• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara. Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara. Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Alhamdulillah, segala puji kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang atas nikmat, rahmat dan karunia-Nya penyusunan buku Tanya Jawab tentang Surat Berharga Syariah Negara (Sukuk Negara): Instrumen Keuangan Berbasis Syariah, yang merupakan edisi revisi dan penyempurnaan dari buku tanya jawab edisi sebelumnya, dapat diselesaikan. Shalawat serta salam semoga senantiasa selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW.

Pada dasarnya, penyusunan buku ini dilatarbelakangi oleh niat tulus untuk terus melaksanakan proses edukasi dan sosialisasi mengenai Sukuk Negara kepada masyarakat, stakeholders, dan semua pihak yang terkait.

Untuk itu, buku ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar seputar Sukuk Negara, sekaligus memperluas pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap Sukuk Negara.

Agar lebih memudahkan pembaca, buku ini sengaja disusun dalam format tanya jawab yang ditulis secara sistematis, yang mencakup tanya jawab mengenai prinsip keuangan syariah, kondisi pasar keuangan syariah, sukuk, dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). Kemudian, pada bagian akhir buku ini terdapat penjelasan singkat mengenai istilah-istilah dalam keuangan syariah, khususnya yang terkait dengan sukuk. Hal ini mengingat istilah-istilah dimaksud berasal dari bahasa Arab, yang relatif masih kurang dikenal dan dipahami oleh sebagian masyarakat.

Akhirnya kami berharap semoga buku ini bisa bermanfaat bagi semua pihak, serta turut memberikan kontribusi terhadap pengembangan keuangan syariah di Indonesia.

Wassalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Jakarta, Juni 2010

Tim Penyusun

(3)

SAMBUTAN

DIREKTUR PEMBIAYAAN SYARIAH

Bismillahirrahmanirrahim,

Assalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Beberapa tahun terakhir ini, kebutuhan pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang bersumber dari Surat Berharga Negara (SBN) semakin mengalami peningkatan, sehingga diperlukan pengembangan instrumen SBN sekaligus diversifikasi sumber- sumber pembiayaan. Seiring dengan kebijakan Pemerintah untuk mengembangkan pasar keuangan syariah di Indonesia, Pemerintah berupaya meluncurkan instrumen investasi dan pembiayaan yang berbasis syariah, yaitu Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau dikenal dengan Sukuk Negara.

Alhamdulillah, usaha dan kerja keras Pemerintah selama ini dalam menyediakan landasan hukum bagi penerbitan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dapat tercapai dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 19 tahun 2008 tentang SBSN pada 7 Mei 2008. Keberadaan Undang- Undang ini diperlukan untuk menyediakan basis serta koridor hukum dalam pengelolaan SBSN secara hati-hati, transparan, dan akuntabel, serta memberikan kepastian hukum bagi investor. Undang-Undang SBSN tersebut merupakan angin segar baik bagi Pemerintah maupun pelaku pasar dalam upaya mengembangkan pasar keuangan dalam negeri, khususnya pasar keuangan syariah yang perkembangannya relatif tertinggal dibandingkan dengan pasar keuangan syariah di beberapa di negara lain.

Dalam kurun waktu dua tahun sejak disahkannya undang-undang SBSN tersebut, intrumen SBSN telah mengambil peran penting sebagai salah satu instrumen pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pemerintah telah sukses menerbitkan SBSN untuk pertama kalinya pada bulan Agustus tahun 2008 melalui cara bookbuilding, Sukuk Negara Ritel, dan SBSN Valas di pasar internasional. Selain itu, Pemerintah juga telah menerbitkan SBSN dengan cara lelang dan private placement.

Penerbitan SBSN tersebut berhasil menarik minat yang luar biasa dari

para investor, baik dalam maupun luar negeri. Keberhasilan penerbitan

(4)

Sukuk Negara tersebut ditandai dengan banyaknya penghargaan (awards) yang diperoleh dari berbagai media keuangan internasional. Kesuksesan tersebut tidak terlepas dari upaya yang telah dilakukan Pemerintah dalam melakukan sosialisasi SBSN yang intensif di masyarakat, komunitas pelaku pasar keuangan, serta perguruan tinggi, maupun melalui berbagai seminar, talkshow, investor gathering, pameran serta media cetak dan elektronik lainnya.

Penyusunan buku Tanya Jawab tentang Surat Berharga Syariah Negara (Sukuk Negara): Instrumen Keuangan Berbasis Syariah ini, yang merupakan revisi dan penyempurnaan dari edisi sebelumnya, dimaksudkan untuk memperluas pengetahuan dan pemahaman masyarakat khususnya mengenai Sukuk Negara. Melalui proses edukasi dan sosialisasi yang dilakukan secara berkesinambungan, diharapkan awareness dan pemahaman masyarakat terhadap Sukuk Negara sebagai instrumen investasi dan pembiayaan dapat semakin meningkat.

Akhir kata, saya ingin menyampaikan apresiasi yang tulus kepada rekan-rekan di Direktorat Pembiayaan Syariah atas ketekunannya dalam menyusun dan menyelesaikan revisi buku Tanya Jawab SBSN ini. Semoga hasil karya ini dapat bermanfaat serta menjadi amal jariyah bagi kita semua, Aamiin.

Wassalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

Jakarta, Juni 2010

Direktur Pembiayaan Syariah

Dahlan Siamat

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

SAMBUTAN DIREKTUR PEMBIAYAAN SYARIAH ii

DAFTAR ISI iv

I. PRINSIP KEUANGAN SYARIAH (ISLAMIC FINANCE)

1. Pengertian Syariah 1

2. Pengertian keuangan syariah (Islamic Finance) 1

3. Tujuan keuangan syariah 1

4. Prinsip dasar transaksi dalam keuangan syariah 1

5. Pengertian Riba 1

6. Pengertian Gharar 2

7. Pengertian Maysir 2

8. Riba dalam pandangan syariah 2

9. Bunga dalam pandangan syariah 2

10. Uang dalam pandangan syariah 3

11. Utang dalam pandangan syariah 3

12. Sistem bagi hasil 3

13. Margin keuntungan 3

14. ujrah/fee 3

II. PASAR KEUANGAN SYARIAH

15. Kondisi pasar keuangan syariah internasional 4 16. Perkembangan pasar keuangan syariah dalam negeri 4 17. Lembaga keuangan internasional yang mendukung perkembangan

pasar keuangan syariah 5

18. Perkembangan instrumen keuangan syariah saat ini 6 19. Negara-negara yang telah menerbitkan sovereign sukuk (sukuk

negara)

6 20. Negara lain yang memiliki undang-undang penerbitan sukuk 6 21. Faktor-faktor yang menyebabkan pesatnya perkembangan Sukuk 6

22. Potensi permintaan sukuk 7

III. SUKUK

A. PAPARAN UMUM

23. Pengertian sukuk 8

24. Karakteristik sukuk 8

25. Perbedaan sukuk dengan obligasi konvensional 9 26. Kriteria sukuk yang memenuhi prinsip syariah 9

(6)

27. Penggunaan dana hasil penerbitan sukuk 9

28. Kelebihan berinvestasi pada sukuk 10

29. Siapa saja investor sukuk 10

30. Investor konvensional berinvestasi dalam sukuk 10

31. Jangka waktu (tenor) sukuk 10

32. Sifat imbalan sukuk 10

33. Pihak yang terlibat dalam penerbitan sukuk 11

34. Metode penerbitan sukuk 11

35. Metode bookbuilding 11

36. Metode lelang (auction) 11

37. Metode private placement 11

38. Sukuk yang diminati pasar domestik dan internasional 12

39. Perdagangan sukuk di pasar sekunder 12

B. JENIS-JENIS SUKUK

40. Jenis-Jenis Sukuk 12

41. Sukuk Ijarah 13

42. Sukuk Salam 13

43. Sukuk Istishna’ 13

44. Sukuk Musyarakah 13

45. Sukuk Mudharabah 14

46. Sukuk Wakalah 14

47. Sukuk Muzara’ah 14

48. Sukuk Musaqah 15

49. Sukuk Dengan Kombinasi Akad Tertentu 15

IV. SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA (SBSN) / SUKUK NEGARA A. PAPARAN UMUM SBSN

50. Pengertian Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) / Sukuk Negara 15

51. Dasar hukum penerbitan SBSN 15

52. Kewenangan penerbitan SBSN 15

53. Tujuan penerbitan SBSN 16

54. Perlunya penerbitan SBSN oleh Pemerintah 16

55. Perbedaan antara SBSN dengan SUN 16

56. Keuntungan berinvestasi dalam SBSN 17

57. Bukti Kepemilikan SBSN 17

B. PERUSAHAAN PENERBIT SBSN / SPECIAL PURPOSE VEHICLE (SPV)

58. Pengertian Special Purpose Vehicle (SPV) 17

59. Konsep SPV dalam penerbitan sukuk 17

60. Fungsi SPV dalam penerbitan sukuk 18

(7)

61. Masa operasional SPV 18 62. Pengertian principle trustee dan co trustee 18

63. Perusahaan Penerbit SBSN (PP SBSN) 18

64. Dasar hukum pendirian Perusahaan Penerbit SBSN 18 65. Fungsi Perusahaan Penerbit SBSN dalam Penerbitan SBSN 18

66. Penerbitan SBSN tanpa SPV 19

67. Pendirian Perusahaan Penerbit SBSN di luar negeri 19 C. UNDERLYING ASSET PENERBITAN SBSN

68. Pengertian underlying asset 20

69. Pengertian hak manfaat 20

70. Pengertian Aset SBSN 20

71. Pengertian Barang Milik Negara (BMN) 20

72. Fungsi underlying asset dalam penerbitan SBSN 20 73. Aset yang dapat dijadikan underlying asset penerbitan SBSN 20 74. Apakah terjadi perpindahan kepemilikan aset SBSN 21 75. Mekanisme pemindahtanganan BMN sebagai underlying asset

dalam penerbitan SBSN Ijarah Sale and Lease Back

21 76. Cara penentuan nilai BMN yang dijadikan underlying asset SBSN 21 77. Pihak yang bertanggung jawab merawat Aset SBSN 21 D. PENERBITAN SBSN

78. Tahapan penerbitan SBSN 22

79. Pihak yang berperan dalam penerbitan SBSN 22

80. Persetujuan DPR dalam penerbitan SBSN 22

81. Peran BI dalam penerbitan SBSN 23

82. Penerbitan SBSN secara langsung dan tidak langsung 23

83. Penerbitan SBSN dengan cara bookbuilding 23

84. Penerbitan SBSN dengan cara lelang 24

85. Penerbitan SBSN dengan cara private placement 25 86. Pernyataan Kesesuaian Syariah (Sharia Compliance Endorsement) 25

87. Buyback SBSN sebelum jatuh tempo 25

88. Opsi pelunasan SBSN sebelum jatuh tempo (call-option) 25

89. Jangka waktu (tenor) SBSN 26

90. Manfaat penerbitan SBSN jangka pendek (Islamic Treasury Bills) 26

91. Posisi Outstanding SBSN 26

E. DOKUMEN PENERBITAN SBSN

92. Dokumen transaksi penerbitan SBSN 26

93. Dokumen penerbitan SBSN Ijarah Al Khadamat 27

94. Pengertian Fatwa 27

95. Fatwa-Fatwa terkait SBSN 27

(8)

96. Pernyataan kesesuaian syariah / Opini Syariah 28

97. Memorandum Informasi 28

F. IMBALAN SBSN

98. Mekanisme Penentuan imbalan SBSN 28

99. Penetapan imbalan SBSN sebelum penerbitan dibolehkan syariah 29 100. Jaminan atas pembayaran imbalan dan nilai nominal SBSN 29

101. Pajak terhadap imbalan SBSN 29

G. PASAR SEKUNDER SBSN

102. SBSN dapat diperdagangkan di pasar sekunder 29

103. Perdagangan SBSN di pasar sekunder 30

104. Capital gain 30

105. Pajak terhadap capital gain SBSN 30

H. SERI SBSN

106. SBSN seri IFR 30

107. SBSN seri SR 30

108. SBSN seri SNI 31

109. SBSN seri SDHI 31

I. SKEMA PENERBITAN SBSN

110. Jenis-jenis SBSN 31

111. Ijarah – sale and lease back 32

112. Skema Penerbitan SBSN Ijarah – Sale and Lease Back 32

113. Ijarah Al-Khadamat 33

114. Skema Penerbitan SBSN Ijarah Al-Khadamat 33 V. ISTILAH-ISTILAH DALAM KEUANGAN SYARIAH

A

1. Akad 34

2. Ajir 34

3. Ashiil 34

4. „Ariyah 34

5. „An Taradhin 34

B

6. Bai’ 34

7. Ba`i' 34

8. Bagi Hasil 34

9. Bagi Untung (profit sharing) 34

10. Bagi Pendapatan (revenue sharing) 34

11. Bai‟ al-„Inah 35

(9)

12. Bai‟ al-Ma‟dum 35

13. Bai‟ al-Mu‟athoh 35

14. Bai‟ al-Muwadha‟ah 35

15. Bai‟ al-Munaqashah 35

16. Bai‟ al-Musawamah 35

17. Bai‟ al-Muzayadah 35

18. Bai‟ as-Salam 36

19. Ba‟i at-Taqsith 36

20. Ba‟i al-Wafa‟ 36

21. Ba‟i Bithaman Ajil (BBA) 36

22. Bai‟ Muajjal 36

23. Bai‟ Tauliyah 36

24. Bithaqah al-I‟timan 36

25. Bithaqah al-Khasm al-Fauri 36

D

26. Dayn 36

27. Dharar 36

28. Dharurat 36

F

29. Fasakh 36

30. Fasid 37

31. Fatwa 37

G

32. Gharar 37

33. Ghubun 37

H

34. Hibah 37

35. Hiwalah/Hawalah 37

I

36. Ihtiyath 37

37. Ihtikar 37

38. Ijab Kabul 37

39. Ijarah 37

40. Ijarah al-Khadamat 38

41. Ijarah Headlease and Sublease 38

42. Ijarah Mawshufah fi Dzimmah 38

43. Ijarah Muntahiya bit-Tamlik 38

44. Ijarah Sale and Lease Back 38

45. Ijtihad 38

46. Ijma‟ 38

47. Iqalah 38

(10)

48. Iqtishad 38

49. Istishna‟ 39

J

50. Ju‟alah 39

K

51. Kafalah 39

52. Kafiil 39

53. Khiyar 39

M

54. Ma‟jur 39

55. Mabi‟ 39

56. Makful Bih 39

57. Malik 39

58. Marhun 39

59. Maysir 39

60. Maqashid Syariah 40

61. Mudi‟ 40

62. Mudharabah 40

63. Mudharabah Muqayyadah 40

64. Mudharabah Muthlaqah 40

65. Mudharib 40

66. Muhal 41

67. Muhal „Alaihi 41

68. Muhil 41

69. Mukhabarah 41

70. Muqridh 41

71. Muqtaridh 41

72. Muqaradhah 41

73. Murabahah 41

74. Murtahin 41

75. Musyarakah 41

76. Muslam 42

77. Muslam Fihi 42

78. Muslam Ilaihi 42

79. Musyarakah Mutanaqishah 42

80. Musytari 42

81. Mustashni‟ 42

82. Muzara‟ah 42

83. Musaqah 42

84. Mu‟jir 42

(11)

85. Musta‟jir 42

86. Muwakkil 42

N

87. Najsy 42

88. Nisbah 43

Q

89. Qardhul Hasan 43

90. Qimah 43

91. Qiyas 43

R

92. Rabbul Mal 43

93. Rahn 43

94. Rahin 43

95. Riba 43

96. Riba Fadhl 43

97. Riba Nasi‟ah 44

98. Riba Jahiliyah 44

99. Ribawi 44

100. Risywah 44

S

101. Sadd Zari‟ah 44

102. Shahibul Maal 44

103. Shani‟ 44

104. Sharf 44

105. Shighah 44

106. Syirkah 45

T

107. Ta‟alluq 45

108. Ta‟widh 45

109. Tabarru‟ 45

110. Tadlis 45

111. Takaful 45

112. Tas‟ir 45

113. Tawarruq 45

U

114. Ujrah 46

115. „Urf 46

116. ‟Urbun 46

W

117. Wa‟ad 46

(12)

118. Wadi‟ah 46

119. Wadi‟ah Yad adh-Dhamanah 46

120. Wadi‟ah Yad al-Amanah 47

121. Wadi‟ 47

122. Wakalah 47

123. Wakil 47

VI. DAFTAR PUSTAKA 48

(13)

I. PRINSIP KEUANGAN SYARIAH (ISLAMIC FINANCE) 1. Apakah yang dimaksud dengan Syariah?

Syariah adalah aturan/hukum Islam yang bersumber dari al-Qur'an dan al- Hadits.

2. Apakah yang dimaksud dengan Keuangan Syariah (Islamic Finance)?

Keuangan Syariah (Islamic Finance) adalah suatu sistem keuangan/perekonomian yang diatur dan dikelola berdasarkan syariah Islam.

3. Jelaskan tujuan Keuangan/Ekonomi Syariah?

Tujuan Keuangan/Ekonomi Syariah adalah untuk mewujudkan kebaikan, kemaslahatan dan kesejahteraan manusia terutama di bidang ekonomi/keuangan, dengan mengacu pada tujuan utama syariah (maqashid syariah) dalam rangka membantu manusia mencapai kemenangan (falaah) di dunia dan akhirat.

4. Sebutkan prinsip-prinsip dasar transaksi dalam Keuangan Syariah?

Prinsip-prinsip dasar transaksi dalam Keuangan Syariah yang dijadikan panduan dalam berbagai aktivitas transaksi ekonomi, yaitu antara lain:

larangan atas penerapan bunga (riba/usury);

larangan terhadap aktivitas ekonomi yang mengandung unsur judi/spekulasi (maysir), ketidakpastian/penipuan (gharar), serta produksi barang dan jasa yang bertentangan dengan syariah Islam (bathil);

anjuran atas penerapan sistem bagi hasil (profit loss sharing);

penekanan pada perjanjian atau kesepakatan yang adil (’an taradhin); dan

mendorong produktivitas dan keadilan distribusi.

5. Apakah yang dimaksud dengan Riba (usury/interest)?

Riba (usury/interest) adalah tambahan yang diambil dalam suatu transaksi tanpa adanya suatu ‘iwadh (pengganti/penyeimbang) yang dibenarkan syariah atas penambahan tersebut. Dalam fikih muamalah, riba dibagi menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu riba fadhl, riba nasi‟ah, dan riba jahiliyah.

Riba fadhl, disebut juga riba buyu‟, yaitu riba yang timbul akibat pertukaran barang sejenis yang tidak memenuhi kriteria yang sama kualitasnya (mistlan bi mistlin), sama kuantitasnya (sawa`an bi sawa`in) dan sama waktu penyerahannya (yadan bi yadin). Riba fadhl dapat ditemui dalam transaksi valas yang tidak dilakukan secara tunai.

Riba Nasi’ah atau riba duyun, yaitu riba yang timbul akibat utang piutang yang tidak memenuhi kriteria untung muncul bersama risiko (al ghunmu bil ghurmi) dan hasil usaha muncul bersama biaya (al kharaj bi dhaman). Riba

(14)

jenis ini dapat ditemui dalam pembayaran bunga kredit dan pembayaran bunga tabungan, deposito, giro.

Riba Jahiliyah adalah utang yang dibayar melebihi dari pokok pinjaman karena peminjam tidak mampu mengembalikan dana pinjaman pada saat jatuh tempo.

6. Apakah yang dimaksud dengan Gharar (Uncertainty)?

Gharar adalah sesuatu yang mengandung ketidakjelasan, keraguan, tipuan atau tindakan yang bertujuan merugikan orang lain. Dalam jual beli, gharar dapat terjadi jika mengandung ketidakjelasan atau ketidakpastian, baik mengenai obyek, cara penyerahan maupun cara pembayaran.

7. Apakah yang dimaksud dengan Maysir (Speculation)?

Maysir adalah aktivitas spekulasi, judi, dan untung-untungan di dalam transaksi keuangan yang memungkinkan diperolehnya suatu kekayaan dengan cara yang mudah, dengan kemungkinan adanya pihak yang dirugikan di atas keuntungan pihak yang lain.

8. Jelaskan bagaimana pandangan Keuangan/Ekonomi Syariah terhadap riba?

Syariah Islam melarang praktik riba dalam segala aktivitas ekonomi, karena dampak negatifnya terhadap sistem sosial dan perekonomian masyarakat.

Secara sosial, praktik riba yang bersifat eksploitatif cenderung menciptakan hutang, merendahkan martabat manusia, serta menciptakan jurang ketidakadilan yang sangat besar di masyarakat. Sementara secara perekonomian, riba cenderung mengeksploitasi perekonomian, menyebabkan misalokasi sumber daya, menciptakan ketidakadilan dan ketidakefisienan perekonomian, serta menciptakan pembangunan ekonomi yang bersifat semu (bubble economy) yang pada akhirnya berdampak pada terjadinya krisis dan ketidakstabilan perekonomian.

9. Jelaskan bagaimana pandangan Keuangan/Ekonomi Syariah terhadap bunga?

Pada dasarnya, bunga adalah tambahan yang dikenakan dalam transaksi pinjaman uang (qardh) yang diperhitungkan dari pokok pinjaman tanpa mempertimbangkan pemanfaatan/hasil pokok pinjaman tersebut, berdasarkan tempo waktu, diperhitungkan secara pasti di muka, dan pada umumnya bersifat persentase. Karakteristik bunga dimaksud telah memenuhi unsur dan kriteria riba, yakni riba nasi‟ah. Dengan demikian, praktik bunga termasuk salah satu bentuk riba, sehingga tidak dibolehkan dalam transaksi keuangan syariah.

(15)

10. Jelaskan bagaimana fungsi uang dalam Keuangan/Ekonomi Syariah?

Dalam pandangan Keuangan/Ekonomi Syariah, fungsi uang hanyalah sebagai alat tukar (medium of exchange) dan satuan nilai (unit of account) dalam transaksi keuangan, yang bertujuan untuk memperlancar pertukaran dan menetapkan nilai yang wajar dari pertukaran tersebut. Uang tidak memiliki nilai dan hanya merefleksikan nilai, sehingga tidak dapat dijadikan sebagai komoditi.

11. Jelaskan bagaimana pandangan Keuangan/Ekonomi Syariah terhadap utang?

Dalam pandangan Keuangan/Ekonomi Syariah, utang/pinjaman merupakan salah satu akad tabarru‟ (sosial/tolong menolong) dan bukan akad komersial.

Dengan demikian, tidak dibolehkan untuk mengambil keuntungan komersial dari pemberian utang kepada pihak lain (misalnya, pinjaman dengan bunga atau obligasi konvensional).

12. Apakah yang dimaksud dengan sistem bagi hasil?

Sistem bagi hasil (profit-loss sharing) adalah sistem pembagian hasil usaha (keuntungan maupun kerugian) yang dibagi berdasarkan rasio (nisbah) yang berbentuk persentase (A 50% : B 50%) dan disepakati bersama di awal akad.

Sistem bagi hasil pada dasarnya mengacu pada akad kemitraan (partnership), yang diaplikasikan pada akad musyarakah, mudharabah, muzara‟ah, mugharasah, dan mukhabarah. Sistem bagi hasil terdiri dari dua jenis, yaitu:

Bagi untung (Profit Sharing), yaitu pembagian hasil yang dihitung dari pendapatan setelah dikurangi biaya pengelolaan dana. Dalam sistem syariah pola ini dapat digunakan untuk keperluan distribusi hasil usaha lembaga keuangan syariah;

Bagi pendapatan (Revenue Sharing), yaitu pembagian hasil yang dihitung dari total pendapatan pengelolaan dana. Dalam sistem syariah pola ini dapat digunakan untuk keperluan distribusi hasil usaha lembaga keuangan syariah.

13. Apakah yang dimaksud dengan margin?

Margin adalah jumlah keuntungan yang diperoleh penjual dalam akad jual beli (murabahah, salam dan istishna’), yang merupakan tambahan yang diberikan pembeli atas cost of capital barang yang dijual beserta keuntungan yang diperoleh.

14. Apakah yang dimaksud dengan ujrah/fee?

Ujrah/fee adalah imbalan yang diberikan oleh pengguna jasa sebagai bentuk pertukaran atas jasa/manfaat yang diberikan oleh pemberi jasa dalam akad ijarah (sewa menyewa). Ujrah atau imbalan yang diperjanjikan dapat bersifat tetap (fixed).

(16)

II. PASAR KEUANGAN SYARIAH

15. Bagaimana kondisi pasar keuangan syariah Internasional?

Secara umum, pasar keuangan syariah internasional terus mengalami perkembangan yang sangat pesat. Sampai dengan triwulan III tahun 2009, nilai aset industri perbankan syariah mencapai sekitar USD1 triliun, Islamic funds sekitar USD70 miliar, dan premium Takaful global sekitar USD4,3 miliar. Kawasan Gulf Cooperation Council (GCC) masih mendominasi shariah compliant aset dengan market share 42,9%. Kontributor terbesar kedua adalah Iran dengan market share 35,6%. Di luar kawasan Timur Tengah, Asia memiliki market share sekitar 20%, dengan pemain utama Malaysia sebesar 10,5%. Sementara di Eropa, Inggris masih menjadi leading player dengan share 2,5%. (Sumber: Bank Indonesia).

Saat ini jumlah lembaga keuangan syariah global telah mencapai sekitar 810 perusahaan yang tersebar di 50 negara. Sekitar 450 lembaga keuangan syariah beroperasi di kawasan Timur Tengah, terutama UEA, Bahrain, Kuwait, Iran dan Saudi Arabia. Di Eropa, sekitar 114 lembaga keuangan syariah menjadi pelaku di pasar keuangan syariah Eropa yang terkonsentrasi di Inggris. Sedangkan di Amerika Utara, jumlah lembaga keuangan syariah masih relatif sedikit, yaitu sekitar 44 yang tersebar di AS dan Kanada (Sumber: Bank Indonesia).

Secara global, sampai dengan Juli 2010 total emisi sukuk internasional mencapai sekitar USD213 miliar. Berkembang secara pesat dari semula sekitar USD4 miliar pada tahun 2002 (Sumber: IFIS).

16. Bagaimana perkembangan pasar keuangan syariah di dalam negeri?

Seiring dengan perkembangan pasar keuangan syariah internasional, pasar keuangan syariah di Indonesia juga tumbuh dan berkembang dengan pesat. Hal tersebut terlihat dari peningkatan jumlah Bank Umum Syariah (BUS) yang menjadi 10 buah pada akhir Juni 2010. Demikian pula dengan perkembangan aset dan dana pihak ketiga (DPK) perbankan syariah yang masing-masing mengalami peningkatan dari sebesar Rp7,94 triliun dan Rp5,76 triliun pada tahun 2003, menjadi Rp75,205 triliun dan Rp58,078triliun per Juni 2010. (Sumber: Bank Indonesia).

Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana syariah juga mengalami peningkatan dari semula Rp1,77 triliun pada akhir tahun 2008, menjadi Rp4,63 triliun pada akhir Desember 2009 (Sumber: Bapepam-LK). Sedangkan jumlah perusahaan/unit usaha asuransi syariah (takaful) dan nilai asetnya meningkat dari masing-masing 18 unit dengan total aset Rp519 miliar pada tahun 2004, menjadi 44 unit dengan total aset Rp3,2 triliun pada Maret 2010 (Sumber: zonaekis.com/Republika).

Pesatnya perkembangan industri keuangan syariah juga diikuti oleh pesatnya perkembangan instrumen keuangan dan pembiayaan syariah yaitu sukuk atau

(17)

yang lebih dahulu dikenal dengan obligasi syariah. Selama tujuh tahun terakhir, perkembangan penerbitan obligasi syariah domestik mengalami peningkatan signifikan dari sebanyak 6 penerbitan dengan total emisi Rp740 miliar pada tahun 2003, menjadi 47 penerbitan dengan total emisi Rp7,715 triliun pada akhir Juli 2010. Sementara total Sukuk Korporasi yang sudah dilunasi/jatuh tempo per 31 Juli 2010 berjumlah Rp1,694 triliun (Sumber: Bapepam-LK).

17. Sebutkan Lembaga-Lembaga Keuangan Internasional yang mendukung perkembangan pasar keuangan syariah!

Lembaga keuangan internasional yang mendukung perkembangan pasar keuangan syariah, antara lain sebagai berikut:

The Islamic Financial Services Board (IFSB).

IFSB merupakan lembaga internasional yang bertujuan merumuskan infrastruktur keuangan Islam dan standar instrumen keuangan Islam. Lembaga ini didirikan di Kuala Lumpur pada 3 November 2002 dan mulai beroperasi pada 10 Maret 2003.

The International Islamic Financial Market ((IIFM).

IIFM merupakan lembaga internasional yang bertujuan untuk mendukung pengembangan kerjasama internasional dalam rangka meningkatkan perdagangan produk keuangan Islam dan sekaligus menjadi pusat rujukan internasional terkait dengan kesesuaian prinsip syariah atas produk-produk keuangan syariah (shariah compliance). Lembaga ini didirikan oleh bank sentral dan otoritas moneter Bahrain, Brunei, Indonesia, Malaysia, Sudan and Islamic Development Bank pada 13 November, 2001, dan head quartered in the Kingdom of Bahrain. Keanggotaan Indonesia diwakili oleh Bank Indonesia.

Islamic International Rating Agency (IIRA).

IIRA merupakan lembaga rating khusus untuk instrumen keuangan Islam, didirikan pada tahun 2001 dan berkedudukan di Bahrain.

The Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions (AAOIFI).

AAOIFI merupakan lembaga nirlaba internasional yang bertujuan menyusun dan menyiapkan standardisasi di bidang keuangan syariah, khususnya terkait dengan teknik akuntansi, auditing, governance, ethics dan kesesuaian prinsip syariah atas produk-produk keuangan syariah. AAOIFI didirikan pada 26 Februari 1990 di Aljazair, dan terdaftar di Bahrain sejak 27 Maret 1991.

Liquidity Market Center (LMC)

Lembaga yang didirikan oleh Central Bank of Bahrain (CBB) untuk mendukung perkembangan perdagangan di pasar sekunder. LMC bertugas untuk memberikan kuotasi harga seluruh sukuk internasional yang telah diterbitkan baik oleh korporasi maupun sovereign.

(18)

Islamic Development Bank (IDB)

IDB sangat aktif dalam memberikan pembiayaan syariah secara langsung terutama kepada negara-negara anggota, termasuk Indonesia. IDB yang didirikan tahun 1975 atas rekomendasi Organisasi Konferensi Islam. Sampai dengan tahun 2010 IDB telah beranggotakan 57 negara, dan sangat aktif mempromosikan konsep ekonomi syariah melalui seminar, workshop maupun konferensi.

18. Bagaimana perkembangan instrumen keuangan syariah saat ini?

Dari segi struktur dan akad yang digunakan, instrumen keuangan syariah yang ada saat ini relatif terbatas. Namun sejalan dengan semakin besarnya permintaan dan kebutuhan dari investor, semakin banyak pula variasi struktur dan akad yang diperkenalkan oleh pelaku pasar. Instrumen keuangan syariah yang selama ini banyak digunakan antara lain dengan menggunakan struktur dan akad murabahah, salam, istishna’, musharaka, mudharabah, dan ijarah.

19. Negara-negara apa saja yang telah menerbitkan sovereign sukuk (sukuk negara) sampai saat ini?

Beberapa negara yang telah menerbitkan sovereign sukuk (sukuk negara) di antaranya adalah: Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Pakistan, Qatar, Bahrain, Saxony Anhalt (negara bagian Jerman), dan Uni Arab Emirates.

20. Apakah sudah ada negara lain yang memiliki undang-undang khusus sebagai basis hukum penerbitan sukuk?

Hingga saat ini, selain Indonesia, belum ada satupun negara yang memiliki undang-undang yang khusus mengatur masalah Sukuk. Upaya yang dilakukan negara di Timur Tengah adalah melalui perundang-undangan perbankan dan keuangan Islam yang di dalamnya juga mencakup peraturan mengenai Sukuk.

Di Malaysia, Sukuk diterbitkan melalui The Malaysian Government Investment Act yang diterbitkan pada tahun 1983 atau sekarang dikenal sebagai The Government Funding Act 1983 yang membolehkan pemerintah menerbitkan sertifikat tanpa pembayaran bunga (non interest bearing certificate) yang dikenal dengan sebutan Government Investment Certificate (saat ini disebut Government Investment Issue).

Selain itu, beberapa negara seperti United Kingdom (UK) dan Singapura, telah melakukan amandemen terhadap peraturan perundang-undangan untuk mengakomodir transaksi keuangan syariah, termasuk sukuk.

21. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan pesatnya perkembangan instrumen keuangan syariah khususnya Sukuk?

Adanya kebutuhan pendanaan yang bersifat spesifik dan memerlukan struktur sukuk yang baru;

(19)

Semakin meningkatnya partisipasi investor konvensional di pasar keuangan syariah;

Besarnya kebutuhan sektor perbankan dan lembaga keuangan syariah lainnya untuk portofolio investasi;

Besarnya partisipasi aktif dari para pelaku pasar, ekonom, pakar syariah, dan para stake-holder keuangan syariah lainnya untuk menciptakan struktur baru yang sesuai dengan prinsip syariah.

22. Bagaimanakah potensi permintaan Sukuk Negara oleh investor domestik maupun luar negeri saat ini?

Potensi permintaan terhadap Sukuk Negara oleh investor domestik dan luar negeri diperkirakan sangat tinggi, dengan mengacu pada kondisi antara lain:

tingginya peningkatan jumlah lembaga keuangan syariah

market share produk syariah dibandingkan produk konvensional relatif masih sangat kecil;

tingginya kecenderungan negara-negara yang berpenduduk minoritas muslim untuk mengadopsi konsep keuangan syariah

banyaknya investor konvensional menggunakan instrumen keuangan berbasis syariah sebagai salah satu pilihan investasi.

repatriasi dana-dana Timur Tengah dari pasar Amerika dan Eropa pasca peristiwa 9/11;

masih terbatasnya instrumen keuangan syariah dibandingkan dengan permintaan; dan

terus meningkatnya peringkat kredit (credit rating) Indonesia.

(20)

III. SUKUK

A. PAPARAN UMUM

23. Apakah yang dimaksud dengan Sukuk?

Sukuk (ك ْوُكُص) adalah istilah yang berasal dari bahasa Arab dan merupakan bentuk jamak (plural) dari kata ‘Sakk’ ( َ صَّك ), yang berarti dokumen atau sertifikat. Pada abad pertengahan, sukuk lazim digunakan oleh para pedagang muslim sebagai dokumen yang menunjukkan kewajiban finansial yang timbul dari perdagangan dan aktivitas komersial lainnya (Ayub, 2005).

Berdasarkan Standar Syariah The Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions (AAOIFI) No. 17 tentang Investment Sukuk (Sukuk Investasi), Sukuk didefinisikan sebagai sertifikat bernilai sama yang merupakan bukti atas bagian kepemilikan yang tak terbagi terhadap suatu aset, hak manfaat, dan jasa-jasa, atau atas kepemilikan suatu proyek atau kegiatan investasi tertentu.

“Investment Sukuk are certificate of equal value representing undivided shares in ownership of tangible assets, usufruct and services or (in the ownership of) the assets of particular projects or special investment activity”.

Berdasarkan keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam – LK) Nomor KEP-181/BL/2009, Sukuk didefinisikan sebagai Efek Syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian penyertaan yang tidak terpisahkan atau tidak terbagi atas :

1. Kepemilikan aset berwujud tertentu;

2. Nilai manfaat dan jasa atas asset proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu; atau

3. Kepemilikan atas aset proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu.

Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN- MUI) No. 32/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah, Sukuk (Obligasi Syariah) didefinisikan sebagai surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan Emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan Emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil/margin/fee serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.

Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN- MUI) No. 69/DSN-MUI/VI/2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara, SBSN atau Sukuk Negara didefinisikan sebagai Surat Berharga Negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian ( ةصح ) kepemilikan aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing.

(21)

24. Jelaskan karakteristik sukuk?

Sukuk memiliki beberapa karakteristik, antara lain:

merupakan bukti kepemilikan suatu aset, hak manfaat, jasa atau kegiatan investasi tertentu;

pendapatan yang diberikan berupa imbalan, margin, bagi hasil, sesuai dengan jenis akad yang digunakan dalam penerbitan;

terbebas dari unsur riba, gharar dan maysir;

memerlukan adanya underlying asset penerbitan;

penggunaan proceeds harus sesuai dengan prinsip syariah.

25. Jelaskan perbedaan antara sukuk dengan obligasi konvensional?

26. Jelaskan bagaimana suatu sukuk yang diterbitkan dapat dikatakan memenuhi prinsip syariah?

Suatu sukuk yang diterbitkan dapat dikatakan memenuhi prinsip syariah apabila seluruh kegiatan penerbitan sukuk, termasuk akad/perjanjian penerbitannya, tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah, yaitu antara lain transaksi yang dilakukan oleh para pihak harus bersifat adil, halal, thayyib, dan maslahat.

Sukuk juga harus terbebas dari berbagai unsur larangan, antara lain riba, maysir, dan Gharar. Untuk itu, penerbitan Sukuk memerlukan adanya pernyataan kesesuaian syariah (sharia compliance) dari ahli syariah yang diakui secara umum atau dari lembaga yang memiliki keahlian di bidang syariah, yang menyatakan bahwa sukuk yang diterbitkan telah memenuhi prinsip-prinsip syariah.

Sukuk Obligasi

Prinsip Dasar Surat Berharga yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti

kepemilikan/penyertaan terhadap suatu aset yang menjadi dasar penerbitan sukuk

Pernyataan utang tanpa syarat dari penerbit

Underlying Asset

memerlukan underlying asset sebagai dasar penerbitan

tidak ada Fatwa/ Opini

Syariah

memerlukan Fatwa/Opini Syariah untuk menjamin kesesuaian sukuk dengan prinsip syariah

tidak ada

Penggunaan Dana

tidak dapat digunakan untuk hal-hal yang bertentangan dengan prinsip syariah

bebas Return berupa imbalan, bagi hasil, margin, capital

gain bunga, capital gain

(22)

27. Apakah dana hasil penerbitan sukuk (proceeds) boleh digunakan untuk segala hal?

Sesuai dengan prinsip syariah yang melandasinya, dana hasil penerbitan sukuk (proceeds) hanya dapat digunakan untuk hal-hal yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Dengan demikian, dana tersebut tidak dapat digunakan untuk (sebagai contoh) membiayai pembangunan pabrik minuman keras, rokok, persenjataan dan sebagainya yang tidak sesuai dengan prinsip syariah.

28. Jelaskan kelebihan berinvestasi pada sukuk?

merupakan instrumen investasi berbasis syariah, sehingga investor dapat berinvestasi dengan mengikuti dan melaksanakan prinsip syariah;

memberikan imbalan (return) yang kompetitif;

memberikan penghasilan yang stabil untuk para investor;

dapat diperjual-belikan di pasar sekunder (khususnya untuk sukuk ijarah), sehingga berpotensi mendapatkan capital gain.

29. Siapa saja yang dapat menjadi investor sukuk?

Semua pihak, baik individu maupun lembaga/institusi, dapat berinvestasi pada sukuk, karena sukuk merupakan instrumen keuangan global sebagaimana halnya instrumen keuangan konvensional lain yang dapat dibeli oleh siapa saja, dan tidak dibatasi pada agama atau keyakinan tertentu.

30. Mengapa investor konvensional juga berinvestasi dalam sukuk?.

Pada umumnya, investor konvensional, baik individu maupun lembaga, berinvestasi dalam sukuk antara lain dikarenakan:

untuk keperluan pengelolaan risiko investasi, yaitu dengan mendiversifikasi aset atau likuiditas yang dimiliki dalam berbagai bentuk instrumen alternatif;

sukuk memberikan imbalan/kupon yang kompetitif dengan berbagai metode pemberian imbalan yang unik, seperti bagi hasil, margin, dan ujrah/fee;

akad dan transaksi yang digunakan dalam penerbitan sukuk bersifat transparan, adil, dan pasti.

31. Berapa lamakah jangka waktu (tenor) sukuk?

Berdasarkan Standar Syariah The Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions (AAOIFI) nomor 17 tentang Sukuk Investasi, penerbitan sukuk boleh dilakukan untuk jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang, sesuai dengan prinsip-prinsip syariah yang mendasari penerbitannya. Selain itu, sukuk juga dapat diterbitkan tanpa ditentukan jangka waktunya, mengacu pada akad yang digunakan dalam penerbitan sukuk.

(23)

32. Bagaimana sifat imbalan sukuk ?

Imbalan (kupon) sukuk dapat bersifat tetap (fixed rate) atau mengambang (floating), sesuai dengan jenis akad dan struktur yang digunakan dalam penerbitan. Imbalan sukuk tersebut biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase dan dibayarkan secara periodik sesuai ketentuan dan persyaratan yang ada dalam penerbitan sukuk (terms and conditions).

33. Siapa saja pihak yang terlibat dalam penerbitan Sukuk?

Pihak yang terlibat dalam penerbitan sukuk antara lain sebagai berikut:

Obligor, yaitu pihak yang bertanggung jawab atas pembayaran pokok serta imbal hasil Sukuk yang diterbitkan;

Special Purpose Vehicle (SPV), yaitu badan hukum yang didirikan khusus untuk menerbitkan Sukuk;

investor, yaitu pihak pemegang sukuk yang memiliki hak kepentingan atas underlying asset melalui SPV;

Sharia Advisor, yaitu sebagai pihak yang memberikan fatwa atau pernyataan kesesuaian terhadap prinsip-prinsip syariah atas sukuk yang diterbitkan;

Wali Amanat, yaitu pihak yang mewakilli kepentingan pemegang Sukuk sesuai dengan yang diperjanjikan.

34. Bagaimana metode penerbitan sukuk?

Penerbitan sukuk, sesuai dengan international best practice, dapat dilakukan dengan cara bookbuilding, lelang dan private placement. Penerbitan Sukuk pada umumnya dilakukan melalui (Special Purpose Vehicle) SPV sebagai penerbit, namun dapat pula dilakukan secara langsung oleh originator/obligor.

35. Apa yang dimaksud dengan metode bookbuilding?

Bookbuilding adalah salah satu metode penerbitan surat berharga, yaitu investor akan menyampaikan penawaran pembelian atas suatu surat berharga, biasanya berupa jumlah dan harga (yield) penawaran pembelian, dan dicatat dalam book order oleh investment bank yang bertindak sebagai bookrunner.

36. Apakah yang dimaksud dengan metode lelang?

Metode lelang adalah metode penerbitan dan penjualan surat berharga yang diikuti oleh peserta lelang dengan cara mengajukan penawaran pembelian kompetitif dan/atau penawaran pembelian nonkompetitif dalam suatu periode waktu penawaran yang telah ditentukan dan diumumkan sebelumnya, melalui sistem yang disediakan oleh agen yang melaksanakan lelang.

(24)

37. Apakah yang dimaksud dengan metode private placement?

Private placement merupakan salah satu metode penerbitan surat berharga, dimana kegiatan penerbitan dan penjualan surat berharga dilakukan oleh pihak penerbit kepada pihak tertentu dengan ketentuan dan persyaratan (terms &

conditions) yang disepakati bersama.

38. Hal-hal apa saja yang harus dipenuhi agar sukuk dapat diterima dan diminati oleh pasar baik domestik maupun internasional?

Sukuk yang diterbitkan harus memenuhi semua ketentuan syariah, antara lain proses penerbitannya, penggunaan dana hasil penerbitannya, maupun yang terkait dengan underlying asset.

Likuiditas (marketability of instrument), yaitu sukuk harus dapat dipindahtangankan dari satu pihak ke pihak lain (transferable) dan harus dapat diperjualbelikan (tradable).

Tingkat imbalan yang kompetitif dibandingkan instrumen keuangan lainnya.

Transparansi, berupa kejelasan dan kemudahan akses informasi bagi investor.

Proses penerbitan mengikuti ketentuan yang umum berlaku dalam penerbitan sukuk di pasar keuangan internasional.

Adanya dukungan infrastruktur legal dan kelembagaan yang memadai, termasuk dukungan pasar keuangan yang efisien

39. Apakah perdagangan sukuk di pasar sekunder dibolehkan berdasarkan prinsip syariah?

Pada prinsipnya, sukuk adalah bukti kepemilikan investor atas aset/manfaat/jasa dan bukan merupakan surat utang. Sehingga berdasarkan prinsip syariah, perdagangan/jual beli sukuk di pasar sekunder dibolehkan karena pada dasarnya yang diperjualbelikan adalah aset/manfaat/jasa yang menjadi underlying asset sukuk, bukan jual beli hutang. Hal tersebut sesuai dengan pasal 5/2 Standar Syariah AAOIFI Nomor 17 tentang Sukuk Investasi, yang memperbolehkan perdagangan/jual beli sukuk.

Namun demikian, perdagangan sukuk tetap memperhatikan struktur dan jenis akad yang melandasi penerbitannya. Hal itu dikarenakan terdapat beberapa jenis struktur sukuk yang tidak dapat diperdagangkan, misalnya sukuk dengan struktur Istishna‟, Salam, dan Murabahah. Ketentuan mengenai dibolehkannya perdagangan suatu sukuk dapat diketahui dari terms and conditions yang tercantum pada memorandum informasi penerbitan sukuk.

(25)

B. JENIS-JENIS SUKUK

40. Apa saja jenis-jenis sukuk?

Mengacu pada Standar Syariah The Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions (AAOIFI), terdapat 14 jenis akad yang dapat digunakan dalam penerbitan sukuk, yaitu antara lain Sukuk Ijarah, Sukuk Murabahah, Sukuk Salam, Sukuk Istishna‟, Sukuk Mudharabah, Sukuk Musyarakah, Sukuk Wakalah, Sukuk Mugharasah, Sukuk Muzara‟ah, Sukuk Musaqah.

41. Apakah yang dimaksud dengan Sukuk Ijarah?

Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang atau jasa itu sendiri. Sukuk Ijarah adalah sukuk yang diterbitkan berdasarkan akad Ijarah, dan dapat diklasifikasikan menjadi antara lain:

Sukuk kepemilikan aset berwujud yang disewakan

Yaitu sukuk yang diterbitkan oleh pemilik aset yang disewakan atau yang akan disewakan, dengan tujuan untuk menjual aset tersebut dan mendapatkan dana dari hasil penjualan, sehingga pemegang sukuk menjadi pemilik aset tersebut

Sukuk kepemilikan manfaat

Yaitu sukuk yang diterbitkan oleh pemilik aset atau pemilik manfaat aset, dengan tujuan untuk menyewakan aset/manfaat dari aset dan menerima uang sewa, sehingga pemegang sukuk menjadi pemilik manfaat dari aset.

Sukuk kepemilikan jasa

Yaitu sukuk yang diterbitkan dengan tujuan untuk menyediakan suatu jasa tertentu melalui penyedia jasa (seperti jasa pendidikan pada universitas) dan mendapatkan fee atas penyediaan jasa tersebut, sehingga pemegang sukuk menjadi pemilik jasa.

42. Apakah yang dimaksud dengan Sukuk Salam?

Salam adalah kontrak jual beli suatu barang yang jumlah dan kriterianya telah ditentukan secara jelas, dengan pembayaran dilakukan dimuka sedangkan barangnya diserahkan kemudian pada waktu yang disepakati bersama.

Sukuk Salam adalah sukuk yang diterbitkan dengan tujuan untuk mendapatkan dana untuk modal dalam akad Salam, sehingga barang yang akan disediakan melalui akad Salam menjadi milik pemegang sukuk.

(26)

43. Apakah yang dimaksud dengan Sukuk Istishna’?

Istishna‟ adalah akad jual beli aset berupa obyek pembiayaan antara para pihak dimana spesifikasi, cara dan jangka waktu penyerahan, serta harga aset tersebut ditentukan berdasarkan kesepakatan para pihak.

Sukuk Istishna‟ adalah sukuk yang diterbitkan dengan tujuan mendapatkan dana yang akan digunakan untuk memproduksi suatu barang, sehingga barang yang akan diproduksi tersebut menjadi milik pemegang sukuk.

44. Apakah yang dimaksud dengan Sukuk Musyarakah?

Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk menggabungkan modal, baik dalam bentuk uang maupun bentuk lainnya, untuk tujuan memperoleh keuntungan, yang akan dibagikan sesuai dengan nisbah yang telah disetujui, sedangkan kerugian yang timbul akan ditanggung bersama sesuai dengan jumlah partisipasi modal masing-masing pihak.

Sukuk Musyarakah adalah sukuk yang diterbitkan dengan tujuan memperoleh dana untuk menjalankan proyek baru, mengembangkan proyek yang sudah berjalan, atau untuk membiayai kegiatan bisnis yang dilakukan berdasarkan akad musyarakah, sehingga pemegang sukuk menjadi pemilik proyek atau aset kegiatan usaha tersebut, sesuai dengan kontribusi dana yang diberikan. Sukuk musyarakah tersebut dapat dikelola dengan akad musyarakah (partisipasi), mudharabah atau agen investasi (wakalah).

45. Apakah yang dimaksud dengan Sukuk Mudharabah?

Mudharabah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih, yaitu satu pihak sebagai penyedia modal dan pihak lain sebagai penyedia tenaga dan keahlian. Keuntungan dari hasil kerjasama tersebut dibagi berdasarkan nisbah yang telah disetujui, sedangkan kerugian yang terjadi akan ditanggung sepenuhnya oleh pihak penyedia modal, kecuali kerugian disebabkan oleh kelalaian penyedia tenaga dan keahlian.

Sukuk Mudharabah adalah sukuk yang merepresentasikan suatu proyek atau kegiatan usaha yang dikelola berdasarkan akad mudharabah, dengan menunjuk salah satu partner atau pihak lain sebagai mudharib (pengelola usaha) dalam melakukan pengelolaan usaha tersebut.

46. Apakah yang dimaksud dengan Sukuk Wakalah?

Wakalah adalah akad pelimpahan kuasa oleh satu pihak kepada pihak lain dalam hal-hal tertentu. Sukuk Wakalah adalah sukuk yang merepresentasikan suatu proyek atau kegiatan usaha yang dikelola berdasarkan akad wakalah, dengan menunjuk Agen (wakil) tertentu untuk mengelola usaha atas nama pemegang sukuk.

(27)

47. Apakah yang dimaksud dengan Sukuk Muzara’ah?

Muzara‟ah adalah akad kerjasama di bidang pertanian, dimana pemilik lahan memberi hak pengelolaan lahan kepada pihak lain (petani). Keuntungan yang diperoleh dari hasil lahan dibagi bersama sesuai kesepakatan.

Sukuk Muzara‟ah adalah sukuk yang diterbitkan dengan tujuan mendapatkan dana untuk membiayai kegiatan pertanian berdasarkan akad Muzara‟ah, sehingga pemegang sukuk berhak atas bagian dari hasil panen sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam perjanjian.

48. Apakah yang dimaksud dengan Sukuk Musaqah?

Musaqah adalah akad kerjasama di bidang irigasi tanaman pertanian, dimana pemilik lahan memberikan hak pengelolaan lahan kepada pihak lain (penggarap) untuk melakukan penyiraman (irigasi) dan pemeliharaan tanaman.

Keuntungan yang diperoleh dari hasil pertanian dibagi bersama sesuai kesepakatan.

Sukuk Musaqah adalah sukuk yang diterbitkan dengan tujuan menggunakan dana hasil penerbitan sukuk untuk melakukan kegiatan irigasi atas tanaman berbuah, membayar biaya operasional dan perawatan tanaman tersebut berdasarkan akad musaqah, dengan demikian pemegang sukuk berhak atas bagian dari hasil panen sesuai kesepakatan.

49. Apakah sukuk dapat diterbitkan dengan kombinasi akad tertentu?

Suatu sukuk dapat diterbitkan dengan menggunakan kombinasi dari dua atau lebih akad. Misalnya penerbitan sukuk Istishna‟-Ijarah, yang menggunakan kombinasi akad Istishna‟ dalam rangka membangun suatu proyek/bangunan, untuk kemudian disewakan dengan menggunakan akad Ijarah.

III. SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA / SUKUK NEGARA A. PAPARAN UMUM

50. Apakah yang dimaksud dengan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara?

Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara adalah Surat Berharga Negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing.

(28)

51. Apakah dasar hukum penerbitan SBSN?

Dasar hukum penerbitan SBSN adalah Undang-Undang Nomor 19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara, yang disahkan pada tanggal 7 Mei 2008, yang mengatur tentang Sukuk yang diterbitkan oleh Pemerintah Pusat.

Peraturan lainnya yang mendukung pelaksanaan penerbitan SBSN diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) dan Peraturan Menteri Keuangan (PMK).

52. Siapakah yang berwenang menerbitkan SBSN menurut Undang-Undang?

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara, Pemerintah Pusat memiliki kewenangan untuk menerbitkan SBSN dan dilaksanakan oleh Menteri Keuangan.

53. Apakah Tujuan penerbitan SBSN?

Tujuan penerbitan SBSN adalah untuk membiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), termasuk membiayai pembangunan proyek (seperti proyek infrastruktur dalam sektor energi, telekomunikasi, perhubungan, pertanian, industri manufaktur, dan perumahan rakyat).

54. Jelaskan kenapa Pemerintah perlu menerbitkan SBSN?

Sejalan dengan tujuan utama penerbitan SBSN yaitu untuk membiayai APBN, penerbitan SBSN oleh Pemerintah diperlukan antara lain untuk:

memperluas basis sumber pembiayaan anggaran negara;

mendorong pertumbuhan dan pengembangan pasar keuangan syariah di Indonesia;

memperkuat dan meningkatkan peran sistem keuangan berbasis syariah di dalam negeri;

menciptakan benchmark instrumen keuangan syariah baik di pasar keuangan syariah domestik maupun internasional;

memperluas dan mendiversifikasi basis investor;

mengembangkan alternatif instrumen investasi;

membiayai pembangunan proyek infrastruktur;

mengoptimalkan pemanfaatan Barang Milik Negara (BMN).

55. Jelaskan perbedaan antara Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dengan Surat Utang Negara (SUN)?

SBSN/Sukuk Negara Surat Utang Negara Prinsip Dasar Surat Berharga yang diterbitkan

berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti kepemilikan/ penyertaan terhadap Aset SBSN

Surat Berharga yang merupakan surat

pengakuan utang tanpa syarat dari penerbit

(29)

Underlying Asset

memerlukan underlying asset sebagai dasar penerbitan

Umumnya tidak ada Fatwa/ Opini

Syariah

Memerlukan Fatwa/Opini Syariah untuk menjamin kesesuaian sukuk dengan prinsip syariah

Tidak ada

Penggunaan Dana

Sumber pembiayaan APBN, termasuk Pembiayaan proyek pemerintah

Sumber pembiayaan APBN

Return imbalan, bagi hasil, margin, capital gain

Bunga, capital gain Dasar Hukum Undang-Undang Nomor 19 tahun

2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara

Undang-Undang Nomor 24 tahun 2001 tentang Surat Utang Negara

56. Jelaskan keuntungan berinvestasi dalam SBSN?

Keuntungan yang diperoleh investor dari berinvestasi dalam SBSN atau Sukuk Negara, antara lain:

merupakan investasi yang aman, karena pembayaran imbalan dan nilai nominal SBSN sampai dengan jatuh tempo dijamin oleh Pemerintah;

berinvestasi sesuai dengan prinsip syariah, serta aman dan terbebas dari hal-hal yang dilarang syariah, seperti riba, gharar, dan maysir, sehingga selain aman juga menentramkan;

memberikan penghasilan berupa imbalan atau bagi hasil yang kompetitif, dibandingkan dengan instrumen keuangan lain;

dapat diperdagangkan di pasar sekunder sesuai dengan harga pasar, sehingga investor berpotensi mendapatkan capital gain;

turut berpartisipasi serta mendukung pembiayaan pembangunan nasional.

57. Apakah bukti kepemilikan SBSN oleh investor?

Pencatatan kepemilikan Surat Berharga Syariah Negara tidak dilakukan secara fisik, melainkan dilakukan secara elektronik (scripless). Kepemilikan SBSN oleh investor tercatat di sub-registry yang telah ditunjuk oleh Bank Indonesia selaku agen penatausahan SBSN dalam rangka membantu pelaksanaan penatausahaan tersebut.

B. PERUSAHAAN PENERBIT SBSN ATAU SPECIAL PURPOSE VEHICLE (SPV) 58. Apakah yang dimaksud dengan Special Purpose Vehicle (SPV)?

Special Purpose Vehicle (SPV) adalah badan hukum yang dibentuk untuk memfasilitasi penerbitan sukuk. SPV pada dasarnya dapat dibentuk oleh obligor atau pihak ketiga atau gabungan antara obligor dan pihak ketiga.

(30)

Dalam hal SPV dibentuk oleh obligor maka perlu ditunjuk co-trustee untuk menghindari terjadinya benturan kepentingan.

SPV sering juga disebut sebagai paper atau one dollar company karena dalam praktiknya SPV tidak memiliki manajemen lengkap dan modalnya relatif sangat kecil sekedar memenuhi persyaratan pendirian SPV. Penerbitan sukuk di luar negeri, umumnya menggunakan SPV dalam bentuk limited liability company yang didirikan di negara-negara tax heaven countries.

59. Apakah penggunaan SPV dalam mekanisme penerbitan Sukuk merupakan produk atau konsep syariah?

Special Purpose Vehicle (SPV) bukanlah merupakan produk atau konsep syariah, melainkan praktik umum dalam kegiatan transaksi di pasar keuangan. Fungsi SPV hanya sebagai fasilitator dalam pelaksanaan transaksi yang dapat diadopsi dalam transaksi keuangan berbasis syariah.

60. Jelaskan bagaimana fungsi SPV dalam penerbitan Sukuk?

sebagai penerbit sukuk.

melakukan transaksi / perikatan dengan obligor untuk kepentingan investor;

berfungsi sebagai trustee (principle trustee)/wali amanat untuk kepentingan investor;

dapat menunjuk pihak lain sebagai co-trustee untuk membantu melaksanakan tugas-tugas SPV sebagai trustee.

61. Berapa lamakah masa operasional suatu SPV?

SPV didirikan dengan tujuan khusus, maka kegiatan SPV hanya terbatas pada hal-hal yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan akan berakhir apabila tujuan telah tercapai. Oleh karena itu, kegiatan SPV berakhir dengan sendirinya apabila sukuk telah jatuh tempo.

62. Apakah yang dimaksud dengan principle trustee dan co trustee?

Principle trustee merupakan SPV dalam posisinya sebagai penerbit sekaligus sebagai wali amanat untuk mewakili kepentingan pemegang Sukuk. Sementara co-trustee adalah pihak lain dapat berupa lembaga keuangan bank dan non bank yang ditunjuk untuk membantu melaksanakan sebagian tugas SPV sebagai principle trustee.

63. Siapakah yang bertindak sebagai SPV dalam penerbitan SBSN?

Yang bertindak sebagai SPV dalam penerbitan SBSN adalah Perusahaan Penerbit SBSN, yang merupakan badan hukum yang didirikan berdasarkan ketentuan Undang-Undang SBSN untuk melaksanakan kegiatan penerbitan SBSN. Ketentuan pendirian dan pengelolaan Perusahaan Penerbit SBSN diatur

(31)

dalam Peraturan Pemerintah (PP) nomor 56 tahun 2008 tentang Perusahaan Penerbit SBSN.

64. Apakah dasar hukum pendirian Perusahaan Penerbit SBSN dalam kaitannya dengan penerbitan SBSN?

Dasar hukum pendirian Perusahaan Penerbit SBSN adalah Undang-Undang Nomor 19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara dan Peraturan Pemerintah Nomor 56 tahun 2008 tentang Perusahaan Penerbit Surat Berharga Syariah Negara.

65. Jelaskan fungsi Perusahaan Penerbit SBSN dalam penerbitan SBSN?

Sesuai dengan kewenangan yang diberikan, Perusahaan Penerbit SBSN memiliki dua fungsi utama, yakni sebagai penerbit SBSN dan sebagai wali amanat:

Dalam melaksanakan fungsi sebagai Penerbit SBSN, Perusahaan Penerbit SBSN menerbitkan SBSN berdasarkan penetapan Menteri Keuangan. Untuk menerbitkan SBSN, Perusahaan penerbit SBSN dibantu oleh satuan kerja Pemerintah dalam melakukan penyiapan dokumen transaksi aset SBSN, penyiapan memorandum informasi, penyiapan dokumen perjanjian perwaliamanatan, penyiapan terms and conditions SBSN, penyiapan laporan pelaksanaan penerbitan SBSN dan laporan tahunan, serta kegiatan lain yang terkait dengan penerbitan SBSN.

Adapun Fungsi Perusahaan Penerbit SBSN sebagai Wali Amanat (trustee), antara lain:

 melakukan perikatan dengan pihak lain untuk kepentingan pemegang SBSN;

 mengawasi aset SBSN untuk kepentingan pemegang SBSN; dan

 mewakili kepentingan lain pemegang SBSN, terkait dengan perikatan dalam rangka penerbitan SBSN.

Dalam melaksanakan fungsi wali amanat, Perusahaan Penerbit SBSN dibantu oleh satuan kerja Pemerintah dalam melakukan penatausahaan aset SBSN, pengawasan atas aset SBSN, dan kegiatan lain yang terkait dengan pelaksanaan fungsi Perusahaan Penerbit SBSN sebagai wali amanat.

66. Apakah penerbitan SBSN dapat dilakukan tanpa melalui Perusahaan Penerbit SBSN?

Berdasarkan Undang-Undang SBSN, penerbitan SBSN di dalam negeri dapat dilakukan dengan atau tanpa Perusahaan Penerbit SBSN (SPV). Dalam hal ini, beberapa negara lain telah menerbitkan sukuk secara langsung tanpa melalui SPV, antara lain Malaysia dan Bahrain. Namun demikian, penerbitan SBSN di

(32)

pasar internasional dilakukan melalui Perusahaan Penerbit SBSN (SPV), sebagaimana international best practice yang berlaku.

67. Apakah Perusahaan Penerbit SBSN dapat didirikan di luar negeri?

Berdasarkan ketentuan perundang-undangan Indonesia, pendirian Perusahaan Penerbit SBSN di luar negeri oleh Pemerintah secara hukum sulit untuk dilakukan, karena sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 56 tahun 2008 tentang Perusahaan Penerbit SBSN, pendirian Perusahaan Penerbit SBSN hanya dapat dilakukan di dalam negeri.

Namun dalam hal diperlukan dan sesuai international best practice, SPV dapat didirikan dan berbadan hukum luar negeri. Dalam hal ini, SPV melalui obligor dapat menunjuk lembaga keuangan bank atau non bank di luar negeri untuk membantu pelaksanaan tugas SPV terkait dengan kegiatan perwaliamanatan (co-trustee).

C. UNDERLYING ASSET PENERBITAN SBSN

68. Apakah yang dimaksud dengan underlying asset?

Underlying asset adalah aset yang dijadikan sebagai objek atau dasar transaksi dalam kaitannya dengan penerbitan Sukuk. Aset yang dijadikan sebagai underlying dapat berupa barang berwujud maupun tidak berwujud, seperti tanah, bangunan, berbagai jenis proyek pembangunan, serta aset non fisik lainnya seperti jasa (services).

69. Apakah yang dimaksud dengan hak manfaat?

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang SBSN, yang dimaksud dengan hak manfaat adalah hak untuk memiliki dan mendapatkan hak penuh atas pemanfaatan suatu aset tanpa perlu dilakukan pendaftaran atas kepemilikan dan hak tersebut.

70. Apakah yang dimaksud dengan Aset SBSN?

Aset SBSN adalah objek pembiayaan SBSN dan/atau Barang Milik Negara (BMN) yang memiliki nilai ekonomis, berupa tanah dan/atau bangunan maupun selain tanah dan/atau bangunan, yang dalam rangka penerbitan SBSN dijadikan dasar penerbitan SBSN.

71. Apakah yang dimaksud dengan Barang Milik Negara (BMN)?

Barang Milik Negara (BMN) adalah semua barang yang dibeli dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau berasal dari perolehan lainnya yang sah, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

(33)

72. Kenapa diperlukan adanya underlying asset dalam penerbitan SBSN?

Penerbitan SBSN memerlukan adanya underlying asset karena pada dasarnya SBSN merupakan surat berharga yang mencerminkan bagian kepemilikan atas aset/manfaat/jasa yang menjadi dasar penerbitan SBSN. Keberadaan underlying asset berfungsi sebagai transaksi riil yang menjadi dasar penerbitan SBSN, dan merupakan salah satu aspek utama yang menjadi pembeda antara penerbitan surat utang dengan sukuk. Tanpa underlying asset, surat berharga yang diterbitkan akan memiliki sifat sebagai instrumen utang, karena tidak terdapat transaksi riil yang mendasari penerbitan sukuk tersebut.

73. Aset apa saja yang dapat dijadikan underlying dalam penerbitan SBSN?

Aset yang dapat dijadikan sebagai underlying asset SBSN adalah obyek pembiayaan SBSN dan Barang Milik Negara (BMN) yang memiliki nilai ekonomis berupa tanah dan/atau bangunan, dan selain tanah dan/atau bangunan. Untuk setiap kali penerbitan SBSN, Pemerintah menetapkan underlying asset SBSN melalui Keputusan Menteri Keuangan tentang penetapan Barang Milik Negara (BMN) sebagai aset SBSN.

74. Apakah dimungkinkan terjadinya perpindahan kepemilikan aset SBSN kepada pihak lain?

Sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang SBSN, penjualan dan/atau penyewaan Barang Milik Negara sebagai underlying asset hanyalah dalam bentuk hak manfaat (beneficial title) dan tidak diikuti adanya kewajiban penyerahan fisik serta pengalihan kepemilikan BMN dari Pemerintah kepada SPV. Selain itu, dengan adanya ketentuan sebagaimana diatur dalam purchase

& sale undertaking agreement maka terdapat jaminan bahwa aset tidak akan berpindah tangan kepada pihak lain.

75. Bagaimana mekanisme pemindahtanganan Hak Manfaat Barang Milik Negara (BMN) sebagai underlying asset dalam penerbitan SBSN dengan struktur Ijarah Sale and Lease Back?

Mekanisme pemindahtanganan Barang Milik Negara (BMN) sebagai underlying asset SBSN dengan struktur Ijarah Sale and Lease Back adalah sebagai berikut:

penjualan/penyewaan BMN tersebut hanya atas hak manfaat (benefecial title) BMN, tidak disertai dengan pemindahan hak kepemilikan (legal title);

pemerintah akan menyewa kembali BMN tersebut, tidak terjadi pengalihan fisik BMN sehingga tidak mengurangi kewenangan Pemerintah dalam menggunakan BMN tersebut;

tidak terdapat permasalahan dari sisi akuntansi mengingat kepemilikan BMN tidak berpindah sehingga tetap tercantum dalam neraca atau on balance sheet;

(34)

Pada saat SBSN jatuh tempo, Pemerintah wajib membeli kembali/membatalkan sewa atas asset SBSN dan SPV wajib menjual aset SBSN kepada Pemerintah sebesar nilai nominal SBSN.

76. Bagaimana cara menentukan nilai Barang Milik Negara (BMN) yang akan dijadikan sebagai underlying asset penerbitan SBSN?

Proses penentuan nilai Barang Milik Negara (BMN) yang akan dijadikan sebagai underlying asset penerbitan SBSN dapat dilakukan oleh internal appraiser atau independent appraiser yang ditunjuk oleh Pemerintah, dengan menggunakan metode penilaian yang berlaku umum.

77. Siapa yang bertanggung jawab melakukan perawatan atas Aset SBSN selama jangka waktu SBSN?

Berdasarkan perjanjian pengelolaan aset (servicing agency agreement), Pemerintah sebagai pihak yang menyewa dan menggunakan aset SBSN, adalah pihak yang wajib memelihara Aset SBSN sampai dengan SBSN jatuh tempo.

D. PENERBITAN SBSN

78. Jelaskan bagaimana tahap-tahap penerbitan SBSN?

Penerbitan SBSN dilakukan melalui proses sebagai berikut:

identifikasi Barang Milik Negara atau proyek yang akan dijadikan sebagai underlying;

perumusan struktur SBSN yang meliputi jenis akad, tenor, volume, denominasi, metode penerbitan;

penyusunan dokumen syariah dan pasar modal;

permintaan pernyataan kesesuaian syariah atas akad SBSN;

pelaksanaan penerbitan/penjualan, baik dengan metode lelang, bookbuilding, maupun teknik lainnya; dan

setelmen SBSN.

79. Pihak mana saja yang berperan dalam penerbitan SBSN?

Menteri Keuangan atas nama Pemerintah, yaitu pihak yang memiliki underlying asset dan bertanggungjawab atas pembayaran pokok serta imbal hasil sukuk yang diterbitkan;

Perusahaan Penerbit SBSN yang berperan sebagai SPV, yaitu badan hukum yang didirikan khusus untuk menerbitkan sukuk;

Bank Indonesia yaitu pihak yang berperan sebagai Agen Pembayar yang bertanggung jawab atas penerimaan dana hasil penerbitan sukuk, pembayaran imbalan dan pokok sukuk saat jatuh tempo, serta sebagai Agen

Referensi

Dokumen terkait

Simulasi dilakukan pada berbagai skenario untuk menggambarkan potensi manfaat lingkungan dan manfaat finansial yang dapat diperoleh pada berbagai skenario tersebut,

Metode Weighted Aggregated Sum Product Assessment (WASPAS) ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan yang kompleks dengan

Langkah III : Merincikan kegiatan dari pengembangan teknologi untuk setiap devisi yang berhubungan pentinh, membuat analisa input dan output yang

Pendokumentasian merupakan salah satu cara yang dilakukan pengurus kesenian Kubro Siswo dengan merekam menggunakan kamera lalu dimasukkan dalam bentuk kaset CD

Penelitian ini menemukan bahwa dalam Fatwa MUI NO: 04 / DSN-MUI / IV /2000 tentang Transaksi Murabahah, Ketentuan Murabahah kepada Nasabah: (i) Nasabah mengajukan

Secara berkelompok, peserta didik melakukan diskusi dalam kelompok kecil dengan cara daring untuk mengumpulkan informasi berkaitan dengan bagaimana cara melihat

Dalam konteks ini, visi yang dapat ditawarkan adalah visi pembebasan, dengan orientasi dan metode pertama, mendudukan derajat perempuan secara sama dengan laki-laki,

Penerapan Model Take And Give Berbantuan Media Kartu Soal Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Tema 2 Selalu Berhemat Energi Kelas IV SD 4 Dersalam.. Pendidikan