• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Terjadinya perkembangan yang pesat membuat manusia dituntut untuk memperoleh kualitas pendidikan yang baik. Pada hakikatnya, pendidikan merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang berguna bagi pembangunan bangsa (Ma’shumah

& Muhsin, 2019:319).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 3 (tiga) menjelaskan bahwa pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat guna mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam proses pendidikan, siswa merupakan salah satu komponen manusiawi yang menempatkan posisi sentral yang membuat siswa menjadi pokok persoalan dan tumpuan perhatian dalam semua proses pendidikan (Desmita, 2016:39).

Setiap manusia pasti akan melalui tahap-tahap perkembangan semasa hidupnya. Salah satu tahap perkembangan yang akan dilalui adalah tahap perkembangan pada masa remaja. Masa remaja merupakan masa

(2)

2

transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Remaja berada diantara anak dan dewasa sehingga dapat dikatakan bahwa remaja sudah bukan bagian dari anak-anak, namun belum sepenuhnya menjadi bagian dari orang dewasa. Rentang usia remaja pada umumnya dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu usia 12 sampai 17 tahun yang disebut dengan remaja awal dan 17 sampai 21 tahun yang disebut dengan remaja akhir (Ali &

Asrori, 2016:9).

Siswa yang berada pada tingkat Sekolah Menengah Pertama berada pada tahap remaja awal dengan rentang usia 12 sampai 15 tahun. Pada masa ini siswa banyak mengalami perubahan. Suasana pada saat siswa berada di tingkat Sekolah Dasar tidak sama dengan saat siswa berada di tingkat Sekolah Menengah Pertama. Pada tingkat Sekolah Menengah Pertama, peningkatan tanggung jawab, perubahan lingkungan pergaulan yang lebih luas, penambahan mata pembelajaran, perubahan metode pembelajaran, hingga tuntutan akademik yang lebih berat akan dirasakan oleh siswa. Hal ini membuat siswa harus mampu menyesuaikan dirinya.

Penyesuaian diri merupakan sebuah proses yang melibatkan respon mental dan perilaku, dimana individu berusaha untuk mengatasi kebutuhan batin, ketegangan, frustasi dan konflik, dan untuk meningkatkan keselarasan antara tuntutan dalam dirinya dan yang dipaksakan oleh lingkungan tempat dia tinggal (Schneiders, 1964:51). Sementara Derlega &

Janda (dalam Desmita, 2016:192) mengartikan bahwa penyesuaian diri adalah proses seumur hidup yang membuat manusia harus terus menghadapi

(3)

3

tekanan maupun tantangan untuk mencapai kepribadian yang sehat. Dalam dunia pendidikan, salah satu kemampuan penyesuaian diri yang harus dimiliki siswa adalah penyesuaian akademik.

Schneiders dalam bukunya yang berjudul “Personal Adjustment and Mental Health” (1964:464) menjelaskan bahwa penyesuaian akademik

merupakan kemampuan untuk memenuhi tuntutan dan persyaratan kehidupan akademik secara memuaskan. Lebih lanjut, Schneiders (dalam Fitri & Kustanti, 2018:73) menyebutkan bahwa individu yang mampu menyesuaikan diri terhadap kehidupan akademik dengan baik adalah individu yang mampu belajar secara matang, efisien dan memuaskan, bermanfaat, serta dapat menyelesaikan kesulitan akademik yang dirasakan dengan segala keterbatasan yang ada pada dirinya tanpa mengalami gangguan tingkah laku. Sementara Nuswantoro (2021:56) berpendapat bahwa siswa mampu menyesuaikan diri dalam bidang akademiknya dengan baik karena siswa dapat menjalani tuntutan akademik seperti tugas maupun ujian sekolah dan mempunyai motivasi yang tinggi untuk menyelesaikan sekolahnya.

Pada kenyataannya, tidak semua siswa memiliki penyesuaian akademik yang baik. Schneiders (1964:468) berpendapat bahwa banyak siswa mengalami kesulitan menyesuaian diri dengan situasi akademik karena konflik dasar antara apa yang mereka inginkan dari suatu pendidikan dan apa yang seharusnya diberikan oleh pendidikan tersebut. Maranressy &

Rozali (2021:87) pada penelitiannya menyebutkan bahwa rendahnya

(4)

4

penyesuaian akademik siswa disebabkan karena cepat menyerah dalam belajar, menunda tugas yang diberikan, tidak memperlihatkan usaha jika terdapat materi yang tidak dimengerti, memperoleh nilai dibawah kriteria ketuntasan minimal, tidak suka melakukan diskusi, dan sering bolos dalam pembelajaran.

Rendahnya penyesuaian akademik siswa juga tampak di SMP Negeri 1 Muaro Jambi saat peneliti melaksanakan studi pendahuluan. Masih terdapat banyak siswa yang melanggar tata tertib yang berlaku di sekolah terutama pada poin kerapian seragam. Tidak sedikit juga siswa yang melakukan penundaan dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

Selain itu, masih terdapat siswa yang pasif ketika pembelajaran sedang berlangsung.

Sejalan dengan temuan tersebut, peneliti melakukan wawancara secara langsung kepada salah seorang guru BK dan guru bidang studi.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru bidang studi pada tanggal 26 Juli 2022 menunjukkan bahwa penyesuaian akademik siswa di SMP Negeri 1 Muaro Jambi masih kurang. Meskipun suasana kelas selama proses pembelajaran cenderung kondusif, namun siswa tidak berpartisipasi aktif dalam memberikan jawaban karena siswa hanya diam jika diajukan pertanyaan oleh guru. Guru bidang studi mengatakan bahwa kurangnya kemampuan dasar yang dikuasai oleh siswa membuat siswa kurang bisa mengikuti pembelajaran. Selain itu, masih didapati siswa yang datang terlambat ke sekolah.

(5)

5

Selanjutnya, wawancara yang dilakukan dengan guru BK pada tanggal yang sama, menunjukkan bahwa sebagian siswa sudah memiliki kemampuan penyesuaian akademik yang baik, namun sebagian lainnya masih kurang. Hal ini karena perubahan jam pembelajaran dari sistem shift menjadi pembelajaran tatap muka secara penuh. Meskipun sejauh ini proses pembelajaran sudah berjalan dengan baik namun masih terdapat kendala yaitu siswa tidak mengetahui jadwal mata pelajaran serta guru yang mengajar di kelasnya. Selain itu, banyak siswa yang melanggar tata tertib sekolah terutama terkait kerapian seragam serta membolos.

Selain dengan guru BK dan guru bidang studi, peneliti juga melakukan wawancara kepada beberapa orang siswa di SMP Negeri 1 Muaro Jambi. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 27 Juli 2022 tersebut menunjukkan bahwa siswa menyadari pentingnya penyesuaian akademik namun masih terdapat siswa yang kurang memiliki penyesuaian akademik. Hal ini dibuktikan dari jawaban beberapa siswa yang merasa tidak puas dengan hasil belajar yang diperolehnya. Selain itu, siswa merasa bahwa mereka belum mengikuti pembelajaran dengan baik karena waktu yang tersedia sangat kurang dan mereka tidak memahami beberapa materi yang diajarkan.

Banyaknya tugas yang diberikan membuat siswa merasa kesulitan sehingga untuk mengatasi kesulitan tersebut siswa lebih memilih untuk menyontek pekerjaan temannya atau menyalin jawaban dari google jika guru tidak ada. Bahkan salah satu siswa mengakui bahwa ia belum dapat

(6)

6

menyesuaikan diri dengan tuntutan akademik karena ia belum memahami dirinya sendiri. Hal ini tidak sejalan dengan kriteria penyesuaian akademik menurut Schneiders (1964:466) yang meliputi kinerja yang sukses, usaha yang memadai, penguasaan terhadap ilmu pengetahuan, perkembangan intelektual, pencapaian tujuan akademik, dan pemuasan terhadap kebutuhan, keinginan, dan minat.

Penyesuaian akademik memiliki posisi yang penting terhadap keberhasilan dan kesuksesan belajar di setiap angkatan (Cunningham dalam Calaguas, 2011:73). Sebagai suatu proses yang bersifat dinamis, penyesuaian akademik memiliki beberapa faktor yang mempengaruhi.

Menurut Friedlander, dkk (2007:260) faktor yang mempengaruhi penyesuaian akademik yaitu social support (dukungan sosial), self-esteem (pandangan terhadap diri sendiri), dan stress. Sedangkan Schneiders (1964:122) menyebutkan bahwa dalam prosesnya, penyesuaian diri dipengaruhi oleh 5 (lima) faktor antara lain kondisi fisik, perkembangan dan kematangan, kebudayaan, kondisi psikologis, dan kondisi lingkungan.

Kondisi lingkungan menjadi salah satu faktor yang tidak kalah penting karena keadaan lingkungan yang baik, aman, penuh penerimaan dan pengertian, serta memberikan perlindungan kepada anggotanya merupakan lingkungan yang dapat memperlancar proses penyesuaian. Dalam hal ini, tidak hanya kondisi lingkungan keluarga dan masyarakat, namun lingkungan teman sebaya juga termasuk karena lingkungan teman sebaya merupakan tempat pertama siswa bersosialisasi di luar rumah.

(7)

7

Santrock (2017:100) menjelaskan bahwa teman sebaya (teman seusia) adalah anak pada usia yang sama atau pada level kedewaasaan yang sama. Sementara menurut Yunalia & Etika (2020:19) teman sebaya merupakan sekelompok individu yang memiliki usia dan kedewasaan yang setara, memiliki minat, pengalaman, serta tujuan dan aturan yang sama.

Maka dapat disimpulkan bahwa lingkungan teman sebaya adalah lingkungan dimana terdapat interaksi antar sekelompok individu yang berada pada usia yang setara dan memiliki minat, pengalaman, tujuan, serta aturan yang sama.

Lingkungan teman sebaya di sekolah maupun yang terdapat di lingkungan dimana siswa tinggal dapat mempengaruhi perilaku serta persepsi siswa terhadap belajar dan sekolah sehingga hal tersebut juga berpengaruh terhadap kemampuan penyesuaian akademiknya. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Rista & Marlena (2022) menyatakan bahwa lingkungan teman sebaya terlibat andil yang cukup besar dalam minat melanjutkan studi. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Nisa, Tiatri,

& Mularsih (2018) menunjukkan bahwa dukungan teman sebaya memiliki tingkat korelasi yang cukup kuat dengan arah hubungan yang sama terhadap penyesuaian akademik, sehingga peningkatan dukungan teman sebaya berperan dalam meningkatkan penyesuaian akademik. Selain itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Tarwiyah (2021) menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang signifikan antara peer relationship dengan penyesuaian akademik yang berarti bawa semakin baik peer relationship

(8)

8

yang dirasakan maka akan semakin baik pula penyesuaian akademiknya, maka dengan memperkuat peer relationship penyesuaian akademik akan tercapai dengan baik.

Berdasarkan hasil temuan yang telah diuraikan di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai “Pengaruh Lingkungan Teman Sebaya terhadap Penyesuaian Akademik Siswa Kelas IX di SMP Negeri 1 Muaro Jambi”.

B. Batasan Masalah

Agar penelitian yang dilakukan lebih terarah dan tidak mengalami penyimpangan dari yang dimaksud, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada:

1. Lingkungan teman sebaya yang diteliti adalah interaksi sosial, keterampilan, dan dukungan sosial;

2. Penyesuaian akademik yang diteliti adalah kinerja yang sukses, usaha yang memadai, penguasaan terhadap ilmu pengetahuan, perkembangan intelektual, pencapaian tujuan akademik, dan pemuasan terhadap kebutuhan, keinginan, dan minat.

3. Subjek yang diteliti adalah siswa kelas IX di SMP Negeri 1 Muaro Jambi.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan batasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

(9)

9

1. Bagaimanakah kualitas lingkungan teman sebaya siswa kelas IX di SMP Negeri 1 Muaro Jambi?

2. Bagaimanakah kualitas penyesuaian akademik siswa kelas IX di SMP Negeri 1 Muaro Jambi?

3. Apakah terdapat pengaruh lingkungan teman sebaya terhadap penyesuaian akademik siswa kelas IX di SMP Negeri 1 Muaro Jambi?

D. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengungkapkan kualitas lingkungan teman sebaya siswa kelas IX di SMP Negeri 1 Muaro Jambi;

2. Mengungkapkan kualitas penyesuaian akademik siswa kelas IX di SMP Negeri 1 Muaro Jambi;

3. Mengungkapkan pengaruh lingkungan teman sebaya terhadap penyesuaian akademik siswa kelas IX di SMP Negeri 1 Muaro Jambi.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pihak-pihak lain yang membutuhkan, baik secara teoritis maupun secara praktis.

(10)

10 1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkhusus bagi mahasiswa tentang lingkungan teman sebaya dan penyesuaian akademik siswa.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:

a. Peneliti

Dapat memperluas dan menambah wawasan dalam memberikan materi yang berkaitan dengan lingkungan teman sebaya dan penyesuaian akademik sehingga dapat dijadikan sebagai sarana untuk menerapkan ilmu di lapangan.

b. Siswa

Dapat mengetahui gambaran tentang kondisi lingkungan teman sebaya dan penyesuaian akademiknya sehingga akan mempermudah dalam kegiatan belajar nantinya.

c. Guru Bimbingan dan Konseling

Dapat memberikan gambaran tentang kondisi lingkungan teman sebaya dan penyesuaian akademik siswa yang ada di sekolah sehingga guru BK dapat membantu siswa dalam prosesnya.

(11)

11 d. Penelitian Selanjutnya

Dapat menambah koleksi pustaka yang bermanfaat sebagai tindak lanjut penelitian serta menjadi bahan masukan dan tambahan ilmu pengetahuan khususnya tentang lingkungan teman sebaya dan penyesuaian akademik.

F. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh lingkungan teman sebaya terhadap penyesuaian akademik siswa kelas IX di SMP Negeri 1 Muaro Jambi.

G. Definisi Operasional

Untuk menghindari salah penafsiran dari pembaca, perlu dijelaskan istilah-istilah yang terdapat dalam judul penelitian ini, istilah yang ada sebagai berikut:

1. Lingkungan Teman Sebaya

Lingkungan teman sebaya yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan tempat terjadinya suatu interaksi yang intensif dan teratur antara orang-orang yang memiliki usia dan status yang sama.

Indikator lingkungan teman sebaya dalam penelitian ini adalah interaksi sosial, keterampilan, dan dukungan sosial.

(12)

12 2. Penyesuaian Akademik

Penyesuaian akademik yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan kemampuan untuk memenuhi tuntutan dan persyaratan kehidupan akademik secara memuaskan.

Indikator penyesuaian akademik yang digunakan dalam penelitian ini berupa kriteria penyesuaian akademik yang meliputi kinerja yang sukses, usaha yang memadai, penguasaan terhadap ilmu pengetahuan, perkembangan intelektual, pencapaian tujuan akademik, dan pemuasan terhadap kebutuhan, keinginan, dan minat.

H. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual atau dapat disebut juga sebagai paradigma adalah gambaran tentang alur pikir yang digunakan dalam penelitian yang dibuat dalam bentuk bagan atau chart agar terlihat permasalahan penelitian dalam kerangka yang utuh (Sutja et al., 2017:54).

Bagan 1. Kerangka Konseptual

rxy

X

Lingkungan Teman Sebaya (Desmita, 2016:230) 1. Interaksi sosial 2. Keterampilan 3. Dukungan sosial

Y

Penyesuaian Akademik (Schneiders, 1964:466) 1. Kinerja yang sukses 2. Usaha yang memadai

3. Penguasaan terhadap ilmu pengetahuan

4. Perkembangan intelektual 5. Pencapaian tujuan akademik 6. Pemuasan terhadap kebutuhan,

keinginan, dan minat

Referensi

Dokumen terkait

Dalam persaingan antara Panjalu dengan Kediri, ternyata Kediri yang unggul dan menjadi negara yang besar kekuasaannya. Jayabaya ingin mengembalikan kejayaan seperti

Daerah hulu dari kelima DAS yang ada di kota Ambon telah ditetapkan sebagai kawasan Lindung yaitu kawasan Hutan Lindung Gunung Sirimau sehingga di harapkan kawasan ini

moushiwakearimasen, hontou ni sumimasendeshita, omataseshimashita, suimasen, gomennasai, taihen moushiwakegozaimasen, sumimasen, gomen, ojamashimashita. Dari beberapa data

Saya hanya bisa berandai: kalaupun ada yang berniat menyebut nama Siauw Giok Tjhan dalam sejarah Indonesia saat itu, tentunya akan dicatat sebagai salah satu kriminal

Berdasarkan hasil penemuan di lapangan, maka peneliti yang merupakan guru biologi di kelas yang bersangkutan memandang perlu untuk memperbaiki proses

Dalam hal pemegang paten sudah menerima sekaligus royalti dari penerima lisensi, pemegang paten wajib mengembalikan jumlah royalti yang sesuai dengan sisa jangka

Pada tahap pertama ini kajian difokuskan pada kajian yang sifatnya linguistis antropologis untuk mengetahui : bentuk teks atau naskah yang memuat bentuk

Dari apa yang diungkapkan beberapa informan yang mayoritas mengenal dan mengunakan internet ketiika memasuki masa remaja awal ini menegnai alasan yang mendorong