Analisis Profitabilitas Pada PT. Fast Food Indonesia tbk
Ayub Usman Rasid) Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Gorontalo email : [email protected]
1. PENDAHULUAN
Menekan biaya operasional serendah mungkin dengan mempertahankan tingkat harga jual dan volume penjualan yang ada.
Menentukan tingkat harga jual sedemikian rupa sesuai dengan laba yang dikehendaki. Meningkatkan volume penjualan sebesar mungkin. Ketiga langkah tersebut tidak dapat dilakukan secara terpisah atau sendiri sendiri sebab ketiganya mempunyai hubungan yang erat bahkan saling berkaitan.
Salah satu perencanaan yang dibuat manajemen adalah perencanaan laba.
Perencanaan laba berisikan langkah langkah yang akan ditempuh perusahaan untuk mencapai besarnya target laba yang diinginkan. Laba merupakan tujuan utama dari perusahaan karena laba merupakan selisih antara pendapatan yang diterima (dari hasil penjualan) dengan biaya yang
ABSTRACT
Profitability Analysis At PT. Gelael Praktis Makassar. This study aims to see the company's ability to generate profits by analyzing financial data for the last five years.
The expected result, the method of analysis used in this research is to use cross margin ratio analysis, profit margin ratio, return on asets and return on equity. The results of this study indicate that the profitability ratio owned by the company over the last five years fluctuated but still in good condition.
Keywords : profitability, cross margin, profit margin, return on asets, return on equity.
dikeluarkan, maka perencanaan laba dipengaruhi oleh perencanaan penjualan dan perencanaan biaya. Dalam perencanaan laba hubungan antara biaya, volume, dan laba memegang peranan yang sangat penting.
Biaya menentukan harga jual untuk mencapai tingkat laba yang di kehendaki, harga jual mempengaruhi volume penjualan, sedangkan volume penjualan langsung mempengaruhi volume produksi dan volume produksi mempengaruhi laba.
Perencanaan laba memerlukan alat bantu berupa analisis biaya volume laba. Salah satu teknik analisis biaya – volume – laba adalah analisis profitabilitas. juga dapat diketahui sampai seberapa jauh volume penjualan yang direncanakan boleh turun agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
Analisis profitabilitas menyajikan informasi besarnya laba yang diperoleh suatu perusahaan dalam periode tertentu. Sehingga memudahkan dalam menganalisis faktor yang mempengaruhi pencapaian laba perusahaan dimasa yang akan datang.
PT. Fast Food Indonesia TBK adalah perusahaan yang melakukan berbagai upaya kearah peningkatan volume penjualan dengan tujuan untuk meningkatkan keuntungan dengan produk utama adalah ayam goreng KFC.
Sehingga perusahaan ini dapat bersaing dengan perusahaan perusahaan lain yang ada di berbagai kota besar di Indonesia. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian yang menganalisis profitabilitas lebih memfokuskan pada konsentrasi penelitian tentang “Apakah penetapan harga yang diterapkan dapat mengoptimalkan profitabilitas pada PT. Fast Food Indonesia TBK”.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Laporan Keuangan
Menurut Van Horne dan Wachaowics (2005 : Hal 193), analisis keuangan (financial analisis) melibatkan penggunaan berbagai laporan keuangan. Laporan ini melaksanakan beberapa fungsi. Pertama, neraca (balance sheet) meringkas aktiva, kewajiban, dan ekuitas pemilik suatu perusahaan pada suatu periode, biasanya pada akhir tahun atau kwartal.
Sementara itu, laporan laba rugi (income statement) meringkas pendapatan dan biaya perusahaan selama suatu periode waktu tertentu, sekali lagi, biasanya untuk periode satu tahun atau kwartalan. Walaupun neraca menyajikan gambaran singkat posisi keuangan perusahaan pada suatu periode waktu, laporan labarugi menyajikan ringkasan profitabilitas perusahaan sepanjang waktu.
Neraca adalah laporan keuangan yang melaporkan jumlah kekayaan, kewajiban keuangan dan modal sendiri perusahaan pada waktu tertentu.
Jumlah kekayaan disajikan pada sisi aktiva, sedangkan jumlah kewajiban dan modal sendiri disajikan pada sisi pasiva. Karena jumlah aktiva haruslah sama dengan jumlah pasiva, maka :
Aktiva (kekayaan) = kewajiban financial + modal sendiri
Persamaan tersebut sering disebut sebagai accounting identity.
Kekayaan (aktiva) disusun sesuai dengan kemudahannya untuk dirubah
Dengan demikian, maka kas ditempatkan pada rekening yang paling atas, kemudian diikuti dengan rekening – rekening yang lebih tidak likuid.
Dengan demikian, rekening aktiva tetap (mesin, bangunan, tanah dsb.) ditempatkan pada relative yang paling bawah. Karena aktiva tetap tersebut ada yang disusut, maka disajikan nilai brutonya, dan juga nilai nettonya setelah dikurangi dengan akumulasi penyusutan.
Sisi kanan neraca (sisi pasiva), juga disusun dengan prinsip yang sama. Artinya, kewajiban financial yang dicantumkan paling atas merpakan kewajiban financial yang harus dilunasi lebih dulu. Kewajiban lancar umumnya harus dilunasi dalam jangka waktu kurang dari 1 tahun. Karena perusahaan tidak pernah melunasi modal sendiri, maka bagian ini disebut juga sebagai modal permanen.
Laporan rugi laba menunjukkan pendapatan dari penjualan, berbagai biaya, dan laba yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu. Dengan demikian maka laporan rugi laba menunjukkan laporan selama 1 periode ( misal selama 1 tahun).
2.2 Perencanaan Laba
Perencanaan laba atau penganggaran mempunyai manfaat bagi perusahaan PT. Gelael Praktis Pratama Makassar yaitu:
1. Memberikan pendekatan yang terarah dalam pemecahan permasalahan 2. Memaksa pihak manajemen untuk secara dini mengadakan penelaahan
terhadap masalah yang dihadapi dan menanamkan kebiasaan pada organisasi untuk mengadakan telaah yang seksama sebelum mengambil suatu keputusan.
3. Menciptakan suasana organisasi yang mengarah pada pencapaian laba.
4. Merangsang peran serta dan mengkoordinasi rencana operasi berbagai segmen dari keseluruhan organisasi manajemen sehingga keputusan akhir dan rencana saling berkaitan.
5. Menawarkan kesempatan untuk menilai secara sistematik setiap segi atau aspek organisasi maupun untuk memeriksa serta memperbaharui kebijakan dan pedoman dasar secara berkala (Adolph Matz, 2002:6).
2.3 Perencanaan sebagai Salah Satu Fungsi Manajemen
Perencanaan (planning) meliputi pemilihan serangkaian aktivitas dan spesifikasi bagaimana aktivitas tersebut akan dilaksanakan. Perencanaan merupakan suatu fungsi yang paling mendasar yang berhubungan dengan fungsifungsi manajemen lainnya. Dalam perencanaan manajemen harus mengidentifikasi berbagai alternatif yang tersedia, dan selanjutnya memilih alternatif yang terbaik untuk memenuhi tujuan perusahaan. Manajemen perlu menyeimbangkan antara kesempatan dan kebutuhan sumber daya dalam organisasi, untuk pemilihan serangkaian aktivitas yang akan dilaksanakan. Serangkaian perencanaan tersebut diperlukan untuk memperbaiki kinerja yang kurang, untuk menghadapi kejadian yang tidak diinginkan dan tidak diantisipasi sebelumnya serta untuk mengambil kesempatan dari perkembangan yang baru terjadi.
2.4 Analisis profitabilitas
Menurut (Harahap, 2001:226) return of equity atau profitabilitas adalah suatu pengukuran dari penghasilan atau income yang tersedia bagi pemilik perusahaan atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan.
Committe or terminologi mendefinisikan profitabilitas adalah jumlah yang berasal dari pengurangan harga pokok produksi, biaya lain dan kerugian dari penghasilan operasi. Sedangkan menurut APB statement mengartikan profitabilitas adalah ke;ebihan penghasilan di atas biaya selama satu periode akutansi.
2.5 Analisis profitabilitas (Profitability analysis) berdasarkan jenis produk
Menurut Mulyadi, 2001:58) analisi profitabilitas adalah kemampuan menghasilakan laba dapat diterabkan pada jenis produk, Analisis ini ditujukan untuk mendeteksi penyebab timbulnya laba atau rugi yang dihasilkan oleh setiap jenis produk dalam periode tertentu.
Dalam menganalisis profitabilitas setiap jenis produk dapat digunakan dua konseb biaya sebagai berikut:
a. konseb harga pokok penuh (full costing)
Pada konseb ini setiab pusat laba dihitung besarnya laba bersih dengan meKmpertemukan penghasilan setiab laba dikurangi semua biaya pada pusat laba yang bersangkutan baik biaya tetab mauoun biaya variabel.
b. Konseb harga pokok variabel (variabel costing)
Pengunaan konseb ini di dorong oleh pemilihan alternatif di dalam pengambilan keputusan dengan jalan menyajikan besarnya batas kontribusi setiab pusat laba untuk sapat menutub biaya tetap dan menghasikan laba.
2.6 Rasio Profitabilitas
Rasio ini merupakan ukuran yang menunjukkan kemampuan dalam melakukan peningkatan penjualan dan menekn biaya biaya yang terjadi.
Selain itu, rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan seluruh dana yang dimilikinya untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal.
Rasio Untuk Menghitung Profitabilitas
Rasio untuk menghitung profitabilitas adalah cro0os margin on sales biasa juga disebut cros margin ratio, margin laba kotor, atau margin laba kotor atas penujalan. Pada dasarnya rasio ini menunjukkan relativa antara nilai laba kotor terhadap nilai penjualan, laba kotor adalah jumlah penjualan dikurangi harga pokok penjualan. Formula untuk menghitung cros margin on sales adalah sebagai berikut:
cros margin(cros margin on sales)= penujalan−harga pokok penjualan penjualan
2.7 Profit Margin
Menurut S Munawir (2007:89) profit margin yaitu besarnya keuntungan operasi yang dinyatakan dalam presentase dan jumlah
penjualan bersih. Profit margin ini mengukur tingkat keuntungaan yang dapat dicapai oleh perusahaan dihubungkan dengan penjualannya.
Dengan kata lain profit margin ialah perbandingan antara net sales dengan operating expenses (harga pokok penjualan + biaya administrasi + biaya penjualan + biaya umum) dimana selisih dinyatakan dalam presentase dari net sales:
Berikut adalah rumus dari profit margin
profit margin= laba usaha
penjualan neto x 100
Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa profit margin dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat kepada besar kecilnya laba usaha dalam hubungannya dengan penjualan (sales).
2.8 Return On Asset (ROA)
Return asset adalah salatu bentuk dari rasio prifitalitas untuk dalam mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total aktiva yang ada dan setelah biaya biaya modal (biaya yang digunakan membiayai aktiva ) di keluarkan dari analsis .
Menurut bambang R, (2000,97) ROA adalah rasio keuntungan bersi pajak yang jugga berarti suatu ukuran untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari aset yang dimiliki perusahaan.
Return on asset yang positif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk operasi perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan. Sebaliknya jika return on asset negatif menunjukkan total aktiva yang dipergunakan tidak memberikan keuntungan atau rugi.
Berikut adalah rumus dari return on asset (ROA)
ROA= Laba usaha
total asset x 100
2.9. Return On Equity (REO)Return on equity adalah profitabilitas yang membandingkan anatara laba bersih (net profil) perusahaan dengan asset aslinya (ekuitis atau modal). Rasio ini mengukur berapa banyak keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan dibandingkan dengan modal yang disetor oleh pemegang saham.
Berikut adalah rumus dari ROE
ROE= laba bersih(net profit ) ekuitas(equity )
Karena ROE ini bisah tidak smooth tiap tahunnya, maka terkadang beberapa investor memodifikasi rumus di atas dengan menggunakan nikai ekuitas rata rata antara tahun ini dengan tahun sebelumnya. Hal ini mungkin berguna untuk melihat ROE perusahaan yang baru saja, Karena umumnya nilai ekuitas perusahaan yang baru akan melonjak tajam lkarena baru saja disuntik aset. Tidak ada yang salah ataupun benar dalam mengunakanj asumsi ini karena kita dapat memilih sala satu dan digunakan secara konsisten.
2.10 Perubahan perubahan yang mempengaruhi profitabilitas
Salah satu aspek yang penting dalam analisis biaya, volume dan laba adalah perubahan dalam satu faktor atau lebih yang mempengaruhi laba.
Faktor faktor yang dapat berubah dalam hubungannya dengan analisis hubungan biaya , volume dan laba antar lain perubahan harga, perubahan volume penjualan, dan perubahan komposisi penjualan:
1. Perubahan harga jual per unit. Perubahan ini pempunyai pengaruh langsung terhadap penerimaan penapatan perusahaan.
2. Perubahan volume penjualan. Perubahan volume penjualan pada umumnya akan mempengaruhi total biaya dan laba perusahaan. Volume penjualann harus berdasar pada seberapa besar kapasitas produksi yang mampu dihasilkan oleh perusahaan. Volume produksi yang melebihi produksi akan memberi kerugian bagi perusahaan., karena biaya yang dikeluarkan semakin besar.
3. Perubahan komposisi penjualan yang memproduksi lebih dari satu macam barang maka analisis profitabilitas dapat diterapkan untuk seluruh barang/produk yang akan diproduksi dan dijual. Apabila omposisi barang yang dijual berubah maka profitabilitas secara total akan berubah juga.
3. METODE PENELITIAN
3.1. Obyek Penelitian
Kegiatan penelitian ini akan difokuskan di Kantor PT. Fast Food Indonesia TBK yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan diakses melalui www.idx.co.id.
3.2 Jenis dan Sumber Data
a. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Menurut Siagian dan Sugiarto (2000:17), data sekunder merupakan data primer yang diperoleh oleh pihak lain atau data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan oleh pengumpul data primer atau oleh pihak lain.
Dalam penelitian ini data yang dibutuhkan meliputi : laporan keuangan berupa neraca dan laporan rugi laba perusahaan.
b. Data yang diperoleh berupa data kuantitatif yang bersumber dari laporan keuangan PT. Fast Food Indonesia TBK.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data penulis menggunakan 2 (dua) tehnik yaitu :
a. Metode observasi langsung, yakni metode pengumpulan data dengan cara penelitian langsung objek sehingga memperoleh data yang sistematis, factual dan akurat yang mencerminkan keadaan yang sebenarnya.
b. Metode dokumentasi, yaitu pengumpulan data dalam bentuk dokumen
dokumen atau laporanlaporan keuangan berupa laporan labarugi, neraca perusahaan.
3.4 Definisi Operasional
Dalam penelitian ini, menggunakan variabel pengujian yakni Analisis Profitabilitas yang merupakan suatu pengukuran bagi kinerja suatu perusahaan, dan untuk menilai sejauh mana perusahaan mampu menghasilkan laba pada tingkat yang dapat diterimah dalam jangka waktu tertentu.
3.5 Metode Analisis
Untuk menganalisis profitabilitas pada PT. Fast Food Indonesia TBK, maka digunakan metode analisa sebagai berikut :
1.
cross margin(cros margin on sales)= penujalan−harga pokok penjualan penjualan
2.
profit margin= laba usaha
penjualan neto x 100
3.ROA= Laba usaha
total asset x 100
4.ROE= laba bersih(net profit )
ekuitas (equity )
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian
Berdasarkan laporan keuangan yang ada, maka dapat diperoleh data
data yang dibutuhkan dalam penelitian kali ini yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.1.1 : Pendapatan, Biaya, Dan Laba PT. Gelael Praktis Untuk 5 Tahun Terakhir
Tahun Penjualan (Dalam Juta
Rp)
Biaya (Dalam Juta
Rp)
Laba Usaha (Dalam Juta
Rp) 2012
2013 2014 20152016
3.559.486 3.960.253 4.208.887 4.475.061 4.883.307
3.353.440 3.803.962 4.052.838 4.370.037 4.710.702
270.556 201.851 205.464 123.841 218.051 Sumber : Laporan keuangan PT. Fast Food Indonesia TBK 2016
Dari tabel 4.1.1 diatas dapat dilihat data keuangan PT. Fast Food Indonesia TBK dalam hal ini pendapatan (penjualan), biaya, dan laba untuk 5 tahun terakhir. Untuk penjualan PT. Fast Food Indonesia TBK terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan rentang tahun 2012 sampai tahun 2016. Pada tahun 2012 penjualan PT. Fast Food Indonesia TBK adalah sebesar Rp. 3.559.486.000.000, naik menjadi Rp. 3.960.253.000.000 ditahun 2013, naik lagi menjadi Rp. 4.208.887.000.000 pada tahun 2014,
terus naik lagi di tahun 2015 menjadi Rp. 4.475.061.000.000 dan ditahun 2016 naik menjadi Rp. 4.883.307.000.000. Namun kenaikan ini juga diikuti oleh kenaikan biaya operasional yaitu pada tahun 2012 sebesar Rp.
3.353.440.000.000 naik menjadi Rp. 3.803.962.000.000 di tahun 2013, dan terus naik hingga Rp. 4.052.838.000.000 di tahun 2014.Pada tahun 2015 naik lagi menjadi Rp. 4.370.037.000.000 dan terus naik menjadi Rp.
4.710.702.000.000 di tahun 2016. Ini tentu saja ikut mempengaruhi tingkat kenaikan laba pada rentang 5 tahun terakhir hingga mencapai Rp.218.815.000.000 pada tahun 2016.
Tabel 4.1.2 : Penjualan Netto, Harga Pokok Penjualan, Laba bersih PT.
Fast Food Indonesia TBK Untuk 5 Tahun Terakhir Tahun
Penjualan Netto (Dalam Juta
Rp)
HPP (Dalam Juta
Rp)
Laba Bersih (Dalam Juta Rp) 2012
2013 2014 2015 2016
2.082.785 2.385.864 2.542.570 2.723.683 3.054.078
1.476.701 1.574.389 1.666.317 1.751.378 1.829.229
206.046 156.291 156.049 105.204 172.605 Sumber : Laporan keuangan PT. Fast Food Indonesia TBK 2016
Dari tabel 4.2 diatas dapat Untuk penjualan bersih sebesar Rp.
2.082.785.000.000 pada tahun 2012, kemudian megalami peningkatan pada tahun 2013 sebesar Rp. 2.385.864.000.000. Terus mengalami peningkatan untuk tiga tahun selanjutnya yaitu masingmasing Rp. 2.542.570.000.000 pada tahun 2014, sebesar Rp. 2.723.683.000.000 pada tahun 2015 dan puncaknya pada tahun 2015 sebesar Rp. 3.054.078.000.000. Demikian halnya dengan harga pokok penjualan terus mengalami peningkatan selama lima tahun yaitu Rp. 1.476.701.000.000 pada tahun 2012, naik menjadi Rp.
1.574.389.000. 000. Pada tahun 2013, terus mengalami kenaikan pada tahun 2014 menjadi Rp.1.666.317.000.000, pada tahun 2015 naik menjadi Rp. 1.751.378.000.000 dan terakhir pada tahun 2016 naik menjadi Rp.
1.829.229.000.000. Hal ini tentu saja ikut mempengaruhi laba bersih perusahaan selama lima tahun terakhir yaitu pada tahun 2012 sebesar Rp.
206.046.000.000 yang terus mengalami fluktuasi sampai tahun 2016 sebesar Rp. 172.605.000.000.
Tabel 4.1.3 : Equitas dan Aset PT. Fast Food Indonesia TBK 2012 2016
Tahun Equitas
(Dalam Juta Rp) Aset (Dalam Juta Rp)
2012 990.723 1.781.906
2013 20142015 2016
984.967 1.051.066 1.114.917 1.223.221
2.028.125 2.162.634 2.310.536 2.577.819 Sumber : Laporan keuangan PT. Fast Food Indonesia TBK tahun 2016
Sama halnya dengan penjualan, biaya, dan laba yang dijelaskan sebelumnya, ekuitas dan aset yang dimiliki oleh PT. Fast Food Indonesia TBK juga mengalami peningkatan selama 5 tahun terakhir. Untuk ekuitas PT.
Fast Food Indonesia TBK pada tahun 2012 sebesar Rp. 990.723.000.000 naik menjadi Rp. 984.967.000.000. Selanjutnya pada tahun 2014 sebesar Rp. 1.051.066.000.000 naik menjadi Rp. 1.114.917.000.000 di tahun 2015, dan kembali naik pada tahun 2016 menjadi Rp. 1.223.221.000.000.
Demikian halnya dengan Aset yang dimiliki perusahaan, terus mengalami peningkatan dari tahun 2012 sebesar Rp. 1.781.906.000.000, meningkat menjadi Rp. 2.028.125.000.000 di tahun 2013, naik menjadi Rp.
2.162.634.000.000 di tahun 2014. Hal ini terus berlangsung pada 2 tahun terakhir yaitu di tahun 2015 sebesar Rp. 2.310.536.000.000 meningkat sebesar Rp. 2.577.819.000.000 pada tahun 2016.
Dengan demikian jika dilihat dari ketiga tabel yang disajikan diatas, maka keuangan PT. Fast Food Indonesia TBK mengalami peningkatan selama 5 tahun terakhir yaitu periode tahun 2011 sampai dengan tahun 2014.
Analisis Profitabilitas
Sesuai dengan landasan teori yang dikemukakan sebelumnya, maka ada beberapa formulasi yang bisa dijadikan alat analisis profitabilitas yaitusebagai berikut:
Tahun 2012 : 1. Cross margin
cross margin (cross margin on sales)= penjualan−h arga pokok penjualan penjualan
¿ 3.559 .486 .000 .000−1.476 .701 .000.000 3.559.486 .000 .000
¿ 2.082.785 .000.000 3.559 .486 .000 .000
¿ 0,5851 atau58,51
2. Profit margin
profit margin= laba usaha
penjualan neto x 100
¿ 270.556 .000 .000
2.082 .785 .000.000 x 100
¿ 12,99
3. Return on aset (ROA)ROA= Laba usaha total asset x 100
¿ 270.556 .000 .000 1.781 .906 .000.000 x 100
¿ 15,18
4. Return on equity (ROE)ROE= laba bersih(net profit ) ekuitas (equity )
¿ 206.046 .000 .000 990.723.000 .000 x 100
¿ 20,80
%Tahun 2013 : 1. Cross margin
cross margin (cross margin on sales)= penjualan−h arga pokok penjualan penjualan
¿ 3.960 .253 .000 .000−1.574 .389 .000 .000 3.960 .253.000 .000
¿ 2.385 .864 .000 .000 3.960.253 .000 .000
¿ 0,6024
atau 60,24%2. Profit margin
profit margin= laba usaha
penjualan neto x 100
¿ 201.851.000 .000 2.385 .864 .000 .000 x 100
¿ 8,46
3. Return on aset (ROA)
ROA= Laba usaha total asset x 100
¿ 201.851 .000 .000 2.028 .125 .000 .000 x 100
¿ 9,95
4. Return on equity (ROE)
ROE= laba bersih(net profit ) ekuitas(equity )
¿ 156.291.000 .000 984.967.000 .000
¿ 15,87
%Tahun 2014 : 1. Cross margin
cross margin (cross margin on sales)= penjualan−h arga pokok penjualan penjualan
¿ 4.208 .887.000 .000−715.651.250 4.208 .887 .000 .000
¿ 1.666.317 .000 .000 4.208 .887.000 .000
¿ 0,3959
atau 39,59%2. Profit margin
profit margin= laba usaha
penjualan neto x 100
¿ 205.464 .000 .000 2.542 .570 .000.000 x 100
¿ 8,08
3. Return on aset (ROA)ROA= Laba usaha total asset x 100
¿ 205.464 .000 .000
2.162 .634 .000 .000 x 100
¿ 9,50
4. Return on equity (ROE)
ROE= laba bersih(net profit ) ekuitas (equity )
¿ 156.049 .000 .000 1.051 .066 .000.000
¿ 14,85
%Tahun 2015 : 1. Cros margin
cross margin (cross margin on sales)= penujalan−h arga pokok penjualan penjualan
¿ 4.475.061 .000 .000−1.751 .378 .000.000 4.475 .061.000 .000
¿ 2.723.683 .000 .000 4.475.061 .000 .000
¿ 0,6086
atau 60,86%2. Profit margin
profitmargin= laba usaha
penjualan neto x 100
¿ 123.841 .000 .000 2.723 .683 .000 .000 x 100
¿ 4,55
3. Return on aset (ROA)ROA= Laba usaha total asset x 100
¿ 123.841 .000 .000 2.310 .536 .000 .000 x 100
¿ 5,36
4. Return on equity (ROE)ROE= laba bersih(net profit ) ekuitas (equity )
¿ 105.204 .000 .000 1.114 .917 .000.000
¿ 9,44
%Tahun 2016 : 1. Cross margin
cross margin (cross margin on sales)= penujalan−h arga pokok penjualan penjualan
¿ 4.883.307 .000 .000−1.829.229 .000 .000 4.883 .307 .000.000
¿ 3.054 .078.000 .000 4.883.307 .000 .000
¿ 0,6254
atau 62,54%2. Profit margin
profit margin= laba usaha
penjualan neto x 100
¿ 218.051.000 .000
3.054 .078 .000 .000 x 100
¿ 7,14
3. Return on aset (ROA)ROA= Laba usaha total asset x 100
¿ 218.051 .000 .000 2.577 .819 .000 .000 x 100
¿ 8,46
4. Return on equity (ROE)
ROE= laba bersih(net profit ) ekuitas (equity )
¿ 172.605 .000 .000 1.223 .221 .000.000
¿ 14,11
%4.2 Pembahasan
Untuk melihat perkembangan Cross margin, Profit margin, ROA dan ROE, maka disajikan tabel perkembangan dalam rentang waktu 5 tahun terakhir yaitu tahun 2012 sampai dengan tahun 2016, seperti yang nampak berikut ini.
Tabel 4.2.1 Perkembangan Rasio Profitabilitas PT. Fast Food Indonesia
TBK Untuk Tahun 2012 2016 Tahun
Rasio Profitabilitas Cross
Margin (%)
Profit Margin
(%)
ROA
(%) ROE
(%) 2012
2013 2014 2015 2016
58,51 60,24 39,59 60,86 62,54
12,99 8,46 8,08 4,55 7,14
15,18 9,95 9,50 5,36 8,46
20,80 15,87 14,85 9,44 14,11 Sumber : Data diolah
Dari tabel diatas, maka dapat dijabarkan beberapa hal sebagai berikut:
- Cros margin yang dimiliki oleh perusahaanuntuklima tahun terakhir mengalamifluktuasi yaitu pada tahun 2012 sebesar 58,51%naik menjadi 60,24% di tahun 2013. Pada tahun 2014 mengalami menjadi 39,59%.
Pada dua tahun berikutnya kembali mengalami peningkatan yaitu masingmasing menjadi60,86% ditahun 2015 dan 62,54% pada tahun 2016. Semakin besar nilai rasionya, maka semakin besar laba kotor yang diperoleh perusahaan. Artinya profitabilitas perusahaan semakin tinggi, perusahaan memiliki tingkat keuntungan dalam laba kotor yang tinggi.
- Profit margin yang dimiliki oleh perusahaanuntuklima tahun terakhir yaitu pada tahun 2012 sebesar 12,99% turun menjadi 8,46% ditahun 2013, turun lagi pada tahun 2014 menjadi 8,08%. Pada tahun 2015kembali mengalami penurunan menjadi 4,55% namun mengalami peningkatan7,14% ditahun 2016. Hal ini menunjukkan bahwa efisiensi perusahaan dengan melihat kepada besar kecilnya laba usaha dalam hubungannya dengan penjualan mengalami fluktuasi.
- Return On Asets (ROA) yang dimiliki perusahaan untuk lima tahun terakhir sebesar 15,18% ditahun 2012, turun menjadi 9,95% ditahun 2013, turun lagi ditahun 2014 menjadi 9,50%, dan terus turun menjadi 5,36% di tahun 2015 dan mengalami kenaikan menjadi 8,46% di tahun 2016. Dengan demikian bahwa rasio return on asets yang dimiliki perusahaan mengalami fluktuasi untuk rentang lima tahun terakhir.
- Return On Equity (ROE) yang dimiliki perusahaan pada tahun 2012 adalah sebsesar 20,80%, turun menjadi 15,87% ditahun 2013.Kembalimengalami penurunan ditahun 2014 menjadi 14,85%.
Selanjutnya pada tahun 2015 kembali mengalami penurunan menjadi 9,44% dan meningkat di tahun 2016 menjadi 14,11%.
Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa kemampuan PT. Fast Food Indonesia Tbkuntuk menghasilkan laba pada periode rentang lima tahun terakhir yaitu dari tahun 2012 sampai tahun 2016 mengalami fluktuasi.
5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 SIMPULAN
Dari hasil analisa terhadap rasio profitabilitas pada PT. Fast Food Indonesia Tbk maka dapat ditarik beberapa simpulanya itu sebagai berikut : 1. Kemampuan menghasilkan laba dilihat dari rasio profitabilitas yang
dimiliki perusahaan selama rentang lima tahun terakhir dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 mangalami fluktuasi.
2. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa kemampuan PT. Fast Food Indonesia Tbk dalam menghasilkan laba mengalami penurunan namun masih dalam keadaan baik. Kondisi ini menggambarkan bahwa kinerja PT. Gelael Praktis Pratama Makassar dalam keadaan baik sehingga akan mampu mempertahankan eksistensi perusahaan untuk masa yang akan datang.
5.2 SARAN
Berdasarkan simpulan di atas, maka kiranya peneliti dapat memberikan saran ataupun masukan sebagai berikut :
1. Sebaiknya PT. Fast Food Indonesia Tbk harus lebih dapat meningkatkan penjualan sehingga dapat meningkatkan laba yang akan diperoleh.
2. Kiranya dalam upaya peningkatan penjualan perlulah diperhatikan inovasi baru atas produk produk yang dihasilkan sehingga lebih bias memberikan alternative baru dan lebih meningkatkan minat beli konsumen.
6. REFERENSI
Abdul Halim. (1996). Dasar – dasar Akuntansi Biaya, Edisi Keempat.Yogyakarta: BPFE.
Abdul Halimdan Bambang Supomo.(2005). Akuntansi Manajemen.
EdisiPertama. Yogyakarta: BPFE.
Bambang Riyanto. (2001). Dasar – dasar Pembelanjaan Perusahaan.
Yogyakarta: BPFE.
Carter, William. K dan Milton F. Usry.(2006). Akuntansi Biaya. Edisi Ketiga belas. Buku Satu. Jakarta: SalembaEmpat.
Eri Oktavianti W. (2007). Analisis Cost, Volume, Profit sebagai Alat Perencanaan Labapada Perusahaan Tempe Murni Pedro di Yogyakarta.
Skripsi. UNY: Yogyakarta
Garrison, Ray. H dan Eric W. Noreen.(2006). Akuntansi Manajerial. Edisi Kesebelas. Buku Satu. Jakarta: Salemba Empat.
Handoyo Wibisono. (1997). Manajemen Modal Kerja. Yogyakarta: AndiOffset Hansen, Don. R dan Maryanne M. Mowen. (2006). Akuntansi Biaya. Edisi
Ketujuh. Jilid 2. Jakarta: Salemba Empat.
Henry Simamora. (1999). Akuntansi Manajemen. Yogyakarta: Salemba Empat.
Kessi Purwandari. (2004). Analisis Biaya – Volume – Laba sebagai Alat Bantu Manajemen dalam Perencanaan Labapada UD. Sri Rejeki. Skripsi. UNY:
Yogyakarta.
Matz, Adolph dkk. (1992). Akuntansi Biaya Perencanaan dan Pengendalian.
Edisi Kesembilan Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Mulyadi. (2007). Akuntansi Biaya. Edisi Kelima. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Rayburn, L. Gayle. (1999). Akuntansi Biaya : dengan Menggunakan Pendekatan Manajemen Biaya. Edisi Keenam Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Shim, Jae K. (2001). Budgeting Pedoman Lengkap Langkah – langkah Penganggaran. Jakarta: Erlangga.
T Hani Handoko.(1995). Manajemen. Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFE
Tati Uswatun K. (2007). Analisis Break Even Untuk Merencanakan Labapada PT. Tambi Wonosobo. Skripsi.UNY: Yogyakarta