• Tidak ada hasil yang ditemukan

PARTISIPASI PENDIDIK DALAM PROGRAM KELOMPOK BELAJAR PADA ANAK USIA SEKOLAH GUNA MENGATASI KETIDAK PEDULIAN ANAK TERHADAP PENDIDIKAN DI DESA JALAN LAUT KABUPATEN BANGKA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PARTISIPASI PENDIDIK DALAM PROGRAM KELOMPOK BELAJAR PADA ANAK USIA SEKOLAH GUNA MENGATASI KETIDAK PEDULIAN ANAK TERHADAP PENDIDIKAN DI DESA JALAN LAUT KABUPATEN BANGKA."

Copied!
234
0
0

Teks penuh

(1)

PARTISIPASI PENDIDIK DALAM PROGRAM KELOMPOK BELAJAR PADA ANAK USIA SEKOLAH GUNA MENGATASI KETIDAK PEDULIAN ANAK TERHADAP PENDIDIKAN DI DESA JALANLAUT

KABUPATEN BANGKA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna MemperolehGelar Sarjana Pendidikan

Oleh PIKA YUNIANTI NIM 11102241043

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO

 Salah satu pintu terbesar terkabulnya doa adalah, doa orang tua. Jangan segan-segan meminta kepadanya. (Dr. Aidh Al-Qarni)  Impian tidak akan terwujud dengan sendirinya. Kamu harus segera

(6)

PERSEMBAHAN

Atas Karunia Allah SWT

Aku Persembahkan Karya Tulis Kepada :

Bapak dan Ibu tercinta yang telah mencurahkan segenap kasih sayangnya serta doa yang tak pernah lupa mereka sisipkan sehingga penulis berhasil menyusun

karya ini.

(7)

PARTISIPASI PENDIDIK DALAM PROGRAM KELOMPOK BELAJAR PADA ANAK USIA SEKOLAH GUNA MENGATASI KETIDAK PEDULIAN ANAK TERHADAP PENDIDIKAN DI DESA JALANLAUT KABUPATEN BANGKA

Oleh Pika Yunianti NIM 11102241043

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan : (1) Partisipasi program kelompok belajar yang diberikan pendidik pada anak putus sekolah, (2) Bentuk partisipasi pendidikan nonformal yang bermanfaat bagi anak putus sekolah di desa Jalan Laut, dan (3) Faktor pendukung dan faktor penghambat dari partisipasi program pendidikan nonformal pada anak putus sekolah di Desa Jalan Laut.

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian ini adalah anak putus sekolah, pendidik dan orang tua di Desa Jalan Laut. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik yang digunakan dalam analisis data adalah reduksi data, display data, dan pengambilan kesimpulan. Triangulasi yang dilakukan untuk menjelaskan keabsahan data dengan menggunakan triangulasi sumber.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa: 1) partisipasi program kelompok belajar yang diberikan pendidik pada anak putus sekolah meliputi (a) partisipasi secara formal yaitu mengajar dan mendidik, membina dan membimbing, member motivasi, pemberi tanggung jawab yang nyata, (b) partisipasi secara nonformal dan informal yaitu membina dan mengarahkan, pemberi tanggung jawab, membimbing dan mengajar, penggerak dan pemberi pengaruh terhadap peserta didik. 2) bentuk program kelompok belajar yang diberikan bagi anak putus sekolah di Desa Jalan Laut meliputi (a) ikut berpartisipasi dalam pembelajaran, (b) memberikan pembinaan dan bimbingan, (c) membantu memfasilitiasi peserta didik, (d) bermusyawarah kepada orang tua untuk memperkecil masalah, (e) mrngarahkan, membimbing, dan mempengaruhi peserta didik.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelessaikan skripsi yang disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari adanya bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, yang telah memberikan fasilitas dan sarana sehingga studi saya berjalan dengan lancer.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, yang telah memberikan fasilitas untuk kelancaran pembuatan skripsi ini.

3. Bapak A. Setya Rohadi, M. Kes selaku dosen pembimbing yang telah berkenan membimbing penulis dari awal sampai akhir pada skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan.

5. Seluruh Pendidik dan Pengurus Kelompok Belajar Sore Hari di Desa Jalan Laut khususnya Bapak Pahrurazi yang telah memberikan izin dan bantuan pada penelitian.

(9)

7. Orang-orang terkasihku Ochi, Vety, Widya, Olla, Intan,Iying, Angga, Ferry, Fifi, Ena, Sinta dan Rezi tercinta atas pengertian, dukungan, masukan, senyuman, dan kesabaran dalam suka dan duka.

8. Teman-teman Prodi Pendidikan Luar Sekolah 2011, khususnya kelas A yang selalu memberikan dukungan, masukan, senyuman, dan kebersamaan dalam suka dan duka.

9. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyelesaian skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang peduli terhadap pendidikan terutama Pendidikan Luar Sekolah dan bagi pembaca umumnya. Amin

Yogyakarta, Oktober 2015

Penulis

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... I HALAMAN PERSETUJUAN... Ii HALAMAN PERNYATAAN... Iii HALAMAN PENGESAHAN... Iv MOTTO... V HALAMAN PERSEMBAHAN... Vi

ABSTRAK... vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI... X DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... Xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah... 8

C. Batasan Masalah... 9

D. Rumusan Masalah... 10

E. Tujuan Penelitian... 10

F. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritik... 13

1. Partisipasi... 13

a. Pengertian Partisipasi... 13

b. Bentuk Partisipasi Pendidikan Nonformal... 16

c. Macam-macam Partisipasi Masyarakat... 17

d. Partisipasi Pendidik... 20

(11)

2. Pendidikan Nonformal... 22

a. Pengertian Pendidikan Nonformal... 22

b. Tujuan Pendidikan Nonformal... 24

c. Konsep Dasar Pendidikan Nonformal... 26

d. Tugas Pokok Pendidikan Nonformal... 28

e. Peran Pendidikan Nonformal dalam Mengatasi Anak Putus Sekolah... 29

3. Anak Usia Sekolah... 31

a. Pengertian Anak Usia Sekolah... 31

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Anak ... 32

c. Kepedulian Anak terhadap Pendidikan…... 34

d. Peran Orang Tua pada Anak Usia Sekolah... 38

4. Kelompok Belajar... 39

a. Pengertian Belajar... 39

b. Pengertian Kelompok Belajar... 41

c. Manfaat Kelompok Belajar... 42

d. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran pada Kelompok Belajar... 43

B. Penelitian yang Relevan... 44

C. Kerangka Berfikir... 46

D. Pertanyaan Penelitian... 48

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 50

B. Subyek Penelitan... 53

C. Lokasi Penelitian... 54

D. Sumber dan Jenis Data... 54

E. Definisi Konsep... ... 55

F. Teknik Pengumpulan Data ... 57

G. Instrumen Penelitian ... 63

H. Teknis Analisis Data... 64

(12)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian... 67

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 67

2. Deskripsi Lembaga... 69

3. Subjek Penelitian... 79

B. Data Hasil Penelitian... 82

1. Partisipasi Kelompok Belajar yang diberikan Pendidikan pada Anak Usia Sekolah... 82

2. Bentuk Program Kelompok Belajar yang diberikan bagi Anak Putus Sekolah... 97

3. Manfaat yang diperoleh dari adanya Partisipasi Program Kelompok Belajar pada Anak Putus Sekolah di Desa Jalan Laut... 102

4. Faktor Pendukung dari Partisipasi Program Kelompok Belajar pada Anak Putus Sekolah... 106

5. Faktor Penghambat dari Partisipasi Program Kelompok Belajar pada Anak Putus Sekolah... 108

C. Pembahasan... 112

1. Partisipasi Kelompok Belajar yang diberikan Pendidikan pada Anak Usia Sekolah... 112

2. Bentuk Program Kelompok Belajar yang diberikan bagi Anak Putus Sekolah... 116

3. Faktor Pendukung dan Penghambat dari Partisipasi Program Kelompok Belajar pads Anak Putus Sekolah... 118

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 120

B. Saran... 123

DAFTAR PUSTAKA... 124

(13)

DAFTAR TABEL

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Berfikir... 48

Gambar 2. Triangulasi Sumber... 58

Gambar 3. Pulau Bangka Belitung... 70

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pedoman Observasi... 126

Lampiran 2. Pedoman Wawancara... 127

Lampiran 3. Pedoman Dokumentasi... 134

Lampiran 4. Hasil Observasi... 135

Lampiran 5. Hasil Wawancara... 139

Lampiran 6. Catatan Lapangan... 176

Lampiran 7. Display Data, Reduksi Data, dan Kesimpulan Wawancara... 195

Lampiran 8. Daftar Nama Peserta Didik... 206

Lampiran 9. Dokumentasi Hasil Penelitian... 212

Lampiran 10. Surat Keterangan Izin Penelitian... 214

Lampiran 11. Surat Izin Penelitian KESBANGLINMAS DIY... 215

Lampiran 12. Surat Izin Penelitian KESBANGPOL PROVINSI BABEL... 216

(16)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat mengutamakan masa depan dan pendidikan anak. Dengan mengutamakan pendidikan Indonesia telah mengalami kemajuan yang sangat besar dalam memastikan anak-anak yang duduk di bangku sekolah dasar mendapatkan pendidikan, sekitar 97 persen dari anak-anak berusia 7 sampai 12 tahun di seluruh negeri dapat bersekolah. Namun, masih ada sebagian besar anak Indonesia yang seharusnya bersekolah tidak dapat menikmati pendidikan.

Pendidikan seharusnya ditetapkan dalam dunia kehidupan dan pengalaman, agar dapat mendorong anak menjadi tetap terbuka dalam beberapa hal dan bersedia menyatu dalam dunia tersebut. Pendidikan seharusnya dapat membuat anak menjadi lebih aktif dan anak lebih mengerti tentang arti pentingnya pribadi dari hal yang anak pelajari.

Menurut Fasli Jalal (2005) visi pendidikan nasional adalah pendidikan yang mengutamakan kemandirian dan keunggulan yang menghasilkan kemajuan dan kesejahteraan yang berdasarkan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Semua penduduk Indonesia wajib mengikuti program wajib belajar pendidikan dasar selama sembilan tahun dan penduduk Indonesia memiliki hak mendapatkan pendidikan.

Pasal 28C ayat (1) UUD 1945 menyatakan “Setiap orang berhak

(17)

budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.

Sebagaimana diuraikan pada bagian lain, pendidikan adalah bagian dari upaya memampukan setiap insan untuk mengembangkan potensi dirinya agar tumbuh menjadi manusia yang tangguh dan berkarakter serta berkehidupan sosial yang sehat. Jika ketentuan UUD 1945 itu dicermati maka mengikuti pendidikan adalah hak asasi bagi setiap orang dan bagi warganegara Indonesia mengikuti pendidikan dasar adalah kewajiban. Menghalangi dan atau melarang anak Indonesia bersekolah adalah perbuatan yang melanggar hukum tertinggi (UUD 1945) dan ada sanksinya.

Menurut Cooper (1990: 14) dalam Christine Doddington (2010: 77) Pendidikan harus berpusat kepada anak, karena hal ini bertujuan untuk mendorong dan mendukung pencarian makna oleh setiap anak yang akan memperkuat nilai, komitmen, dan proyek sebagai pengarah pribadi mereka di dalam kehidupan. Oleh karena itu, semua ini berfokus pada anak sebagai individu.

(18)

terutama peran orang tua sangatlah diperlukan. Masyarakat berperan serta ikut mendorong anak agar masuk sekolah atau meningkatkan school enrollment. Peran masyarakat dapat berupa, dorongan tokoh-tokoh masyarakat terhadap para orang tua agar menyekolahkan anaknya, orang tua sebagai anggota masyarakat mendorong anaknya agar mau dan rajin kesekolah. Kedua, partisipasi masyarakat dalam membantu kelancaran pelaksanaan berupa upaya melengkapi sarana dan prasarana sekolah, baik berupa dana maupun bentuk natural lainnya seperti lahan, bahan-bahan bangunan, atau perlengkapan yang diperlukan.

Motivasi masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan sebenarnya tidak tunggal seperti kemiskinan saja misalnya, karena alasan berpartisipasi tersebut saling terkait antara ekonomi, sosial, budaya atau bahkan mungkin politik. Bagaimana masalah sosial telah mempengaruhi partisipasi rasanya tidak sulit untuk diamati. Faktor sosial budaya dan pengaruhnya terhadap partisipasi masyarakat dalam pendidikan dasar terlihat nyata. Seperti yang dicontohkan di Provinsi Bangka Belitung, anak-anak sering membolos sekolah karena sebagian besar anak-anak telah mengenal uang dan mereka lebih memilih untuk bekerja dibandingkan menuntut ilmu. Sejumlah anak sehari masuk dan sejumlah lainnya tidak masuk sekolah begitu seterusnya. Pengaruh terbesar anak-anak di Provinsi Bangka Belitung lebih memilih bekerja dibandingkan sekolah adalah penghasilan tambang yang begitu menggiurkan, terutama penghasilan tambang timahnya.

(19)

SD, SMP dan SMA sederajat meninggalkan bangku sekolah. Dinas Pendidikan Bangka Belitung mencatat dari 413 siswa semua jenjang pendidikan sekolah di Bangka Belitung yang putus sekolah, angka tertinggi terjadi pada tingkat SMA sederajat sebanyak 207 orang atau 0,41 persen dari 10.432 siswa. Rendahnya APK dan APM pada tahun 2012 dan 2013 ini disebabkan karena kecenderungan orang tua mengikutsertakan anak mereka dalam aktivitas penambangan timah rakyat. Tingginya APS tersebut juga diakibatkan dari dampak fasilitas kemudahan menghasilkan uang dari aktivitas pertambangan rakyat atau TI.

Sabpri Aryanto salah satu mahasiswa di Sekolah Tinggi Agama Islam di Bangka Belitung menyatakan bahwa “dengan adanya tambang tradisional ini, banyak anak-anak yang merugi dan tidak memiliki masa depan yang cerah. Orang tua mereka saja terkadang lebih rela anaknya mendapatkan uang yang banyak ketimbang mendapatkan ilmu di sekolah” ujarnya kepada salah satu crew Bangka Pos. ( http://bangka.trimbunnews.com/2013/12/16/timah-dan-pendidikan-kita)

(20)

Aktivitas tambang ini mulai meningkat sejak masyarakat beralih dari bercocok tanam lada menjadi penambang timah rakyat. Berawal mula dari disahkannya UU Otonomi Daerah No. 22 Tahun 1999 dan Keputusan Menperindag No. 146/MPP/Kep/4/1999 tertanggal 22 April 1999, yang menyatakan bahwa timah dikategorikan sebagai barang bebas. Sejak legalisasi tersebut, kegiatan tambang timah rakyat makin marak di Kepulauan Bangka Belitung. Penambangan timah dilakukan masyarakat dengan teknik yang sederhana dan peralatan yang masih sangat tradisional.

Pada awalnya pertambangan timah dikerjakan masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan tetap sebagai alat untuk memenuhi perekonomian di Bangka yang sangat tinggi. Seiring dengan perkembangan zaman dan hasil dari penjualan timah yang sangat menggiurkan siapa saja yang menambang timah, hingga anak-anak usia sekolah pun rela meninggalkan sekolahnya karena tergiur oleh hasil dari penjualan timah. Orang tua mereka pun mendukung dan bahkan mengajak anaknya untuk pergi menambang timah tanpa memperdulikan pentingnya pendidikan yang seharusnya wajib untuk diikuti anak-anak seusia sekolah.

(21)

uang yang sangat menggiurkan. Dengan hasil yang mereka dapatkan mereka bisa melakukan semua hal yang mereka inginkan. Kegiatan yang dilakukan oleh anak-anak ini serta merta mendapat dukungan dari orang tua mereka sendiri. Orang tua mereka selalu beranggapan untuk apa bersekolah tinggi kalau akhirnya akan menjadi pengangguran.

Berkaitan dengan hal tersebut, agar pembinaan anak-anak usia sekolah dapat tercapai maka dituntut adanya keterlibatan dari berbagai unsur, baik dari pemerintah, swasta, masyarakat, dan orang tua harus saling melakukan kerjasama dalam memberi bimbingan khusus kepada anak-anak usia sekolah sehingga pembinaan anak-anak menjadi lebih terarah. Keterlibatan unsur tersebut dari pihak masyarakat telah ada usaha-usaha untuk mengambil bagian dalam pembinaan dan pengembangan generasi muda khususnya anak-anak usia sekolah, dengan wujud nyata adalah adanya wadah pembinaan pendidikan nonformal dan pengembangan generasi muda dimana peran aktif masyarakat dan orang tua tertuang didalamnya.

Wadah pembinaan dan pengembangan pendidikan nonformal anak-anak usia sekolah yang dimaksud adalah program kelompok belajar sore hari. Dalam wadah ini diperlukannya peran serta orang tua yang begitu besar agar dapat memperoleh hasil yang optimal yang akan menciptakan generasi muda yang memiliki manfaat untuk lingkungannya.

(22)

Pendidik harus memahami bahwa pembelajaran bukanlah proses linier sederhana akan menjadi sensitif terhadap pentingnya menantang dan mengingat kembali asumsi dan pengetahuan yang sudah dimiliki anak. Prinsip ini dipegang teguh oleh para pendidik yang mengajar di kelompok belajar di desa Jalanlaut.

Kelompok belajar merupakan salah satu forum atau tempat untuk melakukan belajar mandiri, karena dalam kelompok belajar peserta didik dapat berlatih dan bekerja bersama, saling membantu dalam belajar dan saling mendorong atau memberi semangat dalam belajar. Kelompok belajar sangatlah penting karena tidak selamanya anak-anak dapat mengikuti pembelajaran di sekolah bersama guru. Dengan adanya kerja sama antara orang tua dan masyarakat didirikannya tempat sederhana sebagai wadah mengajar dan mendidik anak yang tidak bersekolah. Kelompok belajar sore hari adalah sekumpulan anak yang terdiri dari beberapa orang (5-6 orang) yang diorganisasikan untuk mencapai pembelajaran secara bersama dalam waktu yang ditentukan dan dilaksanakan pada sore hari.

(23)

(d) mengembangkan kemampuan kepemimpinan pada setiap anggota kelompok dalam pemecahan masalah.

Mengingat fungsi kelompok belajar sore hari sendiri sebagai sarana motivasi anak untuk tidak melupakan tugas mereka untuk menuntut ilmu walaupun dilaksanakan pada sore hari, maka peneliti tertarik untuk meneliti keadaan dimana anak usia sekolah mengikuti kelompok belajar sore hari dan dalam keadaan yang masih tetap bekerja menambang timah untuk keperluan mereka. kegiatan ini telah dilakukan oleh warga masyarakat Jalanlaut demi kepentingan anak mereka yang sudah terlalu dilema dengan penghasilan tambang timah dan merelakan sekolahnya demi uang. Dalam perjalanannya kelompok belajar sore hari di desa Jalanlaut memiliki faktor pendukung dan faktor penghambat dalam menjalankan program dan menjaga eksistensinya, maka berangkat dari hal tersebut peneliti tertarik untuk ingin mengetahui lebih mendalam tentang pengaruh kelompok belajar sore hari terhadap anak-anak usia sekolah yang telah dilema akan penghasilan tambang timah tradisional dengan penelitian “ Partisipasi Program Pendidik dalam Kelompok BelajarPada Anak Usia Sekolah Guna Mengatasi Ketidak Pedulian Anak Terhadap Pendidikan di

Desa Jalanlaut Kabupaten Bangka”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut :

(24)

sosial budaya dan pendidikan masih kurang terutama yang dihadapi anak usia sekolah.

2. Orang tua yang kurang berpartisipasi dan kurang mengembangkan kemampuan anak, khususnya dalam program pendidikan baik formal maupun nonformal.

3. Besarnya peran anak usia sekolah yang nantinya akan menjadi tulang punggung dari bangsa untuk mendorong potensi sumber daya manusia dengan segala permasalahan.

4. Peran orang tua dan pendidik sebagai pembina, pendamping, pemberi arahan, motivator, sumber informasi dan ilmu masih kurang optimal dalam mengatasi anak dalam masalah pendidikan.

5. Banyaknya dampak negatif yang diperoleh dari pertambangan timah tradisional bagi anak usia sekoalah.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang diuraikan di atas, dalam penelitian ini peneliti akan lebih memfokuskan tentang “partisipasi program

kelompokbelajar pada anak usia sekolah guna mengatasi ketidak pedulian anak terhadap pendidikan”. Mengingat pendidik dan orang tua memiliki peran penting

(25)

KelompokBelajarpada Anak Usia Sekolah guna Mengatasi Ketidak Pedulian

Anak terhadap Pendidikan di Desa Jalanlaut Kabupaten Bangka”.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah peneliti kemukakan di atas, maka dirumuskan secara operasional permasalahan secara berikut :

1. Bagaimanakah partisipasi program kelompokbelajar yang diberikan pendidik pada anak putus sekolah di desa Jalanlaut?

2. Bentuk partisipasi program kelompokbelajar seperti apa yang bermanfaat bagi anak putus sekolah di desa Jalanlaut?

3. Apa faktor pendukung dan faktor penghambat dari partisipasi program kelompokbelajar pada anak putus sekolah di desa Jalanlaut.

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mendisikripsikan partisipasi program kelompokbelajar yang diberikan pendidik pada anak putus sekolah di desa Jalanlaut.

2. Mendiskripsikan bentuk partisipasi program kelompokbelajar yang bermanfaat bagi anak putus sekolah di desa Jalanlaut.

(26)

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu : 1. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini dapat menambah khasanah di bidang Pendidikan Luar Sekolah khususnya pada Pendidikan Kesetaraan dan konsep kelompok belajar sore hari.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambahkan koleksi bacaan sehingga bisa menjadi bahan acuan dalam meningkatkan dan menambah wawasan.

2. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan konsep tentang kelompok belajar guna mengatasi ketidak pedulian anak terhadap pendidikan yang berkaitan dengan mata kuliah pendidikan kesetaraan dan pendidikan nonformal dan informal.

b. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah informasi yang berkaitan dengan kelompok belajar sore hari yang dibentuk sebagai partisipasi pendidikan nonformal dalam mengatasi ketidak pedulian anak terhadap pendidikan.

(27)
(28)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori 1. Partisipasi

a. Pengertian Partisipasi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, partisipasi adalah perihal untuk berperan serta di dalam suatu kegiatan, keikutsertaan, peran serta. Menurut Wojowasito dkk, partisipasi berasal dari kata dasar Bahasa Inggris “participate” yang berarti ikut mengambil bagian. (Suryosubroto, 2006: 71).

Menurut Mode Pidarta, partisipasi adalah pelibatan seseorang atau beberapa orang dalam suatu kegiatan. Keterlibatan tersebut dapat berupa keterlibatan mental dan emosi serta fisik dalam menggunakan segala kemampuan yang dimilikinya (berinisiatif) dalam segala kegiatan yang dilaksanakan serta mendukung pencapaian tujuan dan tanggung jawab atas segala keterlibatan. (Siti Irene Astuti, 2011: 50).

(29)

perhatian masyarakat dan dalam berpartisipasi, orang perlu mempertimbangkan insentif yang akan diterimanya.

Menurut Saleh Marzuki (2012: 8-10) ada beberapa upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan partisipasi antara lain sebagai berikut :

1) Penyuluhan Pendidikan

Dalam perubahan sikap mengajarkan bahwa seseorang akan berubah sikapnya dan dan mengerjakannya (seperti halnya dengan berpartisipasi) apabila dia mengerti dengan baik argumentasi rasional tentang penyuluhan pendidikan.

2) Penciptaan Insentif

Upaya untuk mempengaruhi orang agar mau berpartisipasi dalam pendidikan adalah dengan menciptkan suasana yang menyenangkan, membanggakan, penuh penghargaan, kepada siapa saja yang ikut berpartisipasi.

3) Meningkatkan Peran Tokoh Masyarakat

(30)

4) Mewujudkan Tanggung Jawab bersama Secara Nyata. Kelompok belajar perlu sekali melibatkan anggota masyarakat, tokoh masyarakat, termasuk anak-anak di luar sekolah, untuk mengadakan acara bersama sehingga mereka merasa betul-betul ikut memiliki kelompok dan program-programnya.

5) Meningkatkan Peran Tokoh Agama

Kalau program kelompok belajar gencar meminta bantuan tokoh agama untuk membantunya, mengapa pendidikan tidak membantunya? Peran mubalig dan tokoh agama ini penting untuk meluruskan anggapan yang keliru sekitar arti pendidikan, menurut ilmu, amal jariyah dan sebagainya.

(31)

b. Bentuk Partisipasi Pendidikan Nonformal

Bentuk partisipasi menurut Effendi yang dikutip oleh Siti Irene Astuti D (2011: 58), terbagi atas :

1) Partisipasi Vertikal

Partisipasi vertikal pada pendidikan nonformal terjadi dalam bentuk kondisi tertentu masyarakat terlibat atau mengambil bagian dalam suatu program pihak lain, dalam hubungan dimana masyarakat berada sebagai status bawahan, pengikut atau klien.

2) Partisipasi Horizontal

Partisipasi horizontal, masyarakat mempunyai prakarsa dimana dimana setiap anggota atau kelompok masyarakat berpartisipasi horizontal atau dengan yang lainnya.

Menurut Basrowi yang dikutip Siti Irene Astuti D (2011: 58) partisipasi yang melibatkan masyarakat dalam membetuk program pendidikan nonformal, yaitu :

1) Partisipasi Fisik

(32)

2) Partisipasi Non Fisik

Partisipasi non fisik adalah partisipasi keikutsertaan masyarakat dalam menentukan arah dan pendidikan nasional dan merata animo masyarakat untuk ilmu pengetahuan melalui penididikan, sehingga pemerintah tidak ada kesulitan mengarahkan rakyat untuk bersekolah.

Berdasarkan pendapat beberapa parah ahli yang memaparkan tentang partisipasi pendidikan nonformal yakni pendidikan nonformal selalu membutuhkan partisipasi masyarakat begitu juga sebaliknya masyarakat sangat membutuhkan pendidikan agar memperoleh ilmu pengetahuan yang layak serta masyarakat mampu memilih pendidikan yang layak agar pemerintah tidak memiliki kesulitan mengarahkan rakyat untuk bersekolah.

c. Macam-macam Partisipasi dalam Masyarakat

(33)

1) Partisipasi dalam pengambilan keputusan.

Partisipasi ini berkaitan dengan penentuan alterrnatif dengan masyarakat berkaitan dengan gagasan yang menyangkut kepentingan bersama. Wujud partisipasi ini antara lain ikut menyumbangkan gagasan atau pemikiran, kehadiran dalam rapat, diskusi dan tanggapan atau penilaian terhadap program yang ditawarkan.

2) Partisipasi dalam pelaksanaan.

Partisipasi ini meliputi menggerakkan sumber daya dan dana, kegiatan administrasi, koordinasi dan penjabaran program.

3) Partisipasi dalam pengambilan pemanfaatan.

Partisipasi dalam pengambilan manfaat tidak lepas dari hasil pelaksanaan yang telah dicapai baik yang berkaitan dengan kualitas maupun dengan kuantitas. Dari segi kualitas dapat dilihat dari outputsedangkan dari segi kuantitas dapat dilihat dari presentase keberhasilan program.

4) Partisipasi dalam evaluasi.

(34)

ketercapaian program yang sudah direncanakan sebelumnya.

Secara singkat partisipasi menurut Cohen dan Uphoff pada tabel di bawah ini:

Tahap Deskripsi

1. Pengambilan Keputusan Penentuan alternatif dengan masyarakat untuk menuju sepakat dari berbagai gagasan yang menyangkut kepentingan bersama. 2. Pelaksanaan Penggerakan sumber daya dan dana.

Dalam pelaksanaan merupakan penentu keberhasilan program yang dilaksanakan.

3. Pengambilan Manfaat Partisipasi berkaitan dari kualitas dan kuantitas hasil pelaksanaan program yang bisa dicapai.

[image:34.595.204.537.243.711.2]

4. Evaluasi Berkaitan dengan pelaksanaan program secara menyeluruh. Partisipasi ini bertujuan mengetahui bagaimana pelaksanaan program berjalan.

(35)

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa esensi partisipasi adalah keterlibatan sikap dan perbuatan nyata dala kegiatan menyusun rencana, melaksanakan, memanfaatkan hasil, dan mengevaluasi, atas suatu program.

d. Partisipasi Pendidik

Pendidik merupakan individu-individu yang berada di sekolah maupun luar sekolah yang berhubungan langsung maupun tidak langsung terhadap manajemen kependidikan, memiliki kesadaran sosial dan mempunyai pengaruh terhadap ilmu pendidikan (Syaiful Sagala, 2007: 269)

Departemen Pendidikan Nasional (2007: 46-48), mengartikan partisipasi pendidikan sebagai proses pendidik dan masyarakat terlihat aktif baik secara individual maupun kolektif, secara langsung maupun tidak langsung dalam pengambilan keputusan, pembuatan kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, pengawas atau pengevaluasian pendidikan di sekolah maupun luar sekolah.

(36)

peningkatan mutu, karena tujuan mutu menjadi sulit diperoleh jika pemahaman di dalam dunia intersubyektif (peserta didik, orang tua, pendidik) menunjukkan kesenjangan pengetahuan tentang mutu. Artinya, partisipasi masyarakat dalam peningkatan mutu berhasil jika ada pemahaman yang sama antar pendidik dalam menjadikan anak berprestasi (Siti Irene Astuti D, 2011: 193)

Dari penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa pendidik berperan secara langsung maupun tidak langsung dalam pengambilan keputusan, perencanaan, pengawasan atau pengevaluasian pendidikan di sekolah.

e. Faktor Penyebab Timbulnya Partisipasi

(37)

faktor persepsi juga mempengaruhi tingkat partisipasi. Karena partisipasi menentukan terbentuknya sikap terhadap sesuatu mamupun perilaku tertentu. Apabila masyarakat mempunyai persepsi yang baik terhadap suatu program partisipasi maka program yang dbentuk akan terlaksana sesuai dengan yang diharapkan.

2. Pendidikan Nonformal

a. Pengertian Pendidikan Nonformal

Pendidikan merupakan hal mutlak yang wajib dimiliki oleh semua individu, didalam setiap ajaran agama menganjurkan agar setiap individu wajib berusaha untuk mendapatkan pendidikan.

Menurut Dwi Siswoyo (2007: 15) menyatakan adanya pendidikan adalah setua dengan adanya kehidupan manusia itu sendiri. Dengan perkembangan perabadan manusia, berkembang pula isi dan bentuk termasuk perkembangan penyelenggaraan pendidikan. Ini sejalan dengan kemajuan manusia dalam pemikiran dan ide-ide tentang pendidikan.

(38)

dalam Saleh Marzuki (2012: 99) mendefinisikan pendidikan nonformal sebagai suatu bentuk kegiatan belajar yang berlangsung di luar sekolah dan Universitas.

Anak-anak yang tidak memiliki kesempatan mengikuti pendidikan formal sepatutnya dibanyak mungkin di jangkau melalui pendidikan nonformal agar mereka mendapatkan pembekalan yang memadai untuk kehidupannya. Pendidikan non formal menjawab kebutuhan pendidikan yang disesuaikan dengan konteks lokal masyarakat setempat yang tidak dapat dijawab oleh pendidikan formal (Depdiknas: 2009).

Frederick H, Harbison (Breembeck, 1983) dalam Saleh Marzuki (2012: 103) mendefinisikan pendidikan luar sekolah sebagai pembentukan skills dan pengetahuan di luar sistem sekolah formal. Pengertian di luar sistem adalah penyelenggaraannya tidak sepenuhnya mengikuti kaedah-kaedah pendidikan konvensional, sebagaimana di sekolah, organisasi penyelenggaraannya tidak mengikuti struktur sekolah yang mengikuti jenjang secara ketat.

(39)

Undang Undang No. 20 Tahun 2003 juga memamparkan beberapa jenis lembaga pendidikan yang menyediakan layanan pendidikan non formal di Indonesia, yaitu :

a) Balai Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda (BP-PLSP) adalah unit pelaksana teknis di lingkungan Departemen Pendidikan Nasional di bidang Pendidikan Luar Sekolah.

b) Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) adalah unit pelaksana teknis di lingkungan Dinas Pendidikan Provinsi di bidang Pendidikan Luar Sekolah.

c) Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) adalah unti pelaksana teknis Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota di bidang Pendidikan Luar Sekolah.

d) Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) adalah suatu lembaga milik masyarakat yang pengelolaannya menggunakan azas dari, oleh, dan untuk masyarakat.

e) Lembaga PNF sejenis merupakan lembaga pendidikan yang tumbuh dan berkembang di masyarakat, yang memberikan pelayanan pendidikan nonformal berorientasi life skills/ keterampilan.

Berdasarkan penjelasan dan pendapat para ahli tentang penngertian pendidikan nonformal dapat disimpulkan bahwa pendidikan nonformal adalah pendidikan yang tidak terikat dengan pendidikan formal yang dapat diikuti oleh siapa pun, dimana pun dan kapan pun. Pendidikan nonformal dilaksanakan dengan berstruktur dan berjenjang sama halnya dengan pendidikan formal.

b. Tujuan Pendidikan Nonformal

(40)

memerlukan layanan pendidikan sebelum mereka masuk sekolah, sesudah mereka menyelesaikan sekolah, ketika merekan tidak mendapatkan kesempatan sekolah, dan bahkan ketika mereka sedang bersekolah.

(41)

Santoso S. Hamijoyo (1983) dalam Saleh Marzuki (2012: 106) menyatakan bahwa tujuan pendidikan nonformal adalah agar individu dalam lingkungan sosial dan alam dapat secara bebas dan bertanggung jawab menjadi pendorong ke arah kemajuan.

Menurut Jansen (1983) dalam Saleh Marzuki (2012: 107) pendidikan nonformal atau pendidikan sosial bertujuan untuk membimbing dan merangsang perkembangan sosial ekonomi suatu masyarakat ke arah peningkatan taraf hidup.

Membimbing dan merangsang merupakan upaya yang sungguh-sungguh dan sistematik agar terjadi perkembangan usaha oleh peserta didik untuk mencukupi dirinya sendiri dan keluarganya. Bimbingan juga dapat merupakan bimbingan kelompok sehingga timbul suatu gerakan untuk meningkatkan kesejahteraan individu dan masyarakat secara keseluruhan.

Berdasarkan pendapat beberapa para ahli yang memaparkan tentang tujuan pendidikan nonformal dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan nonformal ingin menciptakan individu yang memiliki tanggung jawab besar terhadap sosial dan lingkungan dan dapat merangsang perkembangan sosial ekonomi masyarakat ke arah peningkatan taraf hidup masyarakat.

c. Konsep Dasar Pendidikan Nonformal

(42)

kerangka umum untuk menganalisis atau sebagai cara menerangkan fenomena-fenomena pendidikan yang sedang atau sering terjadi di masyarakat. Alasan kedua karena lapangan pendidikan nonformal belum diteliti secara seksama dan sistematik pada masa lalu. Bahkan mungkin sampai sekarang masih sedikit hasil-hasil penelitian di bidang tersebut.

Menurut Saleh Marzuki (2012: 136-140) menjelaskan empat konsep dasar pendidikan nonformal yang perlu diketahui, antara lain :

a) Pertama : pendidikan dipandang sebagai proses belajar sepanjang hayat manusia. Artinya, pendidikan merupakan upaya manusia untuk mengubah dirinya ataupun orang lain selama ia hidup.

b) Kedua : kebutuhan belajar minimum yang esensial (minimum essential learning needs). Yang dimaksud dengan kebutuhan belajar disini adalah sesuatu yang harus diketahui dan dapat dikerjakan oleh anak-anak, baik laki-laki maupun perempuan, sebelum mereka merasa bertanggung jawab sebagai orang dewasa.

c) Ketiga : proses pertumbuhan manusia dalam masyarakat transisi memerlukan layanan pendidikan guna membantu pertumbuhan individu secara efektif. Perjalanan anak menuju proses dewasa melaui beberapa tahap masa balita, masa kanak-kanak (6-12 tahun) yang terkait dngan kebutuhan akan sekolah dasar, masa remaja (13-18 tahun) yang terkait dengan kebutuhan sekolah menengah, dan pascaremaja atayu dewasa awal (19-24 tahun) terkait dengan pemenuhan kebutuhan pendidikan tinggi atau sekolah menengah.

(43)

kesempatan kerja, kesehatan yang lebih baik, dan peningkatan keadilan sosial.

Berdasarkan beberapa konsep dasar yang telah dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwa konsep dasar pendidikan nonformal yaitu pendidikan yang selalu dipandang sebagai sebuah proses belajar sepanjang hayat manusia baik laki-laki maupun perempuan, baik balita maupun oran dewasa. Pendidikan nonformal selalu memberikan layanan dan membantu pertumbuhan individu secara efektif serta mengembangkan dan membangun bersama guna untuk meningkatkan produksi dan pendapatan demi peningkatan keadilan sosial.

d. Tugas Pokok Pendidikan Nonformal

Pendidikan formal dan nonfomal saling memiliki ketergantungan, semakin nyata ketika semua orang yang ada di dunia merasakan perlunya mengembangkan pendidikan nonformal. Menurut Saleh Marzuki (2012: 140-141) tugas pokok pendidikan nonformal pada negara industri dan negara berkembang memiliki perbedaan.

(44)

atau complements sekolah dengan memberi pengalaman belajar melalui ekstrakulikuler seperti olah raga, kegiatan seni dan budaya, organisasi remaja dan pemuda; (3) PNF menindaklanjuti sekolah dngan menyajikan berbagai program pendidikan berkelanjutan atau kesempatan pendidikan lanjut setelah keluar dari sekolah atau menyelesaikan sekolah.

Pada negara industri dan negara berkembang tentu saja tugas PNF memiliki perbedaan karena paa dasarnya banyak anak yang berada di daerah terpencil dan khususnya pedesaan, tidak dapat mengikuti atau menyelesaikan sekolah baik dasar maupun menengah. Apabila dicermati tugas PNF pada negara berkembang adalah: (1) sebagai persiapan memasuki dunia sekolah; (2) sebagai suplemen atau tambahan pelajaran karena mata pelajaran yang disajikan di sekolah terbatas; (3) sebagai komplemen atau pelengkap karena kecakapan tertentu memang tidak diajarkan di sekolah tetapi tetap dipandang perlu, sementara kurikulum sekolah tidak mampu menampungnya; (4) sebagai pengganti (substitusi) karena anak-anak yang tidak pernah sekolah harus memperoleh kecakapan sama atau setara dengan sekolah.

e. Peran Pendidikan Nonformal dalam Mengatasi Anak Putus Sekolah

(45)

bagi masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan Nonformal dapat dijadikan sebagai bentuk layanan yang dirancang dapat meningkatkan kualitas hidupnya.

Menurut Saleh Marzuki (2009: 46) adapun peran pendidikan nonformal dalam mengatasi anak putus sekolah adalah:

a) Pendidikan Luar Sekolah sebagai Pendidikan Dasar Setiap individu mempunyai hak untuk mendapatkan paket minuman berupa pengetahuan, skills, dan sikap menjadi manusia dewasa yang memuaskan agar dapat mengarahkan dirinya pada kemajuan kualitas hidup dalam masyarakat.

b) Pendidikan Luar Sekolah sebagai Penyebar Informasi

(46)

c) Pendidikan Luar Sekolah sebagai Program Pelatihan Pendidikan luar sekolah memberikan pelengkap pengetahuan yang sudah diperoleh dari pendidikan formal. Pengetahuan pelengkap tersebut berupa keterampilan yang dapat diberikan melalui pelatihan.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa peran pendidikan pendidikan nonformal bagi anak putus sekolah adalah sebagai pendidikan dasar, sebagai sarana informasi dan pendidikan nonformal dapat dilakukan sebagai sarana pelatihan.

3. Anak Usia Sekolah

a. Pengertian Anak Usia Sekolah

Anak usia sekolah baik tingkat pra sekolah, sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas merupakan suatu masa usia anak yang sangat berbeda dengan usia dewasa. Di dalam periode ini didapatkan banyak permasalahan yang dialami anak, baik dalam masalah kesehatan, moral, tumbuh kembang dan proses belajar sangat menentukan kualitas anak di kemudian hari.

(47)

Menurut Wong (2009) anak usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun yang artinya sekolah merupakan pengalaman inti anak. Periode ketika anak-anak dianggap mulai bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam hubungan dengan orang tua mereka, teman sebaya, dan orang lain. Usia sekolah merupakan masa anak memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh keterampilan tertentu.

Berdasarkan pendapat beberapa para ahli tentang pengertian anak usia sekolah dapat disimpulkan bahwa anak usia sekolah merupakan anak yang berumur 6-12 tahun yang masih sangat memerlukan perhatian orang tua baik secara moral, fisik, tumbuh kembang, kesehatan dan proses belajar. Anak pada usia ini harus sudah bisa belajar memiliki tanggung jawab terhadap orang tua, teman sebaya maupun orang lain.

(48)

minat mereka, sehingga timbul beberapa macam faktor yang mempengaruhi belajar dan prestasi belajar anak.

Menurut Hall (1983) dalam R. Semiawan Conny (2008: 11) menyatakan ada dua mekanisme yang mempengaruhi belajar anak pada setiap tindakan yaitu akomodasi dan asimilasi. Akomodasi adalah perubahan respons terhadap tuntutan lingkungan anak yang mencakup perkembangan skema yang baru dari adaptasi yang sudah ada. Asimilasi merupakan proses memberi respons terhadap stimulus anak.

R. Semiawan Conny (2008: 11-14) menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar anak, yaitu:

1) Pemenuhan Kebutuhan Psikologis

Secara umum diketahui bahwa dalam perkembangan anak perlu dipenuhi berbagai kebutuhan, yaitu kebutuhan primer, pangan, sandang, dan perumahan serta kasih sayang, perhatian, penghargaan terhadap dirinya dan peluagn mengkualitaskan dirinya. Lingkungan sekolah dan lingkungan sosial merupakan bekal yang baik untuk anak dalam menghadapi masa depan. Pendidikan yang potensial berakar dari pergaulan biasa, khususnya orang tua dan anak. Setiap pergaulan merupakan suatu lapangan yang memiliki kemungkinan kesiapan untuk berubah menjadi situasi pendidikan dimana mendidik dilandasi oleh nilai moral tertentu dan mengacu pada perwujudan potensi bakat tertentu, yaitu suatu tindakan untuk memenuhi tuntutan kebutuhan psikologis.

2) Inteligensi, Emosi, dan Motivasi

(49)

lingkungan. Keseimbangan antara intelektual dan emosional diperlukan untuk berkonsentrasi terhadap materi pelajaran yang dihadapi, mengatasi stres atau kecemasan dalam persoalan tertentu.

3) Pengembangan Kreatif

Seiap anak dilahirkan dengan bakat yang merupakan potensi kemampuan yang berbeda-beda dan terwujud karena interaksi yang dinamis antara keunikan individu dan pengaruh lingkungan. Berbagai kemampuan yang teraktualisasikan beranjak dari berfungsinya otak anak.

Berdasarkan penjelasan di atas tentang faktor yang mempengaruhi prestasi belajar anak dapat disimpulkan bahwa peran orang tua sangat mempengaruhi prestasi belajar anak. Orang tua harus memperhatikan pemenuhan kebutuhan psikologis pada anak, intelegensi, emosi dan motivasi, serta pengembangan kreativitas anak agar anak dengan mudah beradaptasi di lingkungan masyarakat dan lingkungan sosial.

c. Kepedulian Anak terhadap Pendidikan

(50)

Kepedulian juga dapat didefenisikan sebagai sesuatu yang memiliki tiga komponen, yaitu :

1. Pemahaman dan empati kepada perasaan dan pengalaman orang lain.

2. Kesadaran kepada orang lain.

3. Kemampuan untuk bertindak berdasarkan perasaan tersebut dengan perhatian dan empati.

Kepedulian anak terhadap pendidikan merupakan salah satu wujud empati anak usia sekolah terhadap pendidikan dan hasrat seorang anak untuk menyelesaikan pendidikan tersebut.

Konsep kepedulian anak terhadap pendidikan menurut Sihombing dalam Mustikasari (2010: 29) yaitu menekankan anak untuk berpartisipasi pada setiap kegiatan pembelajaran disekolah maupun di luar sekolah. Hal ini bertujuan untuk mewujudkan anak yang cerdas, terampil, mandiri, dan memiliki daya saing dengan melakukan program belajar yang sesuai dengan kebutuhan anak.

(51)

a. Internet

Dunia maya yang sangat transparan dalam mencari suatu informasi malah menjadi sarana yang menyebabkan lunturnya kepedulian sosial. Manusia menjadi lupa waktu karena terlalu asyik menjelajah dunia maya. Tanpa disadari mereka lupa dan tidak menghiraukan lingkungan masyarakat sekitar, sehingga rasa peduli terhadap lingkungan sekitar kalah oleh sikap individualisme yang terbentuk dari kegiatan tersebut.

b. Sarana Hiburan

Seiring dengan kemajuan teknologi maka dunia hiburan akan turut berkembang. Karakter anak-anak yang suka bermain akan menjadikan anak sebagai korban dalam perkembangan sarana hiburan. Anak yang terlalu lama bermain game akan mempengaruhi kepedulannya terhadap sesama. Mereka tidak berhubungan langsung dengan sesamanya. Hal tersebut mengharuskan orang tua untuk meningkatkan pengawasan terhadap anak-anaknya.

(52)

Televisi merupakan salah satu sarana untuk mencari hiburan dan memperoleh informasi yang up to date, namun sekaran ini banyak tayangan di TV yang tidak mendidik anak-anak. Diantaranya adalah acara gosip dan sinetron. Secara tidak langsung penonton diajari berbohong, memfitnah orang lain, menghardik orang tua, dan tayangannya jauh dari realita kehidupan masyarakat Indonesia pada umumnya.

d. Masuknya Budaya Barat

Pengaruh budaya barat yang bersifat immaterial dan cenderung berseberangan dengan budaya timur akan mengakibatkan norma-norma dan tata nilai kepedulian yang semakin berkurang. Masyarakat yang kehilangan rasa kepedulian akan menjadi tidak peka terhadap lingkungan sosialnya, dan akhirnya dapat menghasilkan sistem sosial yang apatis.

(53)

pengaruh dari budaya barat, tontonan televisi, internet dan sarana hiburan.

d. Peran Orang Tua pada Anak Usia Sekolah

Menurut Wahit Iqbal Mubarak (2006: 259) peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukannya dalam sesuatu sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil, sementara untuk posisi tersebut merupakan identifikasi dari status tentang seseorang dalam suatu sistem sosial dan merupakan perwujudan aktualisasi diri.

Menurut Gracia Zhuo (2008: 71) peran orang tua adalah pertama kali tahu bagaimana perkembangan dan perubahan pada karakter dan kepribadian anak. Orang tua harus selalu realistis dalam memperhatikan perkembangan dan pertumbuhan anak.

(54)

Berdasarkan beberapa penjelasan dan pendapat para ahli tentang peran orang tua pada anak usia sekolah adalah orang tua merupakan sosok yang sangat dibutuhkan oleh anak, karena peran orang tua dapat memberikan perhatian dan kasih sayang. Tanpa adanya peran dari orang tua anak sulit untuk berkembang, terlebih lagi dalam mencapai tingkat kemandirian.

4. Kelompok Belajar a. Pengertian Belajar

Pemahaman terhadap makna belajar memiliki arti penting, karena perencanaan pembelajaran yang didasarkan pada konsep belajar yang tepat dapat mendukung efektivitas proses belajar. Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

W.S Winkel dalam Zainal Arifin Ahmad (2012: 6) merumuskan pengertian belajar sebagai suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interkasi aktif dalam lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dal pengetahuan dan pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.

(55)

permanen dalam suatu kecenderungan tingkah laku sebagai hasil dari praktek atau pelatihan. Belajar adalah proses yang aktif suatu fungsi dari keseluruhan lingkungan disekitarnya.

Morris L. Bigge dalam Zainal Arifin Ahmad (2012: 16) menjelaskan bahwa belajar merupakan perubahan terus-menerus dalam kehidupan individu yang tidak didapatkan dari keturunan atau tidak terjadi secara genetik. Perubahan yang terjadi pada setiap individu meliputi perubahan pemahaman, tingkah laku, persepsi, dan motivasi. Belajar senantiasa merujuk pada perubahan sistematis dalam tingkah laku yang terjadi sebagai konsekuensi dari pengalaman dalan situasi-situasi tertentu.

Setiap belajar selalu memiliki sebuah teori sebagai alat untuk mengukur perubahan. Teori yang menjelaskan bagaimana proses terjadinya perubahan tingkah laku pada peserta didik disbut teori belajar. Teori belajar selalu menjelaskan kejadian yang sebenarnya dalam konteks perubahan tingkah laku pesesrta didik.

Menurut Zainal Arifin Ahmad (2012: 18-20) menyatakan bahwa perkembangan teori belajar dibagi menjadi tiga macam yaitu teori belajar behavioristik, teori belajar humanistik dan teori belajar kognitif.

(56)

berfikir. Pendidik juga harus lebih memahami peserta didik pada anak pra sekolah dan anak yang sedang bersekolah. Teori belajar seharusnya dipraktekkan secara murni oleh pendidik kepada peserta didik, agar stimulus yang mereka miliki dapat berjalan sesuai dengan proses belajar.

Dari berbagai definisi belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa pada intinya belajar mengandung hal-hal yang pokok. Hal pokok yang terdapat pada belajar adalah belajar merupakan proses usaha yang memerlukan waktu tertentu, terdapat perubahan tingkah laku peserta didik selama proses belajar, perubahan belajar terjadi melalui pengalaman dan latihan, tingkah laku belajar menjadi sesuatu yang relatif mantap dan belajar terjadi karena adanya interaksi dengan lingkungannya.

b. Pengertian Kelompok Belajar

Menurut Tohirin (2007: 291) kelompok belajar merupakan suatu cara dimana peserta didik memperoleh kesempatan untuk memecahkan masalah secara bersama-sama. Kelompok belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan orang lain yang beranggotakan beberapa orang (5-6 orang), yang ditujukan sebagai sarana untuk bertukar pengalaman dan pendapat.

(57)

pembelajaran yang melibatkan beberapa orang dalam interksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, dalam pengambilan kesimpulan atau pemecahan masalah pada proses pembelajaran.

Menurut Aunur Raman (2011) menemukan beberapa ciri umum kegiatan kelompok belajar :

1) Kelompok belajar merupakan suatu aktivitas belajar pada diri seseorang mamupun banyak orang yang disadari atau disengaja.

2) Kelompok belajar merupakan interaksi individu dengan orang lain, teman sebaya dan lingkungan. 3) Hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan kelompok

belajar berupa tingkah laku.

Berdasarkan penjelasan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kelompok belajar merupakan kegiatan yang dilakukan lebih dari satu orang yang berguna untuk sebagai alat bertukar pengalaman. Kelompok belajar memberikan perubahan yang positif pada tingkah laku anak.

c. Manfaat Kelompok Belajar

(58)

1) Anak lebih memperoleh hasil pembelajaran yang lebih tinggi.

2) Anak yang mengikuti kelompok belajar lebih memiliki sikap harga diri yang lebih tinggi dan motivasi yang lebih besar untuk belajar.

3) Anak lebih peduli dengan teman-temannya, dan diantara mereka akan terbangun rasa ketergantungan yang positif dalam proses belajar mereka nanti. 4) Anak lebih dapat menerima teman dengan baik

walaupun dari etnis, ekonomi dan asal usul yang berbeda.

d. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran pada Kelompok Belajar

Seperti belajar dan pembelajaran pada umumnya, pembelajaran pada kelompok belajar memiliki kelemahan dan kelebihan. Adapun kelebihan dari mengikuti kelompok belajar adalah:

1) Pembelajaran pada kelompok belajar tidak membosankan karena setiap peserta didik harus memiliki keaktifan dalam menciptakan kekreatifan yang mereka miliki

(59)

bertukar pikiran sesuai dengan pengalaman mereka masing-masing, sehingga anak lebih mudah memahami apa yang mereka pelajari dari kelompok belajar.

3) Menciptakan rasa sosial yang tinggi dan memiliki pengaruh yang besar pada lingkungan tempat tinggal anak.

4) Meningkatkan kemampuan untuk berkooperatif.

Selain kelebihan program kelompok belajar juga memiliki kelemahan yaitu:

1) Pada saat pembelajaran pada kelompok belajar situasi ruangan kurang kondusif karena anak mengeluarkan suara.

2) Pada anak yang kurang memiliki kekreatifan,anak akan kurang mampu bergaul dengan teman lainnya. 3) Mengatur waktu pembelajaran karena usia dan

kemampuan anak yang berbeda-beda. B. Penelitian yang Relevan

(60)

yang besar dan lebih pandai dalam berinteraksi dengan anak lainnya. 2) Dengan adanya kelompok belajar tingkat kreatifitas dan keterlibatan anak dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga adanya peningkatan dalam prestasi belajar anak. 3) Faktor pendukung dengan adanya kelompok belajar tersebut tingkat kualitas anak semakin bertambah dan mendapatkan dukungan dari orang tua untuk memenuhi kebutuhan anaknya di sekolah; sedangkan faktor penghambat adalah kurangnya sarana belajar mengajar, kurang aktifnya pembelajaran peserta didik, dan sebagian kecil orang tua beranggapan kurang pentingnya mengikuti program kelompok belajar.

Penelitian yang relevan di atas, berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu mengenai partisipasi program kelompokbelajar guna mengatasi ketidak pedulian anak usia sekolah. Di sini terdapat kesamaan subjek sebagai dasar penelitian yaitu mengenai partisipasi pendidikan nonformal dengan membentuk kelompok belajar sore hari. Adapun perbedaan antara penelitian yang relevan di atas dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu terdapat pada objek lembaga yang berbeda.

(61)

kekurangan fasilitas belajar dapat mengakibatkan anak kurang dapat mengaktualisasi kemampuan dasar dalam belajar. 2) Orang tua berfungsi sebagai dorongan mengarahkan tujuan belajar anak sehingga anak mampu menciptakan tingkat percaya diri, rasa tanggung jawab dan terbentuk motivasi belajar yang tinggi. 3) Keadaan lingkungan berfungsi sebagai penentu atau pendorong yang mampu membantu anak usia sekolah dalam penentuan keberhasilan belajar mereka.

Penelitian yang relevan di atas, berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Persamaan objek penelitian terdapat pada anak usia sekolah. Terdapat perbedaan antara penelitian diatas dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu pada subjek yang diteliti. Pada penelitian di atas, subjek yang diteliti adalah pola asuh, lingkungan belajar dan motivasi pada anak. Sedangkan subjek dari penelitian yang akan dilakukan adalah partisipasi program nonformal pada Kelompok Belajar yang sudah berada diluar pengamatan namun masih berada dilingkup wilayah cakupan anak usia sekolah.

C. Kerangka Berfikir

(62)

memiliki kabalitas, visi, dan kinerja yang memuaskan. Tetapi seiring berjalannya waktu dan kemajuan zaman. Sekarang ini banyak anak usia sekolah tidak melanjutkan sekolahnya dan putus di tengah jalan. Salah satu sumber dari permasalahan tersebut adalah hasil penambangan timah yang sangat menggiurkan siapapun yang menambangnya. Maka dari itu anak-anak di desa Jalanlaut lebih memilih bekerja dibandingkan bersekolah.

Kelompok belajar merupakan program yang turut serta bersam-sama orang tua dan masyarakat untuk mengatasi permasalahan kesejahteraan sosial, khususnya anak-anak usia sekolah. Dalam mengatasi ketidak pedulian anak terhadap pendidikan kelompok belajar berperan sebagai pembina, pengarah, pengajar, pengembang, motivator dalam keberadaan dan pelaksanaan pembelajaran.

Kelompok Belajar sore hari di desa Jalanlaut merupakan salah satu kelompok belajar yang tetap eksis dalam memberi pembelajaran kepada anak-anak yang kurang memperdulikan pendidikan selama lebih dari 5 tahun. Pada Kelompok Belajar sore hari partisipasi masyarakat dan orang tua memiliki manfaat yang sangat besar terhadap anak-anak untuk selalu mengikuti kelompok belajar sore hari di desa Jalanlaut.

(63)

tersebut. Hal ini bertujuan agar hasil penelitian yang dilakukan dapat menjadi acuan orang tua dan masyarakat bahwa kelompok belajar memiliki peran yang besar dan positif bagi kelangsungan pembelajaran ini.

[image:63.595.135.504.225.541.2]

Kerangka Berfikir

Gambar 1. Kerangka Pikir

D. Pertanyaan Penelitian

Dalam upaya memperoleh data yang akurat, maka peneliti merumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai acuan dalam proses penelitiannya sebagai berikut:

1. Apa saja program pembelajaran yang diberikan kelompok belajar pada anak-anak usia sekolah yang tidak memperdulikan pendidikan?

Kelompok Belajar

Anak-anak usia sekolah di desa

Jalanlaut

Program Pembelajaran Kelompok Belajar

Anak-anak usia sekolah tetap memperdulikan

pendidikan Partisipasi kelompok

belajar terhadap anak usia sekolah, faktor pendukung

(64)

2. Bagaimana bentuk partisipasi kelompok belajar sore hari yang diberikan pada anak yang tidak memperdulikan pendidikan?

3. Apa saja manfaat yang diperoleh dari partisipasi kelompok belajar pada anak usia sekolah di desa Jalanlaut?

4. Apa saja faktor pendukung dari partisipasi kelompok belajar guna mengatasi ketidak pedulian anak terhadap pendidikan?

(65)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian dapat didefinisikan sebagai upaya mencari jawaban yang benar atas suatu masalah berdasarkan logika dan didukung oleh data-data empirik. Dapat pula dikatakan bahwa penelitian adalah kegiatan yang dilakukan secara sistematis melalui proses pengumpulan data, pengolahan data, serta menarik kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh menggunakan metode dan teknik tertentu (Departemen Pendidikan Nasional, 2008: 5).

Dalam melakukan penelitian banyak pendekatan penelitian yang dapat digunakan untuk membantu untuk mengumpulkan data yang diperlukan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan metode study kasus (case study), yaitu sebuah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Study kasus didefinisikan sebagai metode untuk memahami individu yang dilakukan secara integrative dan komprehensif agar diperoleh pemahaman yang mendalam tentang individu tersebut beserta masalah yang dihadapinya dengan tujuan masalahnya dapat terselesaikan dan memperoleh perkembangan diri yang baik. (Susilo Rahardjo dan Gudnanto, 2011: 250)

(66)

holistik dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. (Lexy J. Moleong, 2011: 6)

Menurut Sugiyono (2010: 15), metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambil sample sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan) analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.

Penelitian kualitatif adalah penelitian untuk menjawab permasalahan yang memerlukan pemahaman secara mendalam dalam konteks waktu dan situasi yang bersangkutan, dilakukan secara wajar dan alami sesuai dengan kondisi objektif dilapangan tanpa ada manipulasi, serta jenis data yang dikumpulkan terutama data kualitatif. Proses penelitian yang dimaksud antara lain melakukan pengamatan terhadap orang dalam kehidupannya sehari-hari, berinteraksi dengan mereka, dan berupaya memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Untuk itu peneliti harus terjun kelapangan dengan waktu yang cukup lama (Zainal Arifin, 2012: 29).

(67)

tentang suatu fenomena yang unik secara mendalam dan lengkap dengan prosedur dan teknik yang khusus sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif sehingga menghasilkan sebuah teori yang grounded yaitu teori yang dibangun berdasarkan data, yang diperoleh selama penelitian berlangsung.

Menurut Bogdan dan Biklen dalam Sugiyono (2010: 9-10) mengajukan beberapa ciri-ciri yang membedakan penelitian kualitatif dengan penelitian lainnya, yaitu :

1. Latar Alamiah, dilakukan pada kondisi yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen), langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrumen kunci.

2. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menemukan pada angka.

3. Penelitian lebih menekankan pada proses dari pada produk atau out come.

4. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif.

5. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang teramati).

(68)

Alasan dipilihnya pendekatan ini adalah karena penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau fenomena yang terjadi, dan berusaha memaparkan data sebagaimana adanya tentang Partisipasi Program KelompokBelajar pada Anak Usia Sekolah guna Mengatasi Ketidak Pedulian Anak terhadap Pendidikan di Desa Jalanlaut Kabupaten Bangka. Pendekatan ini juga berdasarkan pendekatan bahwa data yang dicari sebagian besar adalah data yang menggambarkan peran pendidikan nonformal dalam mendorong anak usia sekolah untuk melanjutkan pendidikan yang semestinya dalam program kelompok belajar sore hari diungkap dalam bentuk kata-kata atau kalimat dengan analisis data non-statistik atau analisis dengan prinsip logika.

B. Subyek Penelitian

(69)

sebagai penambang timah yang kurang memperdulikan pendidikan anak mereka.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan disebuah program pendidikan nonformal yaitu kelompok belajar sore hari yang didirikan khusus untuk untuk anak usia sekolah yang meninggalkan pendidikan mereka dan lebih mementingkan menambang timah yang menghasilkan uang. Kelompok belajar sore hari ini terletak di Desa Jalanlaut No. 3 dan berada 3 Km dari pusat kota Sungailiat. Alasan dipilihnya Kelompok Belajar Sore Hari ini adalah karena sudah hampir 3 tahun kelompok belajar sore hari ini dibentuk dan telah eksis sampai saat ini dalam mengatasi ketidak pedulian anak pada pendidikan karena pengaruh tambang timah tradisional yang semakin marak membuat anak-anak untuk berhenti bersekolah di desa Jalanlaut. Dan selama itulah peran pendidik, orang tua dan tokoh masyarakat di desa Jalanlaut sangat dibutuhkan demi perkembangan kelompok belajar sore hari sehingga memperkecil angka putus sekolah. D. Sumber dan Jenis Data

1. Jenis Data

(70)

identitas subyek dan beberapa dokumen penting lainnya tentang proses pencalonan subyek menjadi calon legislatif yang menjadi data penunjang atau data pelengkap.

2. Sumber Data

Sumber untuk memperoleh data yang diperlukan adalah segala perilaku dan kata-kata subyek. Untuk keabsahan data peneliti menggunakan telaah triangulasi sumber, yaitu penggunaan sumber yang berbeda untuk mengumpulkan data sejenis. Sumber data yang dimaksud adalah signifikant other yaitu istri subyek dan sahabat subyek beberapa sumber data. Sumber data bisa berbentuk kata-kata, perilaku dan sumber tertulis seperti data arsip tentang identitas subyek.

E. Definisi Konsep

Anak putus sekolah adalah berhentinya peserta didik secara terpaksa dari suatu lembaga pendidikan tempat dia belajar. Artinya adalah terlantarnya anak dari sebuah lembaga pendidikan formal, yang disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya kondisi lingkungan tempat tinggal yang kurang memadai. (Musfiqon: 2007: 19)

(71)

1. Lingkungan yang kurang baik terhadap perkembangan pendidikan anak, sehingga minat anak untuk bersekolah kurang mendapat perhatian sebagaimana mestinya.

2. Anak kurang mendapatkan perhatian dari orang tua terutama tentang pendidikannya, juga karena kurangnya orang-orang terpelajar sehingga yang mempengaruhi anak kebanyakan adalah orang yang tidak bersekolah.

3. Anak seusia sekolah sudah mengenal bahkan sudah mampu mencari uang terutama untuk keperluannya sendiri.

Sedangkan kelompok belajar disini adalah salah satu cara untuk mengatasi ketidak pedulian anak terhadap pendidikan. Kelompok belajar sendiri merupakan suatu proses pembelajaran yang melibatkan beberapa orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, dalam pengambilan kesimpulan atau pemecahan masalah pada proses pembelajaran. (Uzer Usman, 2008: 94)

Seperti belajar pada umumnya, kelompok belajar memiliki strategi pembelajaran diantaranya :

1. Pembelajaran pada kelompok belajar menuntut anak lebih kreatif agar suasana dan proses pembelajaran tidak membosankan.

2. Meningkatkan kooperatif pada anak.

(72)

4. Membentuk kelompok diskusi agar anak lebih dapat bersosialisasi antara sau dengan yang lainnya, sehingga anak lebih mudah memahami pembelajaran yang diajarkan pendidik.

Anak usia sekolah adalah anak yang berumur 6-12 tahun yang masih sangat memerlukan perhatian orang tua baik secara moral, fisik, tumbuh kembang, kesehatan dan proses belajar.

Sehingga anak usia sekolah yang kurang memperdulikan pendidikan akibat tambang timah tradisional disini sangat membahayakan masa depan pendidikan anak-anak. Masalah-masalah yang timbul ketika anak terlalu terbuai dengan tambang timah tradisional adalah tingkah laku, fisik, emosi, dan kognisi. Sedangkan kelompok belajar disini merupakan sebuah bentuk pengendalian anak usia sekolah yang kurang memperdulikan pendidikan akibat tambang timah supaya anak memperoleh pendidikan walaupun tidak secara formal.

F. Teknik Pengumpulan Data

(73)
[image:73.595.146.470.194.367.2]

wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. (Sugiyono, 2010: 83)

Gambar 2 : Triangulasi Sumber 1. Observasi Partisipastif

Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Penelitian partisipatif ini kemudian dikhususkan lagi menjadi partisipasi pasif (passive participation) artinya peneliti datang ke tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut. (Sugiyono, 2010 : 65-66)

Alasan penggunaan pengamatan adalah karena teknik pengamatan ini didasarkan atas pengalaman secara langsung. Kedua karena teknik pengamatan memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya. Ketiga, teknik Observasi Partisipatif

Wawancara Mendalam

Dokumentasi

(74)

pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proposisional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data. Keempat, dapat mencegah bias yang biasanya terjadi pada proses wawancara. Kelima, teknik pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi yang rumit. (Lexy J. Moleong, 2011: 174-175)

Menurut Spradley dalam Sugiyono (2010: 68) obyek observasi dinamakan situasi sosial, yang terdiri atas :

a. Place, tempat dimana interaksi dalam situasi sosial sedang berlangsung.

b. Actor, pelaku atau orang-orang yang sedang memainkan peran tertentu.

c. Activity, kegiatan yang dilakukan oleh aktor dalam situasi sosial yang sedang berlangsung.

Tahapan observasi menurut Spradley (1980) dalam Sugiyono (2010: 69-71) terdiri atas 3 tahapan yaitu :

a. Observasi deskriptif

(75)

b. Observasi terfokus

Termasuk mini tour observation,

Gambar

Tabel 1. Tahap Pelaksanaan Program Partisipasi
Gambar 1. Kerangka Pikir
Gambar 2 : Triangulasi Sumber
Gambar 3: Pulau Bangka Belitung
+5

Referensi

Dokumen terkait