kehidupan demi pencapaian cita-cita dan tujuan organisasi.

(4) Dewan Pembina mempunyai wewenang:

a. mengetahui kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi;

b. memeriksa dokumen organisasi;

c. memeriksa pembukuan;

d. mengunjungi lokasi dimana dilaksanakan kegiatan; dan e. ikut terlibat dalam kegiatan AHKKI-DKI Jakarta.

Bagian Ketujuh Tim Pasal 17

(1) Tim yang dapat dibentuk oleh AHKKI-DKI Jakarta adalah sebagai berikut:

a. Tim Adhoc;

b. Tim Fungsional

c. Tim Etik dan Disiplin;

d. Tim Mutu dan manajemen Risiko

(2) Tugas, tanggungjawab, wewenang, kewajiban dan hak Tim ditetapkan melalui rapat pengurus inti sesuai dengan kebutuhan kegiatan yang akan dilaksanakan.

BAB IV

HUBUNGAN TATA KERJA Bagian Kesatu Kewajiban dan Hak

Pasal 18 (1) Setiap anggota berkewajiban:

a. taat kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia;

b. menjunjung tinggi nama dan kehormatan organisasi;

c. memegang teguh dan melaksanakan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, disiplin, tepat waktu sesuai agenda program dan memelihara etika organisasi;

d. mentaati dan melaksanakan seluruh keputusan organisasi;

e. memelihara rasa kekeluargaan, kesetiakawanan dan kegotong- royongan sesama anggota;

f. berdedikasi aktif mengikuti kegiatan organisasi;

g. menjunjung tinggi sumpah profesinya.

(2) Setiap Anggota mempunyai hak:

a. menerima pengakuan yang sama dari organisasi;

b. mengeluarkan pendapat, mengajukan usul dan saran;

c. memilih dan dipilih menjadi pengurus organisasi;

d. memperoleh pembinaan, pendidikan dan penataan profesi;

e. menolak setiap kegiatan yang bertentangan dengan cita-cita luhur profesi;

f. mendapat pembelaan dan perlindungan dari organisasi;

g. menerima kartu anggota dari AHKKI; dan

(13)

h. hak-hak lain yang ditentukan kemudian sesuai kemampuan organisasi.

Bagian Kedua Tata Kerja Paragraf 1 Program Akreditasi

Pasal 19

(1) Penyelenggaraan program Akreditasi dilaksanakan untuk menentukan kelayakan tenaga kerja, tempat kerja dan lingkungan kerja terhadap standar higiene industri dan K3.

(2) Penyelenggaraan program Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki prinsip:

a. independen;

b. akurat;

c. objektif;

d. transparan; dan e. akuntabel.

(3) Tata kerja penyelenggaraan program akreditasi dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

a. Ketua Bidang Akreditasi, Litbang dan SDM melakukan sinkronisasi terhadap regulasi dan instrumen lembaga akreditasi resmi yang akan dijadikan sebagai pedoman pelaksanaan untuk melakukan penilaian terhadap kelayakan tempat kerja;

b. Ketua Bidang Akreditasi, Litbang dan SDM mengusulkan pembentukan tim bimbingan akreditasi yang prioritas berasal dari anggota AHKKI yang bersifat adhoc kepada Ketua;

c. Ketua Bidang Akreditasi, Litbang dan SDM melakukan koordinasi dengan Perusahaan/Institusi/Organisasi yang mengajukan akreditasi;

d. Tim melakukan bimbingan akreditasi di tempat kerja dan melakukan pendampingan sesuai dengan regulasi dan instrumen akreditasi;

e. Tim membuat pencatatan dan pelaporan kegiatan bimbingan akreditasi.

(4) Pengaturan lebih lanjut tentang pelaksanaan bimbingan akreditasi ditetapkan tersendiri dengan Keputusan Ketua AHKKI-DKI Jakarta.

Paragraf 2

Program Penelitian dan Pengembangan Pasal 20

(1) Tata kerja penyelenggaraan program penelitian dan pengembangan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

a. Ketua Bidang Akreditasi, Litbang dan SDM menyiapkan konsep regulasi tentang pedoman penelitian dan pengembangan;

b. Ketua Bidang Akreditasi, Litbang dan SDM melakukan koordinasi harmonisasi bersama pengurus untuk menentukan subjek, objek, prosedur dan lokasi penelitian dan pengembangan;

c. Ketua Bidang Akreditasi, Litbang dan SDM mengusulkan pembentukan tim penelitian dan pengembangan yang bersifat adhoc kepada Ketua;

(14)

d. Tim Penelitian dan Pengembangan melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan secara komprehensif/holistik.

(2) Pengaturan lebih lanjut tentang pelaksanaan penelitian dan pengembangan ditetapkan tersendiri dengan Keputusan Ketua AHKKI-DKI Jakarta.

Paragraf 3

Program Pengadaan dan Pengendalian SDM Pasal 21

(4) Ketua Bidang Akreditasi, Litbang dan SDM menyusun konsep regulasi tentang pedoman rekrutmen dan pengendalian SDM.

(5) SDM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas Anggota dan Non Anggota;

(6) Ketua Bidang Akreditasi, Litbang dan SDM melakukan rekrutmen SDM sesuai kebutuhan dan dilaksanakan melalui tahapan sebagai berikut:

a. pembentukan tim rekrutmen yang bersifat adhoc sesuai dengan kompetensinya;

b. penghitungan kebutuhan SDM melalui rapat paripurna pengurus bersama tim;

c. pengumuman tentang rekrutmen SDM dan spesifikasi profesi yang dibutuhkan melalui media sosial/web site AHKKI-DKI;

d. proses seleksi SDM;

e. pengumuman hasil seleksi;

f. membuat data base SDM;

(7) Pengaturan lebih lanjut tentang pelaksanaan Pengadaan dan Pengendalian SDM ditetapkan tersendiri dengan Keputusan Ketua AHKKI-DKI Jakarta.

Paragraf 4

Program Pengabdian dan Hubungan Masyarakat Pasal 22

(1) Ketua Pengabdian dan Hubungan Masyarakat menyusun regulasi yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan pengabdian dan hubungan masyarakat.

(2) Ketua Pengabdian dan Hubungan Masyarakat melakukan kordinasi dengan institusi/perusahaan/pelaku usaha untuk menggali permasalahan dan selanjutnya mencari solusi dan menyusun materi pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat;

(3) Ketua Pengabdian dan Hubungan Masyarakat melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk melakukan negosiasi tentang pelaksanaan dan pembiayaan;

(4) Pengaturan lebih lanjut tentang pelaksanaan Pengabdian dan Hubungan Masyarakat diatur tersendiri dengan Keputusan Ketua AHKKI-DKI Jakarta.

Paragraf 5

Program Pendidikan dan Pelatihan Pasal 23

(1) Pendidikan dan Pelatihan higiene industri dan K3 menjadi salah satu persyaratan untuk meningkatkan kompetensi tenaga kerja dan pelaku usaha yang terlibat dalam higiene industri dan K3 di tempat kerja.

(15)

(2) Pendidikan dan Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan pelayanan, Tenaga Kerja, Pelaku Kerja dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

(3) Ketua Bidang Pendidikan, Pelatihan dan Hubungan Internasional menyusun regulasi dan melakukan analisa jenis pendidikan dan pelatihan yang dibutuhkan.

(4) Pengaturan lebih lanjut tentang pelaksanaan pendidikan dan pelatihan diatur tersendiri dengan Keputusan Ketua AHKKI-DKI Jakarta.

Paragraf 6

Program Kerjasama dan Hubungan Internasional Pasal 24

(1) Untuk meningkatkan kinerja organisasi, AHKKI-DKI Jakarta melakukan kerjasama kemitraan dengan Instansi Pemerintah, swasta, BPJS, lembaga, perusahaan dan pelaku usaha yang mempunyai relevansi dengan program higiene industri dan K3 baik di dalam maupun luar negeri

(2) Ketua Bidang Pendidikan, Pelatihan dan Hubungan Internasional menyusun regulasi tentang Pelaksanaan Kerjasama dan Hubungan Internasional.

(3) Pengaturan lebih lanjut tentang kerjasama dan hubungan internasional diatur tersendiri dengan Keputusan Ketua AHKKI-DKI Jakarta.

BAB V

ADMINISTRASI UMUM DAN SISTEM INFORMASI KEHUMASAN Bagian Kesatu

Administrasi Umum Pasal 25

(1) Administrasi umum AHKKI-DKI Jakarta terdiri atas:

a. administrasi tata persuratan;

b. pengelolaan dokumen dan arsip; dan c. pengelolaan sarana, prasarana dan asset.

(2) Tata Naskah sebagai unsur Administrasi Umum AHKKI-DKI Jakarta ditetapkan sesuai ketentuan yang ditetapkan AHKKI Pusat.

Paragraf 1

Administrasi Tata Persuratan Pasal 26

(1) Administrasi tata persuratan sebagaimana dimaksud pada Pasal 25 huruf a terdiri atas surat masuk dan surat keluar.

(2) Surat masuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikelola dengan prosedur sebagai berikut:

a. surat masuk diterima oleh tenaga sekretariat untuk dilakukan pencatatan dan diteruskan kepada sekretaris dengan lembar disposisi;

b. sekretaris melakukan pemeriksaan atas urgensi surat masuk untuk diserahkan kepada Ketua melalui Wakil Ketua;

c. Wakil Ketua melakukan pemeriksaan untuk menyiapkan saran- saran kepada Ketua terkait maksud dan tujuan surat;

(16)

d. Wakil Ketua menulis saran kepada Ketua dalam lembar disposisi;

e. Ketua memberikan jawaban dan disposisi kepada pengurus yang terkait melalui Wakil Ketua;

f. Pengurus terkait melaporkan hasil tindak lanjut kepada Ketua.

(3) Surat keluar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikelola dengan prosedur sebagai berikut;

a. Pengurus yang berkepentingan membuat konsep surat keluar dan diajukan kepada Ketua melalui Wakil Ketua;

b. Wakil Ketua melakukan saran dan koreksi untuk diserahkan kepada Ketua;

c. Ketua menandatangani surat keluar dan diteruskan kepada Sekretaris untuk dilakukan pencatatan;

d. Sekretaris melakukan pengiriman surat keluar dibantu oleh Tenaga Sekretariat.

Paragraf 2

Pengelolaan Dokumen dan Arsip Pasal 27

(1) Pengelolaan dokumen dan arsip sebagaimana dimaksud pada Pasal 25 huruf b dikelola oleh Sekretaris.

(2) Dokumen dan arsip sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a. data base;

b. dokumen perjanjian kerjasama;

c. dokumen regulasi;

d. dokumen legalitas organisasi;

e. notulensi hasil rapat;

f. laporan dari bidang-bidang;

g. dokumen sarana-prasarana dan asset ; dan h. arsip surat.

Paragraf 3

Pengelolaan Sarana, Prasarana dan Aset Pasal 28

(1) Pengelolaan sarana-prasarana dan asset sebagaimana dimaksud pada Pasal 25 huruf c dilaksanakan oleh Sekretaris.

(2) Pengelolaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. pengadaan barang dan/atau jasa; dan b. pemeliharaan/perbaikan.

(3) Pengadaan sarana-prasarana dan asset sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a melalui tahapan sebagai berikut:

a. bidang-bidang menyusun kebutuhan barang dan/atau jasa dan diajukan kepada Ketua melalui Wakil Ketua;

b. Wakil Ketua memeriksa urgensi kebutuhan dan meneruskan kepada Ketua disertai saran proses pengadaan barang dan/atau jasa;

c. Ketua memberikan keputusan proses pengadaan dan direkomendasikan kepada sekretaris;

d. Sekretaris melakukan koordinasi dengan bendahara untuk melaksanaan proses pengadaan barang dan/atau jasa;

e. Sekretaris mendokumentasikan pengadaan barang/jasa dan melaporkan kepada Ketua.

(4) Pemeliharaan/perbaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b melalui tahapan sebagai berikut:

(17)

a. Bidang-bidang mengajukan biaya untuk pemeliharaan/perbaikan sarana-parasara dan asset kepada Ketua melalui Wakil Ketua disertai data tentang kondisi sarana-prasarana dan asset yang perlu dipelihara/diperbaiki;

b. Wakil Ketua memeriksa urgensi pemeliharaan/perbaikan sebagaimana dimaksud pada huruh a dan selanjutnya meneruskan kepada Ketua disertai saran proses pemeliharaan/perbaikan;

c. Ketua memberikan keputusan proses pemeliharaan/perbaikan dan direkomendasikan kepada sekretaris;

d. Sekretaris melakukan koordinasi dengan bendahara untuk melaksanaan proses pemeliharaan/perbaikan;

e. Sekretaris mendokumentasikan proses pemeliharaan atau perbaikan dan melaporkan kepada Ketua.

Bagian Kedua

Sistem Informasi dan Kehumasan Pasal 29

(1) Sistem Informasi dan Kehumasan dikelola oleh Sekretaris dibantu oleh tenaga sekretariat.

(2) Sistem informasi dan kehumasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a. pengelolaan data base; dan

b. penyebarluasan informasi organisasi melalui jaringan intranet dan internet, operasional sistem komputerisasi dan pengaturan akses informasi;

BAB VI KEUANGAN

Pasal 30

Sumber keuangan organisasi AHKKI DKI-Jakarta berasal dari:

a. iuran anggota;

b. kegiatan pelatihan;

c. kegiatan ilmiah;

d. sponsor;

e. usaha lain yang sah; dan f. sumbangan tidak mengikat;

Pasal 31

(1) Setiap tahun AHKKI-DKI Jakarta membuat program dan anggaran serta perencanaan kebutuhan sumberdaya.

(2) Setiap akhir tahun anggaran AHKKI-DKI Jakarta membuat laporan pertanggungjawaban program dan anggaran.

(3) Semua penerimaan yang berasal dari sumber keuangan sebagaimana dimaksud pada Pasal 30 harus disetor ke Rekening AHKKI-DKI Jakarta sebagai pendapatan organisasi AHKKI-DKI Jakarta.

(4) Semua penerimaan dan pengeluaran keuangan AHKKI-DKI Jakarta dibukukan sesuai dengan sistim akuntansi keuangan.

(5) Pembagian pendapatan untuk anggota ditentukan dengan pola tarif yang ditetapkan dengan keputusan Ketua AHKKI-DKI Jakarta.

(18)

BAB VII

MUSYAWARAH DAN RAPAT Bagian Kesatu

Musyawarah dan Rapat Tingkat Pusat Pasal 32

(1) Musyawarah dan Rapat AHKKI tingkat Pusat terdiri atas:

a. Musyawarah Nasional (Munas);

b. Musyawarah Nasional Luar Biasa ( Munas Luar Biasa);

c. Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas);

d. Rapat Paripurna Pengurus Pusat;

e. Rapat Pimpinan Harian Pengurus Pusat.

(2) Musyawarah Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan pemegang kekuasaan tertinggi AHKKI.

(3) Musyawarah Luar Biasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat diselenggarakan oleh AHKKI tingkat Pusat dalam keadaan tertentu.

(4) Tugas dan wewenang Musyawarah dan Rapat Tingkat Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga AHKKI.

Bagian Kedua

Musyawarah dan Rapat Tingkat Wilayah Pasal 33

Musyawarah dan Rapat yang diselenggarakan oleh AHKKI wilayah DKI Jakarta terdiri atas:

a. Musyawarah Wilayah (Muswil);

b. Rapat Paripurna Pengurus Wilayah;

c. Rapat Pimpinan Harian Pengurus Wilayah.

Pasal 34

(1) Musyawarah Wilayah dilaksanakan 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) tahun dan dihadiri oleh seluruh pengurus dan anggota AHKKI-DKI Jakarta serta Dewan Pembina.

(2) Rapat Paripurna Pengurus Wilayah diadakan setiap tahun dan dihadiri oleh seluruh Pengurus.

(3) Rapat Pimpinan Harian Pengurus Wilayah diadakan sesuai kebutuhan dan dihadiri oleh Pengurus yang terkait.

Pasal 35

(1) Musyawarah dan Rapat tingkat Wilayah sebagaimana dimaksud pada Pasal 34 sah bila dihadiri oleh lebih dari setengah jumlah peserta.

(2) Apabila Musyawarah atau Rapat tidak memenuhi quorum maka Rapat ditunda selambat-lambatnya 2 (dua) jam dan apabila ternyata quorum belum juga tercapai maka Musyawarah atau Rapat dinyatakan sah.

(3) Pengambilan keputusan pada Musyawarah atau Rapat diusahakan melalui jalan musyawarah untuk mencapai mufakat dan bila tidak mungkin maka keputusan dianggap sah berdasarkan suara terbanyak.

BAB VIII

MONITORING DAN EVALUASI Pasal 36

(1) AHKKI tingkat Pusat melakukan monitoring dan evaluasi terhadap seluruh kegiatan AHKKI-DKI Jakarta.

(19)

(2) Monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam rangka menjaga dan meningkatkan mutu kegiatan yaitu tercapainya Tempat Kerja dan Lingkungan Kerja yang memenuhi standar higiene industri dan K3 guna mewujudkan masyarakat industri yang produktif di wilayah DKI Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi

BAB IX

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 37 Pedoman ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta Pada Tanggal 14 Juli 2021 Ketua

Arwita Mulyawati.

(20)

Lampiran: Keputusan Ketua AHKKI-DKI Jakarta No 001/AHKKI-DKI/VII/2001

Tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja AHKKI-DKI Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan cara makan sahur menggunakan kurma atau makanan yang bergizi bukan hanya sekedar menjalankan sunnah Rosul melainkan juga mendapatkan banyak manfaat dari

4.565,00 per kg pada gabah kualitas GKP yaitu Varietas Ciherang terdapat di Kecamatan Trimurjo, Kabupaten Lampung Tengah dan Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Pringsewu, sedangkan

Kesimpulan dari penelitian ini, bahwa sampai sekarang taklik talak masih memiliki urgensi dalam perkawinan, karena adanya kemaslahatan, kekuatan hukum, adat

- Dalam Perjalanan / Tahanan KODIM, POLRI, Orang gila Dan sebagainya.. Tabel 5.6.2 Banyaknya Realisasi Kredit Pemilikan Rumah

Solusi analitik persamaan difusi-gelombang fraksional pada media viskoelastis yang memenuhi nilai batas Signalling dapat diselesaikan dengan mengarahkan solusi ke fungsi

Hambatan informasi yang dihasilkan E-Posyandu untuk memonitoring gizi anak adalah : arsip belum dikelola dengan baik sehingga sulit diakses kembali, masih

urriculum 2013 (C-13) regulates the new policy where English starts to be taught in junior high school although English is optionally offered as an extracurricular

Sehubungan dengan surat dari Panselnas Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) nomor 4506/A.A2/KP/2017 tentang Pengumuman Pelaksanaan SKD