• Tidak ada hasil yang ditemukan

JTEP-Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran, Volume 6, Nomor 1, Februari 2021

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "JTEP-Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran, Volume 6, Nomor 1, Februari 2021"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MEMBACA DAN KETERAMPILAN MEMBACA SISWA DALAM POKOK BAHASAN

PROCEDURAL TEXT PADA IMPLEMENTASI DISCOVERY LEARNING BERBANTUAN MMI-TUTORIAL

(Penelitian Eksperimen di Kelas IX SMPN 3 Karangpawitan Garut)

Nasep Santosa1, Wahyudin2, Hudiana Hernawan3 Magister Teknologi Pendidikan, Institut Pendidikan Indonesia

Email: nasepsantosa@yahoo.com; wahyudin.mat@upi.edu; hudianahernawan@institutpendidikan.ac.id ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauhmana; 1) peningkatan kemampuan pemahaman konsep membaca siswa pada pembelajaran bahasa Inggris dengan menerapkan MMI-Tutorial, dan 2) peningkatan keterampilan membaca siswa pada pembelajaran bahasa Inggris dengan menerapkan MMI-Tutorial. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode quasi eksperimen quasi eksperimen kelompok Desain (The Static Group comparison Design.), dengan teknik pengumpulan data melalui tes, angket dan observasi. Sampel pada penelitian ini adalah kelas IX.A yang berjumlah 15 orang sebagai sampel penelitian pada kelas eksperimen.

Dan kelas IX.B sebanyak 15 orang sebagai sampel penelitian pada kelas kontrol. Data yang diperoleh dari tes awal dan akhir kemudian diolah dan dianalisis menggunakan IBM SPSS. Adapun hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa; 1) penerapan MMI Tutorial berhasil memberikan peningkatan kemampuan pemahaman konsep membaca siswa pada pembelajaran bahasa Inggris, dan 2) penerapan MMI Tutorial berhasil memberikan peningkatan keterampilan membaca sisiwa pada pembelajaran bahasa Inggris. Dengan demikian, penggunaan MMI Tutorial dapat dijadikan alternatif atau media pembelajaran yang digunakan dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Kata Kunci: multimedia interaktif, tutorial, pemahaman konsep membaca, keterampilan membaca.

ABSTRACT

The purpose of this study was to find o out; 1) Improving reading comprehension concept in English learning by applying tutorial interactive multimedia, and 2) Improving reading skills in English learning by implementing tutorial interactive multimedia. This study uses a quantitative approach with a quasi-experimental method of quasi-experimental group (The Static Group comparison Design.), with data collection techniques through tests, questionnaires and observations. The sample in this study was class IX.A, amounting to 15 people as a research sample in the experimental class. And class IX.B as many as 15 people as research samples in the control class.

Data obtained from the initial and final tests were then processed and analyzed using IBM SPSS. The research results obtained indicate that; 1) The application of the MMI Tutorial succeeded in providing an increase in students’ reading comprehension concept in English learning, and 2) the application of the MMI Tutorial succeeded in providing an increase in students' reading skills in English learning. Thus, the use of interactive multimedia could be used as an alternative or learning media used in improving student learning outcomes.

Keywords: interactive multimedia, tutorial, reading comprehension concept, reading skills

A. PENDAHULUAN

Bahasa merupakan medium yang paling penting dalam kehidupan manusia untuk berkomunikasi. Sebagai sarana komunikasi bahasa itu bersifat unik sekaligus universal. Bahasa memiliki peran penting dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi.

Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain. Selain itu, pembelajaran bahasa juga membantu

peserta didik mampu mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat, dan bahkan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Pada intinya, bahasa adalah alat komunikasi terpenting dalam kehidupan manusia yang merupakan alat untuk menyampaikan informasi, pikiran dan perasaan. Suatu alat akan memiliki manfaat manakala digunakan, dan tidak ada artinya apabila tidak digunakan. Dalam mempelajari bahasa ada empat keterampialn yang harus terus dilatih yaitu keterampilan

(2)

mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Ke empat keterampilan tersebut sama pentingnya dan saling melengkapi satu sama lain seperti yang diajarkan bahasa asing yang salah satunya adalah bahasa yang menjadi pelajaran wajib di berbagai sekolah di Indonesia adalah Bahasa Inggris.

Kemampuan untuk memahami Bahasa Inggris merupakan salah satu kompetensi atau keterampilan hidup (life skill) yang harus dikuasai dalam era globalisasi ini. Menyadari betapa pentingnya fungsi bahasa Inggris dalam kehidupan manusia, maka berbagai usaha yang mendukung proses pembelajaran telah dilakukan, diantaranya; penyempurnaan kurikulum, dilengkapi sarana prasarana pendidikan dan peningkatan mutu guru.

Namun demikian perbaikan tersebut masih mempersepsikan bahwa peserta didik masih dilihat sebagai unsur yang harus dilayani belum memandang bahwa mereka sebagai elemen utama pendidikan yang memiliki potensi. Oleh karena itu, guru mempunyai tugas untuk mengaktifkan potensi peserta didik agar mampu berperan aktif dalam proses pembelajaran.

Pada pembelajaran bahasa Inggris di SMP perlu adanya pendekatan yang dapat mempermudah proses pemahaman terhadap bahasa Inggris. Oleh karena itu untuk menciptakan pembelajaran menjadi menyenangkan, perlu adanya perantara dalam berkomunikasi dengan peserta didik.

Perantara tersebut dikenal dengan istilah multimedia pembelajaran.

Multimedia pembelajaran merupakan perantara yang kedudukannya memiliki peran sebagai penunjang keberhasilan suatu proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Peserta didik dapat lebih terfokus pada pembelajaran dan penerapan dengan multimedia pembelajaran sehingga dapat memberikan gambaran secara lebih jelas terhadap suatu materi.

Dikarenakan tuntutan lapangan pekerjaan yang lebih praktis pada kemampuan berbicara, pembelajaran lebih

fokus pada pembelajaran yang mengutamakan keterampilan berbicara, sementara keterampilan lain seperti keterampilan membaca kurang diperhatikan, padahal ketika peserta didik menghadapi dan melaksanakan ujian akhir sekolah pasti tidak akan lepas dari bentuk- bentuk soal yang bahkan didominasi oleh kemampuan peserta didik dalam memahami konsep dan keterampilan membaca sehingga Proses pembelajaran bahasa Inggris dengan pendekatan Genres (Genres Based Approach) masih perlu digunakan guru.

Disamping itu dalam proses pembelajaran, penggunaan teknologi pembelajaran sebagai media pemembelajaran belum optimal digunakan, hal ini bukan hanya sarana prasarana yang kurang memadai namun keterbatasan wawasan dan kompetensi para pendidik dalam hal pembuatan bahan ajar menggunakan teknologi pembelajaran.

Berdasarkan hasil Penilaian Akhir Semester (PAS) ganjil kelas IX tahun pelajaran 2019/2020, diketahui bahwa jumlah peserta didik yang mencapai kriteria belajar minimal untuk mata pelajaran bahasa Inggris pada SMPN 3 Karangpawitan Garut belum mencapai 100 persen. Hanya dibawah 50% peserta didik yang mampu mencapai nilai ketuntasan minimal, sementara sisanya masih berada dibawah nilai ketuntasan minimal. Salah satu indikatornya adalah ketika peserta didik belajar tentang konsep dan keterampilan membaca dengan mater procedural text.

Atas dasar identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas, dapat dirumuskan masalah utamanya, yakni;

apakah implementasi model discovery lerning berbantuan MMI-Tutorial dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep membaca dan keterampilan membaca siswa pada mata pelajaran Bahasa Inggris di kelas IX SMPN 3 Karangpawitan Garut?

Untuk mendapatkan jawaban rumusan permasalahan di atas, maka rumusan

(3)

masalah dijabarkan dalam beberapa pertanyaan berikut :

1. Bagaimanakah kemampuan pemahaman konsep membaca dan keterampilan membaca siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model discovery learning berbantuan MMI-Tutorial pada mata pelajaran Bahasa Inggris?.

2. Bagaimana kemampuan pemahaman konsep membaca dan keterampilan membaca siswa yang tidak memperoleh pembelajaran dengan model discovery learning berbantuan MMI-Tutorial pada mata pelajaran Bahasa inggris?.

3. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman konsep membaca dan keterampilan membaca antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning berbantuan MMI-Tutorial dengan siswa yang tidak memperoleh pembelajaran model discovery learning berbantuan MMI- tutorial?

B. KAJIAN LITERATUR

Setiap mata pelajaran mempunyai karakteristik tertentu, demikian juga dengan mata pelajaran bahasa Inggris. Ada banyak karakteristik pada mata pelajaran bahasa Inggris untuk dipahami. Pada pedoman materi pelajaran disebutkan karakteristik mata pelajaran bahasa Inggris.

Karkteristik pertama adalah bahwa tujuan pembelajaran bahasa Inggris di Sekolah Menengah Atas bukan untuk pemahaman dan penerapan konsep, tetapi pembiasaan melakukan tindakan dalam bahasa Inggris untuk melaksanakan fungsi sosial. Oleh karena itu pembelajaran seharusnya tidak dilaksanakan seperti yang selama ini lazim, yaitu dalam tiga langkah yang terpusat pada guru: penjelasan guru, latihan soal di kelas, latihan soal untuk pekerjaan rumah.

Karakteristik kedua adalah bahwa proses pembelajaran harus berjalan secara alami, sebagaimana layaknya proses pembelajaran apa saja di kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, kurikulum 2013 menerapkan

pendekatan scientific, yang lebih bermakna

‘alami, sesuai fitrah manusia’.

Pengertian membaca menurut Kholid A. H dan Lilis S (1997: 140), Membaca adalah mengemukakan atau membunyikan rangkaian lambang – lambang bahan tulis yang dilihatnya dari huruf menjadi kata, kemudian menjadi frasa, kalimat dan seterusnya. Sedangkan Pengertian membaca menurut Tampubolon (1990: 5), membaca adalah suatu cara untuk membina daya nalar. Dengan kebiasaan membaca daya nalar siswa menjadi lebih terbina. Kita dapat membaca tanpa menggerakkan mata atau tanpa menggerakkan telunjuk untuk membaca.

Kaitannya dengan materi pokok yang akan disampaikan kepada peserta didik yaitu materi Bahasa Inggris tentang teks prosedur (procedural text) maka pemahaman konsep membaca yang harus dipahami dalam materi pokok teks prosedur dimulai dari pengertiannya. Procedure Text adalah salah satu jenis teks bahasa Inggris atau yang biasa disebut genre yang menunjukan sebuah proses dalam membuat atau mengoprasikan sesuatu yang berfungsi untuk menggambarkan bagaimana sesuatu dikerjakan melalui langkah-langkah yang teratur. Sementara tujuan komunikatif dari Procedure Text adalaha memberikan petunjuk tentang cara melakukan sesuatu melalui tindakan-tindakan atau langkah- langkah yang urut. Struktur kebahasaan dari Procedure Text terdiri dari 3 bagian, yaitu:

1. Aim/ Goal

Pada struktur kebahasaan bagian pertama dari Procdeure Text ini berisi informasi mengenai tujuan dalam pembuatan atau pengoprasian sesuatu.

2. Materials

Pada bagian ke-dua, Materials terdiri dari bahan-bahan yang digunakan dalam membuat sesuatu. Tapi tidak semua Procedure Text menyertakan bagian materials, adakalanya sebuah Procedure Text tidak memiliki bagian materials.

3. Steps

(4)

Pada bagian steps, berisi tentang langkah-langkah atau urutan-urutan yang harus dilakukan agar tujuan yang diuraikan pada bagian Aim/ Goal bisa tercapai. Langkah-langkah atau urutan- urutan tersebut haruslah urut dari yang pertama hingga terakhir.

Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia versi online

(https://kbbi.web.id/terampil), tertulis:

Keterampilan merupakan kecakapan untuk

menyelesaikan tugas;~

bahasa Ling kecakapan seseorang untuk memakai bahasa dalam menulis, membaca, menyimak, atau berbicara; ~ tematis Ling kesanggupan pemakai bahasa untuk menanggapi secara betul stimulus lisan atau tulisan, menggunakan pola gramatikal dan kosakata secara tepat, menerjemahkan dari satu bahasa ke bahasa lain, dan sebagainya.

Menurut Yasin (2012)

“Keterampilan merupakan kecakapan menyelesaikan tugas”. Sedangkan menurut Satria (2008:32), pengertian keterampilan merupakan kegiatan yang memerlukan praktik atau dapat diartikan sebagai implikasi dari aktivitas.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa keterampilan merupakan kecakapan seseorang dalam menyelesaikan suatu kegiatan atau tugas yang berhubungan dengan aktivitas praktik.

Kecakapan yang dimaksudkan bermacam- macam, sesuai dengan kegiatan yang diberikan.

Membaca adalah salah satu keterampilan berbahasa. Membaca merupakan kegiatan memahami teks bacaan dengan tujuan untuk memperoleh informasi dari teks yang kita baca. Pada saat membaca, biasanya dalam teks bacaan yang kita baca terkandung makna yang tersirat (makna yang tersembunyi) dan tersurat (makna yang tertulis). Oleh karena itu, kita membaca secara intensif untuk menemukan makna dan mencari ide/pokok permasalahan. Membaca intensif juga berfungsi untuk mengetahui lebih banyak tentang bacaan. Misalnya, tentang

penulisannya atau permasalahan yang dibacarakan mulai dari awal masalah sampai pemecahan masalah atau akhir berita. Pahami isinya, jangan ada yang terlewatkan.

Dalam pembelajaran bahasa inggris, keterampilan membaca (reading skills) merupakan salah satu keterampilan yang sangat penting sehingga dipelajari secara khusus dalam setiap pertemuan di kelas. Ada beberapa aspek yang digunakan oleh guru dalam menilai Reading Aloud atau membaca nyaring. Membaca nyaring atau reading aloud adalah kegiatan membaca yang bersuara dengan ucapan dan intonasi sehingga pendengar bisa memahami isi dan mendapatkan informasi dari bacaan yang dibacakan oleh pembaca baik yang berupa pikiran, perasaan dan sikap dari penulis. Dalam Reading aloud atau membaca nyaring, ada beberapa aspek yang dinilai, yaitu.

1. Fluency atau Kefasihan

Fluency atau kefasihan yaitu kemampuan siswa dalam membaca nyaring dengan fasih tanpa adanya hesitasi ataupun keraguan.

2. Accuracy atau ketepatan

Accuracy atau ketepatan yaitu kemampuan siswa dalam membaca nyaring dengan tepat dan dapat dipahami pendengar.

3. Pronunciation atau pengucapan

Pronunciation atau pengucapan yaitu kemampuan ucapan pembaca untuk membuat pendengar bisa mengerti dengan apa yang diucapkan oleh pembaca.

4. Intonation atau intonasi Intonasi merupakan penekanan yang dilakukan dalam membaca untuk memperjelas apa yang dimaksud oleh pembaca tersebut.

Istilah teknologi berasal dari bahasa Yunani technologia yang menurut Webster Dictionary berarti systemic treatment atau penanganan sesuatu secara sistematis, sedangkan techne sebagai dasar kata teknologi berarti art, skill,science atau keahlian, keterampilan, ilmu. Jadi teknologi pendidikan dapat diartikan

(5)

sebagai pegangan atau pelaksanaan pendidikan secara sistematis, menurut sistem tertentu (Nasution, 2010: 2). Ada yang menafsirkan teknologi pendidikan sebagai suatu cara mengajar yang menggunakan alat-alat teknik modern yang sebenarnya dihasilkan bukan khusus untuk keperluan pendidikan akan tetapi dapat dimanfaatkan dalam pendidikan seperti, radio, overhead protector, film opaque projector, tv, video, tape recorder, komputer dan lain-lain. Alat-alat ini dalam metodologi pengajaran lazim disebut alat peraga, alat pengajaran audio visual aids atau instructional aids. Dalam teknologi pendidikan alat-alat itu disebut hardware.

Alat-alat itu besar manfaatnya, namun bukan merupakan inti atau hakikat teknologi pendidikan. Alat-alat itu baru bermanfaat bila dikaitkan dengan suatu pelajaran atau program. Program ini lazim disebut software. Yang merupakan inti teknologi pendidikan adalah programnya yang harus disusun menurut prinsip- prinsip tertentu. Teknologi pendidikan dapat diselenggarakan tanpa alat-alat teknologi modern seperti dikatakan tersebut di atas. Definisi teknologi yang dipaparkan Ariani dan Haryanto (2010:63) adalah, “cara mensinergikan peralatan yang digunakan (hardware/ software), supaya mampu dimanfaatkan maksimal”.

Secara etimologis multimedia berasal dari kata “multi” (bahasa Latin yang berarti banyak, bermacam–macam), dan “medium” (bahasa Latin yang berarti sesuatu yang dipakai untuk menyampaikan atau membawa sesuatu).

Kata “medium” dalam American Heritage Electronic Dictionary juga diartikan sebagai alat untuk mendistribusikan dan mempresentasikan informasi. Jadi subyek multimedia adalah informasi yang bisa dipresentasikan kepada manusia. Secara sederhana presentasi informasi itu sering dikategorikan sebagai ilmu pengetahuan (Ariani dan Haryanto, 2010:1).

Sanjaya (2014: 224) mengungkapkan bahwa,

Multimedia dapat dibagi menjadi dua, yakni multimedia linier dan multimedia interaktif. Multimedia linier adalah multimedia yang bersifat sekuensial atau berurutan, setiap peserta didik atau pemakai multimedia ini menggunakannya sesuai dengan urutan setahap demi setahap sesuai dengan pengemasan materi yang ditentukan. Sementara itu, multimedia interaktif adalah multimedia yang tidak bersifat linier, namun peserta didik memiliki pilihan sesuai dengan menu yang ditawarkan.

Dengan demikian, ciri khas dari multimedia interaktif adalah adanya semacam pengontrol yang biasa disebut dengan graphical user interface (GUI), yang bisa berupa icon, button, scroll, atau yang lainnya. Setiap GUI tersebut dapat dioperasikan oleh siswa (user) untuk mencari informasi yang diinginkan.

Lebih lanjut lagi, Sanjaya (2014:200) mengungkapkan bahwa multimedia interaktif dapat digunakan pada berbagai jenjang pendidikan dan berbagai bidang studi. Ada beberapa model multimedia interaktif diantaranya,

(1) Model drill. Model ini bertujuan memberikan pengalaman belajar yang lebih konkret melalui penciptaan tiruan- tiruan bentuk pengalaman yang mendekati suasana sebenarnya.

(2) Model tutorial. Model ini merupakan program pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan perangkat lunak berupa program komputer yang berisi materi pelajaran. Informasi/mata pelajaran disajikan dalam unit-unit kecil kemudian disusul dengan pertanyaan.

Respons siswa dianalisis oleh komputer dan umpan baliknya yang benar diberikan.

(3) Model simulasi. Model ini bertujuan memberikan pengalaman belajar yang lebih konkret melalui penciptaan tiruan- tiruan bentuk pengalaman yang mendekati suasana yang sebenarnya.

(4) Model games. Model ini dikembangkan berdasarkan atas “pembelajaran

(6)

menyenagkan”, dimana peserta didik akan dihadapkan pada beberapa petunjuk dan aturan permainan.

Sementara itu, proses terciptanya multimedia interaktif bisa kita lihat dari gambar di bawah ini:

Gambar: Produksi Multimedia Uraian di atas menunjukan bahwa proses belajar dapat lebih berhasil dan menyenangkan jika dapat membuat peserta didik merasa tertarik dengan isi pembelajaran yang dikemas dengan memanfaatkan sumber-sumber media yang ada. Dalam hal ini sumber yang dimanfaatkan adalah penggunaan multimedia interaktif (MMI) sangat menarik dalam proses pembelajaran.

Dalam hal proses pembuatan bahan pembelajaran berupa multimedia interaktif seperti yang digambarkan diatas tentu membutuhkan software. Ada beragam macam software yang bias digunakan salah satunya adalah iSpring Suite 8. Software ini merupakan salah satu tool yang mengubah file presentasi menjadi bentuk flash dan bentuk SCORM/AICC, yakni bentuk yang biasa digunakan dalam pembelajaran dengan e-learning LMS (Learning management System). iSpring secara mudah dapat diintegrasikan dalam Microsoft PowerPoint sehingga penggunaannya tidak membutuhkan keahlian yang rumit. Bisa terintegrasi dengan aplikasi Microsoft Office PowerPoint dan dapat mengubah file PowerPoint ke dalam bentuk flash movie.

iSpring membuat seolah-olah presentasi yang kita susun dibuat dengan menggunakan adobe flash. Penggunaannya pun sangat mudah sehingga para pemula sekalipun akan sangat nyaman dalam

membuat bahan ajar presentasi pembelajaran.

C. METODE PENELITIAN

Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, karena penelitian ini disajikan dengan angka- angka. Hal ini sesuai dengan pendapat (Arikunto 2016:12) yang mengemukakan penelitian kuantitatif adalah pendekatan penelitian yang banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan hasilnya.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen Kuasi dengan pendekatan kuantitatif, dimana menurut Sanjaya (2014:87), ide dasar penelitian eksperimen pelaksanaannya cukup simpel yaitu melihat apa yang terjadi pada kelompok tertentu setelah diberikan suatu perlakuan.

Desain penelitian eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain eksperimen kelompok Desainnya adalah The Static Group comparison Design. Desain penelitian yang dimaksud terdiri dari satu kelompok eksperimen dan satu kelompok pembanding. Penelitian ini dimulai dengan adanya tes awal (pretest) sebelum perlakuan diberikan. Karena adanya pretest, maka pada desain penelitian tingkat kesetaraan kelompok turut diperhitungkan, pretest dalam penelitian ini juga dapat digunakan untuk melihat peningkatan capaian skor (gain score). Tes akhir (posttest) diberikan setelah pelaksanaan perlakuan diberikan pada kelas eksperimen, namun posttest juga diberikan pada kelas kontrol.

Dalam penelitian ini populasinya adalah peserta didik kelas IX SMPN 3 Karangpawitan Garut Tahun Pelajaran 2020/2021 yang terdiri dari dua rombongan belajar dan berjumlah 73 Orang.

Dari populasi tersebut, peneliti mengambil kelas IX. 15 orang (di random dari 37 orang diambil 15 orang sebagai sampel penelitian pada kelas ekpserimen) dan kelas IX. B sebanyak 15 orang (di random dari 36 orang

(7)

diambil 15 orang sebagai sampel penelitian pada kelas kontrol).

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah dilakukan penelitian mengenai kemampuan pemahaman konsep membaca dan keterampilan membaca siswa dengan model discovery learning berbantuan MMI-Tutorial, peserta didik diberi tes akhir (posttest). Tes akhir berupa kemampuan pemahaman konsep dan keterampilan membaca siswa serta angket mengenai respon terhadap penggunaan model discovery learning berbantuan MMI-Tutorial. Kemudian data yang diperoleh tersebut dideskripsikan dan dianalisis, sehingga diperoleh suatu kesimpulan berkenaan dengan hipotesis yang diajukan.

Data peningkatan kemampuan pemahaman konsep membaca antara kelas kontrol dan eksperimen digunakan untuk mengetahui perbedaan kemampuan pemahaman konsep membaca antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning berbantuan MMI-Tutorial dengan siswa yang tidak memperoleh pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning berbantuan MMI-Tutorial.

Berikut peneliti sajikan data peningkatan pemahaman konsep membaca siswa kelas kontrol dan eksperimen:

Tabel: Data Peningkatan Pemahaman Konsep Membaca Siswa Kelas Kontrol

dan Eksperimen Kelas Kontrol Kelas

Eksperimen No Nama

Siswa N-

Gain No Nama Siswa N-

Gain 1 S-1 0,20 1 S-1 0,33 2 S-2 0,33 2 S-2 0,50 3 S-3 0,33 3 S-3 0,50 4 S-4 0,20 4 S-4 0,50 5 S-5 0,25 5 S-5 0,60 6 S-6 0,00 6 S-6 0,60 7 S-7 0,00 7 S-7 0,50 8 S-8 0,25 8 S-8 0,50 9 S-9 0,20 9 S-9 0,50

Kelas Kontrol Kelas Eksperimen No Nama

Siswa N-

Gain No Nama Siswa

N- Gain 10 S-10 0,00 10 S-10 0,33 11 S-11 0,50 11 S-11 0,50 12 S-12 0,33 12 S-12 0,50 13 S-13 0,33 13 S-13 0,50 14 S-14 0,20 14 S-14 0,60 15 S-15 0,33 15 S-15 0,50 Rata-rata 0,23 Rata-rata 0,50

Berdasarkan data pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa rata-rata peningkatan kemampuan pemahaman konsep membaca siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Rata- rata peningkatan kemampuan pemahaman konsep membaca siswa pada kelas kontrol sebesar 0,23 dan interpretasi peningkatannya tergolong rendah, sedangkan peningkatan kemampuan pemahaman konsep membaca siswa pada kelas eksperimen sebesar 0,50 dan interpretasi peningkatannya tergolong sedang.

Selain data peningkatan kemampuan pemahaman konsep membaca siswa, ada juga data peningkatan keterampilan membaca siswa antara kelas kontrol dan eksperimen yang digunakan untuk mengetahui perbedaan keterampilan membaca antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning berbantuan MMI- Tutorial dengan siswa yang tidak memperoleh pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning berbantuan MMI-Tutorial. Berikut peneliti sajikan data peningkatan keterampilan membaca siswa kelas kontrol dan eksperimen:

Tabel: Data Peningkatan Keterampilan Membaca Siswa Kelas Kontrol dan

Eksperimen

(8)

Kelas Kontrol Kelas Eksperimen No Nama

Siswa N-

Gain No Nama Siswa

N- Gain 1 S-1 0,07 1 S-1 0,50 2 S-2 0,12 2 S-2 0,55 3 S-3 0,04 3 S-3 0,52 4 S-4 0,07 4 S-4 0,47 5 S-5 0,04 5 S-5 0,39 6 S-6 0,07 6 S-6 0,36 7 S-7 0,10 7 S-7 0,37 8 S-8 0,04 8 S-8 0,45 9 S-9 0,07 9 S-9 0,37 10 S-10 0,10 10 S-10 0,60 11 S-11 0,12 11 S-11 0,39 12 S-12 0,07 12 S-12 0,35 13 S-13 0,04 13 S-13 0,42 14 S-14 0,11 14 S-14 0,30 15 S-15 0,12 15 S-15 0,36 Rata-rata 0,08 Rata-rata 0,43

Berdasarkan data pada tabel 4.7 dapat dilihat bahwa rata-rata peningkatan kemampuan keterampilan membaca siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Rata- rata peningkatan keterampilan membaca siswa pada kelas kontrol sebesar 0,08 dan interpretasi peningkatannya tergolong rendah, sedangkan peningkatan keterampilan membaca siswa pada kelas eksperimen sebesar 0,43 dan interpretasi peningkatannya tergolong sedang.

E. SIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah Kemampuan pemahaman konsep dan keterampilan membaca siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model discovery learning berbantuan MMI-Tutorial pada mata pelajaran Bahasa Inggris mengalami peningkatan. Kemampuan pemahaman konsep dan keterampilan membaca siswa yang tidak memperoleh pembelajaran dengan model discovery learning berbantuan MMI-Tutorial pada mata pelajaran Bahasa inggris mengalami peningkatan tetapi masih dibawah kriteria

ketuntasan minimal (KKM). Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman konsep dan keterampilan membaca antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning berbantuan MMI- Tutorial dengan siswa yang tidak memperoleh pembelajaran model discovery learning berbantuan MMI-tutorial.

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan yang telah dikemukakan, berikut ini disampaikan rekomendasi yaitu Penggunaan MMI dapat dijadikan sebagai alternatif atau media pembelajaran yang digunakan dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik, terutama dalam proses belajar mandiri baik di rumah maupun di sekolah. Hal tersebut sangat cocok karena multimedia pembelajaran interaktif dapat meningkatkan pemahaman peserta didik sehingga materi yang disampaikan dapat lebih mudah dipahami oleh peserta didik.

Dengan bekal keterampilan yang dimiliki, guru dapat senantiasa menggunakan multimedia pembelajaran interaktif dalam pembelajaran di sekolah maupun sebagai tugas belajar mandiri peserta didik di rumah. Guru dapat senantiasa meningkatkan kualitas proses pembelajaran secara inovatif yang dilatarbelakangi oleh pemanfaatan dari perkembangan teknologi.

F. REFERENSI

Abdulhak, dan Darmawan. (2017).

Teknologi Pendidikan. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Arikunto, Suharsimi. (2007). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik.

Jakarta : Rineka Cipta

Ariani, dkk. (2010). Pembelajaran Multimedia di Sekolah. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Arsyad. (2013). Media Pembelajaran.

Jakarta: PT Rajawali Persada.

Aunurrahman. (2011). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

(9)

Baharuddin. 2010. Pendidikan dan Psikologi Perkembangan. Jogjakarta:

Ar-Ruzz Media

Darmawan, D. (2013). Sistem Informasi Manajemen. Bandung: Rosda.

Darmawan, D. (2015). Teknologi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Darmawan, D. (2016). Mobile Learning:

Sebuah Aplikasi Teknologi Pembelajaran. Jakarta:

Rajagrafindo.

Darmawan, D. (2011). Teknologi Pembelajaran. Bandung: Rosda.

Darmawan, D. (2014). Inovasi Pendidikan:

Pendekatan Praktik Teknologi Multimedia Dan Pembelajaran Online. Bandung: Rosda.

Darmawan, D. (2014). Pengembangan E- Learning Teori dan Desain.

Bandung: Rosda.

Darmawan, D. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Darmawan, D. (2012). Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Darmawan, D., Kartawinata, H., Astorina, W. (2017). Development of Web- Based Electronic Learning System (WELS) in Improving the Effectiveness of the Study at Vocational High School “Dharma Nusantara. Journal of Computer Science 2018, 14 (4): 562.573. DOI:

10.3844/jcssp.2018. 562.573.

Darmawan, D., Suryadi, E, Wahyudin, D.

(2019). Smart Digital for Mobile Communication Through TVUPI Streaming for Higher Education.

International Journal of Interactive Mobile Technologies. Vol. 13, No.

5,2019.https://doi.org/10.3991/ijim.v 13i05.10286.

Darmawan, D., Ruyadi, Y., Abdu, W.J., Hufad, A., (2017). Efforts to Know the Rate at which Students Analyze and Synthesize Information in

Science and Social Science Disciplines: A Multidisciplinary Bio- Communication Study, OnLine Journal of Biological Sciences, Volume 17, Number 3 (2017) pp 226- 231.

Darmawan, D., Harahap, E. (2016).

Communication Strategy For Enhancing Quality of Graduates Nonformal Education Through Computer Based Test (CBT) in West Java Indonesia, International Journal of Applied Engineering Research, Volume 11, Number 15 (2016) pp 8641-8645.

D Darmawan, et al 2019 . ICMLS version 3.0 as a prototype of biocommunication model for revolutionary human numerical competences on vocational education practices. J. Phys.: Conf. Ser. 1402 077073.

Darmawan, D. (2020). Development of ICMLS Version 2 (Integrated Communication and Mobile Laboratory Simulator) To Improve 4.0 Century Industry Skills in Vocational Schools. International Journal Interactive Mobile Technologies. Vol.14, No.8, 2020. p.

97-113. https://doi.org/ 10.3991/ijim.

v14i08.12625

Darmawan, D., Kiyindou A,, Pascal, C., Setiawati, L., Risda, D. (2021).

Applied Bio-Communication For Language Competence. International Journal Of Scientific & Technology Research Vol. 10, Issue 02, February 2021.

Darmawan, D. (2012). Biological Communication Through ICT Implementation: New Paradigm in Communication and Information Technology for Accelerated Learning. Germany: Lambert Academic Publishing Germany.

Darmawan, D.(2012). Biological Communication Behavior through Information Technology

(10)

Implementation in Learning Accelerated. Int. J. Communications, Network and System Sciences, 2012, 5, 454-462 http://dx.doi.org/10.4236/

ijcns.2012.58056.

Darmawan, D dan Wahyudin, D. (2018).

Model Pembelajaran di Sekolah.

Bandung: Rosda.

Daryanto. (2010). Pengertian Multimedia Interaktif. Tersedia dalam laman ini:

http://lpmplampung.kemdikbud.go.id /po

content/uploads/_Pengembangan_M ultimedia_Interaktif_dengan_mengg unakan_pendekatan_kontekstual...._(

1).pdf. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2020.

Djauhari. (2017). Pengembangan Profesionalisme Guru: Menuju Indonesia Gemilang. Tersedia dalam

laman ini:

https://www.researchgate.net/publica tion/316735866_pengembangan_prof esionalisme_guru_menuju_indonesia _gemilang. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2020.

Duffy, and McDonald. (2014). Teaching and Learning with Technology. New York: Pearson.

Ghozali. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19 Edisi 5. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Haryadi, dan Zamzami. (2007).

Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Jakarta:

Depdikbud Dirjen Dikti.

Institut Pendidikan Indonesia. (2019).

Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah Tesis Program Studi Teknologi Pendidikan Konsentrasi Teknologi Pembelajaran Sekolah Pascasarjana IPI. Garut: IPI Garut.

Kementerian Pendidikan dan kebudayaan.

(2018). Buku Pegangan Siswa Bahasa Inggris Guru Kelas 9 Kurikulum 2013. Edisi Revisi 2018.

Jakarta: Pusat Perbukuan Nasional.

Kementerian Pendidikan dan kebudayaan.

(2018). Buku Pegangan Siswa Bahasa Inggris Siswa Kelas 9 Kurikulum 2013. Edisi Revisi 2018.

Jakarta: Pusat Perbukuan Nasional.

Munir. (2013). Multimedia; Konsep &

Aplikasi dalam Pendidikan. Bandung:

Alfabeta.

Nasution. (2010). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. PT Bumi Aksara, Jakarta.

Nasution. (2003). Teknologi Pendidikan.

Jakarta: Bumi Aksara

Rombepajung. (1988). Pengajaran dan pembelajaran Bahasa Asing. Jakarta:

Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sanjaya. (2012). Pengertian Minat Belajar Siswa. Tersedia dalam laman ini:

http://www.sarjanaku.com/2012/12/p engertian-minat-belajar-

siswamenurut.html. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2020.

Sanjaya, Wina. (2008). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran Jakarta:

Kencana Prenada Media Group Sudjana, Nana dan Ahmad Riva’i. (1989).

Teknologi Pengajaran. Bandung:

Sinar Barn

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta

Sukanta. (2014) Pengembangan Media Pembelajaran Multimedia Interaktif Kompetensi Dasar Teks Prosedur

(11)

Berbentuk Manual dan Kiat-kiat Bahasa Inggris Siswa Kelas XI SMK di Bandar Lampung. Tersedia dalam laman

ini:https://media.neliti.com/media/pu blications/192388-ID-

pengembangan-media-pembelajaran- multimed.pdf. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2020.

Sundayana. (2018). Statistika Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Surjono. (2014). Pengembangan Multimedia Pembelajaran Bahasa Inggris untuk SMK. Tersedia dalam

laman ini:

https://www.researchgate.net/publica tion/328454514_Pengembangan_mul timedia_pembelajaran_bahasa_ingg ris_untuk_SMK. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2020.

Surya, Mohamad. 2015. Strategi Kognitif dalam Proses Pembelajaran.

Bandung: Alfabeta.

Tim Penyusun PPKI. (2019). Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah: Tesis.

Garut : STKIP Garut

Permendikbud Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2014 tentang Standar Proses.

Permendikbud Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2014 tentang Standar Penilaian.

Referensi

Dokumen terkait

Masih ada kendala-kendala yang dialami oleh siswa selama mengikuti pembelajaran matematika dengan peneliti menerapkan metode inkuiri pada pokok bahasan fungsi, di antaranya adalah

[r]

Sedangkan untuk perkembangan DAU, total peningkatannnya adalah 569,63% dengan rata-rata peningkatan sebesar 56,96 % untuk peningkatan DAU tertinggi diperoleh Kabupaten Lampung

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keragaman gen hormon pertumbuhan (GH- Msp I) intron 3 pada kerbau lokal dengan metode PCR-RFLP yang dapat dijadikan sebagai

Lokasi penelitian yang berada di Perumahan Grand Puri Bunga Nirwana, merupakan bekas daerah persawahan yang sedang tahap pembangunan untuk dijadikan daerah

Tujuan dari hukum acara pidana itu sendiri adalah untuk mencari dan mendapatkan, atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran materiil. Definisi dari kebenaran materiil

PENGARUH PENAMBAHAN KAPUR Ca(OH)2 DAN ABU SEKAM PADI PADA TANAH LEMPUNG (CLAY) A-7-6 TERHADAP NILAI CBR TANAH DASAR (SUBGRADE).. PADA

Hal ini menunjukkan bahwa 3 dari 6 informan yang mengaku mengalami kehamilan yang tidak diinginkan menyatakan bahwa pasangannya mau bertanggung jawab, sedangkan pada 2 informan