106 BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pembatasan terhadap peninjauan kembali hanya satu kali sesunguhnya melanggar norma dasar Pancasila (keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia) dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tentang Hak Asasi Manusia dan mendapatkan keadilan dalam proses hukum yaitu Pasal 28C ayat (1), Pasal 28D ayat (1), Pasal 28I ayat (1) dan (2). Bahwa pada prinsipnya keadilan merupakan tujuan dari hukum yang melahirkan kepastian hukum dan kemanfaatan, keadilan harusla berjalan sama rata dengan kepastian dan kemanfatan, karena saling berkaitan sebab tidak ada kepastian tanpa keadilan dan juga tidak akan perna ada kepastian tanpa keadilan
Keadilan adalah nilai yang lebih tinggi dan merupakan nilai dasar dalam penerapan hukum di Indonesia yang di dasari oleh Pancasila sebagai jiwa bangsa (Volksgeist). Nilai ini merupakan norma dasar (Grundnorm), dari suatu hukum dasar yaitu konstitusi. Sehingga hukum yang di atur lebih tinggi tidak boleh bertentangan dengan hukum yang lebih tinggi di atasnya dan dapat melahirkan keadilan kepastian dan kemanfaatan.
107 sebagaimana telah di ubah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009, ditentukan bahwa “permohonan peninjauan kembali tidak
menangguhkan atau menghentikan pelaksanaan putusan pengadilan”
Hal yang sangat mendasar bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. Oleh karena itu, dalam proses peninjauan kembali harus di atur sesuai dengan perkembangan globalisasi saat ini sehingga tidak merugikan setiap orang yang sedang dalam proses mencari keadilan.
Batasan dalam peninjauan kembali dapat merugikan masyrakat Indonesia karena syarat dalam mengajukan peninjaun kembali adalah novum yang dapat membuktikan bahwa terpidana tidak bersalah, bagaimana
108
B.
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis menyarankan dua hal yang berkaitan dengan pembatasan peninjauan kembali:
1) Bahwa dalam mencari keadilan tidah boleh ada batasanya selama putusan tersebut melahirkan rasa keadilan kepada terpidana; 2) Bahwa dalam pengajuan peninjaun kembali hakim harus
memperhatikan secara seksama bahwa novum yang menjadi syarat dalam pengajuan peninjauan kembali betul-betul novum yang dapat memperkuat dan membuktikan secara sah bahwa terpidana tidak bersalah;
3) Materi putusan Mahkamah Konstitusi No. 34/PUU-XI/2013 harus disikapi dalam revisi KUHAP yang tengah berjalan saat ini sehingga memberikan solusi jalan keluar dalam penerapan hukum di Indonesia.
4) Bahwa dalam pengaturan penijauan kembali dalam Pasal 268 ayat (3) haruslah dirubah Pasal 263 ayat (3), sehingga dinyatakan konstitusional bersyarat dengan bunyi sebagai berikut: “Permintaan Peninjauan Kembali atas suatu putusan hanya
dapat dilakukan satu kali saja, kecuali terhadap alasan
ditemukannya bukti baru (novum) berdasarkan pemanfaatan ilmu