• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Berita dan Kekerasan Negara (Analisis Wacana Kritis Teun Van Dijk Terhadap Berita Metro Realitas Edisi 07/07/2014) T1 362007066 BAB V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Berita dan Kekerasan Negara (Analisis Wacana Kritis Teun Van Dijk Terhadap Berita Metro Realitas Edisi 07/07/2014) T1 362007066 BAB V"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

฀A฀ V

ANALISIS & PEM฀AHASAN

฀ada bab ini diuraikan analisis dan pembahasan penelitian. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis wacana model Teun A Van Dijk. Menurut Van Dijk penelitian analisis wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi, yang dalam hal ini adalah praktik produksi media. ฀emahaman akan produksi teks pada akhirnya akan memperoleh pengetahuan mengapa teks bisa demikian, disini Van Dijk juga melihat bagaimana tatanan sosial, dominasi dan kelompok kekuasaan yang ada dalam masyarakat dan bagaimana kognisi/pikiran dan kesadaran yang membentuk, dan berpengaruh terhadap teks-teks tertentu. Lewat analisis wacana, bukan hanya mengetahui isi teks berita, tetapi juga bagaimana pesan itu disampaikan. Lewat kata, perasa, kalimat, metafora macam apa suatu berita disampaikan. Dengan melihat bagaimana bangunan struktur kebahasaan tersebut, analisis wacana lebih bisa melihat makna yang tersembunyi dari suatu teks (Eriyanto, 2001:15).

5.1 Dimensi Teks

Menurut Littlejohn (Eriyanto,2001:226) antara bagian teks dalam model Van Dijk dilihat saling mendukung, dan mengandung arti yang koheren satu sama lain, karena semua teks dipandang Van Dijk mempunyai suatu aturan yang dapat dilihat sebagai suatu piramida. ฀rinsip ini untuk mengamati bagaimana suatu teks terbangun lewat elemen-elemen yang lebih kecil. Berikut akan diuraikan satu persatu elemen wacana Van Dijk tersebut berkaitan dengan berita Metro Realitas edisi 07/07/2014.

Tabel. 5.1.1

Elemen Wacana Van Dijk pada berita Metro Realitas Edisi 07/07/2014 Struktur

Wacana Elemen Temuan

Struktur Makro Tema/Topik

(2)

49 bidang tanah yang berada dikawasan seluas 350 hektar yang tanah tersebut telah dibebaskan oleh

฀T. SAM฀.

฀ Sub topik muncul bersama dengan kemunculan pembawa acara karena mengacu pada setiap pertanyaan dari

pembawa acara (lihat adegan 2,13,32,42 di tabel 4.1)

Superstruktur (Skematik)

Skema/Alur

฀ ฀endahuluan (฀ead): Alur dalam teks, diawali dengan menampilkan beberapa cuplikan kejadian di Teluk

Jambe Karawang Jabar yang direkam oleh Metro Realitas

(adegan 1&2).

฀ Isi : Setelah adegan tersebut muncul pembawa acara dengan mengucapkankan tentang tanah sengketa, tanah bersurat sah bisa

diakui oleh pihak lain atas nama hukum. Lalu setelah itu narator/voice over muncul, dengan

mengungkapkan pernyataan yang menunjang apa yang telah dikatakan oleh pembawa acara, yang didukung

dengan gambar video yang ditampilkan, hasil wawancara dengan pihak-pihak yang dikaitkan

(3)

kebingungan, keteakutan dan ketertindasan warga akan peristiwa

yang terjadi. (adegan 3-41). ฀ ฀enutup : yang pada akhirnya

dimunculkan kembali pembawa acara yang menarasikan tentang

[image:3.595.102.519.110.751.2]

nasib warga dan bagaimana keadilan bagi warga. (adegan 42). ฀ Keseluruhan dapat dilihat dalam tabel 4.1 tentang narasi video berita

Metro Realitas edisi 07/07/2014

Struktur Mikro (Semantik)

Latar

Banyak menampilkan latar terkait petani/warga yang melakukan aksi

penolakan, kebingungan serta ketertindasan mereka akibat dilema

mereka di tanah sengketa.

Detil

Terlihat pada setiap pertanyan pembawa acara yang setelah itu dijawab oleh voice over, dan ditunjang dengan visualisasi,

terkait dengan dilema warga di tanah sengketa.

฀ Kebenaran eksplisit: (1) berkaitan dengan bukti hak milik sah dan

(4)

Maksud

lahan mereka (adegan 16). (2)Warga dianggap sebagai sebuah ancaman

(adegan 7). (3) Ketakutan warga untuk kembali meladang (adegan

20-21). (4) Kesengsaraan akibat lahan warga dirampas (adegan 38) .

(5) Warga akan tetap berusaha menolak eksekusi(adegan 33-35). (6) Tidak ada tempat untuk warga berlindung dari tindak ketidakadilan

(adegan 41).

฀ Kebenaran implisit :(1) ฀T.SAM฀ menjadi pemilik sah atas tanah yang

di sengketakan (adegan 11&18).

Pra-anggapan

฀ra-anggapan dari berita terlihat di awal berita yang memunculkan pembawa

acara dengan kurang lebih

menyatakantentang ‘tanah bisa berpindah tangan dalam sekejap atas nama hukum,

belum lagi tanah bersurat sah, dan warga/petani terancam kehilangan sumber penghidupan (adegan 2).

Nominalisasi

฀ ฀ada adegan 3,8,12,18,33,38 : muncul kata 350 hektar

฀ ฀ada adekan 5 : muncul kata 7000 personil.

฀entuk kalimat

฀ ฀ada adegan pembawa acara

ataupun adegan yang memunculkan voice over (VO) banyak

(5)

Struktur Mikro (Sintaksis)

Koherensi

฀ ฀ada adegan 2 (perbawa acara) berkaitan dengan adegan VO (3,5,8,12,14,16,18).

฀ ฀ada adegan 3 (perbawa acara) berkaitan dengan adegan VO (20,22,26,28).

฀ ฀ada adegan 32 (perbawa acara) berkaitan dengan adegan VO (33,34,38,40).

Kata ganti

฀ ฀embawa acara kerap menggunakan kata ganti mereka untuk menyebut

warga/petani.

Struktur Mikro

(Stilistik) Leksikon

฀ ฀ada adegan 2,3,18,20,32 : kata sengketa.

฀ ฀ada adegan 2 : kata terancam. ฀ ฀ada adegan 5: kata menghadapi. ฀ ฀ada adegan 3,8,12,16,20,33,34 :

kata eksekusi.

฀ ฀ada adegan 22 : kelompok penjaga. ฀ ฀ada adegan 32 : aksi represif. ฀ ฀ada adegan 38 : kata penguasaan

paksa, kesengsaraan dan terpaksa. ฀ ฀ada setiap adegan bumper in dan

memunculkan judul, dimana tulisan’ Ditanah Sengketa’ pada judul tersebut merupakan huruf kapital dan berwarna merah.

(6)

Struktur Mikro (Retoris)

Grafis : di ambil dari berbagai ang฀e yang juga menampilkan sebuah

background, seolah berada di sebuah tempat/ruangan yang sudah tidak berpenghuni, memiliki retakan di tembok, remang-remang.

[image:6.595.104.519.111.597.2]

฀ ฀ada adegan 8 : memunculkan gambar tiga desa yang berada dipinggir jalan tol Jakarta-Cikampek.

฀ ฀ada adegan 18 : memunculkan sebuah plakat/patok yang bertulis “tanah sah milik ฀T. Sumber Air Mas ฀ratama”.

฀ ฀ada adegan 41: pada akhir adegan ini, saat akhir dari wawancara memberikan efek pudar pada gambar yang seolah televisi yang rusak.

Metafora

฀ ฀ada adegan 2 : berkaitan dengan kata sekejap.

฀ ฀da adegan 12 : berkaitan dengan kata berkali-kali yang mengacu pada perlawanan/penolakan warga. ฀ ฀ada adegan 14: berkaitan dengan kata berpuluh-puluh dan tetesan air

mata dan darah.

Ekspresi pembawa acara yang cukup datar, cukup Terlihat pada ekspresi wajah dari tegas dan tenang, selayaknya seorang

pencerita/narator yang bijak.

(7)

yang tidak menyenangkan, setelah itu yang dinampakan dalam berita merupakan keadaan/kondisi yang merujuk pada kesengsaraan bagi warga, lalu wujud kesengsaraan berupa :

฀ Wujud kesengsaraan pertama berkaitan dengan tindakan untuk warga tetap menolak eksekusi lahan maka akan membuat mereka berhadapan dengan personil bersenjata yang identik dengan berlangsungnya kekerasan fisik. ฀ Wujud kesengsaraan kedua ialah apabila warga tidak melakukan penolakan

dengan menunjukkan bukti-bukti sah atas tanah yang akan dieksekusi, maka mereka harus menyerahkan tanah tersebut, yang mengakibatkan mereka kehilangan ladang/lahan garapan/mata pencaharian sehingga membuat mereka mengalami kesulitan dan kebingungan dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari.

Jadi dari pernjelasan tersebut dapat dilihat bahwa dilema yang dimaksudkan dalam berita Metro Realitas edisi 07/07/2014 ialah mengenai pilihan yang ditentukan warga akan mengarahkan mereka pada kesengsaraan akibat mereka berada di tanah sengketa.

(8)

฀ada bagian semantik berhubungan dengan makna yang ingin ditekankan oleh berita terkait dengan latar, detil, maksud, pra-anggapan dan nominalisasi. Maka apabila diuraikan secara runtut menjadi :

฀ Latar : menampilkan dari sisi petani/warga yang melakukan aksi penolakan, kebingungan serta ketertindasan mereka. Dan mengenai bagaimana mereka hidup sehari-hari, dan hal-hal yang mungkin terjadi apabila mereka kehilangan ladang mereka. Hal tersebut berkaitan dengan apa yang diucapkan oleh pembawa acara yang kemudian dijawab oleh voice over bersamaan dengan dimunculnya gambar terkait oleh itu.

฀ Detil : kontrol terhadap informasi, terlihat pada setiap kata tanya yang diucapkan oleh pembawa acara dibagian akhir dalam empat adegan yang memunculkannya, yang kemudian dijawab oleh voice over berbarengan dengan dinampaknya adegan-adegan terkait kata-kata voice over .

฀ Maksud : informasi yang diuraikan secara eksplisit dan jelas yang berguna untuk menonjokan kebenaran ialah Kebenaran eksplisit: (1) berkaitan dengan bukti hak milik sah dan bukti pembayaran pajak yang dilakukan petani/warga terhadap lahan mereka (adegan 16). (2) Warga dianggap sebagai sebuah ancaman (adegan 7). (3) Ketakutan warga untuk kembali meladang (adegan 20-21). (4) Kesengsaraan akibat lahan warga dirampas (adegan 38). (5) Warga akan tetap berusaha menolak eksekusi(adegan 33-35). (6) Tidak ada tempat untuk warga berlindung dari tindak ketidakadilan (adegan 41). Kemudian informasi yang merugikan akan diuraikan secara implisit, dan tersembunyi karena bertolak belakang dengan versi “kebenaran” Metro Realitas ialah ฀T.SAM฀ menjadi pemilik sah atas tanah yang disengketakan (adegan 11&18). Yang sebenarnya diperkuat dengan hasil wawancara bersama bagian hukum dari ฀T.SAM฀, yang menyatakan akan ada uang pembayaran ganti rugi lahan atau dibahasakan sebagai uang ‘kerohiman’ (adegan 36).

(9)

Indonesia apabila dihadapkan dengan kekuasaan pihak pemodal (adegan 42).

฀ Nominalisasi : berkaitan dengan pengelompokan yang dilakukan oleh wartawan, cenderung muncul dan dipertegas dengan menyatakan jumlah terkait dengan bilangan, terdapat di adegan 3,8,12,18,33,38 menggunakan kata 350 hektar menunjukan tanah yang bermasalah. Lalu pada adegan ke-5 menggunakan kata 7000 personil, merujuk pada jumlah personil yang mengalami bentrok dengan warga.

Dari penjabaran tersebut dapat terlihat makna dari berita Metro Realitas 07/07/2014. Berita Metro Realitas tersebut menunjukkan makna bahwa para warga/petani sedang mengalami penindasan, baik berupa keputusan pengadilan yang memenangkan pihak ฀T.SAM฀, ataupun dari pihak eksekutor (polisi) yang memperlakukan warga sebagai ancaman dan menebar ketakutan bagi warga. Serta ada makna tersembunyi yang bisa dilihat, yaitu mengenai apa yang dilakukan warga yang berwujud aksi penolakan dan perlawanan tersebut merupakan suatu hal yang benar karena warga memiliki bukti sah akan tanah dan warga telah membayar pajak dengan rutin (kebenaran versi Metro Realitas).

Mengenai struktur sintaktis, memiliki elemen bentuk kalimat, koherensi dan kata ganti. Sehingga apa bila diuraikan menjadi :

฀ Bentuk kalimat : bentuk yang muncul baik dari pembawa acara ataupun narator merupakan bentuk kalimat pasif karena Metro Realitas berusaha menceritakan keadaan/kondisi para warga Teluk Jambe melalui kata-kata pembawa acara dan voice over sehingga mengarah pada kalimat pasif yang dimana seseorang menjadi obyek pernyataannya.

฀ Koherensi : pertalaian antar kalimat yang muncul ialah serupa percakapan (tanya-jawab) antara pembawa acara dan voice over, yang dikemas seperti orang yang sedang menceritakan suatu peristiwa dan mencoba menggambarkan mengenai fakta yang ada.

(10)

pernyataan. Hal tersebut bisa dilihat pada banyak adegan yang melibatkan pembawa acara dan voice over.

฀ Koherensi pembeda : bagaimanaperistiwa atau fakta dibedakan.peristiwa dapat dibuat seolah-olah bertentangan atau kontras. Dalam berita ini koherensi pembeda mungkin terdapat dalam adegan 8 menyangkut pernyataan voice over ”sebenarnya penolakan ini bukan tanpa dukungan pemerintah daerah”. Jadi VO menyatakan sebenarnya pememerintah tidak akan melakukan eksekusi lahan, yang dimana hal tersebut di perkuat dengan hasil wawancara terhadap pak Sukarya, namun kenyataaanya eksekusi lahan tersebut tetap berjalan dan mengakibatkan bentrokan.

฀ Kata ganti : kata ganti yang sering muncul ialah kata ‘mereka’. Dari kata tersebut bisa terlihat bahwa posisi Metro Realitas ialah sebagai pencerita yang menceritakan sebuah kejadian/peristiwa dari sudut pandang orang ketiga yang ‘memungkinkan’ dianggap objektif.

฀ ฀engingkaran : menunjukkan seolah wartawan menyetujui sesuatu, padahal ia tidak setuju dengan memberikan argumentasi atau fakta yang menyangkal persetujuannya tersebut. Berhubungan dengan kepemilikan sah tanah oleh ฀T. SAM฀ (adegan 18), yang kemudian ditampilkan pula dalam adegan yang sama sama bahwa sebagian pengadilan juga memenagkan warga atas kepemilikan 49 bidang tanah.

Lalu pada elemen leksikon, secara ideologis, pilihan kata yang dipakai menunjukkan bagaimana pemaknaan seseorang terhadap fakta atau realitas. Dalam bagian ini akan banyak mengambil arti kata dari Kamus Bersar Bahasa Indonesia (KBBI) supaya bisa mendapatkan arti kata yang lebih objektif. Kembali mengenai pemilihan kata secara ideologis, akan diuraikan sebagai berikut :

(11)

฀ ฀ada adegan 2 : kata terancam.berarti diancam o฀eh; (2) da฀am keadaan bahaya. Yang berasal dari kata dasar ancam yang memiliki arti menyatakan maksud (niat, rencana) untuk me฀akukan sesuatu yg merugikan, menyu฀itkan, menyusahkan, atau mence฀akakan pihak ฀ain. Melalui arti itu dapat disimpulkan mengenai makna terancam, yang kata tersebut mengandung suatu kondisi dimana seseorang/kelompok dalam keadaan bahaya akibat ada pihak lain yang berusaha atau memiliki niat untuk merugikan/menyulitkan seseorang/kelompok tersebut. Sehingga yang dinampakan dalam keadaan bahaya atau dirugikan aadalah para petani/warga yang harus kehilangan lahan mereka.

฀ ฀ada adegan 5: kata menghadapi, mempunyai arti berhadapan dng: anak itu sedang (2) bertemu muka dng; berjumpa dng; (3) menjumpai; menga฀ami (bahaya, musibah, kesu฀itan, dsb; (4) me฀awan; bertanding dng; (5) menyambut. Dapat dipahami apabila menurut konteks adegan maka kata menjadi ialah melawan atau bertanding sehingga dalam pemakaian kata tersebut mengidentikan bahwa pihak polisi eksukutor dilapangan melawan para warga, yang tentu hasilnya bisa dilihat dengan jelas pihak polisi yang menang. Sebab mereka merupakan alat negara, memiliki wewenang dan persiapan yang sistematis termasuk didalamnya ialah perlengkapan dan persenjataan.

฀ ฀ada adegan 3,8,12,16,20,33,34 : kata eksekusi, memiliki makna pe฀aksanaan putusan hakim; pe฀aksanaan hukuman badan peradi฀an, khususnya hukuman mati’ (2)penjua฀an harta orang karena berdasarkan penyitaan. Jadi dapat diartikan pelaksanaan hukuman berdasarkan putusan dari hakim. Maka pemilihan kata tersebut merujuk pada warga/petani sebagai sebuah pihak yang bersalah, yang dilain sisi padahal petani/warga memiliki surat sah akan tanah. Dari hal itu dapat disyaratkan akan ketertindasan petani/warga yang telah memiliki surat sah namun dianggap sebagai pihak yang bersalah oleh hakim.

(12)

dsb). Sedangkan penjaga adalah orang yg bertugas menjaga. Lalu apabila kedua arti tersebut digabungkan, kelompok penjaga merupakan kumpulan orang yang bertugas menjaga. Dalam adegan tersebut bukan pihak kepolisian yang dirujuk, melainkan sekumpulan orang yang memakai seragam keamanan, keadaan tersebut berkaitan dengan pertanyaan dari pembawa acara tentang keterlibatan kelompok preman. Akan tetapi pertanyaan itu tidak terjawab dengan jelas mengenai keterlibatan kelompok preman sebab dari beberapa hasil wawancara yang ditampilkan di adegan itu tidak ada yang menyatakan keberadaan kelompok itu. Jika kembali mengenai kasus dari berita-berita tanah air perebutan lahan yang melibatkan pemodal biasanya melibatkan pihak preman juga, seperti kasus di Mesuji. Kemudian dari pemilihan kata kelompok penjaga, memungkin bahwa pihak Metro Realitas berusaha untuk menambahkan kadar tentang kesengsaraan dan penindasan yang di alami warga/petani.

฀ ฀ada adegan 32 : aksi represif. Kata aksi berarti gerakan atau tindakan. Sedangkan kata ekspresif bermakna bersifat represi (menekan, mengekang, menahan, atau menindas). Sehingga apabila kedua kata tersebut digabungkan, memiliki arti tindakan yang bersifat menekan/menindas. Jadi kata tersebut dipilih bersangkutan dengan aksi-aksi dari pihak pemerintah, melalui eksekutor (polisi) lahan yang memperlakukan warga yang menolak eksekusi dengan perbuatan yang menekan ataupun menindas dengan membubarkan paksa warga yang menghalangi kegiatan tersebut dan sehingga memberikan ketakutan kepada warga/pertani yang akan kembali meladang di tanah mereka.

(13)

penguasaan lahan, yang didalam prakteknya melibatkan pengadilan dan kepolisian.

฀ ฀ada adegan 38 : kata kesengsaraan. Berarti perihal yang berkaitan dengan sengsara, kemudian sengsara sendiri adalah kesulitan dan kesusahan hidup; penderitaan.Kata ini ditampilkan dalam kalimat kedua setelah “penguasaan paksa” yang menampakan efek dari kata tersebut.

฀ ฀ada adegan 38 : kata terpaksa. Kata tepaksa yang memiliki akar kata ‘paksa’ diberi imbuhan ter- maka menjadi berbuat di ฀uar kemauan sendiri krn terdesak o฀eh keadaan; mau tidak mau harus; tidak bo฀eh tidak. ฀enampilan kata terpaksa muncul setelah pemakaian kata “kesengsaraan”, dan merujuk pada warga/petani yang kehilangan mata pencahariannya atau mau tidak mau mereka kehilangan lahannya.

Jadi pada adegan 38 apabila diringkas maka penggunakanketiga kata tersebut sangat berkaitan mulai dari praktek, efek dan kondisi yang melekat pada warga/petani.

Maka pada bagian leksikon, terkait dengan pemilihan kata secara ideologis jika disimpulkan ialah tak terlepas dari ideologi partai NASDEM yang memiliki Ketua Umum Surya ฀aloh, yang dimana sosok tersebut dikenal pemilik Metro Tv. Ideologi NASDEM yang menyangkut dengan apa yang mereka sebut restorasi, mengacu pada mandat untuk menjadikan manusia Indonesa yang adil, makmur, dan sejahtera, merdeka sebagai negara, merdeka sebagai rakyat. Sehingga ideologi yang tampak dalam berita Metro Realitas edisi 07/07/2014, iyalah mengenai bagaimana mereka membenarkan apa yang dilakukan warga, dalam bentuk penolakan eksekusi karena mereka memiliki bukti sah atas tanah. Jadi ฀ihak Metro Realitas lebih condong membela warga serta menceritakan kesengsaraan mereka akibat perlakuan tidak adil dari pengadilan dan perlakuan tidak kekerasan oleh pihak kepolisian yang kedua tersebut merupakan bagian lembaga/alat dari negara.

(14)

฀ Grafis : ฀ada setiap adegan bumper in dan memunculkan judul, dimana tulisan’ Ditanah Sengketa’ pada judul tersebut merupakan huruf kapital dan berwarna merah sehingga mengesankan darah, perlawanan, kesengsaraan, penindasan dan derita. Lalu ada setiap pembawa acara muncul, di ambil dari berbagai ang฀e/sudut yang juga menampilkan sebuah background, seolah berada di sebuah tempat/ruangan yang sudah tidak berpenghuni, memiliki retakan di tembok, remang-remang mengidentikan sebuah tempat yang suram tidak layak ditinggali dan seperti tempat yang menyimpan kenangan buruk. Yang memungkinkan keterkaitan penekanan dengan nama Realitas, sehingga penekanan ini menunjukan bahwa realitas yang ada sekarang merupakan bagian kenangan buruk dan hal suram sehingga setiap isu yang diangkat terkait hal tersebut.

Setelah itu adegan 8, memunculkan gambar tiga desa yang berada dipinggir jalan tol Jakarta-Cikampek, penekanan yang ingin disampaikan berkaitan dengan beberapa aksi warga pada 2013 yang sempat menutup jalan tol.

฀ada adegan 18, memunculkan sebuah plakat/patok yang bertulis “tanah sah milik ฀T. Sumber Air Mas ฀ratama”. Hal tersebut menekankan kepada keputusan Mahkamah Agung yang telah memenangkan ฀T.SAM฀ dan merebut secara paksa tanah warga.

Lalu ฀ada adegan 41, pada akhir adegan ini, saat akhir dari wawancara memberikan efek pudar pada gambar yang seolah televisi yang rusak. Sehingga penekanan mengenai warga yang mencari perlindungan lain akibat tindakan aparat yang begitu merugikan warga.

(15)

Dalam adegan 12, berkaitan dengan kata berkali-kali yang mengacu pada perlawanan/penolakan warga. Menunjukan penekanan mengenai banyaknya atapun berbagai upaya yang dilakukan warga untuk menolak hasil dari pengadilan.

฀ada adegan 14, berkaitan dengan kata berpuluh-puluh dan tetesan air mata dan darah.Kata berpuluh-puluh mengacu pada lamanya lahan yang petani garap. Seharusnya sudah cukup menggunakan kata “sudah lama”, yang diubah menjadi bentuk bilangan yang terkesan sangat-sangat lama. Lalu kata tetesan air mata dan darah, berhubungan dengan sebuah perjuangan dan identik dengan bentuk kepedihan dan kesengsaraan.

฀ Ekpresi : terlihat pada ekspresi wajah dari pembawa acara yang cukup datar, cukup tegas dan tenang, selayaknya seorang pencerita/narator yang bijak dan terkesan objektif dikarenakan pembawa acara seolah-olah sendang bercerita yang berhubungan dengan kemasan dari berita, disajikan dengan sudut pandang orang ketiga.

5.2 Dimensi Kognisi Sosial

Analisis wacana van Dijk tidak dibatasi hanya pada struktur teks, karena struktur wacana itu sendiri menunjukan atau menandakan sejumlah makna, pendapat dan ideologi. Dalam pandangan van Dijk, kognisi sosial merupakan suatu hal penting dalam memahami proses produksi berita (Eriyanto 2001:266). Namun dalam penelitian ini memiliki keterbatasan yang berkaitan dengan data dan informasi tentang proses produksi berita, karena peneliti tidak memiliki akses untuk melakukan wawancara kepada redaktur atau team Metro Realitas sehingga dalam analisis kognisi sosial akan cenderung lebih interpretatif berdasarkan konteks yang melekat dalam berita Metro Realitas edisi 07/07/2014. Kemudian melalui dimensi kognisi sosial ini, peneliti menganalisis bagaimana kognisi dari komunikator dalam memahami seseorang atau sebuah peristiwa tertentu yang akan ditulis kedalam sebuah teks. Dalam penelitian ini, yang menjadi komunikator adalah Metro Realitas.

(16)

dengan sebuah kalimat tanya, dan dijawab/dilanjutkan dengan perkataan voice overyang bersamaan dengan ditampilkannya berbagai adegan dan hasil wawancara yang menunjang perkataan dari voice over. Lalu berita dengan tema dilema petani ditanah sengketa tersebut apabila dilihat pola dari alur pendahuluan, isi, dan penutup (skema), pertama, banyak memunculkan sosok atau figur Narkim (warga), baik hasil wawancara darinya ataupun gambaran kehidupan seharinya. Yang ditambahi dengan wawancara dari warga lain seperti pak Aca, Umar dan Sukarya. Kedua, kemudian dari pihak yang mendukung warga yaitu Amandaus yang mendampingi warga (hukum) dan Hilal yang merupakan Ketua Serikat Tani Karawang. Dan semua tokoh tersebut membicarakan tentang kekerasan hingga penindasan terjadi, kekhawatiran mereka akan kelangsungan kehidupan mereka, dan permintaan mereka pada pemerintah bersangkutan dengan alasan mereka melakukan penolakan. Lalu dari penjabaran tersebut bentuk kekerasan dikontruksi kan oleh Metro Realitas, dengan menyusun setiap adegan yang di imbuhi perkataan voice over yang dimana ditampilkan melalui bentuk ketidakadilan dari pengadilan dan secara eksplisit ditampilkan oleh perlakuan polisi terhadap para warga yang melakukan aksi penolakan terhadap eksekusi lahan. Sehingga memunculkan pesan bahwa negara yang diwakili pengadilan dan kepolisian pada saat melakukan eksekusi lahan menunjukan tindak ketidakadilan yang diwarnai dengan segala bentuk kekerasan yang diterima warga sehingga menimbulkan bentuk-bentuk penindasan dan kesengsaraan bagi warga terkait dengan kelangsungan hidup mereka.

(17)

dengan investigasi secara mendalam terhadap sebuah tragedi, dengan penyajian informasi yang lebih aktual dan faktual, tanpa ada yang ditutup-tutupi.

5.3 Dimensi Analisis Sosial

Untuk melihat proses produksi dan reproduksi wacana dalam masyarakat, van Dijk menawarkan analisis sosial yang menguraikan bagaimana kelompok dominan membentuk wacana yang sesuai dengan kebutuhan dan bisa menopang dominasi serta kekuasaannya. Menurut van Dijk, ada tiga hal yang dilihat dalam analisis sosial, yaitu praktik kekuasaan, dominasi dan akses (Eriyanto 271-274). Dalam berita Metro Realitas terlihat ada bentuk keperpihakan kepada warga/petani yang berada di kawasan Teluk Jambe Karawang. Yang merupakan perwujudan ideologis dari restorasi NASDEM dan partai tersebut merupakan salah satu partai pendukung calon CA฀RES 2 yaitu JOKOWI-JK yang berlawanan dengan CA฀RES 1 ฀RABOWO-HATTA yang didukung oleh presiden SBY yang juga merupakan Ketua Umum Demokrat. Dan sejarah dari ฀rabowo yang terlibat pelanggaran HAM dengan supremasi kemiliteran. Serta berita ini muncul pada 07/07/2014, yang berarti dua hari sebelum pencoblosan untuk ฀EMILU 2014 berlangsung, sehingga pembentukan realitas yang nampak, ialah menggiring opini dan kesadaran masyarakat akan kemungkinan hal akan terjadi apabila ฀rabowo menjadi ฀residen, karena sangat bersangkutan dengan kemiliteran yang indentik dengan kekerasan. Dan dari hal itu mengisyartkan mengenai kembalinya era Orde Baru, karena ฀rabowo juga memiliki hubungan kekerabatan/kedekatan dengan Soeharto. Selain itu berita ini membangun kesadaran lain akan ketidakadilan pemerintah dan bentuk kekerasan yang dilakukan dibawah pimpinan SBY.

5.3.1 Praktik Kekuasaan

(18)

sikap dan pengetahuan (Eriyanto, 2001: 271-272). Surya ฀aloh selaku pemilik Metro Tv dan ketua umum dari NASDEM yang mendukung CA฀RES 2 JOKOWI-JK. Maka kekuasaan yang jelas terlihat ialah kekuasaan yang berbentuk persuasif, hal itu di perkuat dengan salah satu fungsi media yaitu untuk mempersuasi (to persuade). Melalui penayangan berita Metro Realitas “Dilema ฀etani Di Tanah Sengketa”, ditayangkan pada tanggal 07/07/2014 tepat sebelum ฀EMILU 2014 berlangsung, yang menunjukan kesan buruk pemerintahan dengan menampilkan kekerasan dan penindasan yang dialami warga akibat ketidakadilan. Dan dimana pemerintahan tersebut dibawah SBY yang mendukung ฀rabowo, untuk membangun ataupun mengkontruksi sebuah pandangankepada khalayak ramai mengenai apa yang akan terjadi apabila ฀rabowo menjadi ฀residen nantinya.

5.3.2 Dominasi

Dominasi lebih melihat mengenai penyalahgunaan kekuasaan, dominasi direproduksi lewat pemberian akses khusus terhadap sumber-sumber sosial secara diskriminatif. Dominasi juga direproduksi dengan melegitimasi akses tertentu lewat bentuk-bentuk kontrol pikiran yang manipulatif dan cara lain agar kelompok yang didominasi bisa menerima keadaan tersebut secara suka rela (Eriyanto, 2001: 273). Lalu pihak yang terdominasi ialah khalayak yang diterpa oleh berita tersebut, khalayak yang terdominasi tersebut mungkin tidak sadar bahwa mereka secara suka rela telah menanamkan dipikiran mereka mengenai kekerasan yang berada di bawah pemerintahan SBY dan kekerasan yang mungkin akan terjadi apabila ฀rabowo menjadi ฀residen.

5.3.3. Akses

(19)

media yang sudah besar di Indonesia. Akses yang lebih besar bukan hanya memberi kesempatan untuk mengontrol kesadaran khalayak lebih besar, tetapi juga menentukan topik pada isi wacana apa yang disebarkan. NASDEM yang diketuai Surya ฀aloh yang menjadi salah satu tim sukses JOKOWI-JK termasuk didalam kategori ini, Surya ฀aloh memiliki akses pada media Metro TV sehingga lebih memiliki kesempatan untuk mempengaruhi khalayak/audience terkait dukungannya terhadap JOKOWI-JK sehingga sangat menguntungkan. Dengan menampilkan kekerasan dan penindasan terhadap warga, akibat ketidakadilan yang bermuara pada pemerintahan SBY dan terkait bahwa SBY juga mendukung ฀rabowo Subiyanto sehingga memunculkan indikasi gambaran mengenai bentuk pemerintahan macam apa yang yang berjalan apabila ฀rabowo menjadi ฀residen.

Dari banyak penjelasan pada dimensi teks, kognisi sosial dan analisis sosial dapat disimpulkan mengenai wacana yang berusaha di sampaikan dan di sebarkan Oleh Metro Realitas edisi 07/07/2014, ialah bentuk ketidakadilan dari pengadilan yang terkait dengan pemerintahan SBY, dengan memenangkan ฀T.SAM฀ atas tanah seluas 350 hektar yang didalam kawasan tersebut terdapat tanah milik warga dengan bukti sah. Yang mengakibatkan munculnya kekerasan dan penindasan terhadap warga Teluk Jambe Karawang karena eksekusi paksa yang dilakukan kepolisian selaku wakil pengadilan. Dan berkaitan dengan dukungan Metro Tv kepada JOKOWI-JK, yang mencoba menanamkan pandangan akan sebuah realitas yang mungkin terjadi apabila ฀rabowo menjadi penguasa.

5.4. Keterkaitan Kekerasan Negara dalam Wacana Metro Realitas edisi 07/07/2014

(20)

yang muncul. Kekerasan disini dilihat dari sudut pandang, pihak negara/pemerintah yang dimana dimunculkan dalam berita dengan penampilan yang diwakilkan oleh pihak eksekutor/polisi.

5.4.1 Akar Kekerasan

฀ihak kepolisian selaku eksukutor ataupun wakil dari pengadilan pada saat dilapangan yang merupakan alat bagi negara untuk memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat dan Bitner menyebutkan bahwa apabila hukum bertujuan untuk menciptakan ketertiban dalam masyarakat, diantaranya melawan kejahatan. Dan akhirnya polisi yang akan menentukan secara konkrit apa yang disebut sebagai penegakan ketertiban (Satjipto Rahardjo, 2009:117). Serta polisi merupakan berbentuk lembaga yang berada di dalam sistem kenegaraan. Kemduian polisi juga mengenal bentuk kekerasan, yakni kekerasan legal dan kekerasan ilegal. Kekerasan legal adalah tindakan atau rangkaian tindakan dari atau oleh aparat penegak hukum untuk dan atas nama kepentingan penegakan hukum, dan dilakukan sesuai dengan ketentuan atau prosedur hukum yang langsung maupun tidak langsung akan menimbulkan akibat pada fisik, psikis, sosial, dan moral seseorang atau sekelompok orang. Sementara, kekerasan ilegal ialah tindakan atau serangkaian tindakan seseorang atau sekelompok orang yang langsung maupun tidak langsung akan menimbulkan akibat pada fisik, psikis, sosial, dan moral seseorang atau sekelompok orang lainnya, dan tindakan itu dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang tidak memiliki hak dan kewenangan. Kemudian apabila dilihat dengan akar kekerasan Erich Fromm yang membagi antara agresi lunak dan agresi jahat, maka :

(21)

diri guna kelangsungan hidup mereka saat terjadi bentrokan dengan warga, dan kemudian mereka membangun tenda-tenda darurat untuk menjaga lahan eksekusi guna mengamankan situasi. Serta jika mereka dapat menyelesaikan eksekusi tersebut hingga akhir, maka mereka akan meninggalkan tempat itu. Lalu agresi kompromis, terkait dengan pergerakan polisi yang didasari oleh instruksi-instruksi dari atasan mereka, karena kemiliteran ataupun polisi di didik untuk menaati perintah bukan untuk mempertanyakan perintah.

฀ Agesi jahat. Jika melihat agresi jahat yang mengacu pada tindakan polisi dalam wacana berita Realitas pada edisi 07/07/2014, bersangkutan dengan bagaimana kekejaman polisi ditampilkan dengan melakukan pemukulan, pengusiran paksa dan menyemprotkan water cannon terhadap warga yang menghalangi proses eksekusi karena warga dianggap sebagai sebuah ancaman, dan selain itu mereka juga merusak tatanan kehidupan sosial yang ada dengan mengeksekusi lahan seluas 350 hektar yang di dalamnya ada tanah sah milik warga.Bisa dikatakan merusak tatanan sosial karena warga akan kehilangan lahan dan perkerjaanya bahkan mungkin tempat tinggalnya, sehingga budaya ataupun adat di daerah itu akan hilang bersama hilangnya warga.

Lalu yang bisa disimpulkan adalah, akar dari kekerasan polisi ialah menuruti perintah dari atasan mereka, dimana atasan mereka juga mendapatkan instruksi dari pihak pengadilan guna mengeksekusi lahan seluas 350 hektar. Yang dilaksanakan dengan mengedapankan agresi penegasan diri dan agresi difensif guna meredam situasi, atau menguasai situasi dengan menebar kekejaman yang mewujud pada penindasan dan ketakukan warga akan mereka, yang mencapai taraf merusak tatanan sosial warga Teluk Jambe Karawang.

5.4.2. Kekerasan Negara

(22)

(kontrol) yang dimonopoli dari kekuasaan yang sah. Keterkaitan polisi dan negara dapat dilihat di bagian sebelumnya. Yang bisa dipahami bahwa polisi merupakan alat bagi negara dalam menjalankan kepentinganya, dimana dalam berita Realitas edisi 07/07/2014, eksekusi yang terjadi merupakan mandat dari pengadilan melalui putusan Mahkamah Agung. Sehingga campur tangan negara sangat kental dalam tragedi kekerasan dan penindasan yang dialami warga Teluk Jambe Karawang. Johan Galtung memandang kekerasan negara yang dibagi dalam kekerasan langsung, kekerasan struktural, dan kekerasan kultural. Ketiga kekerasan tersebut bisa saling berkaitan antara kekerasan langsung menjadi sebuah peristiwa, kekerasan struktural adalah sebuah proses, sedangkan kekerasan kultural adalah sebuah sesuatu yang bersifat permanen. Dan apabila wacana berita Realitas 07/07/2014 dilihat dengan tipologi tersebut maka :

฀ Kekerasan langsung : yang mewujud dalam sebuah perilaku, terlihat dengan apa yang dilakukan polisi terhadap warga, bentuk-bentuk intimidasi ataupun penindasan yang sangat merugikan warga, baik dalam perlakuan pembubaran paksa dan atau intimidasi yang berupa penjagaan ketat di lahan yang bersangkutan hingga warga ketakutan untuk kembali meladang.

฀ Kekerasan Struktural :mewujud dalam struktur, bersangkutan dengan bagaimana polisi melakukan eksekusi yang mendapatkan mandat yang berupa keputusan Mahkamah Agung,yang merupakan badan kehakiman tertingi, yang sangat lekat dengan kenegaraan.

฀ Kekerasan Kultural : mewujud dalam sikap, terkait dan berhubungan dengan tindakan polisi tentang bagaimana mereka di didik dan dilatih untuk menghadapi ancaman yang muncul pada saat mereka melakukan tugasnya.

(23)

Gambar

tabel 4.1 tentang narasi video berita
gambar tiga desa yang berada

Referensi

Dokumen terkait

The Application Of The English Past Tenses Knowledge To Recount Texts Of Writing I Students Of The English Education Study Program of Widya Mandala Catholic

Pada kategori ini posisi berita yang memuat kesebelasan Arema Indonesia. selama putaran pertama Liga Super Indonesia 2009/2010

Puji syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena dengan izin, karunia, rahmat, dan bimbingannyalah, penulis akhirnya dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan

Mata bor helix kecil ( Low helix drills ) : mata bor dengan sudut helix lebih kecil dari ukuran normal berguna untuk mencegah pahat bor terangkat ke atas

Akhirnya, terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

“Dalam domain kognitif, hasil belajar pendidikan jasmani siswa di daerah pantai lebih baik dibandingkan dengan siswa yang berasal dari daerah pegunun gan.”.. “Dalam

PERBEDAAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI ANTARA SISWA YANG BERASAL DARI DAERAH PEGUNUNGAN DENGAN DAERAH PANTAI.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Kondisi Model 2 pada tabel 3 menunjukkan bahwa swasembada beras dapat dicapai apabila disertai dengan berbagai upaya untuk meningkatkan produktivitas padi dan kebijakan sawah