BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat KPP Pratama Kebayoran Lama
a. Dasar Hukum Pembentukan KPP
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kebayoran Lama (KPP
Kebayoran Lama) dibentuk sesuai Peraturan Menteri Keuangan RI
nomor: PMK- 132/PMK.01/2006 tanggal 22 Desember 2006 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak.
Sebagai KPP modern, struktur organisasi mengalami perubahan sesuai
fungsi yang menggabungkan fungsi pelayanan KPP, fungsi pelayanan
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) kantor Pelayanan Pajak Bumi dan
Bangunan (KPPBB) dan fungsi pemeriksaan Kantor Pemeriksaan
Pajak (Karikpa) ke dalam satu atap pelayanan KPP Pratama.
2. Visi, Misi, dan Nilai KPP Pratama
a. Visi
Menjadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem
administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya
masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi.
b. Misi
Menghimpun penerimaan pajak negara berdasarkan
Undang-Undang Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian
pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui sistem
administrasi perpajakan yang efektif dan efisien.
c. Nilai
a) Integritas :Menjalankan tugas dan pekerjaan dengan selalu
memegang teguh kode etik dan prinsip-prinsip
moral, yang diterjemahkan dengan bertindak
jujur, konsisten, dan menepati janji.
b) Profesionalisme :Memiliki kompetensi dibidang profesi dan
menjalankan tugas dan pekerjaan sesuai dengan
kompetensi, kewenangan, serta norma-norma
profesi, etika, dan sosial
c) Inovasi :Memiliki Pemikiran yang bersifat terobosan
dan atau alternatif pemecahan masalah yang
kreatif, dengan memperhatikan aturan dan
norma yang berlaku.
d) Teamwork :Memiliki kemampuan untuk bekerjasama
dengan orang, pihak lain, serta membangun
network untuk menunjang tugas dan pekerjaan.
3. Struktur Organisasi Ke p a la Ka nto r 50 4. 5. 6.
Sum b e r: Pro fil KPP Pra ta m a Ke b a yo ra n La m a
Gambar 4.1
Struktur Organisasi KPP Pratama Kebayoran Lama
Sub Ba g U Pe la ya na Pe ng a wa s
a n
Ekste nsifika si Pe m e riksa a Pe na g iha PDI
Fung sio na l P ik Fung si Pe la ya na n - La ya na n NPWP, PKP - La ya na n a d m inistra si d a n b e rka s Pe rp a ja ka n - Pe ne rim a a n SPT d a n sura t-sura t WP - Pe ne rtb ita n p ro d uk hukum p e rp a ja ka n p e rp a ja ka n - Pe nyuluha n d a n Ko nsulta si te knis p e nyuluha n p e rp a ja ka n - Bim b ing a n WP/he lp de sk - La ya na n PBB d a n BPHTB
Fung si Inte nsifika si d a n Ekste nsifika si
- Pe ng a w a sa n ke p a tuha n (so ft e nfo rc e me nt) - Pro filling , m a p p ing ,
b e nc h m a rking WP
- Ana lisis ke rja WP
- Pe ne rb ita n sura t him b a ua n - Ca se ma na g e me nt - Pe nd a p a ta n sub ye k/ o b ye k p a ja k - Pe m uta khira n Fung si Hard Enfo rc e me nt - Re stitusi - Ad m inistra si d a n p e la ksa na a n p e m e riksa a n - Ad m inistra si p iuta ng Fung si Pe nd ukung - Urusa n RT ka nto r, ke ua ng a n, SDM - Da ta p e ne rim a a n MPN - Ad m inistra si p e ng o la ha n d a ta WP - Dukung a n te knis ko m p ute r - Ap lika si
4. Fungsi dan Tugas
a. Pelayanan
Layanan NPWP dan PKP , layanan administrasi dokumen dan
berkas perpajakan, penerimaan SPT dan Surat-surat wajib pajak,
penerbitan produk hukum perpajakan, penyuluhan dan konsultasi
tekhnis penyuluhan perpajakan, bimbingan wajib pajak/help desk,
layanan PBB dan BPHTB, pengurangan PBB.
b. Intensifikasi & Ekstensifikasi
Pengawasan kepatuhan (soft enforcement: profiling, mapping,
benchmarking wajib pajak), analisis kinerja wajib pajak, penerbitan
syrat himbauan, case management, pendataan subjek dan objek pajak,
pemutakhiran basis data, appraisal objek PBB.
c. Hard Enforcement
Restitusi , administrasi dan pelaksanaan pemeriksaan,
administrasi piutang pajak, penagihan paksa, sita,lelang.
d. Pendukung
Urusan rumah tangga kantor, keuangan, SPM, data penerimaan
MPN, administrasi pengolahan data wajib pajak, dukungan tekhnis
komputer, aplikasi sistem.
5. Cakupan Wilayah Kerja
KPP Kebayoran Lama melayani wajib pajak yang berdomisili di
wilayah Kecamatan Kebayoran Lama dan Kecamatan Pesanggrahan, yang
terdiri atas sebelas (11) kelurahan, yaitu :
a. Kecamatan Kebayoran Lama
a) Kel Pondok Pinang
b) Kel Kebayoran Lama Selatan
c) Kel Kebayoran Lama Utara
d) Kel Cipulir
e) Kel Grogol Selatan
f) Kel Grogol Utara
b. Kecamatan Pesanggrahan
a) Kel Bintaro
b) Kel Pesanggrahan
c) Kel Ulujami
d) Kel Petukangan Selatan
e) Kel Petukangan Utara
Wilayah layanan tersebut dibagi menjadi 4 (empat) seksi pengawasan
dan konsultasi (Seksi Waskon) dengan merujuk kepada batas jalan, batas
alam dan blok Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
52 Untuk melakukan pengawasan dan memberikan bimbingan kepada
wajib pajak (WP) di wilayah tersebut, telah ditugaskan 20 (dua puluh)
bertanggungjawab untuk memberikan layanan perpajakanm atas seluruh
jenis pajak termasuk layanan PBB dan layanan Bea Pengalihan Hak atas
Tanah dan Bangunan (BPHTB) secara langsung, edukasi, asistensi serta
mengawasi pemenuhan kewajiban perpajakan wajib pajak.
6. Karakteristik Wajib Pajak
Wilayah KPP Kebayoran Lama meliputi pula permukiman
masyarakat menengah keatas seperti perumahan Pondok Indah, Permata
Hijau, Kebayoran dan Senayan, dengan potensi orang pribadi yang sangat
besar untuk dilakukan penggalian penerimaan pajaknya. Untuk wajib
pajak badan, jenis usaha yang dominan adalah usaha perdagangan di ikuti
sektor jasa. Industri pengolahan atau pabrikasi hanya 5 % dari keseluruhan
sektor usaha. Dengan potensi wilayah dan Wajib Pajak Orang Pribadi
(WPOP) yang lebih besar maka KPP Kebayoran Lama memiliki banyak
kesempatan untuk dapat melakukan ekstensifikasi namun disisi lain
jumlah WPOP yang sangat besar juga dapat mempengaruhi beban
administrasi dan pelayanan bagi KPP Kebayoran Lama.
53 7. Pelayanan
Selain mengemban Visi dan Misi Direktorat Jenderal Pajak, KPP
Kebayoran Lama memiliki tujuan untuk bisa terus meningkatkan
kesadaran para wajib pajak akan kewajibannya melalui peningkatan
pelayanan kepada wajib pajak. Upaya KPP Kebayoran Lama tidak cukup
hanya dengan meminta kepada wajib pajak agar mematuhi ketentuan
dapat selalu memberikan informasi dan edukasi kepada wajib pajak, serta
selalu meyakinkan bahwa tindakan memenuhi kewajiban perpajakan dapat
dilakukan semudah dan sesederhana mungkin.
8. Penegakan Hukum
Untuk menjaga moral dan menegakkan asas keadilan bagi wajib
pajak yang patuh maka terhadap wajib pajak yang tidak patuh akan
dilakukan tindakan lebih berupa dilakukannya pemeriksaan khusus dan
penagihan aktif. Ketidakpatuhan wajib pajak tersebut bukan saja karena
unsur kesengajaan namun juga karena kekurangpahamamatas ketentuan
perpajakan dari kelalaian untuk melakukan suatu kewajiban. Untuk itu,
tindakan pemeriksaan dan penagihan aktif selalu memprioritaskan resiko
tertinggi sesuai analisis resiko yang dibuat oleh AR. Sebelum dilakukan
tindakan pemeriksaan khusus, AR akan mengirimkan surat himbauan,
surat tegoran dan panggilan konseling kepada wajib pajak.
54 9. Kesiapan Sumber Daya Manusia
Sebagai kantor pelayanan pajak modern yang menerapkan prinsip
good governance dalam memberikan pelayanan kepada WP, maka setiap
pegawai KPP Kebayoran Lama telah dibekali pengetahuan perpajakan
serta standar perilaku yang secara jelas mengatur tentang kewajiban dan
larangan pegawai (kode etik pegawai DJP). Peningkatan pengetahuan
pegawai dilakukan dengan melakukan pembelajaran bersama secara rutin
dan diskusi terbuka atas kasus permasalahan wajib pajak sehingga dicapai
KPP Kebayoran Lama akan selalu meningkatkan kemampuan
pegawai sampai pada tingkat reputasi yang baik dalam hal kecakapan
tekhnis, efisien dan efektif dalam hal kecepatan pelayanan, tepat dan
memberikan keputusan yang adil. Setiap pegawai KPP Kebayoran Lama
telah menyadari bahwa setiap tindakan, sikap dan keputusan yang dibuat
kepada wajib pajak dalam rangka pelaksanaan tugasnya akan mempunyai
pengaruh langsung terhadap kepercayaan WP kepada DJP.
Tabel 4.1
Komposisi Sumber Daya Manusia KPP Pratama Kebayoran Lama
Tingkat Pendidikan No Golongan
SD SMP SMA DI DII DIII DIV S1 S2 S3
Jumlah
1 I 1 1
2 II 2 8 4 15 4 33
3 III 21 1 9 32 5 7 75
4 IV 1 2 1 4
Sumber: Profil KPP Pratama kebayoran Lama
10.Ekstensifikasi Wajib Pajak
Semakin beratnya beban pemerintah dalam pembiayaan Negara,
mengharuskan pemerintah berusaha meningkatkan penerimaan. Pajak
merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang menjadi andalan
dan memegang peranan terbesar dalam APBN (Anggaran Pendapatan Dan
Belanja Negara). Penerimaan dalam negeri idealnya adalah digunakan
untuk membiayai pengeluaran rutin pemerintah dan apabila masih ada sisa
maka akan digunakan membiayai public investment.
Terpurukya perekonomian Indonesia mengakibatkan terpuruknya
perusahaan-perusahaan yang menjadi sumber penerimaan pajak. Oleh
karena itu usaha Direktorat Jenderal Pajak dalam meningkatkan
penerimaan negara tidak dapat lagi mengandalkan sumber-sumber yang
ada dan rutin saat ini, sebab banyak wajib pajak yang melaporkan
keuangannya yang merugi, akibatnya pajak penghasilan yang diharapkan
dari perusahaan-perusahaan tersebut tidak dapat diandalkan lagi.
Salah satu usaha yang ditempuh adalah melaksanakan ekstensifikasi
untuk menggali sumber-sumber pajak baru yang sasarannya ada dua yaitu:
a. Usaha untuk menambah wajib pajak baru, namun usaha ini sangat
tergantung usaha direktorat jenderal pajak untuk membantu memburu
para wajib pajak yang belum terdaftar. Berlawanan memang dengan
apa yang ada dalam undang-undang perpajakan yang ada,dimana
diatur bahwa wajib pajak diharapkan mendaftarkan sendiri sebagai
wajib pajak itu sendiri.
b. Usaha untuk menambah objek pajak baru, diantaranya telah ditempuh
usaha untuk memperluas objek PPN atas barang mewah, PPN atas
penjualan pedagang eceran dan lainnya.
Pengertian ekstensifikasi wajib pajak menurut surat edaran Direktorat
Jenderal Pajak nomor SE.06/PJ.9/2001 adalah
“Kegiatan yang berkaitan dengan penambahan jumlah wajib pajak terdaftar dan perluasan objek pajak dalam administrasi Direktorat Jenderal Pajak (DJP)”.
Sedangkan ruang lingkup pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi meliputi:
a. Pemberian NPWP dan atau pengukuhan sebagai PKP, termasuk
pemberian NPWP secara jabatan wajib pajak PPh OP yang berstatus
sebagai karyawan perusahaan, orang pribadi yang bertempat tinggal di
indonesia atau orang pribadi berada di indonesia lebih dari 183 hari
dalam jangka waktu 12 bulan, yang menerima atau memperoleh
penghasilan melebihi batas penghasilan tidak kena pajak (PTKP).
b. Penberian NPWP di lokasi usaha termasuk pengukuhan sebagai PKP,
terhadap orang pribadi pengusaha tertentu yang mempunyai lokasi
usaha di sentra perdagangan atau perbelanjaan atau pertokoan,
perkantoran atau mal/plaza atau kawasan industri atau sentra ekonomi
lainnya.
c. Pemberian NPWP dan atau pengukuhan sebagai PKP terhadap wajib
pajak badan yang berdasarkan data yang dimiliki atau diperoleh
ternyata belum terdaftar sebagai wajib pajak dan atau PKP baik di
domisili atau dilokasi