• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Terapi Hijamah Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Rumah Sehat Wahida Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Terapi Hijamah Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Rumah Sehat Wahida Medan"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh

Suprapto Indrayanto 131121033

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

telah memberikan nikmat kesehatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Laporan Penelitian dengan judul “Pengaruh Terapi Hijamah Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Rumah Sehat Wahida Medan”.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian Laporan Penelitian ini, sebagai berikut :

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes. Selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, S. Kp., MNS. Selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan, bimbingan maupun saran serta dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian.

3. Ibu Evi Karota Bukit, S. Kp., MNS. Selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Ikhsanuddin A. Harahap, S. Kp., MNS. Selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Penguji I. 5. Ibu Yesi Ariani, S.Kep., Ns., M.Kes. Selaku Dosen Penguji II.

(4)

7. Orang tua serta seluruh keluarga penulis yang telah banyak memberikan motifasi dan dukungan kepada penulis baik moril maupun material sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini dengan baik.

8. Seluruh rekan-rekan seperjuangan Fakultas Keperawatan Program S1 Keperawatan Ekstensi 2013 dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan motifasi dan dukungan kepada penulis.

Medan, Februari 2015 Penulis

(5)

Halaman Judul ... i

(6)

2.2.3. Manfaat Terapi Hijamah ... 26

2.2.4. Waktu Paling BaikUntuk Melakukan Hijamah ... 27

2.2.5. Titik-Titik Hijamah Dan Manfaatnya ... 28

2.2.6. Kontra Indikasi Hijamah ... 30

BAB 3 Kerangka Konseptual ... 34

3.1. Kerangka Konsep ... 34

3.2. Definisi Operasional ... 34

BAB 4 Metodologi Penelitian ... 36

4.1. Desain Penelitian ... 36

4.2. Populasi dan Sampel ... 36

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37

4.4. Pertimbangan Etik ... 37

4.5. Instrumen Penelitian ... 38

4.6. Metode pengumpulan Data ... 39

4.7. Analisa Data ... 41

BAB 5 Hasil dan Pembahasan ... 42

5.1. Hasil Penelitian ... 42

5.2. Pembahasan ... 44

BAB 6 Kesimpulan dan Saran ... 49

6.1. Kesimpulan ... 49

6.2. Saran ... 50

Daftar Pustaka ... 51

(7)

Tabel 2.1. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut ESH-2007 ... 15

Tabel 2.2. Komplikasi Hipertensi ... 17

Tabel 2.3. Titik-Titik Hijamah dan Manfaatnya ... 28

Tabel 3.1. Defenisi Operasional ... 35

Tabel 5.1.1.Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik .. 42

Tabel 5.1.2. Nilai Rata-Rata Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Terapi Hijamah ... 43

(8)

viii 

(9)

Lampiran 1 : Survei Awan ... 54

Lampiran 2 : Izin Survei Awal ... 55

Lampiran 3 : Persetujuan Komisi Etik Penelitian Kesehatan ... 56

Lampiran 4 : Izin Penelitian ... 57

Lampiran 5 : Selesai Penelitian ... 58

Lampiran 6 : Informed Consent ... 59

Lampiran 7 : Jadwal Tentatif Penelitian ... 60

Lampiran 8 : Taksasi Dana ... 61

Lampiran 9 : Lembar Observasi Tekanan Darah Sebelum dan Sudah Dilakukan Terapi Hijamah ... 60

Lampiran 10 : Tabel Master Data Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Dilakukan Terapi Hijamah ... 63

Lampiran 11 : Hasil Penelitian Data SPSS ... 65

Lampiran 12 : Alat-Alat dan Bahan Hijamah ... 74

Lampiran 13 : Teknik Melakukan Hijamah Basah ... 75

Lampiran 14 : Standar Operasional Prosedur Hijamah (SOPH) ... 78

Lampiran 15 : Daftar Riwayat Hidup ... 81

(10)

Nama Mahasiswa : Suprapto Indrayanto

NIM : 131121033

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2014/2015

Abstrak

Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Berbagai upaya penatalaksanaan hipertensi sudah dilakukan secara pengobatan medis maupun alternatif dan komplementer. Terapi hijamah adalah salah satu terapi komplementer yang digunakan untuk menurunkan tekanan darah. Hijamah merupakan metode pengobatan dengan cara mengeluarkan racun dari dalam darah melalui sayatan di permukaan kulit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi hijamah terhadap tekanan darah pada penderita tekanan darah tinggi di Rumah Sehat Wahida Medan. Desain penelitian ini menggunakan deskriptif komparatif dengan pendekatan retrospektif. Data sekunder penderita hipertensi yang diberikan terapi hijamah dikumpulkan dengan cara melihat catatan medik. Dari paired t test

menunjukkan adanya penurunan tekanan darah yang signifikan pada responden setelah dilakukan terapi hijamah dengan p value sistol=0,00 dan p value

diastol=0,00 (α=0,01). Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa terapi hijamah dapat digunakan sebagai terapi simptomatik untuk menurunkan tekanan darah pada penderita tekanan darah tinggi.

(11)

Researchers : Suprapto Indrayanto

NIM : 131121033

Majors : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Year : 2014/2015

Abstract

Hypertension is blood pressure which more than 140 mmHg for sistolic and more than 90 mmHg for diastolic. A variety effort and alternative or complementary has bein done by medical cure to manage hypertension. Hijamah therapy is one of complementary therapy to decrease blood pressure. Hijamah therapy is a medical method that keep our poisoning substances from the blood by making incision at skin surface. The obyective of the study identified the effect of hijamah’s therapy in reducing high blood pressure of hypertension patient ad the healthy house of Wahida. This study design was descriptive comparative with retrospective approach. Secondary data of hypertension patients that undergoned hijamah therapy were collected by reviewing medical records. The results of paired t test should that there was a decrease of blood pressure significantly, after hijamah therapy which p-value of sistole and diastole were 0,00 (α=0,01). Based on study results it was conclude that hijamah therapy might be used as symptomatic therapy to decrease high blood pressure of hypertension patients.

(12)

Nama Mahasiswa : Suprapto Indrayanto

NIM : 131121033

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2014/2015

Abstrak

Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Berbagai upaya penatalaksanaan hipertensi sudah dilakukan secara pengobatan medis maupun alternatif dan komplementer. Terapi hijamah adalah salah satu terapi komplementer yang digunakan untuk menurunkan tekanan darah. Hijamah merupakan metode pengobatan dengan cara mengeluarkan racun dari dalam darah melalui sayatan di permukaan kulit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi hijamah terhadap tekanan darah pada penderita tekanan darah tinggi di Rumah Sehat Wahida Medan. Desain penelitian ini menggunakan deskriptif komparatif dengan pendekatan retrospektif. Data sekunder penderita hipertensi yang diberikan terapi hijamah dikumpulkan dengan cara melihat catatan medik. Dari paired t test

menunjukkan adanya penurunan tekanan darah yang signifikan pada responden setelah dilakukan terapi hijamah dengan p value sistol=0,00 dan p value

diastol=0,00 (α=0,01). Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa terapi hijamah dapat digunakan sebagai terapi simptomatik untuk menurunkan tekanan darah pada penderita tekanan darah tinggi.

(13)

Researchers : Suprapto Indrayanto

NIM : 131121033

Majors : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Year : 2014/2015

Abstract

Hypertension is blood pressure which more than 140 mmHg for sistolic and more than 90 mmHg for diastolic. A variety effort and alternative or complementary has bein done by medical cure to manage hypertension. Hijamah therapy is one of complementary therapy to decrease blood pressure. Hijamah therapy is a medical method that keep our poisoning substances from the blood by making incision at skin surface. The obyective of the study identified the effect of hijamah’s therapy in reducing high blood pressure of hypertension patient ad the healthy house of Wahida. This study design was descriptive comparative with retrospective approach. Secondary data of hypertension patients that undergoned hijamah therapy were collected by reviewing medical records. The results of paired t test should that there was a decrease of blood pressure significantly, after hijamah therapy which p-value of sistole and diastole were 0,00 (α=0,01). Based on study results it was conclude that hijamah therapy might be used as symptomatic therapy to decrease high blood pressure of hypertension patients.

(14)

1.1. Latar Belakang

Hipertensi merupakan penyakit kronis serius yang dapat merusak organ tubuh. Hipertensi merupakan akibat dari pola hidup yang salah dan beban fikiran yang semakin meningkat. Hipertensi tidak lagi diderita kaum lanjut usia, namun juga telah diderita usia dewasa bahkan usia remaja.

Menurut WHO (2001) dalam Hamzah (2012), penyakit tidak menular khususnnya hipertensi telah menyumbang 3 juta kematian. Pada tahun 2005 dimana 60% kematian diantaranya terjadi pada penduduk berumur di bawah 70 tahun. Penyakit tidak menular yang cukup banyak mempengaruhi angka kesakitan dan angka kematian dunia adalah penyakit kardiovaskuler seperti hipertensi. Pada tahun 2005, kematian yang disebabkan oleh tekanan darah tinggi sebesar 28% dari seluruh kematian yang terjadi di kawasan Asia Tenggara.

Di Indonesia, dalam rentang 2005-2010 terjadi kenaikan prevalensi hipertensi dari 8,3% menjadi 21%. Pada tahun 2015 prevalensi hipertensi sebesar 37%. Diperkirakan pada tahun 2025 terjadi 80% kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang. Dari 639 juta kasus di tahun 2000, diperkirakan akan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025, di perkirakan menjadi 42% (Dewi, 2013).

(15)

Teknologi pengobatan semenjak dahulu berubah berjalan seiring dengan perkembangan peradaban kehidupan manusia. Manusia akrab dengan berbagai penyakit ringan maupun berat. Keinginan untuk terhindar dari berbagai penyakit itulah yang mendorong manusia berupaya dalam mencari berbagai metode pengobatan. Mulai dari pengobatan konvensional yang menggunakan obat-obat kimia hingga operasi atau pembedahan serta yang sifatnya alternatif seperti akupresure dan akupuntur. Untuk pengobatan hipertensi khususnya untuk menurunkan tekanan darah secara komvensional obat yang digunakan adalah jenis obat anti hipertensi seperti deuretik, β-bloker, calcium antagonis, ACE Inhibitor. Sedangkan salah satu trend pengobatan alternatif kontemporer yang sedang berkembang di Indonesia adalah hijamah. Di Indonesia, terapi ini juga dikenal dengan beberapa nama seperti canduk, canthuk, kop. Dalam bahasa Inggris hijamah disebut cupping sedangkan dalam bahasa Mandarin disebut pa hou kuan. Istilah medis yang digunakan untuk hijamah adalah Oxidant Release Therapy atau

Oxidant Drainage Therapy atau istilah yang lebih popular adalah detoksifikasi (Arifianto, 2013)

(16)

terganggu dan berkurang sehingga berakibat tekanan darah terganggu atau meningkat. Dengan dikeluarkan oksidan yang menekan di daerah tengkuk dan membuat sempit pembuluh darah, spontan keluhan pusing dan pundak yang kaku akan hilang (Susiyanto, 2013).

Prinsip dari hijamah itu sendiri berupa perangsangan pada titik saraf tubuh seperti halnya pengobatan akupuntur. Tetapi dalam akupuntur yang dihasilkan hanyalah perangsangan, sedangkan hijamah selain dirangsang juga terjadi pergerakan aliran darah (Arifianto, 2013).

Amani (2004) dalam Arifianto (2013), mengatakan mekanisme kerja terapi bekam terjadi di bawah kulit dan otot yang terdapat banyak titik saraf. Titik-titik ini saling berhubungan antara organ tubuh satu dengan lainnya sehigga hijamah dilakukan tidak selalu pada bagian tubuh yang sakit namun pada titik simpul saraf terkait. Hijamah juga menjadikan mikrosirkulasi pembuluh darah sehingga timbul efek relaksasi pada otot sehingga dapat menurunkan tekanan darah.

Selain itu, Arifianto (2013) mengatakan bahwa hijamah merupakan operasi sederhana yang dapat mengobati penyakit-penyakit kronis yang tidak sanggup lagi ditangani oleh ahli medis.

Mustika (2012) dalam penelitiannya, menunjukkan bahwa terapi hijamah dapat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Dimana hasil dari pengukuran tekanan darah siastolik dan diastolic pasien hipertensi sebelum dan setelah terapi hijamah dengan nilai p 0,000 (sistolik) dan 0,003 (diastolik).

(17)

rata-rata dalam satu tahun adalah 16 kasus baru yang datang ke Rumah Sehat Wahida Medan. Pada tahun 2014 menunjukkan adanya kecenderungan meningkat. Terlihat dalam rentang trimester pertama (Januari – April) sudah ada 14 penderita hipertensi.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: ”apakah ada pengaruh terapi hijamah terhadap tekanan darah pada penderita tekanan darah tinggi di Rumah Sehat Wahida Medan”.

1.3. Hipotesis

1.3.1.Hipotesis Nol (Ho)

Tidak ada pengaruh terapi hijamah terhadap tekanan darah pada penderita tekanan darah tinggi.

1.3.2. Hipotesis Alternatif (Ha)

Ada pengaruh terapi hijamah terhadap tekanan darah pada penderita tekanan darah tinggi.

1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1.Tujuan Umum

Untuk mengetahui apakah ada pengaruh terapi hijamah terhadap tekanan darah pada penderita tekanan darah tinggi di Rumah Sehat Wahida Medan.

1.4.2.Tujuan Khusus

(18)

1.4.2.2.Untuk mengidentifikasi nilai rata-rata, standar deviasi, minimum dan maximum tekanan darah responden sebelum dan sesudah dilakukan terapi hijamah.

1.4.2.3.Untuk mengidentifikasi ada tidaknya penurunan nilai rata-rata tekanan darah responden sesudah dilakukan terapi hijamah.

1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1.Pendidikan Keperawatan

Sebagai bahan referensi tambahan tentang terapi hijamah dalam menurunkan tekanan darah.

1.5.2.Pelayanan Keperawatan

Sebagai umpan balik dalam meningkatkan pelayanan terhadap penderita hipertensi khususnya yang menggunakan terapi hijamah.

Sebagai tambahan intervensi untuk menurunkan tekanan darah penderita. 1.5.3.Penelitian Keperawatan

(19)

2.1. Hipertensi 2.1.1.Definisi

Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg (Mansjoer dkk, 1999).

Tekanan darah (blood pressure) merupakan hasil pengukuran dari tekanan yang ditimbulkan oleh darah pada dinding arteri ketika darah yang berada di jantung akan dipompakan ke seluruh tubuh dengan hasil ukur sistolik dan diastolik. Faktor-faktor yang turut mempengaruhi tekanan darah adalah tahanan perifer, curah jantung, volume darah, aliran balik vena, viskositas darah dan elastisitas dinding arteri. Ada dua jenis tekanan darah; tekanan sistolik yang menggambarkan tekanan tertinggi dalam ventrikel kiri pada waktu sistol, dan tekanan diastolic yang merupakan tekanan terendah ketika ventrikel terisi selama diastole. Kedua tekanan ini diukur secara tidak langsung dalam arteri braklialis dengan menggunakan stetoskop serta sphygmomanometer dengan merek riester

(20)

2.1.2.Epidemiologi

Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak, penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di dunia. Semakin meningkatnya populasi usia lanjut, maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga akan bertambah. Diperkirakan sekitar seperempat jumlah penduduk di Indonesia tahun 2014 berkisar 253,6 juta jiwa menderita hipertensi dengan kisaran 31,7%, lebih dari 80.3 juta penduduk Indonesia (BPJS Kesehatan, 2014).

Menurut Dewi (2013), Hipertensi adalah gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas normal yaitu 140/90 mmHg. Kecenderungan peningkatan prevalensi menurut peningkatan usia. Prevalensi 6-15% pada orang dewasa sebagai proses degeneratif, hipertensi hanya ditemukan pada golongan orang dewasa. Banyak penderita hipertensi di perkirakan sebesar 15 juta penduduk Indonesia yang control hanya 4%. Terdapat 50% penderita hipertensi tidak menyadari dirinya sebagai penderita hipertensi. Terdiri dari 70% adalah hipertensi ringan dan 90% hipertensi esensial, hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya.

2.1.3.Etiologi

(21)

oleh faktor primer yang diketahui yaitu seperti kerusakan ginjal, gangguan obat tertentu, stres akut, kerusakan vaskuler dan lain-lain. Adapun penyebab paling umum pada penderita hipertensi maligna adalah hipertensi yang tidak terobati. Risiko relatif hipertensi tergantung pada jumlah dan keparahan dari faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor-faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain faktor genetik, umur, jenis kelamin, dan etnis. Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi meliputi stres, obesitas dan nutrisi (Levanita, 2011).

Menurut Zuraidah, dkk (2012) faktor resiko terjadinya hipertensi, adalah antara lain:

1. Obesitas (kegemukan)

Merupakan ciri khas penderita hipertensi. Walaupun belum diketahui secara pasti hubungan antara hipertensi dan obesitas, namun terbukti daya pompa jantungdan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dari pada penderita hipertensi dengan berat badan normal.

(22)

terjadi penimbunan lemak yang berlebihan di jaringan lemak tubuh, dan dapat mengakibatkan terjadinya beberapa penyakit. Parameter yang umum digunakan menentukan keadaan tersebut adalah indeks masa tubuh seseorang 25-29,9 kg/m2.

Obesitas terutama tipe sentral/abdominal atau sering dihubungkan dengan beberapa keadaan seperti diabetes melitus, hiperlipidemia, penyakit jantung, hipertensi, penyakit hepatobiliar dan peningkatan resiko mortalitas dan morbiditas. Swedish Obese Study (1999) mendapatkan kejadian pada 13,6% populasi obesitas sedangkan Tromo study membuktikan adanya hubungan antara peningkatan indeks massa dengan peningkatan tekanan darah baiik pada laki-laki dan wanita. Peningkatan resiko ini juga sering dengan peningkatan waist hip-rasio (WHR) dan waist circumference dimana dikatakan resiko tinggi bila memiliki WHR ≥ 0,95 untuk laki-laki dan ≥ 0,85 untuk wanita, serta waistcircumference > 102 cm untuk laki-laki dan > 88 cm untuk wanita. Laki-laki memiliki resiko angka kejadian penyakit kardiovaskular yang lebih tinggi dibandingkan wanita. Hal ini disebabkan adanya perbedaan distribusi lemak tubuh antara laki-laki dan wanita. Pada laki-laki distribusi lemak tubuh terutama pada daerah abdomen sedangkan pada wanita lebih banyak pada daerah gluteal dan femoral.

(23)

yang lebih utama. Hal ini dapat dilihat dari terjadinya peningkatan prevalensi obesitas dari tahun ke tahun tanpa adanya perubahan genetik, selain itu pada beberapa populasi/ras dengan genetik yang sama mempunyai angka prevalensi yang sangat berbeda. Mereka berkesimpulan walaupun faktor genetik berperan tetapi faktor lingkungan mempunyai andil yang sangat besar. Saat ini dugaan yang sangat mendasari timbulnya hipertensi pada obesitas berhubungan dengan hiperinsulinemia, resistensi insulin dan

sleep apnea syndrome, akan tetapi pada tahun-tahun akhir ini terjadi pergeseran konsep, dimana dugaan terjadi perubahan neurohormonal yang mendasari kelainan ini. Hal ini mungkin disebabkan karena kemajuan pengertian tentang obesitas yang berkembang pada tahun-tahun terakhir ini dengan ditemukannya leptin.

Perubahan berat badan juga merupakan salah satu faktor penting pada

(24)

2. Stres

Diduga melalui aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas). Peningkatan aktivitas saraf simpatis mengakibatkan meningkatkan tekanan darah secara intermitten (tidak menentu).

Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis, yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Apabila stress menjadi berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menjadi tetap tinggi.

Menurut Arieska Ann Soenarta ,2008 dalam Zuraidah, dkk (2012) menyatakan bahwa stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung. Sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatetik. Adapun stress ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal.

3. Keturunan (genetik)

(25)

tahun akan timbul tanda dan gejala hipertensi dengan kemungkinan komplikasinya. Orang-orang dengan riwayat keluarga yang mempunyai penyakit tidak menular lebih sering menderita penyakit yang sama. Jika ada riwayat keluarga dekat yang mempunyai faktor keturunan hipertensi, akan memepertinggi risiko terkena hipertensi pada keturunannya. Keluuarga yang memiliki riwayat hipertensi akan meningkatkan risiko hipertensi sebesar 4 kali lipat.

Dari data statistik terbukti bahwa seseorangmemiliki kemungkinan lebih besar mendapatkan penyakit tidak menular jika orang tuanya penderita PTM. Jika seorang dari orang tua memberi PTM, maka kemungkinan sepanjang hidup keturunannya mempunyai peluang 25% terserang penyakit tersebut. Jika kedua orang tua mempunyai penyakit tidak menular maka kemungkinan mendapatkan penyakit tersebut sebesar 60%.

4. Jenis kelamin (gender)

Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi dari pada wanita. Hipertensi berdasarkan jenis kelamin ini dapat pula dipengaruhi oleh faktor psikologis. Pada wanita seringkali dipicu oleh perilaku yang tidak sehat (merokok, kelebihan berat badan), depresi dan rendahnya stastus pekerjaan. Sedangkan pada pria lebih berhungan dengan pekerjaan, seperti perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan dan pengangguran.

(26)

ibu rumah tangga apalagi ibu rumah tangga yang bekerja dengan tingakat stress yang tinggi.hipertensi essensial mulai terjadi seiring bertambahnya umur. Pada populasi umum, pria lebih banyak yang menderita penyakit ini dari pada wanita (39% pria dan 31% wanita). Prevalensi hipertensi pada wanita sebesar 22%-39% yang dimulai dari umur 50 sampai lebih dari 80 tahun, sedangkan pada wanita berumur kurang dari 85 tahun prevlensinya sebesar 22% dan meningkat sampai 52% pada wanita berumur lebih dari 85 tahun (Trenkwalder P et al,2004 dalam Zuraidah dkk, 2012).

5. Usia

Dengan semakin bertambahnya usia, kemungkinan seseorang menderita hipertensi juga semakin besar. Penyakit tidak menular tertentu seperti penyakit kardiovaskular, diabetes mellitus, dan lain-lain erat kaitannya dengan umur. Semakin tua seseorang maka semakin besar risiko terserang penyakit tersebut. Umur > 40 tahun mempunyai risiko terkena hipertensi dan penyakit DM. Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40% dengan kematian sekitar 50% diatas umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan serta tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Peningkatan kasus hipertensi akan berkembang pada umur lima puluhan dan enam puluhan.

(27)

perubahan alami pada jantung, pembuluh darah, dan hormon. Hanya saja perubahan ini disertai faktor-faktor lain maka bisa memicu terjadinya hipertensi.

6. Asupan garam

Melalui peningktan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah yang akan diikuti oleh peningkatan ekskresi kelebihan garam sehingga kembali pada keadaan hemodinamik (sistem perdarahan) yang normal. Pada hipertensi essensial mekanisme inilah yang terganggu.

Arieska Ann Soenarta, (2008) dalam Zuraidah dkk, (2012) menyatakan bahwa Sodium adalah penyebab dari hipertensi essensial, asupan garam yang tinggi akan menyebabkan pengeluaran berlebihan dari hormon natriouretik yang secara tidak langsung akan meningkatkan tekanan darah. Sodium secara eksperimental menunjukkan kemampuan untuk menstimulasi mekanisme vasopressor pada susunan syaraf pusat.

7. Gaya hidup yang kurang sehat

Walaupun tidak terlalu jelas hubungannya dengan hipertensi namun kebiasaan merokok, minum minuman beralkohol dan kurang berolah raga dapat pula mempengaruhi peningkatan tekanan darah.

Adapun gejala klinis yang dialami oleh para penderita hipertensi biasanya berupa: - Pusing

(28)

- Sesak napas

- Rasa berat di tengkuk - Mudah lelah

- Mata berkunang-kunang - Mimisan (jarang dilaporkan) 2.1.4.Klasifikasi

Tekanan darah diklasifikasikan berdasarkan pada pengukuran rata-rata dua kali atau lebih pengukuran pada dua kali atau lebih kunjungan.

Tabel 2.1. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut ESH-2007

Kategori Sistol (mmHg) Disatol (mmHg)

Optimal < 120 dan < 80

Sumber : Bandira, 2009

Pedoman menurut ESH-2007 menetapkan stratifikasi risiko sebagai dasar rekomendasi pengobatan hipertensi. Stratifikasi risikopada ESH-2007 hampir sama dengan ESH-2003 diambil dari pedoman WHO/ISH-2003 dengan memasukkan kelompok normal dan normal tinggi di samping hipertensi derajat 1,2,dan 3.

2.1.5.Patofisiologi

(29)

renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama. Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.

(30)

stress dapat berinteraksi untuk memunculkan gejala hipertensi. Perjalanan penyakit hipertensi esensial berkembang dari hipertensi yang kadangkadang muncul menjadi hipertensi yang persisten. Setelah periode asimtomatik yang lama, hipertensi persisten berkembang menjadi hipertensi dengan komplikasi, dimana kerusakan organ target di aorta dan arteri kecil, jantung, ginjal, retina dan susunan saraf pusat.

Progresifitas hipertensi dimulai dari prehipertensi pada pasien umur 10-30 tahun (dengan meningkatnya curah jantung) kemudian menjadi hipertensi dini pada pasien umur 20-40 tahun (dimana tahanan perifer meningkat) kemudian menjadi hipertensi pada umur 30-50 tahun dan akhirnya menjadi hipertensi dengan komplikasi pada usia 40-60 tahun (Levanita, 2011).

2.1.6.Komplikasi

Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit jantung, gagal jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit ginjal.

Hipertensi yang tidak diobati akan mempengaruhi semua sistem organ dan akhirnya memperpendek harapan hidup sebesar 10-20 tahun. Dengan pendekatan sistem organ dapat diketahui komplikasi yang mungkin terjadi akibat hipertensi, yaitu terdapat pada tabel 2.4 dibawah ini:

Tabel 2.2. Komplikasi Hipertensi

Sistem organ Komplikasi Komplikasi Hipertensi

Jantung Gagal jantung kongestif

Angina pectoris

Infark miokard

Sistem saraf pusat Ensefalopati hipertensif

Ginjal Gagal ginjal kronis

Mata Retinopati hipertensif

(31)

Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang mengenai mata, ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada hipertensi berat selain kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma yang dapat mengakibakan kematian. Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara (Transient Ischemic Attack/TIA) (Levanita, 2011).

2.1.7.Penatalaksanaan

Menurut Levanita (2011), tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah:

1. Target tekanan darah yatiu <140/90 mmHg dan untuk individu berisiko tinggi seperti diabetes melitus, gagal ginjal target tekanan darah adalah <130/80 mmHg.

2. Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler. 3. Menghambat laju penyakit ginjal.

Terapi dari hipertensi terdiri dari terapi non farmakologis dan farmakologis seperti penjelasan dibawah ini.

1. Terapi Non Farmakologis

a. Menurunkan berat badan bila status gizi berlebih.

(32)

b. Meningkatkan aktifitas fisik.

Orang yang aktivitasnya rendah berisiko terkena hipertensi 30-50% daripada yang aktif. Oleh karena itu, aktivitas fisik antara 30-45 menit sebanyak >3x/hari penting sebagai pencegahan primer dari hipertensi. c. Mengurangi asupan natrium.

Apabila diet tidak membantu dalam 6 bulan, maka perlu pemberian obat anti hipertensi oleh dokter.

d. Menurunkan konsumsi kafein dan alkohol

Kafein dapat memacu jantung bekerja lebih cepat, sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya. Sementara konsumsi alkohol lebih dari 2-3 gelas/hari dapat meningkatkan risiko hipertensi.

2. Terapi Farmakologis

Penatalaksanaan farmakologis adalah penatalaksanaan hipertensi dengan menggunakan obat-obatan kimiawi, seperti jenis obat anti hipertensi. Ada berbagai macam jenis obat anti hipertensi pada penatalaksanaan

farmakologis, yaitu: a. Diuretika

(33)

tekanan darah secara perlahan-lahan mengalami penurunan karena hanya ada fluida yang sedikit di dalam sirkulasi dibandingkan dengan sebelum menggunakan diuretik. Selain itu, jumlah garam di dinding pembuluh darah menurun sehingga menyebabkan pembuluh darah membesar. Kondisi ini membantu tekanan darah menjadi normal kembali, misalnya : jenis thiazide (Thiaz) atau aldosteron antagonis. 

b. Beta Blocker 

Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya pompa jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial. Pemberian β-bloker tidak dianjurkan pada penderita gangguan pernapasan seperti asma bronkial karena pada pemberian β -bloker dapat mengkambat reseptor beta 2 di jantung lebih banyak dibandingkan reseptor beta 2 di tempat lain. Penghambatan beta 2 ini dapat membuka pembuluh darah dan saluran udara (bronki) yang menuju ke paru-paru. Sehingga penghambatan beta 2 dari aksi pembukaan ini dengan β-bloker dapat memperburuk penderita asma.

c. Calcium Chanel Blocker atau Calcium Antagonist 

(34)

menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini adalah : Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah : sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah.

d. Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI)

Obat ini bekerja melalui penghambatan aksi dari sistem renin-angiotensin. Efek utama ACE inhibitor adalah menurunkan efek enzim pengubah angiotensin (angiotensin-converting enzym). Kondisi ini akan menurunkan perlawanan pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah.

2.2. Hijamah 2.2.1.Definisi

Hijamah adalah pengobatan yang sudah dikenal sejak ribuan tahun sebelum masehi. Nama lainnya adalah bekam, canduk, canthuk, kop, mambakan di Eropa dikenal dengan istilah “Cuping Therapeutic Method”. Dalam bahasa Mandarin disebut Pa Hou Kuan (Kasmui, 2010).

Kata “Hijamah” berasal dari bahasa Arab, dari kata Al hijmu yang berarti pekerjaan membekam. Al Hajjam berarti ahli hijamah. Al Hijmu berarti menghisap atau menyedot. Al Hajjam sama dengan Al Mashshah, yaitu tukang menghisap atau tukang menyedot. Sedangkan Al Mihjam atau Al Mihjamah

(35)

Kesimpulan definisi hijamah menurut bahasa adalah ungkapan tentang menghisap darah dan mengeluarkannya dari permukaan kulit, yang kemudian ditampung di dalam gelas hijamah, yang menyebabkan pemusatan dan penarikan darah di sana, lalu dilakukan penyayatan permukaan kulit dengan pisau bedah, guna untuk mengeluarkan darah (Kasmui, 2010)

Hijamah merupakan metode pengobatan dengan cara mengeluarkan darah kotor dari dalam tubuh melalui permukaan kulit. Yang dimaksud darah kotor adalah darah yang mengandung racun atau darah statis yang menyumbat peredaran darah, mengakibatkan sistem peredaran darah dalam tubuh tidak berjalan sebagaimana adanya, sehingga menyebabkan terganggunya kesehatan seseorang, baik fisik maupun mental (Umar, 2013).

Hijamah merupakan metode pengobatan Nabawi dengan cara mengeluarkan toksin dalam tubuh atau unsur-unsur yang tidak dikehendaki keberadaannya dalam tubuh, melalui torehan tipis di kulit (Suhardi & Syafa’ah, 2010).

2.2.2.Terapi Hijamah Untuk Pengobatan Hipertensi

Dalam terapi hijamah terdiri atas 5 jenis yaitu hijamah kering (dry cupping), hijamah basa (wet cupping), hijamah luncur (sliding cupping), hijamah tarik, dan hijamah api.

(36)

1. Hijamah Basah (Wet Cupping)

Permukaan kulit “dibuka” (ditusuk-tusuk jarum/ditoreh), kemudian disedot untuk menarik darah yang tercampur toksin. Biasanya setelah dihijamah basah pasien akan merasa lega dan ringan badannya.

Tata cara hijamah basah :

a. Sebelum proses hijamah dilakukan sebaiknya terapis dan pasien yang akan dihijamah terlebih dahulu mengambil air wudhu, kemudian ukur tekanan darah. Selanjutnya lakukan pemijatan / urut seluruh tubuh dengan minyak habbats atau but-but atau zaitun selama 5-10 menit, agar peredaran darah menjadi lancar dan pengeluaran toksid menjadi optimal.

(37)

merangsang syaraf aferen simpatik yang berefek menekan rasa nyeri (anastesi alami).Pada system endokrin terjadi pengaruh pada system sentral melalui hypothalamus dan pituitary sehingga menghasilkan ACTH, TSH, FSH-LH, ADM. Sedangkan melalui system perifer langsung berefek pada organ untuk menghasilkan hormon-hormon seperti insulin, thyroxin, adrenalin, corticotrophin, estrogen, progesteron, testosteron. Hormon-hormon inilah yang bekerja di tempat jauh dari yang dihijamah.

c. Sebelum dilakukan penyayatan hendaknya terapis dan pasien membaca doa untuk kesehatan. Kemudian lepas gelas hijamah tersebut, basuh kulit dengan betadine untuk membersihkan permukaan kulit yang akan dihijamah dari kuman, lakukan penyayatan dengan lancet/ jarum/ pisau bedah, sayatan disesuaikan dengan diameter/ lingkaran gelas tersebut, lalu hisap dengan alat cupping set dan hand pump untuk menyedot darah kotor. Hisap/ vacum sebanyak 3-5 kali pompa (disesuaikan dengan ketahanan pasien) dan biarkan selama 3-5 menit.

d. Buang darah yang kotor (pada cawan yang telah disiapkan), kemudian lakukan hijamah lagi pada tempat yang sama. Biarkan 2-3 menit, lakukan hal ini sampai 3 kali dan maksimal 5 kali hingga cairan plasma keluar. e. Setelah selesai bekas hijamah diberi anti septik /minyak But-but, agar

(38)

f. Hijamah dapat dilakukan tiap hari pada titik-titik yang berbeda-beda dan berikan jangka waktu 2-3 pekan untuk titik yang sama. Atau 4 pekan sekali melakukan hijamah.Sebaiknya dilakukan diagnosa sebelum hijamah agar dicapai suatu ketepatan dalam pengobatan dan tidak membahayakan pasien.

2. Hijamah Luncur (Sliding Cupping)

Untuk merangsang mikrosirkulasi darah kapiler dibawah kulit, disamping berguna untuk menarik angin. Biasa dilakukan pada langka awal sebelum dilakukan hijamah basah.

Metode ini sebagai ganti kerokan yang dapat membahayakan kulit karena dapat merusak pori-pori. Tindakan ini bermanfaat untuk membuang angin pada tubuh, melemaskan otot-otot dan melancarkan peredaran darah.

Cara hijamah luncur :

a. Urut seluruh badan bagian belakang dengan menggunakan minyak secukupnya sebagai pelemasan.

b. Hisap/vacum dengan gelas hijamah pada permukaan kulit 1-3 kali pompa, kemudian gerakkan gelas hijamah tersebut dari arah bawah ke atas atau dari atas ke bawah dengan perlahan sampai tampak warna kemerahan. Hal ini cukup dilakukan 2-3 menit.

(39)

2.2.3. Manfaat Terapi Hijamah

Adapun manfaat dari terapi hijamah menurut Rahmadi (2012) adalah sebagai berikut ;

a. Melancarkan peredaran darah dengan menghilangkan sumbatan dalam pembuluh darah.

b. Menghilangkan zat sisa endapan pada sumbatan pembuluh darah kecil biasanya terdapat pada kulit, sisa endapan tersebut dapat menghambat arus pembuluh darah balik, endapan tersebut biasanya cholesterol, thrombus ataupun sisa metabolik dan toxin.

c. Mencegah arterosclerosis dan kekakuan pembuluh darah.

d. Merangsang pembentukan sel darah merah yang baru (efek transfusi). e. Merangsang aktivitas sumsum tulang.

f. Meningkatkan efektifitas penyampaian zat makanan dan oksigen ke semua sel karena terbentuknya sel darah merah yang baru.

g. Mengurangi beban kerja limpa karena darah yang sudah tua tidak di metabolisme di limpa tapi dikeluarkan dengan hijamah.

h. Merangsang sistem imun dengan keluarnya beberapa zat kimia tubuh seperti prostaglandin, tromboxan, leukotrien, prostasiklin.

i. Mencegah timbulnya kanker dan penyakit infeksi.

(40)

toksin/racun, atau darah statis yang menyumbat peredaran darah sehingga sistem peredaran darah tidak dapat berjalan lancar. Kondisi ini sedikit demi sedikit akan mengganggu kesehatan, baik fisik maupun mental. Akibatnya akan terasa lesu, murung, resa, linu, pusing, dan senantiasan merasa kurang sehat, cepat bosan, dan mudah naik pitam. Ditambah lagi dengan angin yang sulit dikeluarkan dari dalam tubuh, akibatnya tubuh akan mudah kena penyakit mulai dari yang akut seperti influenza sampai dengan penyakit degenerative semacam stroke, darah tinggi, kanker, kencing manis, bahkan sampai gangguan kejiwaan.

Toksin dalam tubuh manusia dapat berasal dari : a. Pencemaran udarah

b. Makanan siap saji (fast food) karena mengandung zat kimia yang tidak baik untuk tubuh seperti pengawet, pewarna, essence, penyedap rasa, dan sebagainya.

c. Hasil pertanian seperti pestisida(insektisida, fungisida, herbisida)

d. Kebiasaan buruk (bad habit) seperti merokok, makan tidak teratur/bersih, makan tidak seimbang, terlalu panas atau dingin, terlalu asam dan lain-lain. e. Obat-obatan kimia, karena mempunyai efek merusak organ atau mikroba

yang normal dalam tubuh.

2.2.4.Waktu Paling Baik Untuk Melakukan Hijamah

(41)

Tanggal terbaik untuk berhijamah adalah 17, 19 dan 21 bulan qomariyah. Apabila membutuhkan penanganan segera, uapkan pasien selama setengah jam baik menggunakan lampu TDP selama 20 menit, kemudian istirahatkan 10 menit baru dilakukan terapi hijamah. Lakukan bekam di ruangan hangat untuk menghindari demam karena sejuknya ruangan.

Hari terbaik untuk hijamah adalah hari senin, selasa, dan kamis, sedangkan hari yang tidak disunnahkan adalah hari rabu, karena rabu merupakan hari dimana nabi Ayyub tertimpah malapetaka. Tidaklah timbul penyakit kusta dan lepra, kecuali pada hari rabu atau malam hari rabu dan waktu yang paling baik untuk hijamah adalah saat tengah hari yaitu selepas Zuhur (Umar, 2013).

2.2.5.Titik-Titik Hijamah dan Manfaatnya

Adapun beberapa titik-titik hijamah dan manfaat hijamah terdapat pada tabel 2.5 berikut :

Tabel 2.3. Titik-Titik Hijamah dan Manfaatnya

Gejalah yang di

Di lihat dari mata Di tengkuk Memperbaiki penglihatan

Dua urat leher Melancarkan darah kebagian kepala

Kedua bahu Menormalkan tekanan darah dan dada kiri sakit bila di tekan

(42)

gemuk tulang iga Sumber: Umar, 2013.

Menurut Suhardi & Syafa’ah (2010), dari sekian banyak titik-titik hijamah hanya beberapa yang digunakan dalam pengobatan hipertensi yaitu :

a. KHL1 (Kaahil/punduk) : posisi titik ini tepat berada di bawah tulang cervical ke 7.

b. UN2 & UN3 ( Akhdain) : posisi ini tepat berada pada daerah urat di kedua sisi leher.

c. UM (Ummu Mughis) : posisi ini tepat berada pada daerah puncak kepala.

Menurut Susiyanto (2013) dengan menggunakan metode ODT untuk keluhan hipertensi adalah 9 point wajib, ditambah sensor saraf pusat.

a. Kaahil/punduk : posisi titik ini tepat berada di bawah tulang cervical ke 7.

b. Akhda’in : posisi ini tepat berada pada daerah urat di kedua sisi leher.

c. Katifain : posisi ini tepat berada pada daerah bahu. d. Warik : posisi ini tepat berada pada daerah pinggang. e. UM (Ummu Mughis) : posisi ini tepat berada pada daerah puncak

kepala.

(43)

2.2.6.Kontra Indikasi Hijamah

Adapun kontra indikasi hijamah menurut Rahmadi (2012) yaitu : a. Kulit keriput

b. Anemia

c. Orang yang mengkonsumsi obat pengencer darah, seperti asam salisilat, warfarin dan heparin.

d. Penyakit kulit kronis (tempat penghijamahan).

e. DM (diabetes mellitus) dengan GDS (gula darah sewaktu) >300 mg/dl, khususnya di daerah neuropathy.

f. Hipertensi maligna (Systole >190).

g. Kelainan darah seperti; Hemophilia, Leukemia, Malignan Enemia, Thrombositopenia

h. Oedema anasarka.

Menurut Mustika (2012) dalam pengantar buku berjudul Bekam Sunnah Nabi dan Mukjizat Medis, cara kerja hijamah adalah di bawah kulit dan otot terdapat banyak titik syaraf. Titik-titik ini saling berhubungan antara organ tubuh satu dengan lainnya sehingga bekam dilakukan tidak selalu pada bagian tubuh yang sakit namun pada titik simpul syaraf terkait. Penghijamahan biasanya dilakukan pada permukaan kulit (kutis), jaringan bawah kulit (sub kutis) jaringan ini akan “rusak”.

(44)

reaction pada daerah yang dihijamah. Dilatasi kapiler juga dapat terjadi menyebabkan terjadi perbaikan mikrosirkulasi pembuluh darah. Akibatnya timbul efek relaksasi (pelemasan) otot-otot yang kaku serta akibat vasodilatasi umum akan menurunkan tekanan darah secara stabil. Yang terpenting adalah dilepaskannya corticotrophin releasing factor (CRF), serta releasing factors lainnya oleh adenohipofise. CRF selanjutnya akan menyebabkan terbentuknya ACTH, corticotrophin dan corticosteroid. Corticosteroid ini mempunyai efek menyembuhkan peradangan serta menstabilkan permeabilitas sel.

Sedangkan golongan histamine yang ditimbulkannya mempunyai manfaat dalam proses reparasi (perbaikan) sel dan jaringan yang rusak, serta memacu pembentukan reticulo endothelial cell, yang akan meninggikan daya resistensi (daya tahan) dan imunitas (kekebalan tubuh). Sistem imun ini terjadi melalui pembentukan interleukin dari sel karena faktor neural, peningkatan jumlah sel T karena peningkatan set-enkephalin, enkephalin dan endorphin yang merupakan mediator antara susunan sistem saraf pusat dan sistem imun, substansi P yang mempunyai fungsi parasimpatis dan sistem imun, serta peranan kelenjar pituitary

dan hypothalamus anterior yang memproduksi CRF.

Pada endokrin terjadi pengaruh pada sistem sentral melalui hypothalamus

(45)

Pada penelitian yang dilakukan Nindar (2011) dalam Mustika masih dalam hubungan terapi hijamah dengan penurunan tekanan darah di klinik Al Hijamah Sleman Yogyakarta, didapatkan hubungan antara terapi hijamah dengan penurunan tekanan darah pada subyek yang menderita hipertensi, hal ini terbukti dengan terjadinya tren penurunan pada 20 subyek penelitian dengan tingkat kepercayaan 95% menghasilkan nilai p=0.000.

(46)
(47)

3.1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin di teliti (Setiadi, 2012). Kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi apakah terdapat pengaruh terapi hijamah terhadap tekanan darah pada penderita tekanan darah tinggi di Rumah Sehat Wahida Medan.

Skema 3.1. Kerangka Konsep Penelitian 3.2. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah suatu defenisi yang didasarkan pada karakteristik yang dapat diobservasi dari apa yang sedang didefenisikan atau mengubah konsep-konsep yang berupa konstruk dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan yang dapat diuji dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain (Eva, 2010).

Tekanan Darah Penderita Hipertensi. Sistol > 140

Diastol > 90

Terapi Hijamah

Penurunan Tekanan Darah Penderita Hipertensi.

(48)

Adapun defenisi operasional dari penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut :

Tabel 3.2. Defenisi Operasional

No. Variabel Defenisi Operasional

Koesioner Interval Sistole:

(49)

4.1. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif komparatif dengan pendekatan

retrospektip yang bertujuan untuk menerangkan serta mendeskripsikan pengaruh terapi hijamah terhadap tekanan darah pada penderita tekanan darah tinggi di Rumah Sehat Wahida Medan yang dilaksanakan pada bulan Juni s/d September 2014.

4.2. Populasi dan Sampel 4.2.1.Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Hidayat, 2007).

Populasi dalam penelitian ini adalah medical record pasien hipertensi yang mendapatkan terapi hijamah dalam rentang tahun 2012-2014 dengan jumlah 63 responden yang berobat di Rumah Sehat Wahida Medan.

4.2.2.Sampel

Menurut Jansen (2013), Sampel merupakan sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili dari populasi. Adapun sampel penelitian ini berdasarkan kriteria inklusi sebanyak 35 responden.

Kriteria Inklusi:

(50)

- Tekanan darah diukur sebanyak 2 kali (pre & post)

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling yaitu teknik pengambilan sampel dari seluruh populasi yang menderita tekanan darah tinggi dan melakukan terapi hijamah yang tercatat dalam medical record Rumah Sehat Wahida Medan.

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.3.1.Tempat

Penelitian dilaksanakan di Rumah Sehat Wahida Medan, sebab belum ada peneliti yang melakukan penelitian di Rumah Sehat Wahida Medan tentang pengaruh terapi hijamah terhadap tekanan darah pada penderita tekanan darah tinggi.

4.3.2.Waktu

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni s/d September 2014. 4.4. Pertimbangan Etika

(51)

melakukan observasi tekanan darah pasien sebelum dan sesudah dilakukan terapi hijamah dengan menekankan masalah etik meliputi :

a. Informed Concent (lembar persetujuan)

Lembar persetujuan diserahkan kepada subjek yang akan diteliti. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi sebelum dan sesudah penelitian. Jika responden bersedia, maka mereka diminta untuk menandatangani lembar persetujuan tersebut. Jika responden menolak, maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-haknya.

b. Anomity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data, tetapi cukup dengan memberikan nomor kode pada masing-masing lembar tersebut.

c. Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi responden akan dijamin oleh peneliti, hanya sekelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil penelitian.

4.5. Instrument Penelitian

(52)

1. Bagian A, berisi karakteristik demografi digunakan sebagai lembar observasi pembuka. Karakteristik demografi ini berupa identitas responden meliputi: kode responden, usia, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan. 2. Bagian B, lembar hasil observasi tekanan darah sebelum dan sesudah

dilakukan terapi hijamah. 4.6. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan di Rumah Sehat Wahida Medan selama Juni sampai September 2014. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah, yaitu mengajukan permohonan izin kepada bagian pendidikan Fakultas Keperawatan USU Medan. Setelah itu mengajukan permohonan izin pada direktur Rumah Sehat Wahida Medan. Sesudah izin penelitian diberikan, peneliti mendata jumlah pasien hipertensi yang tercatat di

medical record Rumah Sehat Wahida Medan dan pasien yang sudah melakukan terapi hijamah serta untuk mengetahui data-data pasien yang akan menjadi responden.

Pasien hipertensi yang sudah bersedia menjadi responden diberikan

(53)

responden dengan mengucapkan terima kasih atas kesediannya berpartisipasi dalam penelitian ini.

Menurut Hidayat (2007), analisa data yang harus ditempuh dalam proses pengumpulan data , diantaranya:

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan data analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode suatu variabel.

3. Entri data

Data entri adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel kontigensi.

4. Melakukan teknik analisis

(54)

deskriptif. Sedangkan analisis analitik akan menggunakan statistic inferensial. Statistik deskriptif adalah statistik yang membahas cara-cara meringkas, menyajikan, dan mendeskripsikan suatu data dengan tujuan agar mudah dimengerti dan lebih mempunyai makna. Statistik inferensial, statistik yang digunakan untuk menyimpulkan parameter (populasi) berdasarkan statistic (sampel) atau lebih dikenal dengan proses generalisasi dan inferensial.

4.7. Analisa Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari catatan medis pasien hipertensi yang datang ke Rumah Sehat Wahida Medan.

Analisa data dilakukan melalui beberapa tahap yaitu : 1. Deskriptif

-Karakteristik responden: usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan.

-Tabulasi nilai rata-rata, standar deviasi, minimum dan maximum tekanan darah responden sebelum dan sesudah dilakukan terapi hijamah.

-Perbedaan nilai rata-rata tekanan darah tinggi sebelum dan sesudah dilakukan terapi hijamah.

2. Inferensial

(55)

5.1. Hasil Penelitian

Bab ini mendiskripsikan tentang hasil penelitian dari masing-masing variabel yang diteliti. Penelitian dilakukan pada bulan Juni s/d September 2014 di Rumah Sehat Wahida Medan, dengan hasil penelitian sebagai berikut;

5.1.1.Karakteristik Responden

Pada tabel 5.1.1. menunjukkan bahwa karakteristik responden penelitian ini, berdasarkan jumlah frekuensi terbanyak, adalah berusia 40-60 tahun, berjenis kelamin laki-laki, mempunyai latar belakang pendidikan terakhir SMA, pekerjaan wiraswasta.

Tabel 5.1.1

Distribusi frekuensi responden berdasarkan karakteristik (n=35 responden)

Karakteristik N Persentase

(56)

5.1.2.Nilai Rata-Rata, Standar Deviasi, Minimum dan Maximum Tekanan Darah Responden Sebelum dan Sesudah Dilakukan Terapi Hijamah. Berdasarkan tabel 5.1.2. menunjukkan bahwa nilai rata-rata, standar deviasi, nilai maximum, dan nilai minimum tekanan darah responden sebelum dan sesudah dilakukan terapi hijamah pada penelitian ini mengalami penurunan terkecuali pada nilai maximum sistol = 190 mmHg, hal ini disebabkan adanya tekanan darah responden tidak mengalami penurunan setelah dilakukan terapi hijamah.

Tabel 5.1.2

Nilai rata-rata, Standar Deviasi, Minimum, Maximum darah responden sebelum dan sesudah dilakukan terapi

Sebelum Terapi Hijamah

Mean SD Maximum Minimum

Sistol 156,06 13,698 190 140

Diastol 97,14 8,599 120 90

Sesudah Terapi Hijamah

Mean SD Maximum Minimum

Sistol 148,74 17,130 190 100

Diastol 93,43 6,391 100 70

5.1.3.Penurunan Rata-Rata Tekanan Darah Responden Setelah Dilakukan Terapi Hijamah.

(57)

Tabel 5.1.3.

Perbedaan Nilai Rata-Rata Tekanan Darah Responden Sebelum dan Sesudah Terapi Hijamah

Pada karakteristik responden penelitian ini, berdasarkan jumlah frekuensi pada usia <40 sebanyak 6 responden (17,1%), usia 40-60 tahun sebanyak 21 responden (60,0%), sedangkan usia >60 tahun sebanyak 8 responden (22,9%). Hal ini didukung oleh Zuraidah (2012), semakin tua seseorang maka semakin besar risiko terserang penyakit tersebut. Umur > 40 tahun mempunyai risiko terkena hipertensi. Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi.

Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin didapatkan bahwa responden terbanyak adalah laki-laki dengan jumlah 29 responden (82,9%), sebab dapat pula dipengaruhi oleh faktor psikologis. Hal ini didukung oleh Jansen (2013) bahwa tekanan darah tinggi lebih sering terjadi pada pria. Wanita lebih cenderung terjadi hipertensi setelah menopause. Pria lebih beresiko lebih tinggi menderita hipertensi dibanding wanita hingga usia 55 tahun.

(58)

dalam menerapkan perilaku hidup sehat, terutama mencegah kejadian hipertensi. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi pula kemampuan seseorang dalam menjaga pola hidupnya agar tetap sehat (Jansen, 2013).

Dari jenis pekerjaan, responden terbanyak didominasi oleh wiraswasta sebanyak 25 responden dengan persentase 71,4%. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh aktivitas dan tuntunan kerja yang tinggi pada wiraswasta pada umumnya, dimana mereka harus memikirkan cara mempertahankan dan mengembangkan usahanya yang bisa memicu timbulnya stress dan lebih berhubungan dengan pekerjaan, seperti perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan dan pengangguran. Hal ini didukung oleh Jansen (2013) bahwa stres meningkatkan resisten pembuluh darah perifer. Stres juga menstimulasi aktivitas sistem saraf simpatis sehingga jantung memompa lebih cepat. Resistensi (daya tahan) pembuluh darah perifer tersebut menyebabkan aliran darah tidak lancar dan akhirnya terjadi hipertensi. Saat stres terjadi, yang terlepas adalah hormon epineprin atau adrenalin. Aktivitas hormon ini meningkatkan tekanan darah secara berkala. Jika stres berkepanjangan, meningkatkan tekanan darah menjadi permanen.

(59)

disebabkan adanya tekanan darah responden tidak mengalami penurunan setelah dilakukan terapi hijamah.

5.2.3.Penurunan Rata-Rata Tekanan Darah Responden Setelah Dilakukan Terapi Hijamah.

Pada penelitian ini menunjukkan bahwa, dari hasil uji statistik didapatkan adanya penurunan yang signifikan antara mean tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan terapi hijamah terhadap responden tekanan darah tinggi, dimana nilai sig.sistol=0,00 dan nilai sig. diastol=0,00 dengan α=5% (p< 0,05).

Setelah dilakukan penelitian ini, terhadap responden yang tercatat di

medical record Rumah Sehat Wahida Medan dan sudah melakukan terapi hijamah, maka hasil dari uji pairedt test menunjukkan bahwa ada penurunan yang signifikan antara mean tekanan darah pada responden setelah dilakukan terapi hijamah. Namun penurunan yang dihasilkan belum mencapai kriteria masalah tekanan darah tinggi menurut ESH-2007, penurunan tekanan darah seharusnya untuk sistole < 140 mmHg dan untuk diastole < 90 mmHg.

(60)

dalam penelitian ini dilakukan terapi hijamah sebagai pengontrol tekanan darah responden.

Hal ini sejalan dengan penelitian Mustika (2012) bahwa terjadi penurunan tekanan darah rata-rata pada 20 responden hipertensi sebelum dan sesudah dilakukan terapi hijamah dengan nilai p value sistol = 0,000 dan p value diastol = 0,003 dimana p<0,05 yang menunjukkan bahwa terapi hijamah dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.

Responden pada penelitian ini menyatakan bahwa mereka mendapat kenyamanan setelah dilakukan terapi hijamah, mereka juga menyatakan sakit kepala dan nyeri tengkuk yang sering mereka alami berkurang bahkan hilang serta tubuh menjadi lebih ringan. Hijamah menjadikan mikrosirkulasi pembuluh darah sehingga timbul efek relaksasi pada otot sehingga dapat menurunkan tekanan darah (Jansen, 2013).

Seseorang yang dalam kondisi tertekan, hormon adrenalin dan kortisol akan dilepaskan ke dalam darah sehingga terjadi peningkatan tekanan darah, jika ini terus menerus terjadi maka dapat mengakibatkan terjadinya hipertensi. Hal ini berarti menunjukkan bahwa terapi hijamah dapat mengurangi risiko terkena hipertensi dengan membantu mengurangi ketegangan otot dan mikrosirkulasi pembuluh darah pada responden. Hasil-hasil ini menunjukkan bahwa terapi hijamah berpengaruh atau memiliki efek yang positif terhadap tekanan darah.

(61)

mendatangkan ketenangan yang pada akhirnya berpengaruh terhadap tekanan darah.

(62)

49 

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang “Pengaruh Terapi Hijamah terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Tekanan Darah Tinggi”, yang dilakukan pada karakteristik responden penelitian ini, berdasarkan jumlah frekuensi terbanyak, adalah berusia 40-60 tahun, berjenis kelamin laki-laki, mempunyai latar belakang pendidikan terakhir SMA, pekerjaan wiraswasta.

Berdasarkan nilai rata-rata, standar deviasi, nilai maximum, dan nilai minimum tekanan darah responden sebelum dan sesudah dilakukan terapi hijamah pada penelitian ini mengalami penurunan terkecuali pada nilai maximum sistol = 190 mmHg, hal ini disebabkan adanya tekanan darah responden tidak mengalami penurunan setelah dilakukan terapi hijamah.

Dari hasil uji statistik didapatkan adanya penurunan rata-rata tekanan darah responden setelah dilakukan terapi hijamah, meliputi; sistol=5,212 mmHg dan diastol=3,404 mmHg.

(63)

6.2. Saran

6.2.1.Bagi Pendidikan

Sebagai bahan referensi tambahan tentang terapi hijamah dalam menurunkan tekanan darah.

6.2.2.Bagi Pelayanan Kesehatan

Sebagai umpan balik dalam meningkatkan pelayanan terhadap penderita hipertensi khususnya yang menggunakan terapi hijamah dan sebagai tambahan intervensi untuk menurunkan tekanan darah penderita.

6.2.3.Bagi Peneliti

(64)

51 

Arifianto, H. (2013). Hasil Penelitian Tentang Manfaat Hijamah atau ODT (oxidant drainage therapy). Diunggah pada tanggal 23 Maret 2014. http://4171472146-widget_css_bundel.css.

Bandira, R. (2009). Update Management Concept in Hypertension. Diunggah pada tanggal 29 Mei 2014. http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/10/an_update_management_concept_in_hypertension. pdf.

BPJS Kesehatan. (2014). Waspadai, Hipertensi Merusak Organ Tubuh Secara Diam‐diam.  Diunggah pada tanggal 23 Maret 2014. www.bpjs‐kesehatan.go.id 

Brooker, C. (2001). Kamus Saku Keperawatan, Edisi 31., Jakarta: EGC.

Dewi, T K. (2013). Gambaran Pengetahuan Warga Tentang Hipertensi Di RW 02 Sukarasa Kec. Sukasari, Jurnal UPI. Diunggah pada tanggal 18 Mei2014. http://repository.upi.edu/6266/4/D3_KEP_1008866_Chapter1.pdf

Ellya S. E, dkk. (2010). Metode Penelitian Klinis Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika.

Hamzah, DF. (2012). Gambaran Penatalaksanaan DietJjantung dan Status Gizi Pasien Penderita hipertensi Komplikasi Penyakit Jantung. Jurnal Repository USU. Diunggah pada tanggal 04 Februari 2015. http://repository.usu.ac.id/.../chapter%201.pdf

Hidayat, A. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data, Jakarta: Salemba Medika.

Jansen, S. (2013). Efektifitas Terapi Bekam Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Primer, Jurnal FKUNRI. Diunggah pada tanggal 01 Mei 2014.http://repository.unri.ac.id.

Kasmui. (2010). Bekam Pengobatan Menurut Sunnah Nabi, Semarang: Komunitas Thibbun Nabawi “ISYFI”.

Levanita, S. (2011). Hipertensi Chapter II. Diunggah pada tanggal 01 Mei 2014.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26067/4/Chapter%20I I.pdf 

Mansjoer, A, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3. Jilid 1., Jakarta: Media Aesculapius FKUI.

(65)

Mustika. (2012). Pengaruh Terapi Bekam Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Klinik De Besh Center Arrahmah Dan Rumah Sehat Sabbihisma Kota Padang, Jurnal FK Universitas Andalas. Diunggah pada tanggal 01 Mei 2014.http://repository.unand.ac.id.

Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis, Edisi 3., Salemba Medika: Jakarta.

Rahmadi, A. (2012). Buku Panduan Menjadi Dokter di Rumah Sendiri Secara Islami dan Alami, Jakarta: KD Production.

Setiadi, A. (2012). Kerangka Konsptual dan Hipotesis. Diunggah pada tanggal 13 Mei 2014. http://adysetiadi.files.wordpress.com/bahan-4-choe-_konsep-hipotesis_-_repaire.pdf

Suhardi, K., & Syafa’ah, A. (2010). Uraian Kode Anatomi Hijamah (Titik-Titik Bekam), Jakarta: Pustaka As-Sabil.

Suhardi, K., & Syafa’ah, A. (2009). Materi pelatihan Hijamah, Jakarta: P3H Assabil.

Susiyanto, SA. (2013). Hijamah or OXIDANT DRAINAGE THERAPY (ODT), Jakarta: Gema Insani.

Umar, Abdurrahman. (2013). Materi Pelatihan Bekam Tiga Hari, Medan: Pusat Pelatihan Bekam/Akupuntur Abdurahman.

(66)

LAMPIRAN-LAMPIRAN  

(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)

59 

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Kepada Yth.

Bapak/Ibu/Saudara responden Di RS Wahida Medan

Sebagai persyaratan tugas akhir mahasiswa Program S1 Keperawatan Ekstensi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, saya akan melakukan penelitian tentang Pengaruh Terapi Hijamah Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita Tekanan Darah Tinggi Di Rumah Sehat Wahida Medan. Tujuan ini adalah untuk mengetahui apakah terapi hijamah berpengaruh dalam menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Untuk keperluan tersebut saya mohon

bersedia/tidak bersedia *) bapak/ibu/saudara untuk menjadi responden dalam penelitian ini, selanjutnya kami mohon bersedia/tidak bersedia *) bapak/ibu/saudara untuk mengisi kuesioner yang saya sediakan dengan kejujuran dan apa adanya. Jawaban saudara di jamin kerahasiaan.

Demikian, lembar persetujuan ini kami buat. Atas bantuan dan partisipasinya disampaikan terima kasih.

Medan, Mei 2014

Responden Peneliti

(73)

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

Februari Maret

Feb-15

4

2

1

2

3

4

1

2

3

4

1

2

3

4

1

Penentuan Dosen Pembimbing

Pengarahan Mekanisme Bimbingan Proposal

Pengajuan Judul Proposal ke Dosen

Pembimbing dan PD 1

Penyusunan Proposal dan Proses Bimbingan

Sidang Proposal Skripsi

Revisi Proposal

Penelitian dan Bimbingan Skripsi

Sidang Skripsi

Revisi Skripsi

Kegiatan Skripsi

Juni

Juli

Agust-Sept

April Mei

Rentang Penelitian

(74)

61 

TAKSASI DANA

I. Persiapan Proposal

1. Biaya tinta dan kertas print proposal Rp. 100.000,- 2. Biaya foto copy sumber-sumber tinjauan pustaka Rp. 100.000,- 3. Memperbanyak proposal Rp. 100.000,-

4. Konsumsi Rp. 250.000,-

II. Pengumpulan Data

1. Mengurus izin penelitian Rp. 400.000,-

2. Transportasi Rp. 500.000,-

3. Memperbanyak informed consent Rp. 30.000,-

III. Analisa Data dan Penyusunan laporan Rp. 0,-

IV. Penyusunan Laporan Akhir

1. Biaya print skripsi Rp. 200.000,-

2. Penggandaan skripsi Rp. 250.000,-

3. Biaya jilid Rp. 100.000,-

(75)

LEMBAR OBSERVASI TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN TERAPI HIJAMAH

A. Karakteristik Demografi :

Usia : …………. Tahun

Jenis Kelamin : ฀ Laki-laki ฀ Perempuan

Pekerjaan : ฀ Pegawai/PNS ฀ Wiraswasta ฀ IRT ฀ dll …………

Pendidikan : ฀ SLTA ฀ SLTP ฀ SD ฀ PT

B. Lembar Observasi Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Di Lakukan Terapi Hijamah

No. Tanggal & Titik Hijamah

Hasil Tekanan Darah

Sebelum Sesudah Sistol Diastol Sistol Diastol 1.

2.

3.

Nama Terapis : ________________

(76)

63 

Jenis Hasil Pengukuran Tekanan Darah Kelamin

Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

1 52 Laki-Laki Wiraswasta SLTP 190 190 110 126

2 34 Laki-Laki PNS PT 142 100 90 70

3 55 Laki-Laki PNS PT 150 144 100 100

4 56 Laki-Laki Wiraswasta PT 140 138 90 90

5 56 Laki-Laki Wiraswasta PT 150 130 90 90

6 57 Laki-Laki Wiraswasta PT 150 130 90 90

7 37 Laki-Laki Wiraswasta PT 190 180 100 100

8 38 Laki-Laki Wiraswasta PT 150 130 110 100

9 43 Laki-Laki Wiraswasta PT 140 136 100 100

10 43 Laki-Laki PNS PT 140 136 90 90

11 75 Laki-Laki Wiraswasta SLTP 170 170 100 100

12 43 Laki-Laki Wiraswasta PT 150 140 100 90

13 54 Laki-Laki Wiraswasta SLTA 150 146 100 100

14 39 Laki-Laki Wiraswasta SLTA 150 148 100 100

15 44 Laki-Laki Wiraswasta PT 160 150 100 100

16 54 PerempuanIRT SD 150 140 90 90

17 58 Laki-Laki Wiraswasta SLTA 150 148 90 90

TABEL MASTER DATA TEKANAN DARAH

SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN TERAPI HIJAMAH

(77)

Jenis Hasil Pengukuran Tekanan Darah Kelamin

Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

18 61 Laki-Laki Wiraswasta SLTP 140 140 90 90

19 70 Laki-Laki Wiraswasta SLTA 170 154 90 90

20 57 Laki-Laki PNS PT 140 130 100 90

21 53 PerempuanIRT SLTP 160 150 90 90

22 71 PerempuanIRT SLTP 150 150 90 90

23 58 Laki-Laki Wiraswasta SLTA 160 158 100 90

24 41 Laki-Laki Wiraswasta PT 170 164 120 116

25 52 PerempuanIRT SLTA 150 140 100 100

26 29 Laki-Laki Wiraswasta SLTA 150 146 90 90

27 40 Laki-Laki Wiraswasta SLTP 180 176 120 108

28 67 Laki-Laki PNS PT 150 146 100 100

29 48 Laki-Laki Wiraswasta PT 170 168 110 100

30 62 PerempuanWiraswasta SLTP 160 154 90 90

31 43 Laki-Laki Wiraswasta SLTA 160 158 90 90

32 62 PerempuanIRT SLTP 150 150 90 90

33 69 Laki-Laki Wiraswasta SD 170 164 90 90

34 36 Laki-Laki Wiraswasta SLTA 170 166 100 90

35 46 Laki-Laki Wiraswasta SLTP 140 136 90 90

TABEL MASTER DATA TEKANAN DARAH

SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN TERAPI HIJAMAH

(78)

65 

HASIL PENELITIAN DATA SPSS

Descriptives

Descriptive Statistics

N Range Minimum Maximum Mean Std.

Deviation

Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic

Usia 35 5 1 6 3.40 .257 1.519

jeniskelamin 35 1 1 2 1.17 .065 .382

pendidikan 35 3 1 4 2.89 .147 .867

Pekerjaan 35 2 1 3 2.00 .092 .542

Valid N

(listwise) 35

Frequency Table

Usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid <39 tahun 6 17.1 17.1 17.1

40-59 tahun 21 60.0 60.0 77.1

>60 tahun 8 22.9 22.9 100.0

Gambar

Tabel 2.1. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut ESH-2007
Tabel 2.2. Komplikasi Hipertensi
Tabel 2.3. Titik-Titik Hijamah dan Manfaatnya
Tabel 3.2. Defenisi Operasional
+6

Referensi

Dokumen terkait

Data univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran pada masing- masing variabel yang diteliti berupa distribusi frekuensi yaitu kepatuhan ibu sebelum diberi penyuluhan anemia baik

In speaking English, while offering their wares, the vendors at Kuta Beach often make some errors which are influenced by their mother tongue... It seemed that

Diagnosa keduaa : yaitu gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan luka post SC, evaluasi dilakukan pada tanggal 1 Mei 2014 pukul 07.25 WIB, data subyektif

Dengan kembali menilik sejarah pertumbuhan kelompok Iba&gt;d} iyyah, sebagaimana sudah disinggung di muka, bahwa Abu&gt; Bila&gt;l Mirda&gt;s sebagai pelopor dan

 To assist and advise other line managers in hiring training, evaluating, rewarding, counseling, promoting and firing employees, administering benefit programs, ensuring

The combination of traditional forewarning treatment and high-controlling attack message, and reactance-enhanced forewarning treatment and low-controlling attack message, should

Dalam jaringan hewan, lemak terutama tersusun dalam jaringan adipose, sedangkan otot, jaringan syaraf dan kelenjar mengandung lemak dalam jumlah relatif kecil dan lebih

[r]