1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Bahasa yaitu kebutuhan manusia untuk sehari-hari, semua kegiatan manusia sangat membutuhkan bantuan bahasa, baik dalam kegiatan sehari-hari maupun kegiatan khusus. Bahasa merupakan suatu bantuan dalam berinteraksi atau berkomunikasi kepada lawan bicara untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, gagasan serta perasaan yang ingin disampaikan. (Setiawan. E.M, 2018: 3)
Setiap bahasa yang ingin dikatakan dalam kalimat dapat tersusun dari beberapa kata yang ada. Kata-kata tersebut disusun sesuai keinginan dan pemikiran dalam berbahasa agar menjadi sebuah kalimat yang berisi pengertian, gagasan, dan ide. Pada kenyataannya bahasa dalam kegiatan sehari-hari, dalam lingkungan sekolah maupun di tempat lain masih banyak menggunakan kata yang tidak sopan, kata yang mencela, menjelekkan, serta menghina lawan bicara.
Kemampuan dalam berbahasa yaitu kemampuan yang dimiliki setiap orang dengan membedakan manusia dengan makhluk Tuhan lainnya. Bahasa berfungsi menyampaikan informasi, memberikan ide, gagasan dan menyalurkan informasi dari satu generasi kegenerasi selanjutnya melalui ucapan lisan maupun tulisan.
(Devianty R, 2017: 227)
Manusia memiliki kemampuan untuk berbahasa, setiap manusia dapat berkomunikasi dengan siapa saja dengan memberikan informasi sehari-hari, dengan bahasa manusia mampu berkomunikasi dengan baik kepada orang sehingga bahasa sangat dibutuhkan semua orang baik dalam lisan maupun tulisan.
Kesantunan dalam berbahasa yaitu bentuk kesopanan dengan berbahasa saat seseorang berinteraksi baik dilaksanakan secara lisan maupun tulisan. Aspek- aspek kesantunan dengan berbahasa dapat dilihat dari kata, intonasi, struktur kalimat, dan nadanya. (Ayu T & Sabardila A, 2020: 158)
Pendidikan adalah kewajiban yang harus diperoleh seluruh manusia, karena pendidikan dapat meningkatkan kualitas manusia. Mendidik adalah tindakan mengembangkan kemampuan manusia sebagai insan yang memiliki
kreatifitas dalam berpikir. Sedangkan mengajar adalah untuk membentuk suatu pikiran dan kognitifnya. Pendidikan merupakan upaya untuk memberikan dan mentransformasikan ilmu yang dapat diperoleh dari orang yang sudah dewasa agar mencapai tingkat kedewasaannya.
Pendidikan merupakan hal terpenting untuk kehidupan manusia, semua orang memerlukan pendidikan yang diharapkan untuk berkembang. Pendidikan merupakan proses kehidupan untuk mengembangkan diri semua individu untuk mendapatkan pengetahuan yang baik. Manusia dididik menjadi seseorang yang berguna dan bermanfaat, pendidikan bisa didapatkan melalui lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. (Alpin Y, dkk, 2019: 67)
Pendidikan sangat dibutuhkan bagi manusia karena pendidikan untuk menentukan kemampuan manusia dalam mendapatkan ilmu pengetahuan.
Pendidikan dapat memberikan pengetahuan dan wawasan serta dapat mengubah rangkaian pemikiran manusia dari yang belum tahu sehingga tahu.
Pendidikan merupakan tindakan untuk mengembangkan kemampuan dan mendidik peserta didik untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dari pendidik.
Pendidikan bertujuan untuk meneruskan generasi yang akan datang agar manusia dapat berpikir lebih kritis untuk memajukan dunia pendidikan. Pendidikan sangat diperlukan karena dengan pendidikan maka manusia akan menjadi lebih memiliki ilmu pengetahuan, mengubah pola pikir, dan mendapatkan wawasan yang luas.
Prayitno (2004) dalam Laila (2015: 23) perkembangan manusia dalam keseluruhannya untuk memperoleh diri pribadi untuk mematangkan kemampuannya dengan kemampuan sosial, kesusilaan yang tinggi dan keimanan dan ketakwaan yang baik. Dalam proses pendidikan banyak ditemukan masalah yang dirasakan oleh anak-anak, remaja dan pemuda dalam objek kemanusiaan mereka.
Perubahan sikap di setiap remaja yang masih belajar dibangku pendidikan seharusnya memiliki sikap yang positif karena dalam proses pendidikan untuk membentuk sikap, tetapi dengan adanya pengaruh media televisi, media sosial, majalah, gambar-gambar yang tidak pantas ditonton oleh remaja dan masih banyak lagi yang dapat diakses oleh remaja, mendapatkan dampak negatif pada
perilaku remaja. Jika dibebaskan terus menerus maka akan mengganggu perkembangan generasi penerus bangsa.
Pengaruh negatif dari penggunaan media sosial atau informasi lainnya, dapat dilihat dari perubahan sikap siswa dilingkungan sekolah. Khususnya pada siswa sekolah menengah pertama, siswa sering mengerjakan perbuatan yang tidak pantas dan tidak sopan kepada guru dan teman-teman lainnya, dengan sikap yang tidak memiliki sopan santun dan dari tutur kata dan bahasa yang tidak pantas diucapkan oleh siswa.
Kejadian yang sering timbul disekolah, banyak siswa yang belum mengerti sopan santun dalam pertemanan dilingkungan sekolah, banyak ditunjukkan bahwa siswa mengucapkan kata kasar dan tidak pantas diucapkan oleh siswa kepada temannya. Dan sering terjadi dengan gurunya, banyak guru yang sering mengeluh dengan perilaku sopan santun siswa, khususnya pada siswa jenjang sekolah menengah pertama yang tidak bisa berbicara sopan santun dengan gurunya.
Siswa menganggap bahwa berbicara dengan guru sama dengan berbicara dengan teman sebayanya. Ketika siswa bertemu dengan guru maka hanya lewat saja dan tidak menunjukkan etika sopan santun saat bertemu dengan orang yang lebih tua. Banyak guru-guru yang mengeluh karena bahasa kasar siswa yang tidak baik, seperti mengejek guru, menghina guru, dan mengucilkan guru.
Bahasa sarkasme tidak selalu dianggap lucu, semua bergantung dengan nada dan maksud dari tujuan bahasa yang ingin disampaikan. Sarkasme merupakan kata bantahan untuk melukai dan bersikap tidak hormat dan tidak sopan. (Frost J, 2006: 154)
Banyak siswa dilingkungan sekolah menggunakan bahasa kasar, baik kepada teman maupun kepada guru, sikap tersebut merupakan kurangnya sopan santun sehingga siswa mudah untuk mengucapkan kata yang membuat sakit hati orang lain. Maka peran guru, kepala sekolah dan Guru Bimbingan dan Konseling sangat diperlukan.
Peran guru, kepala sekolah dan Guru Bimbingan dan Konseling diperlukan untuk mengubah tingkah laku siswa yang memiliki tingkah yang tidak baik, seperti sarkasme (berbahasa yang kasar), sehingga pendidik harus berperan aktif
untuk melihat siswa yang kurang dalam beretika sopan santun. Guru Bimbingan dan Konseling dapat mengambil inisiatif untuk melakukan bimbingan kelompok, karena tidak semua siswa melakukan bahasa yang kasar.
Siswa yang dianggap tidak memiliki sopan santun maka diperlukan untuk penanganan khusus, Guru Bimbingan dan Konseling dapat memberikan layanan bimbingan kelompok tujuan nya untuk mengetahui kenapa siswa tersebut berbicara dengan bahasa yang kasar, walaupun dilingkungan sekolah siswa tersebut juga melakukan bahasa kasar nya kepada teman, guru dan kepala sekolah.
Tujuan lain dari diadakannya layanan bimbingan kelompok agar siswa dapat merubah ucapannya dalam berbahasa dengan teman, guru, maupun kepala sekolah. Karena disekolah tersebut memiliki peraturan adab dan akhlak yang baik.
Memiliki peraturan-peraturan dalam berbahasa yang baik. Jika siswa berbahasa tidak baik maka guru dapat melakukan tindakan yang dapat membuat siswa untuk berubah.
Tidak semua siswa dapat berubah secara cepat, maka peneliti memilih judul untuk mengurangi bahasa sarkasme dilingkungan sekolah, etika sopan santun siswa sangat minim dilingkungan sekolah guru hanya dapat mengurangi siswa yang bermasalah, dan guru tidak bisa menghapus bahasa sarkasme (bahasa kasar) karena semua tergantung pada siswa itu sendiri, jika ia dapat menjalankan peraturan disekolah maka sedikit banyaknya akan mengurangi siswa yang berbahasa kasar seperti menghina, mencela, mengejek, dan lain sebagainya.
(Wawancara dengan Guru Bimbingan dan Konseling, Jam 10.20 WIB, tanggal 18 Januari 2022) Berdasarkan hasil observasi penelitian dengan Guru Bimbingan dan Konseling disekolah SMP Muhammadiyah 17 Desa Pon, masih banyak siswa yang tidak mengikuti peraturan atau tata tertib disekolah. Karena masih banyak siswa yang kurang beretika sopan santun terhadap guru dan teman disekolahnya.
Banyak siswa sering mengucapkan bahasa tidak baik, tidak sopan santun kepada guru dan temannya bahkan masih banyak siswa sering menggunakan bahasa kasar, mengejek, menghina guru hingga temannya.
Perilaku itu tidak boleh dibiarkan begitu saja karena dapat merusak generasi selanjutnya, peran guru, kepala sekolah dan Guru Bimbingan dan Konseling sangat diperlukan, dengan penelitian ini maka peneliti melihat masih banyak siswa kurang sopan santun, sering menggunakan bahasa kasar. Guru Bimbingan dan Konseling dapat memberikan layanan bimbingan kelompok kepada siswa yang sering mengatakan bahasa kasar atau sarkasme ke guru dan temannya.
Melalui layanan bimbingan kelompok Guru Bimbingan dan Konseling dapat memberikan bimbingan kepada siswa yang sering melakukan tindakan yang salah, agar siswa tidak terbiasa mengatakan bahasa kasar kepada orang lain. Jika siswa tersebut tidak dibimbing dan diarahkan maka akan sesuka hatinya untuk menghina orang, tindakan tersebut harus dihapuskan jika tidak dapat dihapuskan maka Guru Bimbingan dan Konseling dapat mengurangi bahasa sarkasme siswa dilingkungan sekolah SMP Muhammadiyah 17 Desa Pon. Agar kedepannya siswa lebih terarah dan dapat dibimbing sehingga dapat meningkatkan akhlak yang baik untuk siswa tersebut.
Proses layanan bimbingan kolompok dilakukan oleh Guru Bimbingan dan Konseling bertujuan untuk membantu, mengarahkan dan membimbing siswa agar dapat mengurangi bahasa sarkasme. Usaha Guru Bimbingan dan Konseling dalam pemberian layanan bimbingan kelompok memiliki faktor penghambat, karena ada siswa yang tidak mau mengikuti peraturan dari Guru Bimbingan dan Konseling untuk melakukan bimbingan kelompok, tetapi Guru Bimbingan dan Konseling tetap berusaha memberikan layanan kepada siswa yang sering mengucapkan bahasa sarkasme.
Beberapa siswa dipilih untuk melaksanakan layanan bimbingan kelompok dan dibentuk dengan dinamika kelompok dengan teman yang sering melakukan tindakan bahasa sarkasme juga, sehingga mereka akan memahami bahwa perlakuan mereka itu tidak baik. Dan Guru Bimbingan dan Konseling dalam memberikan informasi sesuai dengan pembahasan didalam layanan bimbingan kelompok untuk mengurangi bahasa sarkasme dilingkungan sekolah SMP
Muhammadiyah 17 Desa Pon. (Wawancara Dengan Guru Bimbingan dan Konseling, jam 10.10 WIB, Tanggal 18 Januari 2022).
Ungkapan bahasa sarkasme memiliki bahasa yang kasar dapat menyakiti orang lain. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti memutuskan untuk memilih judul “Upaya Guru BK Dalam Memberikan Layanan Bimbingan Kelompok Untuk Mengurangi Bahasa Sarkasme Dilingkungan Sekolah SMP Muhammadiyah 17 Desa Pon”.
B. Batasan Masalah
Dalam memberikan batasan dan ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti, maka dapat ditetapkan sebagai fokus untuk penelitian ini yaitu “Upaya Guru BK Dalam Memberikan Layanan Bimbingan Kelompok Untuk Mengurangi Bahasa Sarkasme Dilingkungan Sekolah SMP Muhammadiyah 17 Desa Pon”.
Sebagaimana yang sudah diterangkan dalam uraian latar belakang diatas, agar tidak terjadi kesalahan dalam pengertian tentang masalah yang akan diteliti maka peneliti hanya membatasi sesuai judul yang sudah tetapkan dalam penelitian.
Masalah yang dibatasi merupakan masalah yang berada dalam jangkauan kemampuan peneliti sesuai dengan permasalahan yang sudah ditentukan dalam rumusan masalah. Masalah yang dibatasi merupakan masalah yang dapat diuji berdasarkan hasil data yang dapat diperoleh dilapangan. Semua permasalahan yang sudah dicantumkan dalam rumusan masalah maka itu yang akan diteliti oleh peneliti dilapangan.
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah ini adalah hal yang utama dalam suatu penelitian. Dalam rumusan masalah peneliti dapat membuat rumusan spesifikasi terhadap masalah yang akan diteliti. Peneliti dapat menuliskan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling Di Sekolah SMP Muhammadiyah 17 Desa Pon?
2. Apa Saja Faktor Penghambat Dalam Mengurangi Bahasa Sarkasme Di Sekolah SMP Muhammadiyah 17 Desa Pon
3. Bagaimana Upaya Guru BK dalam Memberikan Layanan Bimbingan Kelompok Untuk Mengurangi Bahasa Sarkasme Di Sekolah SMP Muhammadiyah 17 Desa Pon?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari rumusan masalah penelitian diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk Mengetahui Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling Di Sekolah SMP Muhammadiyah 17 Desa Pon
2. Untuk Mengetahui Faktor Penghambat Dalam Mengurangi Bahasa Sarkasme Di Sekolah SMP Muhammadiyah 17 Desa Pon
3. Untuk Mengetahui Upaya Guru BK Dalam Memberikan Layanan Bimbingan Kelompok Untuk Mengurangi Bahasa Sarkasme DiSekolah SMP Muhammadiyah 17 Desa Pon
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara praktis dan teoritis
1. Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:
a. Bagi sekolah
Untuk sebagai pertimbangan dalam mengurangi bahasa sarkasme dilingkungan sekolah melalui layanan bimbingan kelompok.
b. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling
Untuk Guru Bimbingan dan Konseling disekolah, khususnya dalam membantu siswa yang memiliki permasalahan dalam mengurangi bahasa sarkasme dilingkungan sekolah dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok agar dapat teruji efektif.
c. Bagi siswa
Penelitian ini dapat diharapkan untuk memberikan gagasan, ilmu pengetahuan, masukan serta membantu siswa dalam mengurangi bahasa sarkasme dilingkungan sekolah.
d. Bagi peneliti
Penelitian ini merupakan panduan atau pedoman untuk peneliti selanjutnya yang akan meneliti masalah yang sama dalam berhubungan dengan mengurangi bahasa sarkasme siswa dilingkungan sekolah, dan yang dapat diharapkan memiliki banyak manfaat dan perkembangan pada penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Teoritis
Penelitian ini merupakan penelitian dalam bidang pendidikan, untuk mengetahui bahwa siswa dilingkungan sekolah masih banyak berbahasa kasar kepada teman maupun guru. Penelitian ini dikhususkan tentang upaya Guru Bimbingan dan Konseling dalam memberikan layanan bimbingan kelompok untuk mengurangi bahasa sarkasme dilingkungan sekolah SMP Muhammadiyah 17 Desa Pon.