• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis efektivitas penerapan kewajiban kepemilikan nomor pokok wajiab pajak (NPWP) sebagai faktor pendukung dalam pelaksanaan program ekstensifikasi Pajak : studi kasus pada kpp pratama jakarta kebayoran lama.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis efektivitas penerapan kewajiban kepemilikan nomor pokok wajiab pajak (NPWP) sebagai faktor pendukung dalam pelaksanaan program ekstensifikasi Pajak : studi kasus pada kpp pratama jakarta kebayoran lama."

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN KEWAJIBAN KEPEMILIKAN

NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP) SEBAGAI FAKTOR

PENDUKUNG DALAM PROSES PELAKSANAAN PROGRAM

EKSTENSIFIKASI PAJAK

(Studi Kasus Pada KPP Pratama Jakarta Kebayoran Lama)

Oleh:

Maulida Oktaviani

NIM : 106082002632

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

The Analysis Effectiveness of Implementing Tax Payer Registration Number Obligatory as Additional Factor in Tax Extensification Program at Kebayoran

Lama Tax Service Office

By

Maulida oktaviani

ABSTRACT

The purpose of the research is to analyze how the effectiveness of the tax payer registration number ownership. The variable in this research is the effectiveness of the tax payer registration number ownership (X) as independent variable and the tax extensification program (Y) as dependent variable.

Data collected through questionnare which is given to tax officer and secondary data which can support the research. The respondent of the research is tax officer who work at the kebayoran lama tax service office, sample of the research is sixty respondents and the sampling method is purposive sampling. The research use qualitative descriptive method with importance and performance analysis which is the importances and implementation analysis will produce data in form of cartesius diagram about the factor influence the ownership of tax payer registration number obligatory as the factor in tax extensification program.

The questionnaire result showed that the appropriate level between the implementation and the importance is 93,71%. It means that the implementation of the ownership of tax payer registration number obligatory as additional factor in tax extensification program is effective because it is appropriate with the expecting of the tax service office and the value is 77,28% which has showed efffective. implementation program of the income tax payer extensification in KPP Jakarta Kebayoran Lama, have been able to improve the amount of tax payer equal to74.33%, where in tehe year 2008 only amount to 52.417 tax payer and the year 2009 become 91.380 tax payer. Similar matter followed also with the increasing the tax receiving at equal to 5.68% in the year 2008 to Rp 1.135.556.000.000 while in the year 2009 reaching Rp 1.200.71.850.630. the increasing of tax receiving that happened on kpp Jakarta Kebayoran Lama is an increasing on income of country that can be used for funding development and welfare society.

Keyword: Effectiveness, Tax PayerRegistration Number, Tax Extensification

(3)

Analisis Efektivitas Penerapan Kewajiban Kepemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Sebagai Faktor Pendukung Dalam Proses Pelaksanaan Program

Ekstensifikasi Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Kebayoran Lama. Oleh:

Maulida Oktaviani

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar efektivitas kewajiban kepemilikan nomor pokok wajib pajak sebagai faktor pendukung dalam proses pelaksanaan program ekstensifikasi pajak. Variabel yang menjadi focus penelitian ini adalah efektivitas kewajiban kepemilikan nomor pokok wajib pajak (X) sebagai variable bebas dan program ekstensifikasi pajak (Y) sebagai variabel terikat.

Penelitian dilakukan melalui pengisian kuesioner oleh aparat pajak dan data sekunder yang dapat mendukung penelitian. Responden penelitian adalah para aparat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kebayoran Lama Jakarta, sample diambil sebanyak 60 responden, yang penentuan sample menggunakan metode purposive sampling. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan “Importance and Performance Analisys” yaitu analisis tingkat kepentingan dan pelaksanaan, yang akan menghasilkan data dalam bentuk diagram kartesius tentang faktor yang mempengaruhi kewajiban kepemilikan NPWP sebagai salah satu faktor dalam program ekstensifikasi pajak.

Hasil kuesioner menunjukkan jawaban dengan tingkat kesesuaian antara pelaksanaan/penerapan dengan kepentingan sebesar 93,71% terhadap program ekstensifikasi pajak. Hal ini berarti penerapan kewajiban kepemilikan NPWP sebagai faktor pendukung dalan program ekstensifikasi pajak telah efektif karena sesuai dengan harapan Kantor Pelayanan Pajak. Penerapan kewajiban kepemilikan NPWP telah berjalan dengan baik yaitu sebesar 77,28% telah menyatakan efektif. Program ekstensifikasi wajib pajak penghasilan pada KPP Pratama Jakarta Kebayoran lama, telah mampu meningkatkan wajib pajak terdaftar sebesar 74.33%, dimana pada tahun 2008 hanya berjumlah 52.417 wajib pajak dan pada tahun 2009 meningkat menjadi 91.380 wajib pajak. Hal yang serupa diikuti pula dengan peningkatan jumlah penerimaan pajak pada tahun 2008 pada KPP jakarta kebayoran lama berjumlah sebesar Rp. 1.135.556.000.000 dan pada tahun 2009 realisasi penerimaan pajak berjumlah Rp. 1.200.071.850.630, artinya telah mengalami peningkatan sebesar 5,68%. peningkatan penerimaan pajak yang terjadi pada kantor pelayanan pajak jakarta kebayoran lama merupakan peningkatan pada penerimaan negara yang dapat digunakan untuk pembiayaan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.

Kata kunci: efektivitas, nomor pokok wajib pajak, ekstensifikasi pajak

(4)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkat Rahmat dan Karunia-Nyalah skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat beserta salam tak lupa penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman kegelapan ke zaman terang benderang dan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi.

Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan, bimbingan, dan doa, baik langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini, kepada: 1. Kedua orang tuaku, yang senantiasa selalu memberi support baik moril

maupun materil kepada penulis dalam penyelesain skripsi ini. Kalian juga telah memberikan kasih sayang yang tak terhingga kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Semoga Allah membalas semua kebaikan yang telah kalian berikan kepada penulis selama ini.. Amin Ya Rabbal’alamin..

2. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM selaku pembimbing I yang telah memberikan bantuan baik waktu maupun saran kepada penulis selama proses penulisan skripsi ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. Bapak Afif Sulfa,SE,Ak,MSi selaku pembimbing II yang telah memberikan bantuan baik waktu, saran, maupun ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama proses penulisan skripsi ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

(5)

5. Bapak Afif Sulfa,SE,Ak,Msi dan Ibu Yessi Fitri,SE,Ak,MSi selaku Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Akuntansi yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama masa perkuliahan.

6. Bapak Dr. Amilin SE,Ak,Msi dan juga Ibu Reskino,SE,Ak,Msi yang telah memberikan saran kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

7. Ibu Rini,SE,Ak,MSi yang telah memberi saran kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

8. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

9. Mahasiswa jurusan akuntansi angkatan 2006,

(IntanR,Indah,Fika,Hanan,Malia,Uum,Fitri,IntanD,Megawati,Nia,Galih,Me ga,Fenti,Herty,Izumi,Isti,Yudo,Bejo,Fery,Reza,Menes,Mupti,Adjat,Ijul,Irfa n,Dayat,Heri,Jamal,Fajar, Tofan, Ibnu, Asmi, Fuad, Dyah ayuningtyas, Murniasari, Adisty, Novi, Dita Justiana dll) terima kasih atas kerjasamanya selama ini.

10. Untuk Izumi Nadya Marrisca Putri,Herty Safitri,Istihayu Putri Buansari,Mupti Rahmatika,Iqbal..makasi untuk doa dan semangat yang telah diberikan kepada penulis..

11. Untuk kelompok belajar kompre Senja Nuansari, Fery Istanto, Fenti Wijayanti, Mupti Rahmatika, Tofan Haribowo, Izumi Nadya Marrisca Putri, Herty Safitri Yunintasari, Dini Karta Ulfani, Astrid, Ibnu Alfarobi makasi bwt support and doanya ya..

12. Teman-Teman kelas Pajak A angkatan 2006,Manajemen, HI, IESP, Kelompok KKS Pandeglang, Pengurus BEM FEB angkatan 2008-2009 Terimakasih atas kerjasamanya selama ini.

13. Untuk Rendy Mohammad Sidik, terimakasih atas support dan doanya yang telah diberikan kepada penulis.

14. untuk Rini,Lalita,Norma,Mona,Ikhsan trimakasih yaA canda tawa, semangat dan doanya selama ini.

(6)

x

15. Semua teman-teman penulis yang belum disebut di atas tanpa mengurangi rasa hormat, terima kasih atas segala bantuan selama proses penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk tercapainya penulisan skripsi yang lebih baik lagi.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Jakarta, Juni 2010

(7)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan Skripsi ...i

Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ...ii

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi...iiii

Daftar Riwayat Hidup ...iv

Abstract...vi

Abstrak...vii

Kata Pengantar ...viii

Daftar Isi ...xi

Daftar Tabel ...xiv

Daftar Gambar...xvi

Daftar Lampiran...xvii

BAB I PENDAHULUAN... ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ...1

B. Perumusan Masalah...7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...9

A. Konsep Dasar Pajak di Indonesia ...9

1. Pajak...9

2. Fungsi Pajak...11

3. Jenis Pajak...11

4. Tata Cara Pemungutan Pajak ...13

5. Asas Pemungutan Pajak...14

6. System Pemungutan Pajak...14

7. Kewajiban wajib pajak...15

8. Hak-hak wajib pajak ...16

(8)

B. Nomor Pokok Wajib Pajak ...17

1. Pengertian Nomor Pokok Wajib Pajak ...17

2. Cara mendapatkan NPWP...18

3. Tata Cara Pendaftaran NPWP...19

4. Fungsi NPWP...20

5. Format NPWP...21

6. Penghapusan NPWP dan Persyaratannya ...21

7..Sanksi tidak mendaftarkan diri... 22

C. Ekstensifikasi pajak ...22

1. Pengertian ...22

2. Pemeriksaan Sederhana Lapangan (PSL) dalam Rangka Ekstensifikasi...23

3. Upaya Ekstensifikasi Wajib Pajak untuk meningkatkan penerimaan pajak ...24

D. Efektivitas ...27

1. Pengertian Efektivitas ...27

2. Pengukuran Efektivitas ...28

E. Kerangka pemikiran...30

F. Penelitian Terdahulu ...31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...33

A. Ruang Lingkup Penelitian...33

B. Metode Penentuan Sampel...33

C. Metode Pengumpulan Data...33

D. Metode Analisis ...34

1. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen...35

2. Analisis Hasil Data Penelitian ...37

E. Operasional Variabel Penelitian ...40

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN...48

(9)

xiii

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ...48

1. Sejarah Singkat KPP Kebayoran Lama Jakarta ...48

2. Visi, Misi, Dan Nilai KPP Pratama ...48

3. Struktur Organisasi... 50

4. Fungsi Dan Tugas... 51

5. Cakupan Wilayah Kerja... 52

6. Karakteristik Wajib Pajak... 53

7. Pelayanan... 53

8. Penegakkan Hukum... 54

9. Kesiapan Sumber Daya Manusia... 54

10. Ekstensifikasi Wajib Pajak ...55

B. Statistik Deskriptif Responden... 57

C. Hasil Dan Pembahasan... 59

1. Pelaksanaan Ekstensifikasi WP di KPP Jakarta Kebayoran Lama ...59

2. Uji Validitas... 66

3. Uji Reliabilitas... 69

4. Analisis Importance And Performance Scale... 70

5. Diagram Kartesius... 84

6. Penilaian Efektivitas Penerapan Kewajiban Kepemilikan NPWP... 95

BAB V PENUTUP... 97

A. Kesimpulan... 97

B. Implikasi... 97

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 pnelitian terdahulu... 31

Tabel 3.1 Kategori Penilaian Tinggi Rendahnya Reliabilitas Instrumen... 37

Tabel 3.2 Operasional Variabel Penelitian... 41

Tabel 3.3 Pengukuran Terhadap Tingkat Kepentingan Kewajiban Kepemilikan

NPWP... 47

Tabel 3.4 Pengukuran Terhadap Tingkat Pelaksanaan Program Ekstensifikasi

Pajak... 47

Tabel 4.1 Komposisi Sumber Daya Manusia KPP Pratama Kebayoran Lama... 55

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Identitas Responden... 58

Tabel 4.3 Jumlah Wajib Pajak Dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada KPP

Jakarta Kebayoran Lama Periode Tahun 2005-2009... 59

Tabel 4.4 Daftar Perkembangan Jumlah Wajib Pajak Terdaftar... 60

Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Pelaksanaan Kewajiban Kepemilikan

NPWP... 66

Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Instrumen Kepentingan Program Ekstensifikasi

Pajak... 67

Tabel 4.7 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tingkat Pelaksanaan Keajiban

Kepemilikan NPWP ... 69

Tabel 4.8 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tingkat Kepentingan Program

Ekstensifikasi Pajak ... 69

Tabel 4.9 Penilaian Tingkat Kepentingan Program Ekstensifikasi Pajak Pada

KPP Pratama Kebayoran Lama... 71

Tabel 4.10 Penilaian Tingkat Pelaksanaan /Penerapan Kewajiban Kepemilikan

NPWP Pada KPP Pratama Kebayoran Lama... 75

Tabel 4.11 Penilaian Tingkat Kesesuaian Terhadap Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Penerapan Kewajiban Kepemilikan NPWP... 79

(11)

Tabel 4.12 Perhitungan Rata-Rata Penilaian Tingkat Pelaksanaan/Penerapan Kewajiban Kepemilikan NPWP Dan Penilaian Tingkat Kepentingan Program Ekstensifikasi Pajak Pada Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Penerapan Kewajiban Kepemilikan NPWP... 85

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran... 30

Gambar 3.1 Diagrams The Performance-Rating Analysis ... 39

Gambar 4.1 Struktur Organisasi KPP Pratama Kebayoran Lama ... 50

Gambar 4.2 Diagram Kartesius... 90

Gambar 4.3 Hasil Tingkat Efektivitas Pelaksanaan /Penerapan Kewajiban Kepemilikan NPWP ... 96

(13)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Surat Riset Penelitian

Lampiran II Daftar Jumlah Wajib Pajak Terdaftar Lampiran III Daftar Jumlah Penerimaan Negara Lampiran IV Kuesioner Penelitian

Lampiran V Skor Jawaban kuesioner

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Percepatan laju pembangunan dan struktur pembiayaan pembangunan

nasional sebagian besar berasal dari luar negeri. Tetapi sebagaimana kita

ketahui bahwa alternatif pinjaman luar negeri sudah tidak efektif lagi di mata

masyarakat karena sangat membebani pengeluaran Negara pada masa–masa

berikutnya. Oleh karena itu, peranan penerimaan dalam negeri akan terus

ditingkatkan seoptimal mungkin melalui perluasan sumber penerimaan

Negara terutama penerimaan dari nonmigas.

Indonesia memiliki dua sumber penerimaan yang digunakan untuk upaya

pemenuhan kebutuhan dana pembangunan, yaitu penerimaan yang berasal

dari pajak dan penerimaan yang berasal dari bukan pajak. Penerimaan yang

berasal dari pajak merupakan sumber penerimaan yang digunakan untuk

membiayai pengeluaran rutin dan membiayai pembangunan yang berguna

bagi kepentingan bersama dengan tujuan untuk menciptakan kehidupan

masyarakat menuju kesejahteraan. Penerimaan bukan pajak terdiri dari

sumber dana luar negeri, berupa bantuan dan pinjaman luar negeri, dan

sumber dana dalam negeri berupa hasil ekspor, kekayaan alam, laba BUMN,

investasi dan sumber lain.

(15)

Jika dilihat dari sisi ekonomi, penerimaan dari sektor pajak merupakan

penerimaan Negara yang potensial, karena melalui pajak pemerintah dapat

membiayai sarana dan prasarana publik di seluruh sektor kehidupan, seperti

sarana transportasi, air, listrik, pendidikan, kesehatan, keamanan, komunikasi,

sosial dan berbagai fasilitas lainnya yang ditujukan memenuhi kebutuhan

pembangunan. Peningkatan penerimaan pajak memegang peranan strategis

karena akan meningkatkan kemandirian pembiayaan pemerintah. Berbagai

kebijakan pemerintah untuk meningkatkan penerimaan Negara dari sektor

pajak terus digulirkan.

Salah satu langkah yang dilakukan dalam meningkatkan penerimaan

pajak, yakni melalui program ekstensifikasi pajak yang diupayakan seoptimal

mungkin dengan mengintegrasikan dan meningkatkan kegiatan penyuluhan,

pelayanan serta penegakan hukum. Ekstensifikasi pajak merupakan upaya

untuk meningkatkan penerimaan pajak dengan cara meningkatkan jumlah

wajib pajak terdaftar.

Ekstensifikasi seharusnya sama sekali tidak membebani wajib pajak

dengan jumlah pajak yang lebih besar dari yang seharusnya terutang

berdasarkan peraturan, melainkan upaya untuk menumbuhkan kesadaran

berpajak bagi mereka yang telah menerima penghasilan diatas Penghasilan

Tidak Kena Pajak (PTKP) dengan mendaftarkan diri dan memperoleh NPWP

serta membayar dan melaporkan secara jujur berapa besar pajak terutangnya.

Hal ini diterangkan dalam memori penjelasan Pasal 2 UU Nomor 36 Tahun

(16)

2008 yang merupakan perubahan keempat UU Nomor 7 tahun 1993 tentang

pajak penghasilan (Indonesian tax review, Vol.1/Edisi 19/2009).

Sejatinya ada semacam prestige atau kebanggaan tersendiri yang hanya

dirasakan oleh pemilik NPWP. Prestige ini wajar terasa sebab mendaftarkan

diri untuk wajib pajak sesungguhnya adalah bentuk dari tanggung jawab

seseorang warga Negara yang baik untuk bersama memikul beban

pembangunan bangsa ini. Ketentuan perpajakan pun memberikan petunjuk

mengenai kriteria yang menyebabkan orang pribadi atau badan wajib untuk

mendaftarkan diri sebagai wajib pajak. Ketentuan dasar mengenai hal ini

terdapat dalam undang-undang yang mengatur ketentuan formal perpajakan,

tepatnya Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 yang

merupakan perubahan ketiga dari UU Nomor 6 Tahun 2007 tentang Ketentuan

Umum Dan Tata Cara Perpajakan. Pasal 2 ayat (1) tersebut menyatakan

bahwa yang wajib untuk mendaftarkan diri guna mendapatkan NPWP

meliputi orang pribadi dan badan yang telah memenuhi kewajiban subjektif

dan objektif (Indonesian tax review, Vol.1/Edisi 19/2009).

Meskipun DJP telah mewajibkan pembuatan NPWP, namun masyarakat

seringkali enggan untuk melaksanakannya. Timbulnya keengganan orang

untuk ber-NPWP seringkali dikaitkan dengan ketidakpuasan terhadap tingkat

kontraprestasi tidak langsung dari pemerintah. Artinya, sebagian besar

masyarakat masih menilai bahwa kewajiban (setor dan lapor) setelah

ber-NPWP masih tidak sebanding dengan kualitas pelayanan yang diberikan oleh

pemerintah. Buat apa punya NPWP kalau pendidikan masih mahal, jalan

(17)

masih banyak yang rusak, dan komentar senada lainnya, yang sering menjadi

alasan universal.

Belakangan ini pemerintah khususnya Ditjen Pajak, semakin serius

menggarap keengganan para masyarakat untuk ber-NPWP. Banyak cara yang

sudah dicoba, misalnya sunset policy, ekstensifikasi NPWP via company,

bahkan memberikan perlakuan pajak yang berbeda antara mereka yang sudah

ber-NPWP dengan yang belum. Teknik yang disebut terakhir ini, meski biasa

dipandang sebagai bentuk punishment bagi mereka yang belum ber-NPWP,

dapat pula dilihat sebagai keuntungan legal-disebut demikian karena diatur

dalam ketentuan pajak-yang bias dirasakan oleh para pemilik NPWP. Di luar

itu, kepemilikan NPWP juga mulai dikaitkan dengan berbagai bentuk

“kontraprestasi langsung di luar aturan pajak” yang dapat dinikmati oleh para

pemiliknya (Indonesian tax review,2008).

Langkah ekstensifikasi diarahkan pada upaya-upaya menjangkau potensi

pajak yang belum terjangkau saat ini. Upaya ekstensifikasi ini diarahkan tepat

pada sasaran, yaitu mereka yang telah ditentukan oleh peraturan

perundang-undangan perpajakan melakukan kewajiban pajak, tetapi belum atau tidak

mendaftarkan diri sebagai wajib pajak.

Salah satu cara yang telah dilakukan pemerintah untuk mencapai sasaran

peningkatan penerimaan dari sektor pajak adalah dengan mengeluarkan UU

No.7 tahun 1983, UU No.9 tahun 1991, UU No.10 tahun 1994, UU No.17

tahun 2000, yang telah diperbaharui dengan UU No.36 tahun 2008. Perubahan

undang-undang perpajakan (tax reform) ini diharapkan dapat meningkatkan

(18)

kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban pajaknya serta

bertanggung jawab atas segala wewenang yang diberikan. Kepercayaan yang

telah diberikan Negara kepada Wajib Pajak adalah menghitung, melaporkan

dan membayar sendiri besarnya pajak yang harus dibayar tanpa disalah

gunakan (self assessment). Wajib Pajak yang dimaksud adalah orang pribadi

sebagai subjek pajak yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia ataupun

di luar Indonesia dan Wajib Pajak Badan (Perseroan Terbatas/PT),

Persekutuan Komanditer, BUMN, BUMD, perseroan lainnya). Kebijakan

pemerintah ini diatur melalui perubahan system pemungutan official

assessment system menjadi self assessment system sejak tahun 1983

(Lumbantoruan,2005:381) dalam (Eskal:2007).

Selain itu, menurut Imam (2003:5), diperlukan keseimbangan antara usaha

ekstensifikasi pajak dengan siatem administrasi yang efisien dan struktur

perpajakan yang adil dan mudah sehingga sumber pajak yang baru mudah

untuk di administrasikan. Kemudian ini dengan sendirinya akan mendorong

tingkat partisipasi warga Negara yang lebih tinggi lagi dalam membayar

pajak.

Hal tersebut juga dikemukakan oleh Gunadi (1997:1) bahwa terdapat 6

(enam) kondisi pendukung terhadap kesuksesan pemungutan pajak di suatu

Negara, yaitu:

1. Aktivitas ekonomi dilaksanakan dalam transaksi keuangan.

2. Tingkat literasi (buta huruf) masyarakat rendah.

(19)

3. Adanya praktek pembukuan (administrasi) yang sehat dan dapat dipercaya

(reliable).

4. Tingkat kepatuhan dan disiplin nasional yang tinggi.

5. Tersedia jaringan dan akses terhadap informasi serta komunikasi yang

efektif.

6. Rendahnya tingkat sektor ekonomi informal (black market economy

underground)

Pada tahun 2001, Direktorat Jendral Pajak memfokuskan kegiatan pada

usaha ekstensifikasi yang bertajuk pada program “Know Your Tax Payer”

(Kenalilah pembayar pajak anda). Program ini ditujukan kepada aparat pajak

untuk lebih mengenal secara persis, detail, dan menyeluruh atas kegiatan dan

aktivitas Wajib Pajak. Disinilah perlunya KPP mempunyai intelejen yang

terampil agar pemeriksaan tidak salah sasaran, perlu dihindari Wajib Pajak

yang patuh diperiksa berkali-kali sedangkan mereka yang tingkat

kepatuhannya rendah justru tidak diperiksa sama sekali (http:// klik

pajak.com,2006:10/12/2009, 19:20).

Kepemilikan NPWP merupakan salah satu faktor pendukung dalam

program ekstensifikasi pajak dan tentunya memiliki peranan penting dalam

melaksanakan sistem administrasi perpajakan tetapi efektivitas kepemilikan

nomor pokok wajib pajak sebagai salah satu faktor pendukung dalam program

ekstensifikasi pajak belum diketahui secara pasti.

(20)

Untuk itu penulis mencoba meneliti dalam bentuk skripsi yang berjudul

“Analisis Efektivitas Penerapan Kewajiban Kepemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Sebagai Faktor Pendukung Dalam Proses Pelaksanaan Program Ekstensifikasi Pajak.” dengan mengambil lokasi penelitian di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kebayoran Lama.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, sebagai perumusan masalah adalah

seberapa besar tingkat efektivitas penerapan kewajiban kepemilikan Nomor

Pokok Wajib Pajak (NPWP) sebagai faktor pendukung dalam proses

pelaksanaan program ekstensifikasi pajak?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian

Untuk mengetahui besarnya efektivitas penerapan kewajiban

kepemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) sebagai faktor

pendukung dalan program ekstensifikasi pajak.

2. Manfaat penelitian

a. Bagi penulis, penelitian ini merupakan media yang baik untuk berlatih,

menambah pengetahuan, wawasan dan keterampilan dalam melakukan

penelitian sekaligus mendalami berbagai teori yang berkaitan dengan

ekstensifikasi pajak.

(21)

b. Bagi masyarakat, khususnya wajib pajak penelitian ini memberikan

gambaran tentang efektivitas kewajiban kepemilikan Nomor Pokok

Wajib Pajak (NPWP) dalam proses pelaksanaan program

ekstensifikasi pajak. Sehingga masyarakat tidak ragu dalam

menjalankan aktivitas perpajakan.

c. Bagi Kantor Pelayanan Pajak.

Memberikan masukan kepada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dalam

melaksanakan program ekstensifikasi pajak agar dapat meningkatkan

jumlah wajib pajak terdaftar dan menambah jumlah penerimaan pajak

negara.

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Pajak di Indonesia 1. Pajak.

Untuk dapat membiayai pengeluaran Negara, pemerintah

melakukan pemungutan pajak dari rumah tangga dan perusahaan.

Pengertian atau definisi pajak sangat beragam. Walaupun banyak pendapat

mengenai pengertian tersebut, tetapi pada dasarnya mempunyai kesamaan

substansi.

Pengertian pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007

adalah :

“Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang , dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”

Menurut R. Santoso Brotodiharjo (1997) mendefinisikan pajak

sebagai berikut ;

“ Pajak adalah iuran wajib kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terhutang oleh wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan”.

Definisi pajak menurut Rahmat Soemitro adalah sebagai berikut:

“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbale balik

(23)

(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum” (Siti Resmi,2005:1).

Definisi tersebut kemudian disempurnakan menjadi :

“Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan “surplus” nya digunakan untuk public investment “ (Siti Resmi, 2005:1).

Dari definisi diatas, pajak mempunyai ciri sebagai berikut :

a. Pembayaran iuran dari rakyat kepada Negara, yang berhak memungut

pajak adalah pemerintah dari wajib pajak berupa uang.

b. Dalam pemungutan pajak harus berdasarkan kekuatan peraturan atau

undand-undang.

c. Dapat dipaksa, hanya dapat dilakukan oleh pihak yang berwenang,

yaitu pemerintah.

d. Pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi

individual oleh pemerintah.

e. Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengaluaran Negara

yang bermanfaat bagi kepentingan masyarakat luas.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pajak adalah suatu

kewajiban dari rakyat untuk menyerahkan sebagian dari harta

kekayaannya ke kas Negara, sesuai dengan keadaan dan kedudukan

tertentu menurut peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah, yang dapat

dipaksakan, tanpa adanya jasa timbal balik dari pemerintah

(kontraprestasi) dan digunakan untuk kesejahteraan umum.

(24)

2. Fungsi Pajak.

Pajak dipandang sebagai bagian yang mempunyai peranan penting

dalam penerimaan negara. Pajak sebagai sumber penerimaan negara yang

digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan. Dengan

demikian pajak memiliki dua fungsi, yaitu :

a. Fungsi budgetair (sumber keuangan Negara), artinya pajak merupakan

sumber penerimaan bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran

baik rutin maupun pembangunan. Untuk itu pemerintah akan berupaya

memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke kas Negara uang dilakukan

dengan kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi pajak.

b. Fungsi Regulered (mengatur),artinya pajak sebagai alat untuk

mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang

sosial dan ekonomi, dan mencapai tujuan tertentu di luar bidang

keuangan.

Contoh: Tarif pajak yang bersifat progresif atas penghasilan

dimaksudkan agar pihak yang memperoleh penghasilan

tinggi memberikan kontribusi (membayar pajak) yang tinggi

pula, sehingga terjadi pemerataan pendapatan (Siti Resmi,

2005:2).

3. Jenis Pajak.

Jenis pajak menurut Siti Resmi (2005:6), dapat dikelompokkan

menjadi tiga, yaitu pengelompokkan menurut golongan, sifat, dan menurut

lembaganya.

(25)

a. Menurut golongannya, terdiri dari:

a) Pajak langsung, pajak yang dipikul atau ditanggung sendiri oleh

wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada

orang lain atau pihak lain. Jadi, pajak harus menjadi beban Wajib

Pajak yang bersangkutan.

Contohnya : pajak penghasilan.

b) Pajak tidak langsung, pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan

atau dilimpahkan kepada orang atau pihak ketiga. Pajak tidak

langsung dapat terjadi jika ada suatu kejadian, peristiwa, perbuatan

yang menyebabkan terutangnya pajak, misalnya terjadi penyerahan

barang atau jasa.

Contohnya : Pajak Pertanbahan Nilai (PPn), terjadi karena terdapat

pertambahan nilai terhadap barang atau jasa yang

dibayarkan oleh produsen atau pihak yang menjual

barang tetapi dapat dibebankan kepada konsumen

baik secara eksplisit maupun secara implicit

(dimasukkan dalan harga jual barang/jasa).

b. Menurut sifatnya, dikelompokkan menjadi :

a) Pajak subjektif, yaitu pajak yang pengenaannya memperhatikan

keadaan pribadi Wajib Pajak atau pengenaan pajak yang

memperhatikan keadaan subjeknya, contoh: PPh.

b) Pajak objektif, yaitu pajak yang pengenaannya memperhatikan

(26)

peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar

pajaktanpa harus memperhatikan keadaan pribadi Wajib Pajak

(subjek), contoh: PBB.

c. Menurut lembaga pemungutannya, dikelompokkan menjadi:

a) Pajak Negara (pusat), pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat

dan digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara pada

umumnya.

b) Pajak Daerah, pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik

tingkat I maupun ingkat II dan digunakan untuk membiayai rumah

tangga daerah masing-masing.

Yang termasuk pajak daerah tingkat I, yaitu:

Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor,

Bea Balik Nama Tanah, Pajak izin penangkapan ikan diwilayah.

Yang termasuk pajak daerah tingkat II, yaitu:

Pajak pembangunan, pajak penerangan jalan, pajak atas

reklame,dan lain-lain.

4. Tata Cara Pemungutan Pajak

Tata cara pemungutan pajak menurut Siti Resmi (2005:8), dapat

dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

a. Stelsel nyata (riil stelsel) : pengenaan pajak penghasilan didasarkan

pada objek yang sesungguhnya terjadi (untuk pajak penghasilan maka

objeknya adalah penghasilan)

(27)

b. Stelsel anggapan (fiktif) : pengenaan pajak didasarkan pada suatu

anggaran yang diatur oleh undang-undang.

c. Stelsel Campuran : pengenaan pajak didasarkan pada kombinasi antara

stelsel nyata dan stelsel anggapan, dimana besarnya pajak dihitung

berdasarkan suatu anggapan yang diatur oleh undang-undang, untuk

menentukan besarnya pajak pada akhir tahun yang disesuaikan dengan

keadaan sebenarnya.

5. Asas Pemungutan Pajak.

Asas pemungutan pajak menurut Siti Resmi (2005:10), dapat

dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

a. Asas Domisili (asas tempat tinggal): Negara berhak mengenakan pajak

atas seluruh penghasilan wajib pajak yang bertempat tinggal

diwilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam negeri

maupun yang berasal dari luar negeri.

b. Asas Sumber : Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan

yang bersumber diwilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal

wajib pajak.

c. Asas Kebangsaan: pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan

suatu Negara.

6. Sistem Pemungutan Pajak.

Menurut Mardiasmo (2008:7) dikenal 3 (tiga) sistem pemungutan pajak,

diantaranya :

(28)

a. Official Assesment system, yaitu suatu system pemungutan pajak yang

memberi kewenangan aparatur perpajakan untuk menentukan sendiri

jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan ketentuan

undang-undang perpajakan yang berlaku.

b. Self Assesment System, yaitu suatu system pemungutan pajak yang

memberi wewenang wajib pajak untuk menentukan sendiri jumlah

pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan ketentuan

undang-undang perpajakan yang berlaku.

c. With Holding System, yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang

memberi wewenang kepada pihak ketiga yang ditunjuk untuk

menentukan besarnya pajak yag terutang oleh wajib pajak sesuai

dengan ketentuan undang-undang perpajakan yang berlaku.

7. Kewajiban Wajib Pajak

Menurut Mardiasmo (2008:44), kewajiban wajib pajak terdiri dari:

a. Mendaftarkan diri utnuk mendapatkan NPWP

b. Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP.

c. Menghitung dan membayar sendiri pajak dengan benar.

d. Mengisi dengan benar SPT (SPT diambil sendiri) dan memasukkan ke

kantor pelayanan pajak dalam batas waktu yang telah ditentukan.

e. Menyelenggarakan pembukuan dan pencatatan.

f. Jika diperiksa wajib :

a) Memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau catatan,

dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang

(29)

berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha,

pekerja bebas wajib pajak atau objak yang terutang pajak.

b) Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan

yang dipandang perlu dan member bantuan guna kelancaran

pemeriksaan.

g. Apabila dalam waktu mengungkapkan pembukuan, pencatatan atau

dokumen serta keterangan yang diminta, wajib pajak terikat oleh suatu

kewajiban untuk merahasiakan itu ditiadakan oleh permintaan untuk

keperluan pemeriksaan.

8. Hak - Hak Wajib Pajak

Menurut Mardiasmo (2008:45), wajib pajak mempunyai hak-hak sebagai

berikut:

a Mengajukan surat keberatan dan surat banding.

b Menerima tanda bukti pemasukan SPT

c Melakukan pembetulan SPT yang telah dimasukkan

d Mengajukan permohonan prnundaan penyampaian SPT

e Mengajukan permohonan penundaan atau pengangsuran pembayaran

pajak.

f Mengajukan permohonan perhitugan pajak yang dikenakan dalam

surat ketetapan pajak.

g Meminta pengembaliankelebihan pembayaran pajak

h Mengajukan permohonan penghapusan dan pengurangan sanksi, serta

pembetulan surat ketetapan pajak yang salah.

(30)

i Memberi kuasa kepada orang untuk melaksanakan kewajiban

pajaknya.

j Meminta bukti pemotongan atau pemungutan pajak

k Mengajukan keberatan dan banding.

B. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) 1. Pengertian NPWP

Pengaturan mengenai jangka waktu pendaftaran dan pelaporan

kegiatan usaha, tata cara pendaftaran dan penghapusan NPWP, serta

pengukuhan dan pencabutan pengukuhan pengusaha kena pajak diatur

dalam keputusan Direktur Jendral Pajak No. Kep 161/PJ/2001 tanggal 21

Februari 2001.

Pengertian Nomor Pokok Wajib Pajak Menurut Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2007, yaitu :

“Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.”

Pengertian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) menurut (Waluyo,

2007:26) adalah:

“Nomor yang diberikan oleh Direktur Jenderal Pajak kepada Wajib Pajak sebagai sarana administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.”

(31)

2. Cara Mendapatkan NPWP

Setiap wajib pajak dapat memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

dengan cara:

a. Berdasarkan sistem self assessment setiap WP wajib mendaftarkan diri

ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau melalui Kantor Penyuluhan dan

Pengamatan Potensi Perpajakan (KP4) yang wilayah kerjanya meliputi

tempat tinggal atau tempat kedudukan WP, untuk diberikan NPWP.

b. Kewajiban mendaftarkan diri berlaku pula terhadap wanita kawin yang

dikenakan pajak secara terpisah, karena hidup terpisah berdasarkan

keputusan hakim atau dikehendaki secara tertulis berdasarkan

perjanjian pemisahan penghasilan dan harta.

c. Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu yang mempunyai

tempat usaha berbeda dengan tempat tinggal, selain wajib

mendaftarkan diri ke KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat

tinggalnya, juga diwajibkan mendaftarkan diri ke KPP yang wilayah

kerjanya meliputi tempat kegiatan usaha dilakukan.

d. Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak menjalankan usaha atau

pekerjaan bebas, bila sampai dengan suatu bulan memperoleh

penghasilan yang jumlahnya telah melebihi Penghasilan Tidak Kena

Pajak (PTKP) setahun, wajib mendaftarkan diri paling lambat pada

akhir bulan berikutnya.

e. WP Orang Pribadi lainnya yang memerlukan NPWP dapat

mengajukan permohonan untuk memperoleh NPWP.

(32)

3. Tata Cara Pendaftaran NPWP

Untuk mendapatkan NPWP Wajib Pajak (WP) mengisi formulir

pendaftaran dan menyampaikan secara langsung atau melalui pos ke

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor Penyuluhan dan Pengamatan

Potensi Perpajakan (KP4) setempat dengan melampirkan:

a. Untuk WP Orang Pribadi Non-Usahawan: Fotokopi Kartu Tanda

Penduduk bagi penduduk Indonesia atau foto kopi paspor ditambah

surat keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang minimal

Lurah atau Kepala Desa bagi orang asing.

b. Untuk WP Orang Pribadi Usahawan :

a) Fotokopi KTP bagi penduduk Indonesia atau fotokopi paspor

ditambah surat keterangan tempat tinggal dari instansi yang

berwenang minimal Lurah atau Kepala Desa bagi orang asing;

b) Surat Keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari

instansi yang berwenang minimal Lurah atau Kepala Desa.

c. Untuk WP Badan :

a) Fotokopi akte pendirian dan perubahan terakhir atau surat

keterangan penunjukkan dari kantor pusat bagi BUT;

b) Fotokopi KTP bagi penduduk Indonesia atau fotokopi paspor

ditambah surat keterangan tempat tinggal dari instansi yang

berwenang minimal Lurah atau Kepala Desa bagi orang asing, dari

salah seorang pengurus aktif;

(33)

c) Surat Keterangan tempat kegiatan usaha dari instansi yang

berwenang minimal Lurah atau Kepala Desa.

d. Untuk Bendaharawan sebagai Pemungut/ Pemotong:

a) Fotokopi KTP bendaharawan;

b) Fotokopi surat penunjukkan sebagai bendaharawan.

e. Untuk Joint Operation sebagai wajib pajak Pemotong/pemungut:

a) Fotokopi perjanjian kerja sama sebagai joint operation;

b) Fotokopi NPWP masing-masing anggota joint operation;

c) Fotokopi KTP bagi penduduk Indonesia atau fotokopi paspor

ditambah surat keterangan tempat tinggal dari instansi yang

berwenang minimal Lurah atau Kepala Desa bagi orang asing, dari

salah seorang pengurus joint operation.

f. Wajib Pajak dengan status cabang, orang pribadi pengusaha tertentu

atau wanita kawin tidak pisah harta harus melampirkan foto kopi surat

keterangan terdaftar.

g. Apabila permohonan ditandatangani orang lain harus dilengkapi

dengan surat kuasa khusus (http:// klik pajak.com,2006:10/12/2009,

19:20).

4. Fungsi NPWP

Menurut Mardiasmo (2008:22), fungsi nomor pokok wajib pajak yaitu:

a. Sarana dalam administrasi perpajakan.

b. Tanda pengenal diri atau Identitas WP dalam melaksanakan hak dan

kewajiban perpajakannya.

(34)

c. Dicantumkan dalam setiap dokumen perpajakan.

d. Menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan pengawasan

administrasi perpajakan.

5. Format NPWP

NPWP terdiri dari 15 digit yaitu 9 (Sembilan) digit pertama

merupakan kode wajib pajak dan 6 (enam) digit berikutnya merupakan

kode administrasi pajak (Mardiasmo 2008:26).

Contoh :

01.014.070.1- 982.001

6. Penghapusan NPWP dan Persyaratannya.

Penghapusan Nomor Pokok Waib Pajak dilakukan oleh Direktur

Jenderal pajak apabila :

a. Diajukan permohonan penghapusan nomor pokok wajib pajak oleh

wajib pajak dan/atau ahli warisnya apabila wajib pajak sudah tidak

memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objek sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

b. Wajib pajak badan dilikuidasi karena penghentian atau penggabungan

usaha.

c. Wanita yang sebelumnya telah memiliki nomor pokok wajib pajak dan

menikah tanpa membuat perjanjian pemisahan harta dan penghasilan

dalam hal suami dari wanita tersebut terdaftar sebagai wajib pajak.

d. Wajib pajak bentuk usaha tetap menghentikan kegiatan usahanya di

Indonesia, atau

(35)

e. Dianggap perlu oleh Direktur Jenderal Pajak untuk menghapuskan

Nomor Pokok Wajib Pajak dari wajib pajak yang sudah tidak

memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Direktur jenderal pajak setelah melakukan pemeriksaan harus

memberikan keputusan atas permohonan penghapusan nomor pokok

wajib pajak dalam jangka waktu 6 (enam) bulan utnuk wajib pajak

orang pribadi atau 12 (dua belas) bulan untuk wajib pajak badan, sejak

tanggal permohonan diterima secara lengkap. Apabila jangka waktu

sebagaimana dimaksud telah lewat dan direktur jenderal pajak tidak

memberi suatu keputusan, permohonan penghapusan nomor pokok

wajib pajak dianggap dikabulkan (Mardiasmo 2008:26).

7. Sanksi Tidak Mendaftarkan Diri

Setiap orang yang dengan sengaja tidak mendaftarkan diri atau

menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Pengukuhan Pengusaha

Kena Pajak, sehingga dapat merugikan pada pendapatan negara dipidana

dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling tinggi

4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar

(waluyo,2007).

C. Ekstensifikasi Pajak. 1. Pengertian

Menurut surat edaran Ditjen Pajak No.SE-06/PJ.7/2004 tanggal 6

Agustus 2004 yang dimaksud dengan ekstensifikasi pajak adalah :

(36)

“Ekstensifikasi adalah kegiatan yang dilakukan dalam rangka meningkatkan jumlah wajib pajak dan atau pengusaha kena pajak(PKP) terdaftar serta untuk menghitung besarnya angsuran pajak penghasilan (PPh) dalam tahun berjalan dan penyetoran pajak dalam suatu masa pajak”.

Dengan kata lain ekstensifikasi pajak merupakan usaha untuk

meningkatkan penerimaan pajak dengan cara meningkatkan jumlah wajib

pajak terdaftar. Menurut Keputusan Menteri Keuangan

No.KMK-94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994 pasal 273-pasal 276

menyebutkan bahwa Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) melalui

Subseksi Penggalian potensi Pajak dan ekstensifikasi Wajib Pajak

(P3EWP) pada kantor pelayanaan pajak mempunyai tugas untuk

melakukan urusan pengolahan data dan penyajian informasi, penggalian

potensi perpajakan serta mencari data untuk ekstensifikasi wajib pajak.

2. Pemeriksaan Sederhana Lapangan (PSL) dalam Rangka Ekstensifikasi

Wajib Pajak

Sehubungan dengan semakin meningkatnya kegiatan ekstensifikasi

wajib pajak baru dalam rangka pemerataan kewajiban perpajakan,

berdasarkan surat edaran Ditjen pajak No.SE-06/PJ.7/2004 tanggal 6

Agustus 2004 maka perlu dilakukan melalui pemeriksaan Sederhana

Lapangan (PSL). PSL ekstensifikasi termasuk dalam jenis pemeriksaan

rutin. PSL ekstensifikasi dilaksanakan terhadap calon wajib pajak yang

apabila lebih dari 14 hari sejak tanggal pengiriman SPT untuk

mendaftarkan diri:

(37)

a. Menanggapi dengan menyatakan tidak wajib mempunyai NPWP dan

atau belum perlu dikukuhkan sebagai PKP.

b. Tidak menanggapi karena surat pemberitahuan kembali pos

c. Menanggapi dengan menyatakan sudah memiliki NPWP dan atau

NPPKP tetapi berdasarkan Master File Ditjen Pajak ternyata tidak

terdaftaratau nama dan alamatnya berbeda.

PSL dalam rangka ekstensifikasi ini dapat dilakukan oleh petugas KPP

dan petugas lain yang ditunjuk oleh Kepala Kantor wilayah Ditjen pajak.

Jangka waktu pelaksanaan PSL adalah 2 minggu sejak Surat Perintah

Pemeriksaan Pajak (SP3) diterbitkan dan tidak dapat diperpanjang. Hasil

pelaksanaan PSL ekstensifikasi harus dituangkan dalam Laporan

Pemeriksaan Pajak (LPP). Setiap LPP harus memuat kesimpulan dan

usulan tindak lanjut pemeriksaan antara lain berupa pemberian NPWP dan

atau pengukuhan PKP secara jabatan beserta perkiraan penghitungan

besarnya angsuran PPh ps.25 dalam tahun berjalan dan setoran

pemotongan/pemungutan PPh dan PPN serta pajak lainnya atau usul untuk

dilakukan pemeriksaan khusus berdasarkan data yang ditemukan.

3. Upaya Ekstensifikasi Wajib Pajak untuk meningkatkan penerimaan pajak.

Untuk dapat memenuhi target penerimaan Negara dari sektor pajak,

pemerintah akan mengupayakan peningkatan pajak terutama melalui

langkah ekstensifikasi perpajakan.

Upaya ekstensifikasi antara lain dapat dilakukan melalui :

(38)

a. Canvassing terhadap pengusaha yang melakukan kegiatan di

sntra-sentra ekonomi seperti mall, shopping center, plaza, took dan usaha

dagang penjual bahan-bahan bangunan dan lain-lain.

b. Ekstensifikasi melalui kerjasama dengan RT/RW/Kelurahan di daerah

pemukiman mewah atau masyarakat mampu supaya setiap kartu

kelurga diberi NPWP sehinggadisetiap RT dapat diketahui dengan

cepat jumlah penduduk yang terdaftar sebagai wajib pajak.

c. Ekstensifikasi melalui kerjasama dengan pihak instansi keimigrasian

supaya mewajibkan pemilik paspor untuk mempunyai NPWP dan

demikian pula dengan instansi pemberi izin lainnya khususnya yang

berkenaan dengan pemberian izin atas sesuatu yang dapat dijadikaan

petunjuk tingkat kemampuan membayar pajak.

d. Ekstensifikasi dengan mewajibkan pemegang kartu kredit mempunyai

NPWP, namun dilaksanakan dengan menghindarkan pemberian

NPWP kepada pemegang kartu yang kewajiban pajaknya menjadi

tanggungan anggota keluarga lainnya yang telah ber-NPWP.

e. Ekstensifikasi terhadap pembeli mobil dengan harga lebih dari Rp. 200

juta dan rumah dengan NJOP Rp. 1 M atau lebih untuk mempunyai

NPWP.

f. Kewajiban bagi orang pribadi yang memperoleh penghasilan diatas

PTKP untuk menjadi wajib pajak, kecuali yang memperoleh

penghasilan setingkat UMR.

(39)

Upaya-upaya tersebut diatas tentu saja akan berhasil apabila didukung

oleh tindakan penegakan hukum yang tegas dan tidak pandang bulu. Hal

ini tidaklah mudah apabila tidak dilakukan oleh petugas pajak yang bersih

dan professional. Dalam upaya penegakkan hukum untuk mendukung

kebijakan ekstensifikasi pajak telah dirumuskan kebijakan baik yang

bersifat incentive maupun punitive. Insentive yang ditawarkan mencakup

pemberian reward bagi penunggak pajak yang kooperatif berupa:

penghapusan sanksi administratif, pembetulan Surat Ketetapan Pajak

(SKP), STP (Surat Tagihan Pajak), penjadwalan kembali pembayaran

utang pajak, dan lain-lain.

Dipihak lain cara yang lebih keras (punitive) terhadap wajib pajak

yang membandel juga telah dipersiapkan, yaitu : penagihan utang pajak

seketika, pengumunan ke media massa, pencegahan wajib pajak ke luar

negeri, lelang harta wajib pajak, sampai dengan ancaman bagi penggelap

pajak 6 tahun penjara di tambah denda sebesar 400% bagi yang

melakukan dengan sengaja.

Untuk menunjang upaya penegakan hukum yang sedang dilakukan,

maka telah di tuangkan ke dalam UU No.14 tahun 2002 tentang

pengadilan pajak. Efektivitas penegakan hukum dalam rangka

ekstensifikasi pajak juga akan sangat bergantung kepada kesadaran

masyarakat, khususnya wajib pajak. Untuk itu perlu dilakukan upaya yang

terus menerus untuk mensosialisasikan baik ketentuan-ketentuan pajak

yang selama ini dirasakan sangat rumit oleh masyarakat maupun

(40)

pelaksana pemungutan dan atau penyetoran pajak yang praktis, mudah dan

tidak berbelit-belit.

D. EFEKTIVITAS.

1. Pengertian Efektivitas.

Untuk mendefinisikan suatu efektivitas sangat berhubungan

dengan tujuan ataupun sasaran yang ingin dicapai oleh organisasi.

Menurut Martani Husein (1987:54) dalam Eskal (2007:53) efektifitas

organisasi adalah:

“ Tingkat keberhasilan organisasi dalan usaha untuk mencapai tujuan atau sasarannya. Efektivitas ini sesungguhnya merupakan suatu konsep yang luas mencakup berbagai faktor di dalam dan luar organisasi.”

Menurut Sudarmayanti (1999) dalam Imam (2003:145) mendefinisikan efektivitas adalah :

“Untuk menyatakan bahwa kegiatan telah dilaksanakan secara tepat dalam arti target tercapai sesuai dengan waktu yang ditetapkan dengan menggunakan sumberdaya dan sarana yang ada”

Sedangkan menurut Amin Widjaja Tunggal (1997) dalam Imam

(2003:145) efektivitas berhubungan dengan penentuan apakah tujuan

perusahaan sudah tercapai. Menurut Alijoyo (2000:9) dalam Eskal

(2007:53) efektivitas adalah “effectiveness is a measure of success in

meeting asset of established goal”. Hal ini dapat diartikan sebagai ukuran

mengenai seberapa baik atau seberapa tepat sasaran atau rencana yang

telah ditetapkan dapat direalisasikan.

(41)

Menurut john M. Gibson (1997:25) dalam Eskal (2007:54), konsep

tentang efektivitas organisasi disandarkan bukan hanya pada teori sistem

saja namun juga dimensi waktu. Kesimpulan pokok dari teori sistem

adalah kriteria efektivitas tidak hanya menggambarkan seluruh siklus

input/ proses output dan juga harus menggambarkan hubungan timbal

balik antara organisasi dan lingkungannya yang lebih luas yaitu terhadap

hidupnya organisasi dan dimensi waktu yang menggambarkan tentang

kelangsungan hidup suatu organisasi.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa efektivitas

adalah upaya suatu organisasi untuk mencapai tujuan dengan tepet waktu

dan hasil sesuai dengan yang diharapkan menggunakan sumberdaya dan

sarana yang ditetapkan. Efektivitas organisasi merupakan suatu konsep

yang penting untuk melihat gambaran suatu organisasi karena dapat

menunjukkan tingkat keberhasilan organisasi dalam mencapai sasarannya.

Pengukuran efektivitas organisasi merupakan suatu hal yang sangant rumit

karena dalam organisasi yang sangat besar dengan banyak bagian yang

sifatnya berbeda dan mempunyai sasaran yang berbeda antara satu sama

lain.

2. Pengukuran Efektivitas.

Penilaian efektivitas atau kinerja adalah penentuan secara periodik

efektivitas operasional suatu organisasi, bagian operasional dan

karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan criteria yang ditentukan

(42)

sebelumnya. Menurut Yuwono (2000:23), pengukuran efektivitas/kinerja

adalah:

“Tindakan pengukuran yang dilakukan berbagai aktivitas dalam rantai yang ada pada perusahaan/organisasi, yang hasil pengukurannya akan digunakan sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan tingkat saat organisasi memerlukan penyesuaian atas aktivitas perencanaan dan pengendalian”

Pengukuran efektivitas organisasi dapat dilakukan dengan

menggunakan berbagai pendekatan yang berbeda, mengasumsikan bahwa

organisasi akan menugaskan input yang berasal dari lingkungannya

melalui suatu proses internal menjadi output yang akan dilemparkan

kembali ke lingkungannya. Dalam berbagai organisasi pengukuran

efektivitas dilakukan melalui:

a. Pendekatam sasaran (goal approach) dalam pengukuran efektivitas

memusatkan pada output yaitu mengukur keberhasilan organisasi

dalam mencapai tingkatan output yang telah direncanakan.

b. Pendekatan sumber (resources approach) lebih memusatkan perhatian

pada input yaitu mengukur keberhasilan organisasi dalam mendapat

sumber yang dibutuhkan untuk pencapaian performa yang baik.

c. Pendekatan proses (prosess approach) lebih memusatkan perhatian

pada aspek kegiatan internal organisasi dan mengukur efektivitas

melalui berbagai indikator internal.

Pengukuran kinerja yang efektif didasarkan pada kebutuhan konsumen dan fokus pada keinginan konsumen. Menurut Yuwono (2002:24) dalam eskal (2007) pengukuran kinerja yang efektif yaitu:

(43)

a. Didasarkan pada masing-masing aktivitas dan karakteristik organisasi itu sendiri sesuai perspektif pelanggan.

b. Evaluasi atas berbagai aktivitas menggunakan ukuran-ukuran kinerja yang customer validated.

c. Sesuai dengan seluruh aspek kinerja yang mempengaruhi pelanggan, sehingga menghasilkan penilaian yang komprehensif.

d. Memberikan umpan balik untuk membantu seluruh organisasi mengenali masalah yang ada kemungkinan perbaikan.

E. Kerangka Pemikiran.

Adapun kerangka pemikiran dari penelitian ini, dapat dijelaskan dengan gambar berikut:

KPP Pratama Kebayoran Lama Jakarta

30

Tingkat Kepentingan (Y)

Tingkat Pelaksanaan (X)

Peraturan Kewajiban Kepemilikan NPWP

Analisis Kuadran

Efektivitas Pelaksanaan

Gambar 2.1 Pelaksanaan Ekstensifikasi Pajak

(44)

F. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai efektivitas kewajiban kepemilikan NPWP sebagai faktor

pendukung dalam program ekstensifikasi pajak telah banyak dilakukan oleh

peneliti-peneliti sebelumnya. Penelitian-penelitian tersebut banyak

memberikan masukan serta kontribusi tambahan bagi aparat pajak untuk

meningkatkan mutu pelayanan dalam administrasi perpajakan. Tabel 2.1

menunjukkan hasil-hasil penelitian terdahulu mengenai efektivitas kewajiban

kepemilikan NPWP sebagai faktor pendukung dalam program ekstensifikasi

pajak

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Peneliti (Tahun)

Judul Penelitian

Variabel Yang Diteliti

Metodologi Penelitian

Hasil Penelitian (Kesimpulan) Dalam Proses Pelaksanaan Pemeriksaan Pada Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Cilandak

Hasil analisis menunjukkan

pemeriksaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Cilandak telah

melaksanakan sistem informasi perpajakan dalam proses

pelaksanaan pemeriksaan

dengan sangat efektif (87,14%).

Bersambung pada halaman selanjutnya

(45)

Tabel 2.1 (lanjutan) Yang Diteliti

Metodologi Penelitian

Hasil Penelitian (Kesimpulan)

Epa Tetika Handayani Negara Pada KPP Pratana Jakarta

Cengkareng

Ekstensifikasi Wajib pajak, Wajib Pajak, Penghasilan,

ekstensifikasi wajib pajak penghasilan pada KPP Pratama Jakarta Kebayoran lama, telah mampu meningkatkan

jumlah wajib pajak terdaftar sebesar 12,10%, dimana pada tahun 2003 hanya berjumlah 37.529 wajib pajak dan pada tahu 2004 meningkat menjadi 42.038 wajib pajak. Hal yang serupa diikuti pula dengan peningkatan jumlah penerimaan pajak sebesar 17,28%, pada tahun 2003 berjumlah

Rp.489.781.560.000 sedangkan pada tahun 2004 mencapai

Rp.574.380.790.000. peningkatan

penerimaan pajak yang terjadi pada Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Kebayoran Lama merupakan

peningkatan pada penerimaan negara

yang dapat digunakan untuk pembiayaan

pembangunan dan kesejahteraan

masyarakat.

(46)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkupnya membahas seberapa besar efektivitas penerapan

kewajiban kepemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) sebagai faktor

pendukung dalam pelaksanaan program ekstensifikasi pajak, pada Kantor

Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kebayoran Lama yang beralamat di

Jl.Ciledug Raya Nomor 65 Jakarta.

B. Metode Penentuan Sampel

Teknik penarikan sampel pada penelitian ini adalah dengan mengambil

sampel melalui pemilihan purposive sampling. Pemilihan sampel dengan

purposive sampling mempunyai tujuan tertentu atau target tertentu dalan

memilih sampel secara tidak acak (Nur Indriantoro dan Bambang S, 2001:

131).

C. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data primer dan

data sekunder. Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh

secara langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara). Sedangkan data

sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara

(47)

tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dam dicatat pihak lain).

(Indriantoro dan Supomo, 2002 : 147).

Untuk memperoleh data dan informasi, beberapa metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah :

1. Penelitian Pustaka (Library Research)

Kepustakaan merupakan bahan utama dalam penelitian data sekunder

(Indriantoro dan Supomo, 2002:150). Peneliti memperoleh data yang

berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti melalui buku, jurnal,

skripsi, arsip-arsip KPP Jakarta Kebayoran Lama, internet dan perangkat

lain yang berkaitan dengan penghentian prematur atas prosedur audit.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)

Data pendukung penelitian ini diperoleh melalui penelitian lapangan,

peneliti memperoleh data langsung dari pihak pertama (data primer). Pada

penelitian ini, yang menjadi subyek penelitian adalah wajib pajak yang

berada di wilayah KPP jakarta Kebayoran Lama. Pengumpulan data

kuisioner dilakukan dengan teknik personally administered

questionnaires, yaitu kuisioner disampaikan dan dikumpulkan langsung

oleh peneliti (Indriantoro dan Supomo, 2002:154).

34

D. Metode Analisis

Di dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode statistik

deskriptif yaitu untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau

(48)

bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi

(Sugiyono,1999:12).

Data yang dikumpulkan dari penelitian diseleksi atas dasar reliabilitas

dan validitasnya. Selanjutnya, data tersebut disusun dalam bentuk tabel

kontijensi. Dalam analisis penelitian ini akan digunakan teknik analisis

kuadran, adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :

1. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Ketepatan pengujian suatu hipotesa tentang hubungan variabel

penelitian sangat tergantung pada kualitas data yang dipakai dalam

pengujian tersebut (Singarimbun dan Effendi,1989:122). Dalam suatu

penelitian diperoleh instrumen yang valid dan reliabel. Validitas

menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat mengukur apa yang

ingin di ukur. Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan

konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama

(Husein Umar,2003:113).

a Uji Validitas

Seperti telah diutarakan sebelumnya, validitas menunjukkan

sejauh mana suatu alat pengukur mengukur apa yang ingin diukur.

Suatu instrument penelitian dikatakan valid apabila memenuhi

kriteria sebagai berikut:

a) Bila r hitung >r tabel, maka dinyatakan valid

b) Bila r hitung < r tabel, maka dinyatakan tidak valid

(49)

Untuk menentukan r hitung didapatkan dari perhitungan dengan

menggunakan teknik korelasi “product moment” dalam program

SPSS versi 16 dan dalam menentukan r table dengan menggunakan

tabel Angka Kritik Nilai r (lampiran).

b. Uji Reliabilitas

Setelah melakukan validitas instrument penalitian, tahap

selanjutnya adalah mengukur reliabilitas data dan instrumen penelitian

yang menunjukkan konsistensi data yang dikumpulkan. Suatu

kuisioner dikatakan reliable (handal) jika jawaban seseorang terhadap

pernyataan adalah konsisten dari waktu ke waktu (Ghozali,2005:45).

Reliabilitas adalah indeks nilai yang menunjukkan sejauh mana suatu

alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan, dengan kata lain

menujukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala

yang sama.

Uji reliabilitas hanya dapat dilakukan setelah suatu instrumen

telah dipastikan validitasnya. Pengujian reliabilitas dalam penelitian

ini untuk menunjukkan tingkat reliabilitas konsistensi internal. Teknik

yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mengukur

koefisien Cronbach’s Alpha. Data dapat dikatakan reliable bila

memiliki nilai alpha di atas 0,6 (Nunnally,1967 dalam Ghozali,2005).

Nilai reliabilitas penelitian dibedakan atas masing-masing

variabel. Untuk menginterpretasikan tinggi rendahnya reliabilitas

(50)

instrumen sebagai pedoman didasarkan pada ketentuan sebagai

berikut:

Tabel 3.1

Kategori Penilaian Tinggi Rendahnya Reliabilitas Instrumen Interval koefisien Tingkat reliabilitas

< 0.200 Korelasi Sangat Rendah 0.200 – 0.399 Korelasi Rendah

0.400 – 0.599 Korelasi Cukup 0.600 - 0.799 Korelasi Tinggi

0.800 – 1.00 Korelasi Sangat Tinggi Sumber : Eskal (2007:63)

2. Analisis data hasil penelitian

Teknis pengolahan data dan analisis data dilakukan dengan

menggunakan statistik deskriptif, karena penelitian ini penelitian deskriptif

untuk mengetahui tingkat kesesuaiannya, digunakan metode “Importance

Performance Analysis” berdasarkan rumus John A Martilla dan John C

James dari Philip Kotler 1997:481 (J.Supranto, 1997:239-240)

Analisis tingkat kesesuaian antara kepentingan dan kinerja

pelaksanaan adalah hasil perbandingan antara skor kinerja pelaksanaan

dengan skor kepentingan. Tingkat kesesuaian inilah yang akan

menentukan urutan prioritas dari faktor-faktor yang mempengaruhi

kewajiban kepemilikan NPWP.

Rumus yang digunakan untuk mengukur tingkat kesesuaian menurut J

Supranto (1997:241-243) adalah sebagai berikut:

(51)

Keterangan:

Tki = tingkat kesesuaian

Xi = skor penilaian kinerja

Yi = skor penilaian kepentingan

Dari hasil kuesioner, akan dicari nilai atau skor rata-rata dari

masing-masing variable dengan rumus:

Keterangan:

= Skor rata-rata kinerja/tingkat pelaksanaan

= Skor rata-rata kepentingan

n = Jumlah responden

Selain itu juga dibuat diagram kartesius yang merupakan suatu

bangun yang dibadi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak lurus

pada titik-titik (X,Y), dimana merupakan rata-rata dari rata-rata skor

tingkat pelaksanaan dan adalah rata-rata dari skor kepentingan seluruh

factor yang mempengaruhi kewajiban kepemilikan NPWP.

Seluruh factor atau atribut terdiri dari 38 Item. Selanjutnya seluruh

factor ini akan dinyatakan dengan K, dalam hal ini K = 38 yang

selanjutnya dirumuskan sebagai berikut:

(52)

Keterangan:

K = banyaknya atribut atau factor yang dapat mempengaruhi efektivitas

kewajiban kepemilikan NPWP

i = 1, 2, 3,……..N

Nilai rata-rata yang telah diperoleh dengan perhitungan

masing-masing faktor tersebut, kemudian ditempatkan pada diagram kartesius

secara berurutan dari nilai tertinggi sampai nilai terendah, dalam 4 (empat)

kategori kuadran seperti tampak pada gambar 3.2 berikut ini :

Diagram kartesius kepentingan

_

Y Kepentingan pertahankan

prestasi

= A B

Y

Prioritas rendah berlebihan

C D

= _

X X

Pe la ksa na a n / kine rja

Gambar 3.1

Diagram the Performance-Rating Analysis

Sumber : John A Martilla dan John C James (1997:481)

(53)

Keterangan :

a Kuadran A menunjukkan bahwa kewajiban kepemilikan Nomor Pokok

Wajib Pajak (NPWP) dianggap mempengaruhi proses pelaksanaan

program ekstensifikasi pajak.

b Kuadran B menunjukkan unsur NPWP telah berhasil secara efektif

dilaksanakan untuk itu wajib dipertahankan. Dianggap sangat efektif

karena tingkat pelaksanaannya telah sesuai dengan kebutuhan wajib

pajak dalam melaksanakan kewajibannya.

c Kuadran C menunjukkan faktor yang kurang efektif/penting dan tidak

terlalu mempengaruhi pelaksanaan program ekstensifikasi pajak

sehingga pelaksanaannya dianggap biasa saja.

d Kuadran D, menunjukkan faktor yang mempengaruhi pelaksanaan

program ekstensifikasi pajak tidak efektif dan tidak terlalu

mempengaruhi, akan tetapi pelaksanannya berlebihan sehingga kinerja

yang ditunjukkan sangat baik padahal faktor ini dianggap kurang

penting, yang dapat menyebabkan inefisiensi dan pemborosan.

E. Operasional Variabel Penelitian

Menurut Sugiono (1997) dalam Husein (1998:47) variabel penelitian

adalah atribut dari sekelompok orang atau objek penelitian yang mempunyai

variasi antara satu dengan yang lain dalam kelompok tersebut.

(54)

Penelitian yang dilakukan penulis merupakan penelitian deskriptif,

yaitu penelitian untuk mengetahui nilai dari variabel mandiri tanpa membuat

perbandingan (Sugiyono,1999:11), variable pada penelitian ini adalah

efektivitas penerapan kewajiban kepemilikan nomor pokok wajib pajak

(NPWP) sebagai faktor pendukung dalam proses pelaksanaan program

ekstensifikasi pajak yang dijabarkan dengan indikator pada tabel 3.2

Tabel 3.2

Operasional Variabel Penelitian

Variabel Subvariabel Indikator Nomor Pernyataan

a Diharapkan Wajib pajak dapat menghitung pajak penghasilannya

selama setahun

b Diharapkan Wajib pajak dapat menyetorkan pajak

dengan sarana Surat Setoran Pajak (SSP) c Penggunaan NPWP

dalam menentukan WP yang diperiksa d Kemudahan petugas

dalam

menentukanWP yang akan diperiksa. e Wajib pajak telah

memenuhi

persyaratan subjektif dan objektuf. Wajib memiliki NPWP.

1

Bersambung pada halaman selanjutnya

(55)

Tabel 3.2 (Lanjutan)

Variabel Subvariabel Indikator Nomor Pernyataan

f Diharapkan Wajib pajak dapat menghitung pajak penghasilannya

selama setahun

g Diharapkan Wajib pajak dapat menyetorkan pajak

dengan sarana Surat Setoran Pajak (SSP) h Penggunaan NPWP

dalam menentukan WP yang diperiksa i Kemudahan petugas

dalam

menentukanWP yang akan diperiksa. j Wajib pajak telah

memenuhi

persyaratan subjektif dan objektuf. Wajib memiliki NPWP.

k Terhadap wajib

pajak yang tidak memenuhi

kewajiban untuk mendaftarkan diri dapat diterbitkan NPWP secara jabatan.

Bersambung pada halaman selanjutnya

(56)

Tabel 3.2 (Lanjutan)

Variabel Subvariabel Indikator Nomor Pernyataan

l Orang yang dengan

sengaja tidak mendaftarkan diri, menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak NPWP sehingga

menimbulkan

kerugian pada pendapatan negara dapat diberikan sanksi.

m Pembayaran pajak merupakan

kewajiban setiap wajib pajak terhadap

Negara guna menunjang

pembangunan nasional.

n Terjadi ketidak

adilan oleh DJP dalam penentuan wajib pajak yang harus memiliki NPWP.

o Berdasarkan sisten self assessment semua wajib pajak wajib mendaftarkan diri untuk dicatat sebagai wajib pajak dan memperoleh NPWP

Bersambung pada halaman selanjutnya

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka pemikiran
Tabel 2.1
Gambar 3.1 Diagram the Performance-Rating Analysis
Tabel 3.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tugas Akhir Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) yang berjudul “ Tatacara Penerbitan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Secara Jabatan Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama

Penerbitan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Secara Jabatan Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat”. Tugas akhir ini adalah salah satu syarat untuk

Tingkat pengaruh yang dihasilkan oleh variabel kepemilikan NPWP, pengetahuan Wajib Pajak, dan sanksi pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar

Hasil menyatakan bahwa Kewajiban Kepemilikan NPWP, Pemeriksaan Pajak dan Penagihan Pajak sangat penting dalam meningkatkan Penerimaan Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak

Johan Primananda Putra, D1511053, Prosedur Pendaftaran Dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

Direktur Jendral Pajak telah mengeluarkan Surat Edaran Nomor SE- 06/PJ.9/2001, Surat Edaran ini berisi tentang pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak dan

Pada bagian ini akan dianalisis berapa jumlah pemasukan pajak yang berasal dari NPWP baru hasil pelaksanaan program ekstensifikasi untuk melihat sumbangan tambahan penerimaan

Salah satu bentuk pendekatan yang dilakukan AR Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan KPP Pratama Pekanbaru Tampan adalah dengan memberikan pemahaman kepada Wajib Pajak bahwa