• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Medis 1) Kehamilan

a. Definisi

1) Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari hari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terdiri dari 3 trimester, di mana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27),dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-27 hingga ke-40) (Prawirohardjo, 2009).

2) Periode kehamilan adalah periode yang dihitung sejak hari pertama haid terakhir (HPHT) hingga dimulainya persalinan sejati (Varney, 2007).

b. Tanda-tanda Kehamilan

Wiknjosastro (2009) menjelaskan bahwa kehamilan dapat ditegakkan dengan melakukan penilaian terhadap beberapa tanda dan gejala hamil, yaitu:

1) Tanda-tanda dugaan hamil.

a) Amenorea (tidak dapat haid).

(2)

commit to user b) Nausea (mual) dan emesis (muntah).

c) Mengidam (mengingini makanan atau minuman tertentu).

d) Sinkope atau pingsan.

e) Payudara menjadi tegang dan membesar.

f) Anoreksia (tidak nafsu makan).

g) Sering kencing.

h) Konstipasi atau obstipasi.

i) Pigmentasi kulit.

j) Epulis(hipertrofi pappila ginggivae).

k) Varises atau penampakan pembuluh darah.

2) Tanda tidak pasti kehamilan.

a) Rahim membesar, sesuai dengan tuanya hamil.

b) Pada pemeriksaan dalam dijumpai :

(1) Tanda Hegar(ismus uteri menjadi panjang dan lebih lunak).

(2) Tanda Chadwick (vagina dan vulva tampak lebih merah, agak kebiru-biruan yang terjadi akibat hipervaskularisasi).

(3) Tanda Piscaseck (uterus membesar ke salah satu jurusan hingga menonjol jelas ke jurusan pembesaran tersebut).

(4) Tanda Braxton Hicks (bila uterus dirangsang mudah berkontraksi).

c) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif : sebagian kemungkinan positif palsu.

(3)

3) Tanda pasti kehamilan.

a) Gerakan janin dalam rahim, pada primigravida dapat dirasakan oleh ibunya pada kehamilan 18 minggu, sedangkan pada multigravida pada 16 minggu, oleh karena sudahberpengalaman dari kehamilan terdahulu.

b) Teraba bagian-bagian tubuh janin.

c) Bila dilakukan pemeriksaan dengan sinar rontgen kerangka janin dapat dilihat.

d) Dapat dicatat dan didengar bunyi jantung janin dengan beberapa cara, yaitu dengan alat fetal electrocardiograph, doppler dan stetoskopLaennec.

e) Dengan ultrasonografi (scanning) dapat diketahui ukuran kantong janin, panjangnya janin (crown-rump), dan diameter biparietalis hingga dapat diperkirakan tuanya kehamilan, dan selanjutnya dapat dipakai untuk menilai pertumbuhan janin.

c. Standar asuhan kebidanan pada ibu hamil, antara lain:

1. Kunjungan Ante-natal Care (ANC) minimal:

a. Satu kali pada trimester I (usia kehamilan 0-13 minggu).

b. Satu kali pada trimester II (usia kehamilan 14-27 minggu).

c. Satu kali pada trimester III (usia kehamilan 28-40 minggu).

2. Pelayanan standar, yaitu 7 T : a. Timbang berat badan ibu.

b. Ukur tekanan darah.

(4)

commit to user c. Ukur tinggi fundus uteri (TFU).

d. Pemberian imunisasi TT lengkap.

e. Pemberian Tablet besi (Fe) minimal 90 tablet selama kehamilan dengan dosis satu tablet setiap harinya.

f. Lakukan Tes Penyakit Menular Seksual (PMS).

g. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.

(Sulistyawati, 2009) 2) Tanda bahaya kehamilan

Pada setiap kunjungan antenatal, bidan harus mengajarkan kepada ibu bagaimana mengenali tanda-tanda bahaya dan menganjurkan untuk datang ke klinik dengan segera jika ia mengalami tanda-tanda bahaya tersebut, antara lain:

1) Perdarahan per vagina.

2) Sakit kepala yang hebat, menetap yang tidak hilang.

3) Perubahan visual secara tiba-tiba (“pandangan kabur”,”rabun senja”).

4) Nyeri abdomen yang hebat.

5) Bengkak pada muka atau tangan.

6) Bayi kurang bergerak seperti biasa.

(Fadlum,Feryanto, 2011)

(5)

b. Pre-eklampsia 1) Pengertian

1) Pre-eklampsia adalah sebagai hipertensi yang terjadi setelah gestasi 20 minggu disertai proteinuria ( Hollingworth, 2012).

2) Pre-eklamsia ringan adalah peningkatan tekanan darah >140/90 mmHg tetapi <160/110 mmHg dan proteinuria +1 yang baru timbul setelah usia kehamilan mencapai 20 minggu (Fadlun, Feryanto, 2011) 3) Pre-eklamsia berat adalah sekumpulan gejala yang secara spesifik

hanya muncul selama kehamilan dengan usia lebih dari 20 minggu (kecuali pada penyakit trofoblastik) dan dapat didiagnosis dengan adanya peningkatan tekanan darah selama kehamilan (sistolik ≥160 mmHg atau diastolik ≥110 mmHg), yang sebelumnya normal disertai proteinuria dengan hasil urine ≥2+ (Varney, 2007).

2) Etiologi

Penyebab timbulnya pre-eklamsia pada ibu masih belum jelas.

Seperti yang diketahui bahwa permulaan penyakit adalah saat trimester pertama dan kedua kehamilan dengan masalah plasentasi serta endotelium ibu sebagai sel target yang memicu manifestasi klinis penyakit. Walaupun demikian, mekanisme yang menyebabkan disfungsi sel endotel dan hubungannya dengan plasenta masih belum jelas (Elizabeth Robson, 2012).

(6)

commit to user

Sedangkan menurut Marmi (2011) meskipun penyebab terjadinya preeklamsia secara pasti belum diketahui, namun preeklamsia sering terjadi pada:

a) Primigravida b) Tuanya kehamilan c) Kehamilan ganda.

3) Patofisiologi

Gambar 1.1 Patofisiologi preeklamsia (Bothamley, 2012).

Kegagalan invasi sel trofoblas untuk memaksimalkan modifikasi arteri spiralis uterus

Disfungsi endothelial

Reaksi inflamasi intravaskular umum

Vasokonstriksi arteriola pada organ tubuh mayor Iskemia plasenta relatif

Penurunan aliran darah uterus

Penurunan ekspansi plasma Komplikasi janin : hambatan pertumbuhan,pen

urunan cairan amnion, penurunan aliran

darah arteri umbilikalis

Preeklamsia

(7)

4) Faktor predisposisi

Kondisi yang dihubungkan dengan preeklamsia adalah sebagai berikut:

1) Nuliparitas

2) Penyakit Trofoblastik ( 70 persen terjadi pada kasus molahidatidosa).

3) Kehamilan kembar, tampa memperhatikan paritas.

4) Riwayat penyakit : a) Hipertensi kronis b) Penyakit ginjal kronis

c) Diabetes melitus pra-kehamilan

d) Riwayat preeklamsia atau eklamsia dalam keluarga e) Riwayat preeklamsia sebelumnya

(Varney, 2007) 5) Faktor risiko

Elizabeth Robson (2012) menjelaskan terdapat banyak faktor resiko yang mempredisposisi terjadinya preeklamsia. Berikut adalah faktor resiko disertai dengan peningkatan risiko:

1) Sindrom antifosfolipin (9 kali lipat),

2) Memiliki riwayat preeklamsi sebelumnya (7 kali lipat),

3) Memiliki riwayat atau sedang menderita penyakit diabetes (3,5 kali lipat),

4) Kehamilan kembar (3 kali lipat), 5) Nuliparitas (3 kali lipat),

6) Riwayat preeklamsia dalam keluarga (3 kali lipat),

(8)

commit to user

7) Multipara atau primi tua dengan usia lebih dari 40 tahun (2 kali lupat), 8) Peningkatan tekanan darah diastolik >80 mmHg (1,5 kali lipat), 9) Peningkatan IMT sebelum kehamilan (2,5 kali lipat),

10) Peningkatan IMT saat pemeriksaan antenatal (1,5 kali lipat).

Sedangkan Bobak (2012) menjelaskan bawah terdapat tambahan faktor resiko yang mepredisposisi terjadinya preeklamsia, yaitu:

1) Kehamilan mola 2) Materi genetik baru

3) Komplikasi kehamilan: kehamilan multipel, janin besar, hidrop janin, polihidramnion.

4) Adanya proses penyakit kronik, yaitu tidak hanya diabetes militus saja tapi juga hipertensi, penyakit ginjal, penyakit pembuluh darah, penyakit pembuluh darah kolagen (lupus enternatosus sistemik juga dapat meningkatkan faktor risiko.

6) Keluhan subjektif

Mitayani (2009) menjelaskan bahwa pada preeklamsia ringan tidak ditemukan keluhan subjektif tetapi pada preeklamsia berat keluhan atau gejala subjektif yang dapat dirasakan, antara lain:

1) Nyeri kepala

Nyeri kepala ini jarang di temukan pada kasus ringan, tetapi akan sering terjadi pada kasus-kasus yang berat. Nyeri kepala sering terjadi pada daerah frontal dan oksipital, serta tidak sembuh dengan pemberian analgetik biasa.

(9)

2) Nyeri epigastrium

Merupakan keluhan yang sering ditemukan pada preeklamsia berat.

Keluhan ini disebakan karena tekanan pada kapsula hepar akibat oedema atau perdarahan.

3) Gangguan penglihatan

Keluhan penglihatan yang tertentu dapat disebabkan oleh spasme arterial, iskemia, dan oedema retina dan pada kasus-kasus yang langka disebabkan oleh ablasio retina.

7) Tanda klinis atau laboratoris

Preeklamsia diklasifikasi menjadi preeklamsia ringan dan preeklamsia berat, adapun tanda gejala yang dapat ditemukan antara lain:

1. Preeklamsia ringan

a) Tekanan darah sistolik < 160 mmHg dan tekanan darah diastolik <

110 mmHg. Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2x pemeriksaan dengan jarak.

b) Proteinuria 0,3 gr/24 jam atau ≤ 2+ .

c) Tidak ditemuka tanda-tanda subjektif seperti nyeri kepala, gangguan pengliatan, nyeri epigastrium.

d) Tidak terjadi oligouria.

e) Edema kaki, tangan, atau muka, atau kenaikan berat badan 1 kg/minggu.

(10)

commit to user 2. Preeklamsia berat

a) Pengingkatan tekanan darah sistolik ≥160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg pda dua kali pengukuran dengan jarak setidaknya 6 jam.

b) Terdapat oedema paru

c) Eklamsia (kejang yang menyeluruh atau koma yang tidak dapat dijelaskan.

d) Cedera serebrovaskular.

e) Gejala-gejala disfungsi sistem saraf pusat ( sakit kepala berat, pengliatan kabur, skotamata).

f) Gejala-gejala peregangan kapsul hati (nyeri kuadran kanan atas dan atau epigastrik).

g) Proteinuria lebih dari 5gr/24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan kualitatif.

h) Oliguria < 500 ml/24 jam.

i) Cendera hepatoperia (kadar transaminase serum ≥ 2x normal).

j) Trombositoperia (<100.000 trombosit/ᜀᜀ ).

k) Koagulopati.

l) HELLP (hemolisis, ezim hati meningkat, trombosit rendah) (Cunningham dkk, 2013) (Norwitz, 2008)

(11)

8) Prognosis

Preeklamsia dan komplikasinya selalu menghilang setelah bayi lahir (dengan pengecualian cendera serebrovaskular). Diuresis (>4L/hari) merupakan indikasi klinis paling akurat dari penyembuhan kondisi ini.

Prognosis janin sangat bergantung pada usia gestasi pada saat kelahiran dan masalah-masalah yang berhubungan dengan prematuritas (Norwitz, 2008).

9) Penatalaksanaan dan pengobatan

Wiknjosastro (2009) menjelaskan bahwa pengobatan hanya dapat dilakukan secara simptomatis karena etiologi pre-eklampsia dan faktor- faktor yang menyebabkannya belum diketahui. Tujuan utama penanganan pre-eklampsia ialah:

1) Mencegah terjadinya eklampsia 2) Melahirkan janin hidup

3) Melahirkan janin dengan trauma sekecil-kecilnya.

Pada dasarnya penanganan pre-eklampsia terdiri atas pengobatan medik dan obstetrik. Penanganan obstetrik ditujukan untuk melahirkan bayi pada saat yang optimal, yaitu sebelum janin mati dalam kandungan, akan tetapi sudah cukup matur untuk hidup di luar uterus. Setelah persalinan berakhir, jarang terjadi eklampsia dan janin yang sudah cukup matur lebih baik hidup di luar kandungan daripada dalam uterus. Waktu optimal tersebut tidak selalu dapat dicapai pada penanganan pre- eklampsia, terutama bila janin masih sangat prematur. Dalam hal ini

(12)

commit to user

diusahakan dengan tindakan medis untuk dapat menunggu selama mungkin, agar janin lebih matur.

Pada penatalaksanaan ibu dengan preeklamsia ringan menurut Marmi dkk, 2011 dapat dibagi menjadi dua, yaitu penatalaksanaan rawat jalan dan penatalaksanaan rawat inap.

1. Penatalaksanaan rawat jalan

a.Banyak istirahat (berbaring tidur/miring kiri)

b.Diet : cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.

c.Sedative ringan : tablet phenobarbital 3x30 mg atau diazepam 3x2 mg per oral selama 7 hari.

d.Kenjungan ulang setiap 1 minggu.

e.Pemeriksaan laboratorium : hemoglobin, hematokrit, trombosit, urine lengkap, asam urat darah, fungsi hati dan fungsi ginjal.

2. Penatalaksanaan rawat inap pasien preeklamsia ringan berdasarkan kriteria

a. Pada kehamilan Preterm ( kurang dari 37 minggu)

1. Jika tekanan darah mencapai normotensif selama perawatan persalinan ditunggu sampai aterm.

2. Bila tekanan darah turun tetapi belum mencapai mormotensif selama perawatan maka kehamilannya dapat diakhiri pada kehamilan kebih dari 37 minggu.

(13)

b. Pada kehamilan aterm (lebih dari 37 minggu)

Persalinan ditunggu spontan atau dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan pada taksiran tanggal persalinan.

c. Cara persalinan

Persalinan dapat dilakukan spontan bila perlu memperpendek kala II dengan bantuan bedah obstetru.

Untuk pre-eklampsia berat secara garis besar terapi dibagi menjadi dua, yaitu terapi konservatif untuk kehamilan kurang dari 37 minggu dan terapi agresif untuk kehamilan lebih dari 37 minggu (Kurniawati, 2009).

1) Konservatif atau ekspetatif (untuk kehamilan kurang dari 37 minggu).

Indikasi: usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan tanpa gejala impending eklampsia.

a) Perawatan umum:

(1) Segera masuk RS, berbaring miring ke kiri (2) Monitor tiap hari adanya impending eklampsia (3) Timbang berat badan saat masuk dan ulang tiap hari (4) Periksa proteinuria danulang tiap dua hari

(5) Pengukuran tekanan darah dan laboratorium sesuai kebutuhan pre-eklampsia berat

(6) USG untuk mengetahui usia kehamilan, kemungkinan IUGR, keadaan plasenta dan air ketuban.

b) Terapi medika mentosa

(1) Infus RL atau dekstrosa 5%

(14)

commit to user (2) Pemberian anti kejang (MgSO4)

MgSO4 hanya diberikan melalui IM dimana 4 gram pada bokong kiri dan 4 gram pada bokong kanan. MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mempunyai tanda-tanda preeklamsia ringan, selambat- lambatnya dalam 24 jam.

(3) Syarat- syarat pemberian MgSO4 yaitu:

1) Harus tersedia antidotumMgSO4, bila terjadi intoksikasi yaitu calcium gluconas 10% = 1 gram (10% dalam 10cc) diberikan

intravena dalam 3 menit.

2) Refleks patela positif kuat.

3) Frekuensi pernapasan lebih dari 16 kali per menit.

4) Produksi urine lebih dari 100 cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5 cc/ kgBB/jam).

(4) Pemberian MgSO4 dihentikan bila ada tanda-tanda keracunan magnesium sulfat, yaitu kelemahan otot, hipotensi, refleks

fisiologis menurun, fungsi jantung terganggu, depresi, kelumpuhan dan selanjutnya dapat menyebabkan kematian karena kelumpuhan otot-otot pernapasan.

(5) Cara persalinan

(1) Diutamakan pervaginam, kecuali ada indikasi SC

(2) Jika belum inpartu, pertahankan kehamilan sampai aterm (3) Jika inpartu, persalinan diteruskan seperti lazimnya

(15)

(4) Jika telah bebas dari gejala PEB, pasien masih tetap dirawat 3 hari lagi baru diizinkan pulang.

2) Agresif atau aktif (untuk kehamilan lebih dari 37 minggu).

a) Indikasi ibu:

a. Kegagalan terapi medikamentosa b. Tanda dan gejala impending eklampsia c. Gangguan fungsi hepar dan ginjal d. Dicurigai solusio plasenta

e. Timbulnya gejala inpartu b. Indikasi janin :

(1) Usia kehamilan lebih dari 37 minggu (2) IUGR (berdasarkan hasil USG)

(3) NST (Non Stressed Test) non reaktif dan profil biofisik abnormal.

(4) Oligohidramnion

c) Indikasi laboratorium:

(1) Trombositopenia progresif

(2) Menjurus ke arah HELLP syndrome d) Terapi Medikamentosa

1) Infus RL atau dekstrosa 5%

2) Pemberian anti kejang (MgSO4)

(16)

commit to user c. Dosis awal

4 gram MgSO4 IV (20 % dalam 20 cc) selama 1 gr/menit kemasan 20% dalam 25 cc larutan MgSO4 (dalam 3-5 menit).

Diikuti segera 4 gram di bokong kiri dan 4 gram di bokong kanan (40 % dalam larutan 10 cc) dengan jarum no 21 panjang 3,7 cm. Untuk mengurangi nyeri dapat diberikan 1cc xylocain 2 % yang tidak mengandung adrenalin pada suntikan IM.

d. Dosis ulangan

Diberikan 4 gram IM 40 % setelah 6 jam pemberian dosis awal lalu dosis ulangan diberikan 4 gram IM setiap 6 jam dimana pemberian MgSO4 tidak melebihi 2-3 hari.

e) Cara persalinan : diutamakan pervaginam.

(1) Jika belum inpartu:

(a) Dilakukan induksi persalinan jika skor Bishop lebih dari 8.

Skor Bishop dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Faktor 0 1 2 3

Pembukaan (cm)

0 1-2 3-4 5-6

Penipisan (%)

0-30 % 40-50 % 60-70

%

80 % Posisi

penurunan

-3 -2 - 1/0 +1/+2

Konsistensi Kuat Sedang Lunak Posisi posterior Posisi

tengah

anterior

Tabel 1.1 Nilai Bishop : Mengevaluasi Kesiapan Serviks (Sinclair, 2010).

(17)

(b) Bila perlu matangkan serviks dengan misoprostol.

(c) Induksi persalinan harus sudah mencapai kala II dalam 24 jam. Jika tidak, induksi dianggap gagal dan harus dilakukan SC.

(2) Jika inpartu

(a) Pemantauan persalinan dengan partograf (b) Memperpendek kala II

(c) SC dilakukan bila terdapat maternal distress dan fetal distress.

(d) Primigravida direkomendasikan SC.

(3) Anestesia : regional anestesi atau epidural, tidak dianjurkan general anestesi.

3. Teori Manajemen Kebidanan

Proses manajemen kebidanan terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:

1) Langkah 1:Pengumpulan Atau Penyajian Data Dasar Secara Lengkap Untuk memperoleh data dasar secara lengkap pada Ibu hamil dengan pre- eklampsia dapat diperoleh melalui:

a) Data Subjektif

Data subjektif yang perlu dikumpulkan adalah : 1) Biodata atau Identitas

Identitas yang perlu dikaji meliputi umur. Pada saat hamil usia ibu lebih dari 35 tahun meningkatkan risiko preeklamsia (Varney, 2007).

(18)

commit to user 2) Keluhan Utama

Ditunjukan pada data utama yang mengarah pada gejala yang berhubungan dengan preeklamsia berat yaitu nyeri kepala menetap, gangguan penglihatan, dan nyeri ulu hati (Varney, 2007).

3) Data Kebidanan

a) Riwayat perkawinan.

Ibu multipara yang mempunyai pasangan seks baru meningkatkan risiko terjadinya preeklamsia (Varney, 2007).

b) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Riwayat kehamilan pertama, kehamilan kembar, dan kehamilan dengan diabetes dapat meningkatkan risiko terkena preeklampsia berat (Varney, 2007).

4) Data Kesehatan

1. Riwayat kesehatan sekarang

Ibu merasa sakit kepala di daerah frontal, terasa sakit di ulu hati/nyeri epigastrium, gangguan visual : penglihatan kabur, skotoma, dan diplopia, mual dan muntah, tidak ada nafsu makan, edema pada ekstremitas, dan kenaikan berat badan mencapai 1 kg seminggu (Mitayani, 2009).

2. Riwayat kesehatan yang lalu

Ibu yang menderita penyakit hipertensi sebelum kehamilan, mempunyai riwayat preeklamsia pada kehamilan terdahulu, ibu dengan obesitas, dan pernah menderita penyakit ginjal kronis

(19)

kemungkinan akan meningkatkan risiko terjadinya preeklamsia (Mitayani, 2009)

3. Riwayat kesehatan keluarga

Ibu yang mempunyai riwayat preeklamsia dan eklamsia dalam keluarga kemungkinan akan meningkatkan resiko terjadinya preeklamsia (Mitayani, 2009).

5) Data psikkologi

Biasanya ibu preeklamsia ini berada dalam kondisi yang labil dan mudah marah, ibu merasa khawatir akan keadaan dirinya dan keadaan janin dalam kandungannya, dia takut anaknya nanti lahir cacat atau meninggal dunia, sehingga ia takut untuk melahirkan (Mitayani, 2009).

b) Data Objektif

1. Pemeriksaan Umum

Dalam keadaan normal tekanan darah dalam kehamilan trimester terakhir sistolik tidak melebihi 140 mmHg, dan diastolik melebihin 90 mmHg. Bila terdapat tekanan darah melebihi diatas maka kemungkinan adanya preeklamsia (Marmi dkk, 2011).

Periksaan umum juga bertujuan untuk mengetahui berat badan ibu sebelum hamil dan berat badan ibu saat ini. Pada trimester terakhir pertambahan berat badan normal kurang lebih 0.5 kg seminggu, bila penambahan berat badan tiap minggu lebih dari 0,5 kg harus diperhatikan kemungkinan preeklamsia (Marmi,2011).

(20)

commit to user 2. Pemeriksaan Fisik

a. Inspeksi

Inspeksi dilakukan pada muka untuk mengetahui ada tidaknya oedema, dimana bisa untuk melihat berat ringannya hipertensi yang diderita dan pada ekstremitas untuk mengetahui ada tidaknya oedema (Manuaba, 2007).

b. Auskultasi

Pada ibu hamil dengan preeklamsia, auskultasi dikaji untuk mengetahui bunyi denyut jantung janin (DJJ) sehingga diketahui kesejahteraan janin (Kurniawati, 2009).

c. Perkusi

Dilakukan dengan pemeriksaan refleks patela. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya refleks patela pada ibu hamil karena hasil positif dari refleks patela merupakan salah satu syarat dalam pemberian terapi anti kejang (MgSO4), hilangnya refleks tendon merupakan salah satu tanda intoksikasi MgSO4 (Sujiyatini, 2009).

c) Pemeriksaan Penunjang

Dalam pemeriksaan penunjang ibu hamil dengan preeklamsia dilakukan pemeriksaan laboratorium yang meliputi pemeriksaan proteinuria serta pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan trombosit. Selain itu dilakukan pemeriksaan fungsi hati (SGPT/ SGOT) pada ibu hamil dengan preeklamsia berat dan pemeriksaan fungsi ginjal

(21)

untuk mengetahui serum kreatinin dan serum asam urat (Varney, 2007).

Pemeriksaan USG lebih awal (25-28 minggu) juga diperlukan untuk menilai pertumbuhan janin serta mengetahui kesejahteraan janin (Kurniawati, 2009).

2. Langkah II:Interpretasi Data Dasar

Interpretasi data dari data-data yang telah dikumpulkan pada langkah pengkajian data mengacu pada:

a. Diagnosis Kebidanan

Pada studi kasus ini diagnosis yang dapat ditegakkan adalah “Ny R GIVPIAII umur 39 tahun hamil 32+4 minggu dengan Preeklamsia Berat”.

Diagnosis dapat ditegakkan dari data-data yang diperoleh saat pengumpulan data.

b. Masalah

Masalah yang muncul pada ibu hamil dengan pre-eklampsia berkaitan dengan:

1) Kecemasan pasien terhadap keadaan yang dialami.

2) Kecemasan tentang keadaan janin akibat penyakit yang diderita.

Hal ini bisa muncul apabila pengetahuan ibu tentang pre-eklampsia kurang (Salmah dkk., 2006) .

c. Kebutuhan

Kebutuhan ibu hamil dengan pre-eklampsia berdasarkan penjelasan Varney (2007) adalah:

1) Rasa nyaman, yaitu bedrest total dengan posisi tidur miring ke kiri.

(22)

commit to user 2) Mengobservasi tekanan darah ibu.

3) Mengobservasi balance cairan.

4) Motivasi untuk tetap tenang.

5) Informasi tentang pre-eklampsia dan penatalaksanaannya.

3) Langkah III:Identifikasikan Diagnosis atau Masalah Potensial atau Diagnosis Potensial dan Antisipasi Penanganan

Pada studi kasus ibu hamil dengan pre-eklampsia diagnosis potensial yang didapat adalah kemungkinan terjadinya eklampsia (Yulianingsih, 2009). Antisipasi yang dilakukan oleh bidan adalah observasi tekanan darah setiap satu jam serta menganjurkan ibu untuk bedrest dengan posisi tidur miring ke kiri (Varney, 2007).

4) Langkah IV:Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera Tanda-tanda dini pre-eklampsia membutuhkan konsultasi dokter dan kolaborasi laboratorium. Konsultasi dokter diperlukan untuk terminasi kehamilan jika usia kehamilan telah cukup dan janin mungkin hidup di luar kandungan, serta pemberian antihipertensi dan anti kejang untuk mencegah terjadinya eklampsia. Sedangkan kolaborasi laboratorium dilakukan untuk memantau perkembangan penyakit yaitu dengan pemeriksaan kreatinin 24 jam (Sujiyatini, 2009).

5) Langkah V:Menyusun Rencana Asuhan Yang Menyeluruh

Pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan bersama pasien. Saifuddin (2006) menjelaskan rencana asuhan untuk pasien antara lain :

(23)

1. Observasi Keadaan Umum dan produksi urine ibu.

2. Observasi Vital Sign ibu, terutama tekanan darah tiap jam.

3. Posisikan ibu yang nyaman, yaitu tidur miring ke kiri.

4. Informasikan pada ibu dan keluarga tentang pre-eklampsia berat dan cara mengatasinya.

5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi antihipertensi, anti kejang dan infus RL.

6. Kolaborasi dengan laboratorium untuk pemeriksaan darah lengkap dan proteinuria.

7. Kolaborasi dengan bagian radiologi untuk dilakukan USG.

8. Kolaborasi dengan tim gizi untuk pemberian diet makanan.

6) Langkah VI :Pelaksanaan Langsung Asuhan Dengan Efisien Dan Aman

Implementasi pada kasus ini bertujuan untuk mengatasi diagnosis kebidanan ditujukan pada masalah kebidanan dan untuk menghilangkan gejala pre-eklampsia berat yaitu sesuai dengan perencanaan (Saifuddin, 2006).

7) Langkah VII :Evaluasi

Evaluasi atau hasil yang diharapkan dari asuhan ibu hamil dengan preeklamsia adalah tekanan darah menurun, pemeriksaan laboratorium mengindikasikan perbaikan penyakit, dan janin dalam keadaan baik (Varney, 2007).

(24)

commit to user B. Follow Up Data Perkembangan Kondisi Klien

7 langkah Varney dapat disarikan menjadi 4 langkah yaitu SOAP (Subjektif, Objektif, Assesment dan Plan). SOAP disarikan dari proses pemikiran penatalaksanaan kebidanan dipakai untuk mendokumentasikan asuhan pasien dalam rekam medis pasien sebagai catatan kemajuan atau perkembangan keadaan klien.

S : Subjektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesis sebagai langkah I Varney yaitu ibu sudah tidak cemas, tidak gelisa, tidak nyeri kepala dan ulu hati, penglihatan sudah normal.

O : Objektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan test diagnostik yang berupa keadaan umum ibu baik, sadar, tekanan darah normal, hasil laboratorium ibu menujukkan tanda-tanda perbaikan atau dalam keadaan baik.

A : Analisa

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan interprestasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi :

1. Diagnosa / masalah

2. Antisipasi diagnosa / masalah potensial

3. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, kolaborasi / konsultasi dan rujukan sebagai langkah 2 Varney.

(25)

P : Penatalaksanaan

Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan dan evaluasi perencanaan berdasarkan Analisis sebagai langkah 3, 4, 5, 6 dan 7 Varney.

(KepMenKesRI no:938/Menkes/SKVII/2007).

Gambar

Gambar 1.1 Patofisiologi preeklamsia (Bothamley, 2012).
Tabel 1.1 Nilai Bishop : Mengevaluasi Kesiapan Serviks  (Sinclair, 2010).

Referensi

Dokumen terkait

Variabel Kemampuan, Disiplin dan Motivasi secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas kerja pegawai pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah

fitokimianya. Data dan informasi ini menjadi sangat penting untuk didokumentasikan sehingga dapat diketahui oleh generasi berikutnya, mengingat belum adanya dokumentasi

Media pembelajaran mata pelajaran Bahasa Inggris dibuat sebagai alat bantu (media) dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran agar siswa tidak bosan dalam

Usia terbanyak pasien TB-HIV adalah antara 18-40 tahun dengan median usia 33 tahun, namun tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara usia dengan kejadian

Unit PT PLN (PERSERO) yang akan membangun SCADA harus mengacu pada SPLN S3.001: 2008 Peralatan SCADA Sistem Tenaga Listrik. Jumlah yang dijelaskan pada tabel 6 dan tabel 7

Pelanggaran yang mengijinkan pembangunan skyscarapper yang menjulang tinggi meraih langitnya kota Paris ini, di satu sisi menuai banyak protes, akan tetapi di

Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian ini memberikan batasan operasional, berupa model yang digunakan untuk mencari seberapa

b) Individu dengan euthymic bipolar akan memberi hasil yang lebih buruk dibanding subjek kontrol dalam memori verbal dan fungsi eksekusi. c) Terdapat hubungan antara