BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah proses mengembangkan kemampuan diri sendiri dan kekuatan individu. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengenalan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Di era digital saat ini pendidikan kian modern dan tidak kaku sehingga peserta didik dan pendidik dapat menjalankan dan mewujudkan pendidikan yang diharapkan. Sekolah merupakan salah satu tempat pendidikan formal yang banyak berperan dalam perkembangan peserta didik, mengubah cara berfikir peserta didik dan tempat peserta didik dalam berproses manjadi individu yang dapat mengembangkan ide dan berinovasi yang dilandasi dengan karakter.
Menurut Goleman dalam Sutanti (2015). Empati merupakan bagian penting kemampuan sosial. Empati juga merupakan salah satu unsur penting dari kecerdasan sosial. Ia terinci dan berhubungan erat dengan komponen komponen yang lain seperti empati dasar, penyelarasan, ketepatan empati dan pengertian sosial. Empati menjadi salah satu faktor dalam penanaman peserta didik dalam berkarakter. Karena dengan berempati peserta didik dapat memiliki kepedulian
2
terhadap individu lain, lingkungan dan alam sekitar. Empati sangat penting dalam kehidupan seseorang karena merupakan sebuah landasan dalam terciptanya interaksi dan hubungan social yang baik dengan individu yang lain. Empati diperlukan dalam menjadi Hubungan interpersonal dengan orang lain guna memudahkan dalam kehidupan guna mewujudkan kehidupan yang KES (Kehidupan efektif sehari-hari). Rasa empati merupakan bawaan seseorang dari lahir, namun belum berkembang. Empati dapat dipengaruhi oleh orangtua, pola asuh dan lingkungannya. Sesorang anak yang memiliki pola asuh yang baik dan mendapatkan pengajaran serta perhatian dari orangtuanya, tentu akan memiliki empati yang baik pula.
Berdasarkan observasi yang dilakukan pada 22 April 2022 banyak siswa yang menunjukkan sikap tidak mencerminkan empati seperti acuh saat di panggil guru, tidak peduli saat mendengar intruksi guru, tidak memperdulikan teman dan lingkungannya, tidak memperdulikan teman yang tiba-tiba terjatuh dan saling ejek satu sama lain. Begitu juga dengan wawancara yang dilakukan pada tanggal 23 April dengan guru BK didapati bahwa saat ini peserta didik kurang memiliki empati dan kepedulian dapat dilihat dari proses belajar mengajar, keseharian saat kegiatan berjemur dan kegiatan yang lain. Rata rata setiap kelas terdapat siswa yang memiliki sikap empati yang rendah dan yang paling rendah dari kelas tersebbut adalah kelas 8D. Untuk itu sikap empati harus ditingkatkan, peningkatan empati bisa dilakukan dari pola asuh orang tua serta layanan bimbingan kelompok di sekolah Salah satu metode layanan Konseling kelompok dapat diterapkan untuk meningkatkan empati peseta didik yaitu metode Psikodrama. Psikodrama adalah sebuah kegiatan
3
konseling yang bertitik tolak dari permasalahan yang lebih menyangkut psikologi manusia. Sebelumnya teknik ini sudah pernah digunakan oleh peneliti namun dalam pelaksanaanya, banyak peserta layanan yang belum memahami teknik tersebut sehingga dalam pelaksanaan kurangnya perasaan dalam memainkan peran
Berdasarkan berbagai teori diatas dan observsi serta wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa empati menjadi permasalahan yang banyak terjadi dikalangan siswa khususnya disekolah, jika tidak ditingkatkan akan mempengaruhi keadaan KES ( Kehidupan efektif sehari-hari) dan mempenguuhi kararkter peserta didik.
Untuk itu empati harus ditingkatkan. Dari latar belakang diatas penulis ingin meningkatkan empati siswa dengan pelaksaan layanan konseling kelompok dengan teknik psikodrama yang efektif dan mengangkatnya menjadi judul skripsi yaitu
“Upaya Meningkatkan Empati Siswa dengan Teknik Psikodrama dalam Layanan Konseling Kelompok di SMP Negeri 2 Kota Jambi’.
B. Batasan Masalah
Berdasarkan fokus latar belakang ini, agar penelitian ini terarah dan tidak keluar dari permasalahan yang ada maka peneliti melakukan pembatasan masalah dalam penelitiannya yaitu hanya membahas permasalahan tentang:
1. Subjek penelitian dibatasi pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 2 Kota Jambi
2. Penelitian ini dibatasi masalahnya hanya pada siswa terhadap teman sebaya yang kurang dalam berempati yang memiliki kriteria seperti minimnya sikap saling menghargai, kurangnya rasa solidaritas dalam berteman masih tingginya rasa egois antar siswa.
4
3. Empati yang dimaksud ialah empati siswa dengan teman sebaya 4. Teknik yang digunakan dalam layanan konseling kelompok ini adalah
teknik Psikodrama.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti menguraikan masalah antara lain :
1. Seberapakah peningkatan empati siswa setelah penerapan teknik psikodrama layanan konseling kelompok?
2. Bagaimana prosedur pelaksanaan teknik psikodrama dalam layanan konseling kelompok bagi konseli?
3. Bagaimana penerapan teknik psikodrama dalam layanan konseling kelompok yang efektif dalam meningkatkan empati siswa?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain :
1. Mengetahui peningkatan Empati siswa kelas VIII D SMP Negeri 2 Kota Jambi setelah dilakukan Konseling Kelompok dengan Teknik Psikodrama 2. Mengetahui prosedur dalam melakukan konseling kelompok dengan Teknik Psikodrama untuk meningkatkan empati pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 2 Kota Jambi
3. Mengetahui penerapan teknik psikodrama dalam layanan konseling kelompok yang efektif dalam meningkatkan empati siswa
5
E. Manfaat Penlitian 1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat memperkaya khasanah teori tentang meningkatkan empati siswa melalui penerapan teknik psikodrama dalam konseling kelompok.
2. Manfaat Praktis a. Bagi Klien
Sebagai sarana pengentasan masalah siswa yang dialami sehari-hari.
b. Bagi Peneliti
Sebagai syarat dalam memperoleh gelar sarjana pendidikan.
c. Bagi Guru Pembimbing
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan upaya dalam meningkatkan empati peserta didik di sekolah dan mengembangkan layanan yang akan dilakukan dimasa mendatang.
F. Pengertian Istilah
Dari penjabaran tersebut peneliti dapat menjelaskan pengertian atau istilah penulisan ini antara lain :
1. Yustinus dalam (Yusi, Harita 2017) psikodrama merupakan permainan peranan yang dimaksudkan agar individu yang bersangkutan dapat memperoleh pengertian yang lebih baik tentang dirinya, dapat menemukan konsep dirinya, menyatakan kebutuhan-kebutuhannya, dan menyatakan reaksinya terhadap tekanan-tekanan terhadap dirinya Dalam psikodrama individu
6
yang mempunyai masalah memerankan dirinya sendiri.
2. Paryitno (2013) layanan konseling kelompok adalah layanan konseling perorangan yang dilaksanakan didalam suasana kelompok. Dimana didalam konseling terdapat konselor dan klien, yatu para anggota kelompok (yang jumlahnya minimal dua orang).
3. Hurlock (dalam Ning Tiyas, Eva 2017) empati adalah kemampuan seseorang untuk memahami tentang perasaan dan emosi orang lain serta kemampuan untuk membayangkan diri sendiri di tempat orang lain.
7